kita telah mengetahui bahwa gelombang sinusoidal yang memiliki frekuensi yang sama bisa
memiliki perbedaan fase yang menyatakan perbedaan sudut di antara keduanya. Istilah
"mendahului", "tertinggal", "sefase" dan "beda fase" digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara satu gelombang dengan gelombang yang lain berdasarkan persamaan
umum gelombang: A = Am sin(ωt ± Φ) menyatakan gelombang sebuah sinus pada satuan
waktu. Namun pernyataan sebuah gelombang dalam bentuk matematika saja terkadang
sulit untuk divisualisasikan, sehingga untuk menyatakan perbedaan sudut atau fase
gelombang dapat dipresentasikan secara grafis menggunakan domain ruang atau fasor
yang dibentuk oleh diagram fasor yang diperoleh dari metode vektor putaran.
Pada dasarnya metode vektor putaran atau rotasi disebut fasor, metode ini merupakan
sebuah garis ukur yang menyatakan nilai arus bolak-balik yang memiliki nilai maksimum
dan arah (fase) pada titik waktu tertentu. Fasor adalah metode pengukuran vektor yang
memiliki ujung yang lancip pada salah satu panah yang menandakan nilai maksimum
sebuah vektor (V atau I) dan badan panah sebagai penanda akhir putaran dari sebuah
vektor.
Dalam diagram fasor umumnya arah panah vektor diasumsikan untuk mengacu pada
sebuah titik nol yang disebut titik acuan, sementara ujung panah menyatakan nilai ukuran
yang berputar melalui arah yang berlawanan dengan jarum jam yang memiliki sebuah
kecepatan sudut (ω). Vektor yang berputar melawan arah jarum jam dianggap sebagai
putaran bernilai positif. Sebaliknya, putaran searah jarum jam adalah putaran yang bernilai
negatif.
Meskipun istilah vektor dan fasor digunakan untuk menggambarkan sebuah garis yang
berputar yang memiliki besaran nilai dan arah, perbedaan utama di antara keduanya adalah
bahwa besaran yang digunakan untuk vektor adalah "nilai maksimum" gelombang
sinusoidal, sementara besaran untuk fasor adalah "nilai efektif" gelombang. Tetapi fase
sudut dan arah pada keduanya adalah sama.
Fase sistem listrik bolak-balik pada titik waktu tertentu dapat digambarkan dengan diagram
fasor, jadi diagram fasor dapat dikatakan sebagai "rumus fungsi waktu". Sebuah gelombang
sinus penuh dapat dibuat dengan sebuah vektor yang berputar pada kecepatan sudut ω =
2πƒ, dengan f sebagai frekuensi gelombang. Maka Fasor adalah nilai ukur yang memiliki
"arah" dan "besaran". Umumnya ketika menggambar diagram fasor, kecepatan sudut
gelombang sinus selalu diasumsikan sebagai ω dalam satuan rad/s. Kita ambil diagram
fasor di bawah ini sebagai contoh.
Arus (I) tertinggal oleh Tegangan (V) dengan sudut sebesar Φ. Pada contoh di
atas Φ = 30o. Jadi perbedaan di antara kedua fasor yang menyatakan perbedaan
sudut kedua gelombang (Φ) akan menghasilkan diagram fasor seperti gambar di
bawah.
Penjumlahan Fasor
Pada saat mempelajari gelombang sinusoidal terkadang kita perlu untuk menjumlahkan dua
buah gelombang, misalnya dalam rangkaian seri arus bolak-balik yang parameternya tidak
sefase. Jika parameter yang dimiliki keduanya sefase, maka tidak akan ada pergeseran fase
sehingga keduanya dapat dijumlahkan dengan cara yang sama dengan nilai arus searah
untuk mendapatkan hasil penjumlahan aljabar dari kedua vektor. Sebagai contoh, dua
tegangan yang sefase yakni 50 dan 25 volt, jika dijumlahkan akan menjadi tegangan 75
volt. Jika tidak sefase, maka kedua tegangan tersebut tidak memiliki arah atau titik acuan
yang sama sehingga sudut fase keduanya perlu dimasukkan ke dalam proses perhintungan
dengan menjumlahkan keduanya menggunakan diagram faosr untuk menentukan
fasor resultan atau hasil penjumlahan vektor menggunakan kaidah jajargenjang.
Kita anggap dua tegangan dengan V1 memiliki tegangan puncak 20 volt, V2 memiliki
tegangan puncak 30 volt dan V1 mendahului V2 sebesar 60o. Jumlah tegangan (VT) dari
kedua tegangan tersebut dapat ditentukan dengan memulai menggambarkan sebuah
diagram fasor yang menyatakan dua vektor, selanjutnya membuat jajargenjang dengan
menggunakan V1 dan V2 sebagai untuk membuat dua sisinya.
Dengan menggambarkan dua fasor ke dalam skala pada kertas grafik, penjumlahan fasor
V1 + V2 dapat dengan mudah ditemukan dengan mengukur panjang garis diagonal yang
disebut sebagai "vektor resultan", dari titik 0 menuju perpotongan garis pembantu atau 0-
A. Kelemahan dari metode ini adalah diperlukan waktu untuk menggambar diagram ke
dalam skala. Metode grafik ini dapat menghasilkan jawaban yang akurat, namun dapat
menghasilkan kesalahan yang berarti jika tidak digambar dengan benar ke dalam skala.
Dengan kata lain untuk memastikannya selalu dilakukan dengan metode analisis.
Secara matematis kita dapat menjumlahkan kedua tegangan tersebut dengan mencari arah
vertikal dan horizontalnya terlebih dahulu, setelah hasilnya didapatkan selanjutnya kita
dapat menghitung komponen vertikal dan horizontal dari vektor resultan r (V T). Metode
analisis yang menggunakan aturan sinus dan cosinus ini disebut Bentuk Persegi Panjang.
Dalam bentuk persegi panjang, fasor dibagi menjadi sebuah bagian nyata/real (x) dan
sebuah bagian khayal/imajiner (y) yang menghasilkan persemaan umum Z= x ± jy. (akan
dibahas pada tutorial selanjutnya). Persamaan ini kemudian menghasilkan persamaan
matematika yang menyatakan besaran dan fase tegangan sinusoidal yakni:
Jadi, penjumlahan dua vektor A dan B menggunakan persamaan umum sebelumnya adalah:
Setelah menemukan nilai real dan nilai imajinernya, maka nilai VT dapat ditentukan melalui
Teorema Phytagoras untuk segitiga siku-siku :
Nilai Resultan VT
Pengurangan Fasor
Pengurangan fasor sangat mirip dengan metode penjumlahan di atas, tetapi selisih vektor
dinyatakan sebagai diagonal yang lain pada jajargenjang yang terbentuk di antara kedua
tegangan V1 dan V2 sebagai berikut:
Kali ini kita tidak lagi menjumlahkan komponen horizontal dan vertikal tetapi justru
melakukan pengurangan.
Ketiga fase tegangan memiliki nilai besaran yang sama tetapi berbeda sudut fase.
Kumparan pada ketiga kawat saling terhubung pada titik a1, b1 dan c1 untuk menghasilkan
persamaan umum untuk menghubungkan ketiga fase yang berbeda. Jika fase merah adalah
fase acuan maka setiap fase tegangan dapat dinyatakan ke dalam persamaan umum
berikut:
Jika fase tegangan merah VMN sebagai tegangan acuan seperti sebelumnya maka urutan
fase adalah M - K - B sehingga tegangan pada fase kuning tertinggal 120o dari VMN dan
tegangan pada fase biru tertinggal dari VKN 120o. Dapat pula dikatakan bahwa fase tegangan
biru VBN mendahului fase tegangan merah 120o.
Terakhir mengenai sistem tiga fase, karena ketiga tegangan pada gelombang sinusoidal
memiliki hubungan yang tetap satu sama lain yakni 120o maka ketiga fase tersebut
dikatakan seimbang. Dengan kata lain hasil penjumlahan fasor dari ketiganya akan selalu
sama dengan 0 atau: Va + Vb + Vc = 0.