Anda di halaman 1dari 23

MATERI – Penataan Produk Sesuai Standard Operating Pocedure

(SOP)/Prosedur Operasi Standar (POS)

A. Persiapan Penataan Produk (Display)


1. Pengelompokkan Produk

Sebelum melakukan kegiatan penataan produk, petugas harus mengelompokkan produk yang akan
ditata berdasarkan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

a. Berdasarkan Jenis Produk

Contohnya adalah produk food, nonfood, fresh, peralatan rumah tangga, fashion, dan lain-lain.
Pengelompokkan harus sudah dilakukan sejak produk disimpan di gudang. Pengelola supermarket
harus membuat daftar jenis produk yang akan ditata. Daftar kelompok produk akan digunakan untuk
membuat perencanaan layout produk (planogram). Planogram adalah perancangan visual yang
mengatur penempatan barang dagangan pada rak, yang biasanya dibuat oleh visual merchandiser
atau tim marketing.

b. Berdasarkan Merek Produk

Setiap jenis produk akan dikelompokkan lagi berdasarkan mereknya. Pengelompokkan ini dilakukan
karena satu jenis produk dapat dibuat oleh lebih dari satu perusahaan, sehingga mereknya juga akan
berbeda-beda. Contohnya merek sampo, seperti Sunsilk, Dove, Pantene, dan Rejoice. Penataan
untuk satu jenis produk biasanya dipajang pada rak yang sama dan dipajang berdasarkan mereknya.

c. Berdasarkan Ukuran Produk

Produk dijual dengan ukuran yang berbeda-beda. Oleh karena itu, produk harus ditata berdasarkan
ukurannya. Pengelompokkan dan pengklasifikasian produk di supermarket disebut Point of Sale
(POS), yang biasanya disusun dengan urutan ukuran produk, jenis produk, merek produk, submerek
produk, spesifikasi produk, dan warna produk.
2. Tujuan Pengelompokkan Produk

a. Bagi Produsen

1) Mempermudah penyimpanan di gudang.

2) Mempermudah penataan di ruang pajang.

3) Mempermudah pengambilan dari gudang atau tempat pemajangan.

4) Mempermudah pengawasan dan pemeliharaan.

2. Bagi Konsumen

1) Memudahkan dalam mencari dan memilih produk yang akan dibeli.

2) Memudahkan dalam berbelanja.

3. Peralatan Penataan Produk (Display) Food, Nonfood, Household, Toys, Stationery, Fresh, dan
Kosmetik di Supermarket

Sebelum melakukan penataan produk, peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam display
tentunya perlu dipersiapkan. Peralatan yang dibutuhkan untuk memajang produk supermarket yang
meliputi kategori food, nonfood, household, toys, stationery, fresh, dan kosmetik, yaitu sebagai
berikut.

a. Gondola, yaitu tempat memajang produk yang kedua sisinya terdiri atas rak-rak (shelving) yang
tersusun dari atas ke bawah.

b. Shelving, yaitu bagian dari gondola yang berupa rak-rak yang disusun dari atas ke bawah. Dalam
satu gondola biasanya terdiri atas beberapa shelving di kedua sisinya.

c. Wagon, yaitu boks besar yang digunakan untuk menata produk-produk yang sedang promo.
d. End gondola, yaitu gondola akhir paling ujung untuk disewakan.

e. Ambalan, yaitu kayu yang terletak di bawah untuk dasar floor display.

f. Showcase, yaitu alat pajang yang berfungsi memajang produk fresh, seperti daging segar, sosis,
dairy, dan ikan segar.

g. Showcase Chiller, yaitu peralatan display untuk memajang produk fresh, dairy, minuman, dan
berbagai produk lain yang tidak dipajang dalam showcase.

h. Bins, yaitu alat pemajang buah dan sayuran. Bins dapat berbentuk miring atau lurus.

i. Frozen Island, yaitu alat yang digunakan untuk menempatkan produk-produk beku. Alat ini
berbentuk boks besar memanjang. Biasanya, alat ini digunakan untuk menyimpan produk dalam
jangka waktu yang lama.

4. Peralatan Penataan Produk (Display) Produk Fashion dan Sport

a. Mannequin dress, yaitu patung seluruh badan yang digunakan untuk memajang produk baru.

b. Torso, yaitu patung setengah badan yang berfungsi memajang pakaian bagian atas.

c. Presentation table, yaitu meja yang digunakan untuk memajang produk sampel/contoh.

d. Back wall, yaitu dinding yang digunakan untuk memajang produk.

e. Waterfall, yaitu besi yang dipasang di tembok dengan arah menurun, yang berfungsi
menggantung hanger.

f. Platform, yaitu body display yang terbuat dari plastik berbentuk pipih.
g. Wagon, yaitu kotak sebagai tempat menata produk yang sedang diobral/promo.

h. Dressmaking, yaitu torso bagian badan tanpa lengan/kaki yang khusus digunakan untuk memajang
pakaian setelan.

i. T-Stand, yaitu alat untuk menggantung pakaian yang di-hanger. Alat ini berbentuk seperti huruf T.

j. Swastika, yaitu T-stand ganda yang mempunyai empat arah.

k. Gawang, yaitu alat untuk menggantung pakaian yang di-hanger. Alat ini berbentuk seperti
gawang.

l. Hanger, yaitu alat untuk menggantung produk, biasanya pakaian.

m. Ambalan, yaitu rak yang disusun untuk memajang pakaian yang dilipat.

n. Single hook, yaitu peralatan display yang berfungsi menggantung produk, seperti dasi, topi, ikat
pinggang, kaus kaki, serta aksesori untuk wanita.

o. Bracket, yaitu media untuk memasang sebuah alat penyangga televisi yang biasanya dipasang di
dinding, pilar, dan langit-langit.

p. Piramida, yaitu ambalan yang terdiri atas dua tingkat.

5. Perlengkapan Penataan Produk

a. Stock Keeping Unit (SKU) , yaitu keterangan mengenai nama, harga, dan nomor PLU suatu produk.

b. Bay, yaitu susunan pemajangan produk di rak satu baris ke bawah.

c. Tier, yaitu barisan pemajangan produk ke belakang memanjang dalam satu rak.
d. Face, yaitu pemajangan produk tampak muka.

e. Point of Purchase (POP), yaitu label yang berisi informasi nama produk, harga, ukuran/berat, dan
informasi lainnya, seperti diskon atau promosi.

f. Check on Counter (COC), yaitu pemajangan produk yang berada di meja kasir.

g. Price Look Up (PLU) Code, yaitu kode nomor identitas produk atau barcode yang berfungsi untuk
komputerisasi.

B. Pengelompokkan Jenis Produk Secara Umum


1. Produk Konsumsi

Produk konsumsi adalah produk kebutuhan yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi.
Produk konsumsi dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Produk konvenien (convenience goods), adalah produk yang mudah dicari dan dipakai oleh
konsumen. Produk dapat dibeli dengan mudah dan konsumen dapat mencarinya kapan saja ia
memerlukannya. Contohnya adalah sabun mandi, rokok, air mineral, dan obat nyamuk.

b. Produk belanja (shopping goods), adalah produk yang harus dicari dan perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu sebelum membelinya. Biasanya, konsumen membandingkan fitur, kualitas, atau
harga produk. Tetapi, ada juga konsumen yang membeli produk karena ia memperoleh pelayanan
yang memuaskan saat ia membeli produk tersebut. Produk belanja terdiri atas:

1) Produk fashion (fashion product), yaitu produk yang mempunyai karakteristik khas atau model
tertentu yang akan berganti pada kurun waktu tertentu. Contohnya adalah pakaian, sepatu, dan tas.
Dalam penataan produk fashion, aspek keindahan harus diutamakan agar menarik dan memiiliki
daya jual yang tinggi.

2) Produk yang memerlukan pemeliharaan (maintenance), yakni produk-produk yang tahan lama,
bernilai tinggi, serta memerlukan pemeliharaan secara berkala. Contohnya adalah alat-alat rumah
tangga dan produk elektronik.
3) Produk spesial (specialty goods), adalah produk yang memiliki ciri khusus dan hanya dapat dibeli
di tempat tertentu. Konsumen yang ingin memperoleh produk tersebut harus mengeluarkan lebih
banyak uang atau waktu. Contoh: lukisan, barang antik, dan mobil mewah.

2. Produk Industri

Produk industri adalah produk yang dibeli untuk diproses lebih lanjut lagi bagi kepentingan industri.
Konsumen produk industri adalah perusahaan atau organisasi. Ada lima golongan produk industri,
yaitu sebagai berikut.

a. Bahan baku, yaitu bahan pokok untuk membuat produk lain, misalnya jerami untuk membuat
kertas, karet untuk membuat ban, dan kapas untuk membuat benang.

b. Produk setengah jadi, yaitu produk yang sudah dalam proses produksi dan digunakan untuk
melengkapi produk akhir. Contoh: benang untuk membuat tekstil, kertas untuk membuat buku, kain
untuk membuat baju, serta plastik untuk membuat jok mobil.

c. Perlengkapan operasional, yaitu produk yang dapat digunakan untuk membantu kelancaran
proses produksi ataupun kegiatan lain dalam perusahaan. Perbekalan yang dapat dipakai untuk
jangka waktu yang lama juga dapat dimasukkan dalam kategori ini. Contoh: meja, kursi, lemari arsip
di ruang kerja, dan minyak pelumas untuk mesin.

d. Instalasi, yaitu alat produksi utama dalam pabrik/perusahaan yang dapat dipakai untuk jangka
waktu relatif lama guna memproduksi suatu produk. Contoh: mesin cetak pada sebuah perusahaan
percetakan, mesin penggilingan padi, dan mesin bubut.

e. Peralatan ekstra, yaitu alat-alat yang dipakai untuk membantu instalasi. Contoh: forklift dalam
sebuah pabrik, gerobak, dan truk.

C. Standard Penyusunan SOP (Standard Operating Procedure)/POS (Prosedur Operasi Standar)


Penataan Produk
1. Pengertian dan Fungsi SOP/POS

Penataan produk yang terdapat di supermarket harus mengikuti Standard Operating Procedure
(SOP). SOP penataan produk adalah langkah-langkah yang harus ditempuh pada penataan produk
yang dijadikan acuan (standar) untuk menarik perhatian konsumen ketika membeli produk.
Keberadaan SOP sangat penting bagi operasional suatu perusahaan. Dengan adanya SOP,
perusahaan dapat mengantisipasi berbagai situasi yang dapat terjadi dalam menjalankan bisnis.

SOP ini disusun sejak mendirikan perusahaan. Pada tahap awal, SOP terlihat sederhana. Akan tetapi,
seiring dengan perjalanan dalam menjalankan bisnis, pihak perusahaan akan semakin memperbaiki
kelengkapan SOP.

SOP akan memberi arah bagi staf perusahaan dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kejelasan
ruang lingkup, maka job description akan jelas. Hal ini dapat mengantisipasi adanya pekerjaan yang
sama dilakukan oleh beberapa orang. Dengan demikian, kinerja staf perusahaan akan terjaga dengan
baik dan efektif.

Sesuai dengan perkembangan perusahaan, kompleksitas usaha, serta dinamika yang ada, peran SOP
semakin dibutuhkan dalam perusahaan. Hal ini akan menjadi pedoman dalam melakukan proses
pekerjaan. Apabila tidak ada pedoman yang baku akan menimbulkan kebingungan di antara
karyawan. Banyak permasalahan yang akan timbul, misalnya tahapan atau langkah-langkah
seharusnya suatu proses pekerjaan dilakukan, personel yang harus mengerjakannya, personel yang
memberi persetujuan, dokumen yang harus disiapkan, dan berbagai permasalahan lainnya yang
secara keseluruhan dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi pekerjaan.

Berikut ini merupakan fungsi Standard Operating Procedure (SOP)/Prosedur Operasi Standar (POS)
secara spesifik.

a. Memperlancar tugas karyawan atau tim unit kerja.

b. Sebagai dasar hukum jika terjadi penyimpangan atau ketidaksesuaian.


c. Mengetahui adanya hambatan dalam suatu proses kerja.

d. Menjadi pedoman cara menata produk yang sesuai dengan standar perusahaan.

2. Standar Penyusunan SOP/POS di Supermarket

SOP manajemen retail yang biasa digunakan oleh perusahaan retail antara lain sebagai berikut.

a. SOP Proses Pengadaan Barang

Adanya kesediaan dan stok yang lengkap menjadi salah satu keunggulan bersaing dalam usaha
retail. Oleh karena itu, kelengkapan produk dapat menjadi salah satu pilihan penting bagi
konsumen atau pembeli untuk menjadi pelanggan. SOP (Standard Operating Procedure) yang
harus ditetapkan dalam usaha retail adalah proses identifikasi kebutuhan barang yang dikaitkan
dengan frekuensi pembelian, proses pengadaan stok barang, serta pemeriksaan waktu atau
tanggal kedaluwarsa barang.

b. SOP Pelayanan

SOP pelayanan mengatur sikap dan perilaku seorang staf dalam melayani pelanggan. Bagi
karyawan baru yang tidak mengerti dan belum paham dunia usaha, maka SOP pelayanan sangat
penting untuk dibentuk.

c. SOP Persediaan

Sistem persediaan barang dapat dibagi menjadi dua, yaitu persediaan untuk swalayan dan
nonswalayan. Bisnis retail dengan sistem persediaan swalayan artinya menetapkan proses
penggabungan stok barang ke area pelayanan. Sistem ini dapat mendorong peningkatan
penjualan, namun juga dapat berisiko adanya kehilangan barang. Sementara itu, sistem
persediaan pada nonswalayan cenderung memiliki risiko yang rendah. Akan tetapi, harus
memperhatikan penataan secara tepat agar dapat menarik pelanggan.

d. SOP Finance Accounting

Kondisi manajemen retail yang terjadi secara cepat mengharuskan pemilik melakukan proses
pembaruan harga secara tepat dan akurat. Dalam proses penyusunan SOP finance accounting,
pihak manajemen memperhatikan status laporan pembelian dan penjualan barang secara akurat.
Selain itu, mereka juga melakukan survei harga untuk memastikan bahwa harga yang ditetapkan
bukanlah harga yang tinggi. Apabila hal ini terjadi dapat berisiko beralihnya bisnis atau juga
harga yang terlalu rendah, sehingga sulit untuk membeli kembali barang untuk dijual.

3. Melakukan Pelabelan Produk

Sebelum dipajang, biasanya produk terlebih dahulu diberi label. Namun, suatu produk boleh saja
tidak diberi label, asalkan sudah memiliki barcode. Label produk harus memuat tanggal penerimaan
produk (receiving), kode produk, kode supplier, barcode, harga produk, serta informasi yang sesuai
dengan merek, tipe, dan ukuran produk tersebut.

Saat berbelanja di supermarket, konsumen sering menjumpai label harga pada rak toko. Label yang
dicantumkan pada rak display inilah yang disebut dengan price card/price label (label harga). Pada
price card, biasanya barcode atau code barcode juga dicantumkan.

Ketentuan yang harus diperhatikan pada pelabelan produk, antara lain sebagai berikut.

a. Price card tidak boleh rusak.

b. Price card harus sesuai dengan produk yang dipajang.

c. Price card harus diletakkan tepat di depan fisik produk tersebut.

d. Semua produk yang dipajang memiliki price card dengan memperhatikan hal-hal berikut, yaitu:
1) Bagi produk yang dilabel langsung di produknya, dus tidak diberi label. Pada shelving, dipasang
POP yang berisi keterangan merek, jenis, serta harga produk tersebut.

2) Setiap produk yang dipajang harus sudah diberi label harga.

e. Price card ditempel rapi di tempatnya, tidak menutupi produk dan hal-hal penting yang ada di
produk tersebut, tidak boleh miring, serta bagi produk yang sama label harganya, label ditempelkan
pada tempat yang sama.

4. Langkah-langkah Melakukan Penataan Produk

a. Isi Bagian Depan (Etalase) Toko Terlebih Dahulu

Calon pembeli akan lebih tertarik jika melihat toko yang produknya banyak dan kelihatan penuh
karena mereka akan dapat lebih leluasa untuk memilih produk yang mereka inginkan.

b. Perhatikan Warna Produk

Produk dengan warna yang cerah hendaknya ditempatkan di bagian yang paling mudah dilihat oleh
pengunjung toko. Selain itu, warna cerah yang diletakkan bersebelahan dengan warna cerah lainnya
akan memberi kesan segar dan menarik. Contoh: memadukan warna kuning, oranye, dan merah,
sehingga perhatian dari pengunjung toko akan lebih cepat didapatkan.

c. Desain Menarik Sebagai Jangkar

Produk yang tidak atau kurang terkenal, tetapi memiliki desain atau model yang sangat menarik dan
inovatif dapat diletakkan berdekatan dengan produk terkenal yang justru didesain dengan biasa saja.
Ini adalah strategi dengan menggunakan desain yang menarik sebagai jangkar atau penarik yang
disandingkan dengan produk yang sudah terkenal. Harapannya, pengunjung akan tertarik untuk
membeli keduanya karena dua alasan, yaitu desain menarik dan merek terkenal.

d. Produk Laris di Bawah


Pada toko ritel, produk yang laris diletakkan di bawah. Hal ini dilakukan karena produk tersebut akan
tetap dicari oleh konsumen, tidak peduli di mana produk tersebut diletakkan. Konsumen sudah hafal
dengan bentuk produk tersebut, sehingga mudah ditemukan. Sementara itu, produk yang kurang
terkenal dapat diletakkan sejajar dengan pandangan mata pengunjung.

e. Kemasan Besar di Kanan

Produk dengan kemasan besar biasanya diletakkan di sebelah kanan. Hal ini dilakukan karena
kebiasaan manusia menggunakan tangan kanan, sehingga kemungkinan terpilihnya produk dengan
kemasan besar akan semakin tinggi.

f. Pengelompokkan Produk

Kelompokkan produk dengan kategori yang sama pada tempat yang berdekatan. Tempatkan juga
produk pelengkapnya berdekatan. Hal ini dilakukan untuk membantu mengingatkan pengunjung
akan kebutuhannya.

g. Tempatkkan Produk Impulsif di Kasir

Kebiasaan pengunjung saat antre di kasir adalah memperhatikan sekelilingnya. Tempatkan beberapa
produk yang unik dan menarik di area kasir. Hal ini dapat mengingatkan pengunjung akan
kebutuhannya dan juga menarik pengunjung untuk membeli jika harga produk tersebut terjangkau.

D. Penataan Produk di Supermarket


1. Penataan Produk food (makanan), nonfood (bukan makanan), household (keperluan rumah
tangga), toys (mainan), dan stationery (alat tulis) di supermarket.

Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan produk food (makanan),
nonfood (bukan makanan), household (keperluan rumah tangga), toys (mainan), dan stationery (alat
tulis) di supermarket.

a. Produk yang dipajang pada gondola harus terisi penuh. Jika stock produk tinggal sedikit, sebaiknya
produk ditata merapat pada bagian depan rak. Hal ini bertujuan menghindari kesan produk tinggal
sedikit.
b. Produk dan merek tertentu yang perputarannya cepat (produk fast moving) sebaiknya dipajang
lebih banyak. Sementara itu, untuk produk perputarannya lambat (produk slow moving), jumlah
produk yang dipajang lebih sedikit. Penempatan produk fast moving sebaiknya berada pada bagian
depan yang mudah dilihat oleh konsumen.

c. Apabila produk ditata pada rak susun yang sasaran konsumennya adalah orang dewasa dan
remaja, produk dengan kemasan paling kecil diletakkan pada rak atas dan kemasan paling besar
diletakkan pada rak paling bawah. Contoh produk dengan sasaran konsumen dewasa dan remaja
adalah makanan dan minuman (saus, kecap, minyak goreng, air mineral, minuman kaleng, dan mie
instan). Ilustrasi contoh penataan produknya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada rak susun 4, kemasan 250 gram diletakkan paling atas, 400 gram di bawahnya, 750 gram di
bawah 400 gram, dan kemasan 1 kg berada pada rak paling bawah.

Ilustrasi contoh penataan produk 👆


d. Label harga dan informasi produk bertujuan menyampaikan informasi harga dan produk kepada
konsumen. Label harga diletakkan pada shelving tepat di bawah tiap-tiap produk.

e. Dalam penataan produk (display) pada rak, produk ditata dari kiri ke kanan secara urut, mulai dari
ukuran kecil ke besar.

f. Pengelompokkan produk (grouping). Jumlah produk yang ditata pada rak disesuaikan dengan daya
jual produk (produk dengan konsumen menengah ke atas, dipajang dalam jumlah terbatas dan
diletakkan di showcase), luas area penjualan, dan ukuran rak yang digunakan untuk memajang. Di
hypermarket, biasanya satu gondola digunakan untuk memajang satu merek produk saja. Tetapi di
supermarket, satu rak dapat digunakan untuk memajang lebih dari satu merek produk. Bahkan, ada
juga yang dalam satu rak (shelving) terdapat lebih dari dua macam merek dengan jenis produk yang
sama.

g. Memerhatikan bentuk, jenis, dan komposisi warna kemasan (contoh, kemasan botol, kardus, dll).

h. Pemajangan suatu produk semestinya juga memperhatikan tanggal masuk produk tersebut. Hal ini
bertujuan menghindari produk yang kedaluwarsa (expired), tetapi masih dijual/dipajang. Dengan
menggunakan metode First Expired Date First Out (FEFO), yaitu produk yang tanggal kedaluwarsanya
lebih dekat dipajang pada rak (shelving) bagian depan dan semakin ke belakang untuk produk yang
masa kedaluwarsanya semakin lama. Hal ini karena konsumen biasanya mengambil produk di bagian
paling depan terlebih dahulu.

i. Produk yang ditata harus dilengkapi dengan price card yang berisi informasi lengkap mengenai
produk, seperti nama produk, kode produk, kode supplier/pemasok, harga jual, nomor rak, jumlah
minimum stock, dan lain-lain.

2. Penataan produk kosmetik yang berada di area khusus (counter kosmetik).

Penataan produk kosmetik dapat berdampingan dengan produk yang masih berkaitan, seperti
produk perawatan tubuh (masker, lulur, hand and body lotion, pembersih muka, parfum, dan
sejenisnya). Produk ini ditata menggunakan gondola dan rak. SOP/POS penataan produk kosmetik
dengan menggunakan gondola sama dengan penataan produk non-food lainnya.

Produk kosmetik dapat juga dipajang pada satu area khusus, yaitu counter kosmetik. Media dan alat
yang biasa digunakan untuk penataannya adalah lemari showcase, palet media make-up, cermin,
kuas, dan tisu. Counter bisa menyediakan tempat demo make-up dan ruang facial.

Prosedur SOP/POS penataan produk kosmetik yang berada di area khusus dapat berupa:

a. Produk dikelompokkan berdasarkan mereknya (brand).

b. Kelompok brand yang cukup terkenal dapat diletakkan di depan dan dekat dengan pintu keluar
masuk pengunjung (entrance gate), sedangkan yang lainnya agak ke dalam.

c. Produk ditata di showcase palet berdasarkan spesifikasinya.

d. Koleksi yang sering dicari konsumen dan paling laku diletakkan paling atas atau di depan.

e. Media untuk demo make-up tersedia.

f. Kondisi area harus rapi, bersih, dan berkesan mewah (high class).
g. Adanya karyawan (sales promotion girl) yang bertugas menjaga display produk dan memberi
informasi bagi pengunjung yang menanyakan hal-hal terkait produk.

E. Penataan Produk Fresh


POS/SOP penataan produk segar tidak jauh berbeda dengan penataan produk supermarket pada
umumnya dan fashion. Perbedaannya hanya tertelak pada penggunaan tempat pemajangan produk
dan tindakan yang harus dilakukan agar produk tetap segar.

1. Penataan produk sayuran.

a. Kualitas sayuran dapat dilihat dari kesegaran, ikatan ukuran dan jenis, bentuk, serta warnanya.
Khusus untuk sayuran daun, ketika warna mulai berubah menjadi kekuningan, itu berarti sayuran
tersebut sudah tidak layak untuk dijual.

b. Produk sayuran dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu daun, buah, bunga umbi, atau akar.
Pengelompokkan sayuran ini diperlukan karena ada perbedaan tempat untuk produk-produk
tersebut. Sayuran berupa buah, bunga, dan akar harus dipajang pada showcase agar lebih tahan
lama dan tetap segar. Sebelum dipajang, sayuran berupa bunga dikemas dalam styrofoam yang
diberi plastic wrap. Sementara itu, kentang dan bawang bombay harus dipajang pada tempat
dengan suhu ruangan yang sesuai. Sayuran umbi dipajang pada alat pajang yang terbuat dari kayu
yang biasanya dibentuk kotak atau persegi. Sebelum dipajang, sayuran umbi yang dijual per pack
harus dikemas terlebih dahulu dengan menggunakan plastik atau kemasan yang terbuat dari bahan
jala.

c. Arus perputaran pemajangan adalah First in First Out (FIFO), yaitu produk yang masuk pertama
dipajang terlebih dahulu agar terjual lebih dulu.

d. Label dan POP (Point of Purcahes) harus terpasang.

2. Penataan produk buah-buahan.

a. Buah yang dipajang harus berkualitas. Kualitas ditentukan dari tingkat kesegaran, keseragaman
ukuran buah, serta kondisinya (tidak cacat dan tidak busuk).
b. Warna harus seimbang. Buah yang dipajang harus dikelompokkan berdasarkan warna agar terlihat
seimbang.

c. Buah yang dipajang adalah buah yang datang terlebih dahulu agar produk stok awal segera terjual.
Metode First In First Out (FIFO) berlaku.

d. Buah yang dikemas menggunakan styrofoam tidak perlu dipasangi POP (Point of Purchase), tetapi
setiap kemasannya harus dipasangi label yang berisi informasi nama, berat, dan harga buah
tersebut.

e. Buah yang dipajang pada bins dibedakan antara buah lokal dan impor.

f. Buah yang dikemas dipajang pada showcase.

3. Penataan produk daging, ayam, dan ikan.

a. Daging sapi.

1) Daging yang dipajang harus berkualitas, yaitu daging segar dengan warna merah muda (bukan
merah tua).

2) Daging dipajang sesuai dengan kelompoknya, dipisahkan dari bahan mentah dan hasil olahan.

3) Daging segar dikemas menggunakan styrofoam dan diberi label yang berisi nama daging, berat,
dan harganya. Daging segar dapat berupa daging utuh dan daging giling. Daging segar dapat juga
dipajang dengan wadah nampan tanpa dikemas dengan styrofoam, yang bertujuan memudahkan
konsumen untuk memilih potongan daging yang dilusinkan.

4) Daging yang dijual di supermarket umumnya berupa daging segar dan daging beku. Daging segar
dipajang pada showcase dan daging beku dipajang pada frozen island. Suhu showcase diatur sekitar
16-20 derajat celcius dan frozen island 0-2 derajat celcius.

5) Potongan daging yang berlemak diletakkan di sebelah atas.


6) Menggunakan nampan bersih dan kering untuk peralatan display.

b. Ayam.

1) Daging ayam dapat dikemas utuh atau per bagian, misalnya paha, dada, atau ceker. Bisa juga
berupa daging ayam giling.

2) Daging ayam dikemas dengan menggunakan styrofoam dan plastic wrap. Setiap kemasannya
diberi label yang berisi nama, berat, dan harganya.

3) Produk olahan ayam juga tersedia.

c. Ikan.

1) Ikan basah dipajang di atas es serut dan dilengkapi dengan lemon dan jeruk nipis.

2) Tersedia aquarium berisi ikan yang dijual dalam keadaan hidup, seperti gurame, lele, dan lain-lain.

3) Di tempat pajangan ikan disediakan mangkuk yang berisi air dan potongan es jeruk nipis untuk
cuci tangan konsumen.

4) Produk olahan ikan diletakkan di tempat khusus yang dekat dengan ikan segar.

5) Mencantumkan POP (Point of Purchase).

6) Tersedia tempat khusus untuk mengemas dan membersihkan ikan.

7) Ikan fillet dapat dikemas dengan styrofoam yang dibungkus plastic wrap.

4. Penataan produk dairy.

a. Produk dikelompokkan berdasarkan jenis (susu, yoghurt, keju, dan sebagainya) atau kegunannya.
b. Komposisi warna, label, dan merek menghadap ke depan.

c. Pajangan selalu dirapikan, selalu terlihat cukup, dan berkesinambungan.

F. Penataan Produk Fashion dan Sport


1. Prinsip Penataan Produk Fashion dan Sport

a. Produk Baru (New Arrival)

Pada produk baru, pengelompokan dilakukan dengan cara:

1) Menata produk sesuai dengan koleksi.

2) Menata sesuai dengan model dan jenis bahannya.

3) Menata menurut intensitas warna (colour).

4) Menata sesuai dengan ukuran dari tiap-tiap kelompok.

5) Meletakkan produk baru di bagian depan toko.

b. Pedoman Penataan Berkelompok (Grouping Merchandise)

1) Produk Fashion

Untuk mempermudah penataannya, produk fashion dapat dikelompokkan berdasarkan motifnya,


seperti polos (plain), bunga-bunga (flowers), kotak-kotak (cheeks), bulat-bulat (polkadot), garis-garis
(stripes), dan motif gambar (graphies).

2) Produk Sport

Penataan produk sport dapat dikelompokkan berdasarkan:


a) Merek (brand), seperti tempat pemajangan yang sama untuk sepatu, tas, t-shirt, dan topi dengan
merek yang sama.

b) Kategori, misalnya celana panjang, celana pendek, kaos, jersey, jaket, dan lain-lain.

c) Usia konsumen, anak-anak, remaja, atau dewasa.

d) Penggunaannya, seperti untuk renang, basket, sepak bola, senam, dan sebagainya.

e) Style, berupa tulisan, gambar, warna, atau model tertentu.

f) Bahan kain yang digunakan, seperti katun, spandek, poliester, atau lainnya.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan produk sport:

a) Produk terbaru dari tiap-tiap kelompok dipajang di depan, yang agak lama di tengah, sedangkan
yang sudah lama sekali ditempatkan pada bagian paling belakang.

b) Tiap-tiap kelompok display dirapikan lagi berdasarkan intensitas warna dan motifnya.

c) Stok dari setiap produk yang dipajang di vocal point harus diletakkan di dekat vocal point.

d) Produk sale, clearance, broken size, dan broken colour tidak boleh dipajang di patung.

e) Gantungan harus sesuai dengan bagian dan semua gantungan di fixture/T-stand letaknya harus
searah.

f) Standar jarak hanger satu ke hanger berikutnya adalah 2,5 cm (2 ruas jari).

g) Harus ada persetujuan terlebih dahulu apabila petugas akan memasang fixture, sign, dan
peralatan lain.

c. Penataan Produk Tidak Lengkap


Sama seperti produk-produk yang lengkap, prinsip penataan produk-produk tidak lengkap adalah
sebagai berikut.

1) Penataan menurut koleksi.

2) Penataan menurut model dan jenis motif (style).

3) Penataan menurut intensitas warna.

4) Penataan menurut ukuran (size).

d. Penggunaan Wagon dan Table Promo

Penggunaan wagon display pada setiap area harus didampingi dengan T-stand untuk memajang
sebagian besar dari isi wagon. Dengan T-stand yang ada di sampingnya, warna, model, ukuran, dan
jenis motif produk yang ada di wagon akan lebih terlihat. Saat ini, wagon sudah banyak diganti
dengan table promo yang hanya berfungsi memajang produk-produk promo atau diskon. Pada
umumnya, saat memilih produk, konsumen cenderung membongkar seluruh isi wagon, sehingga
menjadi tidak rapi dan membutuhkan waktu lagi untuk merapikannya.

e. Penggunaan Fixture Kombinasi Antara Gondola dan T-stand

1) Usahakan produk dapat menghadap ke depan, sehingga model, warna, dan ukurannya jelas.

2) Apabila cara pertama sudah dilakukan, tetapi stok masih banyak, susunlah display yang tampak
dari samping.

3) Apabila cara pertama dan cara kedua sudah dilakukan, tetapi ternyata stok masih banyak,
susunlah display dengan melipat produk.

f. Penggunaan Bracket dan Hook Khusus di Pilar


Bracket dan hook dipasang dengan tujuan agar semua produk pada display menghadap ke depan,
jika dilihat dari semua sisi pilar. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan apabila stok produk dalam
keadaan menurun (under stock).

1) Bracket dan hook di fixture dilepas, kemudian permukaan fixture tersebut diganti fungsinya
menjadi vocal point dengan menggunakan gantungan susun atau ditambah dengan tampilan
menghadap ke depan (face out).

2) Mengurangi fixture yang ada di counter, kemudian ditata ulang dengan jarak penataan yang lebih
lebar dan lenggang.

3) Ambalan diganti dengan media T-stand tunggal atau ganda dan ditata menurut prinsip penataan
yang berlaku.

2. Kriteria Penataan Produk Fashion dan Sport

a. Sederhana, tapi menarik perhatian pengunjung.

b. Mempunyai dampak yang dapat dirasakan serasi dengan keadaan toko.

c. Mampu membujuk dan memengaruhi pengunjung untuk membeli produk.

d. Merchandise harus diganti secara berkala sesuai dengan tema.

e. Mengganti produk yang baru (new arrival) secara berkala agar pengunjung tidak bosan.

f. Menjangkau dunia anak-anak (kids) dengan membuat tema tokoh kartun, animasi, dunia fauna,
dan sejenisnya.

g. Teknik penataan produk sport menggunakan area counter-active, yaitu teknik pemajangan dengan
mendekatkan satu jenis produk dengan jenis yang lain. Contohnya, sepatu dipajang berdekatan
dengan celana pendek atau aksesori lain, misalnya kaos kaki, topi, ikat kepala, tas olahraga, atau
kaus jersey.
h. Dapat menggunakan maneken, terutama untuk produk yang sedang tren. Penggunaan maneken
dapat memberi kesan mewah dan berbeda.

3. Penataan Produk Pendukung Fashion dan Sport

a. Sepatu dan Sandal Dewasa

Sepatu dan sandal dewasa dapat di-display dengan menggunakan cara:

1) Melakukan pengelompokan menurut jenisnya.

2) Memajang sepatu atau sandal yang sebelah kanan.

3) Memajang jenis ukuran sepatu atau sandal yang sering dipakai.

4) Menempel label harga di bawah sol, dekat hak sepatu.

5) Memberi tanda pada dus pasangan dari sepatu.

6) Memastikan pajangan selalu distok dan terjaga kebersihannya.

7) Mengembalikan pajangan ke tempatnya setelah terjadi pemesanan.

b. Sepatu dan Sandal Anak

Sepatu dan sandal anak di-display dengan menggunakan cara:

1) Melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin.

2) Memajang sepatu atau sandal yang sebelah kiri dan kanan.

3) Menempel label harga di bawah sol, dekat hak sepatu.

4) Memastikan label pada produk sudah tertempel sebelum produk dipajang.


c. Sepatu Bayi dan Balita

Pemajangan sepatu bayi dan balita lebih sederhana tahapannya karena jenisnya tidak banyak.
Pemajangan sepatu bayi dan balita dilakukan dengan cara digantung berdasarkan warna dan
modelnya.

d. Aneka Ragam Tas

Teknik pemajangan tas agak berbeda dengan jenis produk fashion yang lain karena setiap jenis tas
biasanya hanya terdiri atas satu item. Oleh karena itu, teknik pemajangan tas lebih sering
dikelompokkan berdasarkan jenis dan bahannya. Berikut langkah-langkah pemajangan tas.

1) Tas dapat diletakkan di atas ambalan atau table presentation, serta disesuaikan berdasarkan
ukuran, jenis, dan warna tas tersebut.

2) Label harga dicantumkan di name tag yang dilekatkan pada tas.

3) Tali tas dimasukkan ke dalam tas atau diikat dengan rapi.

4) Tas dan raknya dibersihkan setiap hari, sehingga tidak berdebu.

5) Tas yang memiliki kantong sebaiknya dihadapkan ke arah depan, sehingga bisa langsung terlihat
oleh customer.

6) Brand adalah daya jual suatu produk. Tonjolkan brand tas dengan menghadapkannya ke depan,
sehingga bisa langsung terlihat oleh customer.

7) Kategorikan tas berdasarkan jenisnya secara terpisah, misalnya tas ransel, tas tangan, tas anak,
dan sebagainya.

e. Ikat Pinggang

Ketentuan display produk ikat pinggang adalah sebagai berikut.


1) Produk biasanya digantung, tetapi ada juga pemajangan yang ditempatkan di meja.

2) Fokus terletak pada warna dan model kepala sabuk.

3) Penempatan counter diusahakan dekat dengan counter tas dan sepatu.

4) Pembolong sabuk dan gunting sabuk harus ada di counter ini.

f. Aksesori

Aksesori yang harganya mahal menggunakan teknik close display, yaitu aksesori diletakkan di dalam
etalase terkunci yang hanya bisa diakses oleh bantuan pramuniaga. Sedangkan aksesori yang
harganya tidak terlalu mahal menggunakan open display yang dipajang pada single hook atau wall
display.

Ketentuan dalam memajang aksesori adalah sebagai berikut.

1) Apabila produk aksesori dipajang di showcase, lampu dan kunci harus tersedia.

2) Sediakan aksesori secara lengkap dengan variasi tingkatan harga.

Anda mungkin juga menyukai