Anda di halaman 1dari 11

Latar belakang

“Memang sangat disayangkan Watson”,

Ya memang sangat disayangkan holmes. “tidak mungkin!” Holmes memotong lamunanku.


Meskipun aku telah mengetahui kemampuannya untuk mendeduksi suatu permasalahan dari
bukti seminimal mungkin, aku tetap saja terkejut ketika Holmes mampu menebak jalan pikiranku
saat itu.

“Bagaimana kau bisa tahu holmes?” “ Mudah saja Watson, mudah saja. Awalnya kau melihat
foto jenderal Gordon selanjutnya kau mencari-cari gambar Henry Ward Breecher yang ada diatas
meja kerjamu. Selanjutnya matamu menatap dalam kekosongan, kamu pasti sedang berpikir apa
yang mereka alami dalam perang saudara, selanjutnya kamu menatap langit langit sambil
menggenggam tangan erat-erat, mukamu mengernyit. Setelah beberapa lama kamu
menggelengkan kepala”
“Holmes !”
“Kamu pasti sedang berpikir mengenai perang saudara dan sebagai mantan tentara pasti kamu
ikut merasakan kesedihan dan kekejaman perang, banyak orang meninggal, penderitaan yang
mereka alami. Memang sangat disayangkan Watson”.

Cerita singkat diatas adalah salah satu cerita buatan Sir Arthur Conan Doyle dimana salah
satu tokohnya Holmes mampu mendeduksi dan menangkap jalan pikiran seseorang hanya dari
gerak-gerik sederhana. Kejadian seperti diatas sepertinya sulit untuk dilakukan oleh orang awam
seperti kita, apakah begitu? Secara tidak sadar kita melakukan apa yang Holmes lakukan setiap
hari, kita selalu menduga-duga dan melihat perilaku orang lain sebelum bertindak

Perilaku yang secara tak sadar kita lakukan setiap harinya sebenarnya memiliki berbagai
penjelasan ilmiah dan scientific, para ilmuwan sejak dahulu kala telah mencari penjelasan atas
fenomena ini, salah satunya adalah ilmuwan-ilmuwan yang bergerak di bidang komunikasi,
diawali oleh W Barnett Pearce, Robert T Craig, dan berbagai ilmuwan lain yang berusaha
menjelaskan fenomena ini. Berbagai teori secara individual telah telah dibuat untuk menjelaskan
fenomena ini dalam berbagai tingkat; interpersonal, kelompok, organisasi, massa dan berbagai
tingkatan lain.

Paper ini tidak akan membahas teori komunikasi secara individual, tetapi lebih secara
menyeluruh dan berusaha mencari tahu teori apa yang cocok untuk dipakai dalam berbagai
situasi. Robert T Craig pernah berargumen bahwa komunikasi tidak dapat disatukan oleh satu
teori atau sekelompok teori. Teori selalu menggambarkan situasi yang terjadi dalam kehiduap
sehari-hari, kita harus selalu memakai berbagai pendekatan. komunikasi tidak boleh mencari satu
model utama/ model universal yang dapat dipakai di seluruh kegiatan komunikasi, karena ini
dapat membuat ruang lingkup komunikasi mati dan statis (Littlejohn: 2008. Hal 12).
2.1 Pengertian teori komunikasi

Teori komunikasi tidak berbeda dengan teori – teori lainnya, teori dibuat untuk
menjelaskan suatu peristiwa, teori gravitasi newton ditemukan dan baru diterima oleh umum
setelah melalui berbagai percobaan dan eksperimen, begitu juga dengan teori komunikasi yang
setelah ditemukan harus divalidasi melalui berbagai percobaan dan eksperimen agar dapat
diterima oleh masyarakat umum.
Perlu diingat bahwa sebuah teori tidak pernah dibuat untuk menjelaskan seluruh hal,
sebuah teori adalah penjelasan tentang sebuah fenomena spesifik yang diabstraksi melalui
berbagai percobaan dan eksperimen dengan berbagai variabel terukur, bila hasil yang dicapai
tepat dengan teori maka teori tersebut dapat dinyatakan valid.

Tidak mungkin hanya ada satu teori yang dipakai untuk menjelaskan suatu fenomena,
misalnya dalam ilmu pasti seperti fisika Newton dan Einstein memiiki pandangan berbeda

tentang apa yang menyebabkan gravitasi, Newton memiliki teori dimana


gravitasi bergantung pada massa benda itu sendiri dan massa benda yang ditarik dibandingkan
dengan jarak dari kedua benda tersebut, sedangkan Einstein menganggap bahwa yang
menyebabkan perbedaan gravitasi adalah ruang dan waktu dimana ketika ada benda yang
bermassa sangat besar sehingga mampu mengikat cahaya maka terjadi distorsi ruang dan waktu
yang membuat benda itu tertarik ke dalamnya berapapun massa dan jarak benda tersebut.

Apalagi ketika kita berbicara komunikasi, dimana setiap teori tidak ada yang memiliki
kebenaran 100 %, sehingga dibutuhkan banyak teori untuk dapat melengkapi satu fenomena.
Inilah yang membuat teori komunikasi menjadi penting dan krusial untuk dipelajari, karena ada
terlalu banyak pandangan dan kemungkinan untuk menjelaskan suatu fenomena. Memiliki cara
pandang yang tepat akan lebih memudahkan kita untuk melakukan abstraksi dan memecahkan
suatu permasalahan komunikasi.
2.2 Elemen dasar dari teori

1. Asumsi dasar

Ada perbedaan yang sangat mendasar dari seorang filsuf seperti Aristoteles dan ilmuwan
seperti Galileo. Seorang filsuf hanya membuat berbagai asumsi berdasarkan pengamatan tanpa
melakukan suatu percobaan berulang-ulang. Sejak Galileo memperkenalkan pentingnya
eksperimen, asumsi-asumsi ini menjadi tidak berdasar lagi, asumsi-asumsi hanya dianggap
sebatas teori tanpa bukti mungkin bahasa anak mudanya omdo (omong doang).

Tetapi perlu kita ingat apa yang telah dicapai oleh filsafat-filsafat ternama; Plato
menemukan bentuk negara republik dan ideologi demokrasi yang kita pakai sekarang, Aristoteles
menemukan ukuran metrik yang dipakai sampai hari ini, euclydus menemukan pentingnya
bidang miring, dan masih banyak temuan yang diawali oleh asumsi-asumsi.

Asumsi-asumsi ini memang tidak sepenuhnya benar, tetapi kemampuan untuk berpikir
kritis ini adalah dasar pijakan untuk dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi. Bahkan
kesalahan berasumsi bukanlah hal yang tabu, ingat bahwa Galileo Galilei tidak akan dapat
membuktikan bahwa bumi itu bulat bila Aristoteles tidak berasumsi bahwa bumi itu datar.

2. Epistemologi

Epistemologi adalah teori tentang ilmu pengetahuan, suatu cabang ilmu dari filsafat yang
mempertanyakan darimanakah pengetahuan itu muncul, bagaimanakah kita menemukan
pengetahuan, dan seberapa tepat pengetahuan yang kita miliki. Epistemologi akan membawa kita
untuk menentukan metode, validitas dan cakupan sebuah asumsi/teori.

Bagi insan komunikasi ada beberapa pertanyaan menarik bila kita berbicara mengenai
epistemologi
“Sampai dimana pengetahuan mendahului pengalaman?”

Anggapan umum adalah bahwa kita mendapatkan pengetahuan setelah mengalaminya


sendiri, tetapi apakah begitu? Seorang bayi dengan mengamati perilaku sekitarnya akan mencoba
hal yang sama dan lingkungan akan meresponnya. Terkadang kita mengetahui sesuatu terlebih
dahulu sebelum mengalaminya,

“Sejauh mana pengetahuan itu dapat dipercaya?”

Ada dua pandangan dalam melihat hal ini yaitu pandangan kaum universialis dan
pandangan kaum relativis. Universalis memandang bahwa kebenaran selalu ada, hanya
dibutuhkan waktu hingga semua kebenaran terungkap dengan sendirinya, sedangkan relativis
memandang bahwa kebenaran bagi setiap orang berbeda-beda karena setiap orang mengalami
hal yang berbeda-beda pula. (LittleJohn :2008, hal 16)

“Bagaimana pengetahuan bisa muncul?”

Ada 4 pandangan mengenai pertanyaan ini. Pandangan pertama yaitu rasionalisme


dimana pengetahuanm berasal dari kemampuan otak manusia. Pandangan kedua adalah
empirisime dimana pengetahuan didapat berdasarkan pengalaman. Pandangan ketiga adalah
konstruktivisime dimana manusia membentuk pengetahuan agar dapat membentuk dunia sesuai
keinginannya. Terakhir adalah konstruktivisme sosial dimana pengetahuan dibentuk setelah ada
interaksi simbolik antar sesame manusia. (Littlejohn : 2008, hal 16)

“Apakah pengetahuan lebih baik dipahami secara sebagian atau keseluruhan?”

Terkadang untuk menyatukan suatu pengetahuan harus dipisahkan terlebih dahulu,


terkadang harus dilihat secara utuh baru kita mengetahui setiap bagiannya.
3. Ontologi

Ontologi adalah cabang dari fillsafat yang berurusan dengan realitas yang ingin diketahui,
secara umum ontologi berkata “untuk apa sesuatu itu ada”. Didalam ilmu pasti tentu saja
ontologi ini dikatikan dengan asal muasal sesuatu tetapi dalam ilmu sosial terutama ilmu
komunikasi yang bersifat humanistik, ontologi mempertanyakan hakikat manusia dan apa yang
ingin manusia tuju.

Bagi insan komunikasi ada beberapa pertanyaan menarik bila kita berbicara
mengenai ontology.

“Sampai sejauh mana manusia memilih pilihan yang tepat?”

Ada dua pandangan utama dalam menjawab pertanyaan ini, pandangan pertama adalah
pandangan determinis yaitu menganggap manusia harus bersikap reaktif dan pasif terhadap
keadaan. Pandangan kedua adalah pandangan pragmatis yaitu menganggap manusia harus
bersiakap aktif dan dapat memilih sendiri jalan hidup mereka. (Littlejohn : 2008, hal 17)

“Apakah sebaiknya perilaku manusia dilihat dari keadaannya atau kebiasannya?”

Karakter manusia dipengaruhi oleh keadaan emosionalnya saat itu dan juga kebiasaan
sehari-harinya, mengetahui apa yang sebenarnya paling memengaruhi atau seberapa besar porsi
pengaruhnya akan memudahkan kita untuk menganalisis perilaku manusia.

“Apakah manusia itu makhluk individual atau makhluk sosial?”

Apa yang mendorong perilaku seorang manusia, apakah dorongan dari dalam atau
dorongan dari luar. Bagi insane komunikasi fokus dari interaksi setiap manusia akan menjadi
dasar asumsi awal, apakah mereka melakukan komunikasi intrapersonal,interpersonal,
kelompok, organisasi atau massa.

“Sampai sejauh mana komunikasi itu kontekstual?”

Konteks dari komunikasi sangat tergantung dengan situasi yang dihadapi, kemampuan
untuk bermanuver dengan konteks yang dihadapi menjadi krusial dalam melakukan tindakan
komunikasi.
3. Aksiologi

Aksiologi adalah cabang dari filsafat yang membahas mengenai nilai, secara lebih
eksplisit aksiologi berfungsi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya ingin kita hasilkan setelah
kita mengetahui mengenai sesuatu.

Bagi insan komunikasi ada 3 pertanyaan penting yang menjadi dasar penggunaan
aksiologi.

“Bisakah teori bebas nilai?”

Tentu saja sebuah teori dibuat pada awalnya selalu bebas nilai, sang pembuat tentu saja
membuat sebuah teori dengan niat mulia dan berusaha menjelaskan fenomena-fenomena yang
terjadi. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika fenomena itu semakin kompleks dan semakin
sulit, dibutuhkan pula dana yang tidak sedikit dan seringkali ketika lembaga-lembaga mulai ikut
campur, mereka menginginkan timbal balik yang sepadan.

“Sejauh mana proses penyelidikan mempengaruhi hasil akhir?”

Bagaimana proses penyeledikan dilakukan tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir,
bayangkan saja bila anda diberitahu bahwa anda adalah objek eksperimen kedokteran dan anda
harus disuntik, mungkin saja tekanan darah anda naik dan jantung anda berdetak lebih cepat
yang akan membuat hasil berubah. Oleh karena itu pada setiap eksperimen dan penyeledikan
sebisa mungkin dibuat berbagai suasana control yang akan membuat subjek dan variabel berada
dalam keadaan yang diinginkan.

“Apakah pencarian ilmu pengetahuan ditujukan untuk membuat perubahan atau hanya sebatas
mencari pengetahuan?

Sejatinya penemuan terjadi begitu saja, hanya berusaha menjelaskan fenomena yang
terjadi, ketika kita menemukan nuklir, tentu saja kita tidak berpikir akan memakai kekuatan
nuklir untuk membuat bom atom, hal itu bukanlah tujuan dasar dari penemuan nuklir, tetapi
terjadi secara natural sesuai dengan keadaan yang menuntut penemuan terusan dari penemuan
awal.
2.3 Konsep teori komunikasi

Sebuah teori komunikasi tidaklah berbeda dengan teori-teori ilmu lainnya seperti ilmu
pasti, yang berarti bahwa seluruh variable berserta hipotesisnya harus dapat dijelaskan
sedemikian rupa sehingga mampu menjelaskan keseluruhan peristiwa.

Komunikasi bukanlah ilmu pasti, maka dalam komunikasi (sama seperti ilmu-ilmu sosial
lainnya, ada yang dinamakan validitas dan reliabilitas. Kedua hal ini akan menjadi dasar bagi
keabsahan sebuah teori komunikasi.

Reliabilitas dapat diukur dengan sebara tinggi kemungkinan suatu hipotesis dapat
berjalan, misalnya saja jika anda memiliki mobil, di satu hari mobil itu memakai 12 liter bensin
untuk pulang pergi ke kampus, esoknya mobil itu memakai 5 liter bensin saja, esoknya lagi
memakai 20 liter bensin, padahal anda selalu melewati jalan yang sama dengan kecepatan yang
sama, maka reliabilitas mobil itu dikatakan rendah.

Validitas adalah seberapa valid sebuah teori secara keseluruhan, apabila suatu teori
dengan variabel yang sama dapat mencapai hasil berulang-ulang atau bahkan selalu mencapai
hasil yang diinginkan maka sebuah teori komunikasi dapat dikatakan valid.

2.4 Penjelasan

Ada banyak jenis penjelasan, tapi dua yang paling umum adalah kausal dan
praktis. Penjelasan kausal menghubungkan peristiwa sebagai hubungan fokus dalam membangun
hubungan di mana satu variabel dipandang sebagai hasil atau akibat dari yang lain. Didalam teori
kausal tentu saja kita selalu memiliki X dan Y, dimana salah satu bisa mempengaruhi yang lain
atau keduanya saling berpengaruh. Penjelasan kausalitas berusaha memprediksi bilamana sesuatu
itu terjadi, hal yang natural. Teori kausal membentuk penemuan-penemuan atas fenomena alam.
Praktis menjelaskan tindakan sebagai tujuan yang terkait di mana tindakan adalah
dirancang untuk mencapai keadaan masa depan. Penjelasan kausal menjelaskan hasil sebagai
tanggapan, sedangkan penjelasan praktis melihat tindakan sebagai terkendali dan strategis.
Dalam penjelasan kausal, acara konsekuen ditentukan oleh beberapa anteseden. Dalam
penjelasan praktis, hasil yang dibuat terjadi dengan tindakan yang dipilih.
2.5 Prinsip teori komunikasi

Prinsip dasar dari sebuah teori komunikasi adalah pendefinisian dari jenis suatu teori,
apakah teori tersebut merupakan teori kausal/teoretis atau teori praktis. Didalam teori
komunikasi ada empat aspek utama yaitu : Asumsi, konsep, penjelasan, dan prinsip. Sebuah teori
praktis akan memiliki prinsip karena didalamnya harus ada tuntutan untuk bertindak dan
berefleksi

Misalnya saja kita ambil goal theory, didalamnya tujuan harus speisifik, karena goal
theory adalah suatu teori yang memiliki sebuah tujuan yang jelas. Planning dan evaluasi yang
baik akan dapat dibentuk bila tujuan awal dari goal theory sudah jelas dan spesifik.

Metafora dari prinsip teori komunikasi adalah jika kita ambil hukum 1 Newton mengenai
kelembaman yang berbunyi “Jika resultan gaya yang berkerja pada suatu beda sama dengan nol,
maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam, dan benda yang mulanya bergerak akan tetap
bergerak”. Bila kita lihat teori ini merupakan sebuah teori kausalitas dan teori praktis, dimana
yang menjadi prinsip utama adalah perubahan/tidak adanya perubahan pada resultan gaya.

Prinsip dalam teori kausal akan terus berkembang tetapi berada diluar lingkup teori itu
sendiri, sedangkan dalam teori praktis prinsip adalah inti utama dari perkembangan suatu teori.
2.6 Fungsi teori komunikasi

1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang suatu hal. Ini berarti bahwa
dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukan secara sepotong-sepotong. Kita perlu
mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pola-pola
dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan yang diperoleh dari
pola atau hubungan itu kemudian disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapat dipakai
sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.

2. Memfokuskan. Teori pada dasarnya menjelaskan tentang sesuatu hal, bukan banyak hal.

3. Menjelaskan. Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya.
Misalnya mampu menjelaskan pola-pola hubungan dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa
tertentu.

4. Pengamatan. Teori tidak sekedar memberi penjelasan, tapi juga memberikan petunjuk
bagaimana cara mengamatinya, berupa konsep-konsep operasional yang akan dijadikan patokan
ketika mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori.

5. Membuat predikasi. Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namun
berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang
bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di
masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian
komunikasi terapan seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi,
dinamika kelompok kecil, periklanan, public relations dan media massa.
6. Fungsi heuristik atau heurisme. Artinya bahwa teori yang baik harus mampu merangsang
penelitian selanjutnya. Hal ini dapat terjadi apabila konsep dan penjelasan teori cukup jelas dan
operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

7. Komunikasi. Teori tidak harus menjadi monopoli penciptanya. Teori harus dipublikasikan,
didiskusikan dan terbuka terhadap kritikan-kritikan, yang memungkinkan untuk
menyempurnakan teori. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan
dapat dilakukan.

8. Fungsi kontrol yang bersifat normatif. Asumsi-asumsi teori dapat berkembang menjadi nilai-
nilai atau norma-norma yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori
dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.

9. Generatif. Fungsi ini terutama menonjol di kalangan pendukung aliran interpretif dan kritis.
Menurut aliran ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural serta sarana
untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai