I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini telah digelar berbagai macam forum ilmiah untuk membahas mengenai
pendidikan berkakter yang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk menjadi lebih baik dan lebih
maju. Secara sederhana pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan yang
mempengaruhi karakter anak-anak didik. Namun secara lebih fokus, kita lihat seperti yang
diutarakan Dr Thomas Lickona mengenai definisi Pendidikan Berkarakter, bahwa “pendidikan
berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai etika inti.” Dalam bukunya, Educating for Character, Dr Lickona
menegaskan bahwa “Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-
anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam
tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar
– bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam”. Apa yang dikemukan
dalam model Dr Lickona adalah bahwa hal itu menggambarkan proses perkembangan yang
melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan dengan demikian menyediakan dasar yang
terpadu untuk struktur yang koheren dan komprehensif. Ini memberitahu kita bahwa kita perlu
terlibat dalam kegiatan anak-anak didik yang membuat mereka berpikir kritis tentang
pertanyaan-pertanyaan moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen untuk
tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk mempraktekkan
perilaku moral dan etika.
Salah satu upaya yang dapat mengembangkan karakter anak didik adalah dengan
melaksanakan outbound Training. outbond Training adalah kegiatan pelatihan diluar ruangan
atau di alam terbuka (outbound) yang menyenangkan dan penuh tantangan. Menurut Indrawan
dan Idah Cahyo pada penelitian tentang efektivitas outbond manajemen training pada siswa
sangat efektif dalam meningkatkan jiwa kepemimpinan dan hubungan sosial (2007:1). Salah satu
tujuan outbound Training, yakni meningkatkan kebersamaan dan kepedulian dalam
menggunakan potensi pribadi untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Djamaluddin Ancok salah satu bentuk kegiatan yang paling efektif untuk
meningkatkan motivasi dan kreativitas adalah pembentukan kerja sama tim yang dilakukan
melalui outbond training di alam terbuka (2002:12). Hal tersebut sejalan dengan antusiasme
siswa dalam mengikuti setiap kegiatan outbound yang dilaksanakan di sekolah. Pengalaman
penulis dalam melaksanakan kegiatan “outbound management training” menunjukkan bahwa
kerja sama tim dan antar tim semakin meningkat pada setiap peserta. Dalam kegiatan outbound
kesempatan siswa untuk berekspresi, berpikir dan menghargai orang lain akan terlatih dengan
baik. Hal tersebut telah mendorong pada setiap pelatihan yang dilaksanakan berbagai organisasi
melaksanakan outbond. Kegiatan outbond ketika dijadikan sebagai salah satu kegiatan tambahan
dalam kurikulum pembelajaran fisika maka akan menumbuhkan semangat siswa untuk belajar
fisika dan ketika melaksanakan proses belajar mengajar maka aktifitasnya meningkat.
Kegiatan outbound yang digunakan adalah jenis outbound yang mengadopsi konsep-
konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mengetahui bahwa fisika bisa
diaplikasikan dimana saja dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan outbound bukan saja sebagai
salah satu kegiatan menghilangkan ketegangan tetapi lebih sebagai salah satu metode pendekatan
dalam dunia pendidikan seperti yang disampaikan Badiatul Asti (2009:1).
Metode outbound training hampir sama dengan out door study atau metode di luar
ruangan kelas dengan pemberian tugas pada siswa. Dalam out door study guru mengajak siswa
belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk
mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Tetapi dalam outbond training lebih
mengedepankan aktivitas dilaksanakan dalam suasana gembira. Melalui metode outbound
training lingkungan diluar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini
adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif
dan akrab dengan lingkungaan. Metode outbound training pada pengajaran fisika menjadi sarana
memupuk kreativitas inisiatif kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan meningkatkan
minat pada fisika.
Kegiatan outbound training tentunya akan lebih terarah dan akan bermanfaat lebih jika
menjadi muatan dalam kurikulum di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar berlakang tersebut di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
C. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk mengakaji pengaruh outbound training fisika dalam
membentuk karakter anak didik yang secara rinci bertujuan untuk;
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari tulisan ini, diantaranya adalah:
1. Bagi pemerhati pendidikan, dapat sebagai salah satu alternatif kegiatan untuk
membentuk dan mengembangkan karakter siswa atau anak didik
3. Bagi guru sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan minat siswa untuk mencintai
dunia sains sekaligus membentuk pribadi yang jujur.
A. Pendidikan Berkarakter.
Menurut Endang sumantri pendidikan yang berkarakter itu menekankan tiga komponen karakter
yang baik, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan bermoral.
Ketiga komponen tersebut harus seiring sejalan dalam kehidupan sehingga tatanan dalam
masyarakat akan beradab dan berkarakter. Pendidikan berkarakter seperti yang disampaikan pada
latar belakang yakni pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang
memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Pendidikan berkarakter
menurut Agus Musthofah dalam sebuah tulisannya menjelaskan bawah pendidikan berkarakter
memiliki beberapa prinsip inti sebagai berikut:
6. Menggunakan kurikulum bermakna dan menghargai semua hasil siswa dan membantu
mereka untuk berhasil.
8. Melibatkan staf dan komunitas serta memberi mereka peran dalam mewujudkan
pendidikan berkarakter.
10. Melibatkan masyarakat dan keluarga siswa dalam mengembangkan karakter sekolah.
Kesepuluh prinsip tersebut di atas sebagian besar dapat diterapkan langsung dalam
sebuah kegiatan outbound training dan secara khusus outbound training fisika.
B. Pengertian permainan
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau
tekanan dari pihak luar (Tadkiroatun Musfiroh 2008:1). Sebagian orang menyatakan bahwa
bermain sama fungsinya dengan bekerja. Meskipun demikian anak mempunyai persepsi berbeda-
beda tentang bermain. Menurut Lisa A Wing (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2008:3) setiap orang
membedakan pengertian bermain, bekerja dan setengah bekerja. Aktifitas-aktifitas dalam
kegiatan outbound yang dirancang guru dapat dikatakan bermain apabila menyediakan berbagai
macam pilihan kegiatan yang menyenangkan dan ada interaksi antar siswa. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh suatu kegiatan dapat dikatakan bermain apabila mengandung unsur eksplorasi,
eksperimentasi, dan penemuan (2008:3). Pada kegiatan outbond menyajikan pembelajaran yang
bersifat sukarela tanpa ada evaluasi benar salah, tetapi muatan nilai dan akademiknya tetap
nampak dalam setiap proses.
Dalam kegiatan outbond dikembangkan konsep belajar sambil bermain. Belajar sambil
bermain merupakan salah satu slogan yang harus dimaknai sabagai satu kesatuan, yakni belajar
yang dilakukan siswa adalah melalui bermain. Upaya pendidikan yang diberikan pendidik
hendaknya dilakukan dalam dalam situasi yang menyenangkan dan menggunakan metode,
materi/bahan, media yang menarik, serta mudah diikuti. Bermain adalah dunia sekaligus bisa
dijadikan sarana belajar bagi siswa. Menurut Solehuddin (dalam Tadkiroatun Musfiroh,2008:29)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bermain berarti memberikan kesempatan untuk
belajar. Memberikan kesempatan belajar melalui permainan yang dikemas dalam kegiatan
outbound akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Kegiatan outbound yang akan dirancang adalah jenis outbound yang mengadopsi
konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mengetahui bahwa fisika bisa
diaplikasikan dimana saja dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan outbound bukan saja sebagai
salah satu kegiatan menghilangkan ketegangan tetapi lebih sebagai salah satu metode pendekatan
dalam dunia pendidikan seperti yang disampaikan Badiatul Asti (2009:1).
Akhir-akhir ini, kegiatan outbound tengah menjadi trend dan fenomena yang kian
banyak diminati. Berbagai organisasi, lembaga, dan perusahaan ramai-ramai menyelenggarakan
outbound sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan performa anggota atau pegawainya.
Bahkan untuk perusahaan yang sudah mapan dan sehat, biasanya setiap tahun sudah
menganggarkan dana untuk kegiatan “keluar bersama” untuk menyegarkan pikiran, yang
biasanya diadakan dalam bentuk tamasya atau rekreasi bersama ke obyek wisata tertentu. Dan
belakangan seiring dengan tren outbound training, program rekreasi itu banyak yang dikemas
dengan outbound, sebagai bentuk rekreasi edukatif yang dinilai lebih banyak memberi manfaat.
Selain membuat fresh(nyaman/segar), di dalam kegiatan outbound juga mengandung banyak
filosofi dan esensi materi yang mampu menggugah semangat.
1. Mengembangkan keakraban
2. Mengembangkan kepercayaan
4. Mengembangkan komunikasi
III. METODE
Makalah ini disusun berdasarkan kajian literature dan hasil penelitian terbatas yang
dilaksanakan di beberapa sekolah di Kabupaten Majene.
Prosedur pengumpulan informasi dan bahan kajian dibagi dalam tiga tahapan menurut
alur kegiatan, tahapan itu adalah sebagai berikut:
a.Tahap persiapan
1. Membuat rancangan outbond dan instrumen.
2. Validasi instrumen dan rancangan Outbound Training Fisika
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap akhir adalah tahap analisis dan pembuatan laporan dan kesimpulan kegiatan.
Dalam kegiatan outbond dikembangkan konsep belajar sambil bermain. Belajar sambil
bermain merupakan salah satu slogan yang harus dimaknai sabagai satu kesatuan, yakni belajar
yang dilakukan siswa adalah melalui bermain. Upaya pendidikan yang diberikan pendidik
hendaknya dilakukan dalam dalam situasi yang menyenangkan dan menggunakan metode,
materi/bahan, media yang menarik, serta mudah diikuti. Bermain adalah dunia sekaligus bisa
dijadikan sarana belajar bagi siswa. Menurut Solehuddin (dalam Tadkiroatun Musfiroh,2008:29)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bermain berarti memberikan kesempatan untuk
belajar. Memberikan kesempatan belajar melalui permainan yang dikemas dalam kegiatan
outbound akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Kegiatan outbound yang dirancang khusus untuk menunjang mata pelajaran fisika akan
membuat anak secara tidak langsung tertarik pada mata pelajaran fisika dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Prof. Yohanes
Surya bahwa fisika bisa diajarkan dalam bentuk permainan dan melalui dunia fantasi.
1. Menetapkan Tujuan/target
Penetapan tujuan dan target sangat penting dilakukan untuk mendesain setting
kegiatan yang akan dilaksanakan karena berhubungan dengan lokasi, materi, dan jenis-jenis
permainan. Lokasi kegiatan juga harus ditentukan hal ini penting untuk menunjang tercapainya
tujuan kegiatan. Peralatan yang akan digunakan juga harus disesuaikan dengan lokasi jenis
permainan dan biaya yang akan digunakan. Pemandu dalam kegiatan outbound juga sangat
penting kerena menentukan berhasil tidaknya peserta outbond melakukan permainan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seorang pemandu harus memiliki beberapa hal yaitu;
pertama, pemahaman terhadap rancangan permainan dengan materi fisika yang akan
disampaikan dalam permainan, kedua memiliki kemampuan kemampuan komunikasi yang baik,
ketiga, menarik dan berwibawah, keempat menguasai masalah teknis pelatihan termasuk
keselamatan peserta dalam melakukan kegiatan. Hal terakhir yang harus dipersiapkan adalah
membuat indikator pencapaian setiap kegiatan selanjutnya membuat evaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan.
1. Membangun keakraban
2. Membangun kepercayaan
4. Membangun komunikasi
Kegiatan bermain yang dikemas dalam outbound training dapat membantu siswa
untuk membangun konsep dan pengetahun tertentu. Menurut Bredekamp dan Coppe dalam
Tadkiroatun Musfiroh (2008:8) anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi
yang trisolasi melainkan melalui interaksi. Bermain membantu anak untuk mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak. Hal ini akan membantu anak untuk bisa belajar fisika dengan baik
karena fisika lebih banyak menggunakan pikiran yang abstrak. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan dan hasil penerapan pada siswa dimana sekitar 87 % siswa atau peserta merasa
memperoleh pengetahuan baru dan mengalami peningkatan hasil tes kreativitas.
Dalam hasil percobaan dan hasil penelitian yang dilakukan penulis diperoleh bahwa
kegiatan outbound training sangat berpengaruh pada tingkat motivasi dan kreativitas siswa. Pada
pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kreativitas dan motivasi menjadi salah satu dari
prinsip pengembangan sekolah berkarakter. Jika dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti
outbound training maka aka nada peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terjadi karena
metode yang digunakan dalam outbound training memaksa siswa secara tidak langsung untuk
aktif dan termotivasi untuk mencapai target tertentu. Jika kegiatan ini deprogram secara
berkelanjutan maka tentunya akan menumbuhkan rasa peduli dan kemauan untuk berkerja sama
dengan siswa lain. Selain kerja sama juga banyak memberi pengalaman pada siswa untuk
berbuat jujur pada diri sendiri dan orang lain.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Bentuk kegiatan outbound training fisika dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2. Outbound training fisika dapat menjadi salah satu cara untuk mewujudkan pendidikan
berkarakter
3. Outbound training fisika dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa.
B. Saran
L. Daftar Pustaka
Filsaime Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Bandung: Alfabeta
Jamil, Sya’ban, Taufik . 2008, 100 Game Kreatif . Yogyakarta: Gradien Mediatama.
Munandar, Utami. 1990. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia.