Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING

DI SUSUN OLEH :

Nur aini

PRODI D III KEPERAWATAN DI LUAR KAMPUS UTAMA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RIAU

( POLTEKKES KEMENKES RIAU )

TA. 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang dalam Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:


“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (2005: 65-66).

Usaha untuk membangun pendidikan sebagaimana yang tertuang di dalam


Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003,yaitu reorientasi pendidikan ke
arah pendidikan berbasis kompetensi. Di dalam pembelajaran berbasis kompetensi
tersebut tersirat adanya nilai-nilai pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai
pribadi yang integral, produktif, kreatif dan memiliki sikap kepemimpinan dan
berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Indikator ini akan
terwujud apabila diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan relevansi sumber daya
manusia (SDM) melalui proses pada berbagai jenjang pendidikan.

Di berbagai kalangan umum, terutama siswa sekolah dasar, menengah dan


perguruan tinggi, belajar tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka,
belajar dipandang sebagai musuh yang patut dijauhi, kini belajar adalah hal yang
menyenangkan dan nyaman tanpa perasaan cemas, takut, dan lelah dengan panduan dari
pembelajaran learning. Oleh karena itu, penulis memberi judul pada makalah ini
“Quantum Teaching dan Quantum Learning”.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan itu, makalah ini mencoba memaparkan ihwal pembelajaran


quantum secara relatif utuh dan lengkap agar kita dapat mengenalinya lebih baik dan
mampu menempatkannya secara proporsional di antara pelbagai falsafah dan metodologi
pembelajaran lainnya yang sekarang juga berkembang dan populer di Indonesia. Secara
berturut-turut, tulisan ini memaparkan:

A. Sejarah pembelajaran quantum

B. Arti quantum teaching

C. Perbedaan quantum teaching dan quantum learning

D. Paradigma pembelajaran quantum


E. Prinsip quantum teaching

F. Strategi pembelajaran quantum learning


BAB II

PEMBAHASAN 

A. Sejarah Pembelajaran Quantum

Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah
tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua
bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus,
dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan
mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran
yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat.

Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah
perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna
pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric
Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie,
DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan
pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa
1980an.

Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria
yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau
“Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil
situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun
negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan belajar).

Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang


kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis,
lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan
bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang
bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.

Falsafah dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan,


dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara
utuh dan lengkap dalam buku Learning.

Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas


Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar
melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di
kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan
cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan
Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru,
Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan
terintegrasi.

Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan
berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya
tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak.

Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru.
Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum
berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru.
Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada
segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui
setiap usaha, dan rayakan.

Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain
sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara
mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu
gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan
cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji
sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji
dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.

Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de
Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan
sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi
psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% , meningkatkan
harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%. Persamaan Quantum
Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:

E = mc2

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran


yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar
pada peserta didik.

B. Arti Quantum Teaching


Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi
yang terjadi di dalam kelas.

Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke


dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa
pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti
dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua


belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di
Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut
mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.

Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang
memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan
analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat
matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan
mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.

Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi.
Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas,
orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang
terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala
rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan
dimensi yang mengikat.

C. Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning

Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang


sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan,
sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.

Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di


kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning
merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan
prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Quantum
Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau
masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami
keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu
memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas
dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah
dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru.

Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa
yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang
diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan
berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum
pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.

Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja
selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan
cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih
dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan
dengan cepat mendalami sesuatu.

Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan
cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan
didalami dengan suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model
pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep
kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.

1) Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan
dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching
terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan.

2) Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep,
prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola
Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku
Jadi,Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat
Umum sebagai pembelajaran.

D. Paradigma Belajar Model Quantum Learning

Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini
paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :

a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai
fasilitator.

b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk
setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta
merasa santai dan relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda
yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau
materi yang diberikan oleh fasilitator.

d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana
dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.

E. Prinsip-prinsip Quantum Teaching

Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:

1) Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya
menyampaikan pesan tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang
kita ajarkan.

3) Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak
konsep.

4) Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.

5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang
terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata:
bagus!, baik dan lain-lain.

F. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR

1) TUMBUHKAN. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ”


(AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.

2) ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua
pelajar.

3) NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.

4) DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa


mereka tahu”.

5) ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu
dan memang tahu ini”.

6) RAYAKAN.
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan
ilmu pengetahuan Prinsip dapat berarti:

1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal

2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental.

Pembelajaran juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin
fundamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga
macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran . Ketiga prinsip utama yang
dimaksud sebagai berikut.

a. Prinsip utama pembelajaran berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam


Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar).

Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan


setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip
tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertama
pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik
memasuki kehidupan pembelajar.

Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki


pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan
pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar
menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas.

Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar maupun pembelajar
akan memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti dunia pembelajar diperluas, hal
ini juga berarti dunia pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama
pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.

b. Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan


permainan orkestra simfoni.

Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar
chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran . Prinsip-
prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.

1. Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu


mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan
pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.

2. Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan
energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik
pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu
bertujuan.

3. Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan Proses pembelajaan paling baik


terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama
untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang
pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa
ingin tahu.

4. Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran Pembelajaran atau belajar
selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti
melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti membongkar
pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah keluar ini, mereka
patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan
sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka
lakukan.

5. Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan Segala sesuatu
yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan
dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran.

3) Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi
terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai
pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang
sebagai jantung fondasi pembelajaran .

Ada delapan prinsip keunggulan yang juga disebut delapan kunci keunggulan
yang diyakini dalam pembelajaran . Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut.

1. Terapkanlah Hidup dalam Integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir
ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas
dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak

2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan

Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau
kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar
lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus
menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang
telah belajar.

3. Berbicaralah dengan Niat Baik


Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti
positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik
berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.

4. Tegaskanlah Komitmen

Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-


misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu
melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu dikembangkan
slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus saya selesaikan,
bukan yang hanya saya senangi.

5. Jadilah Pemilik

Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak
mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajar dan
pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Mereka
hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggung
jawab.

6. Tetaplah Lentur

Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang


dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebih-lebih pengajar,
harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai
mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat
saja mengubah rencana pembelajaran bilamana diperlukan demi keberhasilan siswa-
siswanya; jangan mati-matian mempertahankan rencana pembelajaran yang telah
dibuat.

7. Pertahankanlah Keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu
kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. Tetap
dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan penyesuaian
terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari pembelajar dan
pengajar.

G. Strategi Pembelajaran quantum Learning

Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam


pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita
kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning
with fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal
yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti
kemauan berusaha, mudah bosan dll.
Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan
menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling
tidak multimedia dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa
pengajar. Sedangkan Strategi pembelajaran yang lain, Seperti:

1. Teori otak kanan/kiri

2. Teori otak triune (3 in 1)

3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)

4. Teori kecerdasan ganda

5. Pendidikan holistik (menyeluruh)

6. Belajar berdasarkan pengalaman

7. Belajar dengan symbol

8.  Simulasi/permainan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan


sebuah falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di
dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan perusahanan, maupun di dalam
lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual, falsafah dan metodologi
pembelajaran membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab
karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan
daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak
behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).

Meskipun demikian, secara nyata, keterandalan dan kebaikan falsafah dan


metodologi pembelajaran ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih
kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah,
lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca:
pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola berpikir
para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan struktur organisasi
sekolah dan struktur pembelajaran.

Jika perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran dapat


dilaksanakan dengan hasil yang optimal. Secara konseptual, falsafah dan metodologi
pembelajaran membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab
karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan
daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak
behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).

B. Saran-saran

Demikian makalah ini penulis sampaikan. Penulis sadar bahwasanya makalah ini
jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis menerima kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.

DAFTARPUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta; Rajawali Pers.

Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta; PT
Rineka Cipta.

Buzan, Tony, The Min Map Book, New York: Dutton, 1993

Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta; Penerbit Erlangga

De Porter,Bobbi. 2009. Learning. Bandung:KAIFA LEARNING

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.

Anda mungkin juga menyukai