Anda di halaman 1dari 16

PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.

0
Bahan Ajar pada Pelatihan Transformasi Digital Tingkat I (2021)
Oleh : Akhmad Misbakhul Munir, S.T., M.Sc.

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

1. Revolusi Industri

A. Sejarah Revolusi Industri


Revolusi dapat diartikan sebagai perubahan yang mendasar dan radikal pada
suatu bidang kehidupan. Sejarah revolusi industri pertama kali dimulai dengan
ditemukannya mesin uap dan diikuti penemuan lain yang pada dasarnya
merubah tenaga produksi dari awalnya menggunakan tenaga manusia atau
hewan menjadi mesin-mesin sehingga produktivitas menjadi lebih efektif dan
efisien. Hal ini terjadi pada abad ke-18 yaitu sekitar tahun 1750 dan dikenal
dengan nama Revolusi Industri Tahap 1 (Industry 1.0) dengan ditemukannya
mesin uap dan penerapannya untuk mendukung dibuatnya mesin-mesin
produksi dengan menggunakan tenaga uap serta pembangunan rel kereta api
untuk transportasi.
Kemudian pada abad ke-19, manusia mengalami tahap revolusi selanjutnya
yaitu dengan semakin efektifnya proses produksi yang dilakukan dan ditandai
oleh adanya penemuan listrik, perkembangan pipa gas, air dan alat komunikasi
sehingga memungkinkan produksi dapat dilakukan secara massal dengan
diterapkannya jalur-jalur produksi (assembly line) dan perakitan sehingga ada
pembagian kerja yang jelas serta dapat menurunkan biaya produksi. Tahap ini
dikenal dengan Industry 2.0 yang berlangsung mulai sekitar tahun 1870 sampai
dengan masa-masa perang dunia I dan II. Telepon seluler, mobil dan pesawat
terbang merupakan teknologi yang ditemukan pada periode ini dan menjadi
capaian yang tertinggi pada masa itu.
Kemudian pada sekitar tahun 1970 ditemukan komputer dan menjadi penanda
dimulainya revolusi industri tahap ketiga (Industry 3.0) yaitu maraknya
penggunaan teknologi komputer dan otomasi perangkat elektronik. Tahap ini
juga dikenal dengan revolusi digital atau revolusi teknologi. Penggunaan
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

teknologi digital dan internet terus berkembang sampai saat ini telah mencapai
tahap selanjutnya yaitu Industry 4.0 yang dipopulerkan oleh Prof. Klaus Martin
Schwab, teknisi dan ekonom Jerman pada World Economic Forum 2016.
Revolusi industri tahap keempat ini ditandai dengan kehadiran Internet of
Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), 3D Printing Technology, big data, serta
Robotic and Sensor Technology yang secara fundamental telah dan akan
mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. Banyak hal
yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru,
serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Menurut Schwab, saat ini kita
masih berada pada tahap awal Industry 4.0 sehingga memerlukan antisipasi
agar apapun teknologi yang digunakan pada masa sekarang atau masa depan
adalah memang digunakan untuk kepentingan manusia bukan untuk merusak
tatanan sosial ekonomi manusia.

Sumber: https://kkp.go.id/itjen/page/1724-peran-pemerintah-dalam-revolusi-industri-4-0

B. Dampak Revolusi Industri 4.0


Menurut Schwab, dampak berlangsungnya revolusi industri 4.0 di masa
mendatang nyaris mustahil untuk dibayangkan karena skala dan tingkat
keluasan revolusi teknologi yang masih berlangsung akan mendorong
perubahan-perubahan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

Berikut dampak era revolusi industri 4.0 sebagaimana dikutip dari


idcloudhost.com :
1. Dampak Sosial
Dampak era revolusi industri 4.0 sangat signifikan terhadap bidang sosial.
Sebab pada era ini seluruh proses produksi telah menggunakan mesin
berteknologi canggih, menggantikan peranan manusia dalam dunia industri.
Tentu hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja, sebab
tenaga manusia tidak lagi diberdayakan dalam industri manufaktur. Sistem
pendidikan yang sebelumnya diterapkanpun tidak akan relevan lagi di dalam
dunia kerja.
2. Dampak Politik
Adanya digitalisasi memang dibutuhkan sebagai sarana pemenuhan
terhadap permintaan barang dalam jumlah besar dengan harga yang mudah
dijangkau masyarakat. Namun dampak era revolusi industri 4.0 yang sangat
besar adalah terhadap meningkatnya angka pengangguran yang berimbas
pada perekonomian negara.
3. Dampak Ekonomi
Dampak era revolusi industri 4.0 yang terakhir adalah di bidang ekonomi.
Terdapat banyak dampak dari revolusi industri ini di bidang ekonomi. Seperti
harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengimplementasikan industri
4.0 di perusahaan dan merubah model bisnis yang telah diterapkan. Selain
itu penggunaan teknologi baru akan menyebabkan kerugian pada investasi
teknologi yang telah digunakan sebelumnya. Namun dengan menggunakan
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

2. Konsep One Data One Map

A. Penjelasan Umum One Data One Map


One Data One Map merupakan sebuah inisiatif pemerintah untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas tata kelola data dan peta pemerintah. Pemanfaatan
data dan peta pemerintah tidak sebatas untuk pengambilan kebijakan, tetapi
juga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan data dan peta publik bagi
masyarakat.
Melalui One Data One Map, Data dan Peta semestinya tersedia dalam format
terbuka dan mudah digunakan kembali, dengan tujuan untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintah, serta untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam mengawal pembangunan.

B. Kebijakan
Kebijakan Satu Peta (KSP) Indonesia ditandai dengan terbitnya Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan
Satu Peta pada Tingkat ketelitian Peta Skala 1:50.000 yaitu kebijakan atau
arahan strategis dalam terpenuhinya satu peta yang mengacu pada satu
referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal pada
tingkat ketelitian peta skala 1:50.000. Kemudian dilanjutkan dengan kebijakan
Satu Data dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 39 tahun 2019
tentang Satu Data Indonesia, yaitu kebijakan tata kelola Data pemerintah untuk
menghasilkan Data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagipakaikan antar
Instansi Pusat dan Instansi Daerah melalui pemenuhan Standar Data,
Metadata, Interoperabilitas Data, dan menggunakan Kode Referensi dan Data
Induk.
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/335233291_Status_and_Future_Plans_One_Map_Policy_Indonesia

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/335233291_Status_and_Future_Plans_One_Map_Policy_Indonesia

C. Kelembagaan
1 Dewan Pengarah, yang diketuai oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.
2 Pembina Data tingkat pusat:
a) Data Statistik : Badan Pusat Statistik
b) Data Geospasial : Badan Informasi Geospasial
c) Data Keuangan Negara : Kementerian Keuangan
d) Untuk Data lainnya ditetapkan oleh Presiden
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

3 Walidata tingkat pusat. Setiap Instansi Pusat hanya memiliki 1 (satu) unit
kerja yang melaksanakan tugas Walidata tingkat pusat di masing-masing
Instansi Pusat.
4 Produsen Data tingkat pusat yang diatur dalam Peraturan Menteri,
Peraturan Lembaga, atau Peraturan Badan.

D. Infrastruktur dan Teknologi


Skema Tata Kelola Data dan Informasi Geospasial Tematik di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN)
dapat disajikan pada ilustrasi sebagai berikut

E. Standar Data Geospasial


Badan Informasi Geospasial (BIG) telah menyusun buku Katalog Unsur
Geografi Indonesia (KUGI) sebagai standar yang digunakan oleh seluruh
pelaku usaha yang memproduksi, mendistribusikan, maupun yang
menggunakan data geografis, baik data geografis saja maupun data geografis
yang dikaitkan dengan data non-geografis untuk memudahkan pertukaran data
dan pemanfaatan informasi geografis digital antar pemangku kepentingan
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

(BIG, 2018). KUGI terdiri atas dua buku, yaitu Buku I yang berisi Prinsip Dasar
Katalog Unsur Geografi dan Buku II berisi Katalog Unsur Geografi yang terdiri
dari beberapa skala (dapat diunduh melalui tautan https://kugi.ina-
sdi.or.id/unduhbukukugi).

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/335233291_Status_and_Future_Plans_One_Map_Policy_Indonesia

F. Sumber Daya Manusia


Pada pasal 29 Peraturan Presiden Nomor 39 tahun 2019 diatur bahwa
Rencana program dan kegiatan terkait Satu Data Indonesia dituangkan dalam
rencana aksi Satu Data Indonesia. Rencana aksi Satu Data Indonesia ini, yang
pertama adalah pengembangan sumber daya manusia yang kompeten
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

3. Layanan Digital

A. EoDB Pertanahan
Indeks Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business Index) adalah sebuah
indeks yang dibuat oleh Bank Dunia yang menunjukkan peringkat negara-
negara dalam menyelenggarakan lingkungan investasi/berbisnis yang lebih
baik (biasanya lebih sederhana). Pemerintah terus berupaya memperbaiki nilai
EoDB terutama dari sisi regulasi yang dianggap menghambat investasi untuk
masuk ke dalam negeri. Salah satu terobosan yang dilakukan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah dengan memangkas prosedur
yang diperlukan untuk perizinan investasi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur nilai EoDB adalah:
1. Memulai Usaha
2. Perizinan terkait Mendirikan Bangunan
3. Penyambungan Listrik
4. Pendaftaran Properti
5. Akses Perkreditan
6. Perlindungan terhadap Investor Minoritas
7. Pembayaran Pajak
8. Perdagangan Lintas Negara
9. Penegakan Kontrak
10. Penyelesaian Perkara Kepailitan

B. Layanan Kependudukan
Momentum kemajuan teknologi informasi turut dimanfaatkan Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (dukcapil) Kementerian Dalam
Negeri terutama untuk membantu meningkatkan pelayanan administrasi
kependudukan termasuk dengan metode online atau dalam jaringan (daring).
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

Layanan digital Kementerian ATR/BPN sudah terintegrasi dengan dukcapil


Kementerian Dalam Negeri sejak 2014.

C. Layanan Objek Pajak


Informasi / data pajak telah terhubung dengan layanan pertanahan pada
Kementerian ATR/BPN. Saat ini yang telah terintegrasi adalah BPHTB dan
PPH. Integrasi ini terbukti dapat meningkatkan pendapatan daerah dari
perolehan BPHTB, dengan meminimalisir potensi pemalsuan BPHTB serta
mempercepat proses layanan pertanahan. Sebagai contoh Provinsi DKI
Jakarta yang telah melaksanakan integrasi ini dapat meningkatkan pendapatan
dari BPHTB ini sebesar 40%

D. Digital Society di Kabupaten Banyuwangi


Digital Society (B-Diso) adalah program rintisan PT Telkom untuk membuka
akses kemudahan telekomunikasi internet bagi masyarakat. Sebanyak 1.500
titik WiFi disebar di berbagai tempat di seluruh Banyuwangi. Banyuwangi dinilai
sukses menerapkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk
menunjang pelayanan publik, melampaui seluruh kabupaten di Indonesia.
Perkembangan pemerintah daerah dalam transformasi digital harus diikuti juga
oleh seluruh lembaga yang ada, tak terkecuali Kantor Pertanahan Kabupaten
Banyuwangi.
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

4. Perkembangan Media Sosial

A. Perkembangan Media Sosial di Masyarakat


Andreas Kaplan dan Michael Haenlein menyampaikan definisi media sosial
sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas
dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content”. Dengan kata lain, media sosial merupakan
sarana/aplikasi yang menggunakan koneksi internet sehingga memungkinkan
pengguna/masyarakat dapat saling bertukar informasi/konten.
Lebih lanjut Kaplan dan Haenleinada memberdakan media sosial ke dalam enam
jenis, yaitu:
1. Proyek Kolaborasi. Pada media sosial jenis ini, para pengguna (bukan hanya
admin website) diberi kewenangan untuk dapat mengubah, menambah,
ataupun menghapus konten/informasi yang terdapat pada suatu website,
contohnya wikipedia.
2. Blog dan Microblog. Pengguna lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu
jika menggunakan media sosial jenis ini seperti curhat ataupun mengkritik
kebijakan pemerintah, contohnya twitter.
3. Konten. Para pengguna dapat saling membagi konten media, seperti video,
ebook, gambar, dan lain – lain. Contoh media sosial jenis ini adalah youtube.
4. Situs Jejaring Sosial. Aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat terhubung
dengan pengguna lain yaitu membuat informasi pribadi dapat dibaca/diketahui
orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto, tulisan dll. Contoh facebook.
5. Virtual Game World. Aplikasi yang memungkinkan pengguna merasakan
pengalaman pada dunia virtual dengan mengreplikasikan lingkungan 3D.
Pengguna bisa muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta
berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contoh gameonline.
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

6. Virtual Social Word. Aplikasi yang memungkinkan pengguna merasakan


pengalaman simulasi kehidupan pada dunia virtual yang dimana penggunanya
merasa hidup didunia virtual, mirip dengan Virtual Game World, pengguna
dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya. Namun, Virtual Social World lebih
bebas dan merupakan simulasi kehidupan, contohnya second life.

B. Dampak dan Resiko Penggunaan/Pemanfaatan Berbagai Media Sosial


Media sosial pada dasarnya hanya sarana pengguna untuk berinteraksi secara
virtual dengan pengguna lain di seluruh dunia yang dihubungkan dengan koneksi
internet. Penggunaannya akan selalu memunculkan dampak, baik pengaruh positif
maupun pengaruh yang negatif.
Dampak positif dari media sosial adalah memudahkan pengguna untuk
berinteraksi dengan banyak orang tanpa dibatasi jarak dan waktu. Pengguna juga
lebih mudah dalam mengekspresikan diri sehingga penyebaran informasi dapat
berlangsung secara cepat dengan biaya yang lebih murah.
Sedangkan dampak negatif dari media sosial adalah dapat “menjauhkan” orang-
orang yang secara fisik berada pada lingkungan di dekatnya sehingga interaksi
secara tatap muka cenderung menurun. Dengan adanya media sosial sering
ditemukan adanya kecanduan pengguna terhadap internet, tidak jarang juga
menimbulkan konflik, masalah privasi, rentan terhadap pengaruh buruk orang lain
terutama terkait informasi palsu/hoax.

C. Contoh Kasus Penyalahgunaan Media Sosial di Masyarakat


Media sosial awalnya diciptakan untuk mempermudah jalannya komunikasi dan
berbagi informasi tanpa batasan jarak dan waktu. Namun kenyataannya, justru
banyak sekali oknum pengguna yang sengaja menyalahgunakan media sosial
sehingga membuat mereka berurusan dengan aparat hukum. Sudah banyak
pengguna media sosial yang menjalani hukuman penjara akibat konten/aktivitas
mereka pada sosial media.
Diantara penyalahgunaan media sosial yang menyebabkan hukuman dari aparat
penegak hukum adalah:
1. pencemaran nama baik, yaitu melanggar ketentuan pada Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) serta
perubahannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yaitu Pasal 45 ayat 1
serta Pasal 27 ayat 3
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

2. ujaran kebencian (hate speech), yaitu melanggar ketentuan pada Undang-


Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
serta perubahannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yaitu Pasal 28
ayat (2) juncto Pasal 45 ayat (2)
3. penyebaran berita bohong (hoax)
4. penipuan jual beli online
5. prostitusi online
6. penyebarluasan/kebocoran data pribadi pengguna

D. Etika Bersosial Media


1. Etika dalam penyampaian pendapat
Ketika menyampaikan pendapat dalam berkomunikasi atau berinteraksi secara
virtual sebaiknya pengguna menggunakan kata-kata yang baik dan sopan,
menghargai pendapat atau privasi pengguna lain, tidak menggunakan identitas
palsu/milik pengguna lain serta memperhatikan dengan siapa pengguna
berbicara dan menggunakan bahasa yang tepat.
2. Etika dalam penyebaran dan menerima informasi
Ketika pengguna akan membagikan atau menyebarkan suatu informasi hindari
penyebaran isu SARA, konten pronografi, dan aksi kekerasan serta pastikan
informasi yang pengguna bagikan tersebut sudah benar, sesuai dengan
kenyataan yang ada, dan jelas dari mana sumber informasinya. Konten yang
dibagikan sebaiknya informasi yang positif atau edukatif.
3. Etika dalam menulis sesuatu
Penulisan sesuatu dalam hal ini memiliki arti yang sangat luas. Ketika seorang
pengguna media sosial ingin menulis sesuatu pastikan tidak ada kesalahan
penulisan yang menyebabkan salah tafsir bagi pengguna lain.
4. Etika dalam mengunggah konten
Konten yang diunggah misalnya foto atau video harus diseleksi dan pastikan
tidak melanggar etika/ketentuan sosial maupun hukum yang berlaku, misalnya
konten yang berbau SARA, pornografi, ujaran kebencian dll.
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

5. Trend Kedepan

A. Prediksi Perkembangan Teknologi Kedepan


Sudah banyak praktisi dan penyedia teknologi informasi yang menyampaikan
prediksinya mengenai perkembangan teknologi di masa depan. Diantara yang
sering disampaikan adalah semakin meluasnya penggunaan robot di masyarakat
dalam kehidupannya sehari-hari. Data biometrik di smart watch juga diprediksi
akan dapat digunakan oleh/bekerja sama dengan tim medis untuk menganalisis
kesehatan seseorang.
Di bidang transportasi diprediksi akan berkembang lebih canggih yaitu dengan
semakin banyak fitur-fitur yang ada pada “mobil pintar/smart car” sehingga dapat
mengintegrasikan kendaraan, penumpang dan sistem/infrastruktur transportasi
yang ada. Tidak hanya membawa penumpang ke tujuan, kendaraan juga bisa
melayani laporan cuaca, kondisi lalu lintas, pengingat jadwal dan lain lain sehingga
perjalanan dapat dialami dengan lancar, bebas macet dan aman. Terlebih dengan
semakin meluasnya teknologi jaringan 5G untuk akses internet.
Augmented reality, pembayaran non-tunai/e-wallet, kecerdasan buatan juga akan
berkembang semakin jauh dari yang sudah tersedia saat ini. Inovasi-inovasi dalam
rangka transformasi digital juga semakin berkembang yang memungkinkan
dilaksanakannya pekerjaan dari jarak jauh bahkan untuk keperluan pencarian data
dan informasi akan dibantu oleh teknologi sehingga secara aktif (dilengkapi sensor
sensor) sehingga mampu mengantisipasi setiap kebutuhan pengguna.

B. Konsep Human Centered


Society 5.0 merupakan konsep yang dikenalkan oleh Jepang melalui Perdana
Menteri Shinzo Abe pada World Economic Forum pada Januari 2019. Walaupun
draft konsep ini pertama kali tertuang pada the 5th Science and Technology Basic
Plan dan disetujui oleh kabinet pemerintahan Jepang pada Januari 2016. Society
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

5.0 ini pada dasarnya adalah konsep yang berpusat pada manusia atau dengan
kata lain teknologi yang ada saat ini harus dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, bukan untuk menderadasi nilai-nilai karakter kemanusiaan
yang dipertahankan selama ini.
Sinergi antara manusia dan teknologi dituntut perlu direalisasikan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan. Sehingga tujuan dari Society 5.0 ini pada prinsipnya
adalah agar pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi saat ini
dimanfaatkan untuk mewujudkan masyarakat yang dapat menikmati hidup
sepenuhnya, bukan hanya untuk kemakmuran beberapa orang terpilih.

Sumber: https://www.japan.go.jp/abenomics/_userdata/abenomics/pdf/society_5.0.pdf
PERUBAHAN POLA HIDUP DI ERA 4.0

Bahan bacaan / Referensi:


Schwab, K. 2016. The Fourth Industrial Revolution. New York: Crown Business

https://kkp.go.id/itjen/page/1724-peran-pemerintah-dalam-revolusi-industri-4-0

https://www.researchgate.net/publication/335233291_Status_and_Future_Plans_
One_Map_Policy_Indonesia

http://palapa.big.go.id/microsite/doc/Pedoman_Implementasi_Geoportal.pdf

https://kugi.ina-sdi.or.id/buku/V5/Buku-1%20Prinsip%20KUGI%205.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/327205602.pdf

https://www.japan.go.jp/abenomics/_userdata/abenomics/pdf/society_5.0.pdf

https://en.unesco.org/sites/default/files/usr15_japan.pdf

https://www.jef.or.jp/journal/pdf/220th_Special_Article_02.pdf

Anda mungkin juga menyukai