PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klinik Dwi Puspita Magelang merupakan fasilitas kesehatan yang terletak Jl. Magelang-
Pusrworejo No. 12A Tegalarum, Kelurahan Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten
Magelang. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 tentang klinik, menjelaskan bahwa klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis
dasar dan / atau spesialistik. Adapun fungsi klinik sebagaimana tertuang dalam Pasal 32
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang klinik adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Kegiatan utama Klinik Dwi Puspita Magelang adalah dalam usaha pelayanan
kesehatan perorangan dengan pendekatan pelayanan medis, tindakan medik dan
keperawatan, pelayanan penunjang medik, dan upaya rujukan. Dengan core bisnis adalah
pelayanan kesehatan berbasis masyarakat. Dalam upaya menghadapi persaingan global,
terutama terhadap competitor layanan sejenis di Kabupaten Magelang, Klinik Dwi Puspita
Magelang berusaha memenangkan persaingan dengan cara menjaga mutu layanan, Sumber
Daya Manusia (SDM), sarana prasarana, dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat. Bisnis yang dijalankan oleh Klinik Dwi Puspita Magelang merupakan bisnis
kepercayaan (Trusty Business/ Value Business) yang berarti bahwa berkembang tidaknya
organisasi ini tergantung pada besarnya kepercayaan pelanggan/pengguna jasa pelayanan
Klinik.
Oleh Karena itu, Klinik Dwi Puspita Magelang sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
bertanggung jawab memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat dengan berbasis pada
Total Quality Management (TQM) yang menggabungkan antara konsep pelayanan sesuai
peraturan pemerintah dengan melihat kebutuhan pasar dalam hal ini masyarakat di wilayah
kerja Klinik Dwi Puspita Magelang. Penerapan TQM yang diwujudkan dalam berbagai bentuk
program dan kegiatan yang mengacu pada visi dan misi Klinik Dwi Puspita Magelang.
Pedoman ini disusun untuk menjelaskan secara garis besar sistem manajemen mutu yang
diterapkan di Klinik Dwi Puspita Magelang dan disusun berdasarkan Standar Akreditasi Klinik.
Semua ketentuan yang tertuang dalam pedoman ini merupakan acuan untuk menjalankan
kegiatan Klinik sehari-hari.
Pelayanan kesehatan menjadi suatu kebutuhan dalam hidup manusia yang harus dipenuhi
oleh negara. Klinik sebagai fasilitas kesehatan otomatis menjadi bagian dari pembangunan
kesehatan yang salah satu fungsinya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Klinik dalam memberikan pelayanan harus selalu menyesuaikan kebutuhan
masyarakat, mengacu pada standar mutu pelayanan, dan harus selalu dalam upaya untuk
menjaga peningkatan mutu serta kinerja pelayanan tersebut.
Demi memenuhi hal tersebut di atas dibutuhkan suatu pedoman yang akan menjadi
pedoman seluruh pegawai di Klinik Dwi Puspita Magelang, dalam menjaga dan meningkatkan
mutu Klinik dan keselamatan pasien.
Pedoman ini disusun oleh Tim Mutu Klinik dan disahkan oleh Pimpinan Klinik. Pimpinan Klinik
telah menunjuk Tim Mutu untuk bertanggung jawab dan menjamin pedoman ini dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh petugas.
Pedoman ini akan ditinjau ulang setahun sekali untuk penyesuaian/ perbaikan.
1. Profil Organisasi
a. Gambaran Umum
Nama Klinik : KLINIK DWI PUSPITA MAGELANG
Alamat : Jl. Magelang-Purworejo No 12A Teegalarum, Kelurahan Banjarnegoro,
Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Telp : (0293) 3192121
1) Kondisi Wilayah
a) Geografis
Klinik Dwi Puspita Magelang merupakan salah satu Klinik yang ada di Kecamatan Mertoyudan,
Kabupaten Magelang yang merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Berlokasi di Jl.
Magelang-Purworejo No 12A Teegalarum, Kelurahan Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan,
Kabupaten Magelang.
Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa
sebagian besar sudah di aspal dan betonisasi sehingga mudah dijangkau dengan sarana
transportasi. Secara geografis, keberadaan Klinik Dwi Puspita Magelang diharapkan
menjangkau seluruh masyarakat di Kecamatan Mertoyudan, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan seiring dengan upaya peningkatan mutu pelayanan melalui akreditasi klinik,
b) Data Demografi
Menurut data Pemerintah Kabupaten Magelang tahun 2019, jumlah penduduk di Kecamatan
Mertoyudan Kabupaten Magelang pada tahum 2018 mencapai 117.128 jiwa. Dengan jumlah
penduduk pada Kabupaten Magelang total mencaai 1.279.625 jiwa pada tahun 2018 (Data
BPS Kabupaten Magelang). Adapun fasilitas kesehatan di Kecamatan Mertoyudan menurut
data terdapat beberapa puskesmas yaitu Puskesmas Mertoyudan I dan Puskesmas
Mertoyudan II dan beberapa klinik swasta termasuk KliniK Dwi Puspita Magelang.
b. Ketenagaan
Klinik Dwi Puspita Magelang memiliki Jumlah karyawan sebanyak 8 orang, terdiri dari :
Pendidikan
No Jabatan
SD D1 D2 D3 D4 S1 S2
2.1.1 Kepala Klinik 1
2.1.3 Dokter umum 1
2.1.4 Dokter gigi 1
2.1.5 Bidan 0
2.1.6 Perawat 1
2.1.7 Perawat gigi 1
2.1.8 Apoteker 1
2.1.9 Administrasi 1
2.1.10 Cleaning Service 1
a. VISI:
Klinik Pratama Dwi Puspita Magelang menjadi Klinik Terbaik dalam Pelayanan,
Profesional, dan Berorientasi Pasien.
d. TATA NILAI:
1. Kejujuran
2. Kerja Keras
3. Kerja Cerdas
4. Kerja Ikhlas
5. Kerja Sama
Administrasi
Rahmat Syahirul A, S. Kep.
Perawat Umum
Indah Dwi, Amd. Kep. Perawat Gigi
Fitriani LuthfI
5
6
2. Kebijakan Mutu
Kami jajaran pengelola dan seluruh pegawai Klinik Dwi Puspita Magelang berkomitmen untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan dan
harapan pelanggan. Kami berkomitmen untuk memperbaiki proses pelayanan berdasarkan
fakta.
2. PELAYANAN UMUM
PENDAFTARAN PELAYANAN UMUM RESEP ADMINISTRASI
3. PELAYANAN GIGI
PENDAFTARAN PELAYANAN GIGI RESEP ADMINISTRASI
b). Peraturan
a. Peraturan Klinik
1. Semua karyawan diwajibkan mematuhi jam kerja yang telah ditetapkan
2. Setiap karyawan wajib berpakaian sopan dan rapi
3. Setiap karyawan wajib membuat surat ijin apabila tidak masuk kerja karena sakit dan
surat ijin kepentingan lainnya.
4. Semua karyawan untuk mengisi Buku Ijin keluar jika melaksanakan kegiatan diluar
gedung.
5. Laporan bulanan dilaporkan sebelum tanggal 5 bulan berikutnya.
6. Memberikan Pelayanan dengan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkupnya disusun berdasarkan persyaratan standar akreditasi Klinik yang meliputi :
persyaratan umum sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, manajemen
sumber daya, proses pelayanan yang berfokus pada Upaya Kesehatan Perorangan.
C. Tujuan
1. Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Klinik Dwi Puspita Magelang dalam membangun
sistem manajemen mutu baik untuk menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan.
2. Memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat terjaga mutunya.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan terstandar baik tenaga, sarana, dan prasaran
7
D. Landasan Hukum dan Acuan
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman mutu ini adalah :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tetang Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Pratik Kedokteran, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang TenagaKesehatan;
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
9. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentangKerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24;
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015 - 2019;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masayarakat;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Klinik, Klinik Pratama,
Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Klinik;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Klinik;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan Pasien;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Renstra
Kementrian Kesehatan Tahun 2015 - 2019;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2015 tentang Komisi
Akreditasi Fasilitas Klinik;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaran Laboratorium
Klinik;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveylance
Kesehatan
24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 / Menkes / SK / I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumber Daya Manusia.
8
Acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah:
1. Standar Akreditasi Klinik,
2. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi,
3. Keputusan Kementeri Kesehatan Republik Indonesia,
9
15. Sarana Barang atau benda bergerak yang dapat di pakai
sebagai alat dalam pelaksaan tugas atau fungsi unit
kerja.
16. Sasaran Mutu Target yang ingin dicapai dalam melakukan dalam
waktu tertentu.
17. Tindakan Korektif Tindakan yang dilakukan setelah terjadi suatu
kegiatan.
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN SISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN
A. Persyaratan Umum
1) Klinik Dwi Puspita Magelang menetapkan, mendokumentasikan, memelihara sistem
manajemen mutu sesuai dengan standar akreditasi Klinik.
2) Sistem ini disusun untuk memastikan telah diterapkan persyaratan pengendalian
terhadap proses-proses penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat baik itu
penyelenggaraan Klinik maupun pelayanan Klinis meliputi kejelasan proses pelayanan dan
interaksi proses dalam pelayanan, kejelasan penanggung jawab, penyediaan sumber daya,
penyelenggaraan pelayanan itu sendiri. Mulai dari perencanaan yang berdasarkan kebutuhan
masyarakat/pelanggan dan verifikasi terhadap proses pelayanan dan hasil-hasil yang dicapai,
monitoring dan evaluasi. Disusun berdasarkan PDCA.
10
3) Penerapan sistem manajemen mutu dimaksudkan untuk memastikan Klinik dapat
menghasilkan produk sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga dapat menjamin
kepuasan pelanggan.
4) Yang dimaksud dengan “Produk“ adalah pelayanan yang diberikan oleh Klinik baik dalam
bentuk jasa maupun barang.
5) Seluruh fungsi/kegiatan termasuk kegiatan yang dikontrakkan pada pihak luar dikendalikan
sesuai sistem manajemen mutu ini.
6) Sumberdaya/ informasi yang diperlukan untuk menjalankan sistem manajemen mutu
dipastikan dipenuhi, termasuk sumberdaya untuk mendukung pencapaian sasaran-sasaran
yang ingin dicapai Manajemen memantau / mengukur / menganalisa setiap proses / kegiatan
dan melakukan tindakan perbaikan.
B. Pengendalian Dokumen
1. Umum
Secara umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi:
a. Dokumen level 1 : Kebijakan
1) Eksternal , yaitu kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat di luar Klinik Dwi Puspita
Magelang seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan
2) Internal, yaitu kebijakan dari Pimpinan Klinik Dwi Puspita Magelang
11
Prosedur pengendalian dokumen di Klinik Dwi Puspita Magelang ditetapkan oleh Pimpinan
Klinik Dwi Puspita Magelang yang dijadikan acuan oleh seluruh unit di Klinik.
b. Penyusunan Dokumen
1) Kepala Tata Usaha Klinik, Penanggung Jawab UKP, Penanggung Jawab Admen, Ketua Tim
Mutu dan Ketua Tim PPI & Keselamatan Pasien bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
identifikasi/perubahan serta penyusunan dokumen.
2) Penyusunan dokumen secara keseluruhan dikoordinir oleh tim mutu Klinik Dwi Puspita
Magelang dengan mekanisme sebagai berikut:
a) SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke tim mutu.
b) Fungsi tim mutu Klinik di dalam penyusunan dokumen adalah :
(1) Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki dokumen yang telah
disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik dari segi bahasa maupun penulisan,
(2) Mengkoordinir proses pembuatan dokumen. Sehingga tidak terjadi duplikasi/
tumpang tindih dokumen antar unit.
(3) Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang akan ditandatangani oleh Pimpinan
Klinik.
c) Pengesahan Dokumen
Dokumen disahkan oleh Pimpinan FKTP
Tabel Pengesahkan dokumen
No Level Dokumen Penanggung Diperiksa Disahkan
Jawab
1 Surat Keputusan Kepala TU Ketua Tim mutu Ka. Klinik
c. Sosialisasi Dokumen
12
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi
dokumen tersebut, khusus bagi SOP, bila rumit maka untuk melaksanakan SOP tersebut perlu
dilakukan pelatihan.
d. Pencatatan Dokumen, Distribusi dan Penarikan Dokumen Pimpinan Klinik menunjuk ketua tim
mutu sebagai Petugas Pengendali Dokumen.
Petugas tersebut bertanggung jawab atas:
1) Penomoran dokumen
Penomoran diatur pada kebijakan pengendalian dokumen, dengan ketentuan:
a) Semua dokumen harus diberi nomor
b) Pemberian nomor dilakukan secara terpusat
c) Apabila ada susulan atau kesalahan penomoran maka boleh menggunakan angka titik
satu di belakangnya
d) Tata Cara Pemberian Nomor Dokumen
(1) Kode Surat Keputusan (SK) SK.(nomor urut SK) / DM2 / (bulan) /
(tahun)
Contoh : SK.001/DM2/I/19
(2) Standar Operasional Prosedur (nomor urut SOP) . (nomor revisi) . DM2-
(SOP) (nama unit) . (bulan) . (tahun)
Contoh : 001.00.DM2-ADM.I.19
(3) Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) KAK/ (nama upaya)/nomor urut/tahun
Contoh : KAK/UKP/002/2019
(4) Pedoman Pedoman/(nomor urut)/tahun
Contoh : Pedoman/04/2019
13
4) Menyerahkan dokumen kepada pengusul untuk menggandakan.
5) memberi stempel TERKENDALI pada dokumen copy.
6) mendistribusikan dokumen yang sudah distempel TERKENDALI kepada unit terkait.
7) Tata Cara Pendistribusian dokumen
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan dokumen kepada unit / upaya atau
pelaksana yang memerlukan dokumen tersebut agar dapat digunakan sebagai panduan dalam
melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim mutu sesuai pedoman tata naskah.
b) Distribusi harus memakai buku ekspedisi
c) Distribusi dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk seluruh unit
kerja lainnya.
d) Menarik dokumen lama apabila dokumen ini adalah dokumen pengganti serta mengisi format
usulan penambahan/ penarikan dokumen.
e) Mengarsipkan dokumen induk yang sudah tidak berlaku dengan membubuhkan stempel
“Kedaluwarsa” dan kemudian menyimpan dokumen tersebut selama 2 tahun.
f) Memusnahkan dokumen sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
f. Penataan Dokumen
Untuk memudahkan di dalam pencarian, dokumen diatur dalam file box dan diberi judul.
14
4. Margin menyesuaikan sesuai kebutuhan
5. Menggunakan tinta hitam
6. Pengesahan/ tanda tangan dokumen menggunakan tinta hitam.
7. Sistematika pencatatan notulen
a. Hari/ tanggal
b. Waktu
c. Acara
d. Jumlah Peserta
1. Pembukaan
2. Penyampaian materi ( Nama…..program…. )
3. Diskusi
- Identifikasi
- Analisa
- RTL
4. Kesimpulan
5. Penutup
6. Daftar hadir
7. Foto kegiatan
15
BAB III
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
A. Komitmen Manajemen
a. Pimpinan Klinik, Ketua tim mutu, Ketua tim PPI & Keselamatan Pasien, penanggung jawab
upaya kesehatan perorangan, penanggungjawab administrasi manajemen dan seluruh
karyawan Klinik bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh persyaratan pada pedoman
mutu ini.
b. Dengan demikian seluruh karyawan Klinik Dwi Puspita Magelang bertekad/ berjanji akan
menjalankan sistem manajemen mutu secara konsisten dan konsekuen untuk mendukung
pencapaian sasaran yang diharapkan, baik program maupun pelayanan Klinik.
c. Seluruh karyawan Klinik Dwi Puspita Magelang berjanji/ berkomitmen untuk :
1. Memahami konsep manajemen mutu sebagai landasan dalam merubah pola pikir dan pola
kerja yang berfokus pada mutu.
2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Klinik secara efektif dan efesien.
3. Menjalankan kegiatan tugas pokok dan fungsi masing-masing sesuai dengan pedoman
manajemen mutu dan SOP yang sudah disahkan.
4. Memberikan pelayanan pada masyarakat dengansopan santun, ramah, cepat, tepat/ akurat,
dan berkualitas serta kemudahan mendapatkan informasi.
5. Mengutamakan kepuasan pelanggan dengan melakukan peningkatan mutu secara terus
menerus.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan dalam kegiatan program dan
pelayanan.
7. Melakukan pengembangan dan perbaikan secara terus menerus/ berkesinambungan pada
seluruh aspek kegiatan baik program maupun pelayanan.
8. Bersedia menerima sanksi yang disepakati bila melanggar komitmen diatas.
16
B. Fokus pada sasaran/ pasien
1. Pelayanan yang disediakan oleh Klinik dilakukan dengan berfokus pada pelanggan.
2. Pelanggan dilibatkan mulai dari :
a. identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggan,
b. perencanaan penyelenggaraan upaya Klinik dan pelayanan klinis,
c. pelaksanaan pelayanan,
d. monitoring
e. Evaluasi serta tindak lanjut pelayanan.
C. Kebijakan Mutu
a. Kebijakan mutu adalah pernyataan resmi Klinik yang memuat komitmen mutu dan kepedulian
terhadap kepuasan dan keselamatan pasien.
b. Para pimpinan wajib bekerjasama dalam pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien
yang diselenggarakan di seluruh jajaran Klinik.
c. Isi kebijakan mutu sejalan dengan visi - misi atau tujuan Klinik.
d. Kebijakan mutu menjadi acuan untuk menetapkan sasaran mutu, mengevaluasi pencapaian
sasaran serta acuan perbaikan.
e. Kebijakan mutu disosialisasikan dan dipastikan dipahami oleh seluruh personil Klinik.
f. Kebijakan mutu ditinjau secara berkala untuk menjamin kesesuaiannya.
1) Pimpinan Klinik dan seluruh pemangku jabatan wajib berpartisipasi dalam program mutu /
kinerja Klinik dan keselamatan pasien mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
2) Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran Klinik.
3) Janji Layanan dalam menyediakan pelayanan baik disepakati bersama dan menjadi acuan
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat.
4) Janji Layanan tersebut adalah “HEBAT”
5) Kebijakan mutu dan tata nilai Klinik dalam memberikan pelayanan disusun secara bersama
dan dituangkan dalam pedoman mutu dan kinerja.
6) Pedoman mutu dan perencanaan mutu/kinerja disusun berdasarkan visi, misi dan tujuan
Klinik.
7) Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Klinik Dwi Puspita Magelang dengan
pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh penanggung jawab manajemen mutu.
8) Perencanaan mutu/kinerja meliputi perencanaan mutu / kinerja manajemen, dan
perencanaan mutu/kinerja pelayanan klinis.
9) Perencanaan mutu / kinerja manajemen meliputi :
10) Penilaian kinerja klinik
11) Pelaksanaan audit internal.
17
12) Pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen.
13) Kaji banding dengan Klinik lain.
14) Penilaian perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga.
15) Perencanaan mutu/kinerja pelayanan klinis dan keselamatan pasien berisi :
16) Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan evaluasi
indikator, maupun keluhan pasien / keluarga / staf dengan mempertimbangkan kekritisan,
risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah.
17) Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.
18) Kegiatan-kegiatan pengukuran, pengendalian mutu dan keselamatan pasien yang
terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan.
19) Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,
pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
20) Indikator meeliputi indikator kinerja klinik dan indicator mutu layanan klinis
21) Upaya – upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi, perancangan
sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
22) Penerapan manajemen resiko pada semua lini.
23) Manajemen resiko klinis untuk mencegah terjadinya kesalahan sentinel, kejadian tidak
diharapkan, kejadian nyaris cidera dan keadaan potensial cidera.
24) Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
25) Rencana pertemuan dan koordinasi untuk menyampaikan permasalahan, tindak lanjut dan
kemajuan tindak lanjut yang dilakukan.
26) Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.
27) Dalam upaya perbaikan mutu/ kinerja Klinik dan keselamatan pasien melibatkan dan
memberdayakan lintas sektor, lintas program, dan masyarakat sebagai pengguna
pengguna pelayanan untuk berperan mulai dari perencanaaan, pelaksanaan, monitoring,
evaluasi dan tindak lanjut program – program kegiatan mutu/kinerja Klinik dan
keselamatan pasien.
28) Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir dibawah ini :
29) Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Klinik, serta perencanaan Klinik.
30) Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, masyarakat dan staf.
31) Menggunakan pedoman internal klinik, pedoman praktik klinis, kepustakaan ilmiah, dan
berbagai panduan dari profesi maupun panduan dari Kementrian Kesehatan.
32) Sesuai dengan prkatik klinis yang sehat.
33) Mempertimbangkan informasi dari manajemen resiko.
34) Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang ada di Klinik.
35) Dibangun berbasis praktik klinis yang baik.
36) Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait.
37) Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan.
38) Seluruh kegiatan mutu / kinerja Klinik dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
18
39) Penanggungjawab manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatanpasien kepada Pimpinan Klinik tiap tribulan.
40) Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluargadan staf, serta
mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial masalah, maka area prioritas
yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu / kinerja pelayanan klinis dan
keselamatan pasien adalah :
41) Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien meliputi :
a) Ketepatan identifikasi pasien.
b) Peningkatan komunikasi yang efektif.
c) Ketepatan pemberian obat kepada pasien.
d) Ketepatan prosedur tindakan medis dan keperawatan.
e) Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Klinik.
f) Pengurangan risiko pasien jatuh.
19
D.Struktur Organisasi Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Penanggung Jawab Tim : dr. Febrianto Fendy Prasetyo
Ketua Tim : Nurul Hidayati, S.Farm., Apt
Tim Indikator Klinis : dr. Dyah Rahmani S.
Amah, Amd. Keb
Tim Audit Medis : dr. Satya Bayu Dewantara
Tim KeselamatanPasien : drg. Lilis Ria Ariana
Tim Survey Kepuasan : Siti Qomariyah, S.Kep., Ns
ii. Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab tim manajemen mutu
Penanggung Jawab :
1. Memantau kinerja tim
2. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota / Kab
Ketua Tim :
1. Memimpin rapat kinerja tim tiap bulan
2. Memberikan arahan tentang peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
3. Melaporkan refleksi kasus pada saat rapat
20
4. Hasil pemantauan indikator klinis didokumentasikan secara tertulis
5. Laporan hasil pemantauan disampaikan pada saat rapat
Tim KeselamatanPasien :
1. Menerapkan langkah menuju keselamatan pasien
2. Membangun kesadaran akan keselamatan pasien
3. Membuat catatan register risiko
4. Libatkan dan komunikasi dengan pasien
5. Belajar dan berbagi pengalamantentang keselamatan pasien
21
22
F. Wakil manajemen mutu/ Penanggungjawab manajemen mutu.
Pimpinan Klinik menunjuk seorang wakil manajemen mutu yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinir seluruh kegiatan mutu di Klinik :
1. Memastikan sistem manajemen mutu ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara.
2. Melaporkan kepada manajemen ttg kinerja dari sistem manajemen mutu dan kinerja pelayanan.
3. Melaporkan kepada manajemen ttg kinerja dari sistem manajemen mutu dan kinerja Klinik.
4. Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap kebutuhan dan harapan sasaran/pasien.
G. Komunikasi Internal
Komunikasi internal dilakukan dengan cara :
1) Pertemuan rutin
2) Diskusi, email, sms, memo dan media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi.
BAB IV
TINJAUAN MANAJEMEN
A. Pendahuluan
Dalam upaya peningkatan mutu perlu dilakukan pembahasan bersama antara manajemen dan
pelaksana tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan implementasi sistem manajemen
mutu, pencapaian sasaran/indikator mutu dan kinerja.
Pembahasan masalah mutu dan kinerja dapat dilakukan dalam unit kerja, antar unit kerja untuk
masalah-masalah yang bersifat teknis dan operasional yang dilakukan baik terjadual maupun incidental
sesuai dengan kebutuhan.
Pertemuan tinjauan manajemen adalah proses evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas penerapan
sistem manajemen mutu yang dilakukan secara berkala dan melibatkan berbagai pihak yang terkait
dengan operasional kegiatan organisasi
D. Penutup
Melalui pertemuan tinjauan manajemen berbagai permasalahan yang terkait dengan mutu dan kinerja,
serta operasionalisasi sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan dalam memberikan pelayanan
dan produk kepada pelanggan/pengguna dibahas dan ditindak lanjuti dalam upaya-upaya untuk
melakukan perbaikan.
Keberhasilan pertemuan tinjauan manajemen ini tergantung pada komitmen untuk melakukan
perubahan-perubahan dan perbaikan sesuai dengan apa yang direkomendasikan dan kesepakatan yang
dihasilkan dalam pertemuan.
BAB V
MANAJEMEN SUMBERDAYA
Penyediaan Sumberdaya
Pimpinan Klinik berkewajiban mengajukan usulan pengadaan sumber daya yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan pelayanan di Klinik kepada Pemilik. Penyediaan sumber daya meliputi :
Infrastruktur/Sarana Kerja
1. Sarana kerja / infrastruktur untuk mendukung pekerjaan dan mencapai sasaran dan proses pelayanan
dipastikan terpenuhi.
2. Peralatan yang dipergunakan untuk pemantauan/ pengukuran/ pengujian proses pelayanan harus
diinventariskan.
3. Melakukan pemeliharaan secara teratur terhadap alat-alat kesehatan maupun fasilitas pendukungnya
agar senantiasa dalam kondisi baik dan siap digunakan untuk pelayanan.
4. Peralatan pengukuran / pemantauan harus dikalibrasi ataudiverifikasi pada interval waktu yang diatur
penjadwalannya.
5. Kalibrasi alat kesehatan
a. Kegiatan
Lingkungan Kerja
1. Lingkungan tempat kerja harus dikendalikan.
2. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan agar lingkungan kerja senantiasa dalam keadaan rapi,
bersih, aman dan nyaman.
3. Karyawan dan pimpinan berkewajiban mengupayakan dan menjamin agar lingkungan kerjanya
terkendali.
4. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mendukung komitmen mutu dan kepuasan
pelanggan dan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan proses pelayanan yang telah
ditetapkan.
5. Pimpinan Klinik mewajibkan semua karyawan untuk menjalankan program tata graha (5R= Ringkas-
Rapi-Resik -Rawat – Rajin) :
1) Ringkas adalah memilih barang yang diperlukan dan menyingkirkan barang yang tidak
diperlukan.
2) Rapi adalah menyimpan barang di tempat kerja sesuai tempatnya agar mudah didapatkan saat
diperlukan
3) Resik adalah membersihkan tempat/lingkungan kerja dan alat kerja dari kotoran dan sampah.
4) Rawat adalah memperhatikan Ringkas, Rapi, dan Resik dari waktu ke waktu.
5) Rajin adalah disiplin melakukan Ringkas, Rapi, Resik, dan Rawat.
6. Setiap karyawan bertanggung jawab atas kebersihan di lingkungan kerjanya, membuang sampah di
tempat yang sudah disesuaikan sesuai jenisnya (sampah medis dan sampah non medis).
7. Setiap koordinator unit bertanggung jawab untuk memastikan program 5 R dipahami dan dijalankan
oleh seluruh karyawan pada setiap unit kerjanya.
5. Pengendalian Peralatan
a. Peralatan yang dipergunakan untuk pemantauan/ pengukuran/ pengujian proses pelayanan harus
dikendalikan.
b. Pengendalian diarahkan untuk memastikan peralatan yang dipergunakan berada dalam kondisi laik
pakai.
c. Peralatan pemantauan/ pengukuran/ pengujian diinventarisasikan
d. Prosedur pemantauan / pengukuran/ pengujian harus dibuat .
e. Peralatan pengukuran / pemantauan harus dikalibrasi ataudiverifikasi pada interval waktu yang diatur
penjadwalannya oleh Dinas Kesehatan.
f. Bila dipandang perlu kalibrasi harus dilakukan setiap kali peralatan akan dipergunakan/ dioperasikan.
g. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat kerja/ standar kerja terhadap alat standard.
h. Bila kalibrasi dilakukan, maka catatan kalibrasi harus dapat ditelusuri ke standard nasional /
internasional
i. Bilamana Klinik/ lembaga kalibrasi tidak memiliki standard yang lebih tinggi dan sesuai, maka cara
pengecekan ketepatan peralatan harus ditentukan dalam prosedur.
j. Peralatan pengukuran/pemantauan harus dilindungi dari kerusakan selama penanganan, pemeliharaan
dan penyimpanan.
k. Bila terjadi penyimpangan terhadap akurasi peralatan, maka harus diambil tindakan terhadap
peralatan tersebut dan terhadap produk yang mungkin telah terkena akibatnya.
l. Bilamana software komputer dipergunakan dalam kegiatan pemantauan dan pengukuran, maka
kemampuan komputer tersebut diverifikasi sebelum digunakan.
Hak Pasien
1. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
2. Pasien mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau sesuai standar oprasional prosedur di klinik
3. Pasien berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
4. Pasien berhak memperoleh informasi dan edukasi mengenai pelayanan yang ada di
Klinik.
5. Pasien berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan.
6. Pasien berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang
akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap
7. Pasien berhak Mengajukan saran dan kritik guna peningkatan mutu pelayanan Klinik.
8. Mendapatkan data rekam medis, privasi, dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
9. Dalam pemeriksaan tertentu pasien diperbolehkan didampingi oleh keluarganya.
10. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di klinik.
11. Pasien diperbolehkan meminta pemeriksaan dengan renaga medis atau paramedis yang
sesuai dengan kompetensi yang ada di Klinik tanpa mengganggu tujuan pengobatan.
Kriteria Indikator
3 Pelayanan Gigi Input 1. Petugas pemberi layanan adalah dokter gigi 100%
2. Tersedia Alat Pelindung Diri
100 %
Proses Pengisian rekam medis gigi sesuai standar 80 %
operasional prosedur
5 Pencegahan dan Input 1. Ada ketua tim pencegahan dan pengendalian 100%
Pengendalian infeksi infeksi
2. Ketersediaan APD di klinik 100%
Proses Pelaksanaan SOP Kewaspadaan Universal. 100%
1. Indikator Kinerja
UMUM BPJS
BULAN CAPAIAN CAPAI
INDIKATOR TARGET ANGKA ANGKA (%) INDIKATOR TARGET ANGKA ANGKA (%)
TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN
NUARI Jumlah naik 2% Jumlah naik 1%
BRUARI kunjungan per peserta per
RET (orang) bulan (orang) bulan
RIL
I
NI
I
USTUS
PTEMBER
TOBER
VEMBER
SEMBER
a. Umum
1) Semua unit pelayanan melakukan pengukuran dan pemantauan terhadap kegiatannya.
2) Pemantauan dan pengukuran direncanakan sebelum dilaksanakan
3) Data kegiatan dikumpulkan untuk dianalisa .
4) Hasil pengukuran,pemantauan, dan analisa dipakai untuk :
a) Membuktikan kesesuaian proses pelayanan
b) Memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu
c) Melakukan perbaikan secara terus-menerus
d) Memastikan tercapainya sasaran mutu
5) Metode pengukuran, pemantauan, analisa, dan perbaikan dipastikan sesuai dengan tujuan.
6) Bila teknik statistik dipergunakan maka dipastikan mengikuti kaidah-kaidah yang benar dan termuat
dalam prosedur.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan mutu
berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program manajemen risiko mencakup dokter,
administrator, manajemen, pengawas dan karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau,
mengevaluasi dan pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan.
Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan.
5) Keuangan
a) Catatan keuangan dipeihara dengan baik
b) Pengelolaan keuangan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
6) Lain – lain
a) Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis menular, manajemen limbah.
b) Risiko terkait hukum dan peraturan
c) Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis menular, manajemen limbah.
Penilaian risiko merupakan proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yang
dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko.
3) Analisis risiko
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen risiko harus melakukan
analisa secara sistematis terhadap sistem kesehatan, organisasi Klinik, unit pelayanan dan semua unit
layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.
Menggunakan RCA dan FMEA )
4) Evaluasi risiko dan Ranking/ Kriteria Risiko ( 4 W 1 H )
Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk dikembangkan dalam daftar
prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi untuk menentukan
tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima Klinik.
Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko, yang menunjukkan bahwa
bila risiko diterima Klinik, maka harus berhasil dilaksanakan. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin
dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan persyaratan hukum.
Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
6) Kelola risiko
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat yang rusak,
memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur
pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan
risiko kerugian. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resiko
harus menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
i. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena Klinik tidak berani mengambil risiko dengan metode berikut.
(1) Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari risiko dengan cara:
(a) Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun hanya untuk sementara
(b) Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan kegiatan itu begitu diketahui
mengandung risiko.
7) Pendokumentasian
Proses manajemen risiko didokumentasikan dan dilaporkan kepada Pimpinan Klinik.
Hasil penilaian memenuhi atau melebihi standar layanan kesehatan. Hal ini baik, namun bila terjadi
terus menerus, maka standar pelayanan kesehatan harus diubah.
Hasil penilaian kurang atau tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan
kesenjangan antara standar layanan kesehatan dengan kenyataan kinerja Klinik.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keselamatan pasien Klinik adalah suatu sistem dimana Klinikmembuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu: keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di Klinik
Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila
tidak dilakukan dengan hati-hati.Di Klinik terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam.Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program
keselamatan pasien perlu dilakukan.Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan
keselamatan pasien tersebut.
2. Tujuan Pedoman
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Klinik
b. Meningkatnya akuntabilitas Klinik terhadap pasien danmasyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Klinik.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
3. Sasaran pedoman
Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut:
a. Ketepatan identifikasi pasien;
b. Peningkatan komunikasi yang efektif;
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana Klinik membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi : assestmentrisiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
5. Landasan Hukum
1. Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien
B. Standar Ketenagaan
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Tim Keselamatan pasien Klinik terdiri dari:
a. Pimpinan Klinik
b. Ketua Tim
c. Anggota Tim:
1) Dokter Umum
2) Dokter gigi
3) Petugas Pendaftaran
4) Bidan
5) Perawat umum dan perawat gigi
6) Apoteker
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Klinik harus ada sistem dan
mekanismemendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
Kriteria :
1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari Klinik.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan
keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan
primer dan tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses
koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Kriteria :
1) Setiap Klinik harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan
tujuan Klinik, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Klinik”.
2) Setiap Klinik harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan :pelaporan
insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
Kriteria :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden,
yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera”
(Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Klinik terintegrasi dan
berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yangterkena
musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk
keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan
informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “KejadianNyaris Cedera” (Near
miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasienmulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani “Kejadian Sentinel”
(Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
di dalam Klinik dengan pendekatan antar disiplin.
Kriteria :
a. Setiap Klinik harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
b. Setiap Klinik harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservicetraining
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Setiap Klinik harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar :
a. Klinik merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untukmemenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untukmemperoleh
data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemeninformasi
yang ada.
D. Metode
E. Langkah Kegiatan
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Klinik mengacu kepada standar keselamatan pasien,
maka Klinik Dwi Puspita Magelang selalu mengacu pada visi, misi, dan tujuan Klinik Dwi Puspita
Magelang, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah
Keselamatan Pasien Klinik”.
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien Klinik tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Klinik adalah sebagai berikut:
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien.Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan;
kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau
prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada
proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,
seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, alamat. Suatu proses kolaboratif digunakan
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan
situasi untuk dapat diidentifikasi.
Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)
Standar SKP III
Klinik mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert).
G. Logistik
Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang ketersediaan logistik, yang
antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk pencatatan dan
H. Pengendalian Mutu
Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Setiap unit kerja di Klinik mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh
Klinik.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien pada
formulir yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh
unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien merekomendasikansolusi
pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan Klinik.
5. Pimpinan Klinik melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan Pasien setiap
terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
6. Pimpinan Klinik melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di Klinik, terkait dengan
pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
I. Penutup
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Klinik makapelaksanaan
kegiatan keselamatan pasien Kliniksangatlah penting.Melalui kegiatan ini diharapkan terjadipenekanan
/ penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Klinik di
Indonesia.Program Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan budaya
termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.
A. Latar Belakang
Isu mengenai munculnya penyakit infeksi atau Emerging Infectious Diseases timbul sejak. Dua
tahun ini dengan adanya kekhawatiran akan terjadinya Pandemi Flu. Perkiraan akanterjadi pandemi
flu, baik akibat virus strain burung maupun virus infuensa lainnya, telah membuat sibuk para ahli
virologi, epidemiologi, pembuat kebijakan, maupun pihak pers dan masyarakat. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan “histeria” yang tak beralasan di kalangan masyarakat maupun komunitas tertentu,
bila tidak dilakukan persiapan upaya pencegahandan pengendalian infeksi. Komunitas di bidang
kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan termasuk kelompok berisiko tinggi untuk terpajan oleh
penyakit infeksi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Risiko tersebut meningkat secara signi_kan bila
terjadi wabah penyakit pernapasan yang menular, seperti SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome),
penyakit meningokokus, _u burung, dan lain-lain.SARS pertama kali diidenti_kasi di Cina pada bulan
November 2002. Tidak lama kemudian,terjadi wabah di dunia yang pada akhirnya menyebar ke 26
negara dengan jumlah penderita 8,098 orang dan dari jumlah tersebut, 774 orang meninggal dunia
(WHO, 2004). Jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi berkisar antara 20% sampai 60% dari semua
kasusinfeksi di seluruh dunia (WHO, 2005). Pada bulan April 2003, pemerintah Indonesia secara resmi
menyatakan SARS sebagai epidemi nasional, dengan total 2 kasus probable yang dilaporkan (tidak ada
korban jiwa). Pada bulan Juli 2003 WHO menyatakan wabah SARS telah berakhir. Tidak ada yang
mengetahui kapan pandemik SARS akan muncul kembali. Penyakit meningokokus adalah penyakit lain
yang menyebar melalui sekresi pernapasan.Penyakit ini muncul secara berkala (musiman) dan dapat
terjadi di seluruh dunia, dengan jumlah kasus terbanyak ditemukan di Afrika. Dalam 30 tahun terakhir,
di Asia pernah terjadi wabah penyakit meningokokus, yaitu di China (1979 dan 1980) dan Vietnam
(1977).Penularan Flu burung subtipe H5N1 yang patogenitasnya tinggi pada manusia, tercatat pertama
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menyiapkan agar fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas dapat menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat
dari penularan penyakit menular (EmergingInfectious Diseases) yang mungkin timbul, khususnya dalam
menghadapi kemungkinan pandemi infuenza.
2. Tujuan Khusus:
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan di fasilitas kesehatan, mengenai :
a. Konsep Dasar Penyakit Infeksi
b. Fakta-Fakta Penting Beberapa Penyakit Menular
c. Kewaspadaan Isolasi (Isolation Precautions)
d. Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Klinik Dwi Puspita Magelang
e. Petunjuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Pengunjung
f. Kesiapan Menghadapi Pandemi Penyakit Menular (Emerging Infectious Diseases)
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Klinik Dwi Puspita Magelang dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap pasien yang menderita
penyakit menular melalui udara (airborne). Dengan pengalaman yang sudah ada dengan pelayanan
pasien SARS, pedoman ini dapat juga diterapkan untuk menghadapi penyakit-penyakit infeksi lainnya
(Emerging InfectiousDiseases) yang mungkin akan muncul di masa mendatang, baik yang menular
melalui droplet,udara atau kontak.
2) Infeksi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme),dimana terdapat
respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
3) Penyakit infeksi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi(organisme) yang disertai adanya
respon imun dan gejala klinik.
Penyebab
Human Immunode_ciency Virus, sejenis retrovirus yang terdiri atas 2 tipe: tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2
(HIV-2).
Cara penularan
HIV menular dari orang ke orang melalui kontak seksual yang tidak dilindungi, baik homo maupun
heteroseksual, pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi, kontak kulit yang lecet dengan bahan
infeksius, transfusi darah atau komponennya yang terinfeksi, transplantasi organ dan jaringan. Sekitar
15-35 % bayi yang lahir dari ibu yang HIV(+) terinfeksi melalui placenta dan hampir 50% bayi yang
disusui oleh ibu yang HIV(+) dapat tertular. Penularan juga dapat terjadi pada petugas kesehatan yang
tertusuk jarum suntik yang mengandung darah yang terinfeksi.
Masa Inkubasi
Bervariasi tergantung usia dan pengobatan antivirus. Waktu antara terinfeksi dan terdeteksinya antibodi
sekitar 1-3 bulan namun untuk terjadinya AIDS sekitar < 1 tahun hingga > 15 tahun.
Tanpa pengobatan efektif, 50% orang dewasa yang terinfeksi akan menjadi AIDS dalam waktu 10
tahun.
Gejala Klinis
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5 sampai 10
tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan
menunjukkan gejala-gejala seperti:
• Penurunan berat badan secara drastis
• Diare yang berkelanjutan
• Pembesaran kelenjar leher dan atau ketiak
• Batuk terus menerus
Gejala klinis lainnya tergantung pada stadium klinis dan jenis infeksi oportunistik yang terjadi.
Masa penularan
Tidak diketahui pasti, diperkirakan mulai sejak segera setelah terinfeksi dan berlangsungseumur hidup.
Cara pencegahan
Menghindari perilaku risiko tinggi seperti seks bebas tanpa perlindungan, menghindari penggunaan alat
suntik bergantian, melakukan praktek transfusi dan donor organ yang aman serta praktek medis dan
prosedur laboratorium yang memenuhi standar.
2) Tuberkulosis
Penyebab
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh kuman atau basil tahan asam (BTA) yakni Mycobacterium
tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahanhidup
beberapa hari di tempat yang lembab dan gelap. Beberapa jenis Mycobacterium lainjuga dapat
menyebabkan penyakit pada manusia (Matipik). Hampir semua organ tubuhdapat diserang bakteri ini
seperti kulit, kelenjar, otak, ginjal, tulang dan paling sering paru.
Cara penularan
Penyakit TB paru termasuk relatif mudah menular dari orang ke orang melalui droplet nuklei.
Bila seseorang batuk, dalam sekali batuk terdapat 3000 percikan dahak (droplets) yang mengandung
kuman yang dapat menulari orang lain disekitarnya.
Masa inkubasi
Sejak masuknya kuman hingga timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tuberkulosis positif
memerlukan waktu antara 2-10 minggu. Risiko menjadi TB paru (breakdown) dan TB ekstrapulmoner
Masa penularan
Pasien TB paru berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA.
Pada umumnya kemampuan untuk menularkan jauh berkurang apabila pasien telah menjalani
pengobatan adekuat selama minimal 2 minggu. Sebaliknya pasien yang tidak diobati atau diobati secara
tidak adekuat dan pasien dengan “persistent AFBpositive” dapat menjadi sumber penularan sampai
waktu lama. Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, virulensi kuman,
terjadinya aerosolisasi waktu batuk atau bersin dan tindakan medis berisiko tinggi seperti intubasi,
bronkoskopi.
Gejala klinis
Gejala klinis penyakit TB paru yang utama adalah batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu
atau lebih, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, badan lemah, sering demam, nafsu makan
menurun dan penurunan berat badan.
Pengobatan
1. Pengobatan dengan kombinasi obat anti tuberkulosis (OAT), dengan metode DOTS ( Directly Observed
Treatment Shortcourse), pengobatan dengan regimen jangka pendek dibawah pengawasan langsung
Pengawas Minum Obat (PMO).
2. Untuk pasien baru TB BTA (+), WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2
bulan terdiri dari Rifampisin, INH, PZA dan Etambutol diikuti INH dan rifampisin 3 kali seminggu selama
4 bulan.
Cara pencegahan
1. Penemuan dan pengobatan pasien merupakan salah satu cara pencegahan dengan menghilangkan
sumber penularan.
2. Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi memberikan daya perlindungan
yang bervariasi tergantung karakteristik penduduk, kualitas vaksin dan strain yang dipakai. Penelitian
menunjukkan imunisasi BCG ini secara konsisten memberikan perlindungan terhadap terjadinya
meningitis TB dan TB milier pada anak balita.
3. Perbaikan lingkungan, status gizi dan kondisi sosial ekonomi juga merupakan bagian dari usaha
pencegahan.
4. Di negara maju dengan prevalensi TB rendah, setiap pasien TB paru BTA positif ditempatkan dalam
ruang khusus bertekanan negatif. Setiap orang yang kontak diharuskan memakai pelindung pernapasan
1. Kebersihan Tangan
a. Pengertian
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai
penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi
resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting
terhadap timbulnya wabah ( Boyce dan Pittet, 2002)
Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek membersihkan tangan adalah untuk
mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan. Tujuan kebersihan tangan adalah untuk
menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada
kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah
mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalampermukaan kulit yaitu staphylococcus
epidermidis. Selain memahami panduan dan rekomendasi
untuk kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari
kebersihan tangan terutama keterbatasan, pemakaian sarung tangan.
1) Mencuci tangan adalah : Proses yang secara mekanik melepaskan
2) Kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
3) Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan
permukaan lingkungannya (misalnya meja periksa, lantai atau toilet). Organisme ini tinggal di lapisan
luar kulit dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air mengalir.
4) Air bersih adalah Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk
diminum, serta untuk pemakaian lainnya (misalnya mencuci tangan dan membersihkan instrumen
medis) karena memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air bersih
harus bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah (jernih, tidak berkabut)
5) Sabun :Produk-produk pembersih (batang, cair, lembar atau bubuk) yang menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang menempel
sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara
Penggunaan handrub antiseptik untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh dengan sabun biasa
dan air. Antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta menghasilkan Handrub antiseptik juga berisi
emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol yang melindungi dan melembutkan kulit.
2) Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah
(jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara,
batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung
atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker
tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kasa, kertas dan bahan sintetik
yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang dibuat dari katun atau kertas sangat nyaman
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui airborne maupun dropletUS National Institute for OccupationalSafety dan Health (NIOSH),
disetujui oleh European CE, atau standard nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut
dari negara yang memproduksinya. Masker menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar
pada wajah pemakainya.
Langkah 1
Genggamlah respirator dengan satu tangan,
posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung
jari-jari Anda, biarkan tali pengikat respirator
menjuntai bebas di bawah tangan Anda.
Langkah 2
Posisikan respirator di bawah dagu Anda dan
sisi untuk hidung berada di atas.
Langkah 3
Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan
posisikan tali agak tinggi di belakang Pimpinan
Anda di atas telinga.
Tariklah tali pengikat respirator yang bawah
dan posisikan tali di bawah telinga.
Langkah 4
Letakkan jari-jari kedua tangan Anda di atas
bagian hidung yang terbuat dati logam.
Tekan sisi logam tersebut (Gunakan dua
jari dari masing-masing tangan) mengikuti
4) Gaun Pelindung/Apron
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau
seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit
petugas kesehatan dari pasien yang menderita penyakit menular tersebut, atau pada saat melakukan
pembersihan dari cairan tubuh pasien yang tumpah di suatu tempat.
2. Masker
a) Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah Pimpinan dan leher
b) Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik.
4. Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi.
1 Sarung tangan
4 Masker
d. Pengelolaan Linen
Perhatian :
(a) Angkut linen dengan hati-hati. Angkut linen kotor dalam wadah/kantong tertutup. Pastikan linen
diangkut dengan dan diolah dengan aman dengan melakukan pemisahan menurut klasifikasinya.
(b) Petugas kesehatan harus menggunakan APD yang memadai saat mengangkut linen kotor.
4. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan pengendalian infeksidi rumah
sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan. Limbah dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya
dapat berupa yang telah terkontaminasi (secara potensial sangat berbahaya) atau tidak terkontaminasi.
Sekitar 85 % limbah umum yang dihasilkan dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya tidak
terkontaminasi dan tidak berbahaya bagi petugas yang menangani, namun demikian penanganan
limbah ini harus dikelola dengan baik dan benar.
Sedangkan limbah terkontaminasi (biasanya membawa mikroorganisme), jika tidak dikelola secara
benar akan dapat menular pada petugas yang menyentuh limbah tersebut termasuk masyarakat pada
umumnya. Limbah terkontaminasi adalah semua limbah yang telah terkontaminasi dengan darah,
b. Pengelolaaan limbah
Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari sebagai berikut :
1. Padat
2. Cair
3. Tajam
4. Infeksius
5. Non infeksius
c. Pemisahan
Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
Limbah cair segera dibuang ke wastafel di spoelhoek
1) Limbah padat infeksius:
plastik kantong kuning
kantong warna lain tapi diikat tali warna kuning
2) Limbah padat non infeksius:
plastik kantong warna hitam
3) Limbah benda tajam:
wadah tahan tusuk dan air
Hal yangharus diperhatikanTempat sampah ( LIMBAH) :
Kantong pembuangan diberi label atau sesuai jenis limbah Packing
a. Tujuan
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah
untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau
mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung
dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan
kecelakaan kerja dapat dicegah.
Pelaksanaan:
1) Petugas menyiapkan spill kit dan memasang tanda peringatan
2) Petugas memakai APD (masker, kacamata, celemek/apron)
3) Petugas menyiapkan plastic kuning untuk limbah medis
Pelaksanaan
1) sterilisasi dengan cara rebusmensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai
mendidih (1000c) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan
karet.
2) sterilisasi dengan cara stoommensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan
waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alattenun,obat-obatandan lain-lain.
3) Sterilisasi dengan cara panas keringmensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi.
Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
4) Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimiamensterikan peralatan dengan menggunakan
bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila
kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
Perhatian
1) Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
2) Peralatan harus bersih dan masih berfungsi
3) Peralatan yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan,
tanggal dan jam disterilkan.
4) Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehinggaseluruh bagian dapat
disterilkan.
5) Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan
disterilkan).
6) Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk
mensterilkan selesai.
7) Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril
8) Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
9) Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.
10) Alat disterilkan kembali bila sudah 3 hari tidak dipakai
a. Etika batuk :
1) Tutup hidung dan mulut dengan sapu tangan atau tisu atau lengan baju
2) Segera buang tisu yang sudah dipakai ke tempat sampah
3) Cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau pencucu tangan berbasis alkohol
4) Gunakan Masker .
Hal ini sangat perlu di tekankan pada semua pasien juga petugas kesehatan yang ada di Klinik Dwi
Puspita Magelang
BAB IX
A. Latar Belakang
Untuk menilai kinerja pelayanan di Klinik Dwi Puspita Magelang perlu dilakukan audit internal. Dengan
adanya audit internal akan dapat diidentifikasi kesenjangan kinerja yang menjadi masukan untuk
melakukan perbaikan dan penyempurnaan baik pada sistem pelayanan maupun sistem manajemen.
Audit internal dilakukan oleh tim audit internal yang dibentuk oleh Pimpinan Klinik dengan berdasarkan
pada standar kinerja dan standar akreditasi yang digunakan.
B. Tujuan Audit
Pada dasarnya audit merupakan instrumen bagi manajemen untuk membantu mencapai visi, misi dan
tujuan organisasi dengan cara mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan berupa data,
hasil analisa, penilaian, rekomendasi auditor sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan atau perubahan.
C. Pengertian Audit
Audit merupakan kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui interaksi secara
sistematis (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada penarikan kesimpulan),
objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas penggalian nilai atau manfaat dengan cara
membandingkan antar standar yang telah disepakati bersama dengan apa yang
dilaksanakan/diterapkan di lapangan.
Audit merupakan proses yang sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit
dan menilai secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi.
Kriteria audit adalah kriteria yang digunakan untuk melakukan audit berdasarkan standar yang
digunakan dalam penilaian audit.
D. Manfaat Audit
Pengambilan keputusan untuk perbaikan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas fungsi organisasi.
E. Jenis Audit
Dikenal ada dua jenis audit, yaitu: audit eksternal dan audit internal. Audit eksternal adalah penilaian
yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi menggunakan standar tertentu. Akreditasi Klinik/Klinik
merupakan salah bentuk audit ekternal yang dilakukan berdasarkan standar akreditasi oleh Komisi
Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Audit internal adalah suatu proses penilaian yang
dilakukan di dalam suatu organisasi oleh auditor internal yang juga adalah karyawan yang bekerja pada
organisasi tersebut, untuk kepentingan internal organisasi tersebut.
G. Aktifitas Audit
Proses pelaksanaan audit terdiri dari kegiatan untuk: Memastikan (konfirmasi dan verifikasi); Menilai
(mengevaluasi dan mengukur); dan Merekomendasi (memberikan saran/masukan). Ketiga kegiatan ini
umumnya dilakukan oleh auditor dengan cara:
1) Telaah dokumen
2) Observasi
3) Meminta penjelasan dari auditee (yang di-audit)
4) Meminta peragaan dilakukan oleh auditee
5) Membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria
6) Meminta bukti atas suatu kegiatan/transaksi
7) Pemeriksaan secara fisik terhadap fasilitas
8) Pemeriksaan silang (cross-check)
9) Mengakses catatan yang disimpan auditee
10) Mewawancarai auditee
11) Menyampaikan angket survey
12) Menganalisis data
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada pelaksanakan audit dilakukan dengan berbagai metoda, antara lain adalah:
1) Mengamati proses pelaksanakan kegiatan
2) Meminta penjelasan kepada auditee
3) Meminta peragaan oleh auditee
4) Memeriksa dan menelaah dokumen
5) Memeriksa dengan menggunakan instrumen daftar tilik
6) Mencari bukti-bukti
7) Melakukan pemeriksaan silang
8) Mewawancarai auditee
9) Mencari informasi dari sumber luar
10) Menganalisis data dan informasi
11) Menarik Kesimpulan
d. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan fakta yang diperoleh pada waktu proses
pengumpulan data dengan kriteria audit yang telah ditetapkan. Bila ditemukan kesenjangan antara
fakta dengan kriteria audit, maka auditor bersama auditee melakukan analisis lebih lanjut untuk
mengenal penyebab timbulnya kesenjangan.
BAB IX
PENUTUP
Demikian pedoman mutu ini dibuat dan telah disahkan oleh Pimpinan Klinik untuk dijadikan acuan
dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan sistem manajemen mutu serta
BAB X
LAMPIRAN
Pada bab ini berisi lampiran – lampiran contoh format yang di gunakan dalam penyusunan
dokumen akreditasi Klinik Dwi Puspita Magelang menacu pada pedoman penyusunan dokumen
akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP ) Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2018
sebagai berikat :
KLINIK MENIK
KABUPATEN DEMAK
TENTANG
kebutuhan masyarakat;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Manajemen Klinik;
Menetapkan :
KEDUA : Jenis – jenis, jadual dan penanggung jawab pelayanan yang disediakan
Ditetapkan di Demak
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pangkat
NIP xxxxxxxxxxxxxxxxxx
D. JENIS PELAYANAN
6. Pelayanan persalinan
8. Pelayanan Kefarmasian
9. Pelayanan Laboratorium
3. Kesehatan Kerja;
5. Kesehatan Jiwa;
7. KesehatanLansia
8. Pembinaan Batra
B. JADWAL PELAYANAN
PENANGGUNG
NO JENIS PELAYANAN HARI JAM JAWAB
PELAYANAN
XXXXXXXXXXXXXX
Pangkat
NIP XXXXXXXXXXXXXXXXX
a. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan
mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2009 Negara memiliki kewajiban untuk menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera,
tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Klinik diharapkan mampu
menjadi garda terdepan dari pelayanan pemerintah yang ada ditengah-tengah masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh Klinik seharusnya mampu mengakomodir kebutuhan dari masyarakat.
b. Latar belakang
Semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan membawa konsekuensi bagi
Klinik untuk meningkatkan sistem manajemen pelayanan Klinik yang baik. Oleh sebab itu Klinik harus bisa
memberikan pelayanan yang berkualitas seperti cepat dan akurat. Selain itu harus dapat menjamin
terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamaan pasien.
Melihat data yang ada, kunjungan masyarakat ke Klinik Menik 1 dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2015, kunjungan masyarakat ke Klinik Menik 1 sebesar …….
Angka ini meningkat dibanding tahun 2014 sebanyak …….. Oleh karena
itu kami yakin bahwa masyarakat akan tetap dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan Klinik.
1 Survei Persiapan
pelaksanaan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Persiapan MMD
balik;
3 Minlok 3
bulan
4 Kotak saran
2 Survei Survei
Kebutuhan dan
Harapan
5 Lain - lain
5 Lain - lain
2018
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Survei
Mawas Diri
3 Minlok 3x X X
bulan
4 Kotak saran x
Setiap kegiatan yang tercantum dalam jadwal pelaksanaan dievaluasi. Evaluasi terhadap jadwal kegiatan
nomor 1 sampai 2 dilakukan oleh Pimpinan Klinik, sedangkan kegiatan nomor 3 sampai 7 dilakukan oleh
Ketua tim survei .
Notulen
NAMA NAMA
NIP NIP
Halaman : 1/3
1. Pengertian Injeksi intra muskular adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat ke dalam jaringan otot menggunakan spuit injeksi dilakukan pada
otot pangkal lengan atau otot paha bagian luar yaitu 1/3 tengah paha
sebelah luar.
2. Tujuan memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot agar cepat terserap oleh
tubuh.
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
7. Bagan Alir
DAFTAR TILIK
Tanggal Penilaian :
Petugas Penilai :
No Pertanyaan Ya Tidak
5.
Petugas memilih area penusukan yang bebas dari lesi dan
6.
peradangan
Petugas membersihkan area penusukan menggunakan kapas alkohol
10.
Jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit
11.
Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
12. Petugas mengganti penusukan ke tempat lain
13. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
14. Petugas mencabut jarum
15. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
16. Petugas memberitahu kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai Petugas
membuang sampah medis pada tempatnya
17.
Petugas mencatat tindakan dalam rekam medis
20.
21
22
JUMLAH
PENILAI,
NAMA.......
No Keluhan Tanggal Media Rencana Pelaksanaan Tanggal Penanggung Evaluasi thd Keterangan
yang Tindak Lanjut jawab/pelak pelaksanaan
digunak sana tindak lanjut
an
1 Kamar 25 Maret Kotak Memanggil Petugas sudah
mandi umum 2016 saran petugas diberi
di kebersihan pengarahan
Klinik Membuat untuk
licin tidak checklist melakukan
pernah kebersihan kebersihan
dibersihkan kamarmandi minimal 2 kali
Menunjuk sehari
petugas Check list sudah
supervison disusun
Petugas
supervisor
harian sudah
No Tgl Keluhan/Umpan Nama Media yang Analisis Tanggapan Tanggal Disampai Petugas yang Keterangan
balik pelanggan digunakan kan menyampaikan
melalui tanggapan
media
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Klinik
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan
demikan Klinik berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Klinik terdiri dari Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya
Kesehatan Masyarakat. Upaya Kesehatan Masyarakat terdiri dari upaya Kesehatan masyarakat esensial
dan pengembangan, kegiatan tersebut merupakan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan. Upaya Kesehatan Masyarakat esensial adalah Promosi kesehatan, Kesehatan
Lingkungan, KIA dan KB, P2M serta pengobatan. Adapun Upaya Kesehatan Pengembangan ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat setempat serta disesuaikan dengan
kemampuan Klinik.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka Klinik harus melaksanakan manajemen dengan
baik. Manajemen Klinik terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
berkesinambungan.
Pada dasarnya sebuah kegiatan akan berhasil apabila perencanaan yang disusun berdasarkan masalah
yang ada di. Dalam menyelesaikan masalah harus mempertimbangkan potensi dan sumber daya yang
dimiliki. Selain itu perencanaan kegiatan dilakukan dari organisasi paling bawah atau disebut bottom up
planning. Klinik sebagai ujung tombak institusi pelayanan kesehatan dilapangan dituntut untuk dapat
menyusun perencanaan dengan baik berdasarkan prioritas masalah dengan berdasarkan potensi dan
sumber daya yang dimiliki.
Untuk mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan Kabupaten Sleman serta visi dan misi Klinik maka
perlu disusun sebuah dokumen perencanaan yang komprehensif. Perencanaan tersebut berupa
penjabaran
B. Pengertian PTP
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya
yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan Tingkat Klinik diartikan sebagai
proses penyusunan rencana kegiatan Klinik pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara
sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Perencanaan Tingkat Klinik mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam upaya Kesehatan wajib,
Upaya Kesehatan Pengembangan
dan Upaya Kesehatan Penunjang, Perencanaan ini disusun oleh Klinik sebagai Rencana Tahunan
Puskemas yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah maupun sumber dana yang lain.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Tersusunnya Rencana usulan Kegiatan ( RUK ) tahun 2014 dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian
masalah kesehatan masyarakat.
b. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan ( RPK ) tahun 2014 yang terpadu terarah dan sesuai dengan
masalah khas yang ada di Klinik .................(Specific local area).
D. Manfaat
1. Pedoman untuk mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan Klinik pada tahun mendatang untuk
meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam rangka mengatasi
masalah-masalah yang ada diwilayah kerja Klinik.
b. Data derajat kesehatan yang meliputi angka kematian, data kesakitan, dan data
status gizi.
kegiatan promosi kesehatan, keadaan lingkungan, Kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, surveilans dan kegiatan pendukung lainnya.
2. Sumber Data
b. Dokumen Kantor Desa, Klinik Pembantu, kantor PLKB Kecamatan, dan Kecamatan.
1. Visi
“Terwujudnya Klinik ................. Bermutu, Tangguh dan Terpecaya Menuju Sambung macan.... Sehat”
a. Meningkatkan pelayanan medik dasar dan rujukan yang bermutu dan terjangkau.
3. Strategi
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara berkelajutan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan.
ANALISIS SITUASI
A. Umum
1. Data Geografis
2. Data Demografi
Seiring bertambahnya tahun, terjadi peningkatan jumlah penduduk di wilayah kerja Klinik ............... Hal
tersebut dapat
dilihat pada tahun 2010 sebanyak 18.303 jiwa, tahun 2011 sebanyak 18.559 jiwa dan tahun 2012
sebanyak 18.788 jiwa. Pada tahun 2012 dengan prosentase jumlah penduduk perempuan lebih banyak,
yaitu 50,41 % sedangkan laki-laki sebanyak 49,59% . Sehingga Klinik saat ini diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tepat sasaran terhadap penduduk di wilayah
Tabel 2.1
No
Pendidikan Jumlah Jumlah
(%) (%)
(jiwa) (jiwa)
2. Tidak tamat
1.940 10,45 1.909
SD/Sederajat
10,16
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Desa Berdasarkan Mata Pencaharian
Wilayah Kerja Klinik ...................
3. Ketenagaan
Informasi ketenagaan atau sumber daya manusia diperlukan bagi perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan serta pengelolaan
kepegawaian. Jumlah tenaga kesehatan di Klinik ...................tahun 2012 sebanyak ........... orang.
Tabel 2.3
Sesuai Tenaga
Peraturan Nama Jabatan Kebutuhan Yang Kekurangan Ket
B Ka Sub Bagian 1 0 1
Tata Usaha
1 0 1
1. Pengadminist
rasian Umum
dan
Kepegawaian
2. Pengadminist
2 0 2
Total Jumlah
Pemegang 14 3 11
Jabatan
Tabel 2.4
Kebutuhan Jabatan Fungsional Tertentu
Klinik ................... Tahun 2014
Sesuai Peraturan Bupati ..................................
2 Dokter Gigi 1 0 1
3 Pranata Laboratorium 1 1 0
Kesehatan
4 Perawat 5 5 0
6 Perawat Gigi 1 1 0
7 Sanitarian 1 1 0
8 Asisten Apoteker 1 1 0
9 Nutrisionist 1 1 0
10 Epidemiolog 1 1 0
Kesehatan
11 Penyuluh Kesehatan 1 1 0
masyarakat
12 Rekam Medis 1 0 1
Total Jumlah
22 19 3
Pemegang Jabatan
a. Situasi keuangan
Dari tahun ke tahun pendapatan di Klinik ................
Silpa Askes
5 - - 5.189.240
PNS
Pengadaan obat esensial masih disubsidi dari gudang farmasi, tetapi apabila terdapat jenis obat ataupun
reagen yang sering dibutuhkan pasien sementara gudang farmasi tidak menyediakan ataupun hanya ada
dalam jumlah terbatas, Klinik melakukan pengadaan sendiri dengan dana operasional yang ada di Klinik
dengan persetujuan gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten ...................... Sedangkan bahan pakai
habis untuk
operasional Klinik seperti kertas, pita, tinta printer, kertas resep, dan lain-lain dilakukan pengadaan sendiri
dengan dana operasional Klinik.
EKG Digital 1 1 1
USG - - -
Rontgen - - -
5. UKBM
UKBM adalah Upaya Kesehatan yang direncanakan, dibentuk, dikelola dari, oleh an untuk masyarakat
dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan daerahnya. UKBM yang ada didesa terus dikembangkan
untuk peningkatan pemberdayaan masyarakat di desa tersebut. Lingkup UKBM, antara lain sebagai
berikut :
2 Posyandu Usila/lansia 7 7 7
3 PPMD 2 2 2
4 Toga 4 4 4
5 Karang Taruna 4 4 4
6 UKGMD 4 4 4
7 UKS/UKGMD 17 17 17
8 Poskestren 1 2 2
Distribusi penduduk menurut kelompok sasaran program kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jumlah Sasaran
No Kelompok Sasaran
2010 2011 2012
3. Bumil risti 75 39 26
Khusus
1. Mortalitas
Tabel 2.6
Angka Kematian
Di wilayah Klinik ...................
Tabel 2.7
Berdasarkan keadaan penyakit menular diatas menunjukkan keadaan sebagai berikut : penyakit TBC
ditemukan 7 kasus pada tahun 2012, keadaan ini masih jauh dari target sebesar 12 kasus dan ditemukan
2 kematian akibat TBC BTA(+). Hal ini membuktikan perlunya kewaspadaan terhadap penyakit menular
untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular.
Tabel 2.8
Sepuluh Besar Penyakit
di Klinik ...............................
4. KLB
Tabel 2.9
Hasil Kegiatan Surveilans
1 JUMLAH KLB 3 2 1
Tabel 2.10
Masalah Gizi
Klinik .......................
Hasil
NO MASALAH GIZI
2010 2011 2012
1 Gizi Buruk 6 8 9
2 BGM 14 13 13
5 Gizi Lebih - 12 12
6. Cakupan Program
Tabel 2.11
Capaian Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan
Klinik ...................
Hasil
(%) Target
No Kegiatan
2010 2011 2012 SPM
3 Jumlah penyuluhan
4 Sekrening siswa SD
100 100 100 100
kelas 1
5 Pemeriksaan Kesehatan
0 96,6 100 50
siswa SMP/SMA
Tabel 2.12
Hasil Pengkajian Rumah tangga Ber-PHBS
Klinik ...................
Tahun Tahun Tahun Target
No Desa
2010 2011 2012 SPM
2) Kesehatan Lingkungan
Hasil
(%) Target
No Kegiatan SPM
2010 2011 2012
(%)
7 ABJ 90,2
85,75 90,70 95
5
10 STBM 0 0 25 100
Tabel 2.14
Klinik .....................
2 Penemuan Penderita
9% 0,42% 0,37% 100%
Pneumonia Balita
Tabel 2.15
Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak
Klinik ...................
Hasil Target
No Kegiatan
2010 2011 2012 SPM
3 Jumlah Kematian
Ibu maternal 2 0 orang 0 102/100.00
orang 0
5 Kunjungan Bayi
( SDIDTK 4x ) 74,51 100% 90,1% 95 %
%
9 Persalinan
ditolong Nakes 100 % 100% 100% 99,3 %
12 Ibu Hamil
Mendapat Fe3 88,89 83,45% 97,25% 80 %
%
13 Bumil
risti/Komplikasi 100 % 100% 100% 100 %
ditangani
Hasil cakupan kegiatan program gizi dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut :
Tabel 2.16
Klinik ...................
Hasil % Target
No Cakupan
2010 2011 SPM
2012
Tabel 2.17
Klinik ........................
HASIL(%)
NO KEGIATAN Target
2010 2011 2012
1 Cakupan pelayanan
Kesehatan pra usila 82,69 61,68 71 70%
dan usila
2 Cakupan pembinaan
100 100 73 70%
Pra usila dan usila
3 Cakupan
Pelaksanaan senam 100 100 100 50%
usila
Tabel 2.18
Klinik ...................
3 Status Gizi
Klinik .........................
P : 70 P : 78
3 Status Gizi
d. Kurus sekali 0% 0%
4 Tajam Penglihatan
6 Anemia 0% 1,91%
Tabel 2.20
Hasil Kegiatan UKS
Klinik ......................
1 Strata UKS
- Strata Minimal 17 17 17
- Strata Standar 0 0 0
2 Pembinaan sekolah 0 0 4
Sehat
Tabel 2.21
Jumlah Kunjungan Jiwa
Klinik ..........................
Jumlah Kasus
No Cakupan Ket
2010 2011
2012
1 Gangguan metal 0 0 2
Organik
2 Gangguan 0 0 1
penggunaan napza
3 Skizofrenia dan 10 32 36
psikotik
5 Gangguan Bipolar 0 0 3
6 Gangguan depresif 6 35 9
7 Gangguan Neurotik 4 0 9
8 Retardasi Mental 0 0 0
10 Epilepsi 10 39 31
Kegiatan kesehatan mata masyarakat dilaksanakan secara pasif dan aktif. Kegiatan pasif meliputi
pelayanan kesehatan mata yang include pada kegiatan pengobatan rawat jalan, sedangkan kegiatan aktif
meliputi skreening gangguan refraksi pada anak sekolah. Selain itu, bila ada kegiatan bakti social operasi
katarak gratis yang dilakukan oleh persatuan profesi atau instansi tertentu, Klinik juga berkoordinasi
dalam penjaringan pasien.
Klinik .......................
HASIL
NO KEGIATAN Ket
2010 2011 2012
1 Pterigium 1 0 0
3 Keratitis 3 0 42
4 Katarak 41 50 48
5 Glaukoma 11 21 9
6 Gg Refraksi 18 33 43
7 Kebutaan 0 0 5
10) Surveilans
Tabel 2.23
Hasil Kegiatan Surveilans
Klinik ..........................
Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas dari Departemen Kesehatan yang merupakan
nilai efektifitas yang tinggi dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit –
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Hasil (%)
Target
NO Jenis imunisasi
SPM
2010 2011 2012
10 Cakupan Imunisasi
110 100 95,65 85
campak Balita
14 TT3 0 50 13,4
Klinik .....................
HASIL
NO KEGIATAN Target
2010 2011 2012
1 Cakupan Perkesmas pd
0% 16,7% 101,3 100%
klg rawan dg Bumil Risti
2 Cakupan Perkesmas pd
0% 26,5% 260,9 100%
klg rawan dg Bayi risti
3 Cakupan Perkesmas pd
0% 10% 104,7 100%
klg rawan dg balita Risti
4 Cakupan Perkesmas pd
klg rawan dg Usia 0% 7,5% 88,4 100%
Lanjut
5 Cakupan Perkesmas pd
klg rawan dg penyakit 0% 16,9% 112,9 100%
Kronik
6 Cakupan Perkesmas pd
klg rawan dg gangguan 0% 13% 166,7 100%
Jiwa
b. Pelayanan Pengobatan
Tabel 2.26
Kunjungan Pasien
Di Klinik ..........................
HASIL
NO JENIS PASIEN
2010 2011 2012
JUMLAH
NO JENIS PELAYANAN
2011 2012
4 Pemeriksaan Caten 98 87
6 Jahit luka 29 15
8 Exterpasi Nail 3 3
9 Injeksi 0 4
10 O2 0 1
11 Cerumen Prop 1 18
13 L epas Jahitan 41 47
Cakupan pelayanan poli gigi dari tahun ke tahun mengalami kecenderungan meningkat seperti terlihat
pada tabel berikut :
4 Cakupan TK
43% 100% 100% 100%
UKGS
5 Rasio Tambal
157% 76% 197:128 1:1
Cabut
7 Cakupan
Pelayanan 10% 12% 7,35 % 4%
Kesehatan Gigi
3) Pelayanan Laboratorium
Pemeriksaan sediaan BTA dalam tahun 2012 tidak dilaksanakan PME( Pemantapan Mutu Eksternal /
kroscek) dari BLK. Sediaan darah Malaria tidak ada kesalahan dalam pemeriksaan.
HASIL
NILAI
NO KEGIATAN Ket
MAKS
2010 2011 2012
1 Transparansi 28 12 18 21
2 Partisipasi 52 38 39 41
3 Akuntabilitas 68 34 41 47
5 Manajemen mutu 13 8 9 11
Operasional dan
6 68 46 57 63
Sumberdaya
7 Promosi kesehatan 88 88 71 73
8 Kesehatan Keluarga 84 67 73 75
9 Gizi 60 48 49 57
Kesehatan
10 88 65 72 74
Lingkungan
11 P2M 52 45 42 38
12 Surveilans 28 23 25 26
14 Yankeskin 18 10 15 17
NILAI RATA-RATA
NO UNSUR PELAYANAN
2011 2012
h. MANUAL MUTU
A. Latar Belakang
1. Profil Organisasi
b. Visi organisasi
c. Misi organisasi
d. Struktur organisasi
e. Motto
f. Tata nilai
2. Kebijakkan mutu
masyarakat.....................dst
Meliputi :
a. Persyaratan umum
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi Klinik dalam membangun sistem manajemen mutu baik
untuk penyelengaraan UKM maupun untuk penyelenggaraan pelayanan klinis.
Landasan Hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah : ( sebutkan peraturan
yang terkait dengan Klinik) Contoh :
b. Kepmenkes.....................................
a. Pelanggan
b. Kepuasan Pelanggan
d. Koreksi
e. Tindakana korektif
f. Tindakan preventif
g. Pedoman Mutu
h. Dokumen
i. Rekaman
j. Efektivitas
k. Efesiensi
l. Proses
m. Sasaran mutu
n. Perencanaan Mutu
o. Kebijakan mutu
p. Sarana
A. Persyarataan umum
B. Pengendalian Dokumen
Dokumen Level 4 : Rekaman – rekaman sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan,
pedoman dan prosedur.
Pimpinan Klinik, Penanggung jawab manajemen mutu, Penanggung jawab Upaya, Penanggung jawab
pelayanan Klinis dan seluruh karyawan Klinik bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh persyaratan
yang ada di manual mutu ini.
Monitoring
Seluruh karyawan berkomitmen untuk menyelengarakan pelayanan yang berfokus pada pelanggan,
memperhatikan keselamatan pelanggan dan melakukkan penyempurnaan yang berkelanjutan. Kebijakan
mutu dituangkan dalam surat keputusan Pimpinan Klinik yang meliputi kebijakan mutu pelayanan Klinis
dan kebijakan mutu pelayanan UKM.
Pelayanan klinis
Disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, hak dan kewajiban pelanggan serta
upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan. Perencanaan mutu Klinik dan keselamatan pasien
berisi program-program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi :
Melaporkan kepada manajemen ttg kinerja dari sistem manajemen mutu dan kinerja pelayanan.
Melaporkan kepada manajemen ttg kinerja dari sistem manajemen mutu dan kinerja Klinik.
I. Komunikasi internal.workshoop
Komunikasi Internal dilakukan denngan cara ( mini lokakarya), pertemuan, diskusi, email, sms, memo
dan media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi.
A. Umum
Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal dua kali dalam setahun
4. Kinerja proses
Hasil yang diharapkan dari tinjauan manajemen adalah peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu,
peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan pelanggan dan identifikasi perubahan-perubahan,
termasuk penyediaan sumber daya yang perlu dilakukan.
(Lihat PMK No.44 th. 2016 ttg Pedoman Manajemen Klinik mengenai Perumusan masalah dan
penetapan Prioritas masalah)
No. 81/MENKES/SK/I/2004 ttg Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Tingkat Propinsi, Kabupatten/Kota serta Rumah Sakit.
3. Pengorganisasian.
C. Infrastruktur.
D. Lingkungan Kerja
Menganut budaya 5 R
pengukuran kinerja (Lihat buku Pedoman Penilaian Kinerja Klinik, Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat DepKes RI 2006)
2. Proses yang berhubungan dengan sasaran
a. Umum
1) Kepuasan Pelanggan
2) Audit Internal
d. Analisis data
f. Tindakan korektif
g. Tindakan preventif
Contoh adanya Alur Pasien, adanya keterangan biaya pelayanan sesuai perda
3. Pembelian/pengadaan barat terkait dengan pelayanan klinis
a. Proses pembelian
b. Validasi
1) Umum
a) Kepuasan pelanggan
b) Audit Internal
4) Analisis data
5) Peningkatan berkelanjutan
6) Tindakan korektif
7) Tindakan preventif.
VII. PENUTUP
VIII. LAMPIRAN
Isi lampiran minimal sebagai berikut:
Tahun :........................
Unit
yang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
diaudit
b. Rencana audit
(Audit Plan)
Klinik ABCD
Standar/kriteria
No Unit Auditor Proses/kegiatan yang Tanggal/ Tanggal/ Tempat
kerja/Sasaran yang diaudit digunakan sebagai waktu waktu pelaksana
audit acuan audit I audit II an
Instrumen Audit
dan
Ketidaksesuaian
Uraian Bukti- Standar/Krit Waktu
terhadap Tindakan
2.
TAHUN 2017
Target
Indikator Sasaran
Satua
NO Tujuan Sasaran (Indikator Kinerja
n
Umum) 1 tahun bula Triwu semes Semest
nan lan ter er 2
1 Meningkatkan Meningkat
Cakupan
Pelayanan nya
perlayanan ibu
Kesehatan kesehatan % 100 100 100 100
hamil sesuai
Masyarakat Ibu dan
standar
Bayi
Cakupan pelayanan
kesehatan ibu
% 100 100 100 100
bersalin sesuai
standar
Cakupan pelayanan
kesehatan bayi baru % 100 100 100 100
lahir sesuai standar
Meningkat
Cakupan pelayanan
nya status kesehatan balita % 100 100 100 100
Cakupan pelayanan
kesehatan
penderita Diabetus
% 100 100 100
Melitus sesuai
standar
Cakupan pelayanan
kesehatan orang
dengan gangguan
% 100 100 100
jiwa berat sesuai
standar
Per
100.00
Rasio Perawat per 0
53.31 53.31 53.31 53.31
100.000 penduduk pdd
Per
Rasio tenaga 100.00
0
kefarmasian per 3.310 3.310 3.310 3.310
pdd
100.000 penduduk
Per
100.00
Rasio ahli gizi per 0
3.489 3.489 3.489 3.489
100.000 penduduk pdd
Per
Rasio Sanitarian 100.00
0
per 100.000 2.147 2.147 2.147 2.147
pdd
penduduk
bidang aan
Cakupan pelayanan
kesehatan masyaraka
kesehatan pada
t bidang
usia pendidikan % 100 100 100 100
kesehatan dasar sesuai
standar
Cakupan
Desa/Kelurahan % 100 100 100 100
Siaga Aktif
Persentase
Posyandu Purnama % 71 72 73 74
Mandiri
5 Meningkatkan Meningkat Cakupan Rumah
kualitas nya Sehat % 80 80 85 85
Lingkungan kualitas
7. INDIKATOR MUTU
INDIKATOR MUTU
A. INDIKATOR MUTU
Kriteria Indikator
antrian
pendaftaran
ketentuan
4. Bisa computer
memadai 100%
pemeriksaanpendukung(minor 80%
set,tht set,setoscop,tensi,blangko
100%
menit
scaller)
9. Tersedia APD
100%
menit
pasien
dengan pemeriksaan
pendukung(timbangan 80%
bayi,timbangan
dewasa,linex,meteran,tensimeter,st
etoscop)
trisemester 1 80%
persalinan
2. Bisa computer
9. Ketersediaan formularium
100%
gizi
yang baik
dengan pasien
pelayanan gizi
diedukasi
yang baik
dengan pasien
heacting set)
SOP 100%
tindakan
BTCLS/ PPGDON
dengan pasien
Tensimeter,O2,Oksimeter) 80%
ATCLS/BTCLS/PPGDON
yang baik
dengan pasien
Tensimeter,O2,Oksimeter)
selesai pelayanan
menit
selesai pelayanan
medis
yang baik
dengan pasien
pengendalia terlatih
pelayanan klinis
melaksanakan tugas
Klinik.
INDIKATOR KINERJA BERDASAR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA
Target
Indikator Sasaran
NO Tujuan Sasaran Satuan
(Indikator Kinerja Umum)
2017 2018 2019 2020 2021
Cakupan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir % 100 100 100 100 100
Cakupan pelayanan
kesehatan orang dengan TB % 100 100 100 100 100
sesuai standar
Cakupan pelayanan
kesehatan orang dengan
risiko terinfeksi HIV sesuai
% 100 100 100 100 100
standard
Proporsi penduduk yg
terinfeksi HIV lanjut yang
memiliki akses pd obat
antiretroviral % 100 100 100 100 100
per
Angka kesakitan kasus
1000 <0.36 <0.36 <0.36 <0.36 <0.36
Filariasis (kaki Gajah)
pdd
Cakupan pelayanan
kesehatan penderita
hipertensi sesuai standard % 100 100 100 100 100
Cakupan pelayanan
kesehatan penderita
Diabetus Melitus sesuai
% 100 100 100 100 100
standard
Cakupan pelayanan
kesehatan orang dengan
gangguan jiwa berat sesuai
% 100 100 100 100 100
standard
dasar dan
persentase Klinik Per
rujukan
persatuan penduduk ( per 30.000 0.725 0.725 0.725 0.725 0.725
30.000 penduduk ) pdd
persentase RS persatuan
penduduk ( per 100.000 Per
penduduk ) 100.000 0.268 0.358 0.358 0.358 0.358
pdd
Cakupan Desa/Kelurahan
% 100 100 100 100 100
Siaga Aktif
Persentase Posyandu
Purnama Mandiri
% 71 72 73 74 75
Dr. NNNNNNNNNNNNNN
Pangkat
NIP. 111111111111111111
2. Peserta : Seluruh petugas Klinik, termasuk petugas Klinik Pembantu dan Bidan di Desa.
3. Waktu : Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Klinik serta
kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari Sabtu minggu
pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh
Klinik, misalnya peneyelenggaraan pada jam 10.00 – 15.00 Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa
Lokakarya Mini Bulanan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Klinik, tanpa mengganggu
aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
4. Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat disusun sesuai dengan
kebutuhan,ketersediaan waktu dan kondisi Klinik setempat. Sebagai contoh susunan acara Lokakarya Mini
adalah sebagai berikut :
a. Lokakarya Mini Bulanan Yang pertama disebut juga dengan Lokakarya Penggalangan
Tim
1) Pembukaan
2) Dinamika kelompok
4) POA Klinik
1) Pembukaan
5. Tempat :
Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat diselenggarakan di Klinik, apabila tidak memungkinkan dapat
menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan
Klinik. Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta.
6. Persiapan :
e. Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan dengan target bulanan per
Desa,antara lain menggunakan PWS.
f. Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas \ Sektor/Kecamatan.
K. MONITORING EVALUASI
NO KEGIATAN BULAN
MONEV
(....)
1 JAN FEB MARET APRIL DES
NO KEGIATAN WAKTU
MONEV(PELAYANAN
1. UKP 12 FEB
PENDAFT 13 FEB
BP 14 FEB
BP GIGI 15 FEB
2. UKM
3. ADMEN
1. HASIL MONITORING
SERTIFIKA
NO NAMA JABATAN JENIS TANGGAL MATERI T
KARYAWAN PELATIHAN PELATIHAN
NOTULEN ..........
JUDUL
RAPAT :
HARI/TANGGAL :
WAKTU :
ACARA :
1. PEMBUKAAN
3. DISKUSI
4. KESIMPULAN
5. PENUTUP
6. FOTO KEGIATAN
7. DAFTAR HADIR
NAMA :………………………..
A Capaian kinerja
program (50 %)
1 K1 90 % 95 % 10 10 100
2 K4 95 % 95 % 8 10 80
3 Persalinan 100 % 90 % 6 10 60
nakes
4 Cakupan Nifas 99 % 90 % 6 10 60
5 Kunjungan 80 % 60 % 4 10 40
Neonatal
B Kepemimpinan 10 10 100
(10 %)
C Kerjasama (10 6 10 60
%)
D Tanggung jawab 6 10 60
(10 %
E Perilaku (20 %)
1 Keramahan 4 10 40
2 Ketepatan 8 10 80
waktu
pelaksanaan
tugas sesuai
rencana
TOTAL 680
Baik =8
Sedang =6
Buruk =4
KESIMPULAN:
TINDAK LANJUT:
JARINGAN
1 KLINIK
PEMBANTU….
2 …..
JEJARING/JARIN JA FE MA AP M JU JU AG SE OK NO DE
GAN N B R R EI N L S P T V S
KLINIK MEDIKA
Kesimpulan:
Tindak lanjut;
No Rincian Uraian Tugas Dilaksanak Sebagian Sebagian kecil Tidak dapat Alasan/keterangan Tindak lanjut
an besar dilaksanakan dilaksanaka
sepenuhny dilaksanaka n
a n
Tugas pokok
1…….
2……
dst
Mengetahui,
Pimpinan Klinik
pelaksana
PJ UKM
Pimpinan Klinik
PROGRAM UKM:………..
UKP
KLINIK……………………………..
No Pelayanan Risiko yang Tingkat risiko Penyebab Akibat Pencegahan Upaya Pelaporan
mungkin terjadi (sangat tinggi, terjadinya risiko penang
tinggi, sedang, anan
rendah) jika
terkena
risiko
1 Pelayanan Bagi pasien:
laboratoriu
m
1. specimen
tertukar
2. dst
Bagi petugas:
1. terpapar
reagensia
korosif
1 3 Mei 2016 Bidan Tatik 082345678 Kader Susi 0823465434 Kesepakatan Sepakat Jadual diubah
perubahan akan karena…….
jadual perubahan
posyandu jadual
dari
tanggal….ke
tanggal
sekian
I. DATA KELUARGA
1.Nama KK : ……………………………….............................................
2.Umur : …………………….........................................................…
4.Agama :
:
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
5.Pendidikan .
:
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
6.Pekerjaan .....
7.Anggota keluarga
c. Diobati sendiri
2. Berapa jarak dari rumah Anda sampai ke fasilitas kesehatan (Klinik, Pustu,
a. Jalan kaki
c. Angkutan umum
2. Tidak
c. Tidak mengikuti sama sekali
a. Ya, lanjut ke no 2
b. Tidak, lanjut ke no 12
a. Rumah sakit
b. Bidan
c. Dukun
d. Rumah sendiri
a. Dokter
b. Bidan
c. Dukun
d. Sendiri/keluarga
4. Pada kehamilan terakhir, apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
10. Apakah balita Anda selalu ditimbang (minimal 8 kali per tahun) di Posyandu (keluarga yang
mempunyai balita)?
a. Ya
11. Apakah dalam keluarga Anda ada balita dengan status gizi kurang/BGM/Buruk?
b. Tidak
12. Apakah bayi Anda diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan (hanya diberikan ASI saja) ?
a. Ya
13. Apakah Anda atau pasangan Anda menggunakan alat kontrasepsi? Berapa usia saat
menikah? Dan berapa usia pernikahan?
14. Apakah Keluarga Anda terbiasa untuk sarapan pagi? ( makan dibawah jam 9 pagi)
a. Ya
15. Apakah keluarga Anda selalu mengkonsumsi aneka ragam makanan / menu
seimbang?
a. Ya
a. Ya
a. Wadah terbuka
b. Wadah tertutup
C. SURVEILANS
1.Batuk pilek
b. Tidak
2.Diare
b. Tidak
b. Tidak
4. Demam Berdarah
Gejala : demam tinggi mendadak disertai bintik-bintik merah pada kulit, mimisan
b. Tidak
6.Demam Tifus
b. Tidak
7.Gatal-gatal
b. Tidak
b. Tidak
9.Hepatitis
Gejala : nyeri perut, disertai warna kuning pada mata, kencing seperti air teh
b. Tidak
b. Tidak
Gejala: banyak minum, cepat lapar, sering kencing, gula darah tinggi lebih dari 120 mg/dl
b. Tidak
b. Tidak
Syarat : Kondisi dinding, lantai, pencahayaan, jarak peresapan dengan sumber air bersih minimal 10
meter, ketersediaan air bersih,gulu banyak (jamban leher angsa), dan memiliki septi tank
a. Sumur
b. PDAM
c. Sungai
d.Lainnya,sebutkan : ..............................................................................................
a. Terbuka
b. Tertutup
a. Tanah
b. Semen
c. Ubin/keramik
d.Lainnya,sebutkan ................................................................................................
a. Tergenang di pekarangan
c. Ke selokan/sungai
a. Tersedia
a. Tersedia sarana yang tertutup dan mengalir sehingga tidak ada genangan air/SPAL.
c.Tidak ada,..................................................................................................
13. Ventilasi :
a. Ya
b. Tidak
a. Asbes
b. Triplex
c. Anyaman bambu
d. Tanpa langit-langit
a. Unggas
d.Lainnya,sebutkan : ..............................................................................................
21. Apakah mempunyai TOGA (Tanaman Obat Keluarga seperti : jahe, kunyir, kencur, dll) atau
P3K (betadin, remason, minyak kayu putih, obat gosok, dll)
22. Apakah anda minum jamu untuk menjaga kebugaran / Kesehatan tubuh sehari hari. :
a. Ya
b. Tidak.
23. Apakah anda memanfaatkan jamu tradisional untuk menyembuhkan sakit seperti flu,
masuk angin, batuk dll.
a. Ya,
b. Tidak pernah.
a. Ya b. Tidak
a. Ya
b.Tidak,alasan .........................................................................................................
3.Apakah anggota keluarga Anda terbisa menggosok gigi minimal 2 kali sehari?
a. Ya
a. Ya b. Tidak
a. Ya
b.Tidak,alasan .........................................................................................................
7. Apakah keluarga anda biasa minum dengan air yang dimasak lebih dahulu ?
a. Ya.
a. Ya.
9. Apakah keluarga anda biasa cuci tangan dengan sabun setelah BAB ? a. Ya.
a. Ya.
b. Tidak, alasan......................................................................................................
a. Ya.
b.Tidak,alasan .........................................................................................................
a. Ya.
13. Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas fisik/olah raga minimal 30 menit tiap hari ?
a. Ya.
b.Tidak,alasan .........................................................................................................
15. Apakah keluarga anda biasa membuka jendela saat pagi hari atau minimal setengah hari?
a. Ya.
16. Apakah sampah yang anda buang sudah dipilah pilah sesuai jenisnya (organic,
anorganik, sampah lainnya)
a. Ya Sudah
b. Belum.
F. EKONOMI
3. Apakah penghasilan keluarga saat ini telah mencakupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
a. Ya
b. Tidak, alasan..............
2. Jika keluarga/anggota keluarga ingin melakukan kegiatan di luar Salatiga, alat transportasi apakah
yang biasa digunakan ?
a. Sepeda kayuh
b. Sepeda motor
c. Mobil
d. Lainnya........................
H. KESEHATAN REMAJA
c. Lainnya: ....................................................................................
2. Apakah remaja sudah mendapatkan pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan tentang Narkoba,
dan Sex bebas?
a. Pernah
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
e. Lainnya ...............................................................
5. Apakah remaja pernah mendapakatkan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan dalam 6
bulan terakhir?
b. Tidak
a. Ada
b. Tidak
b. Tidak
I. KESEHATAN LANSIA
a. Ada
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Rematik
Gejala .............................................................................
Mitra kajibanding :
1. Klinik……………………
2. Klinik……………………