Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN

PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN


RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN

KUNINGAN – JAWA BARAT

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Buku Pedoman Rs Juanda Kuningan Ini,Telah disusun dan disesuaikan dengan


pedoman yang berlaku dan ketentuan lainnya.bila diperlukan akan dilakukan revisi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dibuat dan disetujui untuk dilaksanakan sepenuhnya

Kuningan, 12 Februari 2022


Direktur
Rumah Sakit Juanda kuningan

dr. H. Zaenal Arifin, MH.Kes


NIK. RSJ5040222
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) Rumah Sakit Juanda Kuningan.

Buku pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini merupakan
pedoman bagi Tim PKRS dalam memberikan pelayanan pada Unit Promosi Kesehatan Rumah
Sakit, dalam pedoman ini diuraikan tentang standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana
pelayanan, logistik, keselamatan pasien, keselamatan kerja, pengendalian mutu di Unit Promosi
Kesehatan Rumah Sakit Juanda Kuningan.

Diharapkan dengan adanya pedoman ini dapat meningkatkan mutu pelayanan di Rumah
sakit Juanda Kuningan. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS).

Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam buku ini.


Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam
pengembangan rumah sakit.

Kuningan, 12 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................


KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ................................................................................................ 1
C. Ruang lingkup pelayanan ................................................................................... 2
D. Batasan operasional ............................................................................................ 2
E. Landasan Hukum ............................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
STANDAR KETENAGAAN .......................................................................................... 4
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ..................................................................... 4
B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................................ 4
C. Pengaturan Jaga ................................................................................................. 5
BAB III.......................................................................................................................... 7
STANDAR FASILITAS................................................................................................ 7
BAB IV.......................................................................................................................... 8
TATA LAKSANA PELAYANAN ................................................................................ 8
A. Jenis Pelayanan .................................................................................................. 8
B. Tata Laksana ...................................................................................................... 8
C. Panduan Pelayanan ............................................................................................ 8
BAB V ......................................................................................................................... 18
LOGISTIK ................................................................................................................... 18
BAB VI ........................................................................................................................ 19
KESELAMATAN PASIEN .......................................................................................... 19
BAB VII ...................................................................................................................... 20
KESELAMATAN KERJA ............................................................................................ 20
BAB VIII ..................................................................................................................... 21
PENGENDALIAN MUTU ........................................................................................... 21
BAB IX........................................................................................................................ 23
PENUTUP.................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 24

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit Juanda Kuningan merupakan rumah sakit yang megutamakan
pelayanan, kebersihan dan keramahan petugas sehingga kepuasan pasien adalah segala-
galanya. Sebagai rumah sakit swasta di Kabupaten Kuningan, Rumah Sakit Juanda
Kuningan hadir tidak untuk berkompetensi dengan rumah sakit lain, melainkan untuk
saling melengkapi dan meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten
Kuningan. Rumah sakit juanda memiliki tugas pokok melaksanakan upaya promotif,
preventif yang dilaksanak secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Rumah sakit juanda beralamat di Jl. Ir. H Juanda No 207 Kabupaten Kuningan,
didirikan pada tanggal 12 november 2002, berada di wilayah Kota Kuningan yang padat
penduduk, posisi tersebut memiliki akses yang mudah di jangkau dri seluruh wilayah
Kabupaten Kuningan dengan berbagai transportasi yang tersedia.
Rumah sakit juanda sebagai rumah sakit mempunyai taggung jawab terhadap
peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga melalui pendidikan kesehatan yang
berkesinambungan antar disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan pasien, rumah sakit juga
mengembangkan atau memasukan pendidikan ke dalam proses asuhan berbasis misi, jenis
pelayanan yang diberikan dan populasi pasien sehingga mereka mendapat pengetahuan dan
keterampilan untuk menunjang partisispasi dalam proses dan pengambilan keputusan
dalam proses pelayanan.
Dalam rangka memberikan acuan yang lebih terinci bagi petugas kesehatan,
disusunlah pedoman pelayanan promosi kesehatan rumah sakit dalam pendiikan pasien dan
keluarga di rumah sakit agar tersedia mekanisme pendidikan, diorganisasikan secara
efektif di seluruh rumah sakit yang mengacu pada peraturan menteri kesehatan Nomor 004
Tahun 2012 dan undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Meningkatkan kegiatan pendidikan pasien dan keluarga melalui tim promosi
kesehatan rumah sakit demi mewujudkan pelayanan kesehatan masyarakat yang
komprehensif dan pelayanan kesehatan paripurna.

1
2. Tujuan Khuus
a. Terlaksananya asesmen dan perencanaan kebutuhan pendidikan pasien dan
keluarga selama dalam perawatan di rumah sakit Juanda Kuningan.
b. Meningkatnya pengetahuan pasien, keluarga, pengunjung dan masyarakat
yang berada di lingkungan rumah Sakit Juanda Kuningan terhadap kesehatan
serta perawatan anggota keluarga yang sakit di Rumah Sakit Juanda
Kuningan.
c. Terlaksananya kegiatan promosi kesehatan rumah sakit di rumah Sakit Juanda
Kuningan melalui tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
d. Terlakasananya kegiatan promosi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Juanda
Kuningan pada masyarakat.

C. Ruang lingkup pelayanan


1. Perspektif pelanggan:
a. Pelanggan Internal : Pegawai RS
b. Pelanggan Eksternal adalah komunitas yang merupakan cakupan pelayanan
Rumah Sakit Juanda Kuningan yang terdiri dari pasien dan keluarga pasien,
pengunjung, masyarakat di sekitar RS, lembaga pemerintah dan non
pemerintah, stake holder, PKK dan posyandu binaan.
2. Persepektif sumber daya manusia:
a. Adanya program peningkatan kemampuan SDM PKRS
b. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dan kader tentang kemampuan
tenaga kesehatan dan kader tentang keshatan di daerah cakupan pelayanan
Rumah akit juanda kuningan
c. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat cakupan pelayana rumah Sakit
Juanda Kuningan
3. Perspektif prasarana: Tersedianya sarana prasarana untuk kegiatan PKRS

D. Batasan operasional
1. Pendidikan pasien dan keluarga adalah kegiatan yang dilakukan oleh rumah sakit
dalam upaya mendidik pasien dan keluarganya, sehingga mereka mendapat
pengetahuan dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan pengambilan
keputusan asuhan pasien.

2
2. Promosi kesehatan rumah sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien dan kelompom-kelompok masyarakat agar pasien dapat
3. mandiri dalam mepercepat kesembuhan dan rehabilitasinya. Keluarga pasien dan
kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, dan
pengembangan upaya kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh untuk dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
4. Rumah sakit adalah intstitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.
5. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
6. Petugas adalah semua petugas Rumah Sakit Juanda Kuningan yang melayani
pasien.
7. Pasien adalah semua individu yang menjalani proses pengobatan di rumah sakit,
baik rawat inap maupun rawat jalan.
8. Keluarga pasien adalah semua individu yang mempunyai hubungan dengan
individu yang menjalani proses pengobatan di rumah sakit, baik rawat inap
maupun rawat jalan.
9. Pengunjung adalah semua yang berkunjung di rumah sakit untuk kepentingan
apapun.
10. Masyarakat luar rumah sakit adalah semua pihak yang berada di luar/sekitar
rumah sakit.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentahg Kesehatan
2. Undang-Unang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit
3. PERMENKES No. 004 Tahun 2012 Tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS)
4. Surat keputusan menteri kesehatan nomor 659/MENKES/VII/2009 tentang
Rumah sakit Indonesia kelas dunia.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan pendidikan pasien dan keluarga rumah sakit memebentuk tim
Promosi Kesehatan Rumah Sakit diketuai oleh Ketua Tim yang ditetapkan oleh direktur
dan telah memenuhi syarat kualifikasi jabatan dan berlatar belakang pendidikan formal S1.
Ketua tim promosi rumah sakit mengorganisasikan struktur lain dibawahnya yang terdiri
dari profesi-profesi lain dengan latar belakang pendiikan kesehatan, dokter umum, dokter
spesialis, perawat/bidan, psikiatri, gizi, apoteker, fisioterapys dan profesi lainnya.
Pola ketenaga kerjaan dan kualifikasi personil tim promosi kesehan rumah sakit
(PKRS) pada tabel berikut ini:
Tabel 1.
Pola ketenagaan dan kualifikasi personil di tim PKRS

NO POLA KETENAGAAN KUALIFIKASI PERSONIL

1 Ketua 1. Strata 1
2. Mampu memimpin
3. Disiplin
4. Tanggung jawab
2 Sekretaris 1. Starata 1 Kesehatan
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
3 Anggota 1. Dokter spesialis
2. Dokter umum / Dokter gigi
3. Sarjana Keperawatan
4. Tenaga kesehatan lainya.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Ketua tim promosi kesehatan rumah sakit
a. Merencanakan dan menyusun kebutuhan operasional promosi kesehatan
rumah sakit.
b. Mengatur tugas pelayanan dan kegiatan promosi kesehatan rumah sakit.
c. Bertanggung jawab mengelola sarana dan prasarana promosi kesehatan
rumah sakit.

4
d. Melakukan koordinasi dengan bagian/ instalasi dan unit terkait di Rumah
Sakit Juanda Kuningan.
e. Membentuk jejaring degan instansi non pemerintah (contoh: ormas, rumah
singgah, komunitas, LSM dan lain-lain).
f. Melakukan pembentukan jejaring dengan instasi pemerintah (contoh: dinkes,
diknas, dinsos, panti sosial, sekolah, lembaga pemasyarakatan, POLRI, dan
lain-lain).
g. Melakukakn evaluasi dan pengembangan promosi kesehatan Rumah Sakit
Juanda Kuningan.
2. Sekretaris Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit
a. Membantu ketua tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit dalam koordinasi
pengelolaan kesekretariatan, perlengkapan. Pengelolaan tersebut mencakup
perencanaan, pengadaan, pemantauan, perbaikan, pencatatan dan pelaporan.
b. Membantu ketua tim mengkoordinasikan pelaksanaan PKRS baik medis dan
non medis.
c. Membantu ketua tim melakukan evaluasi dan pengembangan promosi
kesehatan RS di Rumah Sakit Juanda Kuningan
d. Melakukan pengumpulan data bulanan
e. Mengelola da menganalisisi data promosi kesehatan rumah sakit
f. Membuat pencatatatan dan pelaporan
3. Anggota tim promosi kesehatan rumah sakit
a. Ikut menyusun program kerja PKRS
b. Memberikan informasi , penyuluhan, konseling kepada pasien atau
masyarakat sesuai dengan unit masing-masing.
c. Melakukan kerjasama antar unit dalam memberikan edukasi dan informasi
kepada pasien dan kelaurga demi terciptanya pelayanan paripurna (edukasi
kolaboratif).
d. Membuat pencatatan pada log book di masing-masing unit.

C. Pengaturan Jaga
Pengturan jaga di dasarkan atas kualifikasi pola ketenagaan yang telah ditentukan,
karyawan yang memenuhi kualifikasi pendidikan, mempunyai tanggung jawab, disiplin,
dan komitmen yang tinggi pada pelayanan pasien. Unit PKRS diambil dari tenaga

5
kesehatan yang memenuhi harapan tercapainya peningkatan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan keluarga.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

Unit pelayanan rumah sakit harus memiliki peralatan sebagai metode dan media
yang memadai guna berjalannya pelayanan sehari-hari yang efektif disamping adanya
sumber daya yang memadai sebagai faktor utamanya.
1. Metode dan media
Metode yang dimaksud disini adalah metode komunikasi. Pemberdayaan, bina
suasana maupun advokasi sebagai strategi promosi kesehatan pada hakekatnya adalah
proses komunikasi dan pentingnya penyampaian pesan pada masyarakat luar.
2. Sumber daya
Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien hendaknya memiliki
pengetahuan dan leterampilan dalam konseling, jika petuagas rumah sakit belum
memiliki keterampilan konseling maka harus diselenggarakan program pelatihan
sumber daya utama PKRS meliputi:
a. SDM
1) Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien (doter, perawat, dan lain-
lain)
2) Tenaga khusus promosi kesehatan
b. Sarana / Peralatan
1) TV. LCD
2) VCD/DVD Player
3) Amlifier dan wireless microphone
4) Computer dan laptop
5) Pointer
6) Megaphone
7) Jaringan internet
8) Kamera photo

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Jenis Pelayanan
Pendidikan pasien dan keluarga meliputi pemberian informasi media tertulis yang
diberikan meliputi 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di Rumah Sakit Jaunda Kuningan
yaitu: thypoid, gastroenteritis, DHF, Hipetensi, demam, jantung diabetes militus, TB paru
dan tumor. Pemberian promosi kesehatan dapat dilaksanakan disetiap instasi rumah sakit
oleh personel medis yang berkompetensi di bidang tersebut terutama rawat inap, rawat
jalan, penunjang medis, fisioterapi, farmasi dan lain-lain. Pemberian informasi diluar
kategori 10 penyakit terbanyak disampaikan secara lisan oleh sub unit panitia PKRS baik
diseluruh instasi rumah sakit maupun di suatu ruangan PKRS Khusus.

B. Tata Laksana
Promosi kesehatan rumah sakit adalah suatu tim Rumah Sakit yang terdiri dari tim
medis dan non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan pendidikan dan
informasi medis serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang
berhubungan dengan penyakit pasien rumah sakit, kondisi yang berhubungan dengan
penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum pasien
pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis. Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayaan tim medis Rumah Sakit Juanda. Pelayanan panitia PKRS terdiri dari lima sub unit
panitia PKRS yang terintegrasi. Unit-unti tersebut adalah dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), Gizi, keperawatan (perawat dan bidan), farmasi, pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI), manajemen nyeri rehabilitasi medis (RM).

C. Panduan Pelayanan
1. Panduan pelayanan asesmen kebutuhan dan perencanaan pendidikan
a. Pengertian:
Peneilaian terhadap segala hal yang diperlukan pasien?keluarga pasien perihal
informasi dan edukasi.
b. Tujuan:
memahami kebutuhan masing-masing pasien dan keluarga untuk mendapatkan
informasi dan edukasi kesehatan pasien
c. Kebijakan:

8
1) Semua pasien yang masuk ke Rumah Sakit dilakukan assessment tentang
kebutuhan pendidikan
2) Hasil pengkajian pendidikan pasien dicatat dalam rekam medik
3) Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang kondisi kesehatan
dan diagnosa penyakit
4) Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikam tentang keamanan dan
efektifitas penggunaan peralatan medis
5) Pasien dan keluarga mendapatkan pendidika tentang manajemen nyeri
6) Pasoen dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang diet dan nutrisi
yang memadai
7) Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang teknik rehabilitasi
8) Setelah mendapatkan pendidikan pasien dilakukan verifikasi bahwa pasien
telah menerima dan memahami pendidikan yang diberikan.
2. Panduan pelayanan pemberian informasi dan pendidikan
a. Pasien rawat jalan
1) Memebrikan edukasi atau penyuluhan bagi pasien dan keluarga pasien
serta pengunjung secara terjadwal setiap bulan yang dilakukan oleh
petugas promosi.
2) Menyediakan poster. Lefleat/ banner yang memuat informasi tentang
penyakit, alur layanan dan lain-lain.
3) Menyediakan media audio visual yang menyajikan informasi maupun
penanganannya.
4) Unit yang banyak terlibat dalam alur pelayanan promosi kesehatan
Rumah sakit meliputi DPJP, dokter ruangan, DPJP, Gizi, Keperawatan
(perawat dan bidan), Farmasi, Pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI), manajemen nyeri dan fisioterapi yang semuanya ini saling
bekerjasama demi terciptanya alur pelayanan yang maksimal.
3. Paduan pelayanan informasi bagi pasien rawat inap
a. Memberikan konseling/ psikoedukasi supportif di tempat tidur/ bedside
conselling.
b. Memberikan konseling bagi paien yang sdah mulai baik. Ini dapat diberikan
oleh dokter maupun perawat ruangan.
c. Memberikan konseling kepada keluarga pasien saat membesuk.

9
d. Adanya kebijakan yang menetapkan kaswan rawat inap sebagai kawasan
bebas rokok.
e. Pasien rawat inap yang dating di ruangan di assessment awal dalam waktu 1 x
24 jam termasuk assessment dan perencanaan kebutuhan edukasi dan
informasi.
f. Apabila pasien baru masuk ke dalam 10 besar penyakit terbanyak di ruang
rawat inap di rumah sakit juanda kuningan, perawat penanggung jawab pasien
melakukan assessment untuk mengidentifikas kebutuhan informasi dan
edukasi kepada pasien yang membutuhkan.
g. Apabila pasien baru tidak termasuk keadaan kategori 10 penyakit terbanyak
maka edukasi deserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau sub-unit
PKRS yang terkait.
h. Apabila pasien yang sedang dirawat ruang rawat inap membutuhkan
informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi, rencana
terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantua DPJP/ Dokter
ruangan atau sub unit panitia PKRS yang terkait.
i. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemeberian
informasi akan diberikan sesuai dengan diagnose saat kelaur (apabila masih
membutuhkan).
j. Pemberian informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical
patway adalah dokter ruangan / DPJP dan informasi pulnag pasien diberikan
oleh perawat.
k. Setiap pasien yang diberikan edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai
dengan SPO pemberian informasi dan edukasi dan SPO pemberian edukasi
kolaboratif
l. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SO pencatatan Logbook.

10
Alur Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit

4. Paduan pelayanan Informed Concent


a. Pengertian:
Persetujuan tindakan medic (informed consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan tehadap pasien tersebut.
b. Tujuan:
Pedoman ini bertujuan dijadikan acuan bagi seluruh dokter dalam
melaksanakan ketentuan tentang informed consent
c. Kebijakan
1) Sebelum melakukan tindakan medik, dokter yang akan melakukan
tindakan medis tersebut memberikan penjelasan dan informsai kepada
pasien atau keluarganya tentang tindakan medic yang akan dilakukan.
Pemberian tindakan tersebut dapat didelegasikan kepada dokter lain atau
perawat atau bidan.

11
2) Sesudah mendapatkan penjelasan dan informasi, keluarganya segera
dapat menyampaikan keputusan apakah menyetujui atau menolak
dilakuka tindakan medik tersebut.
3) Bila pasien menyetujui atau menolak, maka persetujua atau penolakan
tersebut dibuat dalam bentuk tertulis dengan menandatangani atau
membutuhkan cap ibu jari tangan kiri pada formulir yang sesuai dengan
jenis tindakan medis yang akan dilakukan, diketahui dan ditandatangani
oleh dua orang saksi (perawat bertindak sebagai salh satu saksi).
4) Jika pasien menyetujui maka dokter melakukan tindakan medic yang
dimaksud.
5) Penarikan kembali persetujuan tindakan medik dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh orang yang telah memberikan persetujuan tindakan
medic dan dua orang saksi (perawat bertindak sebagai salah seorang
saksi). Penarikan kembeli persetujuan tindakan medic dapat dikabulkan
dengan syarat tindakan medic dimaksud belum sampai pada tahapan
pelaksanaan yang berdasarkan pertimbangan medis tidak mungkin lagi
untuk dibatalkan.
5. Paduan pelayanan pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan.
Rumah sakit mengidentifikasi dan menjalin kerjasama (MOU) dengan
sumber-sumber yang ada di komunitas yang ada di komunitas yang mendukung
promosi kesehatan berkelanjutan dan pendidikan untuk mencegah penyakit,
pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk mencapai
sasaran kesehatannya dan bila kondisi pasien mengindikasikan, pasien dirujuk ke
sumber-sumber yang tersedia di komunitas seperti kelompok dukungan sebaya
HIV/AIDS rumah sakit jaunda kuningan, pelayanan perawatan di rumah,
paguyuban hemodialisa rumah sakit juanda, dinas sosial dan dinas kesehatan.
6. Panduan Pelayanan Pemberian informasi dan pendidikan medis
a. Pengertian
Informasi medik adalah informasi kepada pasien dan keluarga tentang
kondisi penyakit pasien, tanda dan gejala, komplikasi, serta penatalaksanaan
selama dalam perawatan Rumah sakit.
b. Ruang lingkup:
Instalasi Rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, dan penunjang.
c. Tujuan:

12
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada
saat pasien akan pulang tentang tata cara perawatan dirumah seperti: apa
yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari, jadwal control kembali, tata
cara minum obat, perubahan perilaku dan gaya hidup, dll.
7. Paduan pelayanan pemberian informasi dan pendidikan unit Farmasi
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk
menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi serta melaksanakan KIE (Komunikasi Nformasi dan
Edukasi).
a. Pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling tata cara obat bagi pasien
b. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap
c. Informasi pelayanan farmasi pasien akan pulang
d. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan
8. Paduan pelayanan pemberian informasi dan pendidikan timpengendalian dan
pencegahan infeksi (PPI).
a. Informasi pembuangan sampah medis benda tajam
b. Informasi tata cara pembuangan sampah non medis
c. Informasi etika batuk
d. Informasi mencuci tangan dengan air
e. Informasi mencuci tangan dengan hand rub
f. Informasi mengenai kewaspadaan isolasi.
9. Paduan pemberian informasi dan pendidikan unit gizi
Pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakuka di
rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien. Pelayanan gizi merupakan
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dalam rangka meningkatkan
kesehatan pasien. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang
disesuailam dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaaan klinis, status gizi
dan keadaan metabolism tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada
proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.

13
Pelayanan informasi gizi yang tersedia bagi pasien terdiri dari sebagai berikut:
a. Paduan assessment nutrisi pasien
b. Memberikan konsultasi gizi kepada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.
c. Memberikan pelayanan tata cara berkonsultasi gizi kepada pasien

Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan suatu tahapan pelayanan untuk
mendetksi masalah gizi secara dini melalui skrining/ penapisan, untuk selanjutnya akan
ditetapkan apakah pasien memerlukan terapi gizi atau tidak.
a. Formulir pemberian makanan harian
b. Memberikan edukasi diet:
1) Diabetes mellitus
2) Demam berdarah dengue
3) Hipertensi
4) Lansia
5) Bahan makanan penukar
6) Gizi buruk
7) Rendah purin
8) Rendah cholesterol
9) Rendah protein
10. Paduan pelayanan pemberian informasi dan pendidikan manajemen nyeri
a. Pengertian: nyeri adalah sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya
kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik
dan emosional yang meresahkan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan.
b. Tipe nyeri: nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang
terbatas, memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau
penyakit. Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah
terjadi proses penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya
yang pasti.
c. Tujuan:
1) Mengurangi rasa nyeri ringan
2) Mengurangi rasa nyeri sedang sampai berat ketika obat anti nyeri belum
bereaksi
3) Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
4) Mengurangi ketegangan otot

14
d. Penanganan nyeri:
a. Non farmakologi
1) Berikan heat/ cold pack
2) Lakukan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh pasien
3) Latihan destraksi
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pada hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dialami.
a) Distraksi visual (membaca/ menonton TV, menonto
pertandingan dll).
b) Distraksi Auditori (Humor, mendengar music dll)
c) Distraksi taktil (Bernafas perlahan dan berirama, massage,
memegang mainana).
d) Distraksi Intelektual (teka teki silang, permainan kartu dll).
b. Latihan relaksasi
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri kronis, rileks sempurna dapat mengurangi ketegangan
otot, rasa jenuh, kecemasan, sehingga mencegah menghematnya
stimulus nyeri. Tiga hal utama yang dibutuhkan dalam teknik relaksasi:
1). Posisi klien senyaman mungkin
a) Pikiran sehat
b) Lingkungan yang tenang
c) Posisikan tubuh anda yang paling nyaman dan ciptakan
lingkungan yang nyaman
d) Semua anggota gerak tubuh anda dibuat serelask mungkin
e) Pejamkan mata
f) Tarik nafas panjang dan dalam melalui hidung
g) Menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan dan
membiarkan otot-otot tubuh anda bertambah kendor.\anjurkan
pasien untuk bernafas beberapa lali secara normal
h) Ulangi nafas dalam lagi dan menghembuskan nafas secara
perlahan melalui mulut, membiarkan kaki dan telapak kaki
menjadi kendor
i) Konsentrasi pikiran setiap kali terasa ringan.

15
j) Ulangi langkah no. 7 sambil mengkonsentrasikan pada lengan,
perut, punggung, dan otot-otot
k) Setelah tubuh terasa rileks, lakukan nafas seperti biasa.
11. Paduan pelayanan pemberian informasi dan pendidikan unit fisioterapi
Unit fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan rehabilitasi
medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat luas sesuai
dengan standar rumah sakit juanda.
Adapun beberpa informasi yang diberikan bagi pasien yang mendapatkan
pelayanan fisioterpi:
a. Informasi saat dilakukan assessment pemeriksaan adalah informasi yang
diberikan kepada pasien saat awal pasien dating konsultasi sebelum dilakukan
tindakan atau treatment, dengan tujuan agar pasien mengerti dan memahami
kondisi penyakit nya serta tindkan apa yang diberikan untuk mnegatasi
keluhannya.
b. Informasi saat diberikan tindakan fisioterapi adalah informasi yang diberikan
oleh fisioterapis mengenai prosedur pelaksanaan tindakan fisioterapi terhadap
kondisi masing-masing pasien yang meliputi: tujuan diberikannya treatment,
persiapan sebelum treatment, selama intervensi dilaksanakan. Maupun setelah
treatment selesai dilaksanakan.
c. Informasi pencegahan terjadinya cidera/keluhan berulang, yakni beberapa
informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik pencegahan terhadap
cidera atau keluha berulang yang dapat terjadi kapan saja.
d. Informasi yang berupa program di rumah atau diluar waktu terapi,informasi
ini berupa teknik-teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun
mempercepat perbaikan kondisi mereka. Informasi ini diberikan sedemikian
ru[a sehingga memudahkan mereka melakukannya kapan pun dan dimanapun
mereka berada.
12. Paduan komunikasi efektif
Ruang lingkup komunikasi efektif hanya untuk pasien dan keluarga rawat inap
rumah sakit juanda kuningan pada khusus nya dan komunikasi itu bisa bersifat
pemberian informasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarga (pelayana promosi
kesehatan rumah sakit).

16
Komunikasi yang bersifat informasi didalam rumah sakit adalah:
a. Tarif pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Informasi tindakan kedoktean
d. Sumber-sumber komunitas mengenai pemenuhan kebutuhan kesehatan
berkelanjutan
Komunikasi yang bersifat pendidikan pasien dan keluarga di dalam rumah sakit
adalah:
a. Komunikasi tentang assessment kebutuhan perencanaan dan pendidikan
pasien dan keluarga.
b. Komunikasi tentang pemberian informasi dan pendidikan kepada pasien dan
keluarga berkaitan dengan kondisi kesehatnnya.
c. Komunikasi tentang materimateri pemberian informasi dan pendidikan
kepada pasien dan kelurga baik lisan maupun dengan dengan media tertulis.
d. Edukasi tentang penggunaan obat-obatab yang didapat pasien secara efektif
e. Edukasi tentang penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman.
f. Edukasi diet nutrisi.
g. Edukasi tentang teknik rehabilitasi.
h. Edukasi tentang manajemen nyeri.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bias melalui DPJP, Gizi, keperawatan
(perawat, bidan), farmasi, pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI),
manajemen nyeri dan fisioterapi.

17
BAB V

LOGISTIK

A. Daftar kebutuhan yang diperlukan Unit PKRS adalah sebagai berikut:


1. Belanja Pegawai
Termasuk diantaranya :
a. Pelatihan kemampuan/ skill dalam bidang promosi.
b. Akomodasi rapat.
2. Belanja habis pakai
Termasuk didalamnya :
a. Biaya pengadaan / produksi leaflet / poster / banner/ neon box / spanduk.
b. Biaya pengadaan film dokumentasi / edukasi.
c. Biaya akomodasi penyuluhan.
3. Belanja Modal
a. Seperangkat meja dan kursi
b. Almari data
c. Screen
d. Wireless Microphone
e. Banner

18
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Perubahan paradigma standar akreditasi baru diaplikasikan pada pelayanan


berfokus pasien, patient safety atau keselamatan pasien menjadi standar utama,
kesinambungan pelayanan harus dilakukan baik saat merujuk keluar maupun serah terima
pasien di dalam RS. Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang
perlu ditangani segera di rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melaksanakan kegiatannya.
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya
dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak Pasien
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
3. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan
4. Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi dan
Program Peningkatan Keselamatan Pasien
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan pasien
Dalam profesi Petugas Kesehatan, komunikasi petugas dengan pasien
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai petugas. Kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam Pemberian
informasi dan pendidikan pasien dan keluarga maupun dalam pelayanan kesehatan.
Untuk itu dalam rangka memberikan panduan yang lebih terinci tentang bagaimana
seyogianya keselamatan pasien oleh rumah sakit dilaksanakan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien, keselamatan pasien merupakan prioritas utama rumah sakit,
maka disusunlah buku Pedoman pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini
sebagai penjabaran dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 tahun 2012 tentang
Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

19
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 1


menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa
Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut di atas, kiranya dapat
dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan,
salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan.
Untuk menjamin keselamatan kerja di Rumah Sakit agar terhindar dari hal – hal
yang tidak diinginkan dan Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan rumah sakit
disusunlah panduan yang lebih terinci tentang “Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS)” ini sebagai penjabaran dari Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
04/Permenkes/ 2012tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.

20
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap unit
terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang teredukasi
di LOGBOOK (unit dan edukasi kolaborasi) dan formulir pemberian informasi dan
formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumlah leaflet yang tersedia dilakukan
dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit terkait setiap
bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap bulannya. Apabila leaflet habis
sebelum sebulan, maka permintaan leaflet dapat dilakukan ke panitia PKRS.
Evaluasi kualitas sumber daya manusi dan fasilitas dilakukan dengan survey
lapangan setiap bulan dan pelatihan mengenai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6
bulan sekali. Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan dengan pelaporan dari setiap unit
PKRS, laporan panitia PKRS dan survey kepuasan pelanggan setiap 3 bulan.
Pengertian pengendalian adalah keseluruhan fungsi / kegiatan yang harus di
lakukan untuk menjamin tercapainya sasaran RS yaitu pengendalian kualitas kerja dan
proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh setiap orang
setiap hari untuk setiap bagian di Rumah Sakit.
Untuk mencapai pengendalian mutu tersebut diperlukan 6 langkah yaitu :
1. Menentukan tujuan dan sasaran yaitu plan tujuan dan sasaran yang dicapai
didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan oleh direktur.
2. Langkah kedua menentukan metode untuk mencapai tujuan yaitu: Plan metode
yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk sarana staf dan tidak menyulitkan
staf untuk menggunakannya, perlu menetapkan standar kerja yang dapat di terima
karyawan.
3. Langkah ketiga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan , yaitu Metode untuk
mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja agar dapat dipenuhi oleh
petugas terkait, dilakukan program pelatihan para pegawai untuk memahami
standar dan program yang ditetapkan.
4. Langkah keempat Melaksanakan Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu berubah.Oleh karena
itu, ketrampilan dan pengalaman para petugas promosi dapat dijadikan model

21
dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
5. Langkah kelima memeriksa akibat pelaksanaan (Check)
Ketua tim promosi perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik
atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
dan mengikuti standar kerja, tidak berarati pemeriksaan atau pengawasan dapat
diabaikan, Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul
dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat penyebabnya.
6. Langkah keenam megambil tidakan yang tepat (Action)
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan, jika penyimpangan ditemukan maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangannya.

22
BAB IX

PENUTUP

Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan


intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
(Lawrence Green, 1984).
Pedoman pendidikan pasien dan keluarga ini disusun agar menjadi acuan dalam
pengembangan kegiatan pendidikan pasien dan keluarga melalui tim PKRS, dan
pengembangan akreditasi Rumah Sakit yang berhubungan dengan promosi kesehatan.
Pedoman ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya meningkatakan mutu
dan kualitas pelayanan Rumah Sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukan hanya
tanggungjwab mereka yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggungjawab dari
Direksi RS, dan menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran RS. Yang paling
penting dilaksanakn dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pemberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadap klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadap mereka
yang paling berpangaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap
mereka yang dapat mendukung dan membantu RS dari segi kebijakan (peraturan
perundang-undangan) dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut
harus dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang
bersangkutan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1114/MENKES/SK/VII2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Tahun 2005
2. Pedoman Etika Promosi Rumah Sakit. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
Tahun 2006
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012, tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Tahun2012
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, tentang rekam medis. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Tahun 2008.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008, tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Tahun 2008.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , Tahun 2004
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , Tahun 2009
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , Tahun 2009
9. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
, September 2011

24

Anda mungkin juga menyukai