NIM : 221105030023
Pendahuluan
Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku Tengger, mereka berasal dari
keturunan Roro Anteng yang merupakan putri dari Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang
Brahmana. Nama suku Tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng”
dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger. Legenda tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang
berjanji pada Dewa untuk menyerahkan putra bungsu mereka, Raden Kusuma merupakan awal mula
terjadinya upacara Kasodo di Tengger.Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan
penduduk asli orang Jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya
Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan
yang ada di Jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan
pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromo
dan Semeru. Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman Gunung Bromo ini kemudian mendirikan
kampung yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko
Seger.Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman gunung Bromo yang terletak di
kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial
masyarakat, daerah persebaran suku Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane
kecamatan Senduro), Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan. Sementara
pusat kebudayaan aslinya adalah di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo.
Pembahasan
Melihat keindahan sang surya terbit dari ufuk timur di Gunung Bromo secara perlahan mungkin
menjadi satu anugrah yang tak terhingga indahnya. Paduan warna kuning, oranye, hitam dan biru
yang dihasilkan oleh fenomena alam ini sungguh menjadi pemandangan menarik yang tersaji bagi
mata kita yang melihatnya.Keindahan Gunung Bromo yang berada di dalam Kawasan Gunung
Semeru memang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Gunung ini dianggap suci oleh masyarakat
Tengger, suku yang mendiami wilayah Gunung Bromo. Nama Bromo sendiri diambil dari nama dewa
Melakukan perjalanan menuju Gunung Bromo, kaki kita akan disambut kawah pasir yang
terbentang sepanjang kawasan salah satu gunung di Jawa Timur ini. Bila kita melakukan perjalanan
menuju Bromo di pagi hari, kita akan disajikan warna-warna indah berasal dari pasir yang terkena
pantulan sinar matahari. Pasir-pasir disini juga seolah berbisik saat tersapu oleh tiupan angin yang
satunya adalah bangunan Poten. Bangunan kokoh yang berdiri di tengah lautan pasir ini menjadi
tempat beribadah yang digunakan masyarakat Suku Tengger. Arsitektur bergaya Hindu Bali sangat
melekat pada bangunan ini. Di setiap gerang pintunya di jaga patung dengan bentuk singa yang
terlihat seperti sedang menyeringai. Patung-patung ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat
Kesimpulan
Bukan hanya menjadi tempat wisata, Gunung Bromo juga menjadi tempat digelarnya ritual
keagamaan umat hindu. Salah satu ritual yang digelar Suku Tengger di sini setiap tahunnya adalah
ritual Yadnya Kasada. Dalam ritual ini, Masyarakat Suku Tengger mempersembahkan sesajian berupa
binatang ternak dan makanan untuk para dewa-dewa yang mendiami gunung-gunung yang berada
Berada di Kawasan Gunung Bromo dan menyaksikan keindahan alam yang disajikan disini memang
menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Pasir yang eksotis, sunrise yang begitu indah dan
berinteraksi dengan masyarakat Suku Tengger tentunya membuat perjalanan menelusuri Kawasan
Daftar Pustaka
sang-surya-di-gunung-bromo/