Anda di halaman 1dari 3

Naufal Alfiqran

XII IPS 4

Hubungan antara situasi politik yang terjadi di Uni Soviet terutama mulai 1985 dengan
reunifikasi Jerman

Memasuki 1980an, Uni Soviet mulai mengalami kemerosotan ekonomi yang tentu
berdampak pada banyak aspek kehidupan masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan ini
maka pada 1985, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev berusaha memperbaiki keadaan
dengan cara mengeluarkan kebijakan glasnost dan perestroika yaitu mengubah sistem
komunisme menjadi lebih demokratis. Kebijakan ini terdiri atas tiga hal yaitu :
1. Glasnot (Keterbukaan Politik)
2. Perestroika (Restrukturisasi)
3. Democratizatsiya (demokratisasi)
4. Rule of Law.
Munculnya kebijakan ini justru menjadi sebuah bumerang, karena memunculkan konflik di
berbagai kelompok masyarakat. Bahkan kebijakan ini juga memunculkan kainginan sejumlah
negara bagian untuk memerdekakan diri lepas dari Uni Soviet. Memasuki 1990, kekuatan
komunis di sejumlah negara bagian mengalami keruntuhan, sehingga sejumlah negara bagian
pun bias memerdekakan dirinya dari Uni Soviet.
Dengan runtuhnya kekuatan komunis di negara adidaya tersebut, secara otomatis hal ini
membawa kemerosotan dari paham komunisme yang ada di dunia. Salah satu negara yang
terkena imbasnya adalah Jerman Timur, yang berhaluan komunis. Keruntuhan dari Uni
Soviet, juga ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin yang menjadi pembatas dua Jerman
selama puluhan tahun. Ketika tembok ini runtuh, maka proses reunifikasi Jerman pun dapat
berjalan. Tidak ada lagi istilah Jerman Barat dan Jerman Timur yang ada hanyalah Jerman.
Dengan demikian, hubungan antara situasi politik yang terjadi di Uni Soviet dengan
reunifikasi Jerman terletak pada sejumlah kebijakan pembaruan yang dilakukan oleh Mikhael
Gorbacev (Glasnost dan Perestroik).
Tembok Berlin

Oleh otoritas Jerman Timur, Tembok Berlin dikatakan sebagai "Benteng Proteksi Anti-Fasis"
(bahasa Jerman: Antifaschistischer Schutzwall), yang menyatakan bahwa negara Jerman
Barat belum sepenuhnya dide-nazifikasi. Pemerintah Kota Jerman Barat kadang-kadang
mengatakan Tembok Berlin sebagai "Tembok Memalukan" sebutan yang dicetuskan oleh
Wali Kota Willy Brandt untuk mengutuk tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak.
Bersamaan dengan Tembok Pembatas Antar Jerman yang memisahkan Jerman Barat dan
Jerman Timur, kedua tembok pembatas ini menjadi simbol "Tirai Besi" yang memisahkan
Eropa Barat dengan Blok Timur selama Perang Dingin.

Sebelum pembangunan tembok ini, ada sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang bermigrasi
dan membelot ke barat, salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman Timur dan Jerman
Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat lainnya. Antara tahun
1961 dan 1989, tembok ini pun mencegah hal itu. Di rentang waktu kira-kira 30 tahun ini,
ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang
yang meninggal karena ditembak.

Pada tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang berhubungan
dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai berkurangnya pengaruh Uni
Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria. Setelah kerusuhan sipil selama
beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989
bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan
orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga
Jerman Barat di sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan. Beberapa minggu setelahnya,
euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok itu.
Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat berat.
Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober
1990
Checkpoint Charlie

Pemimpin Jerman Timur Walter Ulbricht memohon pada pemimpin Uni Soviet untuk
membangun Tembok Berlin tahun 1961 untuk menghentikan emigrasi Blok Timur ke barat
melewati sistem perbatasan Soviet, mencegah pelarian diri melewati batas sektor kota dari
Berlin Timur ke Berlin Barat. Checkpoint Charlie menjadi simbol Perang Dingin,
menggambarkan pemisahan Timur dan Barat. Tank Soviet dan Amerika pernah berhadapan
di lokasi ini pada Krisis Berlin 1961.

Setelah runtuhnya Blok Timur dan Reunifikasi Jerman, bangunan di Checkpoint Charlie
menjadi atraksi bagi wisatawan. Sekarang terletak di Museum Sekutu di daerah Dahlem di
Berlin.

Anda mungkin juga menyukai