Anda di halaman 1dari 14

PENGAUDITAN 1

BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ni Luh Gd Mahayu Dicriyani, S.St.,M.Si

D AKUNTANSI MALAM

KELOMPOK 6 :

1. Putu Widya Permata Dewi (09/2102622010275)

2. Kadek Meita Nabila Putri (10/2102622010276)

3. Ni Kadek Dwi Indrayanti (20/2102622010286)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2021
BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA
1.1 Hakekat Bukti Audit

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan
yang menjadi dasar opini audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit
tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence)
berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan auditan. Relevansi,
obyektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan,
seluruhrya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Butir-butir penting tentang hakekat bukti
audit, sebagai berikut:
a. Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal.
b. Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan denganasersi
manajemen.
c. Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti misalnya: tidak membuat
dokumen yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu.
d. Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.
e. Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan auditor (analisis
risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau melanjutkan seorang klien, data
dari audit tahun yang lalu, dan kualitas pengendalian internal perusahaan yang
mencerminkan ketelitian proses internal).

1.2 Keputusan Auditor tentang Bukti Audit

Bukti audit yang kompeten dan cukup harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang di audit. Keputusan penting yang dihadapi setiap auditor adalah
menentukan jenis dan jumlah bukti yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan
bahwa laporan keuangan klien telah ditetapkan secara wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah ke dalam 4
(empat) sub keputusan berikut ini.
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor harus menentukan untuk mengunakan prosedur
audit tertentu. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
a. Menghitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang
kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
b. Meminta cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu
setelah tanggal neraca.
c. Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan
oleh klien.
2. Penentuan Besarnya Sampel.
Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan dari
prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain. Contoh, dalam penerapan prosedur audit untuk
melakukan verifikasi atas pengeluaran kas di atas, misalkan dalam jurnal pengeluaran kas telah
dicatat 6.000 check. Auditor memutuskan untuk menetapkan ukuran sampel berupa 50 check
yang akan dibandingkan dengan ayat-ayat jurnal yang tercantum dalam jurnal pengeluaran kas
tersebut. Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk
setiap prosedur audit.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel.
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. Sebagai
contoh, apabila auditor memutuskan untuk memilih 50 check yang sudah dibayar bank dari
populasi sebesar 6.000 check sebagaimana tercantum dalam jurnat pengetuaran kas, auditor
masih harus menentukan metode apa yang akan digunakan untuk secara spesifik memilin check
yang kan diuji. Alternatit pemilihan 50 lembar check yang dapat dilakukan auditor adalah (1)
memilih suatu minggu tertentu dan memeriksa 50 lembar check pertama dari minggu
tersebut,(2) memilih 50 lembar dengan nilai rupiah tertinggi,(3) memilih 50 lembar check
secara acak(4) memilih check-check yang menurut dugaan auditor dengan keliruan. Bisa juga
auditor memilih dengan menggunakan kombinasi dari metoda-metoda tersebut.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit.
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1
tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya,
klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah
tanggal neraca. Saat ini Bapepam mengharuskan perusahaan-perusahaan publik untuk
mengumumkan laporan keuangan auditan dalam waktu 60-90 hari setelah akhir tahun buku,
tergantung pada besarnya perusahaan. Selain itu, saat pelaksanaan prosedur dipengaruhi pula
oleh pertimbangan auditor tentang kapan prosedur diperkirakan akan paling efektif, atau kapan
staf audit tersedia. Sebagai contoh, auditor pada umumnya sedapat mungkin melaksanakan
prosedur pengamatan perhitungan fisik persediaan sedekat mungkin dengan tanggal akhir
tahun buku

1.3 Karakteristik Bukti Audit

Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi sebagai berikut: Auditor harus merancang dan
melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat. Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti
yang cukup dan tepat (sufficient appropriate evidence) sebagai dasar untuk mendukung opini
yang diberikan. Auditor harus berkeyakinan bahwa pendapatnya benar dengan tingkat jaminan
yang tinggi. Dengan memadukan semua bukti dari keseluruhan audit, auditor akan mampu
untuk menentukan kapan ia yakin untuk menerbitkan suatu laporan audit.
1. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabiltasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo-saldo akun, dan pengungkapan yang
bersangkutan. Apabila bukti audit dipandang sangat tepat, maka hal itu akan sangat membantu
auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebin relevan atau
lebih bisa dipercaya (reliable).
2. Kecukupan Bukti
Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan "berapa banyak" bukti audit harus diperoleh.
Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang dipertukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh
kualitas bukti audit itu sendiri.
Dua faktor terpenting dalam menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit adalah
ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal dalam
organisasi klien. Sebagai contoh, dalam suatu penugasan audit, auditor menduga bahwa dalam
persediaan kemungkinan besar terdapat persediaan yang usang karena sifat dari bidang usaha
klien. Dalam audit ini auditor akan menarik sampel lebih besar untuk membuktikan adanya
persediaan usang, dibandingkan dengan apabila kecil kemungkinan terdapat persediaan usang
3. Hubungan Antara Risiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti Audit
Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit, hendaknya dingat bahwa
tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup.
Sebagaimana telah disinggung di atas, ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan reliabilitas
bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan "berapa banyak" bukti yang harus
dikumpulkan. Baik ketepatan maupun kecukupan dipengaruhi oleh resiko yang ada pada klien
(yaitu profil risiko inheren dan risiko pengedalian). Dalam keadaan bagaimanapun, auditor
harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Namun, mendapatkan bukti
yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit, misalnya karena sistem akuntansi
keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang televan dan kurang bisa dipercaya.
4. Sumber Bukti Audit
Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan (a) pengetahuan tentang klien (perusahaannya maupun bidang
usahanya) yang bisa diperoleh dari audit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisis
penerimaan menjadi klien; (b) informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit
sendiri dengan menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis; (c)
sistem akuntansi diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun dan transaksi-
transaksi; dan (d) kualitas pengendalian internal - yang dapat diperoleh melalui evaluasi atas
rancangan dan pengoperasian pengendalian internal. Keseluruhan bukti yang harus dinilai
auditor yang berasal dari berbagai sumber yang pada akhirnya harus dinilai dengan
petimbangan profesional auditor.
5. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan auditor, dapat memilih dari
delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit bisa mendapatkan satu
atau lebih tipe bukti berikut:
a) Inspeksi
.Dalam metode ini, auditor akan melakukan pengecekan pada setiap transaksi atau
dokumen terhadap langkah-langkah tertulis, juga prosedur untuk memastikan keakuratan.
Setelah mengidentifikasi ketidak konsistenan, auditor dapat menyelidiki lebih lanjut yang
akan melibatkan manajemen dan pihak lainnya yang bertanggung jawab atas laporan
tersebut.
b) Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan proses dalam audit dimana auditor mengamati
proses dan prosedur yang dilakukan oleh klien. Pengamatan dapat memberikan gambaran
pada auditor mengenai proses dan prosedur perusahaan saat bekerja. Selain itu, juga bisa
membantu mereka dalam mengidentifikasi kelemahan dari prosedur tersebut.
c) Konfirmasi Eksternal
Jenis konfirmasi dilakukan dengan mengirimkan surat tertulis dalam bentuk formal.
Biasanya dokumen yang diuji oleh auditor adalah mengkonfirmasi saldo, seperti hutang
dagang, saldo bank, piutang, dan lainnya.
d) Penghitungan Ulang
Auditor akan melakukan perhitungan ulang saldo atau transaksi yang transaksi yang telah
dilakukan klien. Proses penghitungan ulang yang dilakukan untuk memastikan bahwa
jumlah dalam laporan keuangan sesuai dengan sebagaimana mestinya.
e) Pelaksanaan Kembali
Pelaksanaan kembali merupakan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor secara
independen. Auditor akan melakukan prosedur kontrol yang telah dilakukan klien sebagai
bagian dari sistem kontrol.
f) Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan atau hubungan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lain nampak wajar dibandingkan dengan ekspektasi auditor.
g) Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki
pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan, di dalam atau di luar entitas. Respons
atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki
oleh auditor atau menguatkan bukti audit.

1.4 Kertas Kerja


1. Pengertian dan Fungsi Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan/Audit Documentation adalah catatan utama auditor dari
pekerjaan yang dilakukan dan merupakan dasar bagi kesimpulan dalam laporan auditor.
Kertas kerja juga memfasilitasi perencanaan, kinerja, dan supervisi perikatan dan
memberikan dasar bagi review kualitas pekerjaan dengan memberikan kepada reviewer
dokumentasi tertulis dari bukti yang mendukung kesimpulan signifikan auditor (SA 3 dan
SA Seksi 339).
Kertas kerja pemeriksaan juga disebut sebagai data audit. Standar audit (SA dan SA
Seksi 339) menetapkan bahwa kertas kerja memiliki dua fungsi:
a. menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor; dan
b. membantu dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
2. Isi Kertas Kerja Pemeriksaan
Standar audit (SA Seksi 339 Nomor 05) menjelaskan bahwa kuantitas, tipe, dan isi
kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun harus cukup
memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi
lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati.
Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:

a. Standar Perkerjaan I : Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang
menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b. Standar Pekerjaan II (Kedua) : Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang telah dilakukan.
c. Standar Pekerjaan III (Ketiga) Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang
telah diterapkan, dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.

3. Jenis Kertas Kerja Pemeriksaan


Kebanyakan Kantor Akuntan Publik mengelola kertas kerja pemeriksaan dalam dua
jenis arsip: permanen dan tahun berjalan. Arsip permanen (permanent files) berisi data
historis mengenai klien yang tetap relevan bagi audit. Di sisi lain, arsip tahun berjalan
(current files) meliputi informasi dan data yang terkait secara khusus pada pemakaian tahun
berjalan.
Contoh informasi yang termasuk dalam arsip permanen dan arsip tahun berjalan:
No. Arsip Permanen Arsip Tahun Berjalan
1 Salinan atau ringkasan anggaran dasar Salinan laporan keuangan dan laporan
perusahaan. auditor.
2 Bagan akun. Rencana dan program audit.
3 Bagan organisasi. Salinan atau ringkasan notulen rapat
penting komite.
4 Buku panduan akuntansi. Kertas kerja neraca saldo.
5 Salinan kontrak penting (kontrak Ayat jurnal penyesuaian dan
pensiun, kontrak serikat kerja, sewa, dan reklasifikasi.
lain lain.
6 Persyaratan penerbitan saham dan Kertas kerja yang mendukung akun
obligasi. laporan keuangan.
7 Hasil prosedur analitis tahun lalu.

4. Contoh Kertas Kerja Pemeriksaan


Terdapat berbagai jenis kertas kerja. Kertas kerja pemeriksaan yang biasa ditemukan
meliputi rencana dan program audit, kertas kerja neraca saldo, analisis dan daftar akun,
memorandum audit, dan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi. Berikut penjelasannya secara
lebih rinci:
a. Rencana dan Program Audit
Rencana audit berisi strategi yang diikuti auditor dalam melakukan audit. Dokumen ini
menggambarkan pemahaman auditor mengenai klien dan potensi risiko audit. Dokumen
ini berisi kerangka kerja dasar mengenai bagaimana sumber daya audit (jam audit yang
dianggarkan) harus dialokasikan ke berbagai perikatan. Program audit berisi prosedur
audit yang akan dilaksanakan oleh auditor. Secara umum, tiap proses bisnis dan saldo
akun memiki program audit yang terpisah.
b. Kertas Kerja Neraca Percobaan
Kertas kerja neraca percobaan menghubungkan jumlah di laporan keuangan dengan
kertas kerja audit. Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk
saldo buku besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit),
penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit).
Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan mempermudah
pelaksanaan proses analitis tertentu.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit
karena :
1. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan
2. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item laporan
keuangan
c. Analisis dan Daftar Akun
Kertas kerja analisis akun biasanya memasukkan aktivitas di akun tertentu selama
periode tersebut.
d. Memorandum Audit
Kebanyakan pekerjaan auditor didokumentasikan dalam memorandum tertulis.
Termasuk di dalamnya diskusi mengenai hal-hal seperti pengendalian internal,
kekeliruan yang teridentifikasi, dan masalah yang dihadapi selama audit.
e. Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi
Kertas kerja pemeriksaan harus memasukkan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang
diidentifikasi oleh auditor atau klien. Jurnal penyesuaian dibentuk untuk mengoreksi
salah saji di catatan klien. Misalnya, jika auditor menemukan bahwa hal-hal persediaan
tertentu telah dinilai dengan tidak benar, jurnal penyesuaian dibukukan di catatan klien
maupun kertas kerja neraca saldo. Jurnal reklasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi
dengan benar mengenai laporan keuangan.
5. Format Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan dapat disiapkan baik dalam cetakan maupun secara
elektronik. Banyak auditor saat ini menggunakan komputer pribadi dan memiliki program
dokumentasi elektronik. Baik dokumen yang disiapkan secara manual ataupun elektronik,
format dokumen kertas kerja pemeriksaan biasanya terdiri atas tiga karakteristik umum:
a. Judul
Semua dokumentasi harus memiliki judul yang tepat. Judul harus memasukkan nama
klien, judul kertas kerja, dan tanggal akhir tahun klien.
b. Pemberian Indeks dan Referensi Silang
Dokumen audit harus diorganisasikan sehingga anggota tim audit atau kantor akuntan
dapat menemukan bukti audit yang relevan. Beberapa kantor menggunakan sistem surat-
menyurat; kantor lain menggunakan beberapa jenis sistem penomoran. Misalnya, kertas
kerja umum mungkin diberi label “A”, kertas kerja sistem pengendalian internal “B”,
kertas kerja “C”, dan seterusnya. Jika auditor melakukan pekerjaan audit di satu kertas
kerja dan informasi pendukung didapat dari kertas kerja lain, auditor memberikan
referensi silang (dapat “dihubungkan” dalam perangkat lunak audit) atas informasi di tiap
kertas kerja. Proses pemberian indeks dan referensi silang memberi jejak dari laporan
keuangan ke dokumen audit individual sehingga reviewer dapat dengan mudah
mengikuti.
c. Tanda Kutip
Auditor menggunakan tanda kutip untuk mendokumentasikan kerja yang dilakukan.
Tanda kutip (tick mark) adalah notasi sederhana yang dibuat auditor di dekat, atau di
samping, suatu hal atau jumlah dalam dokumen audit. Simbol tanda kutip biasanya
diterangkan atau didefinisikan di dasar dokumen audit, meskipun banyak kantor akuntan
menggunakan paket standar tanda kutip. Banyak kantor akuntan publik
mendokumentasikan kesimpulannya mengenai akun individu atau komponen laporan
keuangan.
1.5 Pendokumentasian Kertas Kerja
Dokumentasi audit adalah dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti
audit yang relevan yang diperoleh, dan ksimpulan yang ditarik. Dokumetasi audit harus
mencakup semua informasi yang di pandang perlu oleh auditor untuk memenuhi
pelaksanaan audit dan menjadi pendukung atas laporan audit.
1. Tujuan Dokumentasi Audit
Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan
yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar
auditing. Secara lebih spesifik, dokumentasi audit memberikan :
a. Suatu dasar untuk merencanakan audit
b. Suatu catatan tentang bukti yang di kumpulkan dan hasil pengujian
c. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
d. Satu dasar untuk mereview oleh supervisor dan partner
2. Pemilik File Audit
Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar-daftar
yang dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorangpun berhak
untuk melihat isi dokumen tersebut (termasuk klien) selain auditor beserta tim auditnya,
kecuali bila auditor diajukan ke pengadilan berkaitan dengan audit yang bersangkutan.
Setelah audit selesai, file audit disimpan oleh auditor untuk kepentingan
pertanggungjawaban di masa yang akan datang serta untuk mempersiapkan audit tahun
berikutnya
3. Kerahasiaan File Audit
Auditor wajib merahasiakan file audit yang berisi data klien. Hal ini berkaitan dengan
Prinsip Kerahasiaan yang harus dipegang teguh oleh auditor sebagaimana ditetapkan
dalam Seksi Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Beberapa hal penting yang berkaitan
dengan Prinsip Kerahasiaan dikutip di bawah ini.
• Prinsip Kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau Jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban
untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang
berlaku, dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribandi atau pihak ketiga.
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya.
Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
Selama audit berlangsung, auditor mengumpulkan berbagai informasi yang sebagian
diantaranya bersifat rahasia, seperti misalnya gaji para direksi, penetapan harga jual, data
biaya produksi, serta formula-formula yang bersifat rahasia lainnya. Apabila karyawan
klien mempunya akses atas file audit, maka hal itu akan memberi kesempatan kepada
mereka untuk mengubah isi file audit. Oleh karena itu, auditor harus menjaga kerahasiaan
dengan seksama setiap saat.
4. Jangka Waktu Pengarsipan
Standar audit (SA 230 - Para A.23) mewajibkan KAP untuk menetapkan suatu
kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit. Batas waktu
penyimpanan pada umumnya tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih
akhir dari (i) laporan auditor atas laporan keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas
laporan keuangan konsolidasian dan anak perusahaan. Kebijakan kertas kerja tau file
audit pada perusahaan privat minimum selama lima tahun. Di Amerika Serikat, sejak
berlakunya Sarbanes - Oxley Act, auditor pada perusahaan publik diwajibkan untuk
membuat dan menyimpan file audit dan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan
audit dengan cukup detil untuk mendukung pendapat auditor, selama jangka waktu
kurang dari tujuh tahun.
5. Isi dan Pengorganisasian
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini;
a. Ukuran dan kompleksitas entitas.
b. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan.
c. Risiko kesalahan penyajian material yang didentifikasi.
d. Signifikansi bukti audit yang diperoleh
e. Sifat dan luas penyimpangan yang didentifikasi.
f. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan
audit yang dilakukan atau bukti audit yang diperoleh.
g. Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.
Setiap kantor akuntan publik dapat membuat ketentuan tentang pendekatan untuk
menyusun dan mengorganisasi file audit, dan auditor pemula dalam suatu kantor akuntan
harus menyesuaikan diri dengan pendekatan yang dianut oleh kantor akuntan yang
bersangkutan. Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media elektronis, atau
media lain. Contoh-contoh dokumentasi audit mencakup:
a. Program audit.
b. Analisis
c. Memorandum isu.
d. Ikhtisar hal-hal signifikan.
e. Surat konfirmasi dan surat representasi.
f. Daftar Uji
g. Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan

6. Penyusunan Dokumen Audit


Pendokumentasian harus disusun dengan cukup detil sehingga auditor berpengalaman
yang tidak terlibat dalam audit mendapat pemahaman yang jelas tentang pekerjaan yang
telah dilakukan, bukti yang diperoleh beserta sumbernya, dan kesimpulan yang dicapai.
Meskipun rancangan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, namun dokumentasi
audit hendaknya memiliki karakteristik tertentu berikut ini:
a. Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas yang memuat informasi tentang
nama klien, periode yang diaudit deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja,
tanggal pembuatan, dan kode index kertas kerja
b. Dokumen audit hars diberi index dan referensi-silang (cross referenced) untuk
memudahkan dalam pengorganisasi dan pengarsipan. Salah satu cara memberi index
adalah
c. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan. Hal ini dapat dicapai melalui tiga cara berikut: (1) dengan
membuat pernyataan tertulis dalam bentuk memo, (2) dengan memberi paraf pada
prosedur audit dalam program audit, dan (3) dengan memberi notasi secara langsung
dalam daftar. Notasi dalam daftar dilakukan dengan menggunakan tickmarks, yaitu
simbol-simbol yang menunjukkan tindakan/pekerjaan yang dilakukan auditor yang
dicantumkan pada batang tubuh daftar. Notasi tersebut harus dijelaskan artinya pada
bagian bawah daftar.
d. Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana. Agar dapat menyiapkan dokumen audit dengan baik, auditor harus mengetahui
tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, jika daftar dirancang untuk mendaftar detil
tertentu dan menunjukkan verifikasi untuk mendukung sebuah akun neraca seperti
misalnya akun asuransi dibayar di muka, maka detil dalam daftar harus bersesuaian
dengan daftar saldo audit.
e. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan jelas
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2022). Bukti Audit dan Kertas Kerja. Diakses 31 October 2022, dari
https://stie.dewantara.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/pertemuan-3-bukti-audit.pdf

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing Pengauditan Berbasisi ISA. Yogyakarta: STIE YKPN
IAPI.

Purnomo, K. (2022). FINAL MAKALAH BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA


PEMERIKSAAN FINAL.docx. Diakses 25 Oktober 2022, dari
https://www.academia.edu/35370045/FINAL

Anda mungkin juga menyukai