BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berawal dari rutinitas kegiatan belajar mengajar di sekolah tepatnya yang dilakukan bagi
siswa sekolah dasar di kelas membuat kejenuhan dalam belajar dikarenakan sebenarnya siswa
sekolah dasar mempunyai dunia bermain yang merupakn ciri kas dari seorang anak sekolah
dasar. Pada hakikatnya, seorang anak mempunyai titik kejenuhan apabila dihadapkan pada suatu
hal yang sama setiap harinya. Setiap hari siswa dihadapkan pada suasana kelas yang begitu-
begitu saja. Suasana tersebut adalah tembok putih, meja, coklat, papan tulis, meja guru, atap
putih, dan suasana kelas yang sudah umum. Hal inilah yang mendorong penulis untuk
memikirkan bagaimana rutinitas kegiatan tersebut agar tidak terjadi kejenuhan.
Kejenuhan tersebut juga dapat mengganggu proses belajar mengajar ketika guru
berinteraksi dengan siswa. Gangguan tersebut dapat berupa kurangnya pemahaman siswa dalam
menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan di kelas biasa
sudah diterapkan dimana- mana sehingga diperlukan suatu inovasi dalam suatu pembelajara yang
dapat membuat seorang siswa sekolah dasar menjadi aktif dan dapat berbaur dengan alam secara
langsung, untuk itu penulis membuat inovasi belajar di luar kelas atau sering disebut outdoor.
Hal ini sejalan dengan usaha Pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan dengan cara membentuk kurikulum KBK dan KTSP atau lebih dikenal Kurikulum
2006 sejak tahun pelajaran 2006/2007 dan direalisasikan sampai pada tahun 2009/2010
(Permendiknas, No.24 Tahun 2006).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 200 tentang Standar
Nasional Pendidikan mengamanatkan tersusunnya kurikulur pada tingkat satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu kepada standar isi dan standar
kompetensi lulusan serta berpedornan pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP) (BNSP:2006).
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pemberlakuan KTSP masih menemui banyak
hambatan sehingga menyebabkan adanya perasaan pesimis dalam menerapkan kurikulum
dimaksud. Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Lubuk Linggau menyatakan bahwa KTSP ternyata
masih bersifat idealis dan sulit diterapkan secara nasional (Linggau Pos, 5 Juni 2007). Kendala-
kendala penyebabnya adalah kondisi daerah terpencil yang sulit dijangkau dan minimnya sarana
dan prasarana penunjang, lemahnya insfrastruktur serta masalah sumber daya manusia dimana
masih banyak guru dengan pembelajaran masih seperti kurikulum sebelumnya. Untuk itu,
inovasi diperlukan karena adanya keinginan beberapa siswa dalam perubahan system belajar
mengajar dengan suasana yang baru. Perubahan ini tentunya harus disertai dengan usaha guru
untuk selalu berkreasi dan berfikir kreartif untuk menciptakan pembelajaran outbond yang dapat
menarik minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mereka tidak jenuh dan dapat
membangun interaksi antara guru dan siswa lebih dekat.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang
anak mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam rangka menambah dan mengembangkan
pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak
bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua. Karena belajar dari sebuah
pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan
yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.
Outbound training adalah salah satu bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan
manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena
pelatihan ini tidak sarat dengan teori-teori melainkan langsung diterapkan pada elemen-elemen
yang mendasar yang bersifat sehari-hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta
sikap proaktif dan komunikatif. Alam Indonesia yang kaya menyediakan sumber belajar yang
tidak akan pernah habis digali. Dimensi alam sebagai obyek pendidikan bisa menjadi
laboratorium sesungguhnya dan tempat bermain yang mengasyikan dengan berbagai metodenya.
Outbound merupakan salah satu metode pembelajaran modern yang memanfaatkan
keunggulan alam. Para peserta yang mengikuti outbound tidak hanya dihadapkan pada tantangan
intelegensia, tetapi juga fisik dan mental. Dan ini akan terus terlatih menjadi sebuah pengalaman
yang membekali dirinya dalam menghadapi tantangan yang lebih nyata dalam persaingan di
kehidupan sosial masyarakat.
Sisi menarik dari metode pembelajaran outbound adalah permainan sebagai bentuk
penyampaiannya. Dalam permainan skill, individu tidak hanya ditantang berpikir cerdas namun
juga memiliki kepekaan sosial. Dalam outbound peserta akan lebih banyak dituntut
mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual quotient)nya, disamping IQ
(intellegent quotient). Metode outbound training memungkinkan peserta dalam aktivitasnya
melakukan sentuhan-sentuhan fisik dengan latar alam yang terbuka sehingga diharapkan
melahirkan kemampuan dan watak serta visi kepemimpinan yang mengandung nilai-nilai
kejujuran, keterbukaan, toleransi, kepekaan yang mendalam, kecerdasan serta rasa kebersamaan
dalam membangun hubungan antar manusia yang serasi dan dinamis.
Nah, kalau dari sejarahnya, awalnya model pelatihan semacam ini diperkenalkan oleh Kurt
Hahn, seorang pendidik berkebangsaan Jerman. Mulanya keprihatinannya terhadap para pelaut
muda Inggris yang produktifitas dan mentalnya sangat jauh perbandingannya dengan para
seniornya membangkitkan pikirannya untuk mencari jalan keluar permasalahan tersebut. Dan,
sebuah ide cerdas muncul di otaknya. Ia mengembangkan sebuah program pelatihan dengan
sebuah metode unik agar para pelaut muda tersebut mengenali potensi diri mereka masing-
masing. Dengan memberikan studi kasus dan simulasi permasalahan yang sering dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, pelatihan inipun membawa hasil yang sangat memuaskan. Kualitas SDM
mereka mengalami peningkatan pesat.
Dan, sejak saat itulah konsep outbound mulai berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia. Bahkan, beberapa lembaga penyedia layanan pelatihan yang tak pernah lupa
menyisipi outbound di dalam program pelatihannya, juga tumbuh pesat, karena peminat
pelatihan semacam ini, baik dari kalangan khalayak umum dan pegawai institusi pemerintah dan
swasta juga menjamur. Bahkan sekolah-sekolah pun tak ketinggalan untuk ikut nimbrung makan
lezatnya manfaat outbound ini.
Lantas, ada apa di dalam outbound itu? Dalam setiap outbound, secara garis besar
pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran dengan model adult learning
(pembelajaran orang dewasa) dan outdoor activities (aktifitas luar ruangan).
Beberapa ciri-ciri atau model anak kecil dalam proses belajarnya adalah:
1. Tidak suka suasana yang formal. Biasanya formalitas yang harus dilalui akan sedikit banyak
membatasi gerak atau pola pikir. Ini tidak akan ada dalam suasana yang informal, yang mana
kita akan dengan mudah mengeluarkan apapun yang ada dalam pikiran kita dengan segala
ekspresi yang kita punya.
2. Ingin memecahkan masalah. Setelah menghadapi masalah yang menantang untuk dipecahkan,
mereka biasanya mengalami kemajuan dan bisa mempraktekkan apa yang dimilikinya untuk
menghadapi masalah tersebut.
3. Selalu mecari manfaat dari apa yang dialami.
Kemudian, model pendekatan aktifitas luar ruangan bisa mengakomodasi pembelajaran model
anak-anak, kerena seorang anak lebih cenderung belajar dari apa yang dialami dan dihubungkan
dengan permasalahan hidup sehari-hari. Terlebih lagi, ruang terbuka merupakan sarana yang
memberikan keleluasaan baik pada gerak fisik (psikomotorik), maupun emosi (afeksi) dan
berpikir (kognisi). Dengan begini suasana outbound membuat pebelajaran atau pesan (materi)
yang hendak disampaikan bisa diterima dengan nyaman.
Biasanya dalam setiap permainan yang diadakan dalam outbound ada empat tahapan umum
yang harus dilakukan. Yang pertama adalah experience, dimana para peserta diajak terlibat
dalam suatu permainan tertentu. Ini digunakan untuk menstimulasi permasalahan yang sehari-
hari terjadi di lingkungan kita termasuk di perusahaan atau tempat bekerja. Dalam metode ini
sang fasilitator tidaklah mengajarkan sebuah konsep, keahlian, ataupun sebuah nilai. Namun,
mereka hanya mengarahkan para peserta mengerti dan memahami beberapa hal tersebut melalui
pengalaman langsung. kemudian mereka mendiskusikan manfaat permainan itu dalam kelompok
kecil (processing), menyimpulkannya dari hal yang kecil ke hal-hal yang besar (generalizing).
Terakhir, mereka merefleksikannya dan menerapkan pengalaman itu dalam sistem kerja
kehidupan mereka.
Nah, dalam setiap materi yang mau diajarkan setiap programnya, entah yang bertopik
excellent service, team bulilding, ataupun yang lainnya, materi-materi tersebut tidaklah diberikan
melalui buku, makalah, ataupun ceramah langsung. Tidak pula seperti penataran, ataupun
pelatihan dengan metode stadium general, dimana pasa peserta diberikan sekumpulan teori
ataupun wacana ini dan itu, pemberian materi dalam outbound, sekali lagi melalui serangkaian
game simulasi, yang mana setiap game mempunyai "udang" di baliknya, yang dijadikan inti
makna atau pesan yang yang dijadikan alasan mengapa permainan tersebut diberikan.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, "apa bisa sampai pesannya ya?" Seorang peneliti yang
bernama Vernon Magnesson menyimpulkan bahwa setiap orang mempunyai pencapaian hasil
belkar belajar yang berbeda-beda jika dilihat dari bagaimana cara ia mempelajari sesuatu.
Menurutnya, seseorang belajar sebesar 10 persen dari membaca, 20 persen dari mendengar, 30
persen dari melihat, 50 persen dari melihat dan mendengar, 70 persen dari mengatakan dan 90
persen dari mendengar dan melakukan. jadi dengan sebuah pendekatan pembelajaran semacam
outbound ini, nilai atau pesan disampaikan akan langsung bisa ditangkap, tanpa ada paksaan,
dengan nuansa yang penuh tantangan dan, yang paling penting adalah, fun
D. KEUNGGULAN
Beberapa nilai lebih metode permainan/dinamika dibandingkan metode ceramah dalam
penyampaian suatu materi/ pesan antara lain:
1. Memori seseorang akan lebih lama merekam sesuatu jika dia pernah mengalaminya,
dibandingkan hanya dengan membaca/ mendengarkan. Memori dalam hal ini tidak sekedar
proses, namun juga refleksi/ evaluasi terhadap suatu praktik/ simulasinya. Confuciuspun
berujar,” Saya mendengar dan saya melupakannya. Saya melihat dan saya akan mengingatnya.
Saya melakukan, maka saya akan mengerti,”
2. Pada dasarnya, seseorang senang bermain. Sering kali, makin tua seseorang, dia (tanpa
disengaja) makin berpikir dirinya tidak pantas lagi untuk bermain. Ketika bermain, kita bisa
melepaskan segala beban pemikiran kita dan berkonsentrasi dalam permainan. Hal ini
menyebabkan permainan bisa digeluti secara fisik dan nonfisik, hal yang bagus untuk
penyampaian sebuah ide/ materi.
3. Dalam menyelesaikan suatu dinamika, tidak banyak waktu untuk berandai – andai atau
memperdebatkan suatu teori/ teknik. Tantangan di depan mata, waktu terus bergulir, sementara
dinamika harus diselesaikan dengan maksimal. Dibandingkan dengan penyelesaian soal teori di
kelas, kita bisa lama berandai–andai, bahkan bisa sampai berdebat kusir panjang lebar.
Kemampuan melihat dan memahami dinamika/tantangan memberikan kontribusi yang besar
dalam upaya penyelesaiannya.
4. Metode simulasi/ praktik/ bermain dapat menjadi selingan yang menyegarkan bagi mereka yang
dalam keseharian lebih banyak menerima materi melalui cara ceramah/ membaca. Sesuatu yang
baru/ lain pasti akan menarik perhatian, sesuatu yang menarik perhatian biasanya akan lebih
berkesan.
5. Dinamika kelompok menuntut seorang peserta berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat
mengasah kepekaan dan toleransi terhadap (ide/ pendapat) orang lain. Kemampuan
berkomunikasi juga sangat menentukan dalam keberhasilan proses dinamika.
E. ANTARA TUJUAN, HASIL DAN PERMAIANAN DALAM OUTBOUND
Segala keunggulan tadi tentu perlu ditunjang dengan beberapa rambu dalam pelaksanaan
outbound, supaya tujuan kegiatan bisa terpenuhi, antara lain:
1. Outbound harus punya tujuan yang jelas,
2. Pilihan permainan/ dinamika yang tepat
3. Alur outbound sesuai dengan kaidah pembelajaran.
4. Kegiatan outbound harus difasilitasi oleh fasilitator yang tepat.
F. CONTOH PEMBELAJARAN SAINT DENGAN OUTBOUND
Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outbond sains siswa
(experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47)adalah sebagai berikut:
a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk memperoleh hasil
yang potensial atau memiliki alternatif hasil
b. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi.
c. Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil.
d. Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata.
e. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman membuat keputusan
sendiri dan memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut
Menurut Gordon dan Browne (Moeslichatoen, 1999: 57-58) terdapat beberapa aspek yang
perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan outbond sains yaitu antara lain:
a. Memilih bahan untuk kegiatan bermain yang mengundang perhatian semua siswa, yakni bahan-
bahan yang dapat memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan menyentuh perasaan mereka.
b. Memilih bahan yang multi guna yang dapat memenuhi bemacam tujuan
pengembangan seluruh aspek perkembangan siswa.
c. Memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan siswa untuk
menggunakannya dengan bermacam cara.
d. Memilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia kelompok siswa.
e. Memilih bahan harus sesuai dengan filsafat dan napas kurikulum yang dianut.
f. Memilih bahan yang mencerminkan kualitas rancangan dan keterampilan kerja.
g. Memilih bahan dan peralatan yang tahan lama.
h. Memilih bahan-bahan yang dapat dipergunakan secara fleksibel dan serba guna.
i. Memilih bahan yang mudah dirawat dan diperbaiki.
j. Memilih bahan yang mencerminkan peningkatan budaya kelompok.
k. Memilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan meniru-niru.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini
adalah:
1. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai Kegiatan outbond ini dapat divariasi sendiri oleh
guru. Misalnya: dalam satu materi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema
yang lain adalah lingkungan. Siswa di pos I adalah sayangi aku (mempelajari tanaman dan
praktek menanan dan merawatnya), pos 2 adalah opera sampah (siswa memperagakan dalam
bentuk drama singkat/spontan dan guru menjelaskannya), pos 3 adalah sampah (mengenal
sampah dan cara memanfaatkannya, dapat juga dengan praktek), pos 4 dilanjutkan dengan
pemaknaan terhadap bahaya sampah dalam kehidupan kita,dsb.
2. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outbond ini dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di luar jam pelajaran
3. Menentukan rute perjalanan Outbond ini dapat dilakukan satu kelas bersama-sama dengan
system kompetisi dan dapat juga dilakukan dengan giliran kelompok/rooling, hal tersebut
disesuaikan dengan kemampuan dan jumlah guru. Outbond dapat menggunakan rute di sekitar
sekolahan atau di lingkungan warga sekitar. Pembelajaran ini juga dapat dilakukan hanya dengan
berpindah pos saja.
4. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan di tiap pos.
a. Jika menggunakan sistem kompetisi: semakin banyak kelompok yang dibentuk maka
peralatannya semakin banyak. b. Jika menggunakan sistem roling: peralatan yang dibutuhkan
sedikit.
5. Menentukan dan mempersiapkan petugas pos Jika dalam bentuk rolling maka diperlukan lebih
banyak penjaga pos daripada dengan system kompetisi. Tiap penjaga pos dipersiapkan untuk
dapat mengisi pos yang dipegangnya. Untuk menyamakan persepsi tema yang akan diajarkan
maka perlu diadakan briefing. Pos 2 Pos 1 Pos 3.
Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outbond:
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2. Guru menjelaskan tentang benda dan sifatnya:
3. Guru menjelaskan aturan permainan Outbond.
Berikut merupakan contoh implementasi pembelajaran inovatif dengan
memanfaatkan outbond sains dalam rangka meningkatkan meaningful learning. POS I adalah
Roket Balon. Bahan dan alat: balon dengan soal tantangan, selotip, benang kasur yang terjulur
hingga garis finish
sedotan.
Cara bermain:
a. Di garis start telah tersedia balon dengan soal tantangan, selotip, benang
kasur yang terjulur hingga garis finish, dan sedotan. Gunakanlah alatalat
ini dengan baik.
b. Bantuan awal: Sedotan dimasukkan ke dalam benang kasur.
c. Diskusikan cara agar balon dan soal dapat diterima oleh teman kalian di
seberang (jarak 2-3 meter).
d. Setelah balon diterima, kerjakanlah soal dan serahkan 10 menit
kemudian kepada petugas pos.
e. Kerjakan dengan baik semoga kalian termasuk orang-orang yang
beruntung.
Kunci: Balon bisa terbang lho....
Lembar pertanyaan yang diletakkan ke dalam balon:
a. Selain terdapat soal, benda apa yang kalian tiupkan ke dalam balon
hingga balon menggelembung?
b. Menurut kalian, bagaimanakah bentuk benda tersebut di dalam balon?
Apakah bentuknya berubah jika udara dimasukkan ke dalam plastik?
c. Dapatkah kalian merasakan udara yang ada di sekitarmu?
d. Dapatkah kalian melihatnya dan dapatkah kalian memegangnya?
e. Apa yang kalian rasakan ketika melepas balon? Dan mengapa balon
yang dilepas dapat berlari dengan kencang?
f. Sebutkan sifat-sifat benda gas dalam permainan ini?
g. Sebutkan manfaat benda gas dalam kehidupan sehari-hari!
Setelah kegiatan outbond, guru bersama siswa membahas kembali apa
yang telah dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana akan diperoleh
pendapat yang berbeda dan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru
bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan
kerjasama).Misal sebagai contoh dalam kegiatan ini yaitu: Udara yang ada di dalam balon
memberikan tekanan sehingga ketika dilepaskan balon dapat berlari menuju ke ujung benang
yang lain.
Udara merupakan benda gas yang mempunyai sifat bentuknya berubah-ubah sesuai dengan
tempatnya, udara dapat memberikan tekanan, udara tidak terlihat dan tak dapat dipegang namun
bisa dirasakan, dan udara ada di mana-mana/ada di sekitar kita. Semakin banyak udara dalam
balon maka balon juga akan tampak besar dan tekanannya juga besar. Tekanan besar maka
larinya semakin cepat, artinya dalam kehidupan ini kita harus mengisi kehidupan kita (seperti
balon) dengan menambah wawasan, akhlak yang baik, dan keterampilan-keterampilan, selain itu
kita juga harus memupuk semangat, motivasi dan kemauan yang besar agar kita akan dapat
berlari dengan cepat untuk mencapai cita-cita. Kemudian siswa diarahkan pada pemanfaatan apa
yang sedang dipelajari dengan kehidupan mereka sehingga menjadi orang yang pandai
bersyukur. Sebagai contoh: Udara dapat dimanfaatkan untuk:
a. Mengisi ban kendaraan, tanyakan kepada siswa berapa banyak udara yang di masukkan ke
dalam ban kendaraan (sedikit/banyak?) dan dapatkah udara dalam ban-ban tersebut mengangkat
50 orang? Dan berilah tanggapan pada siswa bahwa: meskipun udara yang kita berikan pada ban
sedikit, akan tetapi udara memberikan tekanan pada ban sehingga ban menjadi keras dan dapat
digunakan kendaraan seperti bus untuk mengangkut 50 orang atau lebih. (jangan menganggap
hal yang sepele, karena hal yang sepele kadang adalah sesuatu yang besar pengaruhnya bagi
kehidupan).
b. Bernafas. tanyakan dari manakah udara yang kita hirup? Bagaimanakah
ketika hidungmu mampet? bayarkah kita untuk menghirup udara disekitar
kita? Hitunglah berapa banyak tabung gas yang kita perlukan untuk bernafas hingga hari ini?
Siapakah yang menciptakan udara? Dan berikanlah tanggapan pada siswa bahwa: kita dapat
bebas bernafas, menghirup udara sebebasbebasnya dimanapun kita berada, diberi nikmat
kesehatan sehingga dapat bernafas dengan baik Gratis dan jika kita harus bernafas dengan tabung
gasmaka berapa uang yang akan dikeluarkan hingga kita hidup sampai hari ini.Ini adalah karunia
Allah swt. Bersyukurlah atas segala nikmatNya.
c. Membantu pembakaran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa outbond
merupakan salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, keterampian
sosial, life skill, kemampuan spiritual dan sikap siswa Prinsip “experiential learning“ (belajar
melalui pengalaman langsung) pada kegiatan outdoor ini, siswa akan mampu mengembangkan
potensi diri, baik secara individu (Personal Development) maupun dalam kelompok (Team
Development). Melalui outbond, siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang
dilakukan.dan langsung berinteraksi dengan alam untuk mengenal Allah swt (Sang Pencipta) dan
mencintai lingkungan .tempat hidupnya. Banyak orang yang mengetahui bahwa teknik tersebut
dapat mengembangkan potensi siswa dan memberikan lingkungan belajar yang kreatif dan
menyenangkan, akan tetapi guru jarang memanfaatkan outbond dalam pembeajaran secara
formal. Padahal jika outbond ini dilakukan maka akan diperoeh kemanfaatan yang luar biasa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kegiatan outbound terdapat banyak manfaat dan membuat siswa menjadi aktif
sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam pembelajaran. Siswa mendapatkan ruang yang fresh
ketika bermain dalam permainan outbound, siswa menjadi diri sendiri karena memang dunia
anak itu adlah bermain. Pengalaman dalam bermain outbound akan menjadi bahan yang akan
selalu diingat siswa karena pengalaman adalah guru terbaik dalam hidup.
Di sini guru di ingatkan untuk membuat pembelajaran seperti outbound sehingga siswa tidak
jenuh untuk belajar. Kreatif guru untuk mengembangkan pembelajaran ini dituntut untuk bias
menciptakan. Karena seseorang itu belajar sebesar 10 persen dari membaca, 20 persen dari
mendengar, 30 persen dari melihat, 50 persen dari melihat dan mendengar, 70 persen dari
mengatakan dan 90 persen dari mendengar dan melakukan. jadi dengan sebuah pendekatan
pembelajaran semacam outbound ini, nilai atau pesan disampaikan akan langsung bisa
ditangkap, tanpa ada paksaan, dengan nuansa yang penuh tantangan dan, yang paling penting
adalah, fun.
B. SARAN
Dalam pembelajaran sehari-hari kita mungkin untuk sulit melakukan inovasi yang berarti
bagi pembelajaran siswa, tapi siharapkan dengan adanya makalah ini dapat diharapkan muncul
ide yang untuk menciptakan pembelajaran yang menarik. Makalah ini hanya sebagai sarana
untuk menjembatani itu semua.