PENDAHULUAN
Pendidikan tentang menjaga lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para
sahabatnya. Abu Darda r.a pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah
SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha
mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan
pahala yang besar disisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal ibadah
kepada Allah SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulllah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak
kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an
mengenai lingkungan sangat jelas dan rinci.
Oleh karena itu, didalam makalah ini saya akan membahas tentang salah ayat Al-Qur’an yaitu
Surah Ar-rum ayat 41-42 yang memiliki makna untuk menjaga lingkungan sekitar kita.
B. Rumusan Masalah
2. Apa isi kandungan yang terdapat dalam surah Ar-rum ayat 41-42
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
41﴿ ﴾َظَهَر اْلَفَس اُد ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد ي الَّناِس ِلُيِذ ْيَقُهْم َبْع َض اَّلِذ ي َع َم ُلوا َلَع َّلُهْم َيْر ِج ُعْو َن
42﴿ ﴾ُقْل ِس ْيُروا ِفي اَاْلْر ِض َفاْنُظُروا َكْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبُل َك اَن َأْكَثُر ُهْم ُّم ْش ِرِكْيَن
41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).
42. Katakanlah “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (All ah).”
Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada-NYA juga memberikan manusia
kedudukan sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugasmemanfaatkan,
mengelola dan memelihara.
Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi. Pemanfaatan
yang mereka lakukan terhadap alam seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan
dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan
kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut seperti Banjir, tanah
longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan menengok
kembali kisah-kisah umat terdahulu yang binasa karena ingkar kepada Allah SWT. Banyak kisah-kisah
orang terdahulu seperti cerita para nabi, sahabat-sahabat rasul dan tabi’in. Pada masa itu manusia
juga banyak melakukan kerusakan di bumi. Sampai akhirnya Allah SWT. memusnahkannya.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya ;
· Rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak.
· Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut, dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan makin
ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
· ” Kebersihan adalah sebagian dari iman ” , maka rawatlah bumi ini dan sadarlah kita sebagai
khalifah yang tugasnya untuk merawat, mengelola dan memanfaatkan apa yang ada di bumi ini.
C. Tafsir Qs Ar Rum 41
Maksud Qs. Ar Rum ayat 41 adalah telah terlihat jelas perbuatan maksiat di darat dan lautan
bumi akibat perbuatan manusia melakukan perbuatan yang di larang Allah. Pada ayat 41 surahar-
rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang di daratan dan di lautan adalah
akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia karenanya manusia
harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di
daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian
alam.
Kata zhahara yang terdapat pada awal ayat berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi.
Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas.
Sedangkan kata al-fasad menurut al-ashfahani adalah adalahkeluarnya sesuatu dari
keseimbangan,baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani,
jiwa, maupun hal-hal lain.
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti
daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan lingkungan menjadi
kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat
tentang kerusakan lingkungan.
Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa
yang di pinggir laut. Sedangkan darat artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di
darat atau padang pasir. Pernyataan Allah itu merupakan suatu petunjuk bahwa kerusakan itu
adalah insidentil sifatnya. Sebelum ada manusia tak ada kerusakan. Tetapi berbarengan dengan
adanya manusia maka kerusakan itupun terjadi pula. Kerusakan itu terjadi karena ulah tangan
manusia itu sendiri. Manusia mengerjakan hal itu dengan kehendaknya yang bebas tanpa ada
tekanan dari pihak manapun. Karena perbuatan yang timbul dari kehendak yang bebas itu, mereka
akan diminta pertanggung jawabannya kelak baik itu perbuatan baik ataupun buruk.
Ayat 41 ini mengingatkan akan adanya perbuatan jelek, yang sifatnya merusak di permukaan
bumi. Dan seterusnya manusia yang berakal hendaknya menjauhi perbuatan jelek itu, dan berbuat
sesuatu serta berguna bagi masyarakat. Kalimat yang menyatakan bahwa dalam ayat ini agar
mereka merasakan sebagian akibat perbuatan jelek mereka itu merupakan rahmat dari Allah SWT.
Manusia yang berbuat jelek itu hanya sebagian saja dengan harapan hal itu akan menjadi
penghambat bagi mereka untuk tidak berbuat jelek lagi, dan agar mereka kembali kepada Allah SWT
di waktu yang dekat serta berjalan di atas jalan yang benar. Andaikata Allah menyiksa semua
manusia yang melakukan perbuatan jelek tentu mereka akan hancur semuanya, bahkan semua
binatang yang melatapun di bumi ini turut hancur.
a. Pencegahan masalah air dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintu-
pintu air, pengunaan air tidak boros. Hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air dan rawa perlu
diamankan. upaya untuk mengurangi pencemaran sungai diantaranya melalui program kali bersih
(prokasih) terhadap sungai-sungai yang telah tercemar.
c. Contoh perbuatan yang paling sederhana dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup,
yaitu dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, dan tidak membuangnya sembarangan.
Karena perbuatan membuang sampah sembarangan ini, dapat menyebabkan banjir. Karena banjir
bisa terjadi akibat tertutupnya saluran-saluran air, sehingga air hujan atau air lainnya, tidak dapat
mengalir dengan lancar.
Surat Ar-Rum (bahasa Arab: )الّرومadalah surah ke-30 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 60
ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Surat ini diturunkan sesudah surah Al-Insyiqaq.
Dinamakan Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi (Bizantium), karena pada permulaan surat ini, yakni
ayat 2, 3 dan 4 (30:2-30:4) terdapat ramalan Al-Qur’an tentang kekalahan dan kemudian
kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia.
· Berita dari Allah Swt bahwasanya terjadinya kerusakan di daratan dan lautan adalah akibat
ulah tangan manusia
· Perbuatan jelek itu bersifat merusak dan akan kembali pada yang melakukannya.
· Yang membuat kerusakan dan ingkar pada Allah akan binasa di dunia dan akhirat
· Semua musibah pada hakikatnya adalah peringatan dari Allah agar manusia kembali ke jalan
yang benar
· Allah mengutus para nabi dan rosul untuk membimbing manusia dalam memanfaatkan dan
menjaga alam
· Kebudayaan manusia semakin lama semakin maju sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
G. Perilaku Yang Mencerminkan Surah Ar-rum Ayat 41-42
· Senantiasa ingat kepada Allah atau mendekatkan diri kepada Allah agar dijauhkan dari bencana
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerusakan alam bisa terjadi karena ulah perbuatan tangan manusia sendiri
3. Manusia dianjurkan untuk melihat sejarah, bagaimana akibat umat yang berbuat di bumi ini, dan
jadikanlah itu sebagai peringatan bagi dirinya.
4. Manusia diperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan tidak menyekutukanNya dengan
sesuatu apapun selain dariNya, karena itu akan berdampak buruk, baik bagi lingkungan, juga bagi
manusia sendiri.
B. Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin
dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam
dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia
berdosa dan diharuskan membayar
Isi Kandungan Q.S Al-A’raf Ayat 56-58
Juli 22, 2023 Posting Komentar
Manusia merupakan makhluk yang lebih banyak memanfaatkan alam daripada makhluk
ciptaan Allah yang lainnya. Allah SWT menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa terjadinya
kerusakan di daratan dan di lautan adalah akibat ulah tangan manusia. Padahal Allah
menciptakan alam dan seisinya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia sebagai
khalifah di bumi diberikan amanah untuk mengurus dan melestarikan alam sekitarnya, agar
seluruh makhluk terutama manusia dapat hidup sejahtera sekaligus menjadi bekal untuk
beribadah dan beramal saleh. Berikut adalah ayat yang berkaitan tentang kelestarian
lingkungan hidup, yaitu Q.S Al-A’raf Ayat 56-58. Allah SWT berfirman :
َو اَل ُتْفِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض َبْع َد ِإْص اَل ِحَها َو اْد ُعوُه َخ ْو ًفا َو َطَم ًعا ۚ ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َقِر يٌب ِم َن اْلُم ْح ِسِنيَن
Artinya : “Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”
َو ُهَو اَّلِذ ي ُيْر ِس ُل الِّر َياَح ُبْش ًرا َبْيَن َيَد ْي َر ْح َم ِتِه ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َأَقَّلْت َسَح اًبا ِثَقااًل ُس ْقَناُه ِلَبَلٍد َم ِّيٍت َفَأْنَز ْلَنا ِبِه اْلَم اَء َفَأْخ َر ْج َنا ِبِه ِم ْن ُك ِّل
الَّثَم َر اِت ۚ َك َٰذ ِلَك ُنْخ ِر ُج اْلَم ْو َتٰى َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن
Artinya : “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,
Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami
keluarkan dengan sebab hujan itu perbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran.”
َو اْلَبَلُد الَّطِّيُب َيْخ ُرُج َنَباُتُه ِبِإْذ ِن َر ِّبِه ۖ َو اَّلِذ ي َخُبَث اَل َيْخ ُرُج ِإاَّل َنِكًدا ۚ َك َٰذ ِلَك ُنَص ِّر ُف اآْل َياِت ِلَقْو ٍم َيْشُك ُروَن
Artinya : “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Rabbnya,
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
Dalam ayat 56, Allah SWT melarang siapa pun membuat kerusakan di bumi dalam segala
hal. Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa al-fasad yang dimaksud di dalam ayat ini
mencakup semua jenis kerusakan, baik yang bersifat maknawi maupun materi seperti
merusak tuntunan agama dengan kesyirikan, pembunuhan, perampasan hak milik orang lain,
mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan lain sebagainya.
BACA JUGA
Pada ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan manusia untuk berdoa hanya kepada Allah
SWT dengan penuh rasa takut kalau-kalau doa itu tidak dikabulkan sehingga kita
bersungguh-sungguh dalam melakukannya dengan memenuhi adab-adab dan syarat-
syaratnya. Selain itu, ketika berdoa juga harus diiringi dengan penuh rasa harap supaya doa-
doa yang kita panjatkan diijabahi oleh Allah, sehingga kita melakukannya dengan penuh
semangat.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa rahmat Allah sangatlah dekat kepada orang-orang
yang berbuat kebaikan. Oleh sebab itu, kita harus memperbanyak amal saleh karena hal
tersebut akan “memancing” rahmat Allah kepada kita.
Dalam ayat 57, Allah SWT menjelaskan tentang tanda-tanda kauniyah yaitu turunnya hujan.
Allah SWT yang menciptakan hujan dengan proses meniupkan angin dan menghalau awan ke
suatu daerah yang tandus atau kering. Kemudian dengan air hujan tersebut Allah SWT
menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan. Dengan adanya kejadian
tersebut, diharapkan kita teringat akan adanya hari kebangkitan. Allah SWT mengingatkan
kalau tanah yang kering dan mati saja dapat dihidupkan kembali oleh Allah dengan
menurunkan hujan, tentunya bagi Allah sangatlah mudah menghidupkan orang-orang yang
telah mati meskipun yang tersisa hanyalah tulang belulang bahkan sudah menyatu dengan
tanah.
Dalam ayat 58, menjelaskan tentang kualitas tanah yang ada di bumi. Ada yang diciptakan
Allah dalam kondisi subur, dan ada yang tandus. Tanah yang subur akan menyerap air hujan
yang turun dan akan menumbuhkan berbagai tanaman yang ada di atasnya, dan sebaliknya
tanaman akan sulit tumbuh di atas tanah yang tandus.
Demikian pula halnya dengan keadaan hati seorang mukmin. Jika disirami dengan ayat-ayat
Al-Qur’an, hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, dan ilmu-ilmu agama lainnya ia akan
menyerapnya dan tumbuh sebagai pemikiran dan prilaku yang baik. Sebaliknya orang yang
hatinya tandus akan hidayah Allah SWT, sesering apapun disirami dengan ayat-ayat Allah
tetap tidak akan menyerap dan manumbuhkan apapun.
Konsep Perencanaan Tata Ruang Di Dalam Islam
Selama ini masih banyak kita temui penataan ruang dalam rangka
mempercantik estetika ruang dengan menggunakan Patung-patung,
padahal dalam islam pembuatan patung dilarang oleh Allah, sebagai
Hadist Rosullullah ”barang siapa membuat patung maka sesungguhnya
allah akan menyiksanya sehingga ia memberi nyawa pada patung untuk
selama-lamanya” (HR. Al Bukhari).
Pembangunan tata ruang setidaknya memperhatikan pula akan kondisi
sosial masyarakat, kelestarian alam, dan aturan-aturan yang berlaku suatu
contoh : Pembangunan tata ruang yang telah melanggar aturan,misalnya
alih fungsi lahan, serta pembangunan kota yang keluar dari nilai-nilai Islam
misalnya : Merebaknya gemerlapan kehidupan kota yang tidak Islami
dengan adanya beberapa tempat lokalisasi dengan fasilitas-fasilitas seperti
itu suasana kota semakin buram, runyam karena telah keluar jauh sekali
dari tatanan nilai-nilai islam.
Dari paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa pembangunan kota yang
sebenarnya merusak moral bangsa, merusak kaidah islam, tunggu saatnya
kehancuran dan bencana akan menanti. Suatu contoh yang pernah terjadi
adalah , sebagaimana Allah telah pernah menimpakan bencana kepada
dua buah kota Zaman nabi Luth yaitu kota Sadum dan Gamuroh karena
mereka melakukan Homo sexual (Liwath) demikian pula kota Aad dan Iram
yang juga dihancurkan Allah karena penduduknya yang Zhalim dan
melakukan maksiat. Seperti halnya firman Allah “Berapalah banyaknya
kota yang kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam kedaan
Zalim, maka (tembok-tembok) kota roboh menutupi atap-atapnya dan
(beberapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan Istana yang
tinggi tidak ada penghuninya ( Al-Hajj:45). Azab yang diberikan oleh Allah
banyak bentuknya bisa berupa banjir bandang (Nabi Nuh, ), penyakit
menular(zaman nabi Musa), hujan batu(zaman nabi Luth) dan gempa bumi
sebagaimana termaktub dalam AL Quran.
Dikaitkan dengan hal ini Allah SWT berfirman “oleh karena itu kami
tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang telah
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-
akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan seorang manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampui batas dalam berbuat kerusakan-
kerusakan di muka bumi.” ( Al-Ma’idah : 32 ).
Saat ini kita perlu berbenah diri untuk senantiasa mengharap ridho kepada
Allah SWT, selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.jangan
melanggar aturan-aturan dalam syaria’at Islam, mengetahui posisi kita ada
dimana sehingga kita tidak akan salah dalam melangkah. Dalam ajaran
Islam siapa yang mengerjakan baik maka kelak hidupnya akan bermanfaat,
tetapi apabila siapa yang curang, culas, serakah maka kelak akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Balasan yang sifatnya kecil hingga
balasan yang manusia tidak bisa memperhitungkan, kerusakan material
dan kematian yang dasyat.. Jika secara hukum tidak bisa membuat mereka
jera(pengambil keputusan) maka balasan dari Allah SWT lah yang akan
membuat mereka jera. wallahu alam.
Sumber
=====
Isi kandungan
Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan sebagai
khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk
memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah
menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua
makhluk-Nya, khususnya manusia.
Isi Kandungan :
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah
lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung,
lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu
diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan.
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda,
melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta
perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan
tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang
melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang
berbuat kerusakan di muka bumi.
Surat Sad [38] Ayat 27 tentang Perbedaan Amalan Orang Beriman dengan
Orang Kafir
Artinya : “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-
orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan
masuk neraka.” (QS Sad : 27)
Isi kandungan
Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadikan langit, bumi dan makhluk
apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala
bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu
siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari
malam kemalam serta bumi tempat tinggal manusia, baik yang tampak
dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya, sangat besar artinya
bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan
dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
ۚ َو اَل ُتْف ِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض َبْع َد ِإْص اَل ِحَه ا َو اْد ُع وُه َخ ْو ًف ا َو َط َمًع ا
ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َق ِر يٌب ِمَن اْلُمْح ِس ِنيَن
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. 56
َو ُهَو اَّلِذ ي ُيْر ِس ُل الِّرَياَح ُبْش ًر ا َبْيَن َيَد ْي َر ْح َم ِتِه ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َأَقَّلْت
َسَح اًبا ِثَقااًل ُس ْقَناُه ِلَبَلٍد َم ِّيٍت َفَأْنَز ْلَنا ِبِه اْلَم اَء َفَأْخ َر ْج َن ا ِب ِه ِم ْن
ُك ِّل الَّثَم َر اِت ۚ َك َٰذ ِلَك ُنْخ ِرُج اْلَم ْو َتٰى َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُر وَن
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di
daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-
buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. 57
َو اْلَب َلُد الَّط ِّيُب َي ْخ ُرُج َن َب اُتُه ِبِإْذ ِن َر ِّب ِه ۖ َو اَّلِذي َخ ُبَث اَل َي ْخ ُرُج ِإاَّل
َن ِكًدا ۚ َك َٰذ ِلَك ُنَص ِّر ُف اآْل َي اِت ِلَقْو ٍم َي ْشُك ُر ون
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur. 58
#isi kandungan Q.S Al-A’raf (7) : 56 – 58
Kandungan surat al-a’raf (7) : 56 – 58 diataranya sebagai berikut :
BACA JUGA
Penegasan allah bahwa tanah yang subur akan tumbuh berbagai macam
tanaman yang baik dan sebaliknya. Maka dari itu hendaknya manusia
bersyukur atas karunia nikmat allah yang tidak terhingga tersebut. Dan orang-
orang yang bersyukur akan menyadari tanda-tanda kekuasaan allah tersebut.
Daftar pustaka : Fitriana, Anisyah, S.SI, dkk. Modul Pendidikan Agama Islam
Untuk SMK Kelas XI. Solo: CV Haka Mj
Nah, sekarang kamu sudah tahu bukan Qur’an surah Al-A’raf (7) : 56 – 58 serta
isi kandungan Q.S Al-A’raf (7) : 56 - 58
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk allah
lainnya sudah dijadikan allah dengan penuh rahmatnya. Gunung-gunung ,
lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lainnya semua itu
diciptakan allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
manusia, bukan sebaliknya dirusak dibinasakan
Semoga artikel yang singkat ini dapat menambah pengetahuan anda, serta
dapat memberikan pengajaran bahwa kita harus mejaga dan melestarikan bumi
kita. Sampai jumpa lagi, pada artikel islami lainnya. Bye.
Qur’an surah Sad (38) : 27, kandungan
Qur’an surah Sad (38) : 27, perilaku
menjaga kelestarian lingkungan hidup
Oleh Jahri Mahfus 1 komentar
Qur’an surah Sad (38) : 27, kandungan Qur’an surah Sad (38) : 27,
perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup
َو َم ا َخ َلْق َن ا الَّس َم اَء َو اَأْلْر َض َو َم ا َبْي َن ُهَم ا َب اِط اًل ۚ َٰذ ِلَك َظ ُّن اَّلِذيَن
َك َف ُر وا ۚ َفَو ْي ٌل ِلَّلِذيَن َك َف ُر وا ِمَن الَّن اِر
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. 27
Bumi
1. Penegasan bahwa langit , bumi dan segala isinya adalah ciptaan allah dan
semuanya diciptakan tanpa sia-sia.
2. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang-orang yang
kafir tidaklah sama.
3. Bagi orang-orang kafir kelak di akhirat nanti akan ditempatkan allah di
nereka karena keingkarannya terhadap allah.
r-Rum 30:41
َظ َهَر ٱْلَف َس اُد ِفى ٱْلَب ِّر َو ٱْلَب ْح ِر ِبَم ا َك َسَب ْت َأْيِدى ٱلَّن اِس ِلُيِذيَقُهم َب ْع َض ٱَّلِذى َعِم ُلو۟ا َلَع َّلُهْم َي ْر ِج ُعوَن
Indonesian - Bahasa
Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Ikrimah, al-bahr artinya negeri-
negeri dan kota-kota yang terletak di pinggir sungai.
Pendapat pertama merupakan pendapat yang lebih kuat dan didukung oleh
kebanyakan ulama, serta diperkuat oleh apa yang dikatakan oleh
Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah mengadakan perjanjian perdamaian dengan Raja
Ailah dan menetapkan jizyah atas bahr-nya, yakni negerinya.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa yang dimaksud
dengan kerusakan dalam ayat ini ialah kemusyrikan, tetapi pendapat ini
masih perlu diteliti lagi.
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana)
yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al
A'raf:168)
Ar-Rum 30:42
ُقْل ِس يُرو۟ا ِفى ٱَأْلْر ِض َفٱنُظ ُرو۟ا َك ْي َف َك اَن َٰع ِقَب ُة ٱَّلِذيَن ِمن َقْب ُۚل َك اَن َأْك َث ُرُهم ُّم ْش ِر ِكيَن
Indonesian - Bahasa