SKRIPSI
Disusun Oleh :
AGUS WAHYU UTOMO
NPM : 0632010027
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………iii
Daftar Gambar………………………………………………………………………...viii
Daftar Tabel…………………………………………………………………………….ix
Daftar Lampiran………………………………………………………………………..xi
Abstraksi………………………………………………………………………………...xii
BAB I PENDAHULUAN
1.5 Asumsi...…………………………………………………………… 5
Function )................................................................................25
System) ………..........................………………………... 26
Strategically ).................................................................... 27
ScoreCard..................................................................................................35
2.7Kuisioner .......................................................................................................63
2.7.4 Brainstroming.........................................................................................67
Menggunakan AHP.....................................................................73
Pembobotan.......................................................................................................117
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................128
5.2 Saran...........................................................................................................................129
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Tabel Standard Pengukuran Kinerja Perspektif High Performance …………….51
Tabel 4.2 Strategi Objektif dan KPI dari masing –Masing Perspektif……………………...94
Tabel 4.8 Rekapitulasi Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner Tingkt Kepuasan
Karyawan………………………………………………………………………...97
Tabel 4.22 Rekapitulasi Pengukuran Faktor Keberhasilan KPI Tiap Perspektif Human
Resouces ScoreCard……………………………………………………………115
Tabel 4.27 Perhitungan Skor Pembobot Perspektif High Perform ance………………….. 120
Tabel 4.28 Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Tiap Perspektif dengan Skor Terbobot…….121
DAFTAR GAMBAR
Performance……………………………………………………...……..126
ix
ABSTRAKSI
Kinerja Suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan eksis
tidaknya suatu perusahaan dalam ketatnya persaingan bisnis saat ini. Kinerja
karyawan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan . Disamping itu,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat menyebabkan alat
– alat produksi, produk dan jasa yang dihasilkan mudah ketinggalan jaman dan harus
diubah. Hubungan komunikasi dan informasi yang sudah semakin canggih telah
menciptakan era reformasi yang juga tidak mengenal batas negara dan waktu.
PENDAHULUAN
Kinerja Suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan eksis
tidaknya suatu perusahaan dalam ketatnya persaingan bisnis saat ini. Kinerja
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat menyebabkan alat
– alat produksi, produk dan jasa yang dihasilkan mudah ketinggalan jaman dan harus
diubah. Hubungan komunikasi dan informasi yang sudah semakin canggih telah
menciptakan era reformasi yang juga tidak mengenal batas negara dan waktu. Hal ini
menjadi hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan yang
siap bersaing dalam usaha meningkatkan perusahaannya dan atau tetap bertahan
dalam kondisi yang semakin maju. Persaingan antar perusahaan yang sangat ketat ini
menghadapi kompetisi dan menggunakan sumber dayanya secara lebih efektif dan
efisien, yang akhirnya visi, misi dan strategi perusahaan dapat tercapai. Dalam
menghadapi semakin banyaknya tenaga ahli dari luar negeri yang masuk ke
Indonesia, diharapkan perusahaan dapat benar – benar mengetahui kualitas kinerja
kedalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi
perbaikan yang nantinya dapat membawa perubahan yang positif bagi perusahaan.
Sehingga pada masa yang akan datang perusahaan dapat menentukan langkah yang
pelayanan yang bergerak dibidang retail yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-
daya manusia, karena sumber daya manusia inilah yang menjadi titik kekuatan bagi
suatu perusahaan. Di perusahaan ini masih belum ada suatu sistem pengukuran
kinerja sumber daya manusia yang baku dan bersifat komprehensif atau menyeluruh,
selama ini ukuran kinerja sumber daya manusia perusahaan lebih dititikberatkan
hanya pada bagian gudang saja sementara untuk karyawan dibagian swalayan kurang
mendapat perhatian dan pengawasan sehingga Untuk kinerja karyawan yang kurang
baik maupun kinerja karyawan yang baik sulit diketahui oleh perusahaan Kesalahan
mendasar yang sering terjadi adalah pada saat melakukan ceklist, sehingga barang
menganggap karyawan tersebut telah bekerja dengan baik apabila telah mengerjakan
tugasnya tanpa adanya kesalahan dan sesuai dengan prosedur yang berlaku pada
memperbaiki kinerja karyawannya dan tetap pada kondisi yang sama secara terus –
menerus.
PRISMATAMA”.
berikut :
Scorecard
Dalam mencapai tujuan dan pembahasan penelitian yang lebih terarah, maka
2. Data diambil untuk penelitian ini adalah untuk periode tahun 2009.
dilakukannya penelitian.
2. Visi, misi dan strategi yang ditetapkan perusahaan dianggap sudah memadai dan
baik.
1.6 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tugas akhir ini baik
Sebagai salah satu cara pengukuran kinerja sistem sumber daya manusia yang
strategis yang akan dapat menjadi suatu alat yang efektif bagi perusahaan.
2. Bagi Universitas
3. Bagi Peneliti
Dapat merancang sistem dan mengukur kinerja sistem sumber daya manusia
skripsi ini maka berikut ini akan diuraikan secara garis besar isi dari masing – masing
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang serta permasalahan yang
akan diteliti dan dibahas. Juga diuraikan tentang tujuan, manfaat penelitian,
Bab ini berisi teori – teori dasar yang berkaitan Human Resources Scorecard
sistematis mulai dari perumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai,
Bab ini berisi tentang pengumpulan data, pengolahan data, analisa dan
data sekunder. Untuk pengolahan data terdiri dari pengolahan data primer,
Pengukuran Key Performance Indikator pengukuran kinerja Human
Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis data sehingga
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kinerja pada satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan
Adapun definisi dari pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara
2. Mulyadi (1993)
3. Stoner et al (1996)
nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
berorganisasi.
secara keseluruhan.
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja
waste).
dan kinerja karyawan ada banyak jenisnya. Metode – metode ini digunakan untuk
peningkatan. Pada intinya semua metode yang dilakukan untuk mengukur kinerja
Konsep tradisional
karena dengan adanya pengukuran kinerja ini maka pihak perusahaan akan dapat
menentukan apakah kondisi perusahaannya dalam kondisi baik atau bahkan dalam
kondisi yang buruk. Pengukuran kinerja ini juga dapat digunakan untuk evaluasi
bagi pihak perusahaan, sektor – sektor mana yang harus dilakukan pembenahan
perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama ataupun yang berbeda.
kinerja yang hanya menekankan pada perspektif keuangan saja (finansial). Tolok
ukur yang digunakan dalam melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja pada
yang hanya memandang berdasarkan pada ukuran dan target keuangan, sedikit
kemampuan perusahaan dalam mencapai suatu nilai ekonomis dimasa yang akan
melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai
sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik, diukur dari
kriteria atau standar yang digunakan. Berikut adalah standard pengukuran kinerja
kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata – rata. Penentuan ambang
kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan dasar bagi proses
misi dan strategi kedalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun kedalam
keberhasilan saat ini dan yang akan dating dengan mengartikulasikan hasil yang
panjang
tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan
Growth). Melalui mekanisme sebab akibat (cause and effect), perspektif keuangan
menjadi tolok ukur utama yang menjelaskan oleh tolok ukur operasional pada tiga
perspektif lainnya sebagai driver (lead indicators). Perspektif yang digunakn ini
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith
Artinya, pegawai yang memiliki IQ diatas rata – rata (IQ 110 – 120) dengan
pekerjaan sehari – hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the
right job).
(tujuan kerja).
untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang
pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik,
tujuan dan situasi). Artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara
fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
performing the job as intended”. (Performance appraisal adalah suatu proses yang
pegawai merupakan eveluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi
nilai, kualitas atau status dari beberapa objek, orang ataupun sesuatu.)
pegawai langsung, dan atasan tak langsung. Disamping itu pula, kepala bagian
1. Who (Siapa?)
Siapa yang harus dinilai? Yaitu seluruh tenaga kerja yang ada didalam
terendah.
atasan langsung dan atasan tidak langsung. Atau penilai kinerja dapat
2. What (Apa?)
Objek / materi yang dinilai antara lain hasil kerja, kemampuan sikap,
3. Why (Mengapa?)
4. When (Kapan?)
informal.
5. Where (Dimana?)
bantuan konsultan.
6. How (Bagaimana?)
tradisional atau metode modern. Metode tradisional, antara lain rating scale,
Aspek – aspek yang harus diperhatikan oleh penilai kinerja pegawai adalah :
1. Hallo Effect
pegawai.
2. Liniency
3. Stricness
4. Central Tendency
kepada pegawai.
5. Personal Biases
lebih tua usia yang berasal dari suku bangsa yang sama.
Di dalam salah satu buku yang ditulis oleh Kaplan dan Norton pada tahun
kinerja organisasi. Sejak itu Kaplan dan Norton telah mengembangkan konsep
selalu diajukan dalam mendesain konsep tersebut adalah “apa strategi perusahaan
anda?” Melalui pertanyaan yang demikian telah memberikan suatu inspirasi bagi
Kaplan dan Norton untuk memahami para pimpinan organisasi berpikir tentang
organisasinya.
ini khususnya di dalam penciptaan nilai – nilai (value creation), suatu organisasi
sangat didominasi oleh “human capital” dan modal “intangible” lainnya. Oleh
sebab itu perlu adanya pengukuran terhadap strategi sumber daya manusia. Salah
manusia.
suatu sistem pengukuran sumber daya manusia yang mengkaitkan orang – strategi
Scorecard menjabarkan visi, misi, strategi menjadi aksi human resources yang
pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja
tersebut dapat dilakukan secara tepat arah dan tepat jumlah. Selain itu, Human
Resources Scorecard dapat menjadi alat bantu bagi manajer sumber daya manusia
bangunan, yang menjadi bagian dari apa yang kita turunkan dari strategi
perusahaan.
Scorecard itu harus ada hubungan sebabnya dulu baru akibatnya apa. Dasar
artinya apa yang diukur itulah yang dikelola barulah bisa diimplementasi dan
dinilai.
Praktik sumber daya manusia semacam ini didasarkan pada gagasan “apabila
kinerja sumber daya manusianya baik, maka otomatis kinerja perusahaan juga
akan membaik”. Kini saatnya profesional sumber daya manusia menciptakan alat
ukur yang baru digunakan untuk membuktikan kontribusi sumber daya manusia
pada implementasi strategi perusahaan dan mengelola sumber daya manusia
manusia dan yang lain memandang sumber daya sebagai suatu sistem
manusia.
kepada peran penting dari para profesi sumber daya manusia di masa datang.
sumber daya dalam fungsi sumber daya sampai sistem yang berkaitan dengan
kebijakan dan praktik, mencakup juga kompetensi, motivasi dan perilaku yang
Architecture terdiri atas 3 dimensi rantai nilai (value chain) yaitu fungsi sumber
manusia :
Fungsi SDM SISTEM SDM Perilaku karyawan
daya manusia yang efektif terdiri dari dua dimensi penting, yaitu :
Yang dimaksud disini adalah memberi jasa dasar sumber daya seperti
pada dimensi manajemen sumber daya manusia yang strategic. Kompetensi yang
perlu dikembangkan bagi manajer sumber daya manusia masa depan dan memiliki
Sistem sumber daya manusia adalah unsur utama yang berpengaruh dalam
sumber daya manusia strategik. Sistem sumber daya manusia adalah kebijakan,
prosedur dan praktik sumber daya manusia yang dibangun sejalan dengan strategi
(HPWS). High Performance Work System (HPWS) adalah unsur – unsur dalam
keseluruhan modal manusia organisasi. Dalam HPWS setiap elemen pada sistem
human capital yang berkualitas, HPWS melakukan hal – hal sebagai berikut :
kompetensi
organisasi
organisasi perlu membuat struktur untuk setiap elemen dari sistem sumber daya
manusia dan hubungan antara sumber daya manusia dengan sistem implementasi
lainnya yang berkaitan. Dalam hal ini, proses kemitraan (alignment) dimulai dari
pemahaman yang jelas terhadap rantai nilai perusahaan, suatu pemahaman solid
apa saja yang dijadikan nilai perusahaan dan bagaimana manfaat nilai tersebut
kebijaksanaan dan praktek sumber daya manusia yang tepat tetapi juga bagaimana
organisasi. Setiap HPWS akan berbeda diantara organisasi, sehingga HPWS dapat
organisasi.
Peran sumber daya manusia atau “human capital” yang strategic akan
strategi organisasi. Strategi ini terdiri dari dua kategori umum, seperti :
Perilaku inti (core behaviour) adalah alur yang langsung berasal dari
esensial sebagai key point dalam organisasi atau rantai nilai dari suatu
Bank Cabang.
Kedua, cukup penting untuk mengingat bahwa kita tidak mempengaruhi perilaku
strategic secara langsung, tentang perilaku tersebut merupakan hasil akhir dari
pada isi strateginya sendiri, sehingga pemimpin senior sumber daya manusia
samar, misalnya :
- meningkatkan produktivitas.
Apabila tidak dirumuskan secara jelas dan tegas tentunya hal tersebut akan
mengetahui tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran
strategi tersebut.
Jadi strategi organisasi harus jelas dalam istilah yang rinci sehingga dapat
Asset)
membangun kasus bisnis untuk mengetahui mengapa (why) dan bagaimana (how)
tercakup di dalam produk dan jasa yang dihasilkan organisasi sebagai suatu hasil
yang kompleks dan proses kumulatif yang disebut Michael Porter “Value Chain”.
organisasi.
tujuan ?
tersebut ?
karyawan memahami sasaran perusahaan dan melakukan survey apa saja yang
menjadi Performance Drivers dan kapabilitas perusahaan. Setelah data – data itu
terkumpul maka dapat di buat gambaran rantai nilai perusahaan ke dalam model
menciptakan nilai – nilainya (values) pada titik temu antara sistem implementasi
saling berhubungan. Bila manager sumber daya manusia tidak memahami aspek
bisnis, maka para manager tidak akan mengahargai bagian sumber daya manusia
tersebut. Oleh karena itu Manajer sumber daya manusia harus bertanggungjawab
untuk menetapkan apa yang disebut HR Deliverables, yaitu : penentu kinerja (HR
Performance Driver) dan pendukung kinerja (HR Enabler) pada Peta Strategi.
kinerja perusahaan seperti yang ditentukan dalam Peta strategi dan berusaha fokus
pada tingkah laku strategik yang memperluas fungsi kompetensi, reward dan
atau rendahnya turn over (enablers) dapat meningkatkan perputaran waktu (life
cycle) bagian R & D (high performance driver). Dengan adanya hubungan ini
dapat dirancang kebijaksanaan, seperti meningkatkan gaji dan bonus, yang dapat
sumber daya. Adanya ketidaksejajaran antara sistem sumber daya manusia dengan
Dalam tahap ini dibutuhkan tidak hanya perspektif baru dalam pengukuran
kinerja sumber daya manusia, tetapi juga resolusi dari beberapa hal teknis yang
dimensi :
dan pendukung kinerja (HR Enabler) yang tepat. Hal ini membutuhkan
pemehaman jelas tentang rantai penyebab efektifnya implementasi strategi
perusahaan.
seluruh turn over karyawan atau hanya sebagian? Apakah juga termasuk
Profesional sumber daya manusia mengembangkan tolok ukur yang sahih untuk
Management by Measurement).
sebenarnya, melaksanakan implementasi alat ini tidak lebih dari ‘menjaga skor’
daya manusia akan menemukan insight baru tentang apa yang harus dilakukan
Scorecard bukan sekedar menuliskan nilai dampak sumber daya manusia pada
kinerja organisasi. Namun, hasil pengukuran ini menjadi dasar untuk mengelola
ASSET
STRATEGY MAP
Regurarly test
measures againts
DELIVERABLES
Gambar 2.2. Model 7 langkah untuk implementasi peran strategik sumber daya
manusia (Becker, Huselid and Ulrich, 2001“The Human Resources Scorecard,
Linking People, Strategy, and Performance” , 2001) )
Scorecard
SDM)
terhadap kinerjanya. Hasil studi tentang kompetensi sumber daya manusia pernah
dilakukan oleh Perrin (1990) dalam Becker, Huselid & Ulrich) menunjukkan
manusia (Akademik)
(Consultant)
menunjukkan bahwa kompetensi yang perlu dimiliki oleh sumber daya manusia di
yang merefleksikan pada ‘fokus pada kinerja’ dari setiap elemen sistem sumber
daya manusia.
setiap fungsi sumber daya manusia mulai dari tingkat makro dan menekankan
Berapa banyak kandidat yang berkualitas sangat baik yang direkrut untuk
Berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk training bagi karyawan baru
tiap tahunnya ?
(internal alignment) adalah bagaimana setiap elemen dapat bekerja bersama dan
tidak mengalami konflik. Dalam hal ini tidak perlu dilakukan pengukuran
kesejajaran internal, karena bila sistem sumber daya manusia sudah focus pada
dalam organisasi., yang juga sebaliknya menentukan elemen sistem sumber daya
hal tersebut menekankan pada hubungan sebab akibat yang diperlukan untuk
elemen pada sistem sumber daya manusia yang memiliki konstribusi signifikan
pada HR deliverable tertentu. Dalam hal ini akan berbeda bagi masing – masing
Deliverable dan sebaliknya akan menentukan elemen tertentu dari sistem sumber
daya manusia yang membutuhkan kesejajaran (tidak ada standar pasti). seperti
dengan cara biaya yang efektif. Bukan berarti sumber daya manusia harus
meminimalkan biaya tanpa memeperhatikan hasil atau otcome, tetapi lebih pada
jenis kategori :
manusia.
Deliverable” yang merupakan outcome dari Arsitektur sumber daya manusia yang
yang memfokuskan pada efisiensi sumber daya manusia dan jumlah kegiatan.
Disini yang dimaksud adalah kapabilitas atau aset inti yang terkait dengan
memfokuskan pada hal – hal enabler bagi sumber daya manusia dalam organisasi,
tetapi juga memikirkan bagaimana suatu Enabler sumber daya manusia tertentu
yang dapat memperkuat Performance Driver dalam hal operasional, pelanggan
hubungan causal yang unik di mana sistem sumber daya manusia menciptakan
tergantung pada peran di mana sumber daya manusisa akan ditampilkan pada
Deliverable dengan Performance Driver Individual dalam Peta Strategi. Jadi dapat
yang menggambarkan apa yang telah terjadi di masa lalu, seperti pangsa pasar,
indikator yang unik untuk unit usaha teretntu sebagai contoh segmen pasar
berikut :
Menurut Kaplan dan Norton (2000), Balanced Scorecard adalah salah satu
model sistem pengukuran kinerja yang diturunkan dari visi, misi dan tujuan –
perspektif.
sebagai berikut :
Perspektif Financial
ekonomis akibat dari kebijakan – kebijakan yang telah diambil, dalam hal
ini adalah berkenaan dengan perspektif customer, internal dan learning and
Perspektif Customer
Adalah tolok ukur karyawan sebagai aset, sebagai pengguna atau output
performansi aktual.
2. Normalisasi Skor
macam KPI
5. Interpretasi hasil
5. Fleksibel
pelanggan.
strategis mereka
berdasarkan laporan financial di masa yang lalu. Namun para profesional kini
telah menemukan pengukuran yang tepat untuk pengukuran jangka panjang dan
diturunkan dari strategi perusahaan yang berkenaan dengan sistem sumber daya
menjadikan strategi sebagai kunci pusat manajemen proses dan sistem (Kaplan
dan Norton,2000).
Norton,2000).
tangible outcome (financial) [Kaplan dan Norton,2000]. Peta strategi adalah peta
perusahaan
karyawan, semua level dan semua unit [Kaplan dan Norton,2000] dan menjadi
daya manusia secara keseluruhan atau individu – individu dalam perusahaan agar
disampaikan kepada perusahaan selaras dengan misi dan visi sebuah organisasi .
prinsip-prinsip KPI adalah meletakan sasaran, boleh diukur dengan angka, diukur
dalam keadaan normal dan selaras dengan misi dan visi organisasi. Tujuan KPI
faedah kepada organisasi, maka dari itu harus diukur secara berterusan dan
mempunyai hubungan kait dengan bidang yang ingin dilakukan perbaikan , KPI
memberikan ukuran yang baik atau lemah dalam bidang penghidmatan yang
penting dan yang patut diberikan perhatian dalam memajukan visi dan misi
perusahaan.
3. Mempermudah penialaian kinerja
Berikut ini adalah KPI dan standard kinerja yang telah ditentukan oleh pihak
perusahaan :
45 % X < 60 %
X > 60 % 5
30 % X < 45 %
4
Meningkatkan Kualitas Prosentase karyawan yang memenuhi Mencapai
15 % X < 30 %
3
Rekruitmen kualifikasi perusahaan 60 %
2
X < 15 % 1
15 % X < 20 %
X > 20 % 5
10 % X < 15 %
4
Perspective Identifikasi skill Mencapai
5 % X < 10 %
Kualitas training karyawan 3
Personal karyawan 20 %
2
X<5% 1
60 % X < 80 %
X > 80 % 5
40 % X < 60 %
4
Identifikasi skill karyawan berdasarkan Mencapai
20 % X < 40 %
3
job description 80 %
2
X < 20 % 1
( Sumber : Data Internal PT INDOMARCO PRISMATAMA )
75 % X < 90 %
X > 90 % 5
60 % X < 75 %
Mencapai 4
45 % X < 60 %
Loyalitas Karyawan Tingkat Loyalitas karyawan 90 % 3
2
X < 45 % 1
Perspective
Compensation
4,5 % X < 6%
X>6%
5
3 % X < 4,5%
4
1,5 % X < 3%
Produktivitas Mencapai
Produktivitas karyawan 3
karyawan 6%
2
X < 1,5 % 1
Strategi
Perspective KPI Target Penilaian Skor
Objective
45 % X < 60 %
X > 60 % 5
30 % X < 45%
4
pelatihan Presentase penilaian Mencapai
15 % X < 30 %
3
karyawan dalam pelatihan 60 %
2
X < 15 % 1
9 % X < 12 %
X > 12 % 5
Prosentase karyawan
6%X<9%
Penilaian kinerja 4
Perspective yang mendapatkan Mencapai
3%X<6%
yang rutin dan 3
High Performance reward 12 %
obyektif 2
X<3% 1
15 % X <20 %
X > 20 % 5
Sistem penilaian
10 % X < 15%
4
kinerja yang Performance Mencapai
5 % X < 10 %
3
sesuai dengan Apparaisal 20%
2
strategi
X<5% 1
Visi yang jelas sangat membantu dalam menjabarkan tujuan ( goal ) organisasi
dan dalam pemilihan sasaran strategi yang sejalan dengan tujuan tersebut.
Visi harus sederhana dan dapat menumbuhkan rasa wajib dalam diri
depan.
Visi tidaklah lepas dari masa depan, dimana mempunyai peranan penting
bagi perusahaan pada saat fase awal maupun selama Life Cycle Time. Jadi visi
mencapai kesuksesan, dan juga merupakan arah tujuan dari suatu perusahaan.
bekerja. Nanus (1992) beranggapan bahwa visi yang jelas dan tepat dengan
yang jelas akan menghantar perusahaan secara pelan tapi pasti untuk
pernyataan yang luas dan jelas merupakan alasan dari keberadaan suatu
peluang dan ancaman yang terdapat di lingkungan bisnis serta kekuatan dan
bisnis organisasi.
(1995:444) adalah suatu kumpulan alat, metode, dan proses yang digunakan oleh
Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi
Selain itu, strategi harus mendukung pencapaian misi dan visi suatu
digunakan, tipe barang dan jasa yang dijual serta sumber daya dan teknologi yang
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian
gejala social ini telah ditetapkan secara spesifik oelh peneliti, yang selanjutnya
kemudian sub variable dijabarkan lagi menjadi indicator – indicator yang dapat
diukur. Akhirnya indicator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak
untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang
berikut:
Setuju =4 Puas =4
(Sumber :“Metode dan Teknis Menyusun Tesis“ Prof Dr H. Buchari Alma ,2004 )
2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP)
model AHP hampir identik dengan model perilaku politis, yaitu merupakan model
ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi
atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul masalah keputusan yang
rumit sehingga datanya tidak mungkin dapat dicatat secara numerik, yang hanya
dapat diukur secara kualitatif yaitu berdasarkan persepsi, pengalaman dan intuisi.
keputusan.
3. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus. Selain itu, AHP
alternatif.
kompleks dapat ditinjau dari sisi detail dan terukur. Penyusunan hirarki
pengambilan keputusan.
bawahnya, sebuah matriks untuk setiap elemen yang tepat berada pada
tahap 3 di atas.
tiap level hirarki. Pertama, uji nilai indeks konsistensi, hitung nilai ratio
masalah pada setiap level hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot
8. Mengevaluasi konsistensi hirarki, jika nilainya lebih besar 0.1 maka terjadi
C A1 A2 - - - A7
A1 1
A2 1
-
-
-
A7 1
dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A 2 dan
lainnnya, berkenaan dengan sifat tersebut, table dibawah ini memuat skala
banding berpasang.
Tabel 2.6 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja atau
mempunyai syarat tertentu. Suatu matriks, misalnya terdapat 3 unsur (i, j, k) dan
dengan syarat tersebut maka matriks A berikut ini dapat dinyatakan konsistensi
karena :
i j k
i 1 4 2
A= j 1 1 3
4
k 1 1 1
2 3
Apabila ketiga syarat diatas sudah terpenuhi maka bias dikatakan bahwa matriks
0%. Apabial muncul angka atau skala 5 dalam sebuah matriks perbandingan maka
itu tidak lain adalah 5/1. Dengan dasar tersebut maka dapat dijelasakan bahwa :
Karena itu,
a ij . a jk = (w i / w j ) . (w j / w k ) = w i / w k = a ik
a ji = w j / w i = 1 / (w i / w j ) = 1 / a ij
A . x = Y ……………………………..(1)
sebagai :
j 1
ij i
Karena,
atau
j 1
ij j i
maka
j 1
ij j
A. w = n. w ………………………….(2)
Dalam teori matriks, rumus (2) menunjukkan bahwa w adalah eigen vestor dari
CI
maks n
n 1
Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matrks
1,2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Sumber : Analitical Hierarchy Process, Bambang Brodjonegoro, 1991
Rumus dari konsistensi / inkonsistensi (CR) itu sendiri dapat dituliskan sebagai
CI = Indeks Konsistensi
RI = Indeks Random
peneliti dengan orang yang diteliti / responden, berupa daftar pertanyaan, yang
tertulis dan kuisioner wawancara yang digunakan oleh peneliti sebagai pegangan
waktu yang terlalu lama, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu
tertentu.
yang sulit.
a. Validitas
dilakukan dengan cara validitas internal yaitu kriteria yang dipakai berasal
dimana :
N = jumlah responden
b. Reliabilitas
2 rY1Y2
rXX ' , dimana r XX’ = Koefisien reliabilitas test
1+rY1Y2
Dalam menguji apakah data yang kita sebarkan kepada responden cukup,
menurut Render dan Heizer (1997 : 250) kita menguji dengan rumus :
Z 2 .
n
2
e
sebesar α
τ = simpangan baku
x x
n
2
i 1
i
n 1
=
Surabaya, 2005
b. Hasil penelitian :
perspektif yang lain dan memiliki nilai KPI yang paling rendah yaitu
Square agar lebih aktif dalam mengikuti semua jenis pelatihan yang
baik.
PRISMATAMA
BAB III
METODE PENELITIAN
di Jl. Jenggolo No.22 Gedangan Sidoarjo. Sedangkan waktu penelitian adalah mulai
tanggal 1 Februari 2010 hingga data - data yang diperlukan telah tercukupi.
a) Variabel Terikat
1) Kinerja karyawan.
b) Variabel Bebas
1) perspektive personal
2) perspektive compensation
3) perspektive alignment
a) Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh
variabel bebas.
b) Variabel Bebas
variabel terikat.
tinggi dan rendah. Ini adalah langkah pertama dalam mempercayai orang
dan yang lain yang memandang sumber daya manusia sebagai suatu sistem
yang melekat dalam sistem yang lebih besar dari implementasi strategi
performance ).
3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Yaitu data yang didapat dari penelitian secara langsung dengan cara melakukan
digunakan adalah :
Interview
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara menggunakan tanya jawab
Dalam penelitian ini digunakan dua macam teknik wawancara yang dilakukan
yaitu :
Wawancara langsung
sebenarnya.
Kuisioner
Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui penyebaran angket kepada responden
yang terlibat secara langsung terhadap obyek yang bersangkutan dan masalah
yang dikaji.
responden, yaitu :
dalam bekerja.
2. Data Sekunder
AHP
Data yang telah didapat kemudian diolah sesuai dengan literature yang
akan meninjau kinerja sumber daya manusia melalui empat perspektif, yaitu Personel
menyeluruh.
b. Pembobotan tiap KPI pada tiap perspektif
2. Uji Konsistensi
Pada tahap ini dilakukan uji konsistensi hasil kuisioner tingkat kepentingan untuk
Jika data hasil kuisioner tidak konsisten, maka dilakukan penyebaran kuisioner
Pada tahap ini dilakukan perhitungan skor terhadap masing-masing KPI yang
tetapkan oleh pihak perusahaan. Hasil akhirnya adalah skor untuk masing-masing
KPI.
Pada tahap ini dilakukan mengkalikan hasil bobot KPI ( hasil expert choice 9.00 )
Pada tahap ini kita bias mengetahuin kinerja mana yang mengalami peningkatan,
1. Mulai.
2. Survey Lapangan
3. Studi Pustaka
Adapun studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini meliputi :
4. Perumusan Masalah
Resource Scorecard sebagai alat ukur kinerja, karenanya penulis ingin mencoba
menerapkan metode tersebut. Masalah yang muncul dalam penelitian tugas akhir
5. Tujuan Penelitian
juga tujuan penelitian yang akan dilakukan agar penelitian dapat terfokus pada
Pada tahap ini dilakukan identifikasi visi, misi, dan strategi perusahaan yang
Berdasarkan visi, misi dan strategi yang telah diperoleh, dapat dilakukan
8. Strategic Map
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara strategi
Digunakan untuk mengetahui bahwa salah satu matrix yang telah terbentuk sudah
Rasio konsistensi biasanya dilambangkan dalam bentuk CR. Jika CR ≤ 0,1, maka
matrik yang terbentuk dapat diterima. Jika CR ≥ 0,1, maka perlu dilakukan
Setelah data konsisten, maka bobot tiap perspektif dan tiap tolak ukur bisa
Pada tahap ini dilakukan pembuatan kuisioner untuk mendapatkan data primer.
INDOMARCO PRISMATAMA
Penyebaran kuisioner ini ditujukan pada pihak - pihak yang terkait mengenai
Karyawan
sudah merasa puas dengan kebijakan – kebijakan yang diberikan oleh pihak
perusahaan.
Dalam tahap ini akan diketahui seberapa kuat alat tes melakukan fungsi ukurnya.
Maka semakin tinggi nilai validasi maka semakin mengenai sasaran pada pihak
Digunakan untuk mengetahui suatu alat ukur dapat dipercaya. Artinya data hasil
pengolahan kuisioner yang telah disebarkan hasilnya tidak menyimpang jauh dari
kinerja perusahaan Data sekunder merupakan data yang didapat dari perusahaan
Pengukuran data – data sekunder yang diperoleh dari data sekunder perusahaan
Dari Pengukuran maka kita dapat melakukan scoring dari pengukuran tersebut
cara pengkalikan score yang di dapat dengan perhitungan yang diperoleh dari
tingkat kepentingan.
Dari pengolahan data kuisioner maka dapat dilakukan analisa dan pembahasan
Dari pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data, akan ditarik suatu
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Adapun data - data yang diambil untuk penelitian ini adalah :
Dalam mencapai suatu tahapan untuk menjadi yang terbaik dalam suatu
panjang, tidak ada alat lain selain adanya visi, misi dan strategi yang
a. Visi Perusahaan.
” Menjadi Aset Nasional dalam bentuk jaringan retail Waralaba yang unggul
penentuan misi yang akan diemban perusahaan, yang diturunkan lagi menjadi
Indonesia “
c. Startegi Perusahaan
berpedoman terhadap visi dan misi perusahaan. Dari strategi ini dapat langsung
Strategi yang diterapkan oleh pihak perusahaan untuk mencapai visi dan
Hemat : Hemat waktu lokasi dekat tempat tinggal, hemat waktu antrian
periodic
antar Strategic Objective yang ada dalam satu langkah, dengan cara menciptakan
peta strategi. Peta strategi ( Strategic Map ) adalah arsitektur logic yang dapat
berikut :
dimana penilaian kinerja karyawan harus rutin dan bersifat objectif dan
kinerja karyawan.
dilihat dari tingkat absensi serta jumlah sangsi yang dilakukan karyawan di
Dari uraian diatas maka disusunlah suatu Strategi Map seperti pada gambar
berikut ini :
Gambar 4.1 Strategi Map
kesesuaian pemikiran dari tujuan strategis yang hendak dicapai. Sejalan dengan
visi, misi dan strategi perusahaan sehingga dihasilkan tujuan strategis yang benar -
benar mewakili pencapaian kinerja strategis secara lengkap dan ideal sesuai
kebutuhan.
a. Perspective Personal
dan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Sesuai dengan visi, misi dan
b. Compensation Perspektif
untuk memberi ganjaran kepada karyawan yang berprestasi tinggi dan rendah. Ini
a) loyalitas karyawan
b) kepuasan karyawan
c) produktivitas karyawan
c. Alignment perspektif
sumber daya manusia itu sendiri. Strategic Objective dari alignment perspektif,
yaitu
yang melekat dalam sistem yang lebih besar dari implementasi strategi
a) Pelatihan karyawan
merupakan hasil penurunan dan penerjemahan visi, misi dan strategi perusahaan
yang harus dicapai dalam bidang SDM, ditampilkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Identifikasi Strategic Objective PT INDOMARCO
PRISMATAMA
Perspective Strategic Objective
Meningkatkan Kualitas Rekruitmen
Perspective Personal
Identifikasi Skill Karyawan
Loyalitas Karyawan
Perspective Compensation KepuasanKaryawan
Produktivitas Karyawan
Mengurangi Turn Over
Perspective Alignment
Meningkatkan Mutu SDM
Pelatihan karyawan
Penilaian Kinerja Yang Rutin Dan Obyektif
Perspective High Performance
Sistem Penilaian Kinerja Yang Sesuai Dengan
Strategi
( Sumber : Data internal PT INDOMARCO PRISMATAMA )
Objective
keberhasilan dari kinerja sistem sumber daya manusia. Seperti halnya dengan
Strategic Objectives, penentuan KPI ini juga merupakan hasil diskusi oleh pihak
perusahaan dan peneliti. KPI untuk perspektif ini adalah sebagai berikut :
4.1.4.1 Personal Perspective
Untuk mencapai strategi yang ingin di capai oleh perusahaan dimasa yang
sebagai berikut :
PRISMATAMA
Hal ini perlu dilakukan oleh perusahaan karena dengan inilah perusahaan
yang berarti dalam pembayaran untuk memberi ganjaran kepada karyawan yang
berprestasi tinggi dan rendah. Ini adalah langkah pertama dalam mempercayai
a. Loyalitas Karyawan
suatu perusahaan sehingga mereka akan menjaga apa yang mereka dapatkan.
b. Kepuasan Karyawan
sebagai berikut :
selama tahun 2009 dengan pendapatan yang diperoleh selama tahun 2009 tiap
swalayan Indomaret
sumber daya manusia itu sendiri. Dimana indicator keberhasilan dari masing -
Hal ini perlu dilakukan oleh perusahaan agar karyawan yang bekerja di
perusahaan lebih fokus pada keahlian yang dimilikinya. Hal ini akan
berpengaruh pada proses dalam bekerja karyawan itu sendiri. Adapun Key
perusahaan).
b. Meningkatkan mutu SDM
tersebut. Oleh karena itu sangatlah penting dalam perusahaan untuk terus
Indiktor ini digunakan untuk mengetahui berapa tingkat absensi dan sangsi
yang melekat dalam sistem yang lebih besar dari implementasi strategi
a. Pelatihan karyawan
pasti sama karena tiap perusahaan memiliki strategi yang sama dalam
tiap bulan atau bahkan tiap akhir periode. Pengukuran kinerja dalam
perusahaan harus bersifat objective tidak membeda – bedakan siapa yang akan
berikut :
Untuk data primer yang diambil dari perusahaan adalah data untuk tingkat
karyawan dapat dilihat pada lampiran 2. Data tersebut memuat data tingkat
bekerja terdapat pada lampiran 3. Dapat dilakukan uji validitas dan reliabilitas
menggunakan software SPSS versi 15, dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Suatu item pertanyaan akan dianggap valid jika nilai corrected item total
corelation (r hitung ) lebih besar dari nilai r kritis (r tabel ). Dapat dilihat pada table
maka derajat kebebasan ( df ) adalah n – 1, yaitu sebesar 80, dilihat dari tabel r
Output SPSS versi 15 hasil uji validitas dan reliabilitas terdapat pada lampiran 3,
nilai corrected item total correlation untuk kuisioner tingkat kepuasan karyawan
pertanyaan nomer 1 sebesar 0,229 , karena nilai tersebut lebih besar dari nilai r
karyawan adalah valid / sah. Sehingga sembilan item pertanyaan kuisioner tingkat
0,1829
N ( XY) ( X Y)
r
[N X2 ( X) 2
] [N Y2 ( Y) 2
]
r1 0 . 486
(81 X8835) - (300X2315) 21135
Begitu juga dengan kuisioner yang dianggap reliable atau andal jika nilai
alpha lebih besar dari r kritis ( r tabel ). Nilai alpha untuk kuisioner tingkat
kepuasan karyawan yang sebesar 0,599 adalah lebih besar dari nilai r tabel sebesar
reliable atau andal. Berikut merupakan rekapitulasi hasil uji validitas dan
9 9,88
x 1 0,588
(9 1) 19,61
dari 4 perspektif maka data tersebut diolah menggunakan AHP Expert Choice
Versi 9, untuk mengetahui bobot kepentingan tiap tolok ukur masing – masing
dianggap konsisten, jika nilai Consistency Ratio kurang dari 0,1 ( 10% ). Jika
nilai Consistency Ratio kurang dari 0,1 terpenuhi maka nilai pembobotan AHP
pada metode Human Resources Scorecard. Perhitungan tiap KPI terdapat pada
lampiran 4.
High
Personal Compensation Alignment Jumlah Rata-Rata
Performance
Personal 0,578 0,498 0,428 0,732 2,236 0,559
Compensation 0,116 0,1 0,143 0,049 0,408 0,102
Alignment 0,191 0,1 0,143 0,073 0,507 0,127
High
0,115 0,302 0,286 0,146 0,849 0,212
Performance
Jumlah 1 1 1 1 4 1
High
Personal Compensation Alignment Jumlah
Performance
Personal 2,236 2,04 1,521 4,245 10,042
Compensation 0,447 0,408 0,507 0,280 1,642
Alignment 0,738 0,408 0,507 0,425 2,078
High
0,447 1,236 1,014 0,849 3,546
Performance
Dilakukan uji konsistensi dengan membagi total kolom dengan diagonal matrik :
CI = (λ maks – n) / (n – 1)
= ( 4.197– 4 ) / ( 4 – 1 ) = 0.066
Berdasarkan pada Nilai Indeks Random diperoleh nilai RI adalah 0,9 sehingga
CR = CI / RI
Karena nilai consistency ratio mempunyai nilai yang kurang dari 10 %, maka nilai
bobot tersebut konsisten. Untuk data pembobotan tiap perspektif adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.9 Hasil Pembobotan Kinerja Karyawan Secara Keseluruhan
Kelompok KPI Bobot
Perspektif Personal 0,559
Perspectif Compensation 0,102
Perspectif Alignment 0,127
Perspektif High Performance 0,212
Jumlah 1
Consistency Ratio 0,07
Untuk nilai 0,633 di peroleh dari hasil pembobotan dari KPI presentase calon
dikalikan dengan bobot perspektif personal. Perhitungan manual tiap KPI terdapat
pada lampiran 4.
perusahaan
Personal
training karyawan mempunyai bobot 0,059 dan KPI ISJBJD mempunyai bobot
0,146 dengan consistency ratio sebesar 0,039. Karena nilai consistency ratio
mempunyai nilai yang kurang dari 10 %, maka nilai bobot tersebut konsisten.
Scorecard. Untuk nilai 0,271 diperoleh dari bobot KPI tingkat loyalitas
Compensation
bobot 0,062 dengan consistency ratio sebesar 0,062. Karena nilai consistency
ratio mempunyai nilai yang kurang dari 10 %, maka nilai bobot tersebut
konsisten.
Scorecard. Untuk hasil 0,601 diperoleh dari bobot KPI Employee Turn Over pada
perspektif Aligment sedangkan untuk nilai 0,217 diperoleh dari hasil bobot
Alignment.
0,081. Karena nilai consistency ratio mempunyai nilai yang kurang dari sama
Scorecard. Untuk hasil 0,525 diperoleh dari hasil bobot KPI presentase jumlah
0,212 diperolah dari bobot perspektif High performance. Perhitungan manual tiap
Bobot Global = Bobot KPI dari perhitungan manual x Bobot Perspektive High
Performance
sebesar 0,044. Karena nilai consistency ratio mempunyai nilai yang kurang dari
tolok ukur yang merupakan aktualisasi dari pencapaian tujuan perusahaan, target,
dan penilaian yang merupakan range keberhasilan yang ditetapkan oleh pihak
nilai ukur keberhasilan suatu tolok ukur ( critical success factor ) yang digunakan
Nilai skor 1 merupakan nilai suatu tingkat kinerja karyawan yang sangat
kurang, nilai skor 2 merupakan nilai suatu tingkat kinerja karyawan yang kurang,
nilai skor 3 merupakan nilai suatu tingkat suatu tingkat kinerja karyawan yang
sedang, nilai skor 4 merupakan nilai suatu tingkat suatu tingkat kinerja karyawan
yang baik dan nilai skor 5 merupakan nilai suatu tingkat kinerja karyawan yang
sangat baik. Nilai skor ini sebagai alat kuantifikasi dalam perhitungan nilai
scorecard.
Data – data yang digunakan untuk pengukuran kinerja sumber daya manusia
a. Perspective Personal.
INDOMARCO PRISMATAMA.
45 % X < 60 %
X > 60 % 5
30 % X < 45 %
4
Meningkatkan Kualitas Prosentase karyawan yang memenuhi Mencapai
15 % X < 30 %
3
Rekruitmen kualifikasi perusahaan 60 %
2
X < 15 % 1
15 % X < 20 %
X > 20 % 5
10 % X < 15 %
4
Perspective Identifikasi skill Mencapai
5 % X < 10 %
Kualitas training karyawan 3
Personal karyawan 20 %
2
X<5% 1
60 % X < 80 %
X > 80 % 5
40 % X < 60 %
4
Identifikasi skill karyawan berdasarkan Mencapai
20 % X < 40 %
3
job description 80 %
2
X < 20 % 1
( Sumber : PT INDOMARCO PRISMATAMA, Sidoarjo pada bulan Januari – Desember
2009 )
Pada Perspektive Personal, data–data yang dipergunakan adalah sebagai
berikut :
b. Perspective Compensation
Indicator, untuk target, penilaian, serta skor, ditetapkan oleh pihak manajemen PT
INDOMARCO PRISMATAMA.
75 % X < 90 %
X > 90 % 5
60 % X < 75 %
Mencapai 4
45 % X < 60 %
Loyalitas Karyawan Tingkat Loyalitas karyawan 90 % 3
2
X < 45 % 1
Perspective
Compensation
4,5 % X < 6%
X>6%
5
3 % X < 4,5%
4
1,5 % X < 3%
Produktivitas Mencapai
Produktivitas karyawan 3
karyawan 6%
2
X < 1,5 % 1
Desember 2009 )
Pada Perspectif Compensation, dalam hal ini data yang dibutuhkan adalah :
c. Perspective Alignment
INDOMARCO PRISMATAMA.
Indicator, untuk target, penilaian, serta skor, ditetapkan oleh pihak manajemen PT
INDOMARCO PRISMATAMA.
Strategi
Perspective KPI Target Penilaian Skor
Objective
45 % X < 60 %
X > 60 % 5
30 % X < 45%
4
pelatihan Presentase penilaian Mencapai
15 % X < 30 %
3
karyawan dalam pelatihan 60 %
2
X < 15 % 1
9 % X < 12 %
X > 12 % 5
Prosentase karyawan
6%X<9%
Penilaian kinerja 4
Perspective yang mendapatkan Mencapai
3%X<6%
yang rutin dan 3
High Performance reward 12 %
obyektif 2
X<3% 1
15 % X <20 %
X > 20 % 5
Sistem penilaian
10 % X < 15%
4
kinerja yang Performance Mencapai
5 % X < 10 %
3
sesuai dengan Apparaisal 20%
2
strategi
X<5% 1
( Sumber : PT INDOMARCO PRISMATAMA, Sidoarjo pada bulan Januari –
Desember 2009 )
Pada Perspektif High Performance yang dibutuhkan adalah :
a. Perspective Personal
Sesuai dengan tabel 4.3 yang ada diatas maka Perspective Personal
berikut :
jumlah karyawan yang direkrut
x100 %
Jumlah pelamar
x100% 35,41%
425
1200
Jadi Prosentase kualitas calon karyawan dalam seleksi penerimaan karyawan
x100% 8,64%
7
81
Jadi Identifikasi skill karyawan berdasarkan job description pada bulan Januari
x100% 66,6%
54
81
Jadi Identifikasi skill karyawan berdasarkan job description pada bulan Januari –
b Perspective Compensation
Sesuai dengan tabel 4.4 yang ada diatas maka Perspective Compensation
berikut :
Jumlah karyawan yang loyal
x100%
Jumlah Seluruh Karyawan
91,35 %
b. KPI 5 = Tingkat Kepuasan karyawan
Jumlah biaya tenaga ker ja
x100%
Jumlah pendapa tan
x100% 4,72%
Rp 1.058.400.000
Rp 22.388.400.000
Jadi Prosentase tingkat produktifitas karyawan pada bulan Januari – Desember
c. Perspective Alignment
Sesuai dengan tabel 4.5 yang ada diatas maka Perspective Alignment
berikut :
Jumlah karyawan keluar
x100%
Jumlah Seluruh Karyawan
x100% 8,64%
7
81
Jadi Prosentase Employee Turn Over pada bulan Januari – Desember 2009
adalah 8,64 %
b. KPI 8 = Prosentase jumlah karyawan yang absen
Jumlah Absensi karyawan
x100%
Jumlah hari Kerja
x100% 1,64%
6
365
Jadi Prosentase jumlah karyawan yang absent pada bulan Januari – Desember
Jumlah karyawan yang mendapatkan sanksi
x100%
Jumlah Seluruh Karyawan
x100% 6,17%
5
81
Jadi Prosentase jumlah karyawan yang absent pada bulan Januari – Desember
Sesuai dengan tabel 4.6 yang ada diatas maka Perspective High
sebagai berikut :
Jumlah karyaman yang mengikuti pelatihan
x100%
Jumlah seluruh karyawan
x100% 44,44%
36
81
Jadi Prosentase kelulusan karyawan dalam pelatihan pada bulan Januari –
Jumlah Karyawan mendapat Re ward
x100%
Jumlah Seluruh Karyawan
x100% 8,64%
7
81
Jadi prosentase karyawan yang mendapatkan reward dari perusahaan pada
Jumlah Karyawan yang Berprestasi
x100%
Jumlah Seluruh Karyawan
x100% 18,5%
15
81
Jadi prosentase Performance Apparaisal pada bulan Januari – Desember 2009
adalah 18,5 %
(KPI), maka langkah selanjutnya adalah kita dapat menentukan skor atau nilai
untuk tiap KPI dari 4 perspektif yang Human Resources Scorecard berdasarkan
penilaian KPI yang terdiri dari range skor keberhasilan yang telah ditentukan
skor didapat sesuai dengan nilai hasil perhitungan yang telah dilakukan diatas.
Berikut ini rekapitulasi secara menyeluruh dari 4 perspektif untuk tiap KPI
Pembobotan
Dalam perhitungan kali ini merupakan perkalian antara skor KPI tiap
perspektif dengan bobot tiap KPI hasil pembobotan AHP, sehingga didapat skor
terbobot untuk tiap perspektif pada Januari – Desember 2009. Skor terbobot
tersebut merupakan nilai kinerja karyawan untuk tiap perspektif yang ada. Berikut
a. Perspective Personal
Setelah dilakukan skoring tiap KPI, maka dilakukan pembobotan tiap KPI
dengan skor KPI. Berikut ini hasil perhitungan untuk Perspective Personal
Perspective Personal sebesar 3,155. KPI yang menunjukkan kinerja yang rendah
supervisioe area secara berkala pada setiap toko yang terdapat karyawan baru dan
baru dibagian toko . Sedangkan untuk KPI identifikasi skill karyawan berdasarkan
job description perlu adaya peningkatan untuk menghasilkan kinerja yang baik
sesuai dengan tujuan perusahaan. Untuk KPI prosentase calon karyawan yang
b. Perspective Compensation
Setelah dilakukan skoring tiap KPI, maka dilakukan pembobotan tiap KPI
dengan skor KPI. Berikut ini hasil perhitungan untuk Perspective Compensation
rendah adalah tingkat kepuasan karyawan sehingga perlu di evaluasi dan segera
produktivitasya.
c. Perspective Alignment
Setelah dilakukan skoring tiap KPI, maka dilakukan pembobotan tiap KPI
dengan skor KPI. Berikut ini hasil perhitungan untuk Perspective Alignment
Jumlah 4,17
Hasil perhitungan skor terbobot diatas menunjukkan kinerja karyawan untuk
Perspective Alignment sebesar 4,17. KPI yang menunjukkan kinerja yang rendah
adalah prosentase jumlah karyawan yang absen sehingga perlu di evaluasi dan
yang mendapatkan sangsi perlu adaya dilakukan tindakan – tindakan yang tegas.
Untuk KPI employee turn over yang memiliki skor tertinggi menunjukkan bahwa
yang stabil.
Setelah dilakukan skoring tiap KPI, maka dilakukan pembobotan tiap KPI
dengan skor KPI. Berikut ini hasil perhitungan untuk Perspective High
yang baik sesuai dengan tujuan perusahaan. Untuk KPI prosentase karyawan yang
mengikuti pelatihan yang memiliki skor tertinggi menunjukkan bahwa perusahaan
penilaian yaitu :
52
Panjang kelas 0,6
range
banyak _ kelas 5
2.0 ≤ hasil pengukuran skor terbobot < 2,6 maka kinerja karyawan sangat kurang.
2,6 ≤ hasil pengukuran skor terbobot < 3,2 maka kinerja karyawan kurang.
3,2 ≤ hasil pengukuran skor terbobot < 3,8 maka kinerja karyawan sedang.
3,8 ≤ hasil pengukuran skor terbobot < 4,4 maka kinerja karyawan baik.
4,4 ≤ hasil pengukuran skor terbobot < 5 maka kinerja karyawan sangat baik.
Performance Indicator kita dapat mengetahui bobot dari perspektif dan KPI
tersebut. Perspektif atau KPI yang memiliki nilai terkecil akan kita berikan
masukan untuk memperbaiki kinerja sehingga menjadi lebih baik. Dibawah ini
ada.
Dari grafik diatas kita bisa lihat bahwa Perspective Aligment mempunyai
menekan jumlah karyawan yang keluar dimana akan tertuju pada keberhasilan
visi, misi dan strategi perusahaan. Pada perspektif personal mempunyai nilai
Keterangan :
memenuhi kualifikasi perusahaan mempunyai nilai paling besar yaitu 1,899, hal
ini menunjukkan bahwa KPI prosentase kualitas calon karyawan yang memenuhi
tenaga kerja baru dalam system kerja di toko ( 2 shift ), factor pimpinan ada
karyawan baru ditoko pada masa training. sehingga diperlukan control dari
Keterangan :
PLK : Presentase loyalitas karyawan
PKK : Presentase kepuasan karyawan
PPK : presentase produktivitas karyawan
Dari grafik diatas bisa diketahui bahwa KPI Tingkat produktivitas
sehingga perllu dilakukan perbaikan dalam hal kesejahteraan karyawan mulai dari
memberi kenyamanan dalam bekerja dan akan dapat memenuhi target dari
perusahaan.
Keterangan :
ETO : Employee Turn Over
PJKA : Prosentase jumlah karyawan yang absen
PJKMS : Prosentase jumlah karyawan yang mendapatkan sangsi
Dari grafik diatas diketahui bahwa KPI employee turn over sangat
mempunyai bobot terbesar yaitu 2,404. Yang mana artinya perputaran keluar
masuk karyawan diperusahaan tidak terlalu besar sehingga tidak
mempengaruhi kestabilan dalam perusahaan. Agar hal ini tetap terjaga sebaiknya
karyawan yang absen mempunyai nilai terendah yaitu 0,85 maka dapat
karyawan untuk setiap harinya sehingga diperlukan aturan-aturan yang tegas dan
Keterangan :
PA : Performance Apparaisal
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa KPI Prosentase karyawan mengikuti
pelatihan memiliki bobot yang paling besar yaitu 1,575, menunjukkan perusahaan
mudah dipahami dan diterapkan oleh karyawan yang mengikuti, Pelatihan ini
dicapai oleh para karyawan, yang dapat dilihat dari jumlah reward yang
diberikan pada periode 2009 sangat minim sekali disini ditakutkan tingkat
yang telah ditetapkan oleah perusahaan. maka dari itu perusahaan selayaknya
masing-masing yang selama ini hanya di berikan kepada kepala toko, sehingga
5.1 Kesimpulan
sedang. Nilai ini dapat dilihat dari score yang dihasilkan pada pengukuran
Resource Scorecard yang berada pada level 3.392, pada kondisi sedang.
2. Terdapat KPI pada salah satu perspektif yang dimiliki nilai kurang yaitu
pada KPI kualitas training karyawan pada perspektif personal. Ini terlihat
dan mendapatkan score 2 dari pencapaian target yang telah ditetapkan oleh
pihak perusahaan. Terlihat dari score yang didapat kurang dari target maka
KPI ini harus mendapatkan perhatian khusus agar mencapai nilai 20 % yang
1. Untuk KPI kualitas training karyawan mempunyai nilai terendah yaitu 0,212
Hal ini dikarenakan ada beberapa factor: faktor personal yaitu belum siapnya
tenaga kerja baru dalam system kerja di toko ( 2 shift ), factor pimpinan ada
karyawan baru ditoko pada masa training sehingga diperlukan control dari
2. Dengan penilaian kali ini dapat menjadi usulan kepeda pihak management
kinerja dari segi pandang yang tidak hanya tertuju pada segi financialnya saja