Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELESTARIAN LINGKUNGAN
DALAM KANDUNGAN QUR’AN SURAH AR-RUM AYAT
41-42

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 ( SATU)
 DUY AMANDA FITRA JAYA
 LINDA WILIANA HARAHAP
 YUSTIKA AYU
 PUTRA ARDIANSYAH RAMBE
 OBAH LUBIS
 RISKI ANANDA PUTRA POHAN
 ZIDAN DWIPAIMANULLAH SIREGAR

GURU PEMBIMBING :
USTADZ FAJAR BAHARI PASARIBU, S.Pd

YAYASAN PERGURUAN ALLIFUL IKHWAN SAA


SILANGKITANG
LABUHANBATU SELATAN
2022
KATA PENGANTAR
‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬
ْ ِ‫ب‬
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membaahas mengenai “Surah Ar –Rum ayat 41-42 tentang menjaga
kelestarian lingkungan”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu ,kami mengucapkan terima kasih sebesar –besarya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini.Oleh sebab itu,kami mengundang pembaca untuk memberi saran serta
kritik yang dapat membangun kami agar dalam kesempatan berikutnya dapat
menjadi lebih baik lagi.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.

Silangkitang, 26 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHUALUAN 1

Latar Belakang Masalah 1


Rumusan Masalah 1

Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 4
BUNYI AYAT QS. AR-RUM 41-42 5

Arti Perkata Qs. Ar-Rum 41-42 6


Terjemahan Keseluruhan Qs. Ar-Rum 41-46 6
Terjemahan Keseluruhan Qs. Ar-Rum 41-46 6
Perilaku dikehidupan Sehari-hari dalam Kandungan Qs. Ar-Rum 41-42
13
BAB III PENUTUP 14
Kesimpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB I
PENDAHUALUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tentang menjaga lingkungan telah diajarkan oleh Raulullah
SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda r.a pernah mengatakan bahwa di tempat
belajar yang di asuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan pentingnya bercocok
tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha mengubah tanah yang
tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala
yang besar disisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan
amal ibadah kepada Allah SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan
wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an yang membahas
tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan
rinci.
Oleh karena itu, didalam makalah ini kami akan membahas tentang salah satu
ayat Al-Qur’an yaitu Qur’an Surah Ar-Rum ayat 41-42 yang memiliki makna
untuk menjaga lingkungan sekitar kita.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bunyi Ayat Qs. Ar-Rum Ayat 41-42 ?
2. Apa Arti Perkata Dalam Qs Ar-Rum Ayat 41-42?
3. Bagaimana Terjemahan Keseluruhan Qs Ar-Rum Ayat 41-42?
4. Apa Isi Kandungan Yang Terdapat Dalam Qs Ar-Rum Ayat 41-42?
5. Bagaimana Perilaku Yang Dianjurkan Dikehidupan Sehari-Hari Dalam
Kandungan Qs Ar-Rum Ayat 41-42?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Bunyi Qs Ar-Rum ayat 41-42
2. Mengetahui arti dari Qs Ar-Rum ayat 41-42
3. Mengetahui arti Keseluruhan Qs. Ar-Rum 41-42
4. Mengetahui kandungan dan isi dari Qs Ar-Rum ayat 41-42
5. Mengetahui perilaku yang dianjurkan dalam Qs Ar-Rum ayat 41-42

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bunyi ayat Qs. Ar-Rum 41-42


        

       


          
   

B. Arti Perkata Qs. Ar-Rum 41-42

2
C. Terjemahan Keseluruhan Qs. Ar-Rum 41-42
41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
42. Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari
mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."
D. Isi Kandungan dari S Qs. Ar-Rum 41-42

3
Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada-NYA juga
memberikan manusia kedudukan sebagai khalifah dibumi. Sebagai khalifah,
manusia memiliki tugas memanfaatkan, mengelola dan memelihara.
Tetapi sering kali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah
dibumi. Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam sering kali tidak diiringi
dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia
terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia
itu sendiri.Kerusakan terjadi didarat dan dilaut seperti banjir,tanah
longsor,kekeringan,pencemaran air dan udara,dan lain-lain.
Dalam ayat ini, Allah menyuruh kita untuk melakukan perjalanan dimuka
bumi dan melihat kembali kisah-kisah umat terdahulu yang binasa karena ingkar
kepada Allah SWT. Banyak kisah-kisah orang terdahulu seperti cerita para
Nabi,sahabat-sahabat Rasul dan tab’in.Pada masa itu manusia juga banyak
melakukan kerusakan dibumi.Sampai akhirnya Allah SWT memusnahkannya.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup diantaranya ;
- Rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan,tanah,dan air yang tercemar.
Memperbaiki pencemaran air dengan cara pengamanan pintu-pintu air,
penggunaan air tidak boros, hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air dan
rawa perlu diamankan, ini merupakan upaya untuk mengurangi pencemaran
sungai diantaranya melalui program kali bersih (prokasih) terhadap sungai-sungai
yang telah tercemar dan pengurangan penggunaan sampah domestic yang
menggunakan bahan kimia yang dapat merusak tanah.
- Pendayagunaan daerah pantai,wilayah laut,dan kawasan udara perlu dilanjutkan
dan semakin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
-Membudidayakan tanaman dan hidup bersih.

ِ ‫ش ْط ُر اِإْل ي َم‬
‫ان‬ ُّ ‫ال‬
َ ‫ط ُهو ُر‬
Artinya: “Bersuci itu sebagian dari keimanan.” [HR. Muslim]
Maka rawatlah bumi ini dan sadarlah kita sebagai khalifah yang tugasnya untuk
merawat, mengelola, dan memanfaatkan apa yang ada dibumi ini.

4
Dalam Tafsir Surah Ar-Rum ayat 41 ini diterangkan bahwa telah terjadi al-
fasad di daratan dan lautan. Al-Fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas
sistem atau hukum yang dibuat Allah, yang diterjemahkan dengan “perusakan”.
Perusakan itu bisa berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi
didiami, atau bahkan penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan.
Di daratan, misalnya, hancurnya flora dan fauna, dan di laut seperti rusaknya biota
laut. Juga termasuk al-fasad adalah perampokan, perompakan, pembunuhan,
pemberontakan, dan sebagainya.
Perusakan itu terjadi akibat prilaku manusia, misalnya eksploitasi alam yang
berlebihan, peperangan, percobaan senjata, dan sebagainya. Prilaku itu tidak
mungkin dilakukan orang yang beriman dengan keimanan yang sesungguhnya
karena ia tahu bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan nanti di
depan Allah.
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa tidak seluruh akibat buruk perusakan
alam itu dirasakan oleh manusia, tetapi sebagiannya saja. Sebagian akibat buruk
lainnya telah diatasi Allah, di antaranya dengan menyediakan sistem dalam alam
yang dapat menetralisir atau memulihkan kerusakan alam.
Hal ini berarti bahwa Allah sayang kepada manusia. Seandainya Allah tidak
sayang kepada manusia, dan tidak menyediakan sistem alam untuk memulihkan
kerusakannya, maka pastilah manusia akan merasakan seluruh akibat perbuatan
jahatnya. Seluruh alam ini akan rusak dan manusia tidak akan bisa lagi menghuni
dan memanfaatkannya, sehingga mereka pun akan hancur. Allah berfirman:
‫ظه ِْرهَا ِم ْن د َۤابَّ ٍة و َّٰل ِك ْن يَُّؤ ِّخ ُرهُ ْم اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّم ًۚى فَا ِ َذا َج ۤا َء اَ َجلُهُ ْم‬
َ ‫ك ع َٰلى‬ ‫هّٰللا‬
َ َّ‫َولَوْ يَُؤ ا ِخ ُذ ُ الن‬
َ ‫اس بِ َما َك َسبُوْ ا َما تَ َر‬
‫هّٰللا‬
ِ َ‫ࣖ فَا ِ َّن َ َكانَ بِ ِعبَا ِد ٖه ب‬
‫ص ْيرًا‬
Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka
perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang
bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)-nya, sampai waktu
yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat
(keadaan) hamba-hamba-Nya. (al-Fathir/35: 45)
Dengan penimpaan kepada mereka sebagian akibat perusakan alam yang
mereka lakukan, Allah berharap manusia akan sadar. Mereka tidak lagi merusak

5
alam, tetapi memeliharanya. Mereka tidak lagi melanggar ekosistem yang dibuat
Allah, tetapi mematuhinya.
Mereka juga tidak lagi mengingkari dan menyekutukan Allah, tetapi
mengimani-Nya. Memang kemusyrikan itu suatu perbuatan dosa yang luar biasa
besarnya dan hebat dampaknya sehingga sulit sekali dipertanggungjawabkan oleh
pelakunya. Bahkan sulit dipanggul oleh alam, sebagaimana dinyatakan firman-
Nya:
‫ق ااْل َرْ ضُ َوتَ ِخرُّ ْال ِجبَا ُل هَ ًّدا‬
ُّ ‫ت يَتَفَطَّرْ نَ ِم ْنهُ َوتَ ْن َش‬
ُ ‫ۙ تَ َكا ُد السَّمٰ ٰو‬
Hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh,
(karena ucapan itu). (Maryam/19: 90)
Seluruh langit dan bumi adalah satu sistem yang bersatu di bawah perintah Allah.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa semua yang ada dalam sistem
ini diberikan untuk kepentingan hidup manusia, yang dilanjutkan dengan suatu
peringatan spiritual untuk tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Sebagai khalifah, manusia harus mengikuti dan mematuhi semua hukum Allah,
termasuk tidak melakukan kerusakan terhadap sumber daya alam yang ada.
Mereka juga harus bertanggung jawab terhadap keberlanjutan kehidupan di bumi
ini. Bumi ditundukkan Allah untuk menjadi tempat kediaman manusia.
Akan tetapi, alih-alih bersyukur, manusia malah menjadi makhluk yang paling
banyak merusak keseimbangan alam. Contoh yang merupakan peristiwa-peristiwa
alam yang terjadi di tanah air karena ulah manusia adalah kebakaran hutan dan
banjir.
Dengan ditunjuknya manusia sebagai khalifah, di samping memperoleh
hak untuk menggunakan apa yang ada di bumi, mereka juga memikul tanggung
jawab yang berat dalam mengelolanya. Dari sini terlihat pandangan Islam bahwa
bumi memang diperuntukkan bagi manusia.
Namun demikian, manusia tidak boleh memperlakukan bumi semaunya
sendiri.  Hal ini ditunjukkan oleh kata-kata bumi (453 kali) yang lebih banyak
disebutkan dalam Al-Quran daripada langit atau surga (320 kali). Hal ini memberi
kesan kuat tentang kebaikan dan kesucian bumi. Debu dapat menggantikan air
dalam bersuci. Nabi Muhammad saw bersabda:

6
)‫ت لِى اَْألرْ ضُ َم ْس ِجدًا َو طَهُوْ رًا (رواه أبو داود و ابن ماجة عن أبي هريرة‬
ْ َ‫ج ُِعل‬
Bumi diciptakan untukku sebagai masjid dan sebagai alat untuk bersuci. (Riwayat
Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) ;
Ada semacam kesakralan dan kesucian dari bumi, sehingga merupakan
tempat yang baik untuk memuja Tuhan, baik dalam  upacara formal maupun
dalam perikehidupan sehari-hari.
Ibnu Abbas, Ikrimah, Adh-Dhahhak, As-Suddi serta lain-lainnya
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah al-barr dalam ayat ini ialah
padang sahara, dan yang dimaksud dengan istilah bahr dalam ayat ini ialah kota-
kota besar dan semua kota lainnya.
Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Ikrimah, al-bahr artinya negeri-
negeri dan kota-kota yang terletak di pinggir sungai. Ulama lainnya mengatakan,
yang dimaksud dengan al-barr ialah daratan seperti yang kita kenal ini, dan yang
dimaksud dengan al-bahr ialah lautan. Zaid ibnu Rafi' mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Telah tampak kerusakan. (Ar-Rum: 41) Yakni dengan
terputusnya hujan yang tidak menyirami bumi, akhirnya timbullah paceklik;
sedangkan yang dimaksud dengan al-bahr ialah hewan-hewan bumi.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Ibnu
Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah ibnu Yazid ibnul Muqri, dari Sufyan, dari Hamid ibnu Qais Al-A'raj,
dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut. (Ar-Rum: 41) Bahwa yang dimaksud dengan rusaknya daratan
ialah terbunuhnya banyak manusia, dan yang dimaksud dengan rusaknya lautan
ialah banyaknya perahu (kapal laut) yang dirampok.
Menurut ‘Atha’Al-Khurrasani, yang dimaksud dengan daratan ialah kota-
kota dan kampung-kampung yang ada padanya, dan yang dimaksud dengan lautan
ialah pulau-pulaunya. Pendapat pertama merupakan pendapat yang lebih kuat dan
didukung oleh kebanyakan ulama, serta diperkuat oleh apa yang dikatakan oleh
Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya yang mengatakan bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah mengadakan perjanjian
perdamaian dengan Raja Ailah dan menetapkan jizyah atas bahr-nya, yakni

7
negerinya. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Ar-Rum: 41) Yaitu
dengan berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan karena banyak
perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya.
Abul Aliyah mengatakan bahwa barangsiapa yang berbuat durhaka kepada
Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya
kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Karena itu, disebutkan dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud yang bunyinya:
Sesungguhnya suatu hukuman had yang ditegakkan di bumi lebih disukai oleh
para penghuninya daripada mereka mendapat hujan selama empat puluh hari.
Dikatakan demikian karena bila hukuman-hukuman had ditegakkan, maka
semua orang atau sebagian besar dari mereka atau banyak dari kalangan mereka
yang menahan diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan-perbuatan yang
diharamkan. Apabila perbuatan-perbuatan maksiat ditinggalkan, maka hal itu
menjadi penyebab turunnya berkah dari langit dan juga dari bumi. Oleh sebab
itulah kelak di akhir zaman bila Isa putra Maryam ‘alaihissalaam diturunkan dari
langit, ia langsung menerapkan hukum syariat yang suci ini (syariat Islam), antara
lain membunuh semua babi, semua salib ia pecahkan, dan jizyah (upeti) ia
hapuskan. Maka tidak diterima lagi upeti, melainkan Islam atau perang.
Dan bila di masanya Allah telah membinasakan Dajjal beserta para
pengikutnya, juga Ya'juj dan Ma'juj telah dimusnahkan, maka dikatakan kepada
bumi, "Keluarkanlah semua berkah (kebaikan)mu!" Sehingga sebuah delima dapat
dimakan oleh sekelompok orang, dan kulitnya dapat mereka pakai untuk berteduh.
Hasil perahan seekor sapi perah dapat mencukupi kebutuhan minum sejumlah
orang. Hal itu tiada lain berkat dilaksanakannya syariat Nabi Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam Manakala keadilan ditegakkan, maka berkah dan
kebaikan akan banyak di dapat. Karena itulah disebutkan di dalam kitab Sahihain
melalui salah satu hadisnya yang mengatakan, "Apabila seorang pendurhaka mati,
maka merasa gembiralah semua hamba, negeri, pepohonan, dan hewan-hewan
dengan kematiannya itu." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad dan Al-Husain.

8
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abu Mikhdam,
bahwa pernah ada seorang lelaki di masa Ziad atau Ibnu Ziad menemukan sebuah
kantung berisikan biji-bijian, yakni biji jewawut yang besarnya seperti biji buah
kurma setiap bijinya, tertuliskan padanya kalimat berikut, "Ini adalah hasil
tanaman di suatu masa yang ditegakkan padanya prinsip keadilan." Malik telah
meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa yang dimaksud dengan kerusakan
dalam ayat ini ialah kemusyrikan, tetapi pendapat ini masih perlu diteliti lagi.
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka. (Ar-Rum: 41) Maksudnya, agar
Allah menguji mereka dengan berkurangnya harta dan jiwa serta hasil buah-
buahan, sebagai suatu kehendak dari Allah buat mereka dan sekaligus sebagai
balasan bagi perbuatan mereka. agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-
Rum: 41) Yakni agar mereka tidak lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan
maksiat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-
buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al-A'raf: 168)
Ayat 42
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman dalam ayat selanjutnya:
Katakanlah, "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang dahulu. (Ar-Rum: 42) Yaitu orang-orang dahulu
sebelum kalian. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah). (Ar-Rum: 42) Maka lihatlah apa yang telah menimpa
mereka disebabkan mendustakan para rasul dan mengingkari nikmat-nikmat
Allah.".
Dalam Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017),
M. Quraish Shihab menjelaskan tentang penafsiran Surah ar-Rum ayat 41, bahwa
telah tampak kerusakan di darat ,seperti; kekeringan dan paceklik. Begitu juga di laut
—terjadi kerusakan ekologi—seperti kekurangan hasil laut dan tenggelam, ikan dan
terumbu karang yang rusak. Kerusakan ini diakibatkan oleh tangan manusia yang
durhaka. Kerusakan itu membuat Allah menurunkan bencana sebagai akibat

9
perbuatan dosa dan pelanggaran yang mereka lakukan agar mereka kembali ke jalan
Allah.
ۡ dalam ayat di atas, ulama kontemporer menyebut
Terkait kata fasad (ُ‫اد‬œœ‫)الفَ َس‬
penafsirannya adalah kerusakan lingkungan. Hal itu dikarenakan adanya kata
darat ( ِّ‫)بَر‬ al-bar dan ( ‫) بَ ۡح ِر‬ al-bhar. Salah satu mufasir modern Ibn A’syur dalam
kitab tafsir yang berjudul al-Tahrir wa al-Tanwir, mengatakan
kata fasad bemakna keadaan laut dan darat yang rusak akibat ulat manusia.
Secara garis besar dalam pandangan Ibn A’syur, alam raya telah diciptakan oleh
Allah dalam satu sistem yang sangat serasi dan sesuai dengan kehidupan manusia.
Sayang, manusia melakukan kegiatan buruk dan berbuat binasa sehingga terjadi
kepincangan  dan ketidakseimbangan di dalam  sistem alam semesta.
Sebagaimana dalam al-tahrir wa al- tanwir karya Ibn A’syur,  juz X halaman 111-
112, ia berkata;
‫ه‬œœ‫ان في‬œœ‫دث االنس‬œœ‫اس فاح‬œœ‫الح للن‬œœ‫ام محكم مالؤم ص‬œœ‫ويجوز ان يكون المعنى ان هللا تعالى خلق العالم على نظ‬
‫اعماال سيئة مفسدة‬
Artinya: Makna ayat (baca; Q.S. ar-Rum; 41) bahwa Allah adalah pencipta alam
dengan susunan hukum alam yang sesuai bagi kehidupan manusia, tetapi manusia
membuat kerusakan yang merugikan.
Lantas Ibn A’syur mengutip firman Allah dalam Q.S. at-Tin; 4-6, :
‫ ُر‬œ‫ ٌر َغ ْي‬œْ‫ت فَلَهُ ْم اَج‬ ّ ٰ ‫وا‬œœُ‫وْ ا َو َع ِمل‬œœُ‫ اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬. َ‫افِلِ ْي ۙن‬œ‫ ثُ َّم َر َد ْد ٰنهُ اَ ْسفَ َل َس‬.‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬
ِ ‫لِ ٰح‬œ‫الص‬
‫َم ْمنُوْ ۗ ٍن‬
Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim. Thumma ra dad naahu asfala saafiliin.
Ill-lal laziina aamanuu wa ‘amilus saalihaati; falahum ajrun ghairu mamnuun
Artinya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan
mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.
Quraish Shihab menyatakan dosa dan pelanggaran yang dibuat manusia
mengakibatkan sistem balancing kehidupan jadi tak terkontrol. Semakin marak
kerusakan ekosistem laut dan darat, akan semakin besar pula dampak negatifnya bagi
keberlangsungan hidup manusia. Bukankah Allah menciptakan semua makhluk saling
terkait. Dalam keterkaitan itu lahir keserasian dan keseimbangan.

10
Nah, bila terjadi dis-harmonisasi alam semesta, maka akan timbul kerusakan,
yang kecil atau besar. Kerusakan itu akan berdampak bagi kehidupan ekologi yang
ada di alam semesta. Itu akan menimpa yang merusak, bahakn lebih sial lagi,yang tak
merusak pun ikut terseret.
Alam semesta ini dibangun dengan sistem kausalitas (sebab-akibat), saling
berkaitan antara satu dengan yang lain. Apabila salah satu tak berfuungsi, maka akan
berakibat negatif pada keseimbangan alam raya. Lebih lanjut, ketidakberfungsian
sebab-akibat akan melahirkan krisis dalam kehidupan manusia. Akibat krisis akan
menimbulkan bencana alam; banjir, air bah, gempa bumi, longsor.  Kerusakan itu
semua tanda-tanda yang diberikan Allah untuk manusia agar segera kembali ke jalan.
Contoh perbuatan yang paling sederhana dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan hidup, yaitu dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, dan
tidak membuangnya sembarangan. Karena perbuatan membuang sampah
sembarangan dapat menyebabkan banjir, karena banjir bisa terjadi akibat
tertutupnya saluran air hujan atau air lainnyah, tidak dapat mengalir dengan
lancar.

E. Perilaku dikehidupan Sehari-hari dalam Kandungan Qs. Ar-Rum 41-42


 Mensyukuri nikmat Allah
 Merawat dan memelihara alam
 Mengambil manfaatnya secara benar
 Tidak membuat kerusakan di muka bumi
 Menyayangi semua makhluk ciptaan Allah
 Senantiasa ingat kepada Allah atau mendekatkan diri kepada Allah agar
dijauhkan dari bencana
 Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu kemudian mengambil pelajaran
darinya

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di daratan dan di
lautan adalah akibat ulah atau perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari
oleh umat manusia dan karenanya umat manusia harus segera menghentikan
perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di
lautan (termasuk angkasa raya) dan menggantinya dengan perbuatan baik dan
bermanfaat untuk kelestarian alam (lingkungan hidup)
  Suruhan untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu. Berbagai bencana
yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan kemusyrikan mereka,
mereka tidak mau menghambakan diri kepada Allah SWT. Mereka justru
menghambakan dirinya kepada selain Allah (hawa nafsu setan).
Manusia sebagai khalifatullah diamati oleh Allah SWT untuk melakukan
usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari sehingga umat
manusia mengambil manfaat, menggali dan mengelolanya untuk kesejahteraan
umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shaleh

B. Saran
Tentunya kami sebagai penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna.Harapan kami kritik dan
saran kami butuhkan dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini agar dalam
kesempatan berikutnya dapat menjadi lebih baik lagi dan semoga dapat
memberikan manfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA

(http://agustinarahmayani.wordpress.com/2022/27/10/pemanfaatan-pelestarian-
lingkungan-hidup/)

Shihab,Quraihs. 2005. Tafsir Al-Misbah. Jakarata Lentera Hati

(https://pecihitam.org/2022/27/10/surah-ar-rum-ayat-41-42-terjehaman-dan-tafsir-
al-quran/)

((https://normamujahidah.blogspot.com/2022/27/kandungan-ar-ruum-41-42.html)

(https://delaica.blogspot.com/2022/27)

(https://akuanakduito.blogspot.com/2022/27/pembahasan-tentang-qs-ar-ruum-30-
41-42.html)

(https://akuanakduito.blogspot.com/2022/03/pembahasan-tentang-qs-ar-ruum-30-
41-42.html)

13

Anda mungkin juga menyukai