BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanin merupakan senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, memiliki rasa pahit dan
kelat, dan dapat menggumpalkan protein. Tanin pada tumbuhan banyak terkandung pada bagian
kulit batang,
daun pada tumbuhan yang berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari hama.
Tanin yang terlarut dalam air memberikan warna coklat kehitaman seperti air teh. Tanin
merupakan golongan senyawa polifenol yang sifatnya polar, dapat larut dalam gliserol, alkohol
dan hidroalkoholik, air dan aseton, tetapi tidak larut dalam kloroform, petroleum eter dan
benzen (Artati dan Fadilah, 2007).
Tanin memiliki beberapa kegunaan sebagai zat anti septik pada luka karena dapat
menggumpalkan protein, sebagai campuran obat cacing dan anti kanker, sebagai zat pemberi
warna pada industri tinta dan cat, sebagai pengendap serat-serat organik pada industri minuman
anggur dan bir, sebagai pengikat protein pada industri kulit agar kulit tidak mudah membusuk.
Salah satu tanaman yang banyak mengandung tanin adalah pohon alpukat. Pada pohon
alpukat tanin banyak terkandung pada bagian daun. Kandungan tanin pada daun alpukat sekitar
22% (Lestari, 2014). Daun alpukat merupakan salah satu yang dapat dikembangkan lebih lanjut
menjadi zat warna alami untuk pewarnaan tekstil. Pemilihan bahan baku berupa daun alpukat
ini dikarenakan ketersediaan bahan yang banyak dan memiliki kandungan tanin yang cukup
tinggi.
Tanin pada tumbuhan dapat diambil dengan cara ekstraksi padat-cair (leaching).
Ekstraksi padat-cair (leaching) merupakan proses pelarutan zat yang terkandung dalam zat
padat dengan cara mengontakkan zat padat dengan pelarutnya. Faktor yang berpengaruh pada
proses ekstraksi adalah suhu ekstraksi, waktu ekstraksi jenis pelarut yang digunakan, ukuran
partikel, jumlah tahap ekstraksi dan perbandingan berat pelarut terhadap berat zat padat
(Herrick dan Buck, 1958).
Karena tanin mempunyai banyak kegunaan dalam berbagai aspek, maka pada penelitian
ini akan dilakukan ekstraksi tanin dari daun alpukat dengan menggunakan pelarut organik.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian ekstraksi tanin dengan berbagai bahan alam sebagai
bahan bakunya yang ditunjukan pada Tabel 1.1
1
2
3:0, 150
menit :
20,08%
Ekstraksi
3:0, 180
Tanin Dari
menit :
Daun
22,07%
Alpukat
Campuran
(Persea
etanol 3:1, 150
americana
95% dan menit :
Mill.) Lestari,
Serbuk aseton 150 menit 17,65%
Sebagai Puji, Ekstraksi
daun 30:1 dengan 80⁰C dan 180
Pewarna dkk soxhlet
alpukat proporsi menit 3:1, 180
Alami (2014)
pelarut menit :
(Kajian
3:0, 3:1, 20,22%
Proporsi
dan 3:2
Pelarut dan
3:2, 150
Waktu
menit :
Ekstraksi)
19,01%
3:2, 180
menit :
15,81%
Kebaruan dari penelitian yang akan penulis lakukan adalah peralatan yang digunakan
menggunakan alat leaching skala laboratorium yang dirancang dengan modifikasi pada bagian
basket leaching dengan penambahan jaket pemanas yang diharapkan tanin dapat diekstrak dari
daun alpukat lebih masksimal.
Ekstraksi Tanin dari Daun Alpukat Menggunakan Unit Ekstraktor Skala Laboratorium dengan Variasi
Pelarut Organik, Juli 2017
3
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan hasil rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan
1. Mengetahui kadar air pada daun alpukat dengan pengeringan menggunakan oven.
2. Menentukan jenis pelarut organik yang dapat menghasilkan ekstrak tanin paling tinggi.
(a) Bahan alam yang akan digunakan berupa daun alpukat yang didapat dari Subang,
Sariater.
(b) Bahan alam yang digunakan sebanyak 100 gram untuk tiap variasi.
(c) Pelarut yang akan digunakan adalah air, etanol 96 %, dan aseton.
(f) Suhu dalam basket untuk suhu ekstraksi di set 20⁰C dibawah titik didih pelarut yang
digunakan.
(g) Siklus untuk setiap variasi pelarut adalah 3 siklus (Haborne, 1996)
(h) Metode analisis produk menggunakan metode Setara Asam Tanat (SAT) (Bate-Smith,
1973).
Ekstraksi Tanin dari Daun Alpukat Menggunakan Unit Ekstraktor Skala Laboratorium dengan Variasi
Pelarut Organik, Juli 2017