Anda di halaman 1dari 26

BAB

APLIKASI
Tujuh NANOMATERIAL

P
A. PENDAHULUAN
ada skala nanometer, material menunjukkan sifat tak
terduga yang sangat berbeda dengan sifat material saat
berada pada ukuran mikro atau makro, khususnya pada
perubahan sifat-sifat mechanical resistance, chemical reactivity, electrical con-
ductivity, dan flourenscence. Dalam hal ini, nanoteknologi mengarah pada
pengembangan material yang sifat dasarnya (kimia, fisika, mekanis,
dan biologi) telah berubah. Misalnya logam emas (Au, gold) yang
bersifat tidak reaktif pada ukuran mikro, tetapi nanopartikel Au bisa
menjadi katalis yang handal pada suatu reaksi kimia. Hal ini dapat
terjadi pada semua kelompok material logam, keramik, polimer,
oksida, karbon, dan sebagainya. Perubahan sifat yang signifikan pada
material yang berskala nanometer, membuat nanomaterial berpotensi
untuk menciptakan material dan device baru. Oleh karena itu,
nanoteknologi telah unggul dalam membuat inovasi di berbagai sektor
industri di antaranya sektor kesehatan, otomotif, industri bangunan,
agrifood, dan elektronik. Gambar 7.1 menunjukkan ilustrasi potensi
nanomaterial untuk berbagai aplikasi.

116 HARINI SOSIATI


GAMBAR 7. 1 ILUSTRASI POTENSI NANOMATERIAL UNTUK APLIKASI DI BERBAGAI BIDANG RISET DAN
INDUSTRI.
(http://bme240.eng.uci.edu/students/10s/ktauro/main.html)

Nanoteknologi dapat memanipulasi, megontrol, dan menyintesis


material hingga pada level atom dan molekul, serta memiliki sifat kimia,
fisika, dan biologis yang beragam. Hingga kini, sangat banyak
pengaplikasian nanoteknologi telah dipelajari dan sedang dilakukan
penelitiannya. Namun, tidak mungkin semua aplikasi nanoteknologi
yang meliputi beragam nanomaterial dan struktur nano dapat dibahas
di bab ini. Oleh karena itu, bab ini memberikan beberapa contoh
nanomaterial yang telah diteliti, dikembangkan, dan diaplikasikan
untuk kebutuhan sehari-hari serta memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang aplikasi struktur nano dan nanomaterial. Adapun
beberapa contoh tersebut dibatasi di antaranya pada bahasan aplikasi
di bidang engineering/transportasi, bahan struktur, energi, elektronik,
biomedis, farmasi, kosmetik, dan food packaging.

B. APLIKASI DI BIDANG OTOMOTIF


Aplikasi nanoteknologi di bidang industri telah berkembang pesat

PENGANTAR NANOMATERIAL 117


termasuk dalam industri otomotif yang dalam pengaplikasiannya
sering/cenderung berkorelasi dengan sifat kimia, fisika, dan biologi
dari nanomaterial yang digunakan. Berkaitan dengan keunggulan sifat
nanomaterial yang memiliki luas permukaan spesifik begitu luas yang
dapat diibaratkan bahwa satu gram serbuk nanokristal dapat mempu-
nyai luas permukaan seluas satu lapangan sepak bola, tergantung pada
ukuran partikelnya. Oleh karena itu, progres aplikasi nanomaterial
pada kendaraan/mobil telah mencakup berbagai bagian kendaraan.
Dengan pengembangan nanoteknologi, material nanokomposit
berpenguat nanopartikel telah dikembangkan dan diaplikasikan secara
luas di industri otomotif karena tahan terhadap temperatur dan
tekanan. Akan tetapi, masalah utama pada material komposit yaitu
kesulitan mencapai derajat dispersi partikel di dalam material matriks
yang dapat memengaruhi sifat nanokomposit, kemudian menjadi topik
riset yang atraktif untuk dicari solusinya.
Nanokomposit berbasis logam dengan berbagai nanopartikel, di
antaranya SiC, TiC, WC, TaC, TiB, AlN, dan Al2O3 dengan matriks
logam paduan Al dan Mg banyak diaplikasikan di industri mobil dan
pesawat. Dari hasil prediksi dari tahun 2017 hingga 2022, aplikasi
nanokomposit berbasis Al akan digunakan untuk berbagai jenis
kendaraan kecil atau kendaraan besar, di antaranya untuk bahan cyl-
inder head, cylinder head cover, pistons, wheels, drive shaft, gears, dan gear hous-
ing (Velièkoviæ -,2019).
Dalam pengembangan material, nanokomposit berbasis polimer
memiliki tren yang lebih unggul karena bahan menjadi ringan, sifat
mekanis tinggi, mencakup faktor ekologi dan ketahanan korosi. Jenis
polimer yang digunakan adalah elastomer, termoplastik, dan termoset.
Komposit polimer dengan nanofiller partikel yang terdispersi merata
dapat meningkatkan sifat mekanis, ketahanan retakan, dan menu-
runkan koefisien thermal expansion dengan perubahan yang signifikan.

118 HARINI SOSIATI


Pada prinsipnya, penggunaan material komposit polimer pada
kendaraan, selain karena keunggulan sifat-sifatnya terutama untuk
material nanokomposit adalah untuk mengurangi berat kendaraan
yang korelasinya adalah dapat mengurangi konsumsi bahan bakar
dan juga polusi udara. Oleh karena itu, diharapkan penggunaan nano-
komposit akan terus meningkat di beberapa tahun ke depan. Telah
diprediksi bahwa pasar global plastik akan meningkat 2,6% dari tahun
2018 hingga 2023. Gambar 7.2a menunjukkan ilustrasi penggunaan
nanokomposit polimer pada beberapa bagian kendaraan (https://
www.nanowerk.com/spotlight/spotid=23934.php), dan jenis polimer
yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 7.2b.

(A)

(B)
GAMBAR 7. 2 (A) APLIKASI NANOKOMPOSIT POLIMER PADA BEBERAPA BAGIAN KENDARAAN DAN (B)
JENIS POLIMER YANG DIGUNAKAN DARI TAHUN 2018 – 2023.

PENGANTAR NANOMATERIAL 119


1. Nanokomposit polimer
Material nanokomposit di industri otomotif ini diproyeksikan untuk
memenuhi kebutuhan pasar, selama rasio biaya dan kinerjanya sesuai.
Beberapa material nanokomposit telah dipasarkan, tetapi sebagian
masih dalam proses penelitian dan pengembangan di institusi pene-
litian dan di perusahaan. Material nanokomposit polimer terdiri atas
filler nanoclay, carbon nanofiber, graphite, dan bahan matriksnya thermoplas-
tic atau thermoset. Aplikasi komersial pertama yaitu pada General Motor
Company (GMC) Safari dan Chevrolet 2002 Astro van, cetakan sisi
bodi Chevrolet Impala 2004 dapat menghemat 7% berat per kenda-
raan dan kualitas permukaan bahan yang baik.
Pelapisan pada body mobil dengan menggunakan nanopartikel
dapat memberikan berbagai keuntungan di antaranya, tiga kali lebih
tahan terhadap goresan dan kecemerlangan yang lebih lama. Aplikasi
nanopartikel pada struktur pendukung dalam industri otomotif adalah
untuk mengurangi massa mobil dan cukup kuat untuk menopang
kerangka mobil. Hal ini akan berakibat pada penggunaan bahan bakar
mobil yang semakin hemat. Pelapisan pada pelindung angin (wind-
shield) dapat menolak hujan, serangga, kotoran burung, cat semprot,
ataupun cairan lainnya.

2. Nanoceramic coating
Dunia otomotif telah digemparkan oleh keunggulan nanoteknologi
dengan kemampuan pelapisan (coating) pada body mobil menggunakan
bahan nanoceramic. Informasi tentang jenis material nanoceramic tidak
banyak dipublikasikan, tetapi keunggulan hasilnya telah dibuktikan
dan dinikmati oleh masyarakat. Gambar 7.3 menggambarkan permu-
kaan body mobil sebelum dan sesudah dilapisi dengan produk nanoce-
ramic tersebut. Dengan menggunakan nanoceramic coating, dapat
diperoleh empat keuntungan yaitu,
(a) Dapat memberikan pelapisan yang tahan lama, yaitu dapat ber-

120 HARINI SOSIATI


tahan hingga lima tahun tanpa cacat karena dengan pelapisan
tersebut permukaan body mobil tahan terhadap perubahan suhu
dan korosi.
(b) Nanoceramic coating dapat berperan sebagai pelindung (protective coat-
ing). Bahan coating tersebut adalah hidrofobik sehingga air dan segala
macam kotoran tidak dapat menempel pada body mobil, seperti
diilustrasikan pada Gambar 7.3. Selian itu, juga terhadap sinar
UV dan juga goresan.
(c) Dapat menghemat energi untuk mencuci/membersihkan mobil,
karena permukaan bodi mobil bisa tetap bersih.
(d) Dapat meningkatkan nilai estetika mobil yaitu tetap terlihat glossy.

GAMBAR 7. 3 ILUSTRASI FUNGSI NANOCERAMIC COATING PADA MOBIL.


(https://scutotangerang.com/2018/10/08/tentang-nano-ceramic-paint-protection/)

Ada satu hasil penelitian yang melaporkan tentang bahan nanoce-


ramic coating (Droniou dkk., 2005). Bahan coating yang digunakan
merupakan kombinasi bahan yang mengandung campuran
nanopartikel ZrO2 (antikorosi) dan TiO2 (anti UV) (nanostructured ce-
ramic-type metallic oxide with metals like Ti and Zr). Kemampuan bahan
coating dapat melindungi body dari sinar UV dan juga tahan korosi.

PENGANTAR NANOMATERIAL 121


3. Nanopartikel SiO2
Di antara semua komponen otomotif yang berbasis polimer, “ban”
(tire) merupakan komponen yang paling penting karena ban harus
memiliki traction yang tinggi untuk menghindari terjadinya selip ketika
berlari di jalan yang kering maupun basah. Selain itu, juga harus
mempunyai sifat ketahanan abrasi dan gulir (rolling) tinggi. Tiga sifat
penting yang harus dimiliki ban dilukiskan menjadi simbol penting
dengan istilah Magic triangle of tire performance (segitiga ajaib dari kinerja
ban, Gambar 7.4).

GAMBAR 7. 4 MAGIC TRIANGLE OF TIRE PERFORMANCE.

Jadi, dalam merekayasa material ban, keseimbangan tiga sifat


dalam segitiga ajaib tersebut diupayakan harus tercapai atau apabila
memungkinkan, sifat-sifat dapat ditingkatkan kesetimbangannya.
Kunci utama untuk mencapai kesetimbangkan sifat dalam segitiga
ajaib tersebut adalah bahan filler. Dalam hal ini, carbon black dan
nanopartikel silika, atau kombinasi keduanya dapat meningkatkan
sifat mekanis dan juga kesetimbangan sifat dalam segitiga ajaib
tersebut (Gambar 7.5) (Sarkawi dkk., 2015) dan Gambar 7.6.

122 HARINI SOSIATI


GAMBAR 7. 5 MAGIC TRIANGLE DARI SIFAT-SIFAT BAN YANG DIPENGARUHI OLEH PERBEDAAN JENIS
FILLER.

GAMBAR 7. 6 MATERIAL BAN KOMPOSIT POLIMER KARET ALAMI (NATURAL RUBBER) DENGAN FILLER
CARBON BLACK AND/OR SILIKA PADA INDUSTRI BAN (HIRATA DKK., 2014).

Selain itu, ada hasil penelitian tentang material ban yang terbuat
dari nanokomposit styrene-butadiene rubber (SBR) dengan filler CNT (Das
dkk., 2008; Zhou dkk., 2010). Penambahan konsentrasi CNT
meunujukkan peningkatan sifat mekanis nanokomposit, contohnya
adalah sifat kuat tarik dan kekerasan (Gambar 7.7).

PENGANTAR NANOMATERIAL 123


(b)
(a)

GAMBAR 7. 7 PENGARUH KONSENTRASI CNT TERHADAP SIFAT TARIK DAN KEKERASAN


NANOKOMPOSIT SBR/CNT.

C. APLIKASI UNTUK BAHAN STRUKTUR


1. Nanopartikel TiO2 (Titania)
Sejak era tahun 1920-an, titanium oksida (TiO2) merupakan salah
satu bahan pigmen mineral sintetis yang mendunia, khususnya
digunakan di antaranya untuk produk tinta, cat, plastik dan aspal,
dengan campuran oksida besi dan carbon black. Pigmen putih sekarang
diaplikasikan pada produk semen dan juga glass karena sifat
fotokatalitik yang dimilikinya yang dapat mengurai menjadi material
organik dan anorganik seperti NOx, CO dan O3 dsb. Material tersebut
dapat bersifat self-cleaning pada semen sehingga bermanfaat untuk
perawatan dan ketahanan bangunan yang juga bersifat tahan polusi
(pollution-resistant) oleh karena itu dapat diaplikasikan untuk bangunan
atau gedung berkaca.
Ketika TiO 2 terpapar sinar ultraviolet (UV) yang panjang
gelombangnya (320-400 nm) menghasilkan radikal hidroksil (OH) dan
ion superoksida (O2-) yang merupakan senyawa yang sangat oksidatif.
Senyawa tersebut dapat menghancurkan kotoran dan zat organik.
Fotokatalisis TiO2 juga mengurangi sudut kontak antara tetesan air
dan permukaan tertentu untuk membentuk permukaan superhidrofilik

124 HARINI SOSIATI


sehingga dapat meningkatkan kemampuan self-cleaning. Proses
fotokatalitik untuk kaca pembersih hidrofilik digambarkan pada
Gambar 7.8 (https://www.hpbc.bdg.nus.edu.sg/?page_id=12344).

GAMBAR 7. 8 ILUSTRASI SKEMATIK SELF-CLEANING DENGAN NANOPARTIKEL TIO2 PADA KACA.

Adapun mekanisme proses fotokatalitik dan permukaan hidrofobik


dengan adanya pelapisan struktur nano TiO2 ditunjukkan pada
Gambar 7.9. Gambar ini menjelaskan peran nanopartikel/struktur
nano TiO2 dalam menangkal sinar UV, yaitu dengan mengikat atom
hidrogen dan membentuk gugus hidoksil. Jadi, jika kaca dilapisi
dengan nanopartikel TiO2, objek yang berada dibalik kaca tersebut
dapat terlindung dari paparan sinar UV. Selain itu, juga akan membuat
permukaan kaca tersebut bersifat hidrofobik sehingga permukaan kaca
tidak basah karena air.

GAMBAR 7. 9 MEKANISME PROSES FOTOKATALITIK TIO2 DAN PERAN STRUKTURNANO TIO2 PADA
PERMUKAAN YANG BERSIFAT HIDROFOBIK.

PENGANTAR NANOMATERIAL 125


GAMBAR 7. 10 FOTO TEM NANOPARTIKEL SILIKA (SIO2).

2. Nanopartikel SiO2 (silika)


Dengan makin populernya aplikasi nanoteknologi di berbagai
bidang sains dan teknologi. Pengembangan material baru dengan
fungsi baru atau meningkatkan sifat material yang sudah ada dengan
nanoteknologi merupakan hal baru di bidang teknik sipil. Salah satu
contoh adalah aplikasi nanopartikel silika (SiO2, ~15 nm) (Gambar
7.10) pada produk cement mortar dibandingkan dengan nanopartikel
silika fume (SF, < 500 nm) dan fly ash (FA, > 1 mm).

(A)

126 HARINI SOSIATI


Pengamatan terhadap efek panambahan aditif SiO2, SF dan FA
pada cement mortar dilakukan setelah proses hidrasi (pencampuran
bahan aditif, cement mortar dan air) selama interval waktu tertentu.
Kenaikan sifat mekanis (compressive strength dan flexural strength) paling
tinggi dicapai oleh cement mortar dengan aditif nanopartikel SiO2
(Gambar 7.11) karena distribusi klaster nanosilika di dalam cement
mortar lebih homogen dilambangkan SF dan FA.

(B)
GAMBAR 7. 11 COMPRESSIVE STRENGTH (A) DAN FLEXURAL STRENGTH (B) CEMENT MORTAR
DENGAN KONSENTRASI ADITIF NANOPARTIKEL SIO2, SF DAN FA (10%), VERSUS WAKTU HIDRASI.

Concrete dengan bahan aditif nanopartikel silika telah menunjukkan


bahwa semakin kecil ukuran partikelnya, peningkatan sifat compressive
dan flexural strength-nya semakin signifikan (Flores-Vivian dkk., 2013).
Dengan ukuran partikel silika 5 nm, sifat mekanis masih menunjukkan
peningkatan hingga konsentrasi nanosilika 12%. (Gambar 7.12)

GAMBAR 7. 12 CONTOH NANOSILICA CONCRETE (PATIL & PENDHARKAR, 2016).

PENGANTAR NANOMATERIAL 127


D. APLIKASI DI BIDANG ENERGI
Kebutuhan energi berkembang begitu pesat dengan kecepatan
pertumbuhan energi diperkirakan menjadi dua kali lipat pada
pertengahan abad 21 dan bahkan menjadi tiga kali lipat pada akhir
abad 21. Sumber energi yang tersedia saat ini masih bergantung pada
bahan bakar fosil yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan
anergi dunia. Menurut prediksi International Energy Agency, kebutuhan
energi antara tahun 2008 dan 2035 akan meningkat 36%, sedangkan
kebutuhan listrik akan meningkat 2,2% pertahun pada rentang tahun
tersebut. Prediksi ini berkaitan dengan jumlah penduduk dunia yang
kira-kira akan mencapai 17 billion (17.000.000.000) hingga tahun 2035.
Oleh karena itu, diperlukan sumber energi terbarukan dan
berkelanjutan (Logothetidis, 2012).

GAMBAR 7. 13 SKEMATIK DIAGRAM APLIKASI NANOMATERIAL YANG BERDIMENSI 1, 2, DAN 3 DI


SEKTOR ENERGI (WANG DKK., 2020).

Dalam hal ini, nanoteknologi telah menunjukkan perannya untuk


memenuhi kebutuhan di sektor energi. Material maju yang fungsional
berskala nanometer dan berdimensi satu (1D), dua (2D) dan tiga (3D)

128 HARINI SOSIATI


didesain untuk berbagai aplikasi energi, seperti ditunjukkan secara
skematik pada Gambar 7.13. Masing-masing aplikasi tersebut sangat
tergantung pada perbedaan fungsi materialnya. Adapun contoh yang
akan dibahas di sini hanya dibatasi tentang aplikasi nanomaterial un-
tuk konversi energi (solar cell) dan penyimpan energi (energy storage,
baterai).

1. Nanomaterial untuk aplikasi konversi energi


(solar cell)
Nanomaterial yang telah diaplikasikan untuk solar cell jenisnya
cukup banyak, meliputi nanomaterial organik dan anorganik. Dewasa
ini, perovskites solar cell muncul sebagai bahan untuk solar cell yang
menjanjikan karena ekonomis, fleksibel, dan sangat efisien. Namun
sebelum dikomersiilkan, kekurangan perovskites yang terkait stabilitas
terhadap kelembaban, panas, sinar, dan oksigen masih harus dikoreksi.
Perovskites solar cell dapat mengonversi langsung sinar yang datang
dengan fraksi tinggi dan menjadi arus yang dapat digunakan. Solar
cell ini mencapai efisiensi 20% dan dapat dibuat dengan biaya rendah.

GAMBAR 7. 14 SKEMATIK DIAGRAM PEROVSKITES SOLAR CELL. (HTTPS://WWW.ENERGY.GOV/EERE/


SOLAR/PEROVSKITE-SOLAR-CELLS)

PENGANTAR NANOMATERIAL 129


GAMBAR 7. 15 SKEMATIK DIAGRAM RANGKAIAN MATERIAL CSYBI3 NC/GRAPHENE/SIO2/SI.

Selain itu, telah dilaporkan adanya material yang memiliki perfor-


mance unggul yang dapat diaplikasikan untuk sensor kimia, light emit-
ting device (LED), konversi energi, dan perangkat penyimpan energi
(energy storage), yaitu cesium ytterbium triiodide (CsYbI3) cubic perovskite NCs
dengan distribusi ukuran yang sangat merata dan memiliki derajat
kristalinitas tinggi. Secara skematik, material tersebut ditunjukkan pa-
da Gambar 7.15 (Moon dkk., 2019). Dari gambar tersebut, susunan
komposisi materialnya dapat dijelaskan sebagai berikut. (CsYbI3) cu-
bic perovskite NCs adalah material anorganik CsYbI3 berfase kristal
berskala nanometer (nanocrystalline/NCs) dengan struktur kristal cubic
perovskite. Material ini dideposisikan pada graphene sehingga membentuk
material hybrid anorganik-organik CsYbI3 NC/graphene. Selanjutnya,
CsYbI3 NC/graphene dideposisikan pada substrate Ti (5 nm)/Au (30
nm)/SiO2/Si. Dalam hal ini, CsYbI3 NC/graphene memiliki sifat optik
dan listrik yang unggul sehingga berpotensi digunakan pada
fotodetektor (photodetector) sebagai lapisan photoactive yang efektif yang
berfungsi meningkatkan deteksi kinerja untuk iluminasi sinar tampak
(visible light).
Beberapa nanomaterial lainnya yang memiliki sifat photovoltaic
tinggi, yaitu yang dapat mengkonversi sinar menjadi listrik di antara-
nya adalah nanoroad ZnO/graphene, CdS/TiO2, Al2O3/MoS2 (Wan
dkk., 2015). Material-material anorganik untuk semikonduktor seperti

130 HARINI SOSIATI


Si, GaAs (gallium arsenide) telah menunjukkan fungsinya dengan dengan
baik untuk aplikasi photovoltaic. Namun, saat ini material-material
organik yang harganya lebih murah dan mudah diperoleh telah
memberikan nilai yang lebih menguntungkan untuk proses fabrika-
sinya dan juga teknologinya serta merupakan sumber yang renewable
(Manaktala & Singh, 2016).

2. Battery (baterai)
Seperti telah diketahui bahwa, kinerja baterai biasanya dikontrol
oleh material elektroda yang sifat kimia dan fisisnya sangat berpenga-
ruh pada sifat elektrokimia baterei. Oleh karena itu, perlu dikem-
bangkan material elektroda yang memiliki kinerja tinggi dan berke-
lanjutan (sustainable) terhadap konstruksi baterai yang modern (advanced
battery) dengan energi dan power yang tinggi.
Terkait dengan hal tersebut, material karbon banyak digunakan
untuk bahan aditif dan juga pelapis anoda dan katoda karena sifat
konduktivitas listriknya tinggi, kapasitas penyimpanannya besar untuk
ion logam alkali. Untuk material padat karbon, umumnya tidak
digunakan sebagai bahan elektroda karena strukturnya rapat sehingga
ion/elektron sulit berdifusi melalui bahan tersebut yang tentunya akan
menurunkan kinerja baterai.
Material karbon yang memiliki nanopori (porous carbon nanomaterials/
PCNs) dengan dimensi yang berbeda menunjukkan migrasi ion/
elektron yang cepat karena luas permukaan nanopori yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan reaksi elektrokimia. Pada umumnya,
PCNs dapat diklasifikasikan menurut dimensinya, yaitu 1D (carbon
nanofibers dan carbon nanotubes), 2D (graphene, dan carbon nanosheets), dan
3D material (carbon spheres, carbon capsules, carbon foam, 3D porous carbon,
dan 3D-structured carbon lainnya). PCNs dengan skala yang bervariasi
ditunjukkan pada Gambar 7.16 (Li dkk., 2019). Prinsip baterei Lithium

PENGANTAR NANOMATERIAL 131


hexafluorophosphate (LiPF6) dan aplikasi elektroda PCNs pada baterei
LiPF6 masing-masing diilustrasikan secara skematik pada Gambar
7.17a dan 7.17b. Saat ini, baterai lithium sedang marak diteliti dan
dikembangkan karena keunggulan kapasitasnya.

GAMBAR 7. 16 PCNS DENGAN SKALA YANG BERVARIASI.

(A) (B)

GAMBAR 7. 17 SKEMATIK ILUSTRASI PRINSIP BATEREI (LITHIUM HEXAFLUOROPHOSPHATE, LIPF 6) (A)


(HTTPS://WWW.TARGRAY.COM/LI-ION-BATTERY/ELECTROLYTE) DAN APLIKASI ELEKTRODA PCNS (B).

E. APLIKASI DI BIDANG KEDOKTERAN


Aplikasi nanomaterial di bidang medis/kedokteran menunjukkan
progres paling maju dibandingkan bidang lainnya. Selain karena

132 HARINI SOSIATI


nanomaterial telah menjanjikan dapat meningkatkan sifat-sifat dan
fungsi dari produk bahan medis, juga menunjukkan dapat mencipta-
kan produk baru termasuk pengobatan atau kemampuan penyem-
buhan penyakit. Nanomaterial juga akan menjadi bagian dari rekayasa
produk keteknikan, seperti alat-alat implant, device, dan diagnosis.
Pada kasus teknik implantasi tulang, permukaan implan telah
dibuat dengan material berstruktur mikro hingga nano untuk mening-
katkan bone-implant interphase (antarmuka implan tulang). Artinya, agar
ikatan antarmuka bahan implan dan tulang asli dapat lebih cepat
membentuk ikatan yang kuat (Hieber dan Müller, 2012). Berikut ada-
lah beberapa contoh aplikasi nanoteknologi/nanomaterial di bidang
medis.

1. Aplikasi di bidang kedokteran gigi (dentistry)


Contoh material lainnya yang digunakan untuk cangkok tulang di
antaranya adalah silk fibroin-coated ceramics dan nanokomposit silk fi-
broin dengan penguat nanopartikel HA dan silk/kitosan/nanopartikel
HA. Menurut hasil penelitian, jenis material tersebut memiliki sifat
biokompatibel sehingga menunjukkan hasil yang efektif untuk
regenerasi tulang. Beberapa contoh apilkasi nanomaterial di bidang
kedokteran (Gambar 7.18) dan konsep regenerasi jaringan tulang
ditunjukkan secara skematik pad Gambar 7.19.

GAMBAR 7. 18 CONTOH BEBERAPA APLIKASI NANOTEKNOLOGI/NANOMATERIAL DI BIDANG


KEDOKTERAN. (A) POTENSI NANOMATERIAL UNTUK REGENERAASI GIGI PADA BAGIAN DENTINE DAN
EMAIL, (B) NANOPARTIKEL AU (GOLD) UNTUK PENYAKIT PERIODONTAL, (C) KOMPOSIT NANOFIBER

PENGANTAR NANOMATERIAL 133


UNTUK REKONSTRUKSI JARINGAN, (D) NANOPOLIMER UNTUK PENYESUAIAN WARNA ASLI (E)
NANOHYDROXYAPATITE (NANO HA) UNTUK CANGKOK TULANG.

GAMBAR 7. 19 KONSEP REGENERASI JARINGAN TULANG MELALUI STRATEGI REKAYASA JARINGAN


BERBASIS SCAFFOLD (LI DKK., 2014).

2. Aplikasi di bidang biomedicine


(A) NANOPARTIKEL AU
Salah satu contoh aplikasi nanomaterial di bidang obat-obatan
adalah pemanfaatan nanopartikel Au sebagai pengobatan terapi, yaitu
terapi termal dengan penyerapan cahaya yang dikonversi menjadi
panas melalui proses plasmonic heating (Jeong dkk., 2019). Akan tetapi,
hal itu sifatnya adalah terapi lokal yang artinya pengobatan diarahkan
pada lokasi/area yang terkena penyakit. Dalam hal ini, nanopartikel
Au dibuat homogen, yaitu nanopartikel Au dengan berbagai morfologi
dan hibrid, yaitu nanopartikel Au digabung dengan nanopartikel dari
material lainnya. Ada perbedaan karakteristik nanopartikel Au dengan
material lainnya yaitu memiliki sifat optik unik yang dihasilkan dari
fenomena fisis yang disebut localized surface plasmon resonance (LSPR),
seperti yang dimiliki juga oleh nanopartikel Ag, Cu. dan Al. Nano-
partikel Au cluster yang berukuran <5 nm (Gambar 7.20a) menunjuk-
kan efek LSPR yang lemah, tetapi memiliki sifat aktivitas antibakteri
yang super.

134 HARINI SOSIATI


GAMBAR 7. 20 NANOPARTIKEL AU. (A, B DAN C) HOMOGEN DAN (D, E, DAN F) HETEROGEN ATAU
HYBRID.

Gambar 7.20 menunjukkan morfologi nanopartikel Au yang berbe-


da. Perbedaan bentuk dan ukuran menunjukkan perbedaan yang
signifikan dari aspek rasio L/d sehingga dari sifat LSPR hingga
panjang gelombangnya berbeda.

GAMBAR 7. 21 SKEMATIK DIAGRAM UJI VIVO TERAPI TERMAL MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL AU.

Salah satu contoh nanopartikel Au yang diaplikasikan untuk pengo-


batan terapi diilustrasikan pada Gambar 7.21, yaitu melalui uji in
Vivo. Pada pengujian ini, hibrid nanopartikel Au (gambar paling kiri)
berperan sebagai multipurpose nanocarriers yang mengatur waktu pele-
pasan obat menuju sasaran lokasi terapi termal. Nanopartikel Au da-
pat mengonversi cahaya menjadi energi termal melalui proses plasmonic
heating. Parameter proses konversi tersebut adalah panjang gelombang,

PENGANTAR NANOMATERIAL 135


bandwidth, dan efisiensi yang tergantung pada morfologi nanopartikel
Au. Pada kondisi tertentu, plasmonic heat dapat mencapai suhu lebih
dari dari 43°C pada lokasi terapi. Suhu tersebut cukup untuk merusak
atau membunuh jaringan/sel kanker/tumor.

(B) CARBON NANOTUBE (CNT) SEBAGAI DRUG DELIVERY


Nanotube karbon (CNT) adalah molekul organik berskala nano
yang kompatibel dengan jaringan makhluk hidup dan dapat
digunakan untuk aplikasi pembawa obat (drug delivery) pada posisi yang
sesuai di dalam tubuh manusia. CNT memiliki alternatif baru dan
alat inovatif untuk mengangkut dan mentranslokasi terapi molekul
obat di dekat jaringan target. CNT dapat difungsikan dengan peptida
bioaktif, protein, asam nukleat dan obat-obatan, dan membawanya
hingga ke sel dan organ yang diilustrasikan pada Gambar 7.22 bahwa
CNT sebagai kargo pembawa obat dan senyawa polimer. Karena
CNT yang difungsikan menunjukkan toksisitas rendah dan tidak
imunogenik, sistem seperti itu sangat bermanfaat di bidang nanobio-
teknologi dan nanomedicine (Valavanidis & Vlachogianni, 2016).

GAMBAR 7. 22 LAPISAN POLIMER MENINGKATKAN POTENSI CNTS SEBAGAI PENGANTAR OBAT.

F. APLIKASI BIDANG FOOD PACKAGING


Kemasan merupakan wadah untuk melindungi dan mencegah
kemungkinan kerusakan yang terjadi pada makanan atau minuman

136 HARINI SOSIATI


yang dibungkus. Aplikasi nanotechnology pada bahan makanan memiliki
kontribusi yang besar dalam hal nutrisi dan kesehatan konsumen.
Salah satu nanotechnology yang sedang menjadi perhatian para pene-
litian untuk tujuan food packaging yaitu memanfaatkan metode electro-
spinning yang menghasilkan membran berstruktur nanofiber yang dapat
memberikan perlindungan pada produk buah-buahan. Lapisan
lembut membran nanofiber dapat menjaga permukaan buah dari
paparan lingkungan luar, seperti masuknya bakteri dan goresan.
Penelitian food packaging dengan bahan carboxylmethyl chitosan/polyo-
xyethylene oxide (CMCS/PEO) membuktikan bahwa pelapisan buah
strowberi dapat mencegah browning pada permukaan buah (Gambar
7.23) (Yue dkk., 2018).

GAMBAR 7. 23 BUAH STROBERI YANG DIBERI PERLAKUAN SELAMA 6 HARI. (A) BUAH SEGAR, (B)
TANPA PERLAKUAN, (C) DIBUNGKUS/DILINDUNGI PLASTIC TIPIS, (D) DIOLESI CMCS/PEO, DAN (E)
DIBUNGKUS MEMBRAN NANOFIBER CMCS/PEO.

G. APLIKASI BIDANG PRINTING


1. Nanopartikel Ag
Nanopartikel Ag adalah material yang konduktif, tahan terhadap
oksidasi dan memiliki aktivitas antibakteri tinggi. Ag mempunyai sifat
konduktivitas termal dan listrik paling tinggi di antara logam mulia
lainnya Pt dan Au. Karena keunggulan sifat tersebut, dewasa ini mate-
rial tersebut banyak digunakan untuk produk conductive inkjet printing.

PENGANTAR NANOMATERIAL 137


GAMBAR 7. 24 TINTA NANOKOMPOSIT AG SETELAH SINTERING DAN IKATAN RESIN DARI KOMPONEN
ELEKTRONIK YANG BERBEDA (RAJAN DKK., 2016).

Tinta konduktif biasanya berupa pelarut organik dengan dispersi


nanopartikel Ag yang distabilkan dengan surfaktan untuk menghindari
terjadinya aglomerasi dan presipitasi sehingga printing berjalan dengan
baik (Gambar 7.24). Setelah printing, proses selanjutnya adalah
pengeringan dan terakhir adalah proses sintering yang biasanya dila-
kukan dengan pemanasan printed substrate pada suhu >200°C.
Suhu sintering 200°C adalah masih jauh di bawah titik lelehnya Ag
(960°C), dan hal ini dapat dikorelasikan dengan kenaikan difusi atom
pada permuakaan dan difusi pada permukaan peleburan. Oleh karena
itu, pada proses sintering, dimensi dan bentuk nanopartikel Ag meru-
pakan sifat yang diteliti. Nanopartikel Ag yang digunakan untuk tinta
pada umumnya berbentuk bulat dengan diameter antara 5 – 100
nm.

2. Nanopartikel TiO2
Penambahan TiO2 pada cat adalah bukan hal baru, melainkan
telah dipelopori oleh ilmuwan Jepang Dr. Akira Fujishima pada tahun

138 HARINI SOSIATI


1960-an. Dr. Fujishima menemukan bahwa TiO2 yang distimulasi
oleh sinar ultraviolet akan membantu menghancurkan molekul yang
memungkinkan tumbuhnya bakteri dan jamur. Kemudian pada 2008,
para ilmuwan dari University of Miami menemukan bahwa teknologi
ini dapat digunakan dalam cat interior untuk mengusir kotoran. Beri-
kutnya peneliti Jerman mengambil langkah lebih jauh untuk yang
bekerja dengan bahan yang terpapar unsur-unsur alami bahwa jamur
dan bakteri secara teoritis akan lebih agresif (https://gardnerlaborato-
ries.com/2013/10/30/chemistry-corner-titanium-dioxide-and-the-
future-of-paint/). Contoh produk cat yang mengandung TiO2 ditun-
jukkan pada Gambar 7.25. Masih banyak lagi aplikasi nanomaterial
di bidang-bidang lainnya, tetapi pada bab ini rentang pembahasan
tentang aplikasi nanomaterial tidak menguraikan semua bidang
aplikasi karena sebagian contoh aplikasinya sudah dibahas pada bab-
bab sebelumnya.

GAMBAR 7. 25 CONTOH PRODUK CAT MENGGUNAKAN NANOMATERIAL.

DAFTAR PUSTAKA
Das, A., Stöckelhuber, K. W., Jurk, R., Saphiannikova, M., Fritzsche, J., Lorenz, H., Klüppel,
M., & Heinrich, G. (2008). Modified and unmodified multiwalled carbon nanotubes in
high performance solution-styrene–butadiene and butadiene rubber blends. Poly-
mer, 49(24), 5276–5283. https://doi.org/10.1016/j.polymer.2008.09.031
Droniou, B. P., William, E., & Liang, J. (2005). Nanoceramic-based Conversion Coating.

PENGANTAR NANOMATERIAL 139


41–43.
Flores-Vivian, I., Pradoto, R. G. K., Moini, M., & Sobolev, K. (2013). The Use of Nanoparticles
to Improve the Performance of Concrete. Brno, Czech Republic, EU.
Hieber, S.E. & Müller, B. (2012). Nanodendistry. Nanomedicine and Nanobiotechnology,
95-107.
DOI: 10.1007/978-3-642-24181-9_5
Hirata, Y., Kondo, H., & Ozawa, Y. (2014). Natural rubber (NR) for the tyre industry. Chem-
istry, Manufacture and Applications of Natural Rubber, 325–352. https://doi.org/
10.1533/9780857096913.2.325
http://bme240.eng.uci.edu/students/10s/ktauro/main.html
https://www.nanowerk.com/spotlight/spotid=23934.php
https://scutotangerang.com/2018/10/08/tentang-nano-ceramic-paint-protection/
https://www.hpbc.bdg.nus.edu.sg/?page_id=12344
https://www.energy.gov/eere/solar/perovskite-solar-cells
https://www.targray.com/li-ion-battery/electrolyte
https://gardnerlaboratories.com/2013/10/30/chemistry-corner-titanium-dioxide-
and-the-future-of-paint/)
Jeong, H. H., Choi, E., Ellis, E., & Lee, T. C. (2019). Recent advances in gold nanoparticles
for biomedical applications: From hybrid structures to multi-functionality. Journal of
Materials Chemistry B, 7(22), 3480–3496. https://doi.org/10.1039/c9tb00557a
Li, J. J., Kaplan, D. L., & Zreiqat, H. (2014). Scaffold-based Regeneration of Skeletal Tis-
sues to Meet Clinical Challenges. Journal of Materials Chemistry B, 2, 7272-7306.
Li, W., Fang, R., Xia, Y., Zhang, W., Wang, X., Xia, X., & Tu, J. (2019). Multiscale Porous
Carbon Nanomaterials for Applications in Advanced Rechargeable Batteries. Bat-
teries & Supercaps, 2(1), 9–36. https://doi.org/10.1002/batt.201800067
Logothetidis, S. (2012). Nanostructured Materials and Their Applications. NanoScience
and Technology, 61(November). https://doi.org/10.1007/978-3-642-24181-9
Manaktala, S.S. & Singh, K. M. (2016). Nanotechnology for Energy Applications. Journal
of Electrical & Electronics Engineering, 7(1), 63–69.
Moon, B. J., Kim, S. J., Lee, S., Lee, A., Lee, H., Lee, D. S., Kim, T. W., Lee, S. K., Bae, S., &
Lee, S. H. (2019). Rare-Earth-Element-Ytterbium-Substituted Lead-Free Inorganic
Perovskite Nanocrystals for Optoelectronic Applications. Advanced Materials, 31(33),
1–7. https://doi.org/10.1002/adma.201901716
Patil, J., & Pendharkar, U. (2016). Study of Effect of Nanomaterials as Cement Replace-
ment on Physical Properties of Concrete. International Research Journal of Engineering
and Technology (IRJET), 03(01), 300–308.
Rajan, K., Roppolo, I., Chiappone, A., Bocchini, S., Perrone, D., & Chiolerio, A. (2016). Silver
nanoparticle ink technology: State of the art. Nanotechnology, Science and Applica-
tions, 9, 1–13. https://doi.org/10.2147/NSA.S68080
Sarkawi, S. S., Kaewsakul, W., Sahakaro, K., & Dierkes, W. K. (2015). A Review on Rein-
forcement of Natural Rubber by silica filler. Journal of Rubber Research, 18(4), 203–
233.
Valavanidis, A., & Vlachogianni, T. (2016). Engineered nanomaterials for pharmaceutical

140 HARINI SOSIATI


and biomedical products new trends, benefits and opportunities. Pharm. Bioprocess.,
4(1), 13.
Velièkoviè, S., Stojanoviè, B., Ivanoviè, L., & Miladinoviè, S., & Milojeviè, S. (2019). Appli-
cation of Nanocomposites in the Automotive Industry, Automotive appl.pdf. 2019.
DOI: 10.24874/mvm.2019.45.03.05
Wan, J., Song, T., Flox, C., Yang, J., Yang, Q. H., & Han, X. (2015). Advanced Nanomaterials
for Energy-Related Applications. Journal of Nanomaterials, 2015, 10–12. https://
doi.org/10.1155/2015/564097
Wang, H., Liang, X., Wang, J., Jiao, S., & Xue, D. (2020). Multifunctional inorganic
nanomaterials for energy applications. Nanoscale, 12(1), 14–42. https://doi.org/
10.1039/c9nr07008g
Yue, T. T., Li, X., Wang, X. X., Yan, X., Yu, M., Ma, J. W., Zhou, Y., Ramakrishna, S., & Long,
Y. Z. (2018). Electrospinning of Carboxymethyl Chitosan/Polyoxyethylene Oxide
Nanofibers for Fruit Fresh-Keeping. Nanoscale Research Letters, 13. https://doi.org/
10.1186/s11671-018-2642-y
Zhou, X., Zhu, Y., Liang, J., & Yu, S. (2010). New Fabrication and Mechanical Properties of
Styrene-Butadiene Rubber/Carbon Nanotubes Nanocomposite. Journal of Materi-
als Science and Technology, 26(12), 1127–1132. https://doi.org/10.1016/S1005-
0302(11)60012-1

PENGANTAR NANOMATERIAL 141

Anda mungkin juga menyukai