Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGELOMPOKAN ATAU MENJAGA PRODUK FRESH


SESUAI POS DI SUPERMARKET (SOGO MITRA)

Disusun Oleh :

Nama : Kheni fan helen

Kelas : XII Pemasaran

SMK NEGERI 1 MAMPAWAH HULU


TAHUN AJARAN 2020/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pelaksanaan PraktekKerja Industri ini telah disetujui dan disahkan pada :

Hari                 : ………………………….
Tanggal           : ………………………….
Tempat            : ………………………….

Kepala Supermarket Pembimbing Sekolah

Tan na Serapina Belawati, S.Pd

Kepala Sekolah

Linsen,S.Pd
NIP.19701007200312003
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat TUHAN yang Maha ESA, yang telah
melimpahkan rahmatnya, kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek kerja
industri. Yang berjudul “PENGELOMPOKAN ATAU MENJAGA PRODUK FRESH
SESUAI POS DI SUPERMARKET (SOGO MITRA)”.

Penyusunan laporan ini di maksudkan untuk memenuhi tugas individu pada maggang
tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangannya,
baik dari segi keluasan ini membahas maupun dari sistimatika penulisan mengharapkan pembaca
dapat menyampaikan kritik dan sarannya terhadap hasil makalah ini untuk perbaikan perbaikan
di masa yang akan datang.

Pada akhirnya, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Sekian dari saya mengucapkan terima kasih

                                        

  

                                                               

   Karangan,  November 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penempatan barang dagangan di rak toko atau minimarket dapat memengaruhi minat
konsumen dalam berbelanja. Tata letak barang dalam rak toko merupakan kunci penting
pembelanjaan tak terencana yang dilakukan oleh konsumen.

Display dan penempatan barang dagangan yang dimaksud adalah tidak hanya menyusun
barang di rak display agar terlihat rapi, tetapi juga terdapat teknik-teknik khusus. Penataan
barang dilakukan dengan mengelompokkan jenis barang sesuai dengan minat
konsumen (taste)  dengan tetap memperhatikan keindahan, keamanan, dan kemudahan baik
untuk konsumen maupun penjaga toko.

Penataan produk yang terdapat di supermarket harus mengikuti Standard Operating


Procedure (SOP). SOP dalam penataan produk merupakan suatu langkah yang harus ditempuh
pada penataan produk yang dijadikan acuan dalam penataan untuk menarik perhatian konsumen.
Dengan adanya SOP dalam penataan produk, maka barang-barang yang terdapat di supermarket
akan tertata dengan rapi dan menarik. Selain itu, dalam menata produk juga harus
memperhatikan penggunaan ruangan dan mengelompokkan produk sesuai kategori produk.

Bagaimana SOP penataan produk yang tepat dan benar? Bagaimana standar penyusunan
SOP di supermarket? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pelajarilah uraian materi
berikut dengan sungguh-sungguh!

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persiapan penataan produk (Display)?
2. Bagaimana standar penyusunan SOP (standar Operating Proceduer)
POS (Prosedur Operasi Standar) penataan produk?
3. Bagaimana penataan produk Fresh
4. Bagaimana penataan produk fashion dan sport?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui persiapan penataan produk (Display)
2. Untuk mengetahui standar penyusunan SOP (standar oprating procedure) POS (prosedur
operasi standar) penataan produk
3. Untuk mengetahui penataan produk Fresh
4. Untuk mengetahui penataan produk Fashion dan Sport.
DAFTAR ISI

COVER

PENGESAHAN

KATA PENGANTAR…………………………………………………....i

DAFTAR ISI………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….

1.1 Latar Belakang………………………………………………….1

1.2 Rumus Masalah…………………………………………………1

1.3 Tujuan……………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….

2.1 Persiapan Penataan Produk (Display)…………………………..3

2.2 Standard Penyusunan SOP (Standard Operating Procedure) POS

( Prosedur Operasi Standard) Penataan Produk………………………………………….6

2.3 Penataan Produk Fresh………………………………………………………………10

2.4 Penataan Produk Fashion dan Sport………………………………………………….13

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Penataan Produk (Display)


2.11 Pengelompokkan Produk
Sebelum melakukan kegiatan penataan produk, petugas harus mengelompokkan produk
yang akan ditata berdasarkan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
 Berdasarkan Jenis Produk
Contohnya adalah produk food, nonfood, fresh, peralatan rumah tangga, fashion, dan
lain-lain. Pengelompokkan harus sudah dilakukan sejak produk disimpan di
gudang. Pengelola supermarket harus membuat daftar jenis produk yang akan ditata.
Daftar kelompok produk akan digunakan untuk membuat perencanaan layout produk
(planogram). Planogram adalah perancangan visual yang mengatur penempatan barang
dagangan pada rak, yang biasanya dibuat oleh visual merchandiser atau tim marketing.
 Berdasarkan Merek Produk
Setiap jenis produk akan dikelompokkan lagi berdasarkan mereknya. Pengelompokkan
ini dilakukan karena satu jenis produk dapat dibuat oleh lebih dari satu perusahaan,
sehingga mereknya juga akan berbeda-beda. Contohnya merek sampo, seperti Sunsilk,
Dove, Pantene, dan Rejoice. Penataan untuk satu jenis produk biasanya dipajang pada
rak yang sama dan dipajang berdasarkan mereknya.
 Berdasarkan Ukuran Produk
Produk dijual dengan ukuran yang berbeda-beda. Oleh karena itu, produk harus ditata
berdasarkan ukurannya. Pengelompokkan dan pengklasifikasian produk
di supermarket disebut Point of Sale (POS), yang biasanya disusun dengan
urutan ukuran produk, jenis produk, merek produk, submerek produk, spesifikasi prod
uk, dan warna produk.
2.1.2 Tujuan Pengelompokkan Produk
a. Bagi Produsen
1) Mempermudah penyimpanan di gudang.
2) Mempermudah penataan di ruang pajang.
3) Mempermudah pengambilan dari gudang atau tempat pemajangan.
4) Mempermudah pengawasan dan pemeliharaan.
5)Bagi Konsumen
 Memudahkan dalam mencari dan memilih produk yang akan dibeli.
 Memudahkan dalam berbelanja.
2.1.3 Peralatan Penataan Produk (Display) Food, Nonfood, Household, Toys, Stationery,
Fresh, dan Kosmetik di Supermarket
Sebelum melakukan penataan produk, peralatan dan perlengkapan yang
digunakan dalam display tentunya perlu dipersiapkan. Peralatan yang dibutuhkan untuk
memajang produk supermarket yang meliputi kategori food, nonfood, household, toys,
stationery, fresh, dan kosmetik, yaitu sebagai berikut.
a. Gondola
Gondola yaitu tempat memajang produk yang kedua sisinya terdiri atas rak-rak
(shelving) yang tersusun dari atas ke bawah.
b. Shelving
Shelving yaitu bagian dari gondola yang berupa rak-rak yang disusun dari atas ke
bawah. Dalam satu gondola biasanya terdiri atas beberapa shelving di kedua sisinya.
c. Wagon
Wagon yaitu boks besar yang digunakan untuk menata produk-produk yang sedang
promo.
d. End gondola,
End gondola yaitu gondola akhir paling ujung untuk disewakan.
e. Ambalan
Ambalan yaitu kayu yang terletak di bawah untuk dasar floor display.
f.  Showcase
Showcase yaitu alat pajang yang berfungsi memajang produk fresh, seperti daging
segar, sosis, dairy, dan ikan segar.
g. Showcase Chiller
Showcase chiller yaitu peralatan display untuk memajang produk fresh,
dairy, minuman, dan berbagai produk lain yang tidak dipajang dalam showcase.
h. Bins
Bins yaitu alat pemajang buah  dan sayuran. Bins dapat berbentuk miring atau lurus.
i. Frozen Island
Frozen island yaitu alat yang digunakan untuk menempatkan produk-produk beku.
Alat ini berbentuk boks besar memanjang. Biasanya, alat ini digunakan untuk
menyimpan produk dalam jangka waktu yang lama.
2.1.4 Peralatan Penataan Produk (Display) Produk Fashion dan Sport

a. Mannequin Dress
Mannequin dress yaitu patung seluruh badan yang digunakan untuk memajang
produk baru.
b. Torso
Torso yaitu patung setengah badan yang berfungsi memajang pakaian bagian atas.
c.  Presentation Table
Presentation table yaitu meja yang digunakan untuk memajang produk
sampel/contoh.
b. Back Wall
Back wall yaitu dinding yang digunakan untuk memajang produk.
d. Waterfall
Waterfall yaitu besi yang dipasang di tembok dengan arah menurun, yang berfungsi
menggantung hanger.
e. Platform
Platform yaitu body display yang terbuat dari plastik berbentuk pipih.
f. Wagon
Wagon yaitu kotak sebagai tempat menata produk yang sedang diobral/promo.
g. Dressmaking
Dressmaking yaitu torso bagian badan tanpa lengan/kaki yang khusus digunakan
untuk memajang pakaian setelan.
h.  T-Stand
T-yaitu alat untuk menggantung pakaian yang di-hanger. Alat ini berbentuk seperti
huruf T.
i. Swastika
Swastika yaitu T-stand ganda yang mempunyai empat arah.
j. Gawang
Gawang yaitu alat untuk menggantung pakaian yang di-hanger. Alat ini berbentuk
seperti gawang.
k. Hanger
Hanger yaitu alat untuk menggantung produk, biasanya pakaian.
l. Ambalan
Ambalan yaitu rak yang disusun untuk memajang pakaian yang dilipat.
m.  Single Hook
Single hook yaitu peralatan display yang berfungsi menggantung produk, seperti
dasi, topi, ikat pinggang, kaus kaki, serta aksesori untuk wanita.
n.  Bracket
Bracket yaitu media untuk memasang sebuah alat penyangga televisi yang biasanya
dipasang di dinding, pilar, dan langit-langit.
o. Piramida
Piramida yaitu ambalan yang terdiri atas dua tingkat.

Berikut ini yang termaksud dengan Perlengkapan Penataan Produk

a. Stock Keeping Unit (SKU)


SKU yaitu keterangan mengenai nama, harga, dan nomor PLU suatu produk.
b. Bay
Bay yaitu susunan pemajangan produk di rak satu baris ke bawah.
c. Tier
Tier yaitu barisan pemajangan produk ke belakang memanjang dalam satu rak.
d. Face
Face yaitu pemajangan produk tampak muka.
e. Point of Purchase (POP)
POP yaitu label yang berisi informasi nama produk, harga, ukuran/berat, dan
informasi lainnya, seperti diskon atau promosi.
f. Check on Counter (COC)
COC yaitu pemajangan produk yang berada di meja kasir.
g. Price Look Up (PLU) Code
PLU code yaitu kode nomor identitas produk atau barcode yang berfungsi untuk
komputerisasi.
2.2 Standard Penyusunan SOP (Standard Operating Procedure)/POS (Prosedur Operasi
Standar) Penataan Produk

2.2.1 Pengertian dan Fungsi SOP/POS


Penataan produk yang terdapat di supermarket harus mengikuti Standard Operating
Procedure (SOP). SOP penataan produk adalah langkah-langkah yang harus ditempuh pada
penataan produk yang dijadikan acuan (standar) untuk menarik perhatian konsumen ketika
membeli produk. Keberadaan SOP sangat penting bagi operasional suatu perusahaan.
Dengan adanya SOP, perusahaan dapat mengantisipasi berbagai situasi yang dapat terjadi
dalam menjalankan bisnis.
SOP ini disusun sejak mendirikan perusahaan. Pada tahap awal, SOP terlihat sederhana.
Akan tetapi, seiring dengan perjalanan dalam menjalankan bisnis, pihak perusahaan akan
semakin memperbaiki kelengkapan SOP.
SOP akan memberi arah bagi staf perusahaan dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan
kejelasan ruang lingkup, maka job description akan jelas. Hal ini dapat mengantisipasi
adanya pekerjaan yang sama dilakukan oleh beberapa orang. Dengan demikian, kinerja staf
perusahaan akan terjaga dengan baik dan efektif.
Sesuai dengan perkembangan perusahaan, kompleksitas usaha, serta dinamika yang ada,
peran SOP semakin dibutuhkan dalam perusahaan. Hal ini akan menjadi pedoman dalam
melakukan proses pekerjaan. Apabila tidak ada pedoman yang baku akan menimbulkan
kebingungan di antara karyawan. Banyak permasalahan yang akan timbul, misalnya tahapan
atau langkah-langkah seharusnya suatu proses pekerjaan dilakukan, personel yang harus
mengerjakannya, personel yang memberi persetujuan, dokumen yang harus disiapkan, dan
berbagai permasalahan lainnya yang secara keseluruhan dapat mengurangi efektivitas dan
efisiensi pekerjaan.
Berikut ini merupakan fungsi Standard Operating Procedure (SOP)/Prosedur Operasi Standar
(POS) secara spesifik.
a. Memperlancar tugas karyawan atau tim unit kerja.
b. Sebagai dasar hukum jika terjadi penyimpangan atau ketidaksesuaian.
c. Mengetahui adanya hambatan dalam suatu proses kerja.
d. Menjadi pedoman cara menata produk yang sesuai dengan standar perusahaan.

2.2.2 Standar Penyusunan SOP/POS di Supermarket

SOP manajemen retail yang biasa digunakan oleh perusahaan retail antara lain
sebagai berikut.

a. SOP Proses Pengadaan Barang

Adanya kesediaan dan stok yang lengkap menjadi salah satu keunggulan bersaing
dalam usaha retail. Oleh karena itu, kelengkapan produk dapat menjadi salah satu
pilihan penting bagi konsumen atau pembeli untuk menjadi pelanggan. SOP
(Standard Operating Procedure) yang harus ditetapkan dalam usaha retail adalah
proses identifikasi kebutuhan barang yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian,
proses pengadaan stok barang, serta pemeriksaan waktu atau tanggal kedaluwarsa
barang.

Gamabar 1.1

b. SOP Pelayanan

SOP pelayanan mengatur sikap dan perilaku seorang staf dalam melayani
pelanggan. Bagi karyawan baru yang tidak mengerti dan belum paham dunia usaha,
maka SOP pelayanan sangat penting untuk dibentuk.
Gambar 1.2

c. SOP Persediaan

Sistem persediaan barang dapat dibagi menjadi dua, yaitu persediaan untuk
swalayan dan nonswalayan. Bisnis retail dengan sistem persediaan swalayan artinya
menetapkan proses penggabungan stok barang ke area pelayanan. Sistem ini dapat
mendorong peningkatan penjualan, namun juga dapat berisiko adanya kehilangan
barang. Sementara itu, sistem persediaan pada nonswalayan cenderung memiliki
risiko yang rendah. Akan tetapi, harus memperhatikan penataan secara tepat agar
dapat menarik pelanggan.

Gambar 1.3

d. SOP Finance Accounting

Kondisi manajemen retail yang terjadi secara cepat mengharuskan pemilik


melakukan proses pembaruan harga secara tepat dan akurat. Dalam proses
penyusunan SOP finance accounting, pihak manajemen memperhatikan status
laporan pembelian dan penjualan barang secara akurat. Selain itu, mereka juga
melakukan survei harga untuk memastikan bahwa harga yang ditetapkan bukanlah
harga yang tinggi. Apabila hal ini terjadi dapat berisiko beralihnya bisnis atau juga
harga yang terlalu rendah, sehingga sulit untuk membeli kembali barang untuk
dijual.

2.2.3 Melakukan Pelabelan Produk

Sebelum dipajang, biasanya produk terlebih dahulu diberi label. Namun,


suatu produk boleh saja tidak diberi label, asalkan sudah memiliki barcode. Label
produk harus memuat tanggal penerimaan produk (receiving), kode produk,
kode supplier, barcode, harga produk, serta informasi yang sesuai dengan merek,
tipe, dan ukuran produk tersebut.

Saat berbelanja di supermarket, konsumen sering menjumpai label harga


pada rak toko. Label yang dicantumkan pada rak display inilah yang disebut
dengan price card/price label (label harga). Pada price card,
biasanya barcode atau code barcode juga dicantumkan.

Ketentuan yang harus diperhatikan pada pelabelan produk, antara lain


sebagai berikut.

a. Price card tidak boleh rusak.


b. Price card harus sesuai dengan produk yang dipajang.
c. Price card harus diletakkan tepat di depan fisik produk tersebut.
d. Semua produk yang dipajang memiliki price card dengan memperhatikan
hal-hal berikut, yaitu:

1) bagaimana produk yang dilabel langsung di produknya, dus tidak diberi


label. Pada shelving, dipasang POP yang berisi keterangan merek, jenis,
serta harga produk tersebut
2) setiap produk yang disamping harus sudah diberi label harga.

e.  Price card ditempel rapi di tempatnya, tidak menutupi produk dan hal-hal


penting yang ada di produk tersebut, tidak boleh miring, serta bagi produk
yang sama label harganya, label ditempelkan pada tempat yang sama.

2.2 4 Langkah-langkah Melakukan Penataan Produk


a. Isi Bagian Depan (Etalase) Toko Terlebih Dahulu
Calon pembeli akan lebih tertarik jika melihat toko yang produknya banyak dan
kelihatan penuh karena mereka akan dapat lebih leluasa untuk memilih produk
yang mereka inginkan.
b. Perhatikan Warna Produk
Produk dengan warna yang cerah hendaknya ditempatkan di bagian yang paling
mudah dilihat oleh pengunjung toko. Selain itu, warna cerah yang diletakkan
bersebelahan dengan warna cerah lainnya akan memberi kesan segar dan
menarik. Contoh: memadukan warna kuning, oranye, dan merah, sehingga
perhatian dari pengunjung toko akan lebih cepat didapatkan.
c. Desain Menarik Sebagai Jangkar
Produk yang tidak atau kurang terkenal, tetapi memiliki desain atau model yang
sangat menarik dan inovatif dapat diletakkan berdekatan dengan produk terkenal
yang justru didesain dengan biasa saja. Ini adalah strategi dengan menggunakan
desain yang menarik sebagai jangkar atau penarik yang disandingkan dengan
produk yang sudah terkenal. Harapannya, pengunjung akan tertarik untuk
membeli keduanya karena dua alasan, yaitu desain menarik dan merek terkenal.
d. Produk Laris di Bawah
Pada toko ritel, produk yang laris diletakkan di bawah. Hal ini dilakukan karena
produk tersebut akan tetap dicari oleh konsumen, tidak peduli di mana produk
tersebut diletakkan. Konsumen sudah hafal dengan bentuk produk tersebut,
sehingga mudah ditemukan. Sementara itu, produk yang kurang terkenal dapat
diletakkan sejajar dengan pandangan mata pengunjung.
e. Kemasan Besar di Kanan
Produk dengan kemasan besar biasanya diletakkan di sebelah kanan. Hal ini
dilakukan karena kebiasaan manusia menggunakan tangan kanan, sehingga
kemungkinan terpilihnya produk dengan kemasan besar akan semakin tinggi.
f. Pengelompokkan Produk
Kelompokkan produk dengan kategori yang sama pada tempat yang berdekatan.
Tempatkan juga produk pelengkapnya berdekatan. Hal ini dilakukan untuk
membantu mengingatkan pengunjung akan kebutuhannya.
g. Tempatkkan Produk Impulsif di Kasir
Kebiasaan pengunjung saat antre di kasir adalah memperhatikan sekelilingnya.
Tempatkan beberapa produk yang unik dan menarik di area kasir. Hal ini dapat
mengingatkan pengunjung akan kebutuhannya dan juga menarik pengunjung
untuk membeli jika harga produk tersebut terjangkau.

2.3 Penataan Produk Fresh

POS/SOP penataan produk segar tidak jauh berbeda dengan penataan produk
supermarket pada umumnya dan fashion. Perbedaannya hanya tertelak pada
penggunaan tempat pemajangan produk dan tindakan yang harus dilakukan agar
produk tetap segar.

a. Penataan produk sayuran.

1. Kualitas sayuran dapat dilihat dari kesegaran, ikatan ukuran dan jenis, bentuk,
serta warnanya. Khusus untuk sayuran daun, ketika warna mulai berubah
menjadi kekuningan, itu berarti sayuran tersebut sudah tidak layak untuk
dijual.
2. Produk sayuran dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu daun, buah, bunga
umbi, atau akar. Pengelompokkan sayuran ini diperlukan karena ada
perbedaan tempat untuk produk-produk tersebut. Sayuran berupa buah, bunga,
dan akar harus dipajang pada showcase agar lebih tahan lama dan tetap segar.
Sebelum dipajang, sayuran berupa bunga dikemas dalam styrofoam yang
diberi plastic wrap. Sementara itu, kentang dan bawang bombay harus
dipajang pada tempat dengan suhu ruangan yang sesuai. Sayuran umbi
dipajang pada alat pajang yang terbuat dari kayu yang biasanya dibentuk kotak
atau persegi. Sebelum dipajang, sayuran umbi yang dijual per pack harus
dikemas terlebih dahulu dengan menggunakan plastik atau kemasan yang
terbuat dari bahan jala.
3. Arus perputaran pemajangan adalah First in First Out (FIFO), yaitu produk
yang masuk pertama dipajang terlebih dahulu agar terjual lebih dulu.
4. Label dan POP (Point of Purcahes) harus terpasang.

b. Penataan produk buah-buahan.

1. Buah yang dipajang harus berkualitas. Kualitas ditentukan dari tingkat


kesegaran, keseragaman ukuran buah, serta kondisinya (tidak cacat dan tidak
busuk).
2. Warna harus seimbang. Buah yang dipajang harus dikelompokkan berdasarkan
warna agar terlihat seimbang.
3. Buah yang dipajang adalah buah yang datang terlebih dahulu agar produk stok
awal segera terjual. Metode First In First Out (FIFO) berlaku.
4. Buah yang dikemas menggunakan styrofoam tidak perlu dipasangi POP (Point
of Purchase), tetapi setiap kemasannya harus dipasangi label yang berisi
informasi nama, berat, dan harga buah tersebut.
5. Buah yang dipajang pada bins dibedakan antara buah lokal dan impor.
6. Buah yang dikemas dipajang pada showcase.

c. Penataan produk daging, ayam, dan ikan.

1. Daging sapi.
a. Daging yang dipajang harus berkualitas, yaitu daging segar dengan warna merah
muda (bukan merah tua).
b. Daging dipajang sesuai dengan kelompoknya, dipisahkan dari bahan mentah dan
hasil olahan.
c. Daging segar dikemas menggunakan styrofoam dan diberi label yang berisi nama
daging, berat, dan harganya. Daging segar dapat berupa daging utuh dan daging
giling. Daging segar dapat juga dipajang dengan wadah nampan tanpa dikemas
dengan styrofoam, yang bertujuan memudahkan konsumen untuk memilih
potongan daging yang dilusinkan.
d. Daging yang dijual di supermarket umumnya berupa daging segar dan daging
beku. Daging segar dipajang pada showcase dan daging beku dipajang
pada frozen island. Suhu showcase diatur sekitar 16-20 derajat celcius dan frozen
island 0-2 derajat celcius.
e. Potongan daging yang berlemak diletakkan di sebelah atas.
f. Menggunakan nampan bersih dan kering untuk peralatan display.
2. Ayam.
a. Daging ayam dapat dikemas utuh atau per bagian, misalnya paha, dada, atau
ceker. Bisa juga berupa daging ayam giling.
b. Daging ayam dikemas dengan menggunakan styrofoam dan plastic wrap. Setiap
kemasannya diberi label yang berisi nama, berat, dan harganya.
c. Produk olahan ayam juga tersedia.
3. Ikan.
a. Ikan basah dipajang di atas es serut dan dilengkapi dengan lemon dan jeruk nipis.
b. Tersedia aquarium berisi ikan yang dijual dalam keadaan hidup, seperti gurame,
lele, dan lain-lain.
c. Di tempat pajangan ikan disediakan mangkuk yang berisi air dan potongan es
jeruk nipis untuk cuci tangan konsumen.
d. Produk olahan ikan diletakkan di tempat khusus yang dekat dengan ikan segar.
e. Mencantumkan POP (Point of Purchase).
f. Tersedia tempat khusus untuk mengemas dan membersihkan ikan.
g. Ikan fillet dapat dikemas dengan styrofoam yang dibungkus plastic wrap.
4. Penataan produk dairy.
a. Produk dikelompokkan berdasarkan jenis (susu, yoghurt, keju, dan sebagainya)
atau kegunannya.
b. Komposisi warna, label, dan merek menghadap ke depan.
c. Pajangan selalu dirapikan, selalu terlihat cukup, dan berkesinambungan.

2.3 Penataan Produk Fashion dan Sport

a. Prinsip Penataan Produk Fashion dan Sport

1. Produk Baru (New Arrival)

Pada produk baru, pengelompokan dilakukan dengan cara:

a. Menata produk sesuai dengan koleksi.


b. Menata sesuai dengan model dan jenis bahannya.
c. Menata menurut intensitas warna (colour).
d. Menata sesuai dengan ukuran dari tiap-tiap kelompok.
e. Meletakkan produk baru di bagian depan toko.

2. Pedoman Penataan Berkelompok (Grouping Merchandise)


a. Produk Fashion

Untuk mempermudah penataannya, produk fashion dapat dikelompokkan


berdasarkan motifnya, seperti polos (plain), bunga-bunga (flowers), kotak-
kotak (cheeks), bulat-bulat (polkadot), garis-garis (stripes), dan motif gambar
(graphies).

b. Produk Sport

Penataan produk sport dapat dikelompokkan berdasarkan:

 Merek (brand), seperti tempat pemajangan yang sama untuk sepatu, tas, t-shirt, dan
topi dengan merek yang sama.
 Kategori, misalnya celana panjang, celana pendek, kaos, jersey, jaket, dan lain-lain.
 Usia konsumen, anak-anak, remaja, atau dewasa.
 Penggunaannya, seperti untuk renang, basket, sepak bola, senam, dan sebagainya.
 Style, berupa tulisan, gambar, warna, atau model tertentu.
 Bahan kain yang digunakan, seperti katun, spandek, poliester, atau lainnya.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan produk sport:

a. Produk terbaru dari tiap-tiap kelompok dipajang di depan, yang agak lama
di tengah, sedangkan yang sudah lama sekali ditempatkan pada bagian
paling belakang.
b. Tiap-tiap kelompok display dirapikan lagi berdasarkan intensitas warna dan
motifnya.
c. Stok dari setiap produk yang dipajang di vocal point harus diletakkan di
dekat vocal point.
d. Produk sale, clearance, broken size, dan broken colour tidak boleh
dipajang di patung.
e. Gantungan harus sesuai dengan bagian dan semua gantungan di fixture/T-
stand letaknya harus searah.
f. Standar jarak hanger satu ke hanger berikutnya adalah 2,5 cm (2 ruas jari).
g. Harus ada persetujuan terlebih dahulu apabila petugas akan
memasang fixture, sign, dan peralatan lain.

3. Penataan Produk Tidak Lengkap

Sama seperti produk-produk yang lengkap, prinsip penataan produk-produk


tidak lengkap adalah sebagai berikut.

a. Penataan menurut koleksi.


b. Penataan menurut model dan jenis motif (style).
c. Penataan menurut intensitas warna.
d. Penataan menurut ukuran (size).
4. Penggunaan Wagon dan Table Promo
Penggunaan wagon display pada setiap area harus didampingi dengan T-
stand untuk memajang sebagian besar dari isi wagon. Dengan T-stand yang ada di
sampingnya, warna, model, ukuran, dan jenis motif produk yang ada
di wagon akan lebih terlihat. Saat ini, wagon sudah banyak diganti dengan table
promo yang hanya berfungsi memajang produk-produk promo atau diskon. Pada
umumnya, saat memilih produk, konsumen cenderung membongkar seluruh
isi wagon, sehingga menjadi tidak rapi dan membutuhkan waktu lagi untuk
merapikannya.
5. Penggunaan Fixture Kombinasi Antara Gondola dan T-stand
a. Usahakan produk dapat menghadap ke depan, sehingga model, warna, dan
ukurannya jelas.
b. Apabila cara pertama sudah dilakukan, tetapi stok masih banyak,
susunlah display yang tampak dari samping.
c. Apabila cara pertama dan cara kedua sudah dilakukan, tetapi ternyata stok
masih banyak, susunlah display dengan melipat produk.
6. Penggunaan Bracket dan Hook Khusus di Pilar

Bracket dan hook dipasang dengan tujuan agar semua produk


pada display menghadap ke depan, jika dilihat dari semua sisi pilar. Berikut
adalah hal-hal yang dilakukan apabila stok produk dalam keadaan menurun
(under stock).

a. Bracket dan hook di fixture dilepas, kemudian permukaan fixture tersebut


diganti fungsinya menjadi vocal point dengan menggunakan gantungan
susun atau ditambah dengan tampilan menghadap ke depan (face out).
b. Mengurangi fixture yang ada di counter, kemudian ditata ulang dengan jarak
penataan yang lebih lebar dan lenggang.
c. Ambalan diganti dengan media T-stand tunggal atau ganda dan ditata menurut
prinsip penataan yang berlaku.
b. Kriteria Penataan Produk Fashion dan Sport
1. Sederhana, tapi menarik perhatian pengunjung.
2. Mempunyai dampak yang dapat dirasakan serasi dengan keadaan toko.
3. Mampu membujuk dan memengaruhi pengunjung untuk membeli produk.
4. Merchandise harus diganti secara berkala sesuai dengan tema.
5. Mengganti produk yang baru (new arrival) secara berkala agar pengunjung
tidak bosan.
6. Menjangkau dunia anak-anak (kids) dengan membuat tema tokoh kartun,
animasi, dunia fauna, dan sejenisnya.
7. Teknik penataan produk sport menggunakan area counter-active, yaitu teknik
pemajangan dengan mendekatkan satu jenis produk dengan jenis yang lain.
Contohnya, sepatu dipajang berdekatan dengan celana pendek atau aksesori
lain, misalnya kaos kaki, topi, ikat kepala, tas olahraga, atau kaus jersey.
8. Dapat menggunakan maneken, terutama untuk produk yang sedang tren.
Penggunaan maneken dapat memberi kesan mewah dan berbeda.
c. Penataan Produk Pendukung Fashion dan Sport

1. Sepatu dan Sandal Dewasa

Sepatu dan sandal dewasa dapat di-display dengan menggunakan cara:

a. Melakukan pengelompokan menurut jenisnya.


b. Memajang sepatu atau sandal yang sebelah kanan.
c. Memajang jenis ukuran sepatu atau sandal yang sering dipakai.
d. Menempel label harga di bawah sol, dekat hak sepatu.
e. Memberi tanda pada dus pasangan dari sepatu.
f. Memastikan pajangan selalu distok dan terjaga kebersihannya.
g. Mengembalikan pajangan ke tempatnya setelah terjadi pemesanan.
2. Sepatu dan Sandal Anak

Sepatu dan sandal anak di-display dengan menggunakan cara:

a. Melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin.


b. Memajang sepatu atau sandal yang sebelah kiri dan kanan.
c. Menempel label harga di bawah sol, dekat hak sepatu.
d. Memastikan label pada produk sudah tertempel sebelum produk dipajang.
3. Sepatu Bayi dan Balita

Pemajangan sepatu bayi dan balita lebih sederhana tahapannya karena


jenisnya tidak banyak. Pemajangan sepatu bayi dan balita dilakukan dengan cara
digantung berdasarkan warna dan modelnya.

4. Aneka Ragam Tas

Teknik pemajangan tas agak berbeda dengan jenis produk fashion yang lain


karena setiap jenis tas biasanya hanya terdiri atas satu item. Oleh karena itu, teknik
pemajangan tas lebih sering dikelompokkan berdasarkan jenis dan bahannya.
Berikut langkah-langkah pemajangan tas.

a. Tas dapat diletakkan di atas ambalan atau table presentation, serta


disesuaikan berdasarkan ukuran, jenis, dan warna tas tersebut.
b. Label harga dicantumkan di name tag yang dilekatkan pada tas.
c. Tali tas dimasukkan ke dalam tas atau diikat dengan rapi.
d. Tas dan raknya dibersihkan setiap hari, sehingga tidak berdebu.
e. Tas yang memiliki kantong sebaiknya dihadapkan ke arah depan, sehingga
bisa langsung terlihat oleh customer.
f.  Brand adalah daya jual suatu produk. Tonjolkan brand tas dengan
menghadapkannya ke depan, sehingga bisa langsung terlihat oleh customer.
g. Kategorikan tas berdasarkan jenisnya secara terpisah, misalnya tas ransel,
tas tangan, tas anak, dan sebagainya.
5. Ikat Pinggang
Ketentuan display produk ikat pinggang adalah sebagai berikut.
a. Produk biasanya digantung, tetapi ada juga pemajangan yang ditempatkan di
meja.
b. Fokus terletak pada warna dan model kepala sabuk.
c. Penempatan counter diusahakan dekat dengan counter tas dan sepatu.
d. Pembolong sabuk dan gunting sabuk harus ada di counter ini.
6. Aksesori
Aksesori yang harganya mahal menggunakan teknik close display, yaitu
aksesori diletakkan di dalam etalase terkunci yang hanya bisa diakses oleh
bantuan pramuniaga. Sedangkan aksesori yang harganya tidak terlalu mahal
menggunakan open display yang dipajang pada single hook atau wall display.
Ketentuan dalam memajang aksesori adalah sebagai berikut.
a. Apabila produk aksesori dipajang di showcase, lampu dan kunci harus
tersedia.
b. Sediakan aksesori secara lengkap dengan variasi tingkatan harga.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menjaga kualitas produk-sebuah produk dikatakan berkualitas atau tidak,


bisa dilihat dari beberapa sisi. Kalua dari sisi permasar,produk dikatakan
berkualitas kalua disukai konsumen, yang menjadi target pasaranya. Kalua dari
manufaktor atau produknya sendiri, dikatakan berkualitas kalua produk itu
memenuhi spesifikasi yang dijanjikan oleh manufakturnya

Seperti produk handphone yang memiliki spesifikasi tertentu yang


diunggulkan produsen. Atau produk komputer, dan sebagainya. Nah ketika
spesifikasi produk itu sesuai dengan yang didiplay, boleh dikata produk itu
berkualitas. Nah komsumen yang rasional biasanya lebih suka berpatokan pada
spesifikasi produk. Apalagi untuk produk-produk yang sangat mempengaruhi
kesehatannya, misalnya produk pangan. Mereka akan dengan teliti memperhatikan
bagaimana ingredientsnya, apa bahan yang digunakan, dan seterusnya. Tapi ada
juga konsumen yang melihat kualitas justru dipengaruhi oleh strategi marketingnya.
Persepsi yang di bangun adalah produk mahal, kualitasnya pasti baik.

DAFTAR PUSTAKA

https:// www.google.com/search?

https://markethinkelass.com/penataan-produk-sesuai standar-operating-procedure-sop-prosedur-
operasi-standar-pos/

http://indonugraha.blogspot.com/2014/09/menjaga-jualitas-produk.html

Anda mungkin juga menyukai