Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tentang menjaga lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para
sahabatnya. Abu Darda r.a pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah
SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha
mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan
pahala yang besar disisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal ibadah
kepada Allah SWT.

Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulllah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak
kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an
mengenai lingkungan sangat jelas dan rinci.

Oleh karena itu, didalam makalah ini saya akan membahas tentang salah ayat Al-Qur’an yaitu
Surah Ar-rum ayat 41-42 yang memiliki makna untuk menjaga lingkungan sekitar kita.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara bersikap yang di anjurkan dalam surah Ar-rum

2. Apa isi kandungan yang terdapat dalam surah Ar-rum ayat 41-42

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bunyi surah Ar-Rum ayat 41-42

2. Mengetahui kandungan dan isi dari surah Ar-rum

3. Mengajarkan kita agar menjaga lingkungan sekitar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bunyi dan Terjemahan Surah Ar-Rum ayat 41-42

41﴿ ‫﴾َظَهَر اْلَفَس اُد ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد ي الَّناِس ِلُيِذ ْيَقُهْم َبْع َض اَّلِذ ي َع َم ُلوا َلَع َّلُهْم َيْر ِج ُعْو َن‬

42﴿ ‫﴾ُقْل ِس ْيُروا ِفي اَاْلْر ِض َفاْنُظُروا َكْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبُل َك اَن َأْكَثُر ُهْم ُّم ْش ِرِكْيَن‬
41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).

42. Katakanlah “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (All ah).”

B. Kandungan Surat Ar-Rum 41-42

Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada-NYA juga memberikan manusia
kedudukan sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugasmemanfaatkan,
mengelola dan memelihara.

Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi. Pemanfaatan
yang mereka lakukan terhadap alam seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan
dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan
kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut seperti Banjir, tanah
longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.

Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan menengok
kembali kisah-kisah umat terdahulu yang binasa karena ingkar kepada Allah SWT. Banyak kisah-kisah
orang terdahulu seperti cerita para nabi, sahabat-sahabat rasul dan tabi’in. Pada masa itu manusia
juga banyak melakukan kerusakan di bumi. Sampai akhirnya Allah SWT. memusnahkannya.

Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya ;

· Rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak.

· Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut, dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan makin
ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.

· Membudidayakan tanaman dan hidup bersih .

· ” Kebersihan adalah sebagian dari iman ” , maka rawatlah bumi ini dan sadarlah kita sebagai
khalifah yang tugasnya untuk merawat, mengelola dan memanfaatkan apa yang ada di bumi ini.

C. Tafsir Qs Ar Rum 41

Maksud Qs. Ar Rum ayat 41 adalah telah terlihat jelas perbuatan maksiat di darat dan lautan
bumi akibat perbuatan manusia melakukan perbuatan yang di larang Allah. Pada ayat 41 surahar-
rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang di daratan dan di lautan adalah
akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia karenanya manusia
harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di
daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian
alam.

Kata zhahara yang terdapat pada awal ayat berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi.
Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas.
Sedangkan kata al-fasad menurut al-ashfahani adalah adalahkeluarnya sesuatu dari
keseimbangan,baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani,
jiwa, maupun hal-hal lain.

Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti
daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan lingkungan menjadi
kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat
tentang kerusakan lingkungan.

Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa
yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di
darat atau padang pasir. Pernyataan Allah itu merupakan suatu petunjuk bahwa kerusakan itu
adalah insidentil sifatnya. Sebelum ada manusia tak ada kerusakan. Tetapi berbarengan dengan
adanya manusia maka kerusakan itupun terjadi pula. Kerusakan itu terjadi karena ulah tangan
manusia itu sendiri. Manusia mengerjakan hal itu dengan kehendaknya yang bebas tanpa ada
tekanan dari pihak manapun. Karena perbuatan yang timbul dari kehendak yang bebas itu, mereka
akan diminta pertanggung jawabannya kelak baik itu perbuatan baik ataupun buruk.

Ayat 41 ini mengingatkan akan adanya perbuatan jelek, yang sifatnya merusak di permukaan
bumi. Dan seterusnya manusia yang berakal hendaknya menjauhi perbuatan jelek itu, dan berbuat
sesuatu serta berguna bagi masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa dalam ayat ini agar
mereka merasakan sebagian akibat perbuatan jelek mereka itu merupakan rahmat dari Allah SWT.
Manusia yang berbuat jelek itu hanya sebagian saja dengan harapan hal itu akan menjadi
penghambat bagi mereka untuk tidak berbuat jelek lagi, dan agar mereka kembali kepada Allah SWT
di waktu yang dekat serta berjalan di atas jalan yang benar. Andaikata Allah menyiksa semua
manusia yang melakukan perbuatan jelek tentu mereka akan hancur semuanya, bahkan semua
binatang yang melatapun di bumi ini turut hancur.

D. Contoh Perbuatan Menjaga Lingkungan

a. Pencegahan masalah air dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintu-
pintu air, pengunaan air tidak boros. Hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air dan rawa perlu
diamankan. upaya untuk mengurangi pencemaran sungai diantaranya melalui program kali bersih
(prokasih) terhadap sungai-sungai yang telah tercemar.

b. Mencegah cara ladang berpindah / Perladangan Berpindah-pindah.Terkadang para petani tidak


mau pusing mengenai kesuburan tanah. Mereka akan mencari lahan pertanian baru ketika tanah
yang ditanami sudah tidak subur lagi tanpa adanya tanggung jawab membiarkan ladang terbengkalai
dan tandus. Sebaiknya lahan pertanian dibuat menetap dengan menggunakan pupuk untuk
menyuburkan tanah yang sudah tidak produktif lagi.

c. Contoh perbuatan yang paling sederhana dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup,
yaitu dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, dan tidak membuangnya sembarangan.
Karena perbuatan membuang sampah sembarangan ini, dapat menyebabkan banjir. Karena banjir
bisa terjadi akibat tertutupnya saluran-saluran air, sehingga air hujan atau air lainnya, tidak dapat
mengalir dengan lancar.

E. Contoh Penyalah gunaan Sumber-sumber Alam

• Perusakan tanah pertanian dan lautan

• Pencemaran udara dan sumber-sumber air

• Pengurasan hasil-hasil tambang

• Penggundulan dan pembakaran hutan-hutan

• Tidak adanya perlindungan terhadap binatang-binatang

• Pembangunan kota dan pemukiman tidak pada tempatnya

F. Sejarah Surah Ar-Rum dan Isi Kandungannya.

Surat Ar-Rum (bahasa Arab: ‫ )الّروم‬adalah surah ke-30 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 60
ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Surat ini diturunkan sesudah surah Al-Insyiqaq.
Dinamakan Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi (Bizantium), karena pada permulaan surat ini, yakni
ayat 2, 3 dan 4 (30:2-30:4) terdapat ramalan Al-Qur’an tentang kekalahan dan kemudian
kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia.

Secara khusus kandungan surat Ar-Rum adalah sebagai berikut:

· Berita dari Allah Swt bahwasanya terjadinya kerusakan di daratan dan lautan adalah akibat
ulah tangan manusia

· Perbuatan jelek itu bersifat merusak dan akan kembali pada yang melakukannya.

· Yang membuat kerusakan dan ingkar pada Allah akan binasa di dunia dan akhirat

· Semua musibah pada hakikatnya adalah peringatan dari Allah agar manusia kembali ke jalan
yang benar

· Manusia di amanati oleh Allah untuk menjaga dan melestarikan alam

· Allah mengutus para nabi dan rosul untuk membimbing manusia dalam memanfaatkan dan
menjaga alam

· Kebudayaan manusia semakin lama semakin maju sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
G. Perilaku Yang Mencerminkan Surah Ar-rum Ayat 41-42

· Mensyukuri nikmat Allah

· Merawat dan memelihara alam

· Mengambil manfaatnya secara benar

· Tidak membuat kerusakan di muka bumi

· Menyayangi semua makhluk ciptaan Allah

· Senantiasa ingat kepada Allah atau mendekatkan diri kepada Allah agar dijauhkan dari bencana

· Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu kemudian mengambil pelajaran darinya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kerusakan alam bisa terjadi karena ulah perbuatan tangan manusia sendiri

2. Dampak negatif kerusakan akan dirasakan manusia

3. Manusia dianjurkan untuk melihat sejarah, bagaimana akibat umat yang berbuat di bumi ini, dan
jadikanlah itu sebagai peringatan bagi dirinya.

4. Manusia diperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan tidak menyekutukanNya dengan

sesuatu apapun selain dariNya, karena itu akan berdampak buruk, baik bagi lingkungan, juga bagi
manusia sendiri.

B. Saran

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin
dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam
dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia
berdosa dan diharuskan membayar
Isi Kandungan Q.S Al-A’raf Ayat 56-58
Juli 22, 2023 Posting Komentar

Manusia merupakan makhluk yang lebih banyak memanfaatkan alam daripada makhluk
ciptaan Allah yang lainnya. Allah SWT menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa terjadinya
kerusakan di daratan dan di lautan adalah akibat ulah tangan manusia. Padahal Allah
menciptakan alam dan seisinya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia sebagai
khalifah di bumi diberikan amanah untuk mengurus dan melestarikan alam sekitarnya, agar
seluruh makhluk terutama manusia dapat hidup sejahtera sekaligus menjadi bekal untuk
beribadah dan beramal saleh. Berikut adalah ayat yang berkaitan tentang kelestarian
lingkungan hidup, yaitu Q.S Al-A’raf Ayat 56-58. Allah SWT berfirman :

‫َو اَل ُتْفِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض َبْع َد ِإْص اَل ِحَها َو اْد ُعوُه َخ ْو ًفا َو َطَم ًعا ۚ ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َقِر يٌب ِم َن اْلُم ْح ِسِنيَن‬

Artinya : “Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”

‫َو ُهَو اَّلِذ ي ُيْر ِس ُل الِّر َياَح ُبْش ًرا َبْيَن َيَد ْي َر ْح َم ِتِه ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َأَقَّلْت َسَح اًبا ِثَقااًل ُس ْقَناُه ِلَبَلٍد َم ِّيٍت َفَأْنَز ْلَنا ِبِه اْلَم اَء َفَأْخ َر ْج َنا ِبِه ِم ْن ُك ِّل‬
‫الَّثَم َر اِت ۚ َك َٰذ ِلَك ُنْخ ِر ُج اْلَم ْو َتٰى َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن‬
Artinya : “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,
Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu perbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran.”

‫َو اْلَبَلُد الَّطِّيُب َيْخ ُرُج َنَباُتُه ِبِإْذ ِن َر ِّبِه ۖ َو اَّلِذ ي َخُبَث اَل َيْخ ُرُج ِإاَّل َنِكًدا ۚ َك َٰذ ِلَك ُنَص ِّر ُف اآْل َياِت ِلَقْو ٍم َيْشُك ُروَن‬

Artinya : “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Rabbnya,
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”

Isi Kandungan Q.S Al-A’raf Ayat 56-58

Dalam ayat 56, Allah SWT melarang siapa pun membuat kerusakan di bumi dalam segala
hal. Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa al-fasad yang dimaksud di dalam ayat ini
mencakup semua jenis kerusakan, baik yang bersifat maknawi maupun materi seperti
merusak tuntunan agama dengan kesyirikan, pembunuhan, perampasan hak milik orang lain,
mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan lain sebagainya.
BACA JUGA

 Isi Kandungan Q.S Al-Baqarah Ayat 155


 Manusia yang Paling Besar Cobaannya : Hadis dan Hikmahnya
 Isi Kandungan Q.S Sad Ayat 27-28

Pada ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan manusia untuk berdoa hanya kepada Allah
SWT dengan penuh rasa takut kalau-kalau doa itu tidak dikabulkan sehingga kita
bersungguh-sungguh dalam melakukannya dengan memenuhi adab-adab dan syarat-
syaratnya. Selain itu, ketika berdoa juga harus diiringi dengan penuh rasa harap supaya doa-
doa yang kita panjatkan diijabahi oleh Allah, sehingga kita melakukannya dengan penuh
semangat.

Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa rahmat Allah sangatlah dekat kepada orang-orang
yang berbuat kebaikan. Oleh sebab itu, kita harus memperbanyak amal saleh karena hal
tersebut akan “memancing” rahmat Allah kepada kita.

Dalam ayat 57, Allah SWT menjelaskan tentang tanda-tanda kauniyah yaitu turunnya hujan.
Allah SWT yang menciptakan hujan dengan proses meniupkan angin dan menghalau awan ke
suatu daerah yang tandus atau kering. Kemudian dengan air hujan tersebut Allah SWT
menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan. Dengan adanya kejadian
tersebut, diharapkan kita teringat akan adanya hari kebangkitan. Allah SWT mengingatkan
kalau tanah yang kering dan mati saja dapat dihidupkan kembali oleh Allah dengan
menurunkan hujan, tentunya bagi Allah sangatlah mudah menghidupkan orang-orang yang
telah mati meskipun yang tersisa hanyalah tulang belulang bahkan sudah menyatu dengan
tanah.

Dalam ayat 58, menjelaskan tentang kualitas tanah yang ada di bumi. Ada yang diciptakan
Allah dalam kondisi subur, dan ada yang tandus. Tanah yang subur akan menyerap air hujan
yang turun dan akan menumbuhkan berbagai tanaman yang ada di atasnya, dan sebaliknya
tanaman akan sulit tumbuh di atas tanah yang tandus.

Demikian pula halnya dengan keadaan hati seorang mukmin. Jika disirami dengan ayat-ayat
Al-Qur’an, hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, dan ilmu-ilmu agama lainnya ia akan
menyerapnya dan tumbuh sebagai pemikiran dan prilaku yang baik. Sebaliknya orang yang
hatinya tandus akan hidayah Allah SWT, sesering apapun disirami dengan ayat-ayat Allah
tetap tidak akan menyerap dan manumbuhkan apapun.
Konsep Perencanaan Tata Ruang Di Dalam Islam

“Dialah (Allah) yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira


sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan kami turunkan dari langit air
yang amat bersih, agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah)
yang mati, agar kami member minum dengan air itu sebagian besar dari
makhluk kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”. ( Al-
Furqan : 48-49)

Penjelasan dari Al-Furqan 48-89 adalah bahwa manusia haruslah selalu


mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan Oleh Allah SWT. Tentunya
nikamat tersebut senantiasa kita jaga kita rawat dan kita lestarikan agar
kelak nanti anak cucu kita masih dapat menikmati atas apa yang telah
diberikan-Nya. Serta merencanakan pembangunan tata ruang yang tidak
merugikan masyarakat, berharap pembangunan dan perkembangan kota
menuju Button Up Top Down yaitu perekembangan kota mengarah kepada
masyarakat lapisan bawah.

Terkadang kebijakan Pembangunan tata ruang yang tidak didasari dengan


hati nurani dan tidak berpedomana pada ajaran Islam kedepannya akan
menimbulkan suatu permasalahan yang lebih besar, sudah banyak kasus-
kasus Tata Ruang kota yang perencanaannya tidak berpedomana pada
nilai-nilai islam, akhirnya yang terjadi adalah kerusakan, dan bencana.

Konsep perencanaan Tata ruang didalam Islam sudah lama terkonsep


dengan baik terbukti bahwa adanya bangunan bernuansa Islam misalnya
di Majene sendiri terdapat situs Masjid tua di Lingkungan Salabose
Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae dan di Negara luar misalnya di
Iskandariah, Madinah, Andalusia ( Spanyol), Basrah, Kufah, Baitul Maqdis,
Baitul Laham (Bethelem), Darussalam (Yerussalem), artinya hasil karya
Islam tersebut telah menjadi sejarah dunia (Drs Dyayadi MT, Tata Ruang
kota menurut Islam). Sehingga sebagai generasi penerus senantiasa untuk
tetap berpegang teguh kepada ajaran Islam tentunya dalam kontek
penataan ruang.

Selama ini masih banyak kita temui penataan ruang dalam rangka
mempercantik estetika ruang dengan menggunakan Patung-patung,
padahal dalam islam pembuatan patung dilarang oleh Allah, sebagai
Hadist Rosullullah ”barang siapa membuat patung maka sesungguhnya
allah akan menyiksanya sehingga ia memberi nyawa pada patung untuk
selama-lamanya” (HR. Al Bukhari).
Pembangunan tata ruang setidaknya memperhatikan pula akan kondisi
sosial masyarakat, kelestarian alam, dan aturan-aturan yang berlaku suatu
contoh : Pembangunan tata ruang yang telah melanggar aturan,misalnya
alih fungsi lahan, serta pembangunan kota yang keluar dari nilai-nilai Islam
misalnya : Merebaknya gemerlapan kehidupan kota yang tidak Islami
dengan adanya beberapa tempat lokalisasi dengan fasilitas-fasilitas seperti
itu suasana kota semakin buram, runyam karena telah keluar jauh sekali
dari tatanan nilai-nilai islam.

Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pembangunan kota yang
sebenarnya merusak moral bangsa, merusak kaidah islam, tunggu saatnya
kehancuran dan bencana akan menanti. Suatu contoh yang pernah terjadi
adalah , sebagaimana Allah telah pernah menimpakan bencana kepada
dua buah kota Zaman nabi Luth yaitu kota Sadum dan Gamuroh karena
mereka melakukan Homo sexual (Liwath) demikian pula kota Aad dan Iram
yang juga dihancurkan Allah karena penduduknya yang Zhalim dan
melakukan maksiat. Seperti halnya firman Allah “Berapalah banyaknya
kota yang kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam kedaan
Zalim, maka (tembok-tembok) kota roboh menutupi atap-atapnya dan
(beberapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan Istana yang
tinggi tidak ada penghuninya ( Al-Hajj:45). Azab yang diberikan oleh Allah
banyak bentuknya bisa berupa banjir bandang (Nabi Nuh, ), penyakit
menular(zaman nabi Musa), hujan batu(zaman nabi Luth) dan gempa bumi
sebagaimana termaktub dalam AL Quran.

Friman Allah”Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi


sesudah (allah)memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
takut(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.( Al-
A’raf :56). Namun pada kenyataannya yang terjadi di Negara Indonesia
selama ini masyarakatnya banyak merusak lingkungan. Sehingga
permasalahan tata ruang kota yang semakin komplek.

Suatu ketika kita akan melihat bencana dan kerusakan-kerusakan di suatu


wilayah, daerah maupun kawasan yang telah ingkar apa yang diberikan
Oleh Allah. Di Indonesia kita dapat melihat bencana yang terjadi selama ini
merupakan bentuk dari peringatan Allah SWT kepada manusia untuk
senantiasa menjaga lingkungan jangan ada yang mengekploitasi dan
menyalahgunakannya.
Memperbaiki Lingkungan

Kita Sebagai Umat Islam hendaknya menjadi pelopor dalam menjaga


kelestarian dan keserasian Lingkungan, sebab dalam berbagai ayat Al-
Quran telah melarang umat Islam merusak ekosistemnya atau lingkungan
hidupnya. Jika hal ini kita langgar, kita tidak saja melakukan dosa besar,
tetapi kita juga akan menyengsarakan masyarakat banyak (Publik) yang
harus menerima social cost akibat ulah orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.

Dikaitkan dengan hal ini Allah SWT berfirman “oleh karena itu kami
tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang telah
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan seorang manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampui batas dalam berbuat kerusakan-
kerusakan di muka bumi.” ( Al-Ma’idah : 32 ).

Dari ayat tersebut diatas jelaslah Allah membolehkan menghukum mati


orang-orang yang melakukan pengrusakan di muka bumi. Perusakan
dimuka bumi dengan arti luas yakni melakukan pemboman tanpa alasan,
mengebom masyarakat sipil ketika berperang (bombardier ), merusak
hutan, mencemarkan daratan, lautan dan sungai dengan bahan beracun
dan berhaya, pembocoran radio aktif (reactor nuklir) mengepras bukit untuk
kepentingan pribadi dan sebagainya. Artinya perbuatan merusak
lingkungan, selain pengeboman yang jelas-jelas merupakan kesejahteraan
perang sangat bertentangan dengan konferensi jenewa, maka perusakan
lingkungan selain karena perang akan sangat membahyakan masyarakat
pada umunnya. Sebab hal ini dapat menyebabkan banjir, tanah longsor,
keracunan masal (terkontaminasi)penyakit menular dan sebagainya.

Saat ini kita perlu berbenah diri untuk senantiasa mengharap ridho kepada
Allah SWT, selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.jangan
melanggar aturan-aturan dalam syaria’at Islam, mengetahui posisi kita ada
dimana sehingga kita tidak akan salah dalam melangkah. Dalam ajaran
Islam siapa yang mengerjakan baik maka kelak hidupnya akan bermanfaat,
tetapi apabila siapa yang curang, culas, serakah maka kelak akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Balasan yang sifatnya kecil hingga
balasan yang manusia tidak bisa memperhitungkan, kerusakan material
dan kematian yang dasyat.. Jika secara hukum tidak bisa membuat mereka
jera(pengambil keputusan) maka balasan dari Allah SWT lah yang akan
membuat mereka jera. wallahu alam.

Sumber
=====

Ayat-ayat al-Qur’an tentang Kelestarian Lingkungan

Surat Ar Rum [30] ayat 41-42 tentang Larangan Membuat Kerusakan di


Muka Bumi
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka
itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar Rum : 41-
42)

Isi kandungan
Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai
khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk
memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah
menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua
makhluk-Nya, khususnya manusia.

Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat


menyengsarakan manusia itu sendiri. Tanah longsor, banjir, kekeringan,
tata ruang daerah yang tidak karuan dan udara serta air yang tercemar
adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan
makhluk hidup lainnya.

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan.


Hal ini seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti
ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang
pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar
maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu
Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.
Tentang memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, banyak upaya
yang bisa dilakukan, misalnya rehabilitasi SDA berupa hutan, tanah dan air
yang rusak perlu ditingkatkan lagi. Dalam lingkungan ini program
penyelamatan hutan, tanah dan air perlu dilanjutkan dan disempurnakan.
Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan kawasan udara perlu
dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian
lingkungan hidup.

Surah Al A’raf [7] Ayat 56-58 tentang Peduli Lingkungan


Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan
hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang
yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah
yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah
yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-
orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)

Isi Kandungan :
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah
lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung,
lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu
diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan.

Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda,
melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta
perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan
tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang
melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang
berbuat kerusakan di muka bumi.

Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi


karena Dia telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan
berbuat kerusakan ini mencakup semua bidang, termasuk dalam hal
muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan sumber-sumber
penghidupan orang lain (lihat QS Al Qasas : 4).

Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan


kepada hamba-Nya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda
kedatangan rahmat-Nya. Angin yang membawa awan tebal, dihalau ke
negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air,
sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk
yang menderita lapar dan haus. Lalu Dia menurunkan hujan yang lebat di
negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menjadi subur
kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, Dia telah menghidupkan
penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman
yang berlimpah ruah.

Surat Sad [38] Ayat 27 tentang Perbedaan Amalan Orang Beriman dengan
Orang Kafir
Artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-
orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan
masuk neraka.” (QS Sad : 27)
Isi kandungan

Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadikan langit, bumi dan makhluk
apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala
bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu
siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari
malam kemalam serta bumi tempat tinggal manusia, baik yang tampak
dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya, sangat besar artinya
bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan
dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.

Allah memberikan pertanyaan pada manusia. Apakah sama orang yang


beriman dan beramal saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka
bumi dan juga apakah sama antara orang yang bertakwa dengan orang
yang berbuat maksiat? Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan
Allah ialah tidak akan menganggap sama para hamba-Nya yang
melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah
kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat-Nya
dengan segala keagungan-Nya, menganggap sama antara hamba-hamba-
Nya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang
mengingkari keesaan-Nya lagi memperturutkan hawa nafsu.

Mereka ini tidak mau mengikuti keesaan Allah, kebenaran wahyu,


terjadinya hari kebangkitan dan hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka
jauh dari rahmat Allah sebagai akibat dari melanggar larangan-larangan-
Nya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari
dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang mahsyar untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim
terhadap lingkungannya.

Allah menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk


kepentingan manusia. Manusia diciptakan-Nya untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini sehingga wajib untuk menjaga apa yang telah dikaruniakan
Allah SWT.
Qur’an surah Al-A’raf (7) : 56 – 58 serta isi kandungan Q.S Al-A’raf (7) :
56 - 58 - Surah al-a’raaf yang berjumlah 206 ayat termasuk golongan surah
makkiyah, diturunkan sebelum turunnya surah al-an’aam dan
termasuk golongan surat assab’uththiwaal (7 surat yang panjang). Dinamakan
Al-al’raaf karena perkataan al-a’raaf terdapat dalam ayat 46 yang
mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas al a’raaf
yaitu : tempat yang tertinggi di batasan surga dan nereka.

Membaca Q.S Al-a’raf (7) : 56 – 58 dengan tartil

ۚ ‫َو اَل ُتْف ِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض َبْع َد ِإْص اَل ِحَه ا َو اْد ُع وُه َخ ْو ًف ا َو َط َمًع ا‬
‫ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َق ِر يٌب ِمَن اْلُمْح ِس ِنيَن‬
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. 56

‫َو ُهَو اَّلِذ ي ُيْر ِس ُل الِّرَياَح ُبْش ًر ا َبْيَن َيَد ْي َر ْح َم ِتِه ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َأَقَّلْت‬
‫َسَح اًبا ِثَقااًل ُس ْقَناُه ِلَبَلٍد َم ِّيٍت َفَأْنَز ْلَنا ِبِه اْلَم اَء َفَأْخ َر ْج َن ا ِب ِه ِم ْن‬
‫ُك ِّل الَّثَم َر اِت ۚ َك َٰذ ِلَك ُنْخ ِرُج اْلَم ْو َتٰى َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُر وَن‬
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di
daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-
buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. 57

‫َو اْلَب َلُد الَّط ِّيُب َي ْخ ُرُج َن َب اُتُه ِبِإْذ ِن َر ِّب ِه ۖ َو اَّلِذي َخ ُبَث اَل َي ْخ ُرُج ِإاَّل‬
‫َن ِكًدا ۚ َك َٰذ ِلَك ُنَص ِّر ُف اآْل َي اِت ِلَقْو ٍم َي ْشُك ُر ون‬
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur. 58
#isi kandungan Q.S Al-A’raf (7) : 56 – 58
Kandungan surat al-a’raf (7) : 56 – 58 diataranya sebagai berikut :

BACA JUGA

 Menerapkan Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup umat


islam
 Adab-adab berdoa agar segera dikabulkan oleh allah SWT
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dakwah serta istilah-
istilah dalam dakwah
Artikel terkait lainnya : Pengertian dan tujuan menghargai karya orang
lain serta contoh sikap dan perilaku menghargai orang lain

Menjaga dan melestarikan lingkungan

Larangan berbuat kerusakan dimuka bumi - Perintah agar manusia menjadi


umat yang muhsinin yakni umat yang berbuat kebaikan-kebaikan bukan
sebaliknya, allah mengazab kaum mufsidin yakni umat yang berbuat kerusakan
dimuka bumi.

Allah adalah tuhan alam semesta yang menghebuskan angin, menggiring


awan, dan menurunkan hujan diberbagai tempat yang dikehendakinya.
Dengan air hujan tersebut maka tanah yang tandus akan menjadi subur dan
menghasilkan berbagai janis tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan.

Penegasan allah bahwa tanah yang subur akan tumbuh berbagai macam
tanaman yang baik dan sebaliknya. Maka dari itu hendaknya manusia
bersyukur atas karunia nikmat allah yang tidak terhingga tersebut. Dan orang-
orang yang bersyukur akan menyadari tanda-tanda kekuasaan allah tersebut.

Daftar pustaka : Fitriana, Anisyah, S.SI, dkk. Modul Pendidikan Agama Islam
Untuk SMK Kelas XI. Solo: CV Haka Mj

Nah, sekarang kamu sudah tahu bukan Qur’an surah Al-A’raf (7) : 56 – 58 serta
isi kandungan Q.S Al-A’raf (7) : 56 - 58

Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk allah
lainnya sudah dijadikan allah dengan penuh rahmatnya. Gunung-gunung ,
lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lainnya semua itu
diciptakan allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
manusia, bukan sebaliknya dirusak dibinasakan

Alam semesta merupakan tanda-tanda kekuasaan allah.swt maka sebagai


makhluk yang siberi tempat yang subur hendaknmya kita selalu besryukur dan
memanfaatkan tanah yang diberikan allah dengan baik supaya tercapai
kebahagiaan hidup sehingga tenang dalam menajalankan semua perintah
allah.swt.

Semoga artikel yang singkat ini dapat menambah pengetahuan anda, serta
dapat memberikan pengajaran bahwa kita harus mejaga dan melestarikan bumi
kita. Sampai jumpa lagi, pada artikel islami lainnya. Bye.
Qur’an surah Sad (38) : 27, kandungan
Qur’an surah Sad (38) : 27, perilaku
menjaga kelestarian lingkungan hidup
Oleh Jahri Mahfus 1 komentar

Qur’an surah Sad (38) : 27, kandungan Qur’an surah Sad (38) : 27,
perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup

Membaca Q.S Sad (38) : 27 dengan tartil

‫َو َم ا َخ َلْق َن ا الَّس َم اَء َو اَأْلْر َض َو َم ا َبْي َن ُهَم ا َب اِط اًل ۚ َٰذ ِلَك َظ ُّن اَّلِذيَن‬
‫َك َف ُر وا ۚ َفَو ْي ٌل ِلَّلِذيَن َك َف ُر وا ِمَن الَّن اِر‬
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. 27

#Kandungan Q.S Sad (38) : 27

Bumi

Ayat 27 – allah.swt menciptakan langit dan bumi ada hikmahnya. Dengan


adanya langit dan bumi manusia bisa memeriksa tentang ke-esaan-nya. Bumi
dengan alam yang indah, lautan yang luas, hanya allah-lah yang mampu
menciptakan itu semua. Anggapan ini tentunya bagi orang-orang yang
bertakwa. Namun sebaliknya bagi orang-orang kafir, alam raya dan isinya
justru mereka salah gunakan. Mereka membuat kerusakan demi ambisi
serakah-nya maka tidak ada balasan yang pantas bagi orang-orang kafir di
akhirat kecuali azab yang pedih
Artikel terkait lainnya : Pembaruan dalam islam pada masa modern

Ayat 28 – allah. Swt membedakan antara orang yang taat/beriman dengan


orang yang berbuat maksiat. Orang yang beriman dan taat menjalankan
perintah-nya akan dibalas dengan surga di akhirat dan kebahagian di dunia.
Sebaliknya allah akan mengutuk orang yang berbuat kerusakan di bumi dan
ingkar kepadanya dengan kesengsaraan di dunia dan adzab di akhirat.

Secara umum kandungan dari Q.S Sad (38) : 27

1. Penegasan bahwa langit , bumi dan segala isinya adalah ciptaan allah dan
semuanya diciptakan tanpa sia-sia.
2. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang-orang yang
kafir tidaklah sama.
3. Bagi orang-orang kafir kelak di akhirat nanti akan ditempatkan allah di
nereka karena keingkarannya terhadap allah.

#Sikap menjaga kelestarian lingkungan hidup


Sikap menjaga kelestarian alam menurut ayat al-qur’an :

 Mengambil pelajaran dari umat terdahulu yang musnah akibat merusak


lingkungan hidupnya

 Menanamkan keimanan yang kuat agar tidak termasuk orang-orang yang


berbuat kerusakan

 Menanamkan keyakinan bahwa manusia membutuhkan alam lingkungan

 Menyadari akibat rusaknya lingkungan akan berdampak kepada manusia


juga

 Mempunyai rasa memiliki terhadap lingkungan

Perilaku menjaga kelestarian alam

 Tidak merusak lingkungan

 Bersikap kasih sayang terhadap semua makhluk allah termasuk binatang


dan tumbuh-tumbuhan

 Tidak membuang sampah sembarangan

 Tidak membunuh bintang sembarangan

 Menjaga kesuburan dan kemakmuran lingkungan


 Tidak berbuat keonaran di lingkungan bumi

 Peduli kepada lingkungan.


ASBABUL NUZUL

r-Rum 30:41

‫َظ َهَر ٱْلَف َس اُد ِفى ٱْلَب ِّر َو ٱْلَب ْح ِر ِبَم ا َك َسَب ْت َأْيِدى ٱلَّن اِس ِلُيِذيَقُهم َب ْع َض ٱَّلِذى َعِم ُلو۟ا َلَع َّلُهْم َي ْر ِج ُعوَن‬

Indonesian - Bahasa

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan


tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Indonesian - Tafsir ibn Kathir

Ibnu Abbas, Ikrimah, Ad-Dahhak, As-Saddi serta lain-lainnya mengatakan


bahwa yang dimaksud dengan istilah al-barr dalam ayat ini ialah padang
sahara, dan yang dimaksud dengan istilah bahr dalam ayat ini ialah kota-
kota besar dan semua kota lainnya.

Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Ikrimah, al-bahr artinya negeri-
negeri dan kota-kota yang terletak di pinggir sungai.

Ulama lainnya mengatakan, yang dimaksud dengan al-barr ialah daratan


seperti yang kita kenal ini, dan yang dimaksud dengan al-bahr ialah lautan.

Zaid ibnu Rafi' mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah


tampak kerusakan. (Ar Ruum:41) Yakni dengan terputusnya hujan yang
tidak menyirami bumi, akhirnya timbullah paceklik, sedangkan yang
dimaksud dengan al-bahr ialah hewan-hewan bumi. Demikianlah menurut
apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami


Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid ibnul Muqri, dari Sufyan, dari
Hamid ibnu Qais Al-A'raj, dari Mujahid sehubungan dengan makna
firman-Nya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut. (Ar Ruum:41)
Bahwa yang dimaksud dengan rusaknya daratan ialah terbunuhnya banyak
manusia, dan yang dimaksud dengan rusaknya lautan ialah banyaknya
perahu (kapal laut) yang dirampok.

Menurut Ata Al-Khurrasani, yang dimaksud dengan daratan ialah kota-


kota dan kampung-kampung yang ada padanya, dan yang dimaksud
dengan lautan ialah pulau-pulaunya.

Pendapat pertama merupakan pendapat yang lebih kuat dan didukung oleh
kebanyakan ulama, serta diperkuat oleh apa yang dikatakan oleh
Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah mengadakan perjanjian perdamaian dengan Raja
Ailah dan menetapkan jizyah atas bahr-nya, yakni negerinya.

Firman Allah Swt.:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan


manusia. (Ar Ruum:41)

Yaitu dengan berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan karena


banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya.

Abul Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka


kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena
terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Karena
itu, disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Daud yang bunyinya:

Sesungguhnya suatu hukuman had yang ditegakkan di bumi lebih disukai


oleh para penghuninya daripada mereka mendapat hujan selama empat
puluh hari.

Dikatakan demikian karena bila hukuman-hukuman had ditegakkan, maka


semua orang atau sebagian besar dari mereka atau banyak dari kalangan
mereka yang menahan diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan-
perbuatan yang diharamkan. Apabila perbuatan-perbuatan maksiat
ditinggalkan, maka hal itu menjadi penyebab turunnya berkah dari langit
dan juga dari bumi.
Oleh sebab itulah kelak di akhir zaman bila Isa putra Maryam a.s.
diturunkan dari langit, ia langsung menerapkan hukum syariat yang suci
ini (syariat Islam), antara lain membunuh semua babi, semua salib ia
pecahkan, dan jizyah (upeti) ia hapuskan. Maka tidak diterima lagi upeti,
melainkan Islam atau perang.

Dan bila di masanya Allah telah membinasakan Dajjal beserta para


pengikutnya, juga Ya'juj dan Ma'juj telah dimusnahkan, maka dikatakan
kepada bumi, "Keluarkanlah semua berkah (kebaikan)mu!" Sehingga
sebuah delima dapat dimakan oleh sekelompok orang, dan kulitnya dapat
mereka pakai untuk berteduh. Hasil perahan seekor sapi perah dapat
mencukupi kebutuhan minum sejumlah orang. Hal itu tiada lain berkat
dilaksanakannya syariat Nabi Muhammad Saw. Manakala keadilan
ditegakkan, maka berkah dan kebaikan akan banyak di dapat. Karena
itulah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu hadisnya yang
mengatakan,

"Apabila seorang pendurhaka mati, maka merasa gembiralah semua


hamba, negeri, pepohonan, dan hewan-hewan dengan kematiannya itu."

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad


dan Al-Husain. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Auf, dari Abu Mikhdam, bahwa pernah ada seorang lelaki di masa Ziad
atau Ibnu Ziad menemukan sebuah kantung berisikan biji-bijian, yakni biji
jewawut yang besarnya seperti biji buah kurma setiap bijinya, tertuliskan
padanya kalimat berikut, "Ini adalah hasil tanaman di suatu masa yang
ditegakkan padanya prinsip keadilan."

Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa yang dimaksud
dengan kerusakan dalam ayat ini ialah kemusyrikan, tetapi pendapat ini
masih perlu diteliti lagi.

Firman Allah Swt.:

supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan


mereka. (Ar Ruum:41)
Maksudnya, agar Allah menguji mereka dengan berkurangnya harta dan
jiwa serta hasil buah-buahan, sebagai suatu kehendak dari Allah buat
mereka dan sekaligus sebagai balasan bagi perbuatan mereka.

agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar Ruum:41)

Yakni agar mereka tidak lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat,


sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana)
yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al
A'raf:168)

Ar-Rum 30:42

‫ُقْل ِس يُرو۟ا ِفى ٱَأْلْر ِض َفٱنُظ ُرو۟ا َك ْي َف َك اَن َٰع ِقَب ُة ٱَّلِذيَن ِمن َقْب ُۚل َك اَن َأْك َث ُرُهم ُّم ْش ِر ِكيَن‬

Indonesian - Bahasa

Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana


kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-
orang yang mempersekutukan (Allah).”

Indonesian - Tafsir ibn Kathir

Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:

Katakanlah, "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah


bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. (Ar Ruum:42)

Yaitu orang-orang dahulu sebelum kalian.

Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan


(Allah).” (Ar Ruum:42)
Maka lihatlah apa yang telah menimpa mereka disebabkan mendustakan
para rasul dan mengingkari nikmat-nikmat Allah.

Anda mungkin juga menyukai