Kel a s
XII
Sejarah
SEJARAH DUNIA KONTEMPORER
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami reunifikasi Jerman.
2. Memahami konflik Kamboja.
3. Memahami Perang Teluk.
4. Memahami pecahnya Yugoslavia.
A. Reunifikasi Jerman
1. Latar Belakang Reunifikasi Jerman
Reunifikasi adalah proses penyatuan kembali dua negara atau lebih menjadi satu negara
induk yang sebelumnya terpecah karena peristiwa sejarah, baik dengan damai maupun
dengan peperangan. Dalam sejarah, terdapat beberapa peritiwa reunifikasi, yaitu:
a. Vietnam Utara dan Selatan;
b. Yaman Utara dan Selatan;
c. Jerman Barat dan Timur.
Salah satu peristiwa reunifikasi yang terkenal pada masa akhir Perang Dingin adalah
Reunifikasi Jerman pada 3 Oktober 1990. Sebelum pertengahan 1980-an, bagi rakyat
Jerman Barat dan Timur, ide reunifikasi merupakan suatu hal yang sulit tercapai. Namun,
ide reunifikasi Jerman mulai menemui titik terang ketika adanya reformasi politik yang
dilakukan Gorbachev pada 1985. Adapun keinginan reunifikasi Jerman dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor berikut ini.
a. Faktor internal
1.) Kesenjangan kesejahteraan antara Jerman Timur dan Jerman Barat.
2.) Tidak adanya kebebasan berpolitik di Jerman Timur.
3.) Rakyat dan Pemerintah Jerman Barat menyambut keinginan penyatuan
Jerman.
b. Faktor eksternal
1.) Kebijakan glasnost dan perestroika yang menyebabkan terjadi gelombang
demokratisasi di Eropa Timur sejak 1989.
2.) Pertemuan Two Plus Four antara Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Prancis
yang memberikan kedaulatan penuh kepada Jerman pada 12 September
1990.
2
Di sekitar tembok Berlin dibangun menara pengawas dan daerah terlarang yang diisi
ranjau. Pemerintah Jerman Timur menyatakan Tembok Berlin dibangun untuk melindungi
para warganya dari elemen-elemen yang bertentangan dengan komunis.
Sebelum 1961, banyak warga Jerman Timur membelot ke Jerman Barat dengan
melewati perbatasan di Berlin Barat dan Berlin Timur. Akibatnya, Tembok Berlin dibangun
untuk menghalangi perpindahan penduduk Jerman Timur ke Jerman Barat. Bahkan,
pemerintah Jerman Timur memberlakukan kebijakan tegas berupa perintah tembak di
tempat bagi warga Jerman Timur yang kedapatan mencoba berusaha memanjat tembok
Berlin.
Tembok Berlin menjadi simbol pemisahan Jerman Barat dan Jerman Timur.
Tembok Berlin mulai dihancurkan pada 9 November 1989 oleh orang-orang tak dikenal
yang disebut Mauerspechte (pelatuk tembok).
Pada 13 Januari 1990, tembok ini resmi dihancurkan oleh militer Jerman Timur,
dimulai di Bernauer Straße dan selesai pada November 1991. Hanya sedikit bagian tembok
dan menara yang tetap dipertahankan sebagai suatu simbol dari memorial.
3
3. Kronologi Reunifikasi Jerman
Waktu Peristiwa
4 September 1989 Sekitar 1.000 demonstran berkumpul di Leipzig yang kemudian
dikenal sebagai “Demonstrasi Senin” untuk menuntut kebebasan
dari pemerintah Jerman Timur. Pada 15 Oktober 1989, aksi ini
diikuti hingga 120.000 orang dari seluruh Jerman Timur.
11September 1989 Hungaria membuka perbatasan dengan Austria dalam waktu 3
hari. Sebanyak 15.000 penduduk Jerman Timur mengungsi ke
Jerman Barat memanfaatkan momentum ini. Pada akhir September
1989, Jerman Timur dan Uni Soviet memberi izin 6.000 pengungsi
Jerman Timur di Praha untuk meninggalkan Jerman Timur.
18 Oktober 1989 Erich Honecker mengundurkan diri sebagai Sekretaris Jenderal
Partai Persatuan Sosialis Jerman (SED) dan digantikan Egon Krenz.
8 November 1989 SED menyerahkan kekuasaannya di polit biro (organisasi eksekutif
komunis). Orang-orang dari Berlin Barat mulai menaiki Tembok
Berlin dekat Gerbang Brandenburg.
18 Maret 1990 Pemilu yang bebas diadakan di Jerman Timur untuk petama
kalinya.
5 Mei 1990 Pembicaraan para menteri luar negeri dalam pertemuan Two Plus
Four yang dihadiri kedua Jerman dan pemenang Perang Dunia II,
yaitu Uni Soviet, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat.
4
Waktu Peristiwa
2 Desember 1990 Diadakan pemilu pertama bagi Jerman setelah bersatu. Partai
Christian Demokratis Union (CDU) di bawah pimpinan Helmut
Kohl berhasil menang dan Helmut Kohl menjadi Kanselir Jerman
pertama setelah reunifikasi Jerman.
4. Jerman Bersatu
Proses reunifikasi Jerman mulai dilangsungkan setelah tembok Berlin dihancurkan. Ide
penyatuan Jerman kembali muncul dalam pertemuan di Ottawa, Kanada, pada Februari
1990 yang diikuti oleh keempat menteri luar negeri dari negara-negara pemenang Perang
Dunia II dan kedua menteri luar negeri dari Jerman Barat dan Jerman Timur.
Pertemuan Ottawa lebih dikenal dengan nama Two Plus Four atau Dua Plus Empat yang
terdiri atas Jerman Barat dan Jerman Timur dengan Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris,
dan Prancis.
Pertemuan Two Plus Four kemudian dilanjutkan di Bonn, Jerman Barat untuk
melanjutkan pembicaraan mengenai upaya reunifikasi Jerman pada Mei 1990. Selanjutnya,
diadakan pertemuan lagi di Berlin dan Paris. Pertemuan penting lanjutan terjadi di
Moskow pada 12 September 1990 karena telah menemui titik temu tentang penyatuan
dua Jerman. Hari bersejarah yang ditunggu oleh rakyat dua Jerman pun terjadi. Pada 3
Oktober 1990 Republik Federal Jerman dan Republik Demokrasi Jerman bersatu kembali
setelah terpisah selama 45 tahun.
B. Konflik Kamboja
1. Kamboja Sebelum 1975
Kamboja merupakan sebuah negara di Indocina, Asia Tenggara. Pada abad ke-9, Kamboja
merupakan pusat Kerajaan Khmer dengan ibu kotanya di Angkor. Kemudian, wilayah
kerajaan Khmer menjadi rebutan antara Kerajaan Ayuthaya dan Vietnam pada abad ke-18.
Selanjutnya, Kamboja di bawah kekuasaan Prancis sejak 1853 – 1953. Setelah itu, Kamboja
di bawah pimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Bibit munculnya perang saudara di Kamboja dimulai sejak kenetralan Kamboja dalam
Perang Vietnam.
5
Kenetralan Kamboja dalam perang Vietnam terlihat dari hal berikut.
a. Kaum komunis Vietnam diizinkan membawa pasokan senjata dan makanan melalui
pelabuhan Kamboja.
b. Amerika Serikat diizinkan untuk mengebom tempat persembunyian Viet Cong di
Kamboja.
Hal ini menyebabkan Jenderal Lon Nol yang Pro-Amerika Serikat melakukan kudeta
untuk menggulingkan pemerintahan Raja Norodom Sihanouk pada 1970. Akibatnya,
pasukan Amerika Serikat semakin bebas masuk ke Kamboja dan Kamboja menjadi medan
Perang Vietnam. Di sisi lain, Raja Norodom Sihanouk bergabung dengan Khmer Merah
yang merupakan organisasi gerilya kaum komunis di Kamboja.
Pemimpin Khmer Merah adalah Pol Pot, salah seorang pengikut dari Maoisme
(komunisme Tiongkok).
Kebijakan Khmer Merah menyebabkan rakyat Kamboja dilanda kesengsaraan. Hal ini
terlihat dari nasib penduduk Kamboja yang menjadi buruh tidak dibayar, hanya diberikan
6
jatah makanan. Apabila jatuh sakit, tidak ada perawatan dan pengobatan. Selain itu,
tingkat kematian di Kamboja tinggi karena kelaparan, penyakit, kelelahan, dan eksekusi.
Pada 1978, Vietnam menyerang Kamboja untuk menghentikan genosida yang
dilakukan oleh pemerintahan Khmer Merah. Pol Pot dan Khmer Merah berhasil dikalahkan
Vietnam dan kemudian melarikan diri ke perbatasan Thailand. Kemudian, Vietnam
mendirikan pemerintahan komunis yang dipimpin Heng Samrin, mantan anggota Khmer
Merah yang telah membelot ke Vietnam. Namun, pemerintahan baru ini tidak diakui oleh
negara-negara Barat. Hal ini menyebabkan perang saudara di Kamboja terus berlanjut
antara pemerintah Heng Samrin bentukan Vietnam dengan pasukan Khmer Merah. Hal
ini terus berlanjut hingga Vietnam keluar dari Kamboja pada 1989. Sebagian besar korban
dari perang saudara Kamboja berasal dari penduduk sipil.
7
C. Perang Teluk
1. Perang Teluk
Perang Teluk terjadi di Timur Tengah. Perang Teluk dipicu oleh invasi Irak ke Kuwait yang
dimulai sejak 2 Agustus 1990 – 28 Februari 1991.
Dalam perang Teluk, PBB ikut campur dalam menyelesaikan perang Teluk dengan
memberikan kewenangan kepada Amerika Serikat dan pasukan multinasional untuk
melawan Irak di Kuwait.
a. Latar belakang sengketa Irak dan Kuwait
Invasi Irak ke Kuwait merupakan dampak dari kemunduran ekonomi Irak
setelah perang dengan Iran pada 1980 – 1988. Selain itu, beberapa faktor yang
melatarbelakangi invasi Irak ke Kuwait adalah sebagai berikut.
1.) Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya
sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh
Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang
ekonomi.
2.) Sengketa ladang minyak di Rumaylah dengan menuduh Kuwait menyedot
minyak di perbatasan kedua negara.
3.) Berusaha meyakinkan Kuwait dan Arab Saudi untuk membatalkan hutang Irak,
tapi ditolak oleh kedua negara tersebut.
4.) Tuduhan Irak terhadap Uni Emirat Arab serta Arab Saudi bahwa keduanya
sengaja menurunkan harga minyak demi menjaga persahabatan dengan
bangsa-bangsa Barat.
5.) Irak mengangkat masalah batas wilayah yang ditentukan Inggris setelah
jatuhnya Kesultanan Turki Utsmani. Dalam hal ini Irak menganggap Kuwait
sebagai salah satu provinsinya.
8
Dari faktor-faktor tersebut, Irak mulai menempatkan pasukannya di perbatasan
Kuwait pada pertengahan 1990-an dan mulai menyerang Kuwait pada 2 Agustus
1990. Tanpa perlawanan yang berarti, Irak dengan mudah menduduki Kuwait
dan menjadikan Kuwait sebagai Provinsi Irak yang ke-19 dengan Gubernurnya Ali
Hassan Al Majid. Sementara itu, Emir Kuwait yaitu Sheik Jaber al Sabah beserta
keluarganya melarikan diri ke Arab Saudi.
9
2.) Liga Arab
Liga Arab yang mengadakan pertemuan darurat di Kairo Mesir pada 3 Agustus
1990 sangat mengutuk invasi Irak dan menuntut penarikan mundur segera
pasukan Irak. Sebanyak 14 dari 21 anggota Liga Arab mendukung, 6 lainnya
menolaknya. Keenam negara itu adalah, Sudan, Palestina, Yordania, Mauritania,
Irak, dan Yaman, sedangkan Libya abstain.
Pertemuan Kairo menghasilkan pernyataan:
• Irak harus menarik mundur pasukannya;
• Irak harus menghentikan usahanya untuk mengganti pemerintahan di
Kuwait secara paksa dan membiarkan masalah internal diputuskan sendiri
oleh rakyat Kuwait secara bebas;
• kedua negara harus sepakat untuk menciptakan suatu prosedur guna
mengatasi permasalahan mereka lewat perundingan.
Selain itu, pada 6 Agustus 1990, Raja Fahd dari Arab Saudi mengadakan
pertemuan dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Dick Cheney,
di Jeddah untuk mengundang kehadiran pasukan Amerika Serikat guna
memperkuat pertahanan Arab Saudi dan menyerukan negara-negara NATO
untuk mendukung Kuwait.
Dalam perang Teluk, Irak berusaha memprovokasi Israel dengan mengebom Tel
Aviv melalui rudal scud. Namun dengan adanya imbauan Amerika Serikat, Israel tidak
membalas serangan Irak.
10
Tujuan Irak memprovokasi Israel adalah agar negara-negara Arab yang bergabung
dengan pasukan multinasional berbalik mendukung Irak karena kehadiran Israel dalam
Perang Teluk.
Pada 2002, Amerika Serikat di bawah pimpinan George W. Bush meminta PBB
mengirimkan inspektur senjata ke Irak untuk memeriksa keberadaan senjata
pemusnah massal. Kemudian pada 17 Maret 2003, tanpa persetujuan PBB, Amerika
Serikat mengirimkan ultimatum untuk meminta mundur Saddam Hussein dan segera
meninggalkan Irak dalam waktu 48 jam. Ultimatum ini ditolak Saddam Hussein dan
pada 20 Maret 2003, Invasi Amerika Serikat ke Irak dimulai.
11
D. Pecahnya Yugoslavia
Yugoslavia adalah sebuah negara yang awalnya berbentuk kerajaan di kawasan Balkan
yang dibentuk pada 1918 dengan dukungan enam negara republik, yaitu:
1. Bosnia dan Herzegovina;
2. Kroasia;
3. Makedonia;
4. Slovenia;
5. Serbia;
6. Montenegro.
Dua provinsi otonom, yaitu:
1. Vojvodina;
2. Kosovo.
Setelah Perang Dunia II, Yugoslavia diubah menjadi republik dengan dukungan
Uni Soviet sehingga rezim yang berkuasa di Yugoslavia adalah rezim komunis. Pemilihan
umum November 1945 di Yugoslavia menghasilkan kemenangan bagi kaum komunis
sehingga mengubah Yugoslavia menjadi Republik Rakyat Federal Yugoslavia.
Republik Rakyat Federal Yugoslavia di bawah pimpinan Josip Broz Tito, seorang tokoh
Yugoslavia yang mengadakan perlawanan pada masa pendudukan Jerman selama
Perang Dunia II.
Pada masa kekuasaan Josip Broz Tito, Yugoslavia dikenal sebagai salah satu
pendiri Gerakan Non-Blok dan penduduk Yugoslavia diberikan kebebasan yang besar
dibandingkan negara-negara Eropa Timur lainnya.
12
a. Serbia beragama Katolik Ortodoks;
b. Kroasia beragama Katolik Roma;
c. Slovenia beragama Katolik Roma;
d. Montenegro beragama Kristen Ortodoks;
e. Macedonia beragama Kristen Ortodoks;
f. Bosnia Herzegovina beragama Islam.
2. Konflik di Yugoslavia
a. Konflik Serbia dengan Kroasia dan Slovenia
Perang saudara di Yugoslavia tidak dapat dihindarkan lagi. Kroasia dan Slovenia
berhasil memproklamasikan kemerdekaan mereka pada 25 Juni dan 25 Juli
1991, lalu mengganti pemerintahan nonkomunis di Kroasia dan Slovenia. Untuk
menanggapinya, pasukan Yugoslavia menyerang Slovenia. Melalui campur tangan
masyarakat Eropa, gencatan senjata di Slovenia berhasil dicapai dan semua pasukan
Yugoslavia berhasil ditarik dari daerah Slovenia pada akhir Juli 1991. Sementara itu,
pertempuran di Kroasia tidak mudah untuk dipadamkan karena 13% penduduk
Kroasia beretnis Serbia. Pada 1992, warga Kroasia yang beretnis Serbia melancarkan
perang terhadap Yugoslavia. Dengan campur tangan PBB ketegangan dapat
diredakan.
13
Perlawanan Slovenia dan Kroasia mendapatkan simpati dari dunia internasional.
Hal ini dibuktikan dengan diakuinya kemerdekaan Slovenia dan Kroasia oleh
Amerika Serikat dan masyarakat Eropa pada 1992.
14
3. Penyelesaian Konflik Yugoslavia dan pecahnya Yugoslavia
Konflik di Yugoslavia menarik perhatian dunia, hal ini terlihat adanya upaya internasional
untuk menyelesaikan konflik di Yugoslavia berikut ini.
a. Sejak 1992, PBB memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Yugoslavia dan
mengadakan gencatan senjata di Bosnia Herzegovina.
b. Pendirian Federasi Yugoslavia baru oleh Serbia Montenegro dianggap masyarakat
tidak mencakup negara-negara yang baru merdeka seperti Slovenia, Kroasia, dan
Bosnia Herzegovina dan Makedonia. Hal ini ditegaskan PBB pada September 1992.
c. NATO mengirimkan tentaranya ke Bosnia Herzegovina dengan tugas melindungi
warga Bosnia dan menciptakan wilayah damai dan bebas dari peperangan. Tentara
NATO juga melakukan serangan udara ke pihak Yugoslavia dan Serbia yang tidak
menaati seruannya.
d. Pengiriman pasukan-pasukan perdamaian oleh Indonesia dengan nama Kontingen
Garuda XIV yang tergabung dalam Unprofor (United Nations Protection Forces).
Kontingen Garuda XIV dipimpin oleh Letkol Infantri Edi Budianto.
e. Penyelenggaraan perundingan Dayton di Amerika Serikat pada 1 – 2 November 1995.
Perundingan di Dayton diikuti oleh pihak-pihak yang bertikai di bawah pengawasan
NATO dan Amerika Serikat. Tokoh-tokoh yang hadir antara lain:
1.) Bosnia diwakili Alija Izetbegovic;
2.) Kroasia diwakili Franjo Tujman;
3.) Yugoslavia Serbia diwakili Slobodan Milosevic;
4.) Amerika Serikat diwakili Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley Clark
sebagai negosiator.
Kesepakatan yang dicapai dalam perundingan Dayton yang ditandatangani di
Paris pada 14 Desember 1995 isinya sebagai berikut.
1.) Bosnia-Herzegovina diakui sebagai negara berdaulat.
2.) Ibu kota Sarajevo tetap di bawah Federasi Muslim Bosnia-Kroasia dan beberapa
wilayah administrasi otonom Kontrol Serbia-Bosnia.
3.) Radovan Karadzic dan Jenderal Ratko Mladic dianggap sebagai penjahat
perang oleh Mahkamah Internasional.
4.) Pengungsi berhak kembali ke tempatnya.
15