Anda di halaman 1dari 11

Tembok Berlin

tembok pembatas yang dibangun oleh


Republik Demokratik Jerman, yang
mengelilingi Berlin Barat

Tembok Berlin (bahasa Jerman: Berliner Mauer) adalah sebuah tembok pembatas terbuat
dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang
memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga
membuat Berlin Barat sebuah enklave.[1] Tembok ini mulai dibangun pada tanggal 13
Agustus 1961. Tembok pembatas ini juga bersamaan dengan pendirian menara penjaga
yang dibangun sepanjang tembok ini,[2] juga pendirian sebuah daerah terlarang, yang diisi
dengan ranjau anti kendaraan. Blok Timur menyatakan bahwa tembok ini dibangun untuk
melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan
besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski
begitu, dalam praktiknya, ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besar
larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman
Barat.
Pemandangan dari sisi Berlin Barat (temboknya penuh dengan lukisan) pada tahun 1986. Kawasan "daerah
terlarang" berada di sisi timur tembok ini, mengikuti bentuk dari Kanal Luisenstadt.

Tembok Berlin pada tanggal 16 November 1989.

Map yang menunjukkan lokasi Tembok Berlin, sekaligus menunjukkan tempat pos pemeriksaan.

Oleh otoritas Jerman Timur, Tembok Berlin dikatakan sebagai "Benteng Proteksi Anti-Fasis"
(bahasa Jerman: Antifaschistischer Schutzwall), yang menyatakan bahwa negara Jerman
Barat belum sepenuhnya dide-nazifikasi.[3] Pemerintah Kota Jerman Barat kadang-kadang
mengatakan Tembok Berlin sebagai "Tembok Memalukan"—sebutan yang dicetuskan oleh
Wali Kota Willy Brandt—untuk mengutuk tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak.
Bersamaan dengan Tembok Pembatas Antar Jerman yang memisahkan Jerman Barat dan
Jerman Timur, kedua tembok pembatas ini menjadi simbol "Tirai Besi" yang memisahkan
Eropa Barat dengan Blok Timur selama Perang Dingin.

Sebelum pembangunan tembok ini, ada sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang bermigrasi
dan membelot ke barat, salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman Timur dan
Jerman Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat lainnya. Antara
tahun 1961 dan 1989, tembok ini pun mencegah hal itu.[4] Di rentang waktu kira-kira 30 tahun
ini, ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang
yang meninggal karena ditembak.

Pada tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang berhubungan
dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai berkurangnya pengaruh Uni
Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria. Setelah kerusuhan sipil selama
beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989
bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan
orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga
Jerman Barat di sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan. Beberapa minggu
setelahnya, euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok
itu. Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat
berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3
Oktober 1990.

Latar Belakang

Jerman Pasca-Perang Dunia II

Setelah berakhirnya Perang Dunia II di Eropa, yang tersisa dari bagian barat Perbatasan Oder-
Neisse dibagi menjadi 4 wilayah pendudukan (akibat Perjanjian Potsdam), masing-masing
wilayah itu dikuasai oleh Amerika Serikat, Britania Raya, Prancis, dan Uni Soviet. Ibu kota
Berlin, sebagai pusat kontrol, juga dibagi-bagi menjadi 4 wilayah meskipun kota ini sendiri
terletak jauh di dalam kekuasaan Soviet.[5]

Selama kurang lebih dua tahun, ada perubahan politik di antara Soviet dan anggota sekutu
lainnya. Hal ini terjadi karena Soviet menolak setuju untuk rencana rekonstruksi kembali
Jerman pasca-perang.[6] Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan negara-negara Beneluks
kemudian bertemu untuk menggabungkan kawasan-kawasan non-Soviet menjadi satu
kawasan untuk direkonstruksi dan menyetujui perluasan dari Marshall Plan.
Blok Timur dan Blokade Berlin

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin mengepalai
gabungan beberapa negara yang tergabung dalam Blok Timur, antara lain Polandia, Hungaria,
dan Cekoslowakia,termasuk dengan wilayah Jerman yang dikuasai Soviet.[7] Di awal tahun
1945, Stalin mengungkapkan pada pemimpin komunis Jerman untuk menyingkirkan Inggris
dari zona okupasinya, ditambah Amerika Serikat yang akan menarik pasukannya dalam satu
atau 2 tahun, sehingga kemudian nantinya tidak ada halangan bagi terbentuknya negara
komunis Jerman yang bersatu.[8]

Tugas utama untuk menjalankan partai komunis di kawasan Soviet adalah menjalankan
perintah Soviet ke penguasa-penguasa administratif, yang nanti hasilnya akan terlihat dari
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan kawasan tersebut.[9] Maka, industri-industri dan banyak
properti di Jerman Timur pun segera dinasionalisasi.[9] Proses politik yang kontras terjadi di
wilayah Jerman Barat yang dikuasai oleh Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, di mana
presiden dan perdana menterinya dipilih oleh parlemen.[10] Jika pernyataan atau keputusan
akhir yang dilaporkan tidak sesuai dengan semestinya, maka orang yang menjalankan misi
ini bisa dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh.[9]

Pada tahun 1948, karena tidak adanya kesepakatan mengenai rekonstruksi ulang dan mata
uang baru Jerman, Stalin mengemukakan Blokade Berlin untuk mencegah masuknya
makanan, material-material, dan berbagai kebutuhan lainnya ke Berlin Barat.[11] Amerika
Serikat, Inggris, Prancis, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara lainnya
segera mengirimkan bantuan pangan dan pasokan lainnya ke Berlin yang dinamakan
"Pengangkutan Berlin".[12] Soviet kemudian menebarkan kampanye publik yang isinya
mengkritisi kebijakan barat. Komunis juga mencoba merusak pemilu 1948, tetapi akhirnya
mereka mengalami kekalahan,[13] ditambah dengan 300.000 warga Berlin Barat yang
memprotes agar bantuan internasional pada mereka tak dihambat.[14] Bulan Mei 1949, Stalin
akhirnya membuka blokade tersebut dan memperbolehkan pengangkutan barang-barang dan
kebutuhan lainnya ke Berlin Barat.[15][16]

Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) dideklarasikan pada tanggal 7 Oktober 1949.
Dengan perjanjian rahasia, Menteri Luar Negeri Soviet menyetujui otoritas administratif
Jerman Timur, tetapi bukan otonomi. Uni Soviet sendiri tetap mempenetrasi dan mengontrol
penuh militer, polisi rahasia, dan administratif Jerman Timur.[17][18]

Jerman Timur berbeda dengan Jerman Barat (Republik Federal Jerman), yang berkembang
menjadi negara kapitalis dengan budaya Barat dengan sistem ekonomi pasar sosial ("Soziale
Marktwirtschaft" dalam bahasa Jerman) dengan pemerintahan demokrasi parlementer.
Pertumbuhan ekonomi yang luar biasa pada tahun 1950-an memunculkan "keajaiban
ekonomi" ("Wirtschaftswunder"). Dengan ekonomi Jerman Barat yang terus tumbuh dan
standar hidupnya semakin baik, banyak warga Jerman Timur yang ingin pindah ke Jerman
Barat.

Pembangunan Tembok

Tembok ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan komunis Jerman
Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht karena Berlin Barat adalah sebuah 'lubang' di
negara mereka. Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk
Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi
kedodoran, karena kebanyakan orang-orang yang masih muda yang melarikan diri. Maka
secara rahasia dan tiba-tiba tembok ini dibangun.

Tembok Berlin dan Perang Dingin

Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis di tengahnya,
menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama
presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden John F.
Kennedy pada tahun 1963 datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang
ternama: "Ich bin ein Berliner." Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald
Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire, atau
sebuah kerajaan kejahatan. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik
Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga
sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich
Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dihukum oleh hidup”.

Tentara penjaga perbatasan Jerman Timur, Conrad Schumann, melompati kawat berduri pada tanggal 15 Agustus
1961.
Pelarian melalui Tembok Berlin

Selama Tembok Berlin berdiri, ada sekitar 5.000 orang yang berhasil melarikan diri. Jumlah
orang yang tewas akibat mencoba kabur, sampai saat ini masih menjadi perdebatan.
Menurut Alexandra Hildebrandt, Direktur Museum Pos Pemeriksaan Charlie, diperkirakan
jumlah orang yang tewas adalah lebih dari 200 orang.[19][20] Sebuah kelompok bersejarah di
Center for Contemporary Historical Research (ZZF) di Potsdam mengkonfirmasikan bahwa
ada 136 jumlah orang tewas.[21] Sebelumnya, yang tercatat resmi adalah 98 orang yang
dibunuh.

Sebuah kejadian dramatis pernah dilakukan oleh Wolfgang Engels, seorang pegawai sipil
Tentara Rakyat Nasional Jerman Timur yang berusia 19 tahun pada tahun 1963. Saat itu,
Engels mencuri sebuah kendaraan lapis baja dari sebuah pangkalan militer dan
menabrakkannya ke Tembok Berlin. Ia kemudian ditembaki oleh penjaga tembok hingga
terluka. Meskipun demikian, polisi di sisi Jerman Barat yang dibantu oleh beberapa warga
sekitar berhasil menyelamatkan Engels.[22]

Runtuhnya Tembok Berlin

Orang Jerman berdiri di atas tembok ini, tahun 1989, tembok ini akan dihancurkan beberapa hari kemudian
setelahnya.
Tembok Berlin di Gerbang Brandenburg, 10 November 1989

Orang ber-Juggling di Tembok Berlin tanggal 16 November 1989


"Mauerspecht" (November 1989)

Setelah memperbolehkan celah bagi para penduduknya untuk melewati perbatasan di musim
panas, Hungaria akhirnya secara efektif menghilangkan pembatas fisik negaranya dengan
Austria tanggal 19 Agustus 1989. Di bulan September, lebih dari 13.000 orang Jerman Timur
kabur ke Austria melalui Hungaria.[23] Hal ini menyebabkan beberapa rentetan kejadian
berikutnya. Orang Hungaria mencegah agar tidak semakin banyak orang Jerman Timur yang
menyebrang perbatasan, dan mengembalikan mereka ke Budapest. Orang-orang Jerman
Timur ini memenuhi kedutaan Jerman Barat dan menolak untuk kembali ke Jerman Timur.
Pemerintah Jerman Timur menanggapi hal ini dengan menutup semua perjalanan ke
Hungaria, tetapi masih memperbolehkan mereka yang mau kembali ke Jerman Timur. Pada
kesempatan kali ini, otoritas Jerman Timur memperbolehkan mereka untuk pergi, asalkan
saja nanti kereta yang mereka pakai melewati Jerman Timur. Maka muncullah demonstrasi
besar-besaran di Jerman Timur sendiri. (Lihat Demonstrasi Senin di Jerman Timur.)
Pemimpin Jerman Timur, Erich Honecker, mengundurkan diri tanggal 18 Oktober 1989 dan
digantikan oleh Egon Krenz beberapa hari kemudian. Honecker telah memprediksi bahwa
tembok itu masih akan bertahan sampai 50 atau 100 tahun lagi,[24] jika kondisi negara itu
tidak berubah.

Protes demonstrasi pecah di seluruh Jerman Timur bulan September 1989. Pada awalnya,
para pemrotes ingin pergi menuju ke barat, sambil meneriakkan "Wir wollen raus!" ("Kami
mau pergi!"). Tapi lalu para pemrotes mulai berteriak "Wir bleiben hier", ("Kami akan tetap di
sini!"). Maka, ini adalah awal dari apa yang disebut orang Jerman Timur sebagai "Revolusi
Damai" di akhir 1989.[25] Para pemrotes semakin besar di awal November. Para pemrotes
mencapai puncaknya pada tanggal 4 November, ketika hampir setengah juta orang
berkumpul di Demonstrasi Alexanderplatz. (Henslin, 07)
Sementara itu, para pengungsi yang meninggalkan Jerman Timur ke Jerman Barat semakin
meningkat, dan mereka menemukan jalan baru untuk keluar dari Jerman Timur, yaitu dengan
cara melalui Hungaria via Cekoslowakia (atau via Kedutaan Jerman Barat di Prague) yang
diizinkan oleh pemerintahan Krenz yang baru, dan dengan persetujuan dengan pemerintah
komunis Cekoslowakia. Agar keadaan tidak semakin rumit, akhirnya politbiro yang dipimpin
oleh Krenz memperbolehkan para pengungsi untuk keluar langsung melalui pintu perbatasan
antara Jerman Timur dan Jerman Barat, termasuk Berlin Barat pada tanggal 9 November
1989.

Penghancuran

Seorang penjaga Jerman Timur berbicara pada seorang Jerman Barat melalui tembok yang bolong, akhir
November 1989.

Terlihat sebuah crane menghancurkan salah satu bagian dari Tembok Berlin di dekat Gerbang Brandenburg
tanggal 21 Desember 1989
Tanggal ketika tembok ini mulai dihancurkan adalah 9 November 1989, tetapi saat itu tembok
ini tidak langsung dihancurkan saat itu juga. Di sore itu dan beberapa minggu setelahnya,
orang-orang datang membawa palu godam dan sejenisnya untuk menghancurkan beberapa
bagian tembok dan juga menciptakan beberapa lubang perbatasan yang tak resmi. Orang-
orang ini disebut sebagai "Mauerspechte" (pelatuk tembok).

Rezim Jerman Timur kembali mengumumkan bahwa mereka akan membuka 10 pintu
perbatasan baru, termasuk di beberapa tempat bersejarah seperti Potsdamer Platz,
Glienicker Brücke, dan Bernauer Straße. Massa dari 2 sisi menunggu berjam-jam, bersorak-
sorai ketika buldoser menghancurkan tembok ini. Pintu perbatasan baru terus dibuka
sepanjang tahun 1990, termasuk di Gerbang Brandenburg tanggal 22 Desember 1989.

Penduduk Jerman Barat melihat-lihat di perbatasan dengan Jerman Timur di sebuah tembok yang bolong disertai
dengan pengawas dari Jerman Timur.

Penduduk Jerman Barat dan Berlin Barat diperbolehkan masuk Jerman Timur tanpa visa
mulai 23 Desember 1989. Sampai tanggal itu, mereka hanya diperbolehkan masuk dengan
berbagai persyaratan dan diharuskan membuat aplikasi untuk pembuatan visa. Selain itu,
mereka diharuskan membayar minimal 25 DM per harinya. Maka, sebenarnya pada tanggal 9
November dan 23 Desember ini, penduduk Jerman Timur lebih bebas daripada Jerman Barat.
Hampir semua bagian tembok ini telah diruntuhkan. Foto Desember 1990.

Pemberitaan di televisi tentang banyaknya penduduk yang menghancurkan banyak bagian


tembok tanggal 9 November membuat banyak orang di luar negeri berpikir bahwa tembok ini
akan dihancurkan secepatnya. Sebenarnya, tembok ini tetap dijagai sampai beberapa hari
kemudian, meskipun intensitas penjagaan semakin kecil. Di bulan pertama itu, malahan
militer Jerman Timur berusaha untuk memperbaiki kembali tembok yang dihancurkan oleh
para "pelatuk tembok". Lalu, seiring berjalannya waktu, tindakan ini dihentikan, dan para
penjaga semakin toleran dengan aksi penghancuran tembok dan perginya penduduk melalui
tembok yang lubang. Tanggal 13 Januari 1990, tembok ini resmi dihancurkan oleh militer
Jerman Timur, dimulai di Bernauer Straße. Penghancuran tembok ini kembali diteruskan
setelah Reunifikasi Jerman sampai akhirnya selesai bulan November 1991. Hanya sedikit
bagian tembok dan menara tetap dipertahankan, sebagai tempat memorial.

Sedikit sisa Tembok Berlin di Potsdamer Platz, Maret 2009

Jatuhnya Tembok Berlin merupakan awal dari Reunifikasi Jerman, yang ditandatangani
tanggal 3 Oktober 1990.

Anda mungkin juga menyukai