Kelompok 6 - Pengauditan I - Bukti Audit Dan Kertas Kerja
Kelompok 6 - Pengauditan I - Bukti Audit Dan Kertas Kerja
D AKUNTANSI MALAM
KELOMPOK 6 :
PRODI AKUNTANSI
DENPASAR
2021
BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA
1.1 Hakekat Bukti Audit
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan
yang menjadi dasar opini audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit
tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence)
berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan auditan. Relevansi,
obyektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan,
seluruhrya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Butir-butir penting tentang hakekat bukti
audit, sebagai berikut:
a. Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal.
b. Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan denganasersi
manajemen.
c. Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti misalnya: tidak membuat
dokumen yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu.
d. Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.
e. Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan auditor (analisis
risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau melanjutkan seorang klien, data
dari audit tahun yang lalu, dan kualitas pengendalian internal perusahaan yang
mencerminkan ketelitian proses internal).
Bukti audit yang kompeten dan cukup harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang di audit. Keputusan penting yang dihadapi setiap auditor adalah
menentukan jenis dan jumlah bukti yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan
bahwa laporan keuangan klien telah ditetapkan secara wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah ke dalam 4
(empat) sub keputusan berikut ini.
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor harus menentukan untuk mengunakan prosedur
audit tertentu. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
a. Menghitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang
kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
b. Meminta cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu
setelah tanggal neraca.
c. Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan
oleh klien.
2. Penentuan Besarnya Sampel.
Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan dari
prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain. Contoh, dalam penerapan prosedur audit untuk
melakukan verifikasi atas pengeluaran kas di atas, misalkan dalam jurnal pengeluaran kas telah
dicatat 6.000 check. Auditor memutuskan untuk menetapkan ukuran sampel berupa 50 check
yang akan dibandingkan dengan ayat-ayat jurnal yang tercantum dalam jurnal pengeluaran kas
tersebut. Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk
setiap prosedur audit.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel.
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. Sebagai
contoh, apabila auditor memutuskan untuk memilih 50 check yang sudah dibayar bank dari
populasi sebesar 6.000 check sebagaimana tercantum dalam jurnat pengetuaran kas, auditor
masih harus menentukan metode apa yang akan digunakan untuk secara spesifik memilin check
yang kan diuji. Alternatit pemilihan 50 lembar check yang dapat dilakukan auditor adalah (1)
memilih suatu minggu tertentu dan memeriksa 50 lembar check pertama dari minggu
tersebut,(2) memilih 50 lembar dengan nilai rupiah tertinggi,(3) memilih 50 lembar check
secara acak(4) memilih check-check yang menurut dugaan auditor dengan keliruan. Bisa juga
auditor memilih dengan menggunakan kombinasi dari metoda-metoda tersebut.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit.
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1
tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya,
klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah
tanggal neraca. Saat ini Bapepam mengharuskan perusahaan-perusahaan publik untuk
mengumumkan laporan keuangan auditan dalam waktu 60-90 hari setelah akhir tahun buku,
tergantung pada besarnya perusahaan. Selain itu, saat pelaksanaan prosedur dipengaruhi pula
oleh pertimbangan auditor tentang kapan prosedur diperkirakan akan paling efektif, atau kapan
staf audit tersedia. Sebagai contoh, auditor pada umumnya sedapat mungkin melaksanakan
prosedur pengamatan perhitungan fisik persediaan sedekat mungkin dengan tanggal akhir
tahun buku
Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi sebagai berikut: Auditor harus merancang dan
melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat. Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti
yang cukup dan tepat (sufficient appropriate evidence) sebagai dasar untuk mendukung opini
yang diberikan. Auditor harus berkeyakinan bahwa pendapatnya benar dengan tingkat jaminan
yang tinggi. Dengan memadukan semua bukti dari keseluruhan audit, auditor akan mampu
untuk menentukan kapan ia yakin untuk menerbitkan suatu laporan audit.
1. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabiltasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo-saldo akun, dan pengungkapan yang
bersangkutan. Apabila bukti audit dipandang sangat tepat, maka hal itu akan sangat membantu
auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebin relevan atau
lebih bisa dipercaya (reliable).
2. Kecukupan Bukti
Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan "berapa banyak" bukti audit harus diperoleh.
Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang dipertukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh
kualitas bukti audit itu sendiri.
Dua faktor terpenting dalam menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit adalah
ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal dalam
organisasi klien. Sebagai contoh, dalam suatu penugasan audit, auditor menduga bahwa dalam
persediaan kemungkinan besar terdapat persediaan yang usang karena sifat dari bidang usaha
klien. Dalam audit ini auditor akan menarik sampel lebih besar untuk membuktikan adanya
persediaan usang, dibandingkan dengan apabila kecil kemungkinan terdapat persediaan usang
3. Hubungan Antara Risiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti Audit
Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit, hendaknya dingat bahwa
tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup.
Sebagaimana telah disinggung di atas, ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan reliabilitas
bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan "berapa banyak" bukti yang harus
dikumpulkan. Baik ketepatan maupun kecukupan dipengaruhi oleh resiko yang ada pada klien
(yaitu profil risiko inheren dan risiko pengedalian). Dalam keadaan bagaimanapun, auditor
harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Namun, mendapatkan bukti
yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit, misalnya karena sistem akuntansi
keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang televan dan kurang bisa dipercaya.
4. Sumber Bukti Audit
Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan (a) pengetahuan tentang klien (perusahaannya maupun bidang
usahanya) yang bisa diperoleh dari audit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisis
penerimaan menjadi klien; (b) informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit
sendiri dengan menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis; (c)
sistem akuntansi diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun dan transaksi-
transaksi; dan (d) kualitas pengendalian internal - yang dapat diperoleh melalui evaluasi atas
rancangan dan pengoperasian pengendalian internal. Keseluruhan bukti yang harus dinilai
auditor yang berasal dari berbagai sumber yang pada akhirnya harus dinilai dengan
petimbangan profesional auditor.
5. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan auditor, dapat memilih dari
delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit bisa mendapatkan satu
atau lebih tipe bukti berikut:
a) Inspeksi
.Dalam metode ini, auditor akan melakukan pengecekan pada setiap transaksi atau
dokumen terhadap langkah-langkah tertulis, juga prosedur untuk memastikan keakuratan.
Setelah mengidentifikasi ketidak konsistenan, auditor dapat menyelidiki lebih lanjut yang
akan melibatkan manajemen dan pihak lainnya yang bertanggung jawab atas laporan
tersebut.
b) Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan proses dalam audit dimana auditor mengamati
proses dan prosedur yang dilakukan oleh klien. Pengamatan dapat memberikan gambaran
pada auditor mengenai proses dan prosedur perusahaan saat bekerja. Selain itu, juga bisa
membantu mereka dalam mengidentifikasi kelemahan dari prosedur tersebut.
c) Konfirmasi Eksternal
Jenis konfirmasi dilakukan dengan mengirimkan surat tertulis dalam bentuk formal.
Biasanya dokumen yang diuji oleh auditor adalah mengkonfirmasi saldo, seperti hutang
dagang, saldo bank, piutang, dan lainnya.
d) Penghitungan Ulang
Auditor akan melakukan perhitungan ulang saldo atau transaksi yang transaksi yang telah
dilakukan klien. Proses penghitungan ulang yang dilakukan untuk memastikan bahwa
jumlah dalam laporan keuangan sesuai dengan sebagaimana mestinya.
e) Pelaksanaan Kembali
Pelaksanaan kembali merupakan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor secara
independen. Auditor akan melakukan prosedur kontrol yang telah dilakukan klien sebagai
bagian dari sistem kontrol.
f) Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan atau hubungan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lain nampak wajar dibandingkan dengan ekspektasi auditor.
g) Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki
pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan, di dalam atau di luar entitas. Respons
atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki
oleh auditor atau menguatkan bukti audit.
a. Standar Perkerjaan I : Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang
menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b. Standar Pekerjaan II (Kedua) : Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang telah dilakukan.
c. Standar Pekerjaan III (Ketiga) Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang
telah diterapkan, dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.
Anonim. (2022). Bukti Audit dan Kertas Kerja. Diakses 31 October 2022, dari
https://stie.dewantara.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pertemuan-3-bukti-audit.pdf
Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing Pengauditan Berbasisi ISA. Yogyakarta: STIE YKPN
IAPI.