Anda di halaman 1dari 15

ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA BAYI DAN ANAK TODDLER

DISUSUN:
Melinda Agustin ( 210103070 )
Mokhamad Ari Fuddin ( 210103072 )
Mutiara Octafiani D.P ( 210103075 )
Nailatun Nisa ( 210103078 )
Nindia Sefi Utami ( 210103079 )
Nurul Arofah ( 210103081 )
Nurun Nabila ( 210103082 )
Putri Aziizah Thurfah ( 210103087 )
Putri Sella Adelia ( 210103088 )
Riang Gumanti ( 210103090 )
Rifmawati Widya P ( 210103091 )
Salma Puspita Ramadhanti ( 210103093 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2022
PRE PLANNING ROLEPLAY
Mata Kuliah : Komunikasi Terapeutik

Topik : Komunikasi Terapeutik pada Klien Bayi dan Toddler

Tanggal : 4 November 2022

Waktu : 07.50 – 10.20 wib

Tempat : Ruang kelas D305

1. LATAR BELAKANG
Menurut (Smart 1998), komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kebutuhan pasien. (Siti
Fatmawati, 2010)

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuandan


kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik pada anak
adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (bayi dan anak), yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan bayi
dan anak.

Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara lain :

 Usia Bayi (0-1 tahun)


Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, disamping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi
pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik,
ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespon untuk mengeluarkan suara-suara bayi.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan
dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu
kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia keenam belas bayi sudah mulai
menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama
bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada
bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu
melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah
mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan
komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan
cara menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap,
menggendong, memangku, dan lain-lain.

 Usia Todler dan Pra Sekolah todler (1-3 tahun) dan prasekolah (3-6 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kataulangan. Pada
anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat
tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih
belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang
dapat dilakukan adalah dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas
dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika
diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau
bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

 Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai
berfikir tentang kehidupan. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini
adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan
pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan
prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan
menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.

 Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang
masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini
adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.

2. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan roleplay mengenai Komunikasi Terapeutik pada klien bayi dan toddler,
mahasiswa jurusan S1 Keperawatan kelas C semester 3 Universitas Harapan Bangsa
diharapkan mampu memahami dan menerapkan Komunikasi Terapeutik Keperawatan
tersebut pada klien bayi dan toddler dengan prinsip-prinsip yang benar.
3. TUJUAN KHUSUS
a) Mahasiswa dapat memahami konsep dasar komunikasi terapeutik pada klien bayi dan
toddler
b) Mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi
terapeutik pada klien bayi dan toddler
c) Mahasiswa mampu mempraktekan komunikasi terapeutik pada klien bayi dan toddler
secara kritis sesuai dengan aspek dan prinsip pada komunikasi terapeutik

4. METODE
Diskusi Kelompok
5. KEGIATAN

Fase Pra interaksi

a) Melihat catatan medis dan catatan perawatan


b) Mempersiapkan alat
c) Mencuci tangan

Fase orientasi

a) Mengucap salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
e) Menanyakan kesiapan pasien

Fase kejra

a) Pemeriksaan tanda – tanda vital


b) Pemberian kompres hangat
c) Penjelasan pemberian obat

Fase Terminasi

a) Melakukan evaluasi
b) Berikan reinforcement positif
c) Berpamitan

6. SETTING TEMPAT
Ruang Kelas D305 Universitas Harapan Bangsa

7. PEMBAGIAN PERAN DAN PENUGASAN

Nama Nim Peran


Melinda Agustin 210103070 Perawat 2
Mokhamad Ari Fuddin 210103072 Perawat 4
Mutiara Octafiani D.P 210103075 Perawat 1
Nailatun Nisa 210103078 Kakak Bayi 1
Nindia Sefi Utami 210103079 Pasien Anak
Nurul Arofah 210103081 Kakak Bayi 2
Nurun Nabila 210103082 Ibu Bayi
Putri Aziizah Thurfah 210103087 Pasien Bayi
Putri Sella Adelia 210103088 Ibu Pasien Anak
Riang Gumanti 210103090 Bapak Pasien Anak
Rifmawati Widya 210103091 Narator
Salma Puspita R 210103093 Perawat 3

8. EVALUASI
1. Standar Persiapan :
a) Roleplay komunikasi terapeutik pada bayi dan anak toddler dalam komunikasi
terapeutik dilaksanakan di ruang kelas Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto.
b) Peserta roleplay hadir di tempat pelaksanaan ruang kelas.
c) Persiapan dilakukan sebelumnya termasuk kesiapan alat, tempat dan naskah.
Alat : APD, alat TTV
2. Standar Proses : Strategi
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan roleplay sesuai peran yang telah
ditentukan.
3. Standar Hasil :
a) Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b) Masalah pasien dapat diatasi.
c) Perawat dapat :
1. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan.
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien.
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
6. Meningkatkan kemampuan dalam mempraktekan komunikasi teraputik
terhadap bayi dan anak toddler.

9. DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/embeds/369563871/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.
https://www.scribd.com/embeds/358176582/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.

10. LAMPIRAN : Konsep Dialog


KONSEP DIALOG

Scene 1
( Pada suatu hari di suatu Rumah Sakit tepatnya di ruang Camar no 12 terdapat pasien
bayi yang mengalami demam dan sudah dirawat selama 2 hari. Pada pagi hari perawat
Mutiara melakukan tindakan TTV kepada pasien )

Perawat 1 : “Assalamualaikum bu, perkenalkan saya perawat Mutiara yang berjaga pada shif
pagi dari jam 7 sampai jam 2 nanti. Sebelumnya ibu saya izin bertanya nama anaknya siapa ya?
dan umur adeknya berapa?”

Ibu Bayi : “Namanya Nindia, umurnya 2 bulan sus”

Perawat 1 :” Baik bu, sebelumnya saya lihat gelang tangan nama pasiennya terlebih dahulu ya
bu?”

Ibu Bayi : “Boleh sus, silahkan...”

Perawat 1 :” Jadi, kedatangan saya kesini untuk melakukan tindakan pengukuran tanda - tanda
vital pada adeknya ya bu, untuk mengetahui perkembangan suhu tubuh pada adeknya apakah
sudah membaik dari pemeriksaan sebelumnya. Jadi untuk prosedurnya dimulai dari pemeriksaan
suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, pernafasan, dan oksigen yang ada di dalam tubuh adeknya
ya bu, untuk melakukan pemeriksaan pada adeknya membutuhkan waktu kurang lebih 10-15
menit, tempatnya disini saja ya bu, Apakah Ibu bersedia?”

Ibu Bayi : “Bersedia sus, silahkan periksa anak saya, nanti biar saya dan kakak-kakaknya ini
yang akan membantu mendampingi adek”

Kakak Bayi 1 : “Betul sus, silahkan”

Perawat 1 : “Apakah ada pertanyaan bu sebelum saya melakukan tindakan?”

Ibu Bayi : “Tidak ada sus”

Perawat 1 : “Baik bu , saya mulai melakukan tindakan ya bu, permisi”

(Setelah perawat melakukan fase orientasi, selanjutnya perawat melakukan fase kerja)
(Perawat mencuci tangan dan segera melakukan tindakan pada pasien)

Perawat 1 : “Saya mulai untuk pemeriksaannya ya bu, dimulai dengan memeriksa suhu tubuh
dengan menggunakan thermometer. Permisi ya adek... selanjutnya saya memeriksa denyut nadi
adeknya ya bu. Permisi ya dek... kemudian memeriksa oksigen dengan cara saya jepitkan alat
oximeter ke ibu jari adeknya ya bu”

Ibu Bayi : “Baik sus”

(bayi menagis lalu keluarga berusaha menenangkan )

Perawat 1 : “Baik ya bu saya sudah melakukan tindakan pemeriksaan tanda – tanda vital pada
adeknya ya bu”

Ibu Bayi : “Untuk hasil pemeriksaannya bagaimana sus apakah sudah membaik sus?”

Perawat 1 : “Untuk hasilnya suhu tubuh 38°C masih tinggi ya bu, nadi 100×/menit normal ya bu,
pernafasan adeknya 40×/menit normal ya bu, dan oksigen dengan hasil 95% juga normal ya bu.
Karena suhu tubuh adeknya masih tinggi jadi nanti akan ada perawat lain yang kembali lagi
kesini untuk melakukan tindakan kompres hangat ya bu agar suhu tubuh adeknya cepat
membaik”

Ibu Bayi : “Ooh masih tinggi ya sus, baik kalau begitu, terimakasih sus”

Perawat 1 : “Sama-sama Ibu”

(Setelah perawat 1 selesai melakukan tindakan pemeriksaan tanda - tanda vital dengan
hasil suhu tubuh masih tinggi 38°C, maka perawat 2 akan melakukan tindakan kompres
hangat pada pasien agar suhu tubuh menurun)

Perawat 2 : “Permisi Ibu, perkenalkan saya perawat Melinda, saya di sini akan melakukan
tindakan kompres hangat di dahi adeknya ya bu, sebagai tindak lanjut dari tindakan perawat
sebelumnya yang kesini, sebelum memulai tindakan apakah ibu bersedia?
Ibu Bayi : “Bersedia Sus”

Perawat 2 : “Baik Ibu, ini suhu tubuh adeknya masih cukup tinggi ya bu? Kalau begitu saya
mulai tindakan kompres hangatnya ke adek ya bu.”

Ibu Bayi : “Iya sus masih cukup tinggi. Baik sus silahkan”

Perawat 2 : “Permisi adek, kompres dulu di dahi adek yaa”

(Setelah perawat memberi kompres hangat pada dahi pasien, pasien tampak lemah dan
merengek nangis)

Perawat 2 : “Baik ibu, kompresnya membutuhkan waktu sekitar 3 menit ya bu, jika belum turun
suhu tubuh adeknya bisa dilakukan pengkompressan ulang ya bu”

Ibu Bayi : “Baik sus”

Perawat 2 : “Baik ibu, saya sudah lakukan tindakan pada adeknya saya pamit ya bu, saya akan
kembali lagi untuk mengecek keadaan adeknya 2 jam yang akan datang apabila ibu meminta
bantuan saya ibu tinggal panggil saya di ruang tunggu perawat ya bu. Permisi bu, dek semoga
lekas sembuh ya adeknya.”

Ibu Bayi : “Aamiin baik sus terimakasih”

Kakak Bayi 2 : “Amin... Terimakasih banyak sus. ”

( Perawat telah melakukan tindakan pemeriksaan Tanda – Tanda Vital dan kompres
hangat kemudian perawat mencuci tangan dan kembali ke ruang perawat )

NASKAH ROLEPLAY MAAG PADA ANAK USIA TODDLER

Scene 2

(Di hari yang sama, di suatu Rumah Sakit terdapat pasien anak yang bernama Putri
dengan penyakit yang dideritanya yang kambuh yaitu Maag di ruang Camar no 14. Pasien
An. Putri baru datang dan dipindahkan ke ruangan tersebut dan akan dilakukan
pemeriksaan oleh Perawat yang berdinas pada shif siang pada hari itu. Perawat tersebut
pun datang ke ruangan pasien An. Putri untuk melakukan pemeriksaan.)

Perawat 3 :”Assalamu’alaikum, selamat pagi ibu bapak adek”

Ibu dan Ayah pasien anak: “Wa’alaikumsalam, pagi sus”

Perawat 3 : “Apakah benar ini dengan adek Putri?”

Ibu Pasien Anak : “Benar sus, ini anak saya namanya Putri. Ada apa ya suster?”

Perawat 3 : “Perkenalkan saya perawat Salma yang berdinas pada shif siang di ruangan ini dari
jam 2 siang ini sampai jam 9 malam nanti.”

Perawat 4 : “Saya perawat Ari juga berdinas pada shif siang di ruangan ini bu. Bagaimana
dengan keadaan adek hari ini, apa yang masih dirasakan sama adeknya?”

Pasien Anak : “Perutku masih sakit nih, kak. Kok gak sembuh-sembuh ya kak?”

Ibu Pasien Anak : “Permisi sebelumnya sus, maaf saya izin untuk pergi sebentar ada keperluan
penting bersama suami saya. Jadi saya tinggal dulu sebentar ya sus. Gapapa kan?”

Ayah Pasien Anak : “Iya sus, kami titip putri saya sebentar ya”

Perawat 3 : “Iya bu, pak, tidak apa-apa. Kebetulan ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan
juga ke adek Putri”

Ibu Pasien Anak : “Tentu saja silahkan sus. Adek kalo nanti ditanya sama susternya jawab jujur
ya dek, apa yang masih adek rasain sampai sekarang, biar adek cepet sembuh”

Pasien Anak: “Iya mah, siap”

Ibu pasien : “Saya dan suami saya permisi dulu ya sus.

Perawat 3 & 4 : “Baik, silahkan Bu, Pak.”

(Ibu dan Ayah pasien anak pun keluar dari ruangan tersebut.)
Perawat 3: “Adek Putri sementara sama kakak-kakak dulu ya, kan tadi bapak ibunya pergi ke
luar ada keperluan penting. Oh iya dek, sebelum ada beberapa hal yang mau kakak tanyain, adek
Putri ini sekarang umurnya berapa ya?”

Pasien Anak : “Umur aku 5 tahun kak”

Perawat 4 : “Oke dek, nah tadi katanya adek perutnya masih sakit, yang masih terasa sakit perut
sebelah mana ya dek?”

Pasien Anak : “Perut yang bagian sini kak (memegang perut bagian atas)”

Perawat 3 : “ Coba ceritain sama kakak kira- kira kenapa perut adek Putri bisa sakit kayak gitu? ”

Pasien Anak : “Aku sendiri gak tau kak “

Perawat 4 : “Adek jarang makan ya?”

Pasien Anak : “Iya kak, soalnya mamah sama papah jarang di rumah karena sibuk kerja terus
yang biasanya masak di rumah tuh bibi, tapi aku lebih suka sama masakan mamah jadi mau gak
mau kadang Putri cuma makan sedikit bahkan malah gak makan sama sekali”

Perawat 3: “Oh gitu ya dek, terus sekarang sakit yang dirasain sama adek gimana? Jelasin ke
kakak kalo perutnya sakit apa aja yang dirasain sama adeknya?”

Pasien Anak : “Rasanya tuh ya kak mual banget bahkan sampai sekarang, kadang juga pengen
muntah, jadinya aku gak nafsu makan”

Perawat 4: “Dari penjelasan apa yang dirasain adek selama sakit perut yang dialami adek
barusan, adek sakit maag.”

Pasien Anak : “Maag itu apa sih kak? ”

Perawat 4: “ Maag itu sakit di bagian perut sebelah sini, yang penyebabnya kebanyakan karena
sering makan yang pedas dan terutama jarang makan dek.”

(Perawat menunjuk ke bagian perut atas sekitar ulu hati)

Pasien Anak : “ Oh begitu ya kak, jadi aku sakit maag ya kak? ”


Perawat 3: “ Iya adek cantik, karena ini baru gejala-gejalanya aja, jadi adek harus makan yang
teratur biar adek Putri ngga sakit maag, terus jangan malas makan masakan bibi juga, kan
kasihan bibi udah masakin buat adek Putri, kalo bibinya tau ini pasti sedih banget”

Pasien Anak : “Tapi kak, aku tuh mau makan masakan mama,bukan masakan bibi, bukan karena
gak enak sih kak, tapi gak tahu kenapa aku lebih suka sama masakan mamah, jadi ya gitu...”

Perawat 4 : “Nah Adek Putri gak boleh kaya gitu. Walaupun yang masak bibi bukan mama, adek
juga harus tetap makan. Biar tubuh adek tetep sehat, kuat, jadi gak sakit maag”

Pasien : “Hehehe... begitu ya kak”

Perawat 4 :” Iya dek, kan adek sudah merasakan sakit perut karena jarang makan sama sekalinya
makannya cuma sedikit habis itu adek juga ngerasa mual sama pengen muntah ya dek. Makanya
adek Putri harus tetap makan supaya perut adek nggak kosong dan perut adek ngga sakit.”

Pasien Anak : “Begitu ya kak. Yaudah deh nanti aku mau makan walaupun yang masakin
makanannya itu bibi, biar nanti perut aku gak sakit lagi”

Perawat 3 : “Bagus dek, adek Putri emang pinter deh, jadi adek harus rajin makan, biar pola
makan adek teratur, terus perutnya gak sakit lagi deh.”

Kemudian setelah itu, Ibu dan Ayah dari pasien An. Putri datang kembali masuk ke
ruangan dengan membawa beberapa makanan dan buah-buahan.

Ibu dan Ayah : “Assalamualaikum kakak perawat.”

Perawat 3&4 : “Waalaikumsalam Bu, Pak.”

Ibu Pasien Anak : “Oiya sayang ini mamah bawain apel, pir, sama jeruk, juga ini ada roti sama
biskuit kesukaan adek, tadi ditanyain apa aja nih sama kakak perawatnya?”

Pasien Anak : “Tadi ditanyain sama kakak perawat kenapa adek bisa sakit perut terus apa aja
yang dirasain selama adek sakit perut, terus tadi kata kakak perawatnya perut adek sakit karena
adek sakit maag.”
Ibu Pasien Anak : “Adek emang makan apa aja selama mamah gak ada di rumah? Apa adek suka
jajan sembarangan ya?”

Pasien Anak : “Sebenernya adek jarang makan mah, aku tuh males makan masakan bibi mah,
pah. Aku sukanya makan masakan mamah,tapi mamah jarang dirumah, sekalinya di rumah juga
mamah jarang masak.”

Ayah Pasien Anak : “Oh jadi gitu, adek maunya makan masakan mamah aja?”

Pasien Anak : “Iya pah”

Ibu Pasien Anak : “Yaudah, besok mamah masakin adek deh ya. Adek mau mama masakin
apa?”

Pasien Anak : “Adek maunya makan semur daging yang pernah mamah masak itu, enak banget
sumpah mah, adek mau makan itu lagi.”

Ibu Pasien Anak : “Oke, besok mamah pergi ke pasar beli daging terus masakin buat adek. Iya
kan pah?”

Ayah : “Iya mah, nanti papah yang anter ke pasarnya”

Perawat 3 : “Baiklah bu, pak, sebelumnya apakah ada yang ingin ditanyakan?”

Ibu Pasien Anak :” Oh iya sus, saya mau tanya, apakah ada pantangan makanan atau minuman
gak buat anak saya yang sakit maag ini?”

Perawat 4 : “Ada bu, jadi adek gak boleh makan makanan yang mengandung asam yang tinggi
seperti tomat, jeruk, nanas, lemon, jeruk nipis. Terus juga adek tidak boleh makan yang pedas
karena dapat memicu gejala maag hingga asam lambung. Adek juga gak boleh makan coklat
kalo dalam kondisi perut kosong. Untuk pantangan minuman, adek gak boleh minum minuman
yang mengandung kafein tinggi seperti teh atau kopi. Karena adeknya masih umur 5 tahun,
sepertinya adek gak minum teh juga kopi ya bu.”

Ibu Pasien Anak : “Oh begitu ya, saya tadi beli jeruk, berarti anak saya gak boleh makan jeruk
dulu ya sus, adek juga gak suka minum teh sama kopi ya dek?”

Pasien Anak : “Iya mah adek gak suka teh sama kopi kok.”
Perawat 3 : “Betul bu, untuk mengurangi resiko maag adek, mulai sekarang adek rajin makan ya,
jangan makan terlalu banyak juga jangan makan terlalu sedikit, makan yang teratur ya dek, terus
adek jangan jajan sembarangan, jangan makan 3-4 jam sebelum tidur ya dek, yang paling
penting adek banyak makan makanan yang bergizi”

Pasien Anak : “Oke kak, siap, makasih ya kak.”

Ibu dan Ayah Pasien Anak : “Baik sus, terimakasih banyak”

Perawat 4 : “Baik kalau begitu bapak, ibu, adek kami permisi dulu ya. Jika bapak dan ibu
memerlukan bantuan dari kami, bapak dan ibu bisa memencet tombol ini, atau bisa langsung ke
ruang jaga perawat.”

Ibu dan ayah pasien : “Baik kakak-kakak perawat, terimakasih”

Perawat 3&4 : “Sama-sama Bu, Pak”

Anda mungkin juga menyukai