Anda di halaman 1dari 14

Jumat, 05 November 2010

MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA DENGAN OUTBOUND


TRAINING FISIKA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini telah digelar berbagai macam forum ilmiah untuk membahas mengenai
pendidikan berkakter yang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk menjadi lebih baik dan lebih
maju. Secara sederhana pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan yang
mempengaruhi karakter anak-anak didik. Namun secara lebih fokus, kita lihat seperti yang
diutarakan Dr Thomas Lickona mengenai definisi Pendidikan Berkarakter, bahwa “pendidikan
berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai etika inti.” Dalam bukunya, Educating for Character, Dr Lickona
menegaskan bahwa “Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-
anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam
tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar
– bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam”. Apa yang dikemukan
dalam model Dr Lickona adalah bahwa hal itu menggambarkan proses perkembangan yang
melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan dengan demikian menyediakan dasar yang
terpadu untuk struktur yang koheren dan komprehensif. Ini memberitahu kita bahwa kita perlu
terlibat dalam kegiatan anak-anak didik yang membuat mereka berpikir kritis tentang
pertanyaan-pertanyaan moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen untuk
tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk mempraktekkan
perilaku moral dan etika.

Salah satu upaya yang dapat mengembangkan karakter anak didik adalah dengan
melaksanakan outbound Training. outbond Training adalah kegiatan pelatihan diluar ruangan
atau di alam terbuka (outbound) yang menyenangkan dan penuh tantangan. Menurut Indrawan
dan Idah Cahyo pada penelitian tentang efektivitas outbond manajemen training pada siswa
sangat efektif dalam meningkatkan jiwa kepemimpinan dan hubungan sosial (2007:1). Salah satu
tujuan outbound Training, yakni meningkatkan kebersamaan dan kepedulian dalam
menggunakan potensi pribadi untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Djamaluddin Ancok salah satu bentuk kegiatan yang paling efektif untuk
meningkatkan motivasi dan kreativitas adalah pembentukan kerja sama tim yang dilakukan
melalui outbond training di alam terbuka (2002:12). Hal tersebut sejalan dengan antusiasme
siswa dalam mengikuti setiap kegiatan outbound yang dilaksanakan di sekolah. Pengalaman
penulis dalam melaksanakan kegiatan “outbound management training” menunjukkan bahwa
kerja sama tim dan antar tim semakin meningkat pada setiap peserta. Dalam kegiatan outbound
kesempatan siswa untuk berekspresi, berpikir dan menghargai orang lain akan terlatih dengan
baik. Hal tersebut telah mendorong pada setiap pelatihan yang dilaksanakan berbagai organisasi
melaksanakan outbond. Kegiatan outbond ketika dijadikan sebagai salah satu kegiatan tambahan
dalam kurikulum pembelajaran fisika maka akan menumbuhkan semangat siswa untuk belajar
fisika dan ketika melaksanakan proses belajar mengajar maka aktifitasnya meningkat.

Kegiatan outbound dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan berupa simulasi


kehidupan melalui kehidupan melalui permainan-permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan
edukatif, baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk pengembangan diri
(personal development) maupun kelompok (team development). Melalui pelatihan outbound,
minat dan kreativitas siswa dapat meningkat pada mata pelajaran fisika dan sekaligus mendidik
siswa untuk menjadi pribadi yang penuh motivasi, berani, percaya diri, berpikir kreatif, memiliki
rasa kebersamaan tanggung jawab, kooperatif, rasa saling percaya. (Badiatul Muchlisin Asti:
2009:12). Kegiatan outbound juga mendukung tujuan pendidikan secara umum yaitu
pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam,
sosial, budaya, dan kebutuhan daerah.

Kegiatan outbound yang digunakan adalah jenis outbound yang mengadopsi konsep-
konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mengetahui bahwa fisika bisa
diaplikasikan dimana saja dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan outbound bukan saja sebagai
salah satu kegiatan menghilangkan ketegangan tetapi lebih sebagai salah satu metode pendekatan
dalam dunia pendidikan seperti yang disampaikan Badiatul Asti (2009:1).
Metode outbound training hampir sama dengan out door study atau metode di luar
ruangan kelas dengan pemberian tugas pada siswa. Dalam out door study guru mengajak siswa
belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk
mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Tetapi dalam outbond training lebih
mengedepankan aktivitas dilaksanakan dalam suasana gembira. Melalui metode outbound
training lingkungan diluar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini
adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif
dan akrab dengan lingkungaan. Metode outbound training pada pengajaran fisika menjadi sarana
memupuk kreativitas inisiatif kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan meningkatkan
minat pada fisika.
Kegiatan outbound training tentunya akan lebih terarah dan akan bermanfaat lebih jika
menjadi muatan dalam kurikulum di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar berlakang tersebut di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:

1. Bagaimana Merancang kegiatan outbound Training fisika?

2. Bagaimana outbound training fisika dapat mengembangkan karakter siswa?

C. Tujuan

Tulisan ini bertujuan untuk mengakaji pengaruh outbound training fisika dalam
membentuk karakter anak didik yang secara rinci bertujuan untuk;

1. Mengetahui teknik merancangan outbound Training fisika

2. Mengetahui bagaiamana pengaruh outbound training fisika dapat mengembangkan


karakter siswa.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari tulisan ini, diantaranya adalah:

1. Bagi pemerhati pendidikan, dapat sebagai salah satu alternatif kegiatan untuk
membentuk dan mengembangkan karakter siswa atau anak didik

2. Bagi pengelolah pendidikan Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan


karakter siswa di luar jam pelajaran.

3. Bagi guru sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan minat siswa untuk mencintai
dunia sains sekaligus membentuk pribadi yang jujur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Berkarakter.

Menurut Endang sumantri pendidikan yang berkarakter itu menekankan tiga komponen karakter
yang baik, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan bermoral.
Ketiga komponen tersebut harus seiring sejalan dalam kehidupan sehingga tatanan dalam
masyarakat akan beradab dan berkarakter. Pendidikan berkarakter seperti yang disampaikan pada
latar belakang yakni pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang
memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Pendidikan berkarakter
menurut Agus Musthofah dalam sebuah tulisannya menjelaskan bawah pendidikan berkarakter
memiliki beberapa prinsip inti sebagai berikut:

1. Mengembangkan nilai dan etika sebagai kegiatan inti.

2. Menggabungkan kegiatan berpikir dengan perasaan perilaku dalam melakukan sesuatu


sebagai bagian dari pendidikan secara keseluruhan.

3. Menggunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif untuk


pengembangan karakter sekolah dan berkomitmen untuk mengembangkan karakter setiap
anak.

4. Menciptakan komunitas dalam sekolah yang peduli pada sesama


5. Memberi peluang pada siswa untuk berbuat dan menolong orang lain.

6. Menggunakan kurikulum bermakna dan menghargai semua hasil siswa dan membantu
mereka untuk berhasil.

7. Membangun motivasi diri siswa.

8. Melibatkan staf dan komunitas serta memberi mereka peran dalam mewujudkan
pendidikan berkarakter.

9. Mengembangkan kepemimpinan dalam mendukung program jangka panjang dari sekolah


ataupun satuan pendidikan.

10. Melibatkan masyarakat dan keluarga siswa dalam mengembangkan karakter sekolah.

Kesepuluh prinsip tersebut di atas sebagian besar dapat diterapkan langsung dalam
sebuah kegiatan outbound training dan secara khusus outbound training fisika.

B. Pengertian permainan

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau
tekanan dari pihak luar (Tadkiroatun Musfiroh 2008:1). Sebagian orang menyatakan bahwa
bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun demikian anak mempunyai persepsi berbeda-
beda tentang bermain. Menurut Lisa A Wing (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2008:3) setiap orang
membedakan pengertian bermain, bekerja dan setengah bekerja. Aktifitas-aktifitas dalam
kegiatan outbound yang dirancang guru dapat dikatakan bermain apabila menyediakan berbagai
macam pilihan kegiatan yang menyenangkan dan ada interaksi antar siswa. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh suatu kegiatan dapat dikatakan bermain apabila mengandung unsur eksplorasi,
eksperimentasi, dan penemuan (2008:3). Pada kegiatan outbond menyajikan pembelajaran yang
bersifat sukarela tanpa ada evaluasi benar salah, tetapi muatan nilai dan akademiknya tetap
nampak dalam setiap proses.

C. Pengertian outbound training


Sejak dilahirkan istilah outbound training tahun 1914 di Inggris telah mengalami
beberapa perubahan dan perkembangan baik bentuk ataupun metode yang digunakan.

Dalam kegiatan outbond dikembangkan konsep belajar sambil bermain. Belajar sambil
bermain merupakan salah satu slogan yang harus dimaknai sabagai satu kesatuan, yakni belajar
yang dilakukan siswa adalah melalui bermain. Upaya pendidikan yang diberikan pendidik
hendaknya dilakukan dalam dalam situasi yang menyenangkan dan menggunakan metode,
materi/bahan, media yang menarik, serta mudah diikuti. Bermain adalah dunia sekaligus bisa
dijadikan sarana belajar bagi siswa. Menurut Solehuddin (dalam Tadkiroatun Musfiroh,2008:29)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bermain berarti memberikan kesempatan untuk
belajar. Memberikan kesempatan belajar melalui permainan yang dikemas dalam kegiatan
outbound akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Kegiatan outbound yang akan dirancang adalah jenis outbound yang mengadopsi
konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mengetahui bahwa fisika bisa
diaplikasikan dimana saja dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan outbound bukan saja sebagai
salah satu kegiatan menghilangkan ketegangan tetapi lebih sebagai salah satu metode pendekatan
dalam dunia pendidikan seperti yang disampaikan Badiatul Asti (2009:1).

Akhir-akhir ini, kegiatan outbound tengah menjadi trend dan fenomena yang kian
banyak diminati. Berbagai organisasi, lembaga, dan perusahaan ramai-ramai menyelenggarakan
outbound sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan performa anggota atau pegawainya.
Bahkan untuk perusahaan yang sudah mapan dan sehat, biasanya setiap tahun sudah
menganggarkan dana untuk kegiatan “keluar bersama” untuk menyegarkan pikiran, yang
biasanya diadakan dalam bentuk tamasya atau rekreasi bersama ke obyek wisata tertentu. Dan
belakangan seiring dengan tren outbound training, program rekreasi itu banyak yang dikemas
dengan outbound, sebagai bentuk rekreasi edukatif yang dinilai lebih banyak memberi manfaat.
Selain membuat fresh(nyaman/segar), di dalam kegiatan outbound juga mengandung banyak
filosofi dan esensi materi yang mampu menggugah semangat.

D. Bentuk outbound training


Kegiatan outbound yang dirancang khusus untuk menunjang mata pelajaran fisika akan
membuat anak secara tidak langsung tertarik pada mata pelajaran fisika dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Prof. Yohanes
Surya bahwa fisika bisa diajarkan dalam bentuk permainan dan melalui dunia fantasi. Bentuk
outbound yang cocok untuk siswa adalah outbound training yang dilaksanakan dalam bentuk
permainan yang mengembangkan ;

1. Mengembangkan keakraban

2. Mengembangkan kepercayaan

3. Mengembangkan kerja sama

4. Mengembangkan komunikasi

5. Mengembangkan konsentrasi dan kepekaan

6. Mengembangkan kreativitas dan imajinasi.

III. METODE

Makalah ini disusun berdasarkan kajian literature dan hasil penelitian terbatas yang
dilaksanakan di beberapa sekolah di Kabupaten Majene.

Prosedur pengumpulan informasi dan bahan kajian dibagi dalam tiga tahapan menurut
alur kegiatan, tahapan itu adalah sebagai berikut:

a.Tahap persiapan
1. Membuat rancangan outbond dan instrumen.
2. Validasi instrumen dan rancangan Outbound Training Fisika

b. Tahap pelaksanaan

1. Persiapan peserta kegiatan


2. Pretes peserta kegiatan
3. Post-test peserta kegiatan.
4. Evaluasi kegiatan

c. Tahap akhir adalah tahap analisis dan pembuatan laporan dan kesimpulan kegiatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam kegiatan outbond dikembangkan konsep belajar sambil bermain. Belajar sambil
bermain merupakan salah satu slogan yang harus dimaknai sabagai satu kesatuan, yakni belajar
yang dilakukan siswa adalah melalui bermain. Upaya pendidikan yang diberikan pendidik
hendaknya dilakukan dalam dalam situasi yang menyenangkan dan menggunakan metode,
materi/bahan, media yang menarik, serta mudah diikuti. Bermain adalah dunia sekaligus bisa
dijadikan sarana belajar bagi siswa. Menurut Solehuddin (dalam Tadkiroatun Musfiroh,2008:29)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bermain berarti memberikan kesempatan untuk
belajar. Memberikan kesempatan belajar melalui permainan yang dikemas dalam kegiatan
outbound akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Kegiatan outbound yang dirancang khusus untuk menunjang mata pelajaran fisika akan
membuat anak secara tidak langsung tertarik pada mata pelajaran fisika dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Prof. Yohanes
Surya bahwa fisika bisa diajarkan dalam bentuk permainan dan melalui dunia fantasi.

A. Merancang Kegiatan Outbound Training Fisika

Dalam merancang outbound memerlukan beberapa hal sehingga hasil yang


diharapkan bisa tercapai. Menurut Badiatul Asti (2009:35) dalam merancang outbound perlu
dipersiapkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Menetapkan Tujuan/target

2. Menentukan Lokasi Kegiatan

3. Menyiapkan Alat yang diperlukan


4. Menyiapkan Tim Pemandu

5. Membuat indikator dan Evaluasi kegiatan

Penetapan tujuan dan target sangat penting dilakukan untuk mendesain setting
kegiatan yang akan dilaksanakan karena berhubungan dengan lokasi, materi, dan jenis-jenis
permainan. Lokasi kegiatan juga harus ditentukan hal ini penting untuk menunjang tercapainya
tujuan kegiatan. Peralatan yang akan digunakan juga harus disesuaikan dengan lokasi jenis
permainan dan biaya yang akan digunakan. Pemandu dalam kegiatan outbound juga sangat
penting kerena menentukan berhasil tidaknya peserta outbond melakukan permainan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seorang pemandu harus memiliki beberapa hal yaitu;
pertama, pemahaman terhadap rancangan permainan dengan materi fisika yang akan
disampaikan dalam permainan, kedua memiliki kemampuan kemampuan komunikasi yang baik,
ketiga, menarik dan berwibawah, keempat menguasai masalah teknis pelatihan termasuk
keselamatan peserta dalam melakukan kegiatan. Hal terakhir yang harus dipersiapkan adalah
membuat indikator pencapaian setiap kegiatan selanjutnya membuat evaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan.

Jenis permainan dalam outbond training dikategorikan dalam beberapa kategori.


Menurut Vicentius Endy Santoso dan lin Menda Mulyani (2008:1) dikategorikan sebagai
permainan yang ;

1. Membangun keakraban

2. Membangun kepercayaan

3. Membangun kerja sama

4. Membangun komunikasi

5. Membangun konsentrasi dan kepekaan

6. Membangun kreativitas dan imajinasi.


Dalam tulisan ini tersebut akan memuat semua kategori permainan yang berhubungan langsung
dengan konsep-konsep dasar yang ada dalam pelajaran fisika. Konsep yang dimaksud adalah
konsep dalam mekanika, listrik magnet, termodinamika yang dirancang khusus dalam bentuk
permainan.

Dalam melaksanakan outbound training yang mengandung konsep-konsep dasar fisika


dilakukan dalam beberapa tahapan. Setiap tahapan yang dilakukan didasarkan pada konsep
belajar yang dikemukakan oleh boyett dan boyett dalam Djamaluddin Ancok (2002:6) sebagai
berikut:

1. Pembentukan Pengalaman ( Experience)

2. Perenungan pengalaman (Reflect)

3. Pembentukan konsep (form Concept)

4. Pengujian Konsep (Tes Concept)

Pada tahapan pembentukan pengalaman dilakukan dengan melibatkan semua siswa


dalam suatu kegiatan permainan. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pengalaman
intelektual, pengalaman emosional dan pengalaman yang bersifat fisikal. Tahapan pembentukan
pengalaman akan mengantar setiap anak untuk bisa memaknai setiap permainan yang telah
dilakukan.

Kegiatan refleksi bertujuan untuk memperoses pengalaman yang diperoleh dari


kegiatan yang telah dilakukan. Setiap peserta mempunyai kesempatan untuk merefleksikan
pengalaman pribadinya pada saat kegiatan berlangsung. Apa yang dirasakan secara intelektual
dan emosional disampaikan kepada pemandu kegiatan. Dalam proses refleksi tetap difasilitasi
oleh pemandu.

Tahapan selanjutnya dalam kegiatan belajar adalah pembentukan konsep yang


dihubungkan dengan aktifitas nyata dalam kehidupan sehari-hari. Setiap siswa diharapkan dalam
tahapan ini mampu menjelaskan konsep fisika dan konsep kehidupan dalam permainan yang
dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari dan dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Tahapan terakhir adalah tahapan pengujian konsep yang mengajak semua siswa untuk
mendiskusikan dengan kelompoknya tentang konsep-konsep yang telah dilakukan mampu
diterapkan dan dikembangkan dalam kegiatan sehari-hari dan diwujudkan dalam sebuah
perenungan hal-hal yang berhubungan dengan konsep tersebut.

Sebagai contoh salah satu desain outbound adalah sebagai berikut:

Permainan : Berdiri Bersama

Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar mekanika dan


dinamika benda titik.
Lokasi Dataran Perkebunan Rakyat Puawang
Aktivitas Peserta berdiri secara bersamaan dengan bertumpu pada
bagian tubuh yang lain.
Waktu 10 menit
Peserta Berkelompok (4-6 orang)
Peralatan
Alat Bahan
Sumpritan Kertas
Instruksi Sepasang anggota tim duduk bertolak belakang, melipat
kedua kaki kearah dada kemudian fasilitator meminta
untuk berdiri secara bersamaan. Selanjutnya ditambah
dengan seluruh anggota kelompok.
Penilaian
Prestasi Kompensasi
Perserta yang cepat dan Urutan 1. 50 poin
rapi
Urutan 2. 40 poin
Urutan 3. 30 poin
Urutan 4. 20 poin
Urutan 5. 10 poin
Makna dan Mamfaat Memberikan pemahaman tentang gaya-gaya yang bekerja
Kegiatan dan merasakan perubahannya serta memberikan peluang
pada peserta untuk saling memahami orang-orang yang
ada disekitarnya.

B. Outbound dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak

Kegiatan bermain yang dikemas dalam outbound training dapat membantu siswa
untuk membangun konsep dan pengetahun tertentu. Menurut Bredekamp dan Coppe dalam
Tadkiroatun Musfiroh (2008:8) anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi
yang trisolasi melainkan melalui interaksi. Bermain membantu anak untuk mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak. Hal ini akan membantu anak untuk bisa belajar fisika dengan baik
karena fisika lebih banyak menggunakan pikiran yang abstrak. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan dan hasil penerapan pada siswa dimana sekitar 87 % siswa atau peserta merasa
memperoleh pengetahuan baru dan mengalami peningkatan hasil tes kreativitas.

C. Outbound Mengembangkan Motivasi dan Kreativitas anak

Dalam hasil percobaan dan hasil penelitian yang dilakukan penulis diperoleh bahwa
kegiatan outbound training sangat berpengaruh pada tingkat motivasi dan kreativitas siswa. Pada
pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kreativitas dan motivasi menjadi salah satu dari
prinsip pengembangan sekolah berkarakter. Jika dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti
outbound training maka aka nada peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terjadi karena
metode yang digunakan dalam outbound training memaksa siswa secara tidak langsung untuk
aktif dan termotivasi untuk mencapai target tertentu. Jika kegiatan ini deprogram secara
berkelanjutan maka tentunya akan menumbuhkan rasa peduli dan kemauan untuk berkerja sama
dengan siswa lain. Selain kerja sama juga banyak memberi pengalaman pada siswa untuk
berbuat jujur pada diri sendiri dan orang lain.

V. PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk kegiatan outbound training fisika dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2. Outbound training fisika dapat menjadi salah satu cara untuk mewujudkan pendidikan
berkarakter
3. Outbound training fisika dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa.

B. Saran

Kegiatan outbound training akan bermakna ketika dilaksanakan dengan perancanaan


matang dan berkelanjutan.

L. Daftar Pustaka

Asti, Muchlisin, Badiatul. 2009, Fun Outbound. Jogyakarta: Diva Press.

Bono, de Edwar. 2007, Revolusi Berpikir. Bandung : Kaifa

Cambel,Linda, Bruce, Dickinson. 2004, Metode Praktis Pembelajaran.Jakarta: Intuisi Press.

Filsaime Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Bandung: Alfabeta

Jamil, Sya’ban, Taufik . 2008, 100 Game Kreatif . Yogyakarta: Gradien Mediatama.

Musfiro, Tadkiroatun. 2008, Cerdas Melalui permainan. Jakarta: Grasindo.

Munandar, Utami. 1990. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia.

Munandar,Utami. 1995. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamalundin,Ancok. 2002. Outbound Management Training; Aplikasi Ilmu Perilaku dalam


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: UII Press.
Santosa, Endy, vincentius, Menda Mulyani . 2008, 100 Permainan Kreatif untuk outbound.
Yogyakarta: Andi.

Susanta, Agustinus. 2008, Merancang Outbound Training Profesional.Yogyakarta: Andi.

Supendi, Pepen, Nurhidayat. 2008, Fun Game. Jakarta: Penebar Plus

Soenarno, Adi. 2007, Ice Breaker, Don’t Be Tegang. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai