Anda di halaman 1dari 33

TUGAS IPS

PLURALITAS SUKU/ETNIS
DI INDONESIA

NAMA :
KELAS :
ABSEN :

2022
SUMATRA
SUKU MINANG
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Minangkabau

Pakain Adat Minangkabau Wanita


Untuk pakaian adat dari Minangkabu terbagi menjadi dua jenis, yakni pakaian adat untuk wanita
dan pakaian adat untuk pria. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pakaian adat
Minangkabau adalah Limapeh Rumah Nang Gadang yang menjadi pakaian adat untuk para
wanita Minangkabau. Pakaian ini merupakan sebuah simbol dari kebesaran wanita setelah
menikah.
Oleh sebab itu, tak jarang jenis pakaian ini juga disebut sebagai Bundo Kanduang karena
memiliki simbolisasi dari pentingnya peran seroang ibu dalam sebuah keluarga. Selain itu, kata
Limapeh yang digunakan beraal dari arti kata tiang tengah pada bagian rumah adat dari Sumatera
Barat. Tiang inilah yang dianalogikan sebagai peran ibu dalam rumah tangga. Jika tiang tersebut
runtuh, maka runtuhlah sebuah keluarga tersebut.
Sebenarnya ada beberapa jenis pakaian Limapeh Rumah Nang Gadang atau Bundo Kanduang
ini, tetapi secara umum pakaian adat minang ini terdiri dari:
 Baju Adat Minangkabaru Batabue
Baju batabue adalah pakaian adat Minangkabau baju kurung dengan taburan benang emas.
Pernak-pernik sulaman dari benang emas ini menyimbolkan kekayaan dari tanah Sumatera Barat
yang sangat melimpah. Sedangkan untuk coraknya sendiri sangatlah beragam. Anda bisa
menemukan baju batabue ini dalam berbagai warna, seperti lembayung, merah, biru, dan juga
hitam. Baju batabue ini akan memiliki hiasan minsie yang menjadi simbol bahwa wanita Minang
memang harus taat pada batasan yang berlaku pada suku adat.
 Tingkuluak
Tingkuluak inilah yang menjadi ciri khas yang paling menonjol dari pakaian adat Minang.
Sekilas memang bentuk penutup kepala ini menyerupai segitiga yang sangat lancip. Ternyata,
tingkuluak ini merupakan bentuk dari atap rumah gadang ataupun kerbau yang terbuat dari kain
selendang. Tingkuluak ini digunakan untuk  sehari-hari ataupun upacara adat tertentu oleh
wanita-wanita Minangkabau
 Selempang
Yang menjadi ciri khas dari pakaian adat Minangkabau lainnya adalah selempang. Jenis
selempang ini merupakan sebuah selendang yang terbuat dari songket. Biasanya selempang akan
dikenakan pada bagian pundak yang memiliki makna bahwa wanita harus lebih waspada pada
segala kondisi dan memiliki welas asih kepada anak dan cucu.
 Lambak
Jika baju batabue merupakan pakaian bagian atas, maka lambak merupakan pakaian bawahan
yang melengkapi Bundo Kanduang. Lambak merupakan sebuah sarung songket yang dikenakan
dengan cara diikat pada bagian pinggang. Yang menariknya, belahan untuk lambak ini bisa
disesuaikan sesuai dengan adat Nagari.
 Perhiasan
Kuran lengkap rasanya jika pakaian adat Minangkabau tidak memiliki perhiasan sebagai
pelengkap. Seperti adat lainnya, pakaian dari Minangkabau untuk wanita juga dilengkapi dengan
beberapa aksesoris seperti cincin, kalung, dan lain sebagainya. Sebagai tambahan, dukuh
panyiaram disematkan sebagai lambing bahwa wanita harus melakukan segala hal sesuai dengan
azas lingkaran kebenaran. Selain itu, adapula motif yang terbentuk yakni motif galang bapahek,
galang rago-rago, galang basa, kunci maiek, dan juga galang ula. Pemakaian perhiasan ini juga
memiliki makna bahwa wanita memiliki batasan-batasan tertentu dalam melakukan berbagai
jenis aktivitas.
Pakaian Adat Minangkabau Pria
Untuk pakaian pria Minangkabau biasa disebut sebagai Pakaian Penghulu yang terdiri dari:
 Sarawa
Sarawa merupakan celana yang menjadi pakaian bawahan untuk pria Minangkabau. Celana ini
berwarna hitam dengan ukuran yang besar pada bagian paha dan betis. Dengan ukuran yang
besar ini melambangkan jiwa besar seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dan
melaksanakan tugasnya.
 Deta
Jika wanita Minangkabau memiliki Tingkuluak, maka pria Minangkabau juga memiliki Deta
sebagai penutup kepala. Deta adalah sebuah kain hitam yang dililitkan pada bagian kepala
hingga membentuk beberapa kerutan. Dari kerutan-kerutan ini memiliki makna bahwa pria akan
mempertimbangkan sebagala hal dengan bijak dengan mempertimbangkan baik dan buruknya
pada setiap keputusan. Hal ini cukup beralasan karena biasanya manusia akan mengerutkan
dahinya untuk berpikir. Dari sinilah filosofi ini muncul.
 Sasamping
Pakaian adat Minangkabau untuk laki-laki juga dilengkapi dengan sasamping, yakni selendang
berwarna merah. Sasamping ini berhiaskan benang berwarna-warni dan disematkan pada bagian
pundak. Warna merah dari sasamping ini memiliki makna keberanian. Sedangkan hiasan benang
makau yang terdapat pada sasamping memiliki makna kearifan dan ilmu yang harus dimiliki
oleh para pria Minangkabau.
 Sandang
Selain sasamping, adapaula sandang pada pakaian adat Minangkabau untuk pria. Sandang
merupakan kain merah yang diikat pada bagian pinggang dengan bentuk segi empat. Sandang
memiliki simbol ketundukan seorang pria terhadap hukum adat.
 Cawek
Tak hanya sandang, pakain untuk pria juga memiliki cawek yang merupakan ikat pinggang.
Cawek ini terbuat dari kain sutra dengan makna bahwa seorang pria harus lembut dan cakap
dalam kepemimpinannya. Selain itu, ia juga harus kuat dalam menjalin persaudaraan yang
dipimpinnya.
 Tongkat dan Keris
Biasanya Anda akan menemukan beberapa senjata khas untuk pakaian adat pria. Begitu pun
dengan pakaian adat pria Minangkabau yang juga menyematkan keris pada bagian pinggang.
Selain itu adapula tongkat atau tungkek yang biasa digunakan sebagai petunjuk jalan. Kedua
benda ini memiliki makna sebagai tanggung jawab dan amanah besar yang diberikan kepada pria
Minangkabau.
RUMAH ADAT SUKU MINANG

Rumah Gadang adalah rumah adat sukuk Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain seperti
rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang.
Rumah adat ini merupakan rumah model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi
panjang.
Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang
memang terletak di daerah rawan gempa.

SENJATA TRADISIONAL
KLEWANG

Senjata tradisional pertama yang berasal dari Suku Minangkabau yaitu klewang. Jika dilihat
sekilas, maka senjata ini memang mirip seperti golok. Namun, Anda akan menemukan beberapa
perbedaan.
Seperti misalnya berat serta bentuknya yang tidak sama persis seperti golok. Ada dua macam
kelewang yaitu kelewang yang bermata lengkung dan ukuran panjang seperti pedang, serta
klewang bermata lurus. Senjata ini zaman dulu digunakan oleh para pasukan Padri di perang
Padri yang terjadi di Sumatera.
Namun tak hanya itu saja, senjata tradisional minangkabau satu ini juga digunakan untuk
melakukan kegiatan pertanian oleh para masyarakat sekitar. Hingga sampai saat ini senjata
klewang masih banyak digunakan oleh masyarakat. Memiliki bentuk yang cukup unik. Hal itu
terlihat dari gagang senjata ini yang yang bergaris-garis serta menyerupai ular naga.

SUKU JAMBI
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Jambi Wanita
Untuk baju adat Jambi wanita biasanya sangat terkenal dengan baju kurung. Baju jenis ini
merupakan baju adat yang terbuat dari kain beludru. Lalu, biasanya akan dilengkapi dengan
slenedang, ikat pinggang, teratai dada atau tutup dada, dan juga pending. Pada bagian bawah,
seorang wanita biasanya akan mengenakan selendang dan sarung songket berwarna merah yang
ditenun dari benang sutra. Tak lupa sandal selop sebagai alas kaki. Untuk wanita Jambi biasanya
akan menggunakan penutup kepala atau mahkota sebagai perhiasan kepala. Mahkota ini bernama
pesangkon yang memiliki warna kuning dan berbentuk seperti duri pandan.

Sebagai pelengkap baju adat Jambi modern, wanita Jambi juga akan dilengkapi dengan  beberapa
perhiasan yang sangat khas. Adapun beberapa aksesoris yang disematkan seperti, gelang, anting,
cincin, dan juga kalung. Untuk gelang terdiri dari gelang tangan dan gelang kaki.
Gelang tangan memiliki 4 jenis, seperti gelang buku beban, gelang kano, gelang kilat bahu, dan
juga gelang ceper. Sedangkan untuk gelang kaki, terdiri dari gelang ular melingkar dan juga
gelang nago betapo. Untuk bagian anting dan cicin, masing-masing terdiri dari dua jenis. Lalu,
akan ada tiga jenis kalung yang akan dikenanakan, yakni kalung rantai Sembilan, kalung jayo,
dan juga kalung tapak.
Belakangan ini, jenis pakaian yang satu ini biasanya dikenakan pada saat upacara pernikahan.
Yang menjadi ciri khas pakaian adat ini adalah warna dan sentuhan kain songket yang khas.
Gambar pakaian adat Jambi biasanya didominasi dengan warna merah dan emas.
Warna merah lebih dominan pada pakaian, sedangkan warna emas berasal dari aksesoris dan
aksen pelengkap. Tak jarang, untuk pengantin wanita akan diberikan rangakain bunga berawarna
putih dengan bunga mawar merah yang disematkan pada bagian belakang telingan sebelah
kanan.
Pakaian Adat Jambi Pria
Setelah mengetahui pakaian adat Jambi untuk wanita, belum lengkap jika Anda masih belum
mengenal pakaian adat untuk pria Jambi. Sebenarnya, pakaian yang digunakan tidak berbeda
jauh dengan wanita. Pada pakaian pria biasanya juga menggunakan baju kurung tanggung
dengan lengan yang berukuran tanggung. Baju kurung untuk pria memiliki panjang lengan yang
hanya sampai siku. Oleh sebab itu, baju kurung pria dikenal sebagai baju kurung tanggung.
Di balik modelnya ini ternyata memiliki makna tersendiri. Dengan pakaian lengan tanggung,
diharapkan bahawa pria Jambi akan lebih cekatan dan tangkas saat bekerja. Sama halnya dengan
baju kurung wanita, baju kurung tanggung ini juga terbuat dari bahan bludru dengan sentuhan
tambahan dari benang emas yang membentuk motif kembang bertabur, melayi, pucuk rebung
dan juga kembang berangkai. Ternyata penggunaan benang emas ini bukan tanpa alasan. Warna
emas dilambangkan sebagai kesuburan dan kekayaan.
Baju adat Jambi pria juga dilengkapi dengan beberapa perhiasan dengan sentuhan yang senada
dengan yang dimiliki oleh wanita. Jika wanita jambi mengenakan pesangkon, maka pria Jambi
akan mengenakan lacak sebagai penutup kepala. Lacak ini terbuat dari kain bludru merah yang
sama dengan baju kurung yang digunakan. Bentuknya harus tegak sehingga dimasukin kertas
karton. Lecak ini juga dilengkapi dengan flora yang merupakan bungo runic dan tali runci.
Sedangkan untuk alas kaki tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki wanita, yakni sandal selop
berwaran hitam. Jika disandingkan sebenarnya tidak jauh berbeda antara pakaian wanita dan
pria. Yang membedakannya hanyalah sentuhan aksesoris yang digunakan.
Tak hanya hiasan pada kepala, pakaian adat Jambi untuk laki-laki juga dilengkapi dengan
beberapa aksesoris lainnya. Pada bagian pinggang akan disematkan selendang dengan rumbai-
rumbai pada bagian ujung dan disatukan dengan pending yang merupakan rantai dari logam
sebagai sabuk pengikat. Lalu, sebuah keris juga akan disematkan pada bagian perut yang
merupakan simbol dari kebesaran. Tak hanya wanita yang mengenakan gelang, ternyata pria
Jambi juga memiliki gelang sebagai pelengkap  yang bernama gelang kilat bahu. Gelang ini
merupakan gelang golam yang memiliki lukisan naga kuning. Sentuhan naga kuning ini
memiliki makna bahwa sang pria sudah diberi kekuasaan, maka jangan diganggu.

RUMAH ADAT
Rumah Adat Tuo Rantau Panjang

Rumah adat di Jambi selain Kajang Leko yang sudah didaulat secara resmi, terdapat jenis lain
yang biasa disebut rumah adat Tuo Rantau Panjang.
Rumah adat ini juga kerap disebut sebagai rumah Merangin merujuk pada lokasi eksistensinya
saat ini yang berada di Kabupaten Merangin, Jambi.
Perkampungan yang masih mengejawantahkan adat istiadat suku Batin secara baik, bahkan
masih ada sekitar 60 rumah adat yang masih digunakan sampai saat ini.
Bagi masyarakat Merangin, rumah Tuo Rantau Pajang bukan sekedar tempat tinggal.
Lebih dalam, rumah ini juga difungsikan sebagai museum mini yang menyimpan berbagai
benda-benda adat peninggalan leluhur seperti kain kuno dan mushaf Al Quran yang ditulis
tangan.
Ada pula perkakas jaman dulu berupa guci keramik peninggalan Dinasti Ming dan Ching, gong
perunggu, dan cetakan bandul jala.
Struktur bangunan rumahnya dibuat memanjang ke samping sejajar dengan jalan.
Karena masih menggunakan tipe rumah panggung seperti sebagian besar rumah adat di
Sumatera, rumah Tuo Rantau Panjang ini dilengkapi pula dengan tangga utama yang
ditempatkan di tengah untuk mengakses bagian badan rumah.
Pintu dan jendela yang ada di rumah adat ini dibuat dengan ukuran yang besar dan berjumlah
banyak.
Rumah ini juga memiliki dekorasi dinding dan tiang penyangga berupa ukiran dengan berbagai
motif yang cantik.

SENJATA TRADISIONAL
Pedang Selangkeh Jambi

Pedang selangkeh merupakan pedang yang berasal dari Jambi. Sebenarnya jika dilihat dengan
sekilas, pedang tersebut tidak mempunyai perbedaan dengan pada umumnya. 
Tetapi, jika dilihat dengan lebih jauh pedang Jambi mempunyai dua mata pedang besi yang
tajam sehingga dapat menyayat tubuh. Berbeda dengan pedang pada umumnya yang hanya
mempunyai satu masa sisi saja. 
Pedang ini merupakan pedang bagi suku adat kerinci. Tetapi pedang tersebut sudah terlupakan
oleh masyarakat Kerinci. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih mengenal keris sebagai artefak
warisan budaya masyarakat nya. 
Pedang selangkah dulunya digunakan oleh para ksatria, hulubalang, adipati dan juga pendekar.
Pedang tersebut juga terbuat dari besi baja yang berkualitas. 
Senjata tradisional Jambi sekarang hanya digunakan oleh para pemencak silat pada saat mengisi
acara adat. Untuk model asli dari pedang masih belum ditemukan. 
Tetapi biasanya pedang hanya akan berujung di tangan kolektor barang-barang antik. Selangkeh
juga tidak mempunyai sarung, tetapi jika pemilik tersebut mempunyai sarungnya, maka bisa
menambahkan kebaikan dari pemiliknya.
SULAWESI
SUKU KAILI
Baju Adat Kaili

1. Bentuk Baju Adat untuk Pria


Baju adat koje atau umumnya disebut dengan baju ceki ini memiliki bentuk yang unik. Atasan
dari baju ini adalah lengan panjang. Baju ini dipasangkan dengan celana yang disebut celana
Puruka Pajana. Celana ini adalah celana panjang yang berbentuk ketat sampai ke lutut.
Baju adat Koje ini memiliki beberapa warna yaitu putih, coklat gelap dan coklat cerah. Pakaian
adat ini umumnya dibuat dengan warna senada dengan pakaian wanita.
2. Bentuk Baju Adat untuk Wanita
Suku Kaili ini memiliki bentuk baju adat pria dan wanita yang berbeda. Selain berbeda.
Pemberian namanya juga berbeda. Dimana pakaian adat suku Kaili untuk wanita ini disebut
dengan nama Nggembe. Pakaian adat wanita ini memiliki bentuk yang unik dan menarik.
Baju adat untuk wanita umumnya memiliki pilihan warna. Pilihan warnanya yaitu warna merah
atau warna kuning yang di kombinasikan dengan corak berwarna hitam atau berwarna coklat.
Baju ini berupa baju terusan yang longgar dan lengannya pendek. Ada hiasan berupa manik-
manik yang mempercantik baju ini. Dimana baju nggembe ini berbentuk segi empat dan
berbentuk bulat di kerah baju.
Bawahan untuk pakaian adat ini yaitu Buya Sabe Kumbaja. Berupa rok panjang dan mekar.
Dimana bawahan ini terbuat dari sarung yang ditenun dan berasal dari Donggala. Sarung tenun
ini diikatkan pada pinggang wanita. Dimana sisa ikatan tersebut dibiarkan terjuntai sebagai
hiasan.
3. Aksesoris yang Menghiasi
Pakaian adat ini dihiasi denga beberapa aksesoris. Aksesoris ini digunakan untuk
menyempurnakan pakaian ini. Aksesorisnya berupa sarung yang dipakai pada pria di pinggang.
Ada juga keris yang diselipkan di pinggang pria. Ada topi yang disebut dengan siga, topi ini
adalah penutup kepala untuk pria.

Pakaian adat ini dilengkapi dengan aksesoris seperti pakaian pria. Aksesoris yang ada pada
pakaian wanita ini adalah berupa anting panjang atau disebut dali taroe, gelang yang disebut
ponto date, gemo atau kalung berunyai. Selain itu, ada penutup dada yang disebut sampo dada.
Ada ikat pinggang yang terbuat dari emas dan disebut pende.
RUMAH ADAT TAMBI

Rumah tambi merupakan rumah panggung sederhana yang pendek. Rumah ini sebenarnya juga
diakui sebagai rumah adat suku Lore. Jika pada suku Kaili rumah ini untuk penduduk biasa,
namun di suku Lore bangunan tersebut digunakan sebagai tempat tinggal para ketua atau kepala
adat.
Senjata Tradisional

Tengah/IDN Times/Istimewa
Hingga kini belum yang bisa menjelaskan secara rinci asal mula "Guma" jadi nama senjata khas
Suku Kaili. Hanya saja, kat Dedy, secara luas masyarakat Sulteng mengenalnya sebagai sebutan
untuk senjata khusus saat perang terjadi di masa lalu.

SUKU TORAJA
PAIAKAN
 Baju pokko
Pakaian Pokko adalah pakaian adat Toraja yang dikenakan oleh wanita. Gaun Pokko sama
dengan lengan pendek. Warnanya kuning, merah dan putih. Ketiga warna ini menjadi ciri khas
busana Pokko Sulawesi Selatan.
Mengenakan gaun tradisional untuk anak perempuan biasanya lebih sederhana dan lebih cerah.
Di sisi lain, wanita remaja dan dewasa biasanya mengenakan berbagai aksesori berwarna merah,
kuning, dan putih.
Aksesoris yang Anda kenakan biasanya berupa berbagai perhiasan manik-manik. Permata ini
dikenakan di dada dengan gelang, ikat kepala, dan ikat pinggang. Baju pocco ini bisa disebut
baju batik ala sulawesi selatan
Aksesoris yang digunakan sebagai pelengkap memiliki makna filosofis. Hiasan manik-manik di
dada, pinggul, dan kepala memiliki makna genetik sebagai penerang kehidupan.
 Seragam Seppa Tallung
Pakaian adat Toraja yang dikenakan oleh laki-laki disebut Seppa Tallung atau Seppa Tallung
Buku. Pakaian ini terdiri dari atasan lengan panjang dan celana selutut.
Aksesoris termasuk ikat kepala, gayan (Chris), lipa’ (salon tradisional), ikat pinggang dan hiasan
kepala.
Kandaure adalah gaun dengan hiasan manik-manik di bagian dada, ikat pinggang dan selempang.
Bahkan diyakini bahwa beberapa Kandaura lebih dari sekedar hiasan, mereka bertindak sebagai
pemanggil hujan dan bahkan dapat membawa berkah dan kesengsaraan bagi pemiliknya.
Busana adat Toraja selalu menjadi sorotan. Warna kuning, merah dan putih identik dengan
Toraja. Demikian pula ada aksesoris manik-manik yang dikenakan oleh pria dan wanita di
kepala, dada, pinggul dan lengan. Warisan budaya yang harus dilestarikan untuk melestarikan
kekayaan budaya negara.

RUMAH
Rumah Tongkonan, Rumah Adat Suku Toraja
Dalam bahasa Makassar, kata Rumah juga disebut dengan Balla atau Bola. Rumah Tongkonan
juga berasal dari bahasa lokal. Menurut orang Toraja, Tongkon memiliki arti kata Duduk. Jika
dilihat sepintas, desain dan bentuk rumah Tongkonan memang seperti sebuah kursi kecil yang
digunakan untuk duduk. Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, rumah Tongkonan sendiri bukan
sekedar rumah biasa untuk berteduh dari terik cuaca atau hujan. Melainkan sebagai sebuah
simbol keluarga dan status sosial di masyarakat. Tongkonan juga menjadi pusat kehidupan sosial
suku asli Toraja.
Menurut sejarahya, rumah ini punya arti spiritual bagi suku Toraja. Oleh karena itu, dalam
pembangunan rumah adat Toraja, semua anggota keluarga diharuskan membantu proses
pembangunan ini. Apalagi dengan ukuran yang sangat besar, dibutuhkan tenaga dan proses yang
melelahkan dalam proses pembangunan. Berdasarkan cerita rakyat yang dipercayai oleh
masyarakat setempat, Tongkonan pertama kali dibuat di surga dengan 4 tiang. Ketika leluhur
mereka turun ke bumi, ia pun meniru desain rumah yang sama dengan yang mereka tinggali di
surga.

SENJATA TRADISIONAL
Kanta (perisai)

Kanta adalah perisai ramping yang berukuran panjang, berbentuk V di sepanjang bagiannya.
Senjata ini agak meruncing ke bagian bawah dan atas. Kanta dihiasi dengan rambut kambing
yang dicat putih, hitam dan merah, yang digarap dengan jumbai horizontal dan dilapisi dengan
cangkang kecil atau tulang putih. Jambul rambut putih, merah dan hitam ini dipasang pada baris
yang saling tumpang tindih

SUKU BUGIS
PAKAIAN ADAT BUGIS
 Pakaian adat Bugis wanita
Pakain adat wanita yang terkenal adalah baju bodo. Baju bodo adalah baju adat pertama yang
dikenal oleh masyrarakat Sulawesi selatan. Cara pemakaian baju bodo, jenis baju bodo dan
bentuknya sudah dijelaskan dlam sebuah kitab yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan
sudah dilestariakn secara turun temurun dari dulu.
Bahan untuk pembuatan baju bodo adalah kain muslin. Kain muslin adalah kain yang terbuat
dari kain hasil pintalan kapas yang dijalin dengan kain katun. Pada pemakaian baju bodo,
dilengkapi dengan aksesorisyang akan menambah kecatikan baju bodo dan pemakainya.
Aksesoris yang digunakan seperti, kepingan logam, kalungm gelang, cincin, anting dan bando
emas.
Selain itu, pengguna baju bodo juga tidak bisa sembarang orang, ada ketentuan yang harus
dipatuhi dan diikuti. Dalam kitab Patuntung, ada aturan yang menyebutkan penggunaan warna
khusus bagi tingkatan usia wanita yang akan mengenakan baju bodo. Berikut adalah aturan
warna yang akan digunakan:
1. Warna jingga dipakai oleh perempuan umur kurang dari 10 tahun.
2. Warna jingga dan merah darah dipakai oleh perempuan umur 10 hingga 14 tahun.
3. Warna merah darah dipakai oleh untuk 17 hingga 25 tahun.  Warna putih dipakai oleh
para inang dan dukun.
4. Warna hijau dipakai oleh puteri bangsawan.
5. Warna ungu dipakai oleh para janda.
 Pakaian adat Bugis pria
Jikalau pakaian adat wanita adalah baju bodo, untuk pria menggunakan pakaian adat baju bella
dada. Baju bella dada terbuat dari kain lipa sabbe atau lipa garusuk. Baju bella dada memiliki
model berbentuk jas tutup dan berlengan panjang lengkap dengan kerah dan kancing. Baju bella
dada dilengkapi dengan paroci (celana), lipa garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala
seperti peci yang terbuat dari anyaman daun lontar dengan hiasan mbring atau benang emas).
Selain aksesoris tersbut, masih ada aksesoris yang lain seperti:
1. Gelang yang digunakan adalah gelang motif naga yang terbuat dari emas. Gelang ini
disebut dengan gelang ponto naga.
2. Sapu tangan, menggunakan hiasan khusus. Sapu tangan ini disebut dengan nama passapu
ambara.
3. Keris, sarung yang digunakan keris adalah sarung yang terbuat dari bahan emas. Keris ini
disebut dengan pasattimpo atau tatarapareng.
Baju bodo dan baju bella dada keduanya merupakan pakaian adat bugis yang harus dilestarikan
agar tidak hilang tergerus zaman. Meskipun zaman sudah modern, dan masuknya budaya barat di
Indonesia sudah cukup berpengaruh, baju bodo dan baju bella dada ini tetap menjadi baju
kebanggan dari masyarakat suku bugis.

RUMAH ADAT
Rumah Saroraja
Fakta unik pertama dari rumah adat Bugis yaitu pada pengelompokan bentuk dan juga luas
bangunannya berdasarkan tingkatan sosial orang yang mendiaminya. Jenis pertama yaitu
bernama Saroraja atau juga dikenal dengan nama lain Salassa. Pembeda yang sangat nampak
pada bangunan rumah ini yaitu dari luas atau panjang serta jumlah tiang yang dimilikinya.
Rumah Saroraja sendiri menjadi satu tempat tinggal bagi keluarga berasal dari kerajaan atau
bangsawan dengan status sosial tinggi. Tiang utama menjadi penyangganya memiliki diameter
lebih besar dengan bentuk silinder, terbuat dari material kayu hitam. Pemaknaan lain selain
rumah tinggal juga bisa dikatakan sebagai istana.

SENJATA TRADISIONAL
Badik Bugis Luwu

Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu
yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.

Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan
dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali
Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan
membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak
akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka
yang berusaha di sektor pertanian.
KALIMANTAN
SUKU DAYAK
Pakaian Adat Suku Dayak
Pakaian adat pria Suku Dayak disebut dengan Sadaq. Pria yang sudah tua memakai ikat kepala
yang terbuat dari pandan. Mereka mengenakan atasan berupa baju rompi dan bawahan berupa
cawat yang disebut dengan Abet Kaoq. Selain itu, mereka mengenakan senjata tradisional
Mandau di bagian pinggang dengan cara diikat.

Pakaian wanitanya dinamakan Taa. Motif Taa tidak jauh berbeda dengan Sadaq. Bedanya, baju
bagian atasnya disebut dengan Sapei Inoq. Sedangkan bagian bawahnya, kaum wanita Dayak
mengenakan rok. Pakaian wanita dihiasi dengan manik-manik yang bervariasi, sehingga pakaian
mereka tampak cantik.

Rumah Adat Suku Dayak


Masyarakat Dayak tinggal di dalam rumah tradisional bernama Rumah Betang atau yang lebih
dikenal dengan nama Rumah Panjang. Rumah adat ini dapat dijumpai di berbagai wilayah di
Kalimantan, tepatnya di bagian hulu yang menjadi pusat pemukiman Suku Dayak.

Rumah Panjang umumnya mempunyai ukuran yang sangat besar, meskipun juga ada ukuran
bermacam-macam tergantung dari jumlah anggota keluarga yang menempatinya.
Ada rumah yang panjangnya mencapai 15 meter dengan lebar mencapai 30 meter. Struktur
rumah tradisional ini adalah rumah panggung dengan tiang penyangga dengan tinggi mencapai
hingga 5 meter di atas permukaan tanah. Lebih tinggi dari rumah adat lain yang ada di Indonesia.
Rumah Panjang dibuat tinggi bertujuan untuk menghindari bencana banjir yang sering
mengancam daerah hulu. Rumah Panjang menjadi tempat tinggal beberapa keluarga. Satu
keluarga menempati satu ruangan.
Akan tetapi fungsi rumah adat ini bukan hanya sebagai rumah tinggal saja. Rumah Panjang juga
digunakan untuk tempat mengadakan upacara adat. Sehingga rumah ini tidak hanya dimiliki
secara pribadi, namun menjadi miliki masyarakat Dayak.
Rumah Panjang terdiri dari beberapa bagian. Di bagian depan terdapat teras yang disebut dengan
pante, ruang tamun disebut samik, kemudian ada ruang keluarga.
Di dalam ruang tamu ada meja berbentuk lingkaran yang dinamakan pene. Fungsi pene adalah
untuk tempat ngobrol, menerima tamu, dan meletakkan makanan bagi tamu. Di bagian belakang
rumah ada dapur untuk keluarga. Pada umumnya, setiap keluarga memiliki dapur yang terpisah.
Senjata Tradisional Suku Dayak

mereka mengenakan senjata tradisional Mandau di bagian pinggang dengan cara diikat.

SUKU BANJAR
Pakaian Adat Suku Banjar

Suku Banjar di Kalimantan memiliki 4 macam busana pengantin adat yang masih dilestarikan.
Selain mengusung model desain unik, keempat pakaian adat tersebut juga dikenakan lengkap
dengan aksesoris tradisional, beserta roncean bunga mawar atau melati yang menjadi ciri
khasnya.
Jenis-jenis busana adat etnis Banjar:
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut
Pakaian pengantin klasik yang telah berkembang sejak era Kerajaan Hindu di Kalimantan
Selatan.
Para wanita biasanya mengenakan kain yang membalut tubuh sehingga tampak seperti gaun,
sedangkan bawahannya adalah kain panjang bercorak halilipan.
Sedangkan pengantin pria mengenakan baju atasan tanpa kerah dan celana panjang. Umumnya,
pria juga memakai kain sasirangan yang dipakai dengan cara dililitkan.
Pakaian pengantin wanita dan pria juga dilengkapi dengan aksesoris tradisional.
2. Baamar Galung Pancar Matahari
Busana pengantin ini mulai dikembangkan setelah masuknya Islam ke Kalimantan Selatan.
Hingga saat ini, baamar galung pancar matahari termasuk salah satu pakaian pengantin paling
populer dan seolah wajib dikenakan oleh pasangan orang Banjar.
Pengantin wanita akan memakai baju koko berlengan pendek dengan hiasan manik-manik, dan
tambahan aksesoris serta kida-kida.
Sedangkan pengantin pria memakai kemeja lengan panjang yang dipadukan jas tanpa kancing,
serta dipasangkan celana panjang.
3. Babaju Kun Galung Pacinan
Pakaian pengantin adat Banjar yang memiliki model mirip busana pengantin Betawi dan
Semarang ini adalah perpaduan budaya Banjar dengan Tiongkok.
Babaju galung pacinan mulai dikenal luas sejak masuknya pedang China dan Gujarat ke
Kalimantan Selatan.
4. Babaju Kubaya Panjang
Berbeda dengan ketiga busana pengantin tradisional Banjar sebelumnya, babaju kubaya panjang
mengusung bentuk kebaya yang lebih simpel.
Pakaian ini adalah hasil modifikasi semua busana adat pengantin yang ada di daerah Kalimantan
Selatan.
Rumah Adat Banjar

Rumah tradisional Suku Banjar dikenal dengan Rumah Banjar.


Ciri khas dari Rumah Banjar dapat dilihat dari bentuk arsitektur tradisional yang unik dan
dibangun dengan makna tertentu, memiliki penekanan di bagian atap serta menerapkan dekoratif,
ornamental, dan simetris.
Rumah Banjar memiliki pola dan ukiran yang telah mulai dikembangkan sebelum tahun 1871.
Model yang diusung pada bangunan Rumah Banjar juga beragam.
Namun, yang paling terkenal adalah tipe rumah Bubungan Tinggi, yang sudah seperti menjadi
identitas dari rumah adat etnis Banjar.
Senjata Tradisional Suku Banjar : Keris Banjar

Keris adalah senjata tradisional Kalimantan Selatan khas yang dibuat dari besi dan campuran
logam lainnya. Panjang keris ini sekitar 30 cm. Keris merupakan jenis senjata yang biasa dipakai
oleh masyarakat Indonesia pada jaman dahulu.
Biasanya yang membedakan dari daerah mana keris tersebut berasal adalah ukiran dan lekukan
keris tersebut . Sebagaimana provinsi Kalimantan Selatan mempunyai keris khas dengan nama
Keris Banjar.

PAPUA
SUKU ASMAT
Pakaian Adat Suku Asmat

Selain terkenal dengan ukirannya, suku asmat juga memiliki pakaian adat yang khas. Seluruh
bahan yang digunakan pakaian tersebut langsung berasal dari alam. Ini merupakan representati
kedekatan Suku Asmat dengan alam sekitarnya. Tidak hanya bahan, desain pakaian tradisional
Suku Asmat pun juga terinspirasi dari alam.
Pakaian tradisional laki-laki dibuat menyerupai burung atau binatang lainnya karena dianggap
sebagai lambang kejantanan. Sementara rok dan penutup dada bagi perempuan yang dibuat
dengan daun sagu sehingga sekilas mirip dengan keindahan bulu burung kasuari. Bagian penutup
kepala juga terbuat dari daun sagu dengan bagian samping menggunakan bulu burung kasuari.
Semua hal tersebut seolah menunjukkan betapa dekatnya Suku Asmat dengan alamnya

Rumah Adat Suku Asmat

Suku Asmat memiliki sebuah rumah adat. Nama rumah adat suku Asmat sendiri adalah jew
atau sering disebut dengan nama rumah bujang. Rumah adat jew ini berbentuk rumah panggung
dengan luas 0-15 meter, namun ada pula yang panjangnya mencapai 50 meter dengan lebar
belasan meter.
Rumah ini mempunyai kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat suku Asmat, karena
dibangun untuk kepentingan khusus, misal melaksanakan kegiatan adat Asmat.
Rumah jew yang berasal dari Papua ini juga berfungsi sebagai tempat berdiskusi atau
musyawarah tentang segala hal yang berkaitan dengan kehidupan warga.
Ya, rumah ini biasanya dibuat sebagai pertemuan adat, tempat membuat kerajinan tangan, ukiran
kayu, tempat untuk merencanakan perang, hingga pengambilan keputusan mengenai kampung
dan tempat tinggal mereka dari para lelaki lajang suku Asmat.
Dikarenakan rumah jew ini mempunyai banyak sekali fungsi, maka rumah adat ini juga dikenal
sebagai “rumah bujangan” oleh masyarakat setempat.
Selain itu, rumah bujangan ini berfungsi sebagai rumah ibadah yang suci dan tempat upacara
keagamaan. Bukan hanya itu saja, rumah jew ini merupakan tempat yang dianggap sakral oleh
masyarakat suku Asmat.
Maka dari itu, ada beberapa aturan adat yang harus dipelajari dan dipahami masyarakat Asmat
saat membuat Asmat Jew, termasuk syarat-syarat renovasi rumahnya.
Senjata Tradisional Suku Asmat

Suku Asmat juga memiliki senjata tradisional. Senjata tradisional Suku Asmat adalah kapak batu
yang terbuat dari batu hijau yang memberikan kesan artistik pada kapak ini. Kapak ini memiliki
panjang sekitar 45 cm dengan panjang bilah batu sekitar 20 cm dan memiliki berat 1 kg.
Meski berukuran lebih kecil dari kapak pada umumnya, namun kapak ini sangat kuat dan
menjadi salah satu benda yang paling berharga bagi Suku Asmat. Biasanya masyarakat Asmat
menggunakan kapak batu untuk menebang pohon dan membantu mereka dalam proses membuat
sagu.
Bagi Suku Asmat kapak batu bukan sekedar sebuah senjata, namun juga merupakan barang
mewah. Ini karena cara membuatnya yang rumit dan bahan pembuatnya merupakan batu nefrit
yang sulit ditemukan.

SUKU DANI

Pakaian adat laki-laki


Holim atau horem (koteka) adalah pakaian atau penutup badan kemaluan bagi pria. Bentuk
koteka ialah selongsong mengerucut pada bagian depan. Diikatkan pada pinggang hingga
mengarah keatas. Koteka dibuat dari buah labu air yang sudah tua kemudian dikeringkan. Agar
mudah dikeringkan buah labu tua di tanam di dalam pasir kemudian di bakar, sehingga lebih
mudah mengeluarkan isi bagian dalam buah labu yaitu berupa biji dan daging labu. Labu
air yang tua lebih dipilih untuk digunakan sebagai bahan koteka karena sifatnya cenderung lebih
keras, menjadi lebih mudah hingga tidak cepat membusuk serta tahan lama juga dibandingkan
dengan labu air yang muda. Proses pengeringan koteka biasanya diangin-anginkan di atas
perapian. Ukuran dan bentuk koteka disesuaikan berdasarkan keperluan dan aktivitas bukan
berdasarkan kedudukan adat. Bentuk yang lebih kecil dan pendek biasanya digunakan untuk
bekerja sehari-hari hidup bercocok tanam ubi, beternak dan berburu hewan liar untuk mencari
makan. Koteka yang berukuran panjang dan biasanya diberi gambar hiasan dan bulu-bulu
digunakan saat upacara ada
Pakaian adat perempuan
Ada dua jenis pakaian adat perempuan suku dani, yaitu yokal dan sali. Yokal dipakai oleh kaum
wanita (yang sudah menikah), dibuat dari kulit pohon. Warna yokal biasanya menyolok berupa
cokelat tanah dan kemerahan, bentuknya seperti anyaman dililitkan melingkar memanjang dan
dililit melingkar pinggang, hingga menutup bagian pinggul wanita hingga bagian paha.
Sedangkan sali dipakai oleh gadis atau perempuan Papua yang belum menikah. Warna Sali
hanya terdiri dari satu warna saja yakni warna cokelat. Sali mirip seperti rok wanita tapi terbuat
dari bahan kulit kayu atau daun sagu kering. Bagian dalam lebih panjang dari bagian luar. Cara
memakainya adalah dengan melilitkan ke pinggang dan diikat dengan simpul.
Namun saat ini rok rumbai tidak hanya digunakan oleh para wanita saja, para laki-laki di Papua
pada kondisi acara tertentu juga kerap menggunakan rok ber-rumbai ini. Hiasan kepala untuk
wanita Suku Dani ada tambahan berupa bulu-bulu burung kasuari, atau dari bahan ijuk dan daun-
daun sagu yang sudah dikeringkan.

Rumah Adat

Rumah Honai, rumah adat suku Dani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar,
berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang.
Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan).
Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh
laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini
tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem yang luasnya 1.200 km2. Baik itu dekat jalan
besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak bukit, di
kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.
Rumah bundar itu begitu mungil sehinggi kita tak bisa berdiri di dalamnya. Jarak dari permukaan
rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya ada 1 perapian yang terletak
persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, ataupun cermin. Begitu sederhana
namun bersahaja.
Atap jerami dan dinding kayu rumah Honai ternyata membawa hawa sejuk ke dalam Honai.
Kalau udara dirasa sudah terlalu dingin, seisi rumah akan dihangatkan oleh asap dari perapian.
Bagi suku Dani, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu
masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang.
Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-
umbian dan hasil ladang, semacam lumbung untuk menyimpan padi. Ada pula yang khusus
untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan
Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.

Senjata Tradisional Suku Honai

Senjata tradisional panah-panah ini digunakan Suku Dani untuk menangkap hewan buruan dan
berperang melawan musuh. Sama halnya dengan senjata busur panah masyarakat Papua, senjata
khas Suku Dani juga memiliki karakteristik yang sama.
Selain itu, fungsi dari senjata khas Suku Dani juga dijadikan sebagai alat tradisional untuk
melindungi diri dari binatang buas di hutan.

MALUKU
SUKU AMBON
Rumah Adat Suku Ambon

                                  
Rumah adat Suku Ambon dinamakan Baileo, dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah dan
upacara adat yang disebut seniri negeri. Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi
oleh serambi. ATapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya dari
tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba.

Pakaian Adat Suku Ambon


Prianya memakai pakaian adat berupa setelan jas berwarna merah dan hitam, baju dalam yang
berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya memakai baju cele, semacam kebaya pendek,
dan berkanji yang disuji. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung dan cincin. Pakaian ini
berdasarkan adat Ambon.

Senjata Tradisional Suku Ambon

 Senjata tradisional Ambon seperti Parang Salawaku dan Tombak. Parang Salawaku adalah sejata
tradisional berupa pisau panjang dan perisai.

NUSA TENGGARA
SUKU SASAK
Pakaian Adat Suku Sasak

Pakaian adat Suku Sasak dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pakaian adat untuk laki-laki
(pegon) dan pakaian perempuan (lambung).
Biasanya, pakaian adat dikenakan lengkap dengan berbagai aksesoris yang menjadi ciri khasnya.
Untuk penjelasan lengkapnya bisa simak di bawah ini.
1. Pakaian Adat Pria (Pegon)
Pegon adalah baju dengan model yang kental akan pengaruh budaya Jawa dan Eropa.
Pakaian ini identik dengan warna gelap tanpa motif serta dilengkapi berbagai atribut dengan
makna berbeda, namun tetap memiliki lambang sebagai keagungan dan kesopanan.
Perlengkapan pegon terdiri atas Sapuk atau mahkota yang dikenakan di atas kepala. Kemudian
ada leang (dodot) yang merupakan kain songket tempat menyelipkan keris.
Cara mengenakan leang adalah dengan dililitkan di sekitar pinggang.
Dalam adat Sasak, keris harus diletakkan dalam posisi bagian muka menghadap ke depan, karena
keris merupakan lambang ksatria.
Selain itu, ada juga selendang umbak yang dilambangkan sebagai kebijaksanaan dan kasih
sayang pemakainya. Selendang umbak biasanya hanya dipakai oleh pemangku adat.
Selendang sepanjang empat meter berwarna hitam dan merah, yang dihiasi kepeng bolong ini
dibuat khusus dengan sebuah ritual keluarga Sasak.
Oleh karena itu, tidak bisa dipakai sembarang orang.

2. Pakaian Adat Wanita (Lambung)


Lambung atau pakaian adat wanita Lombok terdiri atas 2 jenis, yaitu:
 Jenis Tangkong dan Tongkak
Tangkong terbuat dari brokat atau beludru gelap. Biasanya dikenakan dengan tongkak atau kain
sabuk panjang yang dikenakan dengan cara dililitkan di pinggang, dan ujung rumbainya di sisi
kiri.
Kemudian dilengkapi pangkak (mahkota emas).
Bagi masyarakat Sasak kuno, tangkong adalah lambang keagungan perempuan. Sedangkan
tongkak lambang kepatuhan terhadap Tuhan YME, serta pengabdian pada orang tua, dan suami
bagi yang sudah menikah.
Namun, seiring perkembangan zaman, pangkak sudah mulai jarang digunakan dikarenakan
sebagian besar perempuan Sasak telah mengenakan jilbab yang merupakan lambang menjaga
kesucian kaum wanita.
 Lempot
Selanjutnya adalah lempot atau kain tenun panjang bermotif khas Lombok, dan cara
mengenakannya adalah dengan dilampirkan di bahu kiri.
Lempot dipasangkan dengan kereng (tenun songket yang dililitkan mulai pinggang hingga mata
kaki).
Lempot dipakai dengan aksesoris kalung dan giwang etnik dan ikat pinggang rantai perak.
Lempot merupakan lambang kasih sayang, sementara kereng adalah lambang kesopanan sikap
dan kesuburan tubuh.

Rumah Adat Suku Sasak

Rumah adat Suku Sasak disebut Bale. Bentuk rumah ini sangat unik, terutama karena bagian
lantainya terbuat dari kombinasi material, seperti tanah liat, abu jerami, dan kotoran kerbau.
Bangunan Bale tradisional ini dapat dilihat di kawasan cagar budaya Desa Sade (Lombok
Tengah).
Bagian dinding bangunan biasanya dibuat dari anyaman bambu, dengan beratapkan alang-alang
berbentuk gunungan yang menjadi ciri khasnya.
Secara umum, Bale terdiri atas 3 jenis, antara lain:
 Bale Bonter (untuk petinggi suku).
 Bale Kodong (tempat tinggal pengantin baru/orang tua yang ingin menikmati masa tua).
 Bale Tani (khusus untuk pasangan yang sudah berkeluarga).

Senjata Tradisional

Meskipun zaman sudah semakin modern, namun penduduk Sasak masih melestarikan tradisi
berburu menggunakan senjata tradisional yang disebut Tulup dan Klewang.
JAWA
SUKU MADURA
PAKAIAN ADAT

1. Pakaian Adat Madura Pria


Nama pakaian adat Madura yaitu bernama baju pesa’an. Baju ini sebenarnya merupakan baju
sederhana yang dipakai sehari-hari oleh orang-orang suku Madura di masa lampau, baik itu
untuk berladang, melaut, maupun untuk menghadiri upacara adat. Pemakaiannya pun tidak
terbatas baik itu untuk usia, jenis kelamin, maupun status sosial untuk orang yang memakainya.
Baju pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan dalaman berupa kaos belang merah
putih atau merah hitam. Baju ini dipakai bersama dengan celana gomboran, yaitu celana kain
hitam yang panjangnya tanggung diantara lutut dan mata kaki. Pemakaiannya juga dilengkapi
dengan odeng atau penutup kepala sederhana dari balutan kain, tropa atau alas kaki, sarung
kotak-kotak dan sabuk katemang, dan senjata Tradisional Madura yang berupa celurit.
Secara filosofis, longgarnya pakaian adat dari Madura ini mempunyai arti bahwa suku Madura
merupakan suku yang menghargai sebuah kebebasan. Kaos dengan warna belang yang sangat
kontras menunjukan bahwa masyarakat Madura merupakan masyarakat dengan mental pejuang,
pemberani, dan tegas.
Penggunaan odheng (ikat kepala) juga sarat akan nilai-nilai filosofis. Semakin tegaknya kelopak
odheng dipakai, maka semakin tinggi juga derajat kebangsawanan pemakainya. Bagi orang
sepuh, odheng dipakai dengan ujung dipilin, sedangkan untuk yang masih muda, bagian
ujungnya dibiarkan tetap terbeber.
Odheng terdapat beberapa ukuran dan mempunyai beberapa motif. Berdasarkan dari bentuknya,
terdapat odheng peredhan (besar) dan odheng tongkosan (kecil), sedangkan berdasarkan dari
motifnya terdapat odheng motif modang, garik atau jingga, bere`songay atau toh biru, dul-
cendul, storjan.
Ikatan odheng yang dipakai dalam pakaian adat Madura juga mempunyai maknanya tersendiri.
Pada odheng peredhan contohnya, pada bagian ujung simpul bagian belakang dipelintri tegak
lurus ke atas sehingga melambangkan huruf alif. Huruf alif merupakan huruf pertama di dalam
aksara Hijaiyah (Arab). Sedangkan pada odheng tongkosan kota, simpul pada bagian belakang
dibentuk menyerupai huruf lam alif. Kedua bentuk simpul odheng ini melambangkan sebuah
pengakuan atas keesaan Allah, mengingat masyarakat suku Madura sendiri merupakan
masyarakat penganut agama Islam yang taat.
Bagi para bangsawan, baju pesa’an ini biasanya dipakai bersama dengan beberapa aksesoris
yang diantaranya adalah rasughan totop (jas tutup berwarna polos), jam saku, sap-osap (sapu
tangan), samper kembeng (kain panjang), stagen, jepit kain, cincin geleng akar (gelang dari akar
bahar), arloji rantai, sabuk katemang, perhiasan selo’ (seser), dan sebum thongket atau tongkat.

2. Pakaian Adat Madura Perempuan


Sama halnya dengan pakaian pria, pakaian adat Madura untuk perempuan juga mempunyai
desain dan motif yang sederhana. Nama pakaian adat untuk perempuannya adalah kebaya tanpa
kutu baru dan kebaya rancongan. Pakaian adat ini dipakai dengan dalaman berupa bh berwarna
kontras, seperti warna hijau, biru, atau merah yang ukurannya ketat pas untuk badan. Bahan
kebaya yang menerawang serta dipadupadankan dengan bh berwarna kontras membuat para
perempuan madura tampak begitu cantik.
Pemakaian kebaya ini mempunyai nilai filosofis bahwa wanita Madura memang sangat
menghargai sebuah kecantikan dan juga keindahan bentuk tubuh. Hal lain yang membuktikan
dari filosofi ini adalah bahwa sejak masa remaja, gadis madura sudah mulai diberi jamu-jamu
khusus untuk menunjang kecantikannya, lengkap dengan berbagai macam pantangan makanan
dan anjuran-anjuran lain seperti pemakaian penggel untuk membentuk tubuh yang padat dan juga
indah.
Kebaya untuk atasan biasanya akan dipadukan dengan sarung batik dengan motif tertentu untuk
bawahan. Motif sarung yang biasa dipakai adalah motif tabiruan, storjan, atau lasem. Pemakaian
kebaya dan sarung umumnya dipadukan dengan sebuah stagen Jawa (Odhet) yang panjang dan
lebarnya  1,5 meter dan 15 centimeter diikatkan di perut.

RUMAH ADAT
Taneyan Lanjhang

Taneyan Lanjhang merupakan sebuah pemukiman atau kumpulan rumah adat Madura yang
tersusun dari beberapa rumah dan penghuni yang ada di dalamnya masih memiliki ikatan
keluarga. Sikap kekeluargaan masyarakat Madura sangat terasa di Taneyan Lanjhang, bahkan
dalam satu kelompok rumah bisa terdiri dari 2 hingga 10 rumah dan dihuni oleh sepuluh
keluarga.
Menjunjung tinggi kekeluargaan merupakan ciri khas masyarakat Madura. Simbol-simbol yang
mendukung hal tersebut terlihat dari rumah adat Madura yang sebagian besar masih terawat rapi
dan dilestarikan hingga saat ini. Letak rumah adat sangat berdekatan dengan lahan garapan,
sumber mata air atau sungai.

SENJATA TRADISIONAL
Celurit atau clurit merupakan senjata tradisional khas Madura. Senjata tajam berbilah
melengkung ini erat kaitannya dengan budaya carok di Madura. Carok dan clurit laksana dua sisi
mata uang yang tak terpisahkan.
Clurit merupakan salah satu identitas orang Madura. Meski banyak orang menghubungkan
senjata ini dengan tindakan kekerasan, bagi orang Madura, clurit memiliki makna tersendiri.
Celurit merupakan simbol kejantanan laki-laki, juga simbol perlawanan rakyat jelata. Konon,
barisan tulang rusuk laki-laki berkurang karena diciptakan oleh Allah menjadi perempuan. Nah,
untuk bagian yang hilang itu, orang Madura menggantinya dengan clurit.
Bentuk celurit yang bengkok diibaratkan tulang rusuk yang berkurang itu. Dengan adanya
celurit, kejantanan laki-laki tidak berkurang. Dan karena maknanya mengganti tulang rusuk yang
hilang itu, celurit biasanya diselipkan di pinggang bagian kiri.

SUKU OSING
PAKAIAN ADAT

Suku Osing mempunyai beberapa jenis pakaian adat yang penggunaannya umumnya disesuaikan
dengan penyelenggaraan momen tertentu.
Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kaum perempuan Osing mengenakan atasan kebaya
semi brokat berwarna hitam dan bawahan kain jarik.
Berikut ini adalah pakaian adat dari etnis Osing yang masih dilestarikan hingga sekarang:
1. Jebeng Thulik
Pakaian jebeng dan thulik merupakan salah satu ikon pakaian adat masyarakat Osing
Banyuwangi.
Jebeng thulik umumnya dipakai oleh pasangan pengantin, maupun untuk menghadiri berbagai
acara resmi. Keduanya karakteristik sama, yakni udheng tongkosan.
Jebeng adalah baju wanita, berupa kebaya polos atau berhias bordir tanpa kutu baru.
Atasan ini mengaplikasikan lengan panjang, dan dipasangkan dengan bawahan berupa kain
panjang bercorak  khas Banyuwangi, seperti kangkung, gajah oling, gringsing, atau setingkeh.
Sedangkan thulik merupakan pakaian pria berupa atasan lengan panjang bermotif polos khas
Jawa Timur.
Thulik dipasangkan dengan celana sepanjang mata kaki, dengan perlengkapan ikat kepala bentuk
tongkosan, serta kain panjang bermotif sama seperti udeng.
2. Busana Pengantin
Pakaian adat Osing lainnya dapat dilihat pada busana pengantin yang dipakai pada prosesi
perkawinan masyarakat etnis ini.
Busana pengantin Osing sekilas tampak seperti pengantin Bali, namun corak perhiasan Osing
biasanya mengaplikasikan motif kembang goyang, dsb.

RUMAH ADAT

Saat ini, Rumah Osing dapat dilihat di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, dan kawasan
tersebut telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah daerah.
Terdapat beberapa tradisi yang wajib dipatuhi saat membangun Rumah Osing.
Salah satunya adalah, bahwa bangunan harus menghadap ke arah jalan, tidak boleh ke gunung
(Arah rumah ditentukan dari hari meninggalnya orang tua). Setelah rumah dibangun, maka akan
digelar selamatan.
Ciri khas dari Rumah Osing lainnya adalah bangunan tidak mempunyai jendela, sehingga bagian
dalam rumah cenderung gelap.
Selain itu, Rumah Osing mengaplikasikan konsep tata ruang sejajar, yang mana ruangan terdiri
atas, rumah, bale, dan pawon.
Di masyarakat Osing, atap rumah dibagi atas baresan, tikel balung, dan crocogan yang menjadi
lambang kasta.
Apabila sebuah rumah menggunakan tikel, maka artinya penghuni rumah adalah kalangan atas,
baresan untuk masyarakat menengah, dan crocogan untuk pasangan baru menikah.
Rumah Osing biasanya disusun tanpa menggunakan paku, namun pasak pipih.
Sementara kayu bahan bangunan umumnya jenis bendo, risip, dan cempaka, di mana kayu
tersebut diambil langsung dari hutan yang tidak jauh dari Desa Kemiren.
SENJATA TRADISIONAL

Buding, yang berasal dari kabupaten terbesar di Pulau Jawa – Banyuwangi. Osing, suku terbesar
di Banyuwangi, masih menggunakan buding sebagai senjata dan alat pertanian hingga hari ini.
Buding memiliki bentuk yang serupa dengan pisau atau golok yang biasa Anda temui. Namun,
perbedaannya terletak pada bentuk buding yang lurus dan sedikit memanjang – hingga 46 cm.
Selain itu, buding juga dilengkapi dengan gagang berbahan dasar kayu serta sarung kulit sebagai
pelindungnya.

SUKU SUNDA
PAKAIAN ADAT
Pakaian adat pengantin Sunda

Dalam fungsinya sebagai baju pengantin, pakaian adat Sunda juga memiliki ciri khas tersendiri
yang tidak dimiliki daerah lain. Kita bisa dengan mudah menebak secara tepat bahwa itu adalah
ciri khas pakaian adat Sunda.
Adapun baju adat Sunda untuk pengantin sekarang ini telah dimofifikasi sedemikian rupa agar
terlihat lebih menarik dan modern. Namun tanpa menghilangkan kesan dan nilai adat
tradisionalnya. Artinya modifikasinya tentu tidak dilakukan menyeluruh, melainkan hanya
beberapa bagian tertentu saja.
Cantiknya penampilan pakaian sepasang pengantin Sunda memang sudah terkenal kemana-
mana. Pada umumnya pakaian adat Sunda untuk pengantin ini terinspirasi dari busana putri di
masa Kerajaan Sunda masa lalu. Di bagian kepala, rata-rata menggunakan sejenis mahkota
perhiasan yang dinamakan Siger. Maknanya adalah sebagai perlambang kehormatan dan sifat
bijak.
Busana / baju yang dikenakan pengantin wanita Sunda adalah sejenis kebaya brokat dengan
warna krem, kuning, dll. Aksesoris perhiasan yang dikenakan meliputi gelang, cincin permata
dan 2 kalung (pendek dan panjang) yang dipakai bersamaan. Untuk bawahannya yaitu
menggunakan kain batik kebat Lereng Eneng Prada.
Adapun untuk pengantin prianya mengenakan Jas Buka Prangwedana yang warnanya biasanya
disesuaikan dengan warna kebaya pengantin wanita. Begitupun dengan kain batik yang dipakai,
supaya selaras maka harus disamakan warnanya dengan pengantin wanita. Yang tidak kalah
penting adalah penutup kepala (Bendo) dengan hiasan permata. Kemudian di bagian bawah,
dipakaikan juga Boro Sarangka, yakni sejenis kantong atau tempat untuk menyimpan keris.

Rumah Adat Julang Ngapak

Rumah adat Sunda yang pertama yaitu rumah adat Julang Ngapak, yang mana Julang
Ngapak memiliki arti sebagai burung yang sedang mengepakkan sayapnya.
Hal tersebut bisa dilihat dari posisi atap rumah yang cenderung lebih melebar ke sisi samping
layaknya burung yang sedang membuka sayapnya.
Atap rumah tradisional tersebut terbuat dari bahan dasar berupa alang-alang, ijuk, dan daun
rumbia.
Semua bahan tersebut kemudian dikumpulkan dan disatukan menjadi sebuah kerangka atap.
Meski menggunakan bahan yang terbilang sangat sederhana, namun rumah tersebut tetap aman
dari bocor saat sedang hujan.
Pada bagian atap tersebut juga terdapat pelengkap yang memiliki bentuk cagak gunting (capit
hurang).
Dimana pelengkap tersebut berfungsi sebagai antisipasi agar air tidak merembes ke dalam
rumah.
Sedangkan untuk menopang kerangka atap tersebut, suku Sunda memilih menggunakan bambu
yang telah di sirih menjadi empat bagian.
Rumah adat Julang Ngapak ini masih dapat ditemukan di berbagai kampung adat yang ada di
daerah Kuningan dan Tasikmalaya.

SENJATA TRADISIONAL
KUJANG
Pertama ada Kujang, senjata tradisional Suku Sunda yang disakralkan dan dianggap punya
kekuatan magis. Menurut masyarakat setempat, Kujang berasal dari Bahasa Sunda kuno, yakni
Kudi yang berarti senjata dengan kekuatan gaib dan Hyang yang artinya dewa atau kedudukan di
atas dewa. Menilik dari arti kata ini, Kujang adalah pusaka dengan kekuatan magis yang
kekuatannya datang dari para dewa, guys.
Ukuran Kujang biasanya berkisar antara 20-25 cm. Nah, senjata yang dipakai sebagai peralatan
untuk bertani, senjata, pusaka, hiasan atau lambang pemerintah atau organisasi ini diperkirakan
peneliti sudah ada sejak sebelum abad ke-8 dan 9.

SUKU BETAWI
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat Betawi dan Penjelasannya

1. Pakaian adat Betawi pria


Dalam menjalankan aktivitas, masyarakat juga memiliki pakaian keseharian yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian keseharian yang digunakan oleh pria dan wanita
tentunya berbeda. Bagi masyrakat Betawi, pakaian keseharian untuk pria adalah terdiri dari
sadariah atau sebutan yang lumrah bagi masyarakat umum adalah baju koko dan celanan
komprang, biasanya celanan yang digunakan adalah ukuran tanggung.
Biasanya, masyarakat Betawi menambahkan aksesoris berupa sarung yang sudah diguung
kemudian diikatkan pada pinggang, menggunakan sabuk hijau dan menggunakan peci. Yang
menjadi khas dari pakaian keseharian pria Betawi adalah penggunaan peci warna merah. Meski
demikian, banyak pula yang menggunakan peci hitam.
 Sadariah
Baju sadariah merupakan baju yang biasa digunakan oleh pria Betawi atau baju koko Betawi ini
sekilas modelnya hampir sama dengan baju koko pada umumnya. Namun terdapat perbedaan
yang tidak terlalu nampak. Sadariah merupakan baju polos tanpa motif dan hanya memiliki satu
pilihan warna saja. Nah, penggunaan baju sadariah ini ternyata ada syaratnya.
Baju sadariah hanya diperuntukkan untuk pria Betawi yang sudah dipanggil dengan sebutan
Abang. Dengan kata lain, baju sadariah digunakan oleh pria Betawi yang sudah memasuki usia
dewasa.
 Celana Kain dengan Motif Batik
Celana dari kain batik ini biasanya bentuk eperti celanan kolor dengan karet pada bagian
pinggangnya. Celanan kolor ini merupakan salah satu pakaian yang biasa digunakan oleh
masyarakat Betawi. Biasanya, panjang dari celana kain ini adalah selutut atau ukuran tanggung.
Motif yang dipakai pun cukup sederhana, tidak terlalu ramai dan warna yang dipilih pun tidak
terlalu mencolok. Umumnya, warna kain yang digunakan untuk membuat celana kolor ini adalah
warna-warna kalem, seperti putih, hitam dan cokelat.
 Selendang atau Sorban
Nah, sorban atau selendang ini merupakan salah satu ciri khas dari baju adat Betawi. Penggunaan
selendang ini biasanya disebut sebagai sarung. Sebutan sorban bukan berarti kain yang
digunakan sama seperti sorban yang biasa digunakan untuk kepala, melainkan sarung yang
dilipat dan diselempangkan di leher atau diletakkan di pundak.
 Aksesoris Pakaian Keseharian Betawi
Biasanya untuk menambah kesan Betawinya, masyarakat Betawi menambahkan aksesoris dalam
kesehariannya. Pria Betawi dalam kesehariannya menggunakan peci atau yang biasa disebut
dengan kopyah. Warna peci yang biasa digunakan oleh orang Betawi adalah warna merah atau
hitam yang biasanya terbuat dari kain beludru.
2. Pakaian Adat Betawi Wanita

pakaian Adat Betawi wanita


Dalam kesehariannya, pakaian yang digunakan oleh perempuan Betawi cenderung berbanding
terbalik dengan pakaian pria. Jika pakaian pria umumnya menggunakan warna yang kalem dan
tidak terlalu mencolok, maka warna pakaian yang biasa digunakan perempuan Betawi adalah
warna cerah atau terang.
Perempuan Betawi biasanya menggunakan baju kurung dipercantik dengan selendang dengan
warna senada baju kurung. Selain itu, perempuan Betawi menggunakan kerudung sebagai
penutup kepala. Untuk bawahannya, biasanya dipadukan dengan kain batik. Biasanya motif kain
batik yang digunakan adalah geometris.
 Baju Kurung
Untuk pakaian perempuan, baju kurung merupakan atribut utama bagi pakaian adat. Biasanya
baju kurung yang digunakan memiliki lengan pendek. Watna yang dipilih biasanya warna yang
cenderung mencolok dengan warna-warna terang. Meski demikian, zaman modern juga
mempengaruhi perkembangan baju Betawi. Saat ini telah banyak desainer-desainer yang
memadupadankan berbagai macam warna untuk baju kurung. Bahkan ada pula yang
menambahkan saku di bagian depan baju untuk memudahkan penggunanya untuk menyimpan
sesuatu.
 Kain Sarung dengan Motif
Tidak beda jauh dengan pakaian pria, pakaian perempuan juga menggunakan kain sarung dengan
motif untuk menambah kekhasan pakaian adat. Kain sarung yang tidak hanya untuk menjadi
bagian bawahan pakaian, namun juga bisa digunakan sebagai penutup kepala. Warna-warna kain
batik yang digunakan biasanya disesuaikan dengan warna baju kurung dan selendang yang
digunakan.
 Kerudung
Kain kerudung ini biasanya di gunakan oleh perempuan Betawi untuk menutupi bagian kepala.
Kain yang digunakan biasanya tidka jauh beda dengan selendang yang dipakai. Penggunaan
kerudung ini sangat simple, biasanya dikenakkan oleh pemudi Betawi saat ajang bergengsi di
Jakarta, pemilihan Abang dan None Betawi.

RUMAH ADAT

SENJATA TRADISIONAL
Golok

Sumber gambar: www.keepo.me


Golok adalah senjata tradisional asal Betawi yang paling banyak dikenal.
Umumnya, senjata Golok banyak digunakan untuk aksesoris pakaian adat dalam kehidupan
sehari-hari kaum pria Betawi.
Golok biasa dibawa terselip di ikat pinggang berwarna hijau, baik digunakan untuk bekerja
mencari kayu bakar, memotong hewan, mengupas kelapa, dan sebagainya.
Tak hanya itu, saat sedang bepergian pun, Golok ini juga kerap dibawa ke mana-mana sebagai
alat untuk melindungi diri.
Oleh orang Betawi, jenis Golok ini dibedakan menjadi dua macam, berdasarkan fungsinya
masing-masing, yakni:
 Golok Gablongan: adalah jenis golok yang digunakan untuk keperluan bekerja.
 Golok Sorenan: adalah jenis golok yang difungsikan sebagai golok simpenan, yang
hanya digunakan saat mau memotong hewan ataupun perlindungan diri.
Sementara, kalau menurut bentuknya, Golok Betawi juga dibedakan menjadi beberapa macam,
yakni Golok Betok, Golok Ujung Turun dan Golok Gobang.

Anda mungkin juga menyukai