Kebutuhan akan jasa audit bagi perusahaan semakin meningkat. Hal ini berkaitan erat
dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan atas informasi keuangan yang bebas dari risiko
kecurangan ataupun manajamen laba yang disusun oleh perusahaan. Laporan keuangan
audited bukan jaminan, di Indonesia terdapat contoh nyata kegagalan audit yang terjadi pada
perusahaan Kimia Farma dan Bank Lippo. Kasus perusahaan Kimia Farma terjadi mark up
terhadap laba tahun 2001, Sedangkan pada Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun
2002 (Sekar 2003).
Profesi akuntan publik sering dihadapkan pada dilema etis dari setiap jasa yang
ditawarkan. Situasi konflik dapat terjadi ketika seorang akuntan publik harus membuat
professional judgement dengan mempertimbangkan sudut pandang moral (Dewi 2017).
Situasi konflik atau dilema etis seperti hal di atas merupakan tantangan bagi profesi akuntan
publik. Hal ini muncul karena di satu sisi auditor berusaha menjaga tingkat profesionalitasnya
dan di sisi lain auditor harus mempertimbangkan kondisi klien (Ali, Boubaker et al. 2020).
(Amyar, Hidayah et al. 2019) berargumentasi bahwa sumber utama atau pusat dari segala
konflik adalah hubungan antara auditor dan kliennya, mengingat pekerjaan akuntan publik
harus menjalin hubungan yang cukup erat dengan klien sehingga mampu memahami proses
bisnisnya sebelum menjalankan pekerjaanya.
Figur seorang pemimpin yang baik dapat menjadi pedoman dan panutan untuk
mendukung keberhasilan dalam tugas yang dilakukan. Salah satu karakter seorang pemimpin
yang dapat dijadikan panutan oleh generasi saat ini adalah Nabi Muhammad. Beliau
merupakan seorang pemimpin yang dikenal sepanjang zaman, beliau dikenal memiliki
berbagai macam teknik, strategi, gaya kepemimpinan, dan kepribadian sebagai seorang
pemimpin yang masih dianggap sejalan untuk diterapkan oleh para pemimpin di zaman
modern ini.
Nabi Muhammad seorang yang menjadi tauladan dalam agama islam, beliau
memeiliki ahklak yang mulia. Agama islam mengajarkan ahklah yang menjadi acuan dalam
menjalankan kehidupan sesuai dengan aturan dalam Al quran dan hadist. Alquran dan hadist
merupakan sumber dari segala sumber kehidupan manusia termasuk etika (Juliyani 2016).
Seorang rasul memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan
kepemimpinannya, yang pertama Siddiq (jujur) sehingga dapat dipercaya, yang kedua
Tabligh (penyampai) kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi, yang ketiga Amanah
(bertanggung jawab) dapat dipercaya dan Fathanah (cerdas) berfungsi dalam membuat
rencana dan strategi (Abduh 1996).
Keempat sifat tersebut sudah cukup mewakili sifat kepemimpinan rasul allah yang
dapat direfleksikan pada diri Akuntan publik di Indonesia yang memiliki berbagai
permasalahan dan dilema keputusan dalam pekerjaannya. (Engko and Gudono 2007)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan akan mempengaruhi kinerja, dalam kepemimpinan
yang tepat akan membawa dampak yang baik dalam tim perikatan audit.
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Azis (2020) yaitu keteladanan sifat
Rasulullah Muhammad SAW dalam etika profesi akuntan, penelitian ini memiliki
keterbatasan dengan menggunakan studi literatur. sedangkan penelitian ini mengunakan
wawancara langsung dengan beberapa Akuntan Publik, sehingga dapat menambahkan data
yang lebih lengkap.
Penelitian yang dilakukan oleh Musyirifin (2020) dengan judul implementas sifat-
sifat Rasulullah dalam konseling behavioral, penelitian ini mengkaji tentang implementasi
sifat-sifat Nabi Muhammad dalam bimbingan konseling. Metode yang digunakan pada
peneletian ini yaitu penelitian kepustakaan (library research).
Selain itu terdapat penelitian lain oleh Sirajudin (2013) tetapi fokus penelitian ini pada
interpretasi pancasila dan islam, sedangkan penelitian ini membawa sudut pandang yang
berbeda yaitu sifat-sifat dari Nabi Muhammad. Penelitian ini merefleksikan atas 4 sifat nabi
muhammad yaitu siddiq, tabligh, amanah, dan fathonah dengan 5 kode etik akuntan publik,
yaitu integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan, dan perilaku
profesional.
Penelitian yang dilakukan oleh Prajnasari (2020) berfokus pada konsultan pajak,
sedangkan penelitian ini memiliki subyek akuntan publik. Akuntan publik dipilih menjadi
subyek dalam penelitian ini karena profesi tersebut memiliki resiko hubungan istimewa
dengan kliennya, sama halnya dengan konsultan pajak. Namun jika konsultan pajak berfokus
pada perpajakan kliennya, jika akuntan publik berfokus pada laporan keuangan yang telah
disajikan apakah sudah sesuai dengan SAK. Adanya hubungan antara klien dengan akuntan
publik ini yang membuat pemerintah pada tahun 2015 mengeluarkan peraturan yang
mengatur pergantian auditor, yaitu PP No. 20/2015 pasal 11 ayat (1) dijelaskan bahwa
Pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh seorang
Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
Beberapa penelitian yang lain juga dilakukan oleh (Dewi 2017) dan (Nini and
Trisnawati 2009) membawakan topik yang sejenis yaitu etika profesi dan independensi
auditor. Perbedaan penelitian-penelitian tesebut dengan penelitian ini adalah dengan
membawa karakter atau sifat dari Nabi muhamamd yang direfleksikan dengan kode etik
akuntan publik.
Profesi Akuntan publik sering dihadapkan dengan dilema etis yang terjadi ketika klien
ingin manajamen laba sesuai dengan kebutuhan perusahaannya, sedangkan akuntan publik
harus menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi akuntan publik untuk
lebih bertanggung jawab pada profesinya, dengan menegakan 5 prinsip etika akuntan publik
yang sejalan dengan 4 sifat Nabi Muhammad.
Penelitian ini secara kebijakan diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk
para akuntan publik agar lebih memiliki integritas dalam menjalankan proses audit pada
entitas sehingga dapat menghasilkan informasi yang akurat untuk pihak investor maupun
pihak eksternal lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar yang mendasari bagaimana merefleksikan sifat Nabi
Muhammad dalam diri Akuntan Publik. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah terkait
transparansi entitas dalam proses penyajian laporan keuangan, sedangkan rumusan masalah
pada dilema etis akuntan publik dalam merumuskan opini, dan tujuan penelitian ini
merefleksikan sifat-sifat Nabi Muhammad kedalam etika profesi akuntan publik.
Bab ini membahas mengenai dasar teori yang akan digunakan untuk memahami etika
Akuntan Pubik dan sifat-sifat Nabi Muhammad, Serta Menjelaskan bagaimana
mengaktualisasikan sifat Nabi Muhammad pada etika Akuntan Publik dalam menghadapi
dilema etis yang menguji integritasnya.
BAB 4 PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian dengan wawancara kepada Akuntan
Publik. Dengan memberikan suatu jawaban atas pertanyaan penelitian mengenai integritas
Akuntan Publik dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang material dan menentukan
opini.
BAB 5 PENUTUP
Tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang dengan mempengaruhi orang lain yang
bersifat nyata merupakan perilaku. Dalam berperilaku seseorang tidak dapat mengkontrol
sepenuhnya perilaku yang dibawah kendali seseorang tersebut, Oleh sebab itu seseorang
akuntan harus hati-hati dalam berperilaku, karena hal ini dapat menjadi penilaian oleh entitas
atau kliennya. Segala sesuatu yang dialami seseorang yang mencakup reaksi dan dapat
diamati (Chaplin 2011).
Teori Reasoned Action (TRA) berasal dari teori sikap yang kemudian dikembangkan
oleh (Fisbein and Ajzen 1975) menjadi sikap dan perilaku. Komponen dari TRA ada 3, yaitu
keinginan perilaku, sikap, dan norma subyektif. Menurut TRA sikap perilaku seseorang
bergantung kepada sikap seseorang tentang perilaku dan norma subyektif. Jika seseorang
ingin berbuat sesuatu tentu dia akan melaksanakannya. Keinginan perilaku mengukur
seberapa kuat keinginan seseorang untuk melaksanakan suatu perilaku dengan tingkat
kepercayaan atas konsekuensi yang dilakukannya.
Nabi muhammad merupakan sosok manusia berakhlak mulia yang tepat sebagai
tauladan untuk seluruh umat manusia khususnya umat muslim hal ini dijelaskan dalam Al
Quran (QS. Al Ahzab : 21). Meneladani Nabi Muhammad merupakan bentuk ibadah sunnah
sekaligus menambah nilai keimanan seseorang terhadap keberadaan Nabi Muhammad
sebagai utusan allah.
Nabi Muhammad juga memeiliki sifat maksum yang bermakna terhidar dari
perbuatan tercelah. Dengan kata lain Nabi Muhammad merupakan manusia yang sempurna
dan terhindar dari dosa. Banyak riwayat hadis yang menjelaskan ketika Nabi Muhammad
ingin melakukan sifat tercelah maka beliau dibimbing langsung oleh Allah, sehingga beliau
terjaga dari perbuatan maksiat.
Nabi Muhammad merupakan rasul terakhir yang diutus oleh allah untuk menutup para
nabi. Nabi Muhammad memiliki mendapat amanah dari allah yang berupa kitab terakhir
yaitu Al-quran, hal ini dijelaskan dalam al quran (QS. Al Ahzab : 40). Nabi Muhammad juga
memiliki mukjizat dari allah untuk bekal dalam berdakwah, ini dijelaskan dalam al quran
(QS. An Nisa : 74). Selain mukjizat Nabi Muhammad juga memiliki sifat-sifat yang muliah.
Berikut 4 sifat wajib yang dimiliki oleh para rasul allah:
1. Sifat Shidiq artinya jujur, Dengan sifat ini para Rasul Allah selalu berkata jujur dan benar
di dalam segala ucapan dan perbuatannya hal ini juga dijelaskan dalam al quran (QS.
Maryam : 50).
2. Amanah artinya dapat dipercaya, para Rasul Allah itu terpecaya dalam segala tindakannya
dan tidak ingkar janji. Hal ini juga dijelaskan dalam al quran (QS. Nuh : 106-107). Nabi
Muhammad pernah mendapat gelar Al-amin sebelum diutus menjadi nabi, gelar tersebut
diberikan oleh masyarakat mekah karena kejujuran beliau dalam urusan dagang.
3. Tabligh artinya menyampaikan. Rasul Allah bertugas menyampaikan wahyu yang datang
dari Allah, dengan tidak menyumbunyikan kepada umatnya. Hal ini dijelas dalam ayat al
quran (QS. Al Maidah : 67).
4. Fathaanah, artinya cerdas, pandai atau bijaksana. Para rasul Allah itu memiliki daya
intelektualitas dan daya nalar yang sempurna, karena seorang Rasul Allah memiliki
kewajiban menyampaikan firman-firman allah.
Akuntan publik sebagai pihak yang bebas dan independen melakukan pemeriksaan
yang objektif atas laporan keuangan dan menyatakan opini atas kewajaran laporan keuangan.
Guna meningkatkan kepercayaan pemakai jasa profesi akuntan publik sebagaimana layaknya
yang mereka harapkan, maka perlu adanya kode etik akuntan, termasuk kode etik bagi
akuntan publik. Dengan adanya kode etik, para akuntan publik dapat menentukan mana
perilaku yang pantas (etis) ia lakukan dan mana yang tidak pantas (tidak etis). (Ali,
2020)mengatakan bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya organisasi
profesi di Indonesia yang berupaya menegakan etika, dalam hal ini khususnya bagi akuntan
publik.Prinsip dasar etika menetapkan standar perilaku yang diharapkan dari seorang
Akuntan (IAI, 2021), sehingga etika dijadikan sebagai landasan yang merupakan unsur utama
bagi profesi Akuntan dalam menjalankan kegiatan profesionalnya dalam bekerja (Herawaty
& Susanto, 2010).
Lima prinsip dasar etika akuntan publik ialah (1) integritas, yaitu bersikap lugas dan
jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis, (2) objektivitas, yaitu tidak
mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena adanya bias, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain. (3) Kompetensi dan
kehati-hatian profesional, yaitu Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian
profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi
tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar
profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (4) kerahasian, yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan profesional dan bisnis. (5) Perilaku Profesional mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan menghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan
mungkin akan mendiskreditkan profesi Akuntan. (IAI 2021).
Kode Etik Profesi Akuntan Publik menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut (Sari dkk, 2020; Arens,
2012). Kode Etik Profesi Akuntan Publik merupakan kode etik organisasi Insitut Akuntan
Publik Indonesia yang berlaku bagi Akuntan Publik, pemegang Certified Pubic Accountant
of Indonesia, serta anggota lainnya dari Institut Akuntan Publik Indonesia yang relevan
sesuai ketentuan yang berlaku (IAI 2021).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah format dan prosedur pembuatan laporan
keuangan yang menjadi aturan baku penyajian informasi keuangan suatu kegiatan usaha atau
perusahaan. SAK berisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK), yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI),
serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya
(IAI 2021).
Standar akuntansi di Indonesia mengacu pada teori skala global, yakni International
Financial Reporting Standards (IFRS). SAK berbasis IFRS berlaku efektif sejak 2014. DSAK
IAI menyebutkan, minimalisasi perbedaan kedua standar ini merupakan komitmen Indonesia
sebagai satu-satunya anggota G20 di kawasan Asia Tenggara (IAI 2021). Konvergensi SAK
dan IFRS diharapkan dapat banyak mengurangi perbedaan dua standar akuntansi skala lokal
dan global ini. Dalam hal ini bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik
untuk bertransaksi di pasar modal karena informasi dalam laporan keuangannya berkualitas
internasional.
2.4 Rerangka Konseptual
Dilema Etis AP
Menentukan Opini
Gambar 1
Rerangka Konseptual
Ali, C. B., et al. (2020). "Auditors and the Principal-Principal Agency Conflict in Family Controlled
Firms." Auditing 39(4): 31-55.
Amyar, F., et al. (2019). "Investigating the Backstage of Audit Engagements: The Paradox of Team
Diversity." Accounting, Auditing and Accountability Journal 32(2): 378-400.
Azis, I. (2020). "Keteladanan Sifat Rasullah Muhammad SAW dalam Etika Profesi Akuntan Publik." E-
JA e-Jurnal Akuntansi e-ISSN 2302-8556 Vol. 30 No. 5.
Engko, C. and Gudono (2007). "Pengaruh kompleksitas tugas dan locus of control terhadap
hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor." JAAI 11 No 2.
Fisbein, M. and I. Ajzen (1975). "Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory
and Research." Reading, MA: Addison-Wesley.
Juliyani, E. (2016). "ETIKA BISNIS DALAM PERSEPEKTIF ISLAM." Jurnal Ummul Qura Vol VII.
Prajnasari, P. R. (2020). "MEREFLEKSIKAN SIFAT PATIH GAJAH MADA DALAM DIRI KONSULTAN
PAJAK." Jurnal Akuntansi Multiparadigma 11(3), 613-633.
Sekar, M. (2003). "Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan." Symposium Nasional Akuntansi VI.
Sirajudin (2013). "INTERPRETASI PANCASILA DAN ISLAM UNTUK ETIKA PROFESI AKUNTAN
INDONESIA." Jurnal Akuntansi Multiparadigma Volume 4, Nomor 3.