Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH SUKU TENGGER GUNUNG BROMO

oleh Ratna Aprilia

Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki ragam kebudayaan. Salah satu jenis
kebudayaan tersebut adalah sastra lisan. Sastra lisan mempunyai jenis, antara lain legenda, mitos, fabel, dan
sage. Mitos merupakan cerita rakyat yang tokohnya dewa, setengah dewa, atau orang suci dan masyarakat
mempercayai bahwa cerita tersebut benar-benar terjadi pada masa lampau. Mitos pada umumnya
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Mitos sebagai warisan nenek moyang yang memiliki
nilai diluhung perlu digali, dilestarikan, dan dikembangkan, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dapat dijadikan sebagai teladan bagi masyarakat dan dapat dijadikan pedoman hidup bagi masyarakat.
Masyarakat jawa meyakini adanya mitos. Tetapi saat ini generasi muda sudah terkontaminasi dengan zaman
modern dan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Masyarakat yang tinggal di kota, pehaman
mitos dan pendidikannya semakin maju, maka sudah tidak mempercayai dengan adanya mitos. Mitos
adalah cerita masa lampau yang diyakini masyarakat masih terjadi hingga sampai saat ini, tetapi tidak
sesungguhnya nyata dan memiliki tokoh para dewa, atau setengah dewa.
Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku Tengger, mereka berasal dari keturunan
Roro Anteng yang merupakan putri dan Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama
suku Tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami stri yaitu, “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger”
dari Joko Seger. Legenda tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang berjanji pada Dewa untuk
menyerahkan putra bungsu mereka. Radem Kusuma merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo di
Tengger Menurut hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya Islam di Indonesia (pulau Jawa)
saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa salah satunya adalah
Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam kemudian melarikan diri ke wilayah
Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromo dan Semeru. Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman
Gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang Namanya diambil dari akhiran nama pemimpin
mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger.
Di kawasan pegunungan di Tengger, kita mengetahui adanya Gunung Batok, Lautan Pasir, dan Kawah
Gunung Bromo kita yang tenar. Terbukti mereka punya asal-usul dan sejarah dalam format legenda. Dan
legenda tersebut tidaklah jauh-jauh dari tokoh Rara Anteng. Sebelum Rara Anteng dinikahi Joko Seger,
terdapat Ki Bima, Seorang sakti mandraguna yang menyukainya. Rara Anteng tak dapat menolak demikian
itu saja lamaran itu. beliau menerimanya dengan prasyarat, Ki Bima membuatkan lautan di atas gunung dan
selesai dalam waktu semalam. Kyai Bima menyanggupi syarat tersebut dan berusaha keras menggali tanah
untuk membuat lautan dengan menggunakan batok (Tempurung kelapa) yang bekasnya hingga kini menjadi
Gunung Bathok, dan lautan pasir (segara wedhi) terhampar luas di sekitar puncak Gunung Bromo kita.
Untuk mengairi lautan pasir tersebut, dibuatnya sumur raksasa, yang bekasnya kini menjadi kawah Gunung
Bromo kita. Rara Anteng khawatir memperhatikan kesaktian dan kenekatan Ki Bima. Beliau menggunakan
cara untuk menggagalkan usaha Ki Bima atas dirinya. Dia pun menumbuk jagung keras-keras seolah fajar
sudah menyingsing, sedangkan masih malam. Mendengar bunyi orang menumbuk jagung, ayam-ayam
bangun dan berkokok. Begitu pula dengan burung. Kyai Bima kaget. Disangka fajar sudah menyingsing.
Pekerjaannya belum selesai. Ki Bima langsung meninggalkan Bukit Penanjakan. Dia meninggalkan
petunjuk-petunjuk:
1. Segara Wedhi, merupakan hamparan pasir di bawah Gunung Bromo kita
2. Gunung Batok, adalah sebuah bukit yang berlokasi di selatan Gunung Bromo kita, berbentuk
seperti batok yang ditengkurapkan.
3. Gundukan tanah yang tersebar di tempat Tengger, merupakan: Gunung Pundak lembu, Gunung
Ringgit, Gunung Lingga. Gunung Gendera, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Subhan R. (2022). Struktur Mitos Pada Cerita Rakyat Gunung Bromo. Bastra, 7(2), 385-392.
https://www.academia.edu/5084700/Essay_2
https://www.academia.edu/34980488/Sejarah_Agama_dan_Tradisi_Suku_Tengger_Gunung_Bromo_kita

Anda mungkin juga menyukai