Anda di halaman 1dari 14

BAB

SIFAT
Dua NANOMATERIAL

R
A. KEUNGGULAN NANOMATERIAL
icard Feymann adalah seorang Fisikawan
berkebangsaan Jerman yang sangat terkenal dalam
pidatonya yang berjudul There’s Plenty of Room at the
Bottom dalam konferensi internasional American Physical Society pada
tanggal 29 Desember 1959 yang artinya as we go down in size, there are a
number of interesting problems that arise. Jadi, apabila ukuran material
semakin kecil akan terjadi banyak hal yang menarik atau terjadi
perubahan yang signifikan. Perlu diketahui pula bahwa judul pidato
Feymann tersebut telah mengukir sejarah nanoteknologi dan juga
meningkatkan reputasi nanoteknologi (Eberhard & Wcislo, 2012).
Dalam hal ini, sifat-sifat material akan meningkat secara signifikan
pada kondisi ukuran material mencapai skala nanometer. Secara
prinsip, hal ini dapat dijelaskan karena adanya dua faktor. Pertama,
nanomaterial akan mempunyai luas permukaan persatuan volume
jauh lebih besar dibandingkan dengan material yang berskala mikro
atau makrometer. Kedua, adanya efek quantum (quantum effect) yang
dapat mendominasi perubahan sifat material berskala nanometer.
Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan sifat-sifat material berskala
nanometer seperti diilustrasikan secara skematik pada Gambar 2.1..
Artinya, jika ukuran material direduksi hingga skala nanometer, sifat
material tersebut akan menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Beberapa perubahan sifat fisis yang terjadi akibat perubahan ukuran
nanomaterial diuraikan pada sub-bab selanjutnya (Roduner, 2006).

Size effect

MACRO MICRO NANO

Going small to big advances

GAMBAR 2. 1 ILUSTRASI KEUNGGULAN NANOMATERIAL.

Berikut adalah contoh perhitungan perbandingan makropartikel


dan nanopartikel (Gambar 2.2). Salah satu contohnya kelereng
(makropartikel) dan serbuk berskala nanometer ditempatkan dalam
beaker glass yang volumenya sama. Bentuk nanopartikel diasumsikan
bulat seperti kelereng maka luas permukaan (surface area) partikel bulat
(bola) adalah,

GAMBAR 2. 2 PERBANDINGAN SERBUK NANOPARTIKEL DAN MAKROPARTIKEL (KELERENG).

SA = 4p r2 (2.1)
dengan SA: surface area (m2/mm2/nm2)
r: radius bola (m/mm/nm)

12 HARINI SOSIATI
Selanjutnya, volume bola adalah
V = 4/3 p r3 (2.2)
dengan V: volume bola (m3/mm3/nm3)

Apabila radius kelereng diasumsikan 1 cm (0,01 m), luas permu-


kaan kelereng adalah
SA = 1,3 x 10-3 m2 (2.3)
dan volumenya adalah
V = 4,2 x 10-6 m3, (2.4)
sehingga luas persatuan volume kelereng SA/V = 300.
Selanjutnya, apabila dikonversikan ke skala nanometer, 1 nm =
10-9 m, maka SA/V = 3 x 1010.

Dari contoh perhitungan tersebut, dapat dibuktikan bahwa semakin


kecil ukuran material luas permukaan persatuan volumenya menjadi
jauh lebih besar. Inilah salah satu faktor yang akan meningkatkan
sifat material. Akan tetapi, ditinjau dari segi pengaruh permukaan
material/partikel, apabila ukuran sebuah partikel semakin kecil, akan
terjadi perubahan perbandingan jumlah atom pada permukaan
partikel yang lebih besar dibandingkan dengan yang ada di dalamnya.
Sebagai contoh, partikel yang berukuran 30 nm menunjukkan 5%
atom berada pada permukaan partikel. Sedangkan partikel yang
berukuran 10 nm dan 3 nm, masing-masing meningkat menjadi 20%
dan 50% atom berada di permukaan partikel. Hal inilah yang menye-
babkan mengapa nanopartikel menjadi lebih reaktif dibandingkan
dengan partikel yang berukuran lebih besar.

B. PERUBAHAN SIFAT NANOMATERIAL


Material yang berada pada ukuran mikrometer umumnya akan

PENGANTAR NANOMATERIAL 13
menunjukkan sifat fisis yang sama dengan material padat berskala
makro. Akan tetapi, apabila material berada pada ukuran nanom-
eter, akan menunjukkan perbedaan sifat yang signifikan dibandingkan
dengan bulk material (bahan padatan) (Èitakoviæ, 2019). Secara umum,
sifat-sifat nanomaterial adalah sebagai berikut:
1) Nanomaterial memiliki sifat kekuatan (strength), kekerasan (hardness),
dan ketangguhan (toughness) tinggi.
2) Nanometerial menunjukkan sifat superplastis walaupun pada suhu
rendah.
3) Ukuran butir sebagai kontrol sifat mekanis, listrik, optik, kimia,
dan magnetik.
4) Titik lebur nanomaterial menjadi lebih rendah dengan menurunnya
ukuran butir.
5) Magnetization dan coercivity nya tinggi. Dalam hal ini, coercivity adalah
intensitas medan magnet yang diperlukan untuk menetralisasi sifat
kemagnetan material.

Berikut ini ditunjukkan beberapa contoh korelasi antara perbedaan


ukuran nanomaterial dan perubahan sifat fisis. Gambar 2.3 menun-
jukkan korelasi antara ukuran nanokristal CdS (a) dan ukuran
nanopartikel Au (b), dan titik lebur. Pada gambar tersebut, terlihat
bahwa semakin kecil ukuran nanopartikel, titik leburnya akan semakin
rendah. Dari data tersebut penurunan titik leburnya dapat mencapai
1000°C; perhatikan perbedaan titik lebur pada radius 50 Å dan 12
Å. Akan tetapi, penurunan titik lebur tidak terjadi pada bulk material
(bahan padat).
(b)

14 HARINI SOSIATI
(b)
(b)

GAMBAR 2. 3 SIZE DEPENDENCE OF THE MELTING TEMPERATURE OF CDS NANOCRYSTALS (A) AND
AU NANOPARTICLES (B) (ALIVISATOS, 1996; FONT & MYERS, 2013).

GAMBAR 2. 4 ILUSTRASI PERBANDINGAN SURFACE INTERACTION ANTARA NANOPARTIKEL DAN


MIKROPARTIKEL.

PENGANTAR NANOMATERIAL 15
Selain itu, juga terjadi penurunan konstanta kisi (lattice constant) atau
jarak antaratom pada material berskala nanometer. Hal ini disebabkan
oleh besarnya fraksi atau perbandingan antara luas permukaan atom
terhadap jumlah total atom, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.4
(Laroui dkk., 2011). Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa
apabila ukuran partikel semakin kecil, jarak ikatan antara permukaan
atom akan semakin dekat, demikian pula jarak antara pusat atom
(bond length). Hal ini menunjukkan penurunan lattice constant yang cukup
besar pada seluruh partikel. Pengaruh bond length terhadap kekuatan
ikatan antaratom ditunjukkan secara skematik pada Gambar 2.5.

GAMBAR 2. 5 SKEMATIK PENGARUH BOND LENGTH TERHADAP KEKUATAN IKATAN.


( HTTPS://SLIDEPLAYER.COM/SLIDE/6657565/)

Quantum dots (QD) adalah partikel semikonduktor yang memiliki


ukuran sangat kecil yaitu dalam rentang 2-10 nm atau kira-kira setara
dengan ukuran dari 50 atom. Karena kecilnya dimensi QD, hal itu
dapat menyebabkan adanya perbedaan sifat listrik nanomaterial jika
dibandingkan dengan sifat tersebut pada partikel yang berskala mikro
ataupun makro. Efek QD diilustrasikan pada Gambar 2.6. Perbedaan
warna yang ditunjukkan pada pada gambar tersebut disebabkan oleh
adanya perbedaan ukuran nanopartikel CdSe/ZnS sebagai
nanopartikel semikonduktor. Selain itu, juga ditunjukkan adanya
korelasi ukuran partikel dan emisi karena adanya perbedaan panjang
gelombang nanomaterial. Pada umumnya, semakin kecil ukuran
kristal/partikel, band gap akan semakin besar (Gambar 2.7). Artinya,

16 HARINI SOSIATI
perbedaan energi antara level/batas valence band yang tertinggi dan
conduction band yang terendah menjadi lebih besar. Oleh karena itu,
perlu energi yang lebih besar untuk mengeksitasi quantum dot dan
akibatnya banyak energi yang terbuang jika kristal kembali ke kondisi
statis atau motionless. Perlu diketahui, bahwa adanya band gap hanya
dapat ditemui pada material semikonduktor dan isolator, tidak pada
material konduktor seperti logam (Gambar 2.8).

GAMBAR 2. 6 EFEK QUANTUM DOT. (HTTP://WWW.TISKARSTVO.NET/PRINTING&DESIGN2016/


CLANCIWEB/MINGA/MINGA.HTML)

GAMBAR 2. 7 KORELASI ANTARA UKURAN PARTIKEL DAN BAND GAP.

Dalam hal ini, QD dapat diaplikasikan untuk berbagai device


nonbiomedis dan biomedis. Adapun contoh device nonbiomedis di
antaranya adalah device optik dan optoelektronik, quantum computing,
information storage dan fotodetektor infrared (IR). Sedangkan contoh

PENGANTAR NANOMATERIAL 17
aplikasi device biomedis adalah microscopy dan multiplexed histology, drug
delivery, flow cytometry dan photodynamic therapy.

GAMBAR 2. 8 PERBEDAAN BAND GAP PADA MATERIAL KONDUKTOR DAN NON-KONDUKTOR.

C. Sekilas tentang carbon nanotube (CNT)


Carbon (C) adalah unsur nonlogam dengan nomer atom 6 dan
nomer massa 12 memiliki radius atom 0,077 nm serta titik lebur tinggi
yaitu sekitar 3500°C. C merupakan basis di dalam semua komponen
organic. C memiliki 8 allotrope yaitu diamond, graphite, lonsdaleite, C60,
C540, C70, amorphous carbon dan single-walled CNT (Gambar 2.9) (Aqel
dkk., 2012). Allotrope adalah unsur kimia yang mempunyai dua atau
lebih konfigurasi molekul yang berbeda dan sifat kimia dan fisika yang
berbeda, tetapi tersusun dari unsur yang sejenis. Penggolongan CNT
berdasarkan dimensinya dapat dilihat pada Gambar 2.10 (Kanoun
dkk., 2014).
CNT pertama kali dipublikasikan pada tahun 1952 di jurnal So-
viet yaitu Soviet Journal of Physical Chemistry oleh Raduchkevic dan
Luckyanovic. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa serat carbon
grafit yang berongga memiliki diameter sekitar 50 nm. Kemudian
pada tahun 1979, John Abrahamson mempresentasikan bukti adanya
CNT pada konferensi tentang karbon di Pennsylvania State University.
Selanjutnya, sebuah grup scientist dari Soviet mempublikasikan sebuah
hasil formula kimia dan karakterisasi struktur karbon nanopartikel.

18 HARINI SOSIATI
GAMBAR 2. 9 EIGHT ALLOTROPES OF CARBON: A) DIAMOND, B) GRAPHITE, C) LONSDALEITE, D) C60
(BUCKMINSTERFULLERENE OR BUCKYBALL), E) C540, F) C70, G) AMORPHOUS CARBON, DAN H)
SINGLE-WALLED CARBON NANOTUBE OR BUCKYTUBE.

GAMBAR 2. 10 JENIS/TIPE CNT BERDASARKAN DIMENSI.

Pada tahun 1991 seorang peneliti dari Jepang Sumio Iijima


menemukan CNT dalam jelaga yang terbentuk pada elektroda grafit
di NEC (salah satu industri elektronik di Jepang) (Aqel dkk., 2012).
Adapun CNT yang ditemukan tersebut mengandung minimal 2
lapisan yang diklasifikasikan sebagai multi-walled carbon nanotubes
(MWCNTs) yang memiliki rentang ukuran diameter luar dari 3 nm
hingga 30 nm. Secara skematik, tipe dari CNT ditunjukkan pada
Gambar 2.11.
Sejak ditemukannya CNT pada tahun 1991 oleh Iijima, banyak
sekali minat dari para ilmuwan yang mencurahkan perhatiannya,
berkreasi menciptakan CNT yang panjang dan berkelanjutan untuk

PENGANTAR NANOMATERIAL 19
berbagai aplikasi karena berbagai sifat CNT yang dapat diintegrasikan
dengan panjang CNT dan untuk pengembangan teknologi baru
(Zheng dkk., 2004). Salah satu contohnya adalah CNT dengan
panjang ultrasize dapat dipintal menjadi serat yang memiliki kekuatan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai material struktur yang
digunakan saat ini sehingga memungkinkan untuk aplikasi material
maju (advanced materials) yang berkekuatan tinggi dengan berat yang
rendah (high-strength and light weight) (Jiang dkk., 2002). Long-metallic
nanotube juga dapat dibuat sistem mikroelektromekanis tipe baru seperti
motor mikro-listrik, dan juga sebagai kabel nanokonduktor untuk
kabel perangkat mikro-elektronik (Zhu dkk., 2002).

GAMBAR 2. 11 SKEMATIK DIAGRAM TIPE CNT DAN STRUKTUR KARBON YANG DIBEDAKAN MENJADI
SINGLE WALLED CNT (SWCNT), DOUBLE WALLED CNT (DWCNT) DAN MULTI WALLED CNT (MWCNT).

GAMBAR 2. 12 FOTO SEM SWCNT PADA SUBSTRAT-SI. (A) MENUNJUKKAN SELURUH PANJANG
SWCNT, (B) BAGIAN AWAL SWCNT, (C) BAGIAN TENGAH SWCNT, DAN (D) BAGIAN AKHIR SWCNT.
SCALE BAR PADA GAMBAR ADALAH 10 µM.
Foto SEM dari SWCNT (4 cm) pada substrat Si dengan panjang

20 HARINI SOSIATI
4,8 cm ditunjukkan pada Gambar 2.12. Foto ini diambil melalui 230
kali step pemotretan. Karakterisasi SWCNT tidak hanya dilakukan
dengan SEM, tetapi dengan alat karakterisasi yang lainnya, contohnya
adalah diamater serat karbon ditentukan dari tinggi puncak dari height
profile pada permukaan serat karbon yang diukur dengan atomic force
microscope (AFM). Diamater serat karbon yang terukur adalah sekitar
1,4 nm (Zheng dkk., 2004). Nilai tersebut akan memberikan kontribusi
yang sangat penting dalam mempengaruhi sifat CNT, yaitu dari aspek
rasio panjang serat (L) terhadap diameter serat (d).
Selain parameter fabrikasi, dan jenis polimer, aspek rasio L/d dari
CNT merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi
sifat konduktivitas komposit polimer apabila CNT digunakan sebagai
filler (bahan pengisi). Korelasi fraksi volume CNT vs aspek ratio (L/d)
ditunjukkan pada Gambar 2.13. Variasi fraksi volume/berat CNT
antara < 0,05% hingga >10% telah dilakukan penelitian dan
menunjukkan peningkatan sifat mekanis dan konduktivitas listrik
komposit polimer (Moniruzzaman dan Winey, 2006). Sebagai contoh,
masing-masing ditunjukkan pada Gambar 2.14 dan 2.15.

GAMBAR 2. 13 KORELASI FRAKSI VOLUME CARBON NANOPARTICLES DAN CNT SEBAGAI FILLER
TERHADAP ASPEK RASIO (L/D).

PENGANTAR NANOMATERIAL 21
GAMBAR 2. 14 KURVA STRESS STRAIN DARI SWNT-NYLON-6 COMPOSITE FIBERS (GAO DKK.,

2005.)

Gambar 2. 15 Konduktivitas listrik nanokomposit SWNT/polycar-


bonate sebagai fungsi dari fraksi berat CNT (a), dan penurunan frak-
si berat CN (b). Garis putus menunjukkan batas bawah konduktivitas
listrik (Ramasubramaniam dkk., 2003).

CONTOH SOAL BAB DUA


Contoh soal kuiz berikut, yaitu pertanyaan pendek dari bahan
kuliah yang digunakan untuk mengetahui apakah mahasiswa
mengerti/memahami materi yang diajarkan. Jika mahasiswa belum
memahami maka akan dibahas dalam bentuk diskusi.
1. Pada halaman 13 telah dijelaskan contoh yang membuktikan bah-
wa luas permukaan persatuan volume material berskala nanom-
eter berbentuk bola jauh lebih besar dari pada material berskala

22 HARINI SOSIATI
mikro/makro. Jika nanopartikel berbentuk kubus, hitunglah per-
bandingan luas permukaan persatuan volume dengan mikro-
partikel yang berbentuk kubus.
2. Selain karena faktor luas permukaan persatuan volume, faktor
apakah yang menyebabkan kenaikan sifat yang signifikan apabila
ukuran material tersebut direduksi hingga berskala nanometer,
jelaskan.
3. Berikan contoh sifat-sifat material yang dapat meningkat secara
signifikan apabila ukuran material direduksi hingga nanometer.
4. Apa yang anda ketahui tentang carbon nanotube (CNT) dan apakah
keunggulannya.
5. Apakah perbedaan tiga buah kubus yang berukuran sama pada
gambar dibawah ini:

DAFTAR PUSTAKA
Alivisatos, A. P. (1996). Perspectives on the Physical Chemistry of Semiconductor
Nanocrystals. J. Phys. Chem., 3654(95), 13226–13239.
Aqel, A., El-Nour, K. M. M. A., Ammar, R. A. A., & Al-Warthan, A. (2012). Carbon nanotubes,
science and technology part (I) structure, synthesis and characterisation. Arabian
Journal of Chemistry, 5(1), 1–23. https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2010.08.022
Èitakoviæ, N. M. (2019). Physical Properties of Nanomaterials. Vojnotehnicki Glasnik, 67(1),
159–171. https://doi.org/10.5937/vojtehg67-18251
Eberhard, W. G., & Wcislo, W. T. (2012). Plenty of room at the bottom? American Scien-
tist, 100(3), 226–233. https://doi.org/10.1511/2012.96.226
Font, F., & Myers, T. G. (2013). Spherically symmetric nanoparticle melting with a vari-
able phase change temperature. Journal of Nanoparticle Research, 15(12). https://
doi.org/10.1007/s11051-013-2086-3

PENGANTAR NANOMATERIAL 23
Gao, J., Itkis, M. E., Yu, A., Bekyarova, E., Zhao, B., & Haddon, R. C. (2005). Continuous
Spinning of a Single-Walled Carbon Nanotube-Nylon Composite Fiber. Journal of
the American Chemical Society, 127(11), 3847–3854. https://doi.org/10.1021/ja0446193
http://www.tiskarstvo.net/printing&design2016/clanciWeb/minga/Minga.html
https://slideplayer.com/slide/6657565/
Jiang, K., Li, Q., & Fan, S. (2002). Spinning continuous carbon nanotube yarns. Nature,
419(1999), 801. Retrieved from d:%5CUsers%5CAndras%5CArticles%5CNatur-
e%5C2002%5CNature 419 801 (2002) Jiang.pdf
Kanoun, O., Müller, C., Benchirouf, A., Sanli, A., Dinh, T. N., Al-Hamry, A., Bu, L., Gerlach,
C., & Bouhamed, A. (2014). Flexible Carbon Nanotube Films for High Performance
Strain Sensors. Sensors (Switzerland), 14(6), 10042–10071. https://doi.org/10.3390/
s140610042
Laroui, H., Wilson, D. S., Dalmasso, G., Salaita, K., Murthy, N., Sitaraman, S. V., & Merlin, D.
(2011). Nanomedicine in GI. American Journal of Physiology - Gastrointestinal and Liver
Physiology, 300(3), 371–383. https://doi.org/10.1152/ajpgi.00466.2010
Moniruzzaman, M., & Winey, K. I. (2006). Polymer Nanocomposites Containing Carbon
Nanotubes. Macromolecules, 39(16), 5194–5205. https://doi.org/10.1021/ma060733p
Ramasubramaniam, R., Chen, J., & Liu, H. (2003). Homogeneous carbon nanotube/poly-
mer composites for electrical applications. Applied Physics Letters, 83(14), 2928–2930.
https://doi.org/10.1063/1.1616976
Roduner, E. (2006). Size matters: Why nanomaterials are different. Chemical Society
Reviews, 35(7), 583–592. https://doi.org/10.1039/b502142c
Zheng, L. X., O’Connell, M. J., Doorn, S. K., Liao, X. Z., Zhao, Y. H., Akhadov, E. A., Hoffbauer,
M. A., Roop, B. J., Jia, Q. X., Dye, R. C., Peterson, D. E., Huang, S.M., Liu, J., & Zhu, Y. T.
(2004). Ultralong single-wall carbon nanotubes. Nature Materials, 3(10), 673–676.
https://doi.org/10.1038/nmat1216
Zhu, H. W., Xu, C. L., Wu, D. H., Wei, B. Q., Vajtai, R., & Ajayan, P. M. (2002). Direct Synthe-
sis of Long Single-Walled Carbon Nanotube Strands. Science, 296(5569), 884–886.
https://doi.org/10.1126/science.1066996

24 HARINI SOSIATI

Anda mungkin juga menyukai