Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Seraya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya sehingga kita masih dalam keadaan sehat, yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Agung Firmansyah selaku dosen
pengampu PKN. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna tetapi kami menyusun tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan poiny-point di makalah ini sesuai dengan pengeteahuan yang
kami peroleh, baik itu dari sumber-sumber, buku dan lain-lain. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan juga saran yang membangun, guna menjadi acuan agar kami bisa
menyusun makalah ini dengan lebih baik lagi di masa yang mendatang.

I.

PENDAHULUAN

vandalisme berasal dari bahasa prancis, vandalsime dahulu pertama kali digunakan oleh Henri
Gregoire untuk mendeskripsikan penjarahan dan perusakan seni selama revolusi prancis.
Mengutip dari National Geographic, vandalisme mengacu pada suku vandal dari Jerman Timur
yang menetap di Afrika Utara. Mereka menjarah Roma pada tahun 455. Serangan ke Roma
dipicu oleh pembunuhan Kaisar Romawi Valentinian III, yang sebelumnya menjanjikan
putrinya, Eudocia, unutk menikah dengan putra dari pemimpin kaum Vandal, Raja Genseric,
sebagai bagian dari perjanjian damai.

Aksi vandalisme ditemukan banyak fasilitas sekolah yang rusak kurang terawat. Faktor
vandalisme karena adanya dorongan dari lingkungan sekitar membuat seseorang ingin
melakukan vandalisme karena penerimaan sosial mereka terhadap lingkungan mereka. Pemicu
vandalisme adalah adanya seseorang yang ingin diakui oleh lingkungan sekitarnya. Vandalisme
motivasi siswa adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri

A. Bentuk-bentuk Vandalisme
 Terdapat bentuk-bentuk vandalisme yang dijelaskan oleh Lase (2003) sebagai berikut.
1. Aksi mencoret-coret (grafiti) : Aksi mencoret-coret-coret (grafiti) tampak pada tembok pinggir
jalan, tembok sekolah, jembatan, halte bus, bangunan, telepon umum, wc umum, dan
sebagainya. 
2. Aksi memotong (cutting): Contohnya memotong pohon, tanaman, bunga. 
3. Aksi memetik (plucking): Memetik bunga dan memetik buah milik orang lain tanpa meminta
izin dari pemiliknya. 
4. Aksi mengambil (taking): Aksi mengambil barang milik orang lain, mengambil tanaman, dan
sebagainya. 
5. Aksi merusak (destroying): Aksi merusak penataan lingkungan yang sudah tersusun rapi dari
orang lain. Misalnya mencongkel pintu rumah orang lain, memindahkan tanaman milik orang
lain, membuang sampah di sembarang tempat.

Menurut Long dan Burke (2015), berdasarkan motivasinya, vandalisme dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu sebagai berikut: 

1. *Aquisitive vandalism*: adalah vandalisme yang dilakukan untuk mendapatkan uang atau
benda orang lain. Contohnya adalah penempelan iklan, spanduk, poster, baliho atau bentuk-
bentuk pemasaran lainnya yang merusak lingkungan tempatnya berada. 
2. *Tactical vandalism*: adalah vandalisme yang dilakukan sebagai taktik dalam mencapai
tujuan tertentu. Contohnya menyabotase sebuah mesin pabrik untuk memfasilitasi jangka waktu
yang tersisa dari masa berlaku. 
3 *Ideological vandalisme*: adalah vandalisme yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu,
seperti memperkenalkan suatu ideologi. Contohnya mencoret baliho, poster, ataupun slogan
politik yang tertempel pada dinding. 
4.*Vindictive vandalism*: adalah vandalisme yang dilakukan untuk membalas dendam atas
suatu kesalahan. Contohnya adalah sekumpulan anak yang dengan sengaja melempar jendela
tetangga dengan batu hingga pecah, karena tetangga tersebut sering memarahi mereka karena
bermain dengan ribut. 
5. *Malicious vandalism*: adalah vandalisme yang dilakukan karena pelaku vandalisme
mendapat kenikmatan dengan memberikan gangguan pada orang lain, atau merasa terhibur saat
menghancurkan benda milik orang lain. Contohnya adalah dengan sengaja mencoret kendaraan
atau tembok bangunan tempat tinggal orang lain karena pelaku senang melihat pemilik
kendaraan atau tempat tinggal marah. 
6. *Play vandalism*: adalah vandalisme yang dilakukan untuk menunjukkan dan
mendemonstrasikan kemampuan yang dia miliki, dan bukan bertujuan untuk mengganggu orang
lain. Contohnya adalah seorang anak sekolah yang mencoret-coret bangku atau meja belajar di
kelasnya.

B. Penyebab Vandalisme

Lasa (2003) menjelaskan dua faktor penyebab vandalisme, yaitu faktor lingkungan keluarga dan
sekolah. 
a) Faktor Lingkungan Keluarga
Masalah dalam lingkungan keluarga yang memicu terjadinya tindakan vandalisme remaja
terhadap lingkungan buatan adalah: 
- Ketidakharmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja mengekspresikan perasaannya
melalui tindakan vandalisme. 
- Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, sehingga sang remaja harus berpisah dengan orang tua .
remaja yang tinggal di rumah saudara, rumah temannya atau kos. 
- Perilaku remaja menjadi bebas dan kurang mendapat pengawasan dari orang tua. 
- Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini sebagai bentuk ekspresi kasih
sayang dan perhatian dari orang tua. 
- Kurangnya pembinaan melalui jalur agama, khususnya tentang menghargai lingkungan hidup
sebagai ciptaan Tuhan, yang harus dimanfaatkan, dipelihara dan dilestarikan. 

- Pekerjaan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pekerjaan Ibu. Kurangnya waktu
ibu dan perhatian ibu bersama anak-anaknya berdampak pada perilaku anak. 
- Pendidikan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pendidikan ibu. Bila
pendidikan ibu rendah maka dalam mendidik anak juga kurang. Tetapi sebaliknya bila
pendidikan ibu tinggi maka dalam mendidik anak juga tinggi. 
- Kurangnya kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam lingkungan keluarga yang
menjadi haknya, misalnya memiliki kamar tidur sendiri, memiliki fasilitas belajar, ruangan
belajar sendiri, dan sebagainya. Bila hak pribadinya tidak terpenuhi maka berakibat pada
perilaku anak.
 -Kurangnya kebersamaan antara orang tua dengan anak, misalnya beribadah bersama, berdoa
bersama, makan bersama, berekreasi bersama dan lain sebagainya. 
- Tidak memiliki halaman rumah yang cukup luas untuk mengekspresikan gejolak pertumbuhan
anak. Halaman rumah juga bisa berdampak pada tingkah laku anak.

b) Faktor Lingkungan Sekolah


 Sejumlah faktor lingkungan sekolah penyebab vandalisme meliputi: 
- Kurang kasih sayang  guru, artinya tidak mendapat perhatian dari guru dalam proses belajar
mengajar.
 - Ekspresi kejengkelan karena sering dipanggil guru, yang umumnya berkaitan dengan tingkah
laku negatif. 
- Sering berurusan dengan polisi dalam berbagai bentuk permasalahan. 
- Berpindah-pindah sekolah dengan berbagai alasan. Banyaknya remaja memiliki peluang untuk
bebas setelah pulang sekolah.
- Senang membaca buku eksak, umumnya mengindikasikan seorang remaja memiliki
kemampuan berpikir. 
-Senang membaca buku komik, dari membaca buku komik remaja bisa muncul perilaku yang
ditiru dari tokoh yang diidolakan. 

c) Pengaruh rekan sebaya 


Vandalisme dapat timbul pada seseorang yang dipengaruhi oleh rekan sebaya, terutama remaja.
Remaja cenderung lebih mudah meniru serta gampang terpengaruh dengan rekan sebayanya.
Pengaruh rekan sebaya mencerminkan sikap, nilai dan tingkah laku remaja, dan malah akan
semakin gawat apabila remaja sedang menghadapi masalah dalam keluarganya. Pada umumnya
remaja yang terlibat dalam tindakan vandalisme ini merupakan remaja yang berada dalam suatu
perkumpulan, terutama perkumpulan yang tidak memiliki tujuan dan muncul berbagai ide-ide
apabila mereka berkumpul dan melakukan aksi merusak fasilitas publik baik berupa properti
ataupun fasilitas lain milik seseorang atau fasilitas umum .

d) Pengaruh orang tua dan keluarga 


Salah satu faktor yang menjadi pendorong terjadinya perilaku vandalisme adalaah pola asuh dari
orang tua dan keluarga. Setelah terjebak dalam masalah gejala vandalisme yang berasal dari
keluarga yang bermasalah atau keluarga yang mengamalkan budaya negatif. Vandalisme
menjadi pelarian bagi remaja yang ingin bebas dan berlatar belakang  keluarga yang bermasalah.
Selain itu pengawasan, perhatian dan juga bimbingan  orang tua dan keluarga yang kurang dapat
menjadi faktor utama yang mendorong munculnya gejala vandalisme pada seorang remaja.

e) Pengaruh media massa


Vandalisme dipenagruhi oleh faktor media massa yang merupakan sangat kuat serta tidak mudah
untuk dihindari. Adanya budaya asing yang dapat berupa paparan adegan negatif dari film barat
yang memiiliki unsur yang mmengarah pada aksi vandalisme, yang membuat remaja terpengaruh
hingga melakukan tindakan vandalisme. Pada umumnya remaja mudahuntuk meniru serta berani
mencoba untuk melakukan hal-hal yang mereka lihat disekelilingnya. Remaja akan mudah
meniru karena merasa dirinya bebas, apalagi tanpa pengawasan dan petunjuk dari orang tua.

f) Pengaruh lingkungan masyarakat


Masyarakat sangat mempegaruhi lahirnya sebuah generasi remaja, karena remaja merupakan
produk dari sistem masyarakat. Apabila dalam suatu lingkungan masyarakat cenderung negatif
maka tidak dapat dihindari fakta bahwa generasi yang akan dihasilkan juga akan melakukan hal
yang sama atau meniru perilaku yang ada pada lingkungan masyarakat dimana tempat mereka
tinggal. Saat ini masyarakat lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kebendaan dan
mengesampingkan isu sosial yang timbul dari lingkungan masyarakat mereka sendiri. Pada
umumnya perilaku vandalisme tibul pada lingkungan perkotaan. Kawasan perkotaan cenderung
tidak peduli dengan apa yang terjadi pada hal-hal yang di sekitarnya, hingga menyebabkan
remaja merasa dirinya bebas dan melakukan perilaku negatif tanpa memikirkan dampak negatif
ataupun menghiraukan tanggung jawab mereka terhadap fasilitas-fasilitas milik orang lain atau
fasilitas umum.

II.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : https://core.ac.uk/download/pdf/33512203.pdf

Sumber:
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Vandalisme adalah Perusakan Barang,
Pahami Sejarah dan
Penyebabnya" , https://katadata.co.id/intan/berita/62049d0bede83/vandalisme-adalah-
perusakan-barang-pahami-sejarah-dan-penyebabnya
Penulis: Iftitah Nurul Laily
Editor: Intan

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/17889/16298

Anda mungkin juga menyukai