Anda di halaman 1dari 10

Sumber-Sumber Pendapatan Perang :

Ghanimah (Q.S Al-Anfal : 41)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Tafsir Ayat Hukum Tata Negara

Disusun Oleh :

M. Riyan Hidayatullah (05020420039)

Revando Syahaqul Husna (05040420082)

Umi Azmi Fitriyah (05020420051)

Program Studi Hukum Tata Negara

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Tahun 2021
1. Q. S Al-Anfal :41
َّ ‫س ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َواب ِْن ال‬
‫سبِ ْي ِل ا ِْن‬ َّ ‫سهٗ َو ِل‬
ُ ‫لر‬ َ ‫َوا ْعلَ ُم ْْٓوا اَنَّ َما َغنِ ْمت ُ ْم ِم ْن‬
َ ‫ش ْيءٍ فَا َ َّن ِ هّلِلِ ُخ ُم‬
‫ش ْيءٍ قَ ِديْر‬َ ‫ّٰللاُ َع ٰلى ُك ِل‬ ِ َ‫اّلِلِ َو َمآ ا َ ْنزَ ْلنَا َع ٰلى َع ْب ِدنَا يَ ْو َم ْالفُ ْرق‬
‫ان يَ ْو َم ْالتَقَى ْال َج ْمعٰ ِۗ ِن َو ه‬ ‫ُك ْنت ُ ْم ٰا َم ْنت ُ ْم بِ ه‬
2. Terjemahan
41. Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak
yatim, orang miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah
dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu.

3. Kosa Kata
Lafazh Arti Keterangan
‫َغنِ ْمتُم‬ Harta rampasan Ghanimah ialah harta benda yang
perang diperolah dari orang-orang kafir
melalui peperangan
‫سبِيْل‬
َّ ‫َواب ِْن ال‬ Ibnu Sabil Yang dimaksud dengan ibnu
sabil ialah musafir atau orang
yang hendak melakukan
perjalanan sejauh perjalanan
qasar, sedangkan dia tidak
mempunyai biaya untuk
perjalanannya itu.
‫يَ ْو َم ْالتَقَى ْال َج ْمعٰ ِۗ ِن‬ Hari bertemunya dua Allah mengingatkan tentang
ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ّٰللاُ َع ٰلى ُك ِل‬‫َو ه‬ pasukan. Allah maha nikmat dan kebaikan-Nya kepada
‫قَ ِديْر‬ kuasa atas segala makhluk-Nya, yaitu dengan
sesuatu. dipisahkan-Nya perkara yang hak
dan batil dalam perang badar.
Hari itu dinamakan “hari furqan”
karena pada hari itu Allah
memenangkan kalimat iman dan
mengalahkan kalimat kebatilan.
Dia memenangkan agama-Nya
dan menolong Nabi serta
pendukungnya

4. Munasabah Ayat
Harta ghanimah ini disebut harta khumus, harta seperlima, sebab semua harta
tersebut dibagi lima dan satu bagian untuk Rasul, empat bagian untuk pasukan, baik
pasukan garda, spion, maupun juru masak pasukan. Untuk pasukan berkuda tiga
bagian, dua bagian untuk kudanya, baik kuda itu gemuk atau kurus, masuk ke
medan tempur, pengangkut perbekalan, penyapu ranjau, atau kuda yang digunakan
untuk membuntuti pasukan di belakang, dan satu untuk orangnya. Untuk pasukan
jalan kaki satu bagian. Sebagai pasukan penakluk ‘Abd al-Rahmân ibn ‘Auf, Amar
ibn Yasir, Bilal ibn Rabbah dan teman-temannya meminta tanah Irak jatah mereka
sesuai ketentuan ghanimah, sebab mereka membutuhkannya. Namun Umar hanya
membagi harta bergerak sesuai khumus, harta tak bergerak tidak dibagi, padahal
tanah Khaibar di masa Rasul saja dibagi sesuai aturan, lalu apa alasan Umar tidak
membaginya. Sebelumnya, ‘Umar juga berniat untuk melakukan pembagian tetapi
Ali ibn Abi Thalib dan Mu`adz ibn Jabal menasehatkan agar membiarkannya di
tangan penduduk dan mengambil fee dari hasilnya. Pendapat ini rasional dari
beberapa aspek:
a. Daerah taklukan sifatnya adalah pembebasan, sebab rakyat di sana
sesungguhnya sedang berada dalam penjajahan kerajaan Romawi, dan mereka
mendambakan kebebasan dari Islam.
b. Penduduk yang bermukim di tiga wilayah ini sesungguhnya memberi jalan bagi
pasukan Islam untuk masuk, baik memintanya, membantu kekuatannya, tidak
memeranginya, dan tidak mendukung pasukan Romawi
c. Jika tanah mereka disita, mereka akan kehilangan pencarian dan pada saatnya
nanti mereka akan miskin, dan menjadi duri dalam daging bagi negara Islam.
d. Penaklukan bukanlah untuk memperluas wilayah, tetapi mempertahankan
wilayah.
e. Pada umumnya penduduk taklukan ini sangat cepat menerima Islam karena
simpati yang mendalam terhadap kaum Muslimin yang santun, dan datang
bukan untuk menjajah.

5. Tafsir Ringkas Kemenag RI


Setelah memerintahkan umat Islam memerangi orang-orang kafir jika mereka
memerangi umat Islam, maka pada ayat ini Allah men- jelaskan ketentuan
pembagian ganimah, yang ketentuannya hanya di- lakukan oleh Allah semata.
Karena itu, ketahuilah, wahai orang-orang beriman, sesungguhnya segala yang
kamu peroleh sebagai rampasan perang, yaitu harta yang diperoleh dari orang-
orang kafir melalui pertem- puran, maka seperlima untuk Allah, Rasul yang
digunakan untuk kemas- lahatan umat yang ditetapkan sendiri oleh beliau, kerabat
Rasul, Bani Hasyim dan Bani Muttalib, anak yatim, karena mereka kehilangan
orang tua yang bertanggung jawab untuk membiayai hidupnya, orang miskin yang
membutuhkan bantuan, dan ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal ketika
sedang dalam perjalanan. Demikian ini, jika kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang Kami turunkan berupa ayat-ayat yang berfungsi untuk penguatan
mental dan pertolongan, kepada hamba Kami, Nabi Muhammad, di hari Furqan,
yaitu pada hari bertemunya dua pasukan pada Perang Badar, 17 Ramadan tahun
kedua Hijriah, yang dalam hitungan kalian kalah, sementara mereka menduga keras
akan memperoleh kemenangan, ternyata kaum musliminlah yang memperoleh
kemenangan berkat pertolongan Allah, sebab Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,
termasuk memenangkan kelompok kecil atas kelompok yang besar
6. Tafsir Lengkap Kemenag RI
[613] Yang dimaksud dengan rampasan perang (ghanimah) adalah harta yang
diperoleh dari orang-orang kafir dengan melalui pertempuran, sedang yang
diperoleh tidak dengan pertempuran dinama fa'i. Pembagian dalam ayat ini
berhubungan dengan ghanimah saja. Fa'i dibahas dalam surat al-Hasyr. [614]
Maksudnya: seperlima dari ghanimah itu dibagikan kepada: a. Allah dan RasulNya.
b. Kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Muthalib). c. Anak Yatim. d. Fakir miskin. e.
Ibnussabil. Sedang empat-perlima dari ghanimah itu dibagikan kepada yang ikut
bertempur. [615] Yang dimaksud dengan apa ialah: ayat-ayat Al-Qur'an, malaikat
dan pertolongan. [616] Furqaan ialah: pemisah antara yang hak dan yang batil.
Yang dimaksud dengan hari Al Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang
Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di peprangan
Badar, pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah. Sebagian mufassirin
berpendapat bahwa ayat ini mengisyaratkan kepada hari permulaan turunnya Al
Qur'anul Kariem pada malam 17 Ramadhan. Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan
cara pembagian barang rampasan itu sesuai dengan syariat Islam. Jumhur ulama
berpendapat bahwa ayat ini diturunkan pada perang Badar dan permulaan
pembagian harta rampasan adalah sesudah perang Badar. Allah swt. menjelaskan,
bahwa semua ganimah yang diperoleh kaum Muslimin dari orang-orang kafir
dalam peperangan, maka pertama-tama harus diambil seperlimanya untuk Allah
dan Rasul, yaitu untuk soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan, seperti
kemaslahatan agama dalam berdakwah, mendirikan syiar-syiar agama, untuk
memelihara Kakbah, membuat kelambunya dan sebagainya dan untuk keperluan
Rasulullah saw. dan rumah tangganya selama satu tahun. Kemudian harus
diberikan pula kepada kerabat-kerabatnya. Dalam hal ini yang diberi bagian dari
kerabat Rasulullah saw. itu hanya Bani Hasyim dan Bani Muttalib dan tidak kepada
Bani Syam dan Bani Naufal. Kemudian diberikan pula kepada kaum Muslimin
yang memerlukan bantuan seperti anak-anak yatim, fakir miskin dan ibnussabil.
Yang empat perlima lagi dibagikan kepada tentara yang ikut berperang.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mut'im bin Jubair dari Bani Naufal, dia
berkata: "Saya dengan Usman bin Affan dari kabilah Bani Abdisysyam bersama-
sama datang kepada Rasulullah saw., lalu kami bertanya kepada beliau: "Wahai
Rasulullah, engkau telah memberi ganimah kepada kabilah Bani Muttalib dan
membiarkan kami tidak dapat bagian, padahal kami dengan mereka sederajat?"
Rasulullah saw. menjawab: "Sesungguhnya kabilah Bani Muttalib dan Bani
Hasyim merupakan satu kesatuan." Jawaban Rasulullah ini adalah sebagai sindiran
kepada Bani Syam dan Bani Naufal, bahwa mereka tidak dapat dipersamakan
dengan Bani Muttalib dan Bani Hasyim yang selalu berjuang mendampingi
Rasulullah saw. dan tidak pernah memusuhinya. Mujahid, seorang ahli tafsir,
mengatakan bahwa Allah mengetahui di antara kabilah Bani Hasyim dan Bani
Muttalib banyak yang miskin. Karena itu mereka diberi bagian dari ganimah, sebab
mereka tidak boleh menerima zakat. Perbedaan ini jika akan diselidiki sebab-
sebabnya harus dikembalikan kepada sejarah, yaitu ketika orang Quraisy menulis
sebuah risalah yang menentukan sikap mereka terhadap Nabi Muhammad saw.
untuk memboikot sahabat-sahabat Nabi. Maka orang Quraisy mengusir Bani
Hasyim dari Mekah yang menempatkan mereka di syi'ib (lembah) Bani Hasyim,
karena mereka selalu melindungi Nabi Muhammad saw. Kemudian datang pula
kabilah Bani Muttalib bergabung dengan mereka, sedang kabilah Abdisysyams dan
Bani Naufal tetap berada di luar tidak ikut diboikot oleh orang-orang Quraisy. Abu
Sufyan dari keturunan Bani Umaiyah sering pula memerangi Nabi Muhammad
saw. bersama-sama kaum musyrikin dan orang Yahudi sampai negeri Mekah
dikuasai oleh Nabi Muhammad saw. dan baru ketika itulah Abu Sufyan masuk
Islam. Adapun hikmah dari pembagian ganimah itu untuk Allah dan Rasul ialah
karena pemerintahan Islam dalam mengurus umatnya perlu mempunyai
perbendaharaan untuk dipergunakan bagi kemaslahatan umum, untuk menegakkan
syiar-syiar agama dan untuk pertahanan. Semuanya itu diambil dari seperlima
untuk Allah. Kemudian untuk kepentingan kepala negara diberikan bagian
Rasulullah dan rumah tangganya. Kemudian diberi pula karib-kerabatnya yang
berdekatan dengan beliau, yaitu Bani Hasyim dan Bani Muttalib sebagai
penghargaan atas bantuannya untuk perjuangan Nabi. Kemudian juga kepada
orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu di antara umat Islam yang lemah
ekonominya. Cara pembagian ini senantiasa dipraktekkan di sebagian besar negara-
negara Islam walaupun ada sedikit perbedaan dalam praktek menghadapi keperluan
masyarakat dan rakyatnya. Cara pembagian itu wajib dilaksanakan jika kaum
Muslimin sungguh-sungguh beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan-Nya, kemenangan bagi kaum muslimin dengan bantuan berupa
malaikat. Hari perang Badar ini diberi nama "Hari Furqan" (hari bertemu dua
pasukan), yaitu pasukan Nabi Muhammad saw. bertemu dengan pasukan Quraisy
di bawah pimpinan Abu Jahal dan kawan-kawannya. Hari Furqan itu ialah hari
yang memisahkan antara keimanan dan kekafiran, dan perang Badar itu adalah
kemenangan yang pertama bagi kaum Muslimin terhadap kaum musyrikin
walaupun jumlah mereka tiga kali lipat banyaknya dari kaum Muslimin. Allah swt.
Maha Kuasa atas segala sesuatu, Kuasa memberi kemenangan kepada kaum
Muslimin sesuai dengan janjinya.

7. Tafsir Jalalayin
(Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang telah kalian peroleh) kalian ambil dari
orang-orang kafir secara paksa (dalam bentuk apa pun, maka sesungguhnya
seperlima untuk Allah) Dialah yang akan mengaturnya sesuai dengan kehendak-
Nya (Rasul, kerabat Rasul) kaum kerabat Nabi saw. yang terdiri dari kalangan Bani
Hasyim dan Bani Mutalib (anak-anak yatim) anak-anak kaum muslimin yang ayah-
ayah mereka telah meninggal dunia sedangkan mereka dalam keadaan miskin
(orang-orang miskin) kaum muslimin yang hidupnya masih kekurangan (dan ibnu
sabil) orang muslim yang kehabisan bekal dalam perjalanannya. Atau dengan kata
lain Nabi saw. dan keempat golongan orang-orang tadi berhak untuk mendapatkan
seperlima dari seperlimanya. Sedangkan sisa seluruh ganimah yang tinggal empat
perlima, seluruhnya untuk pasukan yang telah memperolehnya (jika kalian beriman
kepada Allah) maka ketahuilah oleh kalian hal tersebut (dan kepada apa) diathafkan
pada lafal billaah (yang Kami turunkan kepada hamba Kami) Muhammad saw.,
yaitu malaikat dan ayat-ayat (di hari Furqan) artinya pada perang Badar karena di
dalam perang tersebut dipisahkan antara perkara yang hak dan yang batil (yaitu di
hari bertemunya dua pasukan) pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum kafir.
(Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) antara lain Dia telah memenangkan
kalian sekali pun jumlah kalian sedikit dan jumlah musuh-musuh kalian banyak.

8. Tafsir Quraish Shihab


Wahai orang-orang yang beriman, ketahuilah bahwa perolehan kalian dari harta
orang-orang kafir dalam peperangan, itu aturan hukumnya dibagi menjadi lima
bagian. Seperlimanya adalah hak milik Allah, rasul-Nya, kerabat rasul; lalu anak-
anak yatim, yaitu anak-anak orang Muslim yang papa dan telah ditinggal mati
orangtua mereka, fakir miskin, yaitu mereka yang membutuhkan dari kalangan
orang-orang Muslim, dan ibn al-sabîl, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam
suatu perjalanan yang tidak terlarang. Bagian Allah dan rasul-Nya yang diambil
dari seperlima bagian itu, dimanfaatkan untuk kepentingan bersama sebagaimana
diterangkan Rasulullah sewaktu masih hidup. Sementara empat perlima bagian
yang tidak disinggung dalam ayat adalah hak milik orang-orang Muslim yang
berperang. Ketahui dan pahamilah aturan itu jika kalian benar-benar beriman
kepada Kami dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami,
Muhammad, berupa bukti-bukti dukungan dan bantuan Kami pada hari
pembedaan. Suatu hari ketika Kami memisahkan antara orang yang kufur dan
orang yang beriman, yaitu pada saat pasukan orang-orang Mukmin dan orang-
orang kafir saling berhadapan di Badar. Allah Mahabesar kekuasaan-Nya atas
segala sesuatu. Allah telah menolong orang-orang beriman yang berjumlah sedikit
dan memenangkan mereka atas orang-orang kafir yang jauh lebih besar jumlahnya.
9. Istinbat Hukum
Sistem pembagian ghanimah (harta rampasan perang) sepenuhnya ketentuan
Allah. Orang mukmin tidak boleh memprotes apa saja keputusan Allah dan Rasul-
Nya karena akan merusak keimanan. Allah telah tentukan ghanimah itu 20 % untuk
Allah, Rasul-Nya, kerabat Rasul, anak yatim, fakir miskin, dan orang yang
kehabisan bekal dalam perjalanannya. Rampasan perang dibagikan apabila
peperangan telah selesai dengan sempurna. Karena dengan selesainya perang itu
baru dapat diketahui jumlah ghanimah yang akan dibagi dan juga supaya para
tentara tidak terpengaruh pemikirannya. Untuk tempat pembagian ghanimah,
ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa ghanimah tersebut
dibagi di dar al-harb. Adapun Malikiyah mensyaratkan jika kondisi aman dan yang
mendapatkan ghanimah tersebut adalah tentara. Sedangkan Abu Hanifah
berpendapat bahwa ghanimah boleh dibagikan hanyalah ketika berada di dar al-
Islam .Namun demikian, Al-Mawardi mengatakan bahwa pembagian ghanimah
boleh dilakukan segera di dar al-harb dan boleh ditunda hingga sampai di dar al-
Islam. Keputusan ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi paling baik dalam
pandangan komandan pasukan.
DAFTAR PSUTAKA
Abdul-Rahman, M.S., 2009. Tafsir Ibn Kathir Juz'10 (Part 10): Al-Anfal 41 to
At-Tauba 92. MSA Publication Limited.
Budiharjo, G.T., 2013. Kebijakan Kharāj Khalifah Umar ibn Khattāb. Az
Zarqa': Jurnal Hukum Bisnis Islam, 5(2).
Junaidi, L.B.S., 2018. Pajak Sebagai Sumber Pendapatan Negara (Analisis
Sejarah Penentuan Kadar Pajak Di Masa Umar Bin Khattab Menurut
Abu Yusuf dalam Kitab Al-Kharaj. Al-Intaj: Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah, 2(1).
Ridlo, A., 2013. Kebijakan Ekonomi Umar Ibn Khattab. Al-'Adl, 6(2), pp.1-28.
Tafsir Q. S Al-Anfal : 41 Ghanimah. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2021.
Tafsirq.com. Surat Al-Anfal Ayat 41 | Tafsirq.com

Anda mungkin juga menyukai