PLURALITAS SUKU/ETNIS
DI INDONESIA
NAMA :
KELAS :
ABSEN :
2022
SUMATRA
SUKU MINANG
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Minangkabau
Rumah Gadang adalah rumah adat sukuk Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain seperti
rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang.
Rumah adat ini merupakan rumah model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi
panjang.
Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang
memang terletak di daerah rawan gempa.
SENJATA TRADISIONAL
KLEWANG
Senjata tradisional pertama yang berasal dari Suku Minangkabau yaitu klewang. Jika dilihat
sekilas, maka senjata ini memang mirip seperti golok. Namun, Anda akan menemukan beberapa
perbedaan.
Seperti misalnya berat serta bentuknya yang tidak sama persis seperti golok. Ada dua macam
kelewang yaitu kelewang yang bermata lengkung dan ukuran panjang seperti pedang, serta
klewang bermata lurus. Senjata ini zaman dulu digunakan oleh para pasukan Padri di perang
Padri yang terjadi di Sumatera.
Namun tak hanya itu saja, senjata tradisional minangkabau satu ini juga digunakan untuk
melakukan kegiatan pertanian oleh para masyarakat sekitar. Hingga sampai saat ini senjata
klewang masih banyak digunakan oleh masyarakat. Memiliki bentuk yang cukup unik. Hal itu
terlihat dari gagang senjata ini yang yang bergaris-garis serta menyerupai ular naga.
SUKU JAMBI
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Jambi Wanita
Untuk baju adat Jambi wanita biasanya sangat terkenal dengan baju kurung. Baju jenis ini
merupakan baju adat yang terbuat dari kain beludru. Lalu, biasanya akan dilengkapi dengan
slenedang, ikat pinggang, teratai dada atau tutup dada, dan juga pending. Pada bagian bawah,
seorang wanita biasanya akan mengenakan selendang dan sarung songket berwarna merah yang
ditenun dari benang sutra. Tak lupa sandal selop sebagai alas kaki. Untuk wanita Jambi biasanya
akan menggunakan penutup kepala atau mahkota sebagai perhiasan kepala. Mahkota ini bernama
pesangkon yang memiliki warna kuning dan berbentuk seperti duri pandan.
Sebagai pelengkap baju adat Jambi modern, wanita Jambi juga akan dilengkapi dengan beberapa
perhiasan yang sangat khas. Adapun beberapa aksesoris yang disematkan seperti, gelang, anting,
cincin, dan juga kalung. Untuk gelang terdiri dari gelang tangan dan gelang kaki.
Gelang tangan memiliki 4 jenis, seperti gelang buku beban, gelang kano, gelang kilat bahu, dan
juga gelang ceper. Sedangkan untuk gelang kaki, terdiri dari gelang ular melingkar dan juga
gelang nago betapo. Untuk bagian anting dan cicin, masing-masing terdiri dari dua jenis. Lalu,
akan ada tiga jenis kalung yang akan dikenanakan, yakni kalung rantai Sembilan, kalung jayo,
dan juga kalung tapak.
Belakangan ini, jenis pakaian yang satu ini biasanya dikenakan pada saat upacara pernikahan.
Yang menjadi ciri khas pakaian adat ini adalah warna dan sentuhan kain songket yang khas.
Gambar pakaian adat Jambi biasanya didominasi dengan warna merah dan emas.
Warna merah lebih dominan pada pakaian, sedangkan warna emas berasal dari aksesoris dan
aksen pelengkap. Tak jarang, untuk pengantin wanita akan diberikan rangakain bunga berawarna
putih dengan bunga mawar merah yang disematkan pada bagian belakang telingan sebelah
kanan.
Pakaian Adat Jambi Pria
Setelah mengetahui pakaian adat Jambi untuk wanita, belum lengkap jika Anda masih belum
mengenal pakaian adat untuk pria Jambi. Sebenarnya, pakaian yang digunakan tidak berbeda
jauh dengan wanita. Pada pakaian pria biasanya juga menggunakan baju kurung tanggung
dengan lengan yang berukuran tanggung. Baju kurung untuk pria memiliki panjang lengan yang
hanya sampai siku. Oleh sebab itu, baju kurung pria dikenal sebagai baju kurung tanggung.
Di balik modelnya ini ternyata memiliki makna tersendiri. Dengan pakaian lengan tanggung,
diharapkan bahawa pria Jambi akan lebih cekatan dan tangkas saat bekerja. Sama halnya dengan
baju kurung wanita, baju kurung tanggung ini juga terbuat dari bahan bludru dengan sentuhan
tambahan dari benang emas yang membentuk motif kembang bertabur, melayi, pucuk rebung
dan juga kembang berangkai. Ternyata penggunaan benang emas ini bukan tanpa alasan. Warna
emas dilambangkan sebagai kesuburan dan kekayaan.
Baju adat Jambi pria juga dilengkapi dengan beberapa perhiasan dengan sentuhan yang senada
dengan yang dimiliki oleh wanita. Jika wanita jambi mengenakan pesangkon, maka pria Jambi
akan mengenakan lacak sebagai penutup kepala. Lacak ini terbuat dari kain bludru merah yang
sama dengan baju kurung yang digunakan. Bentuknya harus tegak sehingga dimasukin kertas
karton. Lecak ini juga dilengkapi dengan flora yang merupakan bungo runic dan tali runci.
Sedangkan untuk alas kaki tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki wanita, yakni sandal selop
berwaran hitam. Jika disandingkan sebenarnya tidak jauh berbeda antara pakaian wanita dan
pria. Yang membedakannya hanyalah sentuhan aksesoris yang digunakan.
Tak hanya hiasan pada kepala, pakaian adat Jambi untuk laki-laki juga dilengkapi dengan
beberapa aksesoris lainnya. Pada bagian pinggang akan disematkan selendang dengan rumbai-
rumbai pada bagian ujung dan disatukan dengan pending yang merupakan rantai dari logam
sebagai sabuk pengikat. Lalu, sebuah keris juga akan disematkan pada bagian perut yang
merupakan simbol dari kebesaran. Tak hanya wanita yang mengenakan gelang, ternyata pria
Jambi juga memiliki gelang sebagai pelengkap yang bernama gelang kilat bahu. Gelang ini
merupakan gelang golam yang memiliki lukisan naga kuning. Sentuhan naga kuning ini
memiliki makna bahwa sang pria sudah diberi kekuasaan, maka jangan diganggu.
RUMAH ADAT
Rumah Adat Tuo Rantau Panjang
Rumah adat di Jambi selain Kajang Leko yang sudah didaulat secara resmi, terdapat jenis lain
yang biasa disebut rumah adat Tuo Rantau Panjang.
Rumah adat ini juga kerap disebut sebagai rumah Merangin merujuk pada lokasi eksistensinya
saat ini yang berada di Kabupaten Merangin, Jambi.
Perkampungan yang masih mengejawantahkan adat istiadat suku Batin secara baik, bahkan
masih ada sekitar 60 rumah adat yang masih digunakan sampai saat ini.
Bagi masyarakat Merangin, rumah Tuo Rantau Pajang bukan sekedar tempat tinggal.
Lebih dalam, rumah ini juga difungsikan sebagai museum mini yang menyimpan berbagai
benda-benda adat peninggalan leluhur seperti kain kuno dan mushaf Al Quran yang ditulis
tangan.
Ada pula perkakas jaman dulu berupa guci keramik peninggalan Dinasti Ming dan Ching, gong
perunggu, dan cetakan bandul jala.
Struktur bangunan rumahnya dibuat memanjang ke samping sejajar dengan jalan.
Karena masih menggunakan tipe rumah panggung seperti sebagian besar rumah adat di
Sumatera, rumah Tuo Rantau Panjang ini dilengkapi pula dengan tangga utama yang
ditempatkan di tengah untuk mengakses bagian badan rumah.
Pintu dan jendela yang ada di rumah adat ini dibuat dengan ukuran yang besar dan berjumlah
banyak.
Rumah ini juga memiliki dekorasi dinding dan tiang penyangga berupa ukiran dengan berbagai
motif yang cantik.
SENJATA TRADISIONAL
Pedang Selangkeh Jambi
Pedang selangkeh merupakan pedang yang berasal dari Jambi. Sebenarnya jika dilihat dengan
sekilas, pedang tersebut tidak mempunyai perbedaan dengan pada umumnya.
Tetapi, jika dilihat dengan lebih jauh pedang Jambi mempunyai dua mata pedang besi yang
tajam sehingga dapat menyayat tubuh. Berbeda dengan pedang pada umumnya yang hanya
mempunyai satu masa sisi saja.
Pedang ini merupakan pedang bagi suku adat kerinci. Tetapi pedang tersebut sudah terlupakan
oleh masyarakat Kerinci. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih mengenal keris sebagai artefak
warisan budaya masyarakat nya.
Pedang selangkah dulunya digunakan oleh para ksatria, hulubalang, adipati dan juga pendekar.
Pedang tersebut juga terbuat dari besi baja yang berkualitas.
Senjata tradisional Jambi sekarang hanya digunakan oleh para pemencak silat pada saat mengisi
acara adat. Untuk model asli dari pedang masih belum ditemukan.
Tetapi biasanya pedang hanya akan berujung di tangan kolektor barang-barang antik. Selangkeh
juga tidak mempunyai sarung, tetapi jika pemilik tersebut mempunyai sarungnya, maka bisa
menambahkan kebaikan dari pemiliknya.
SULAWESI
SUKU KAILI
Baju Adat Kaili
Pakaian adat ini dilengkapi dengan aksesoris seperti pakaian pria. Aksesoris yang ada pada
pakaian wanita ini adalah berupa anting panjang atau disebut dali taroe, gelang yang disebut
ponto date, gemo atau kalung berunyai. Selain itu, ada penutup dada yang disebut sampo dada.
Ada ikat pinggang yang terbuat dari emas dan disebut pende.
RUMAH ADAT TAMBI
Rumah tambi merupakan rumah panggung sederhana yang pendek. Rumah ini sebenarnya juga
diakui sebagai rumah adat suku Lore. Jika pada suku Kaili rumah ini untuk penduduk biasa,
namun di suku Lore bangunan tersebut digunakan sebagai tempat tinggal para ketua atau kepala
adat.
Senjata Tradisional
Tengah/IDN Times/Istimewa
Hingga kini belum yang bisa menjelaskan secara rinci asal mula "Guma" jadi nama senjata khas
Suku Kaili. Hanya saja, kat Dedy, secara luas masyarakat Sulteng mengenalnya sebagai sebutan
untuk senjata khusus saat perang terjadi di masa lalu.
SUKU TORAJA
PAIAKAN
Baju pokko
Pakaian Pokko adalah pakaian adat Toraja yang dikenakan oleh wanita. Gaun Pokko sama
dengan lengan pendek. Warnanya kuning, merah dan putih. Ketiga warna ini menjadi ciri khas
busana Pokko Sulawesi Selatan.
Mengenakan gaun tradisional untuk anak perempuan biasanya lebih sederhana dan lebih cerah.
Di sisi lain, wanita remaja dan dewasa biasanya mengenakan berbagai aksesori berwarna merah,
kuning, dan putih.
Aksesoris yang Anda kenakan biasanya berupa berbagai perhiasan manik-manik. Permata ini
dikenakan di dada dengan gelang, ikat kepala, dan ikat pinggang. Baju pocco ini bisa disebut
baju batik ala sulawesi selatan
Aksesoris yang digunakan sebagai pelengkap memiliki makna filosofis. Hiasan manik-manik di
dada, pinggul, dan kepala memiliki makna genetik sebagai penerang kehidupan.
Seragam Seppa Tallung
Pakaian adat Toraja yang dikenakan oleh laki-laki disebut Seppa Tallung atau Seppa Tallung
Buku. Pakaian ini terdiri dari atasan lengan panjang dan celana selutut.
Aksesoris termasuk ikat kepala, gayan (Chris), lipa’ (salon tradisional), ikat pinggang dan hiasan
kepala.
Kandaure adalah gaun dengan hiasan manik-manik di bagian dada, ikat pinggang dan selempang.
Bahkan diyakini bahwa beberapa Kandaura lebih dari sekedar hiasan, mereka bertindak sebagai
pemanggil hujan dan bahkan dapat membawa berkah dan kesengsaraan bagi pemiliknya.
Busana adat Toraja selalu menjadi sorotan. Warna kuning, merah dan putih identik dengan
Toraja. Demikian pula ada aksesoris manik-manik yang dikenakan oleh pria dan wanita di
kepala, dada, pinggul dan lengan. Warisan budaya yang harus dilestarikan untuk melestarikan
kekayaan budaya negara.
RUMAH
Rumah Tongkonan, Rumah Adat Suku Toraja
Dalam bahasa Makassar, kata Rumah juga disebut dengan Balla atau Bola. Rumah Tongkonan
juga berasal dari bahasa lokal. Menurut orang Toraja, Tongkon memiliki arti kata Duduk. Jika
dilihat sepintas, desain dan bentuk rumah Tongkonan memang seperti sebuah kursi kecil yang
digunakan untuk duduk. Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, rumah Tongkonan sendiri bukan
sekedar rumah biasa untuk berteduh dari terik cuaca atau hujan. Melainkan sebagai sebuah
simbol keluarga dan status sosial di masyarakat. Tongkonan juga menjadi pusat kehidupan sosial
suku asli Toraja.
Menurut sejarahya, rumah ini punya arti spiritual bagi suku Toraja. Oleh karena itu, dalam
pembangunan rumah adat Toraja, semua anggota keluarga diharuskan membantu proses
pembangunan ini. Apalagi dengan ukuran yang sangat besar, dibutuhkan tenaga dan proses yang
melelahkan dalam proses pembangunan. Berdasarkan cerita rakyat yang dipercayai oleh
masyarakat setempat, Tongkonan pertama kali dibuat di surga dengan 4 tiang. Ketika leluhur
mereka turun ke bumi, ia pun meniru desain rumah yang sama dengan yang mereka tinggali di
surga.
SENJATA TRADISIONAL
Kanta (perisai)
Kanta adalah perisai ramping yang berukuran panjang, berbentuk V di sepanjang bagiannya.
Senjata ini agak meruncing ke bagian bawah dan atas. Kanta dihiasi dengan rambut kambing
yang dicat putih, hitam dan merah, yang digarap dengan jumbai horizontal dan dilapisi dengan
cangkang kecil atau tulang putih. Jambul rambut putih, merah dan hitam ini dipasang pada baris
yang saling tumpang tindih
SUKU BUGIS
PAKAIAN ADAT BUGIS
Pakaian adat Bugis wanita
Pakain adat wanita yang terkenal adalah baju bodo. Baju bodo adalah baju adat pertama yang
dikenal oleh masyrarakat Sulawesi selatan. Cara pemakaian baju bodo, jenis baju bodo dan
bentuknya sudah dijelaskan dlam sebuah kitab yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan
sudah dilestariakn secara turun temurun dari dulu.
Bahan untuk pembuatan baju bodo adalah kain muslin. Kain muslin adalah kain yang terbuat
dari kain hasil pintalan kapas yang dijalin dengan kain katun. Pada pemakaian baju bodo,
dilengkapi dengan aksesorisyang akan menambah kecatikan baju bodo dan pemakainya.
Aksesoris yang digunakan seperti, kepingan logam, kalungm gelang, cincin, anting dan bando
emas.
Selain itu, pengguna baju bodo juga tidak bisa sembarang orang, ada ketentuan yang harus
dipatuhi dan diikuti. Dalam kitab Patuntung, ada aturan yang menyebutkan penggunaan warna
khusus bagi tingkatan usia wanita yang akan mengenakan baju bodo. Berikut adalah aturan
warna yang akan digunakan:
1. Warna jingga dipakai oleh perempuan umur kurang dari 10 tahun.
2. Warna jingga dan merah darah dipakai oleh perempuan umur 10 hingga 14 tahun.
3. Warna merah darah dipakai oleh untuk 17 hingga 25 tahun. Warna putih dipakai oleh
para inang dan dukun.
4. Warna hijau dipakai oleh puteri bangsawan.
5. Warna ungu dipakai oleh para janda.
Pakaian adat Bugis pria
Jikalau pakaian adat wanita adalah baju bodo, untuk pria menggunakan pakaian adat baju bella
dada. Baju bella dada terbuat dari kain lipa sabbe atau lipa garusuk. Baju bella dada memiliki
model berbentuk jas tutup dan berlengan panjang lengkap dengan kerah dan kancing. Baju bella
dada dilengkapi dengan paroci (celana), lipa garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala
seperti peci yang terbuat dari anyaman daun lontar dengan hiasan mbring atau benang emas).
Selain aksesoris tersbut, masih ada aksesoris yang lain seperti:
1. Gelang yang digunakan adalah gelang motif naga yang terbuat dari emas. Gelang ini
disebut dengan gelang ponto naga.
2. Sapu tangan, menggunakan hiasan khusus. Sapu tangan ini disebut dengan nama passapu
ambara.
3. Keris, sarung yang digunakan keris adalah sarung yang terbuat dari bahan emas. Keris ini
disebut dengan pasattimpo atau tatarapareng.
Baju bodo dan baju bella dada keduanya merupakan pakaian adat bugis yang harus dilestarikan
agar tidak hilang tergerus zaman. Meskipun zaman sudah modern, dan masuknya budaya barat di
Indonesia sudah cukup berpengaruh, baju bodo dan baju bella dada ini tetap menjadi baju
kebanggan dari masyarakat suku bugis.
RUMAH ADAT
Rumah Saroraja
Fakta unik pertama dari rumah adat Bugis yaitu pada pengelompokan bentuk dan juga luas
bangunannya berdasarkan tingkatan sosial orang yang mendiaminya. Jenis pertama yaitu
bernama Saroraja atau juga dikenal dengan nama lain Salassa. Pembeda yang sangat nampak
pada bangunan rumah ini yaitu dari luas atau panjang serta jumlah tiang yang dimilikinya.
Rumah Saroraja sendiri menjadi satu tempat tinggal bagi keluarga berasal dari kerajaan atau
bangsawan dengan status sosial tinggi. Tiang utama menjadi penyangganya memiliki diameter
lebih besar dengan bentuk silinder, terbuat dari material kayu hitam. Pemaknaan lain selain
rumah tinggal juga bisa dikatakan sebagai istana.
SENJATA TRADISIONAL
Badik Bugis Luwu
Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu
yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.
Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan
dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali
Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan
membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak
akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka
yang berusaha di sektor pertanian.
KALIMANTAN
SUKU DAYAK
Pakaian Adat Suku Dayak
Pakaian adat pria Suku Dayak disebut dengan Sadaq. Pria yang sudah tua memakai ikat kepala
yang terbuat dari pandan. Mereka mengenakan atasan berupa baju rompi dan bawahan berupa
cawat yang disebut dengan Abet Kaoq. Selain itu, mereka mengenakan senjata tradisional
Mandau di bagian pinggang dengan cara diikat.
Pakaian wanitanya dinamakan Taa. Motif Taa tidak jauh berbeda dengan Sadaq. Bedanya, baju
bagian atasnya disebut dengan Sapei Inoq. Sedangkan bagian bawahnya, kaum wanita Dayak
mengenakan rok. Pakaian wanita dihiasi dengan manik-manik yang bervariasi, sehingga pakaian
mereka tampak cantik.
Rumah Panjang umumnya mempunyai ukuran yang sangat besar, meskipun juga ada ukuran
bermacam-macam tergantung dari jumlah anggota keluarga yang menempatinya.
Ada rumah yang panjangnya mencapai 15 meter dengan lebar mencapai 30 meter. Struktur
rumah tradisional ini adalah rumah panggung dengan tiang penyangga dengan tinggi mencapai
hingga 5 meter di atas permukaan tanah. Lebih tinggi dari rumah adat lain yang ada di Indonesia.
Rumah Panjang dibuat tinggi bertujuan untuk menghindari bencana banjir yang sering
mengancam daerah hulu. Rumah Panjang menjadi tempat tinggal beberapa keluarga. Satu
keluarga menempati satu ruangan.
Akan tetapi fungsi rumah adat ini bukan hanya sebagai rumah tinggal saja. Rumah Panjang juga
digunakan untuk tempat mengadakan upacara adat. Sehingga rumah ini tidak hanya dimiliki
secara pribadi, namun menjadi miliki masyarakat Dayak.
Rumah Panjang terdiri dari beberapa bagian. Di bagian depan terdapat teras yang disebut dengan
pante, ruang tamun disebut samik, kemudian ada ruang keluarga.
Di dalam ruang tamu ada meja berbentuk lingkaran yang dinamakan pene. Fungsi pene adalah
untuk tempat ngobrol, menerima tamu, dan meletakkan makanan bagi tamu. Di bagian belakang
rumah ada dapur untuk keluarga. Pada umumnya, setiap keluarga memiliki dapur yang terpisah.
Senjata Tradisional Suku Dayak
mereka mengenakan senjata tradisional Mandau di bagian pinggang dengan cara diikat.
SUKU BANJAR
Pakaian Adat Suku Banjar
Suku Banjar di Kalimantan memiliki 4 macam busana pengantin adat yang masih dilestarikan.
Selain mengusung model desain unik, keempat pakaian adat tersebut juga dikenakan lengkap
dengan aksesoris tradisional, beserta roncean bunga mawar atau melati yang menjadi ciri
khasnya.
Jenis-jenis busana adat etnis Banjar:
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut
Pakaian pengantin klasik yang telah berkembang sejak era Kerajaan Hindu di Kalimantan
Selatan.
Para wanita biasanya mengenakan kain yang membalut tubuh sehingga tampak seperti gaun,
sedangkan bawahannya adalah kain panjang bercorak halilipan.
Sedangkan pengantin pria mengenakan baju atasan tanpa kerah dan celana panjang. Umumnya,
pria juga memakai kain sasirangan yang dipakai dengan cara dililitkan.
Pakaian pengantin wanita dan pria juga dilengkapi dengan aksesoris tradisional.
2. Baamar Galung Pancar Matahari
Busana pengantin ini mulai dikembangkan setelah masuknya Islam ke Kalimantan Selatan.
Hingga saat ini, baamar galung pancar matahari termasuk salah satu pakaian pengantin paling
populer dan seolah wajib dikenakan oleh pasangan orang Banjar.
Pengantin wanita akan memakai baju koko berlengan pendek dengan hiasan manik-manik, dan
tambahan aksesoris serta kida-kida.
Sedangkan pengantin pria memakai kemeja lengan panjang yang dipadukan jas tanpa kancing,
serta dipasangkan celana panjang.
3. Babaju Kun Galung Pacinan
Pakaian pengantin adat Banjar yang memiliki model mirip busana pengantin Betawi dan
Semarang ini adalah perpaduan budaya Banjar dengan Tiongkok.
Babaju galung pacinan mulai dikenal luas sejak masuknya pedang China dan Gujarat ke
Kalimantan Selatan.
4. Babaju Kubaya Panjang
Berbeda dengan ketiga busana pengantin tradisional Banjar sebelumnya, babaju kubaya panjang
mengusung bentuk kebaya yang lebih simpel.
Pakaian ini adalah hasil modifikasi semua busana adat pengantin yang ada di daerah Kalimantan
Selatan.
Rumah Adat Banjar
Keris adalah senjata tradisional Kalimantan Selatan khas yang dibuat dari besi dan campuran
logam lainnya. Panjang keris ini sekitar 30 cm. Keris merupakan jenis senjata yang biasa dipakai
oleh masyarakat Indonesia pada jaman dahulu.
Biasanya yang membedakan dari daerah mana keris tersebut berasal adalah ukiran dan lekukan
keris tersebut . Sebagaimana provinsi Kalimantan Selatan mempunyai keris khas dengan nama
Keris Banjar.
PAPUA
SUKU ASMAT
Pakaian Adat Suku Asmat
Selain terkenal dengan ukirannya, suku asmat juga memiliki pakaian adat yang khas. Seluruh
bahan yang digunakan pakaian tersebut langsung berasal dari alam. Ini merupakan representati
kedekatan Suku Asmat dengan alam sekitarnya. Tidak hanya bahan, desain pakaian tradisional
Suku Asmat pun juga terinspirasi dari alam.
Pakaian tradisional laki-laki dibuat menyerupai burung atau binatang lainnya karena dianggap
sebagai lambang kejantanan. Sementara rok dan penutup dada bagi perempuan yang dibuat
dengan daun sagu sehingga sekilas mirip dengan keindahan bulu burung kasuari. Bagian penutup
kepala juga terbuat dari daun sagu dengan bagian samping menggunakan bulu burung kasuari.
Semua hal tersebut seolah menunjukkan betapa dekatnya Suku Asmat dengan alamnya
Suku Asmat memiliki sebuah rumah adat. Nama rumah adat suku Asmat sendiri adalah jew
atau sering disebut dengan nama rumah bujang. Rumah adat jew ini berbentuk rumah panggung
dengan luas 0-15 meter, namun ada pula yang panjangnya mencapai 50 meter dengan lebar
belasan meter.
Rumah ini mempunyai kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat suku Asmat, karena
dibangun untuk kepentingan khusus, misal melaksanakan kegiatan adat Asmat.
Rumah jew yang berasal dari Papua ini juga berfungsi sebagai tempat berdiskusi atau
musyawarah tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan warga.
Ya, rumah ini biasanya dibuat sebagai pertemuan adat, tempat membuat kerajinan tangan, ukiran
kayu, tempat untuk merencanakan perang, hingga pengambilan keputusan mengenai kampung
dan tempat tinggal mereka dari para lelaki lajang suku Asmat.
Dikarenakan rumah jew ini mempunyai banyak sekali fungsi, maka rumah adat ini juga dikenal
sebagai “rumah bujangan” oleh masyarakat setempat.
Selain itu, rumah bujangan ini berfungsi sebagai rumah ibadah yang suci dan tempat upacara
keagamaan. Bukan hanya itu saja, rumah jew ini merupakan tempat yang dianggap sakral oleh
masyarakat suku Asmat.
Maka dari itu, ada beberapa aturan adat yang harus dipelajari dan dipahami masyarakat Asmat
saat membuat Asmat Jew, termasuk syarat-syarat renovasi rumahnya.
Senjata Tradisional Suku Asmat
Suku Asmat juga memiliki senjata tradisional. Senjata tradisional Suku Asmat adalah kapak batu
yang terbuat dari batu hijau yang memberikan kesan artistik pada kapak ini. Kapak ini memiliki
panjang sekitar 45 cm dengan panjang bilah batu sekitar 20 cm dan memiliki berat 1 kg.
Meski berukuran lebih kecil dari kapak pada umumnya, namun kapak ini sangat kuat dan
menjadi salah satu benda yang paling berharga bagi Suku Asmat. Biasanya masyarakat Asmat
menggunakan kapak batu untuk menebang pohon dan membantu mereka dalam proses membuat
sagu.
Bagi Suku Asmat kapak batu bukan sekedar sebuah senjata, namun juga merupakan barang
mewah. Ini karena cara membuatnya yang rumit dan bahan pembuatnya merupakan batu nefrit
yang sulit ditemukan.
SUKU DANI
Rumah Adat
Rumah Honai, rumah adat suku Dani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar,
berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang.
Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan).
Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh
laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini
tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem yang luasnya 1.200 km2. Baik itu dekat jalan
besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak bukit, di
kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.
Rumah bundar itu begitu mungil sehinggi kita tak bisa berdiri di dalamnya. Jarak dari permukaan
rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya ada 1 perapian yang terletak
persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, ataupun cermin. Begitu sederhana
namun bersahaja.
Atap jerami dan dinding kayu rumah Honai ternyata membawa hawa sejuk ke dalam Honai.
Kalau udara dirasa sudah terlalu dingin, seisi rumah akan dihangatkan oleh asap dari perapian.
Bagi suku Dani, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu
masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang.
Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-
umbian dan hasil ladang, semacam lumbung untuk menyimpan padi. Ada pula yang khusus
untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan
Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.
Senjata tradisional panah-panah ini digunakan Suku Dani untuk menangkap hewan buruan dan
berperang melawan musuh. Sama halnya dengan senjata busur panah masyarakat Papua, senjata
khas Suku Dani juga memiliki karakteristik yang sama.
Selain itu, fungsi dari senjata khas Suku Dani juga dijadikan sebagai alat tradisional untuk
melindungi diri dari binatang buas di hutan.
MALUKU
SUKU AMBON
Rumah Adat Suku Ambon
Rumah adat Suku Ambon dinamakan Baileo, dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah dan
upacara adat yang disebut seniri negeri. Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi
oleh serambi. ATapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya dari
tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba.
Senjata tradisional Ambon seperti Parang Salawaku dan Tombak. Parang Salawaku adalah sejata
tradisional berupa pisau panjang dan perisai.
NUSA TENGGARA
SUKU SASAK
Pakaian Adat Suku Sasak
Pakaian adat Suku Sasak dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pakaian adat untuk laki-laki
(pegon) dan pakaian perempuan (lambung).
Biasanya, pakaian adat dikenakan lengkap dengan berbagai aksesoris yang menjadi ciri khasnya.
Untuk penjelasan lengkapnya bisa simak di bawah ini.
1. Pakaian Adat Pria (Pegon)
Pegon adalah baju dengan model yang kental akan pengaruh budaya Jawa dan Eropa.
Pakaian ini identik dengan warna gelap tanpa motif serta dilengkapi berbagai atribut dengan
makna berbeda, namun tetap memiliki lambang sebagai keagungan dan kesopanan.
Perlengkapan pegon terdiri atas Sapuk atau mahkota yang dikenakan di atas kepala. Kemudian
ada leang (dodot) yang merupakan kain songket tempat menyelipkan keris.
Cara mengenakan leang adalah dengan dililitkan di sekitar pinggang.
Dalam adat Sasak, keris harus diletakkan dalam posisi bagian muka menghadap ke depan, karena
keris merupakan lambang ksatria.
Selain itu, ada juga selendang umbak yang dilambangkan sebagai kebijaksanaan dan kasih
sayang pemakainya. Selendang umbak biasanya hanya dipakai oleh pemangku adat.
Selendang sepanjang empat meter berwarna hitam dan merah, yang dihiasi kepeng bolong ini
dibuat khusus dengan sebuah ritual keluarga Sasak.
Oleh karena itu, tidak bisa dipakai sembarang orang.
Rumah adat Suku Sasak disebut Bale. Bentuk rumah ini sangat unik, terutama karena bagian
lantainya terbuat dari kombinasi material, seperti tanah liat, abu jerami, dan kotoran kerbau.
Bangunan Bale tradisional ini dapat dilihat di kawasan cagar budaya Desa Sade (Lombok
Tengah).
Bagian dinding bangunan biasanya dibuat dari anyaman bambu, dengan beratapkan alang-alang
berbentuk gunungan yang menjadi ciri khasnya.
Secara umum, Bale terdiri atas 3 jenis, antara lain:
Bale Bonter (untuk petinggi suku).
Bale Kodong (tempat tinggal pengantin baru/orang tua yang ingin menikmati masa tua).
Bale Tani (khusus untuk pasangan yang sudah berkeluarga).
Senjata Tradisional
Meskipun zaman sudah semakin modern, namun penduduk Sasak masih melestarikan tradisi
berburu menggunakan senjata tradisional yang disebut Tulup dan Klewang.
JAWA
SUKU MADURA
PAKAIAN ADAT
RUMAH ADAT
Taneyan Lanjhang
Taneyan Lanjhang merupakan sebuah pemukiman atau kumpulan rumah adat Madura yang
tersusun dari beberapa rumah dan penghuni yang ada di dalamnya masih memiliki ikatan
keluarga. Sikap kekeluargaan masyarakat Madura sangat terasa di Taneyan Lanjhang, bahkan
dalam satu kelompok rumah bisa terdiri dari 2 hingga 10 rumah dan dihuni oleh sepuluh
keluarga.
Menjunjung tinggi kekeluargaan merupakan ciri khas masyarakat Madura. Simbol-simbol yang
mendukung hal tersebut terlihat dari rumah adat Madura yang sebagian besar masih terawat rapi
dan dilestarikan hingga saat ini. Letak rumah adat sangat berdekatan dengan lahan garapan,
sumber mata air atau sungai.
SENJATA TRADISIONAL
Celurit atau clurit merupakan senjata tradisional khas Madura. Senjata tajam berbilah
melengkung ini erat kaitannya dengan budaya carok di Madura. Carok dan clurit laksana dua sisi
mata uang yang tak terpisahkan.
Clurit merupakan salah satu identitas orang Madura. Meski banyak orang menghubungkan
senjata ini dengan tindakan kekerasan, bagi orang Madura, clurit memiliki makna tersendiri.
Celurit merupakan simbol kejantanan laki-laki, juga simbol perlawanan rakyat jelata. Konon,
barisan tulang rusuk laki-laki berkurang karena diciptakan oleh Allah menjadi perempuan. Nah,
untuk bagian yang hilang itu, orang Madura menggantinya dengan clurit.
Bentuk celurit yang bengkok diibaratkan tulang rusuk yang berkurang itu. Dengan adanya
celurit, kejantanan laki-laki tidak berkurang. Dan karena maknanya mengganti tulang rusuk yang
hilang itu, celurit biasanya diselipkan di pinggang bagian kiri.
SUKU OSING
PAKAIAN ADAT
Suku Osing mempunyai beberapa jenis pakaian adat yang penggunaannya umumnya disesuaikan
dengan penyelenggaraan momen tertentu.
Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kaum perempuan Osing mengenakan atasan kebaya
semi brokat berwarna hitam dan bawahan kain jarik.
Berikut ini adalah pakaian adat dari etnis Osing yang masih dilestarikan hingga sekarang:
1. Jebeng Thulik
Pakaian jebeng dan thulik merupakan salah satu ikon pakaian adat masyarakat Osing
Banyuwangi.
Jebeng thulik umumnya dipakai oleh pasangan pengantin, maupun untuk menghadiri berbagai
acara resmi. Keduanya karakteristik sama, yakni udheng tongkosan.
Jebeng adalah baju wanita, berupa kebaya polos atau berhias bordir tanpa kutu baru.
Atasan ini mengaplikasikan lengan panjang, dan dipasangkan dengan bawahan berupa kain
panjang bercorak khas Banyuwangi, seperti kangkung, gajah oling, gringsing, atau setingkeh.
Sedangkan thulik merupakan pakaian pria berupa atasan lengan panjang bermotif polos khas
Jawa Timur.
Thulik dipasangkan dengan celana sepanjang mata kaki, dengan perlengkapan ikat kepala bentuk
tongkosan, serta kain panjang bermotif sama seperti udeng.
2. Busana Pengantin
Pakaian adat Osing lainnya dapat dilihat pada busana pengantin yang dipakai pada prosesi
perkawinan masyarakat etnis ini.
Busana pengantin Osing sekilas tampak seperti pengantin Bali, namun corak perhiasan Osing
biasanya mengaplikasikan motif kembang goyang, dsb.
RUMAH ADAT
Saat ini, Rumah Osing dapat dilihat di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, dan kawasan
tersebut telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah daerah.
Terdapat beberapa tradisi yang wajib dipatuhi saat membangun Rumah Osing.
Salah satunya adalah, bahwa bangunan harus menghadap ke arah jalan, tidak boleh ke gunung
(Arah rumah ditentukan dari hari meninggalnya orang tua). Setelah rumah dibangun, maka akan
digelar selamatan.
Ciri khas dari Rumah Osing lainnya adalah bangunan tidak mempunyai jendela, sehingga bagian
dalam rumah cenderung gelap.
Selain itu, Rumah Osing mengaplikasikan konsep tata ruang sejajar, yang mana ruangan terdiri
atas, rumah, bale, dan pawon.
Di masyarakat Osing, atap rumah dibagi atas baresan, tikel balung, dan crocogan yang menjadi
lambang kasta.
Apabila sebuah rumah menggunakan tikel, maka artinya penghuni rumah adalah kalangan atas,
baresan untuk masyarakat menengah, dan crocogan untuk pasangan baru menikah.
Rumah Osing biasanya disusun tanpa menggunakan paku, namun pasak pipih.
Sementara kayu bahan bangunan umumnya jenis bendo, risip, dan cempaka, di mana kayu
tersebut diambil langsung dari hutan yang tidak jauh dari Desa Kemiren.
SENJATA TRADISIONAL
Buding, yang berasal dari kabupaten terbesar di Pulau Jawa – Banyuwangi. Osing, suku terbesar
di Banyuwangi, masih menggunakan buding sebagai senjata dan alat pertanian hingga hari ini.
Buding memiliki bentuk yang serupa dengan pisau atau golok yang biasa Anda temui. Namun,
perbedaannya terletak pada bentuk buding yang lurus dan sedikit memanjang – hingga 46 cm.
Selain itu, buding juga dilengkapi dengan gagang berbahan dasar kayu serta sarung kulit sebagai
pelindungnya.
SUKU SUNDA
PAKAIAN ADAT
Pakaian adat pengantin Sunda
Dalam fungsinya sebagai baju pengantin, pakaian adat Sunda juga memiliki ciri khas tersendiri
yang tidak dimiliki daerah lain. Kita bisa dengan mudah menebak secara tepat bahwa itu adalah
ciri khas pakaian adat Sunda.
Adapun baju adat Sunda untuk pengantin sekarang ini telah dimofifikasi sedemikian rupa agar
terlihat lebih menarik dan modern. Namun tanpa menghilangkan kesan dan nilai adat
tradisionalnya. Artinya modifikasinya tentu tidak dilakukan menyeluruh, melainkan hanya
beberapa bagian tertentu saja.
Cantiknya penampilan pakaian sepasang pengantin Sunda memang sudah terkenal kemana-
mana. Pada umumnya pakaian adat Sunda untuk pengantin ini terinspirasi dari busana putri di
masa Kerajaan Sunda masa lalu. Di bagian kepala, rata-rata menggunakan sejenis mahkota
perhiasan yang dinamakan Siger. Maknanya adalah sebagai perlambang kehormatan dan sifat
bijak.
Busana / baju yang dikenakan pengantin wanita Sunda adalah sejenis kebaya brokat dengan
warna krem, kuning, dll. Aksesoris perhiasan yang dikenakan meliputi gelang, cincin permata
dan 2 kalung (pendek dan panjang) yang dipakai bersamaan. Untuk bawahannya yaitu
menggunakan kain batik kebat Lereng Eneng Prada.
Adapun untuk pengantin prianya mengenakan Jas Buka Prangwedana yang warnanya biasanya
disesuaikan dengan warna kebaya pengantin wanita. Begitupun dengan kain batik yang dipakai,
supaya selaras maka harus disamakan warnanya dengan pengantin wanita. Yang tidak kalah
penting adalah penutup kepala (Bendo) dengan hiasan permata. Kemudian di bagian bawah,
dipakaikan juga Boro Sarangka, yakni sejenis kantong atau tempat untuk menyimpan keris.
Rumah adat Sunda yang pertama yaitu rumah adat Julang Ngapak, yang mana Julang
Ngapak memiliki arti sebagai burung yang sedang mengepakkan sayapnya.
Hal tersebut bisa dilihat dari posisi atap rumah yang cenderung lebih melebar ke sisi samping
layaknya burung yang sedang membuka sayapnya.
Atap rumah tradisional tersebut terbuat dari bahan dasar berupa alang-alang, ijuk, dan daun
rumbia.
Semua bahan tersebut kemudian dikumpulkan dan disatukan menjadi sebuah kerangka atap.
Meski menggunakan bahan yang terbilang sangat sederhana, namun rumah tersebut tetap aman
dari bocor saat sedang hujan.
Pada bagian atap tersebut juga terdapat pelengkap yang memiliki bentuk cagak gunting (capit
hurang).
Dimana pelengkap tersebut berfungsi sebagai antisipasi agar air tidak merembes ke dalam
rumah.
Sedangkan untuk menopang kerangka atap tersebut, suku Sunda memilih menggunakan bambu
yang telah di sirih menjadi empat bagian.
Rumah adat Julang Ngapak ini masih dapat ditemukan di berbagai kampung adat yang ada di
daerah Kuningan dan Tasikmalaya.
SENJATA TRADISIONAL
KUJANG
Pertama ada Kujang, senjata tradisional Suku Sunda yang disakralkan dan dianggap punya
kekuatan magis. Menurut masyarakat setempat, Kujang berasal dari Bahasa Sunda kuno, yakni
Kudi yang berarti senjata dengan kekuatan gaib dan Hyang yang artinya dewa atau kedudukan di
atas dewa. Menilik dari arti kata ini, Kujang adalah pusaka dengan kekuatan magis yang
kekuatannya datang dari para dewa, guys.
Ukuran Kujang biasanya berkisar antara 20-25 cm. Nah, senjata yang dipakai sebagai peralatan
untuk bertani, senjata, pusaka, hiasan atau lambang pemerintah atau organisasi ini diperkirakan
peneliti sudah ada sejak sebelum abad ke-8 dan 9.
SUKU BETAWI
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Betawi dan Penjelasannya
RUMAH ADAT
SENJATA TRADISIONAL
Golok