Anda di halaman 1dari 40

Khutbah Idul Fitri 1430 H: Melestarikan Nilai-Nilai

Ramadhan
Khutbah Idul Fitri
18/9/2009 | 28 Ramadhan 1430 H | Hits: 9.078
Oleh: Drs. Ahmad Yani
‫هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب هللا أكرب‬
‫َالْ َح ْمدُ هّلِل ِ َر ِّب الْ َعالَ ِمنْي َ حَن ْ َمدُ ُه َون َ ْس َت ِع ْي ُن ُه َون َ ْس َت ْغ ِف ُر ُه َون َ ُت ْو ُب ِالَ ْي ِه َون َ ُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم ْن رُش ُ ْو ِر َانْ ُف ِسنَا‬
‫هللا َو ْحدَ ُه‬ ُ َّ‫ َا ْشهَدُ َا ْن َال ِا َهل ِاال‬.ُ ‫هللا فَ َال ُم ِض َّل هَل ُ َو َم ْن يُضْ ِل ْل فَ َال هَا ِد َي هَل‬ ُ ‫ات َامْع َ ا ِلنَا َم ْن هَي ْ ِد‬ ِ ‫َو َسيَِّئ‬
ِ ‫الس َال ُم عَىَل ن َ ِبيِّنَا ُم َح َّم ٍد َوعَىَل َءاهِل‬
َّ ‫الص َال ُة َو‬ َّ ‫َال رَش ِ يْ َك هَل ُ َو َا ْشهَدُ َا َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل ُ َو‬
ْ ‫هللا َو َطا َع ِت ِه لَ َعلَّمُك‬
ِ ‫ ُا ْو ِص ْيمُك ْ َون َ ْفيِس ِب َت ْق َو‬: ‫هللا‬ ِ ‫ فَ َيا ِع َبا َد‬: ُ‫ َا َّما ب َ ْعد‬.‫َو َاحْص َ ا ِب ِه َو َم ْن تَ ِب َع ُه ِاىَل ي َ ْو ِم ا ِّدل ْي ِن‬
ْ ‫هللا َح َّق تُ َقا ِت ِه َو َال تَ ُم ْوتُ َّن ِاالَّ َو َانْمُت‬َ ‫ اَي َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن َا َمنُوا ات َّ ُقوا‬:ِ ‫هللا تَ َعاىَل ىِف الْ ُق ْرآ ِن ْال َك ِرمْي‬ ُ ‫ قَا َل‬.‫تُ ْف ِل ُح ْو َن‬
‫ُم ْس ِل ُم ْو َن‬
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Jamaah Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Setelah Ramadhan kita akhiri, bukan berarti berakhir sudah suasana ketaqwaan kepada
Allah swt, tapi justeru tugas berat kita untuk membuktikan keberhasilan ibadah
Ramadhan itu dengan peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt, karenanya bulan
sesudah Ramadhan adalah Syawwal yang artinya peningkatan. Disinilah letak pentingnya
melestarikan nilai-nilai Ibadah Ramadhan.

Sekurang-kurangnya, ada lima nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan, paling
tidak hingga Ramadhan tahun yang akan datang. Pertama, tidak gampang berbuat dosa.
Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita mendapatkan
jaminan ampunan dari dosa-dosa yang kita lakukan selama ini, karena itu semestinya
setelah melewati ibadah Ramadhan kita tidak gampang lagi melakukan perbuatan yang
bisa bernilai dosa, apalagi secara harfiyah Ramadhan artinya membakar, yakni membakar
dosa. Kalau dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka bila sudah dibakar, pohon itu
tidak mudah tumbuh lagi, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita
lakukan lagi.

Dengan demikian, jangan sampai dosa yang kita tinggalkan pada bulan Ramadhan hanya
sekadar ditahan-tahan untuk selanjutnya dilakukan lagi sesudah Ramadhan berakhir
dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar. Kalau demikian jadinya, ibarat pohon, hal
itu bukan dibakar, tapi hanya ditebang cabang-cabangnya sehingga satu cabang ditebang
tumbuh lagi tiga, empat bahkan lima cabang dalam beberapa waktu kemudian. Dalam
kaitan dosa, sebagai seorang muslim jangan sampai kita termasuk orang yang bangga
dengan dosa, apalagi kalau mati dalam keadaan bangga terhadap dosa yang dilakukan,
bila ini yang terjadi, maka sangat besar resiko yang akan kita hadapi dihadapan Allah
swt, sebagaimana firman-Nya:

ِ َ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَاتِنَا َوا ْستَ ْكبَرُوا َع ْنهَا اَل تُفَتَّ ُح لَهُ ْم َأ ْب َوابُ ال َّس َما ِء َواَل يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى يَلِ َج ْال َج َم ُل فِي َس ِّم ْال ِخي‬
‫اط‬
َ‫ك نَجْ ِزي ْال ُمجْ ِر ِمين‬ َ ِ‫َو َك َذل‬

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri


terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka
bisa masuk ke dalam syurga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami
memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan (QS Al A’raf [7]:40).

Kedua nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah hati-hati dalam bersikap
dan bertindak. Selama beribadah Ramadhan, kita cenderung berhati-hati dalam
melakukan sesuatu, hal itu karena kita tidak ingin ibadah Ramadhan kita menjadi sia-sia
dengan sebab kekeliruan yang kita lakukan. Secara harfiyah, Ramadhan juga berarti
mengasah, yakni mengasah ketajaman hati agar dengan mudah bisa membelah atau
membedakan antara yang haq dengan yang bathil. Ketajaman hati itulah yang akan
membuat seseorang menjadi sangat berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku.
Sikap seperti ini merupakan sikap yang sangat penting sehingga dalam hidupnya, seorang
muslim tidak asal melakukan sesuatu, apalagi sekadar mendapat nikmat secara duniawi.

Kehati-hatian dalam hidup ini menjadi amat penting mengingat apapun yang kita lakukan
akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah swt, karenanya apa yang hendak kita
lakukan harus kita pahami secara baik dan dipertimbangkan secara matang, sehingga
tidak sekadar ikut-ikutan dalam melakukannya, Allah swt berfirman:

‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأولَِئكَ َكانَ َع ْنهُ َم ْسُئواًل‬


َ َ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم ِإ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya (QS Al Isra [17]:36).

Nilai ibadah Ramadhan ketiga yang harus kita lestarikan dalam kehidupan sesudah
Ramadhan adalah bersikap jujur. Ketika kita berpuasa Ramadhan, kejujuran mewarnai
kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan minum meskipun tidak ada orang
yang mengetahuinya. Hal ini karena kita yakin Allah swt yang memerintahkan kita
berpuasa selalu mengawasi diri kita dan kita tidak mau membohongi Allah swt dan tidak
mau membohongi diri sendiri karena hal itu memang tidak mungkin, inilah kejujuran
yang sesungguhnya. Karena itu, setelah berpuasa sebulan Ramadhan semestinya kita
mampu menjadi orang-orang yang selalu berlaku jujur, baik jujur dalam perkataan, jujur
dalam berinteraksi dengan orang, jujur dalam berjanji dan segala bentuk kejujuran
lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu
yang amat diperlukan. Banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai bahkan tidak
selesai-selesai karena tidak ada kejujuran, orang yang bersalah sulit untuk dinyatakan
bersalah karena belum bisa dibuktikan kesalahannya dan mencari pembuktian
memerlukan waktu yang panjang, padahal kalau yang bersalah itu mengaku saja secara
jujur bahwa dia bersalah, tentu dengan cepat persoalan bisa selesai. Sementara orang
yang secara jujur mengaku tidak bersalah tidak perlu lagi untuk diselidiki apakah dia
melakukan kesalahan atau tidak. Tapi karena kejujuran itu tidak ada, yang terjadi
kemudian adalah saling curiga mencurigai bahkan tuduh menuduh yang membuat
persoalan semakin rumit. Ibadah puasa telah mendidik kita untuk berlaku jujur kepada
hati nurani kita yang sehat dan tajam, bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita
sebelas bulan mendatang, maka tarbiyyah (pendidikan) dari ibadah Ramadhan kita
menemukan kegagalan, meskipun secara hukum ibadah puasanya tetap sah.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Keempat yang merupakan nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah
memiliki semangat berjamaah. Kebersamaan kita dalam proses pengendalian diri
membuat syaitan merasa kesulitan dalam menggoda manusia sehingga syaitan menjadi
terbelenggu pada bulan Ramadhan. Hal ini diperkuat lagi dengan semangat yang tinggi
bagi kita dalam menunaikan shalat yang lima waktu secara berjamaah sehingga di bulan
Ramadhan inilah mungkin shalat berjamaah yang paling banyak kita laksanakan, bahkan
melaksanakannya juga di masjid atau mushalla.

Disamping itu, ibadah Ramadhan yang membuat kita dapat merasakan lapar dan haus,
telah memberikan pelajaran kepada kita untuk memiliki solidaritas sosial kepada mereka
yang menderita dan mengalami berbagai macam kesulitan, itupun sudah kita tunjukkan
dengan zakat yang kita tunaikan. Karena itu, semangat berjamaah kita sesudah Ramadhan
ini semestinya menjadi sangat baik, apalagi kita menyadari bahwa kita tidak mungkin
bisa hidup sendirian, sehebat apapun kekuatan dan potensi diri yang kita miliki, kita tetap
sangat memerlukan  pihak lain. Itu pula sebabnya, dalam konteks perjuangan Allah swt
mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjamaah, yang saling kuat
menguatkan sebagaimana firman-Nya:

ٌ َ‫صفًّا َكَأنَّهُ ْم بُ ْني‬


ٌ‫ان َمرْ صُوص‬ َ ‫ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ الَّ ِذينَ يُقَاتِلُونَ فِي َسبِيلِ ِه‬

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu


barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh (QS
Ash Shaf [61]:4)

Nilai ibadah Ramadhan kelima yang harus kita lakukan sesudah Ramadhan berakhir
adalah melakukan pengendalian diri. Puasa Ramadhan adalah pengendalian diri dari hal-
hal yang pokok seperti makan dan minum. Kemampuan kita dalam mengendalikan diri
dari hal-hal yang pokok semestinya membuat kita mampu mengendalikan diri dari
kebutuhan kedua dan ketiga, bahkan dari hal-hal yang kurang pokok dan tidak perlu sama
sekali. Namun sayangnya, banyak orang telah dilatih untuk menahan makan dan minum
yang sebenarnya pokok, tapi tidak dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak perlu,
misalnya ada orang yang  mengatakan: “saya lebih baik tidak makan daripada tidak
merokok”, padahal makan itu pokok dan merokok itu tidak perlu. “

Kemampuan kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut Allah dan
Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat mendesak, bila tidak,  kehidupan ini akan
berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram, tak ada lagi haq dan bathil,
bahkan tak ada lagi pantas dan tidak pantas atau sopan dan tidak. Yang jelas, selama
manusia menginginkan sesuatu, hal itu akan dilakukannya meskipun tidak benar, tidak
sepantasnya dan sebagainya. Bila ini yang terjadi, apa bedanya kehidupan manusia
dengan kehidupan binatang, bahkan masih lebih baik kehidupan binatang, karena mereka
tidak diberi potensi akal, Allah swt berfirman:

ِ ‫س لَهُ ْم قُلُوبٌ اَل يَ ْفقَهُونَ بِهَا َولَهُ ْم َأ ْعي ٌُن اَل يُ ْب‬ ‫ْأ‬
ٌ ‫صرُونَ بِهَا َولَهُ ْم َءا َذ‬
َ‫ان اَل يَ ْس َمعُون‬ ِ ‫َولَقَ ْد َذ َر نَا لِ َجهَنَّ َم َكثِيرًا ِمنَ ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬
َ ‫ضلُّ ُأولَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْالغَافِلُون‬ َ ‫بِهَا ُأولَِئ‬
َ ‫ك َكاَأْل ْن َع ِام بَلْ هُ ْم َأ‬

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak
dipergunakannya  untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang 
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS Al
A’raf [7]:179).

Dengan demikian, harus kita sadari bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan dan
latihan, keberhasilan ibadah Ramadhan justeru tidak hanya terletak pada amaliyah
Ramadhan yang kita kerjakan dengan baik, tapi yang juga sangat penting adalah
bagaimana menunjukkan adanya peningkatan taqwa yang dimulai dari bulan Syawal
hingga Ramadhan tahun yang akan datang.

Demikian khutbah ied kita pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama dan
memacu kita untuk membuktikan keberhasilan ibadah Ramadhan dengan sikap dan
prilaku yang Islami. amien. Akhirnya, marilah kita akhiri khutbah ied kita dengan
berdo’a:

‫ك َخ ْي ُر ْالغَافِ ِر ْينَ َوارْ َح ْمنَا فَاِنَّكَ خَ ْي ُر‬


َ َّ‫ك َخ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْينَ َوا ْغفِرْ لَنَا فَاِن‬َ َّ‫ص ِر ْينَ َوا ْفتَحْ لَنَا فَاِن‬ َ َّ‫اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ نَا فَاِن‬
ِ ‫ك َخ ْي ُر النَّا‬
ْ َّ َ ْ
َ‫َّازقِ ْينَ َوا ْه ِدنَا َونَ ِّجنَا ِمنَ القوْ ِم الظالِ ِم ْينَ َوال َكافِ ِر ْين‬ِ ‫ك َخ ْي ُر الر‬ َّ َ ْ ُ
َ ‫الرَّا ِح ِم ْينَ َوارْ زقنَا فاِن‬.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi


pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki.
Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
‫اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنا َ الَّ ِذى ه َُو ِعصْ َمةُ َأ ْم ِرنَا َوَأصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَ الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا َوَأصْ لِحْ لَنَا آ ِخ َرتَنَا الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا‬
ٍّ‫َواجْ َع ِل ْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِى ُك ِّل خَ ي ٍْر َواجْ َع ِل ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل شر‬

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan
kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah
akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai
tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai
kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

‫ك َما تُبَلِّ ُغنَابِ ِه َجنَّتَكَ َو ِمنَ ْاليَقِي ِْن َماتُهَ ِّونُ بِ ِه َعلَ ْينَا‬ َ ‫ك َو ِم ْن‬
َ ِ‫طا َعت‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن خَ ْشيَت‬
ِ ‫ك َماتَحُوْ ُل بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ َم ْع‬
َ ِ‫صيَت‬
‫ب ال ُّد ْنيَا‬
َ ‫صاِئ‬ َ ‫ َم‬.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.

ِ ‫ث ِمنَّا َواجْ َع ْلهُ ثَْأ َرنَا َعلَى َم ْن عَاداَنَا َوالَ تَجْ َعلْ ُم‬
‫ص ْيبَتَنَا‬ َ ‫ار‬ِ ‫ارنَا َوقُ َّوتِنَا َما َأحْ يَ ْيتَنَا َواجْ َع ْلهُ ْال َو‬
ِ ‫ص‬َ ‫اَللَّهُ َّم َمتِّ ْعنَا بَِأ ْس َما ِعنَا َوَأ ْب‬
َ ْ َ ْ ِّ ُ َ ْ َ َ ْ ‫َأ‬ ْ ُّ
‫َاوال§ تَجْ َع ِل الدنيَا كبَ َر هَ ِّمنَا َوال َم ْبل َغ ِعل ِمنَا َوال ت َسلط َعل ْينَا َمن ال يَرْ َح ُمنَا‬ َ َ ‫فِى ِد ْينِن‬

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan


kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan
Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau
jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan
berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

ِ ‫ت اََألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا‬


َ َّ‫ت ِان‬
ِ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َوا‬
‫ت‬ ِ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

‫ار‬ َ ‫ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى اَأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.
ِ َّ‫اب الن‬ َ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang
baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

http://www.dakwatuna.com/2009/khutbah-idul-fitri-1430-h-melestarikan-nilai-nilai-
ramadhan/
‫‪Khutbah Idul Fitri 1431 H: Mewujudkan Hakikat‬‬
‫‪Taqwa‬‬
‫‪Khutbah Idul Fitri‬‬
‫‪25/8/2010 | 16 Ramadhan 1431 H | Hits: 9.492‬‬
‫‪Oleh: Drs. Ahmad Yani‬‬

‫‪739Share‬‬
‫‪digg‬‬

‫‪Save‬‬

‫‪44‬‬
‫‪Comments‬‬

‫هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬

‫ت اَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد هللاُ‬‫اَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُوْ بُ اِلَ ْي ِه َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر اَ ْنفُ ِسنَا َو َسيَِّئا ِ‬
‫ك لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لهُُ‬ ‫ي لَهُ‪ .‬اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬ ‫فَالَ ُم ِ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي‬ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َءالِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ اِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‪ .‬اَ َّما بَ ْع ُد‪ §:‬فَيَا ِعبَا َد هللاِ ‪ :‬اُوْ ِ‬ ‫َوال َّ‬
‫آن ْال َك ِري ِْم‪ :‬يَااَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اَ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ال هللاُ ت َعالى فِى القرْ ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫بِتَق َو هللاِ َوطا َعتِ ِه ل َعلك ْم تفلِحُوْ نَ ‪ .‬ق َ‬ ‫ْ‬
‫َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ نَ‬

‫‪Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.‬‬

‫‪Kaum Muslimin Rahimakumullah.‬‬

‫)‪Ilustrasi (flickr.com - Marie Kettani‬‬


dakwatuna.com – Ramadhan yang telah kita akhiri memberikan kebahagiaan tersendiri
bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah berpuasa
memberikan nilai pembinaan yang sangat dalam, yakni mengokohkan dan memantapkan
ketaqwaan kita kepada Allah swt, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di
dunia maupun di akhirat.

Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam
kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang
sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi
mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang
taqwa, yaitu:

‫ضا بِ ْالقَلِي ِْل‬


َ ‫ْال َخوْ فُ ِمنَ ْال َجلِ ْي ِل َو ْال َع َم ُل بِالتَّ ْن ِزي ِْل َو ْاِإل ْستِ ْعدَا ُد لِيَوْ ِم ال َّر ِح ْي ِل َوال ِّر‬

Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil
(Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas)
dengan hidup seadanya (sedikit)

Dari ungkapan di atas, ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-
masing dan ini bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita.

Pertama, Takut Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa takut
kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada binatang buas
yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah swt adalah takut
kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka,
siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi. Sedangkan Allah swt sendiri harus kita dekati,
inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Karena itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan penyimpangan dari
segala ketentuan-Nya. Namun sebagai manusia biasa mungkin saja seseorang melakukan
kesalahan, karenanya bila kesalahan dilakukan, dia segera bertaubat kepada Allah swt
dan meminta maaf kepada orang yang dia bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang
lain yang diambilnya, maka dia mau mengembalikannya. Yang lebih hebat lagi, bila
kesalahan yang dilakukan ada jenis hukumannya, maka iapun bersedia dihukum bahkan
meminta dihukum sehingga ia tidak menghindar dari hukuman. Allah swt berfirman:

ْ ‫ات َواَأْلرْ ضُ ُأ ِع َّد‬


١٣٣﴿ َ‫ت لِ ْل ُمتَّقِين‬ ُ ‫او‬ ُ ْ‫ارعُوا ِإلَ ٰى َم ْغفِ َر ٍة ِّمن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
َ ‫ضهَا ال َّس َم‬ ِ ‫﴾ َو َس‬

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran
[3]:133).

Sebagai contoh, pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia amat
menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasul
untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu karena kehamilan yang
harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum
sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiannya, saat Rasul
menshalatkan jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina,
Rasulullah kemudian menyatakan:

ْ ‫ض َل ِم ْن َأ ْن َجاد‬
‫َت بِنَ ْف ِسهَا ِهللِ َع َّز َو َج َّل‬ َ ‫ت بَ ْينَ َسب ِْع ْينَ ِم ْن َأ ْه ِل ْال َم ِد ْينَ ِ§ة لَ َو ِس َع ْتهُ ْم َوهَلْ َو َجدْتَ َأ ْف‬
ْ ‫ت تَوْ بَةً لَوْ قُ ِس َم‬
ْ َ‫لَقَ ْد تَاب‬

Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang
penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari
seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim).

Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya mendidik kita untuk menjadi orang yang takut
kepada Allah swt yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri dengan segala
ketentuan-ketentuan-Nya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan menunjukkan bahwa
banyak sekali orang yang belum bertaqwa karena tidak ada rasa takutnya kepada Allah
swt.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah Beramal Berdasarkan
Wahyu. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar
bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu beramal atau
melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt, termasuk wahyu
adalah hadits atau sunnah Rasulullah saw karena ucapan dan prilaku Nabi memang
didasari oleh wahyu. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan
perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran
dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengannya, bila
memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan
mengkajinya tidak.

Dalam kehidupan para sahabat, mereka selalu berusaha untuk beramal berdasarkan
wahyu, karenanya mereka berusaha mengkajinya kepada Nabi dan para sahabat, bahkan
tidak sedikit dari mereka yang suka bertanya. Meskipun mereka suka melakukan sesuatu,
tapi bila ternyata wahyu tidak membenarkan mereka melakukannya, maka merekapun
berusaha untuk meninggalkannya.

Suatu ketika ada beberapa orang sahabat yang dahulunya beragama Yahudi, mereka ingin
sekali bisa melaksanakan lagi ibadah pada hari Sabtu dan menjalankan kitab taurat, tapi
turun firman Allah swt yang membuat mereka tidak jadi melakukannya, ayat itu adalah:

ٌ ِ‫ۚ ِإنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمب‬ ‫ان‬


٢٠٨﴿ ‫ين‬ ِ ‫﴾يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْد ُخلُوا فِي الس ِّْل ِم َكافَّةً َواَل تَتَّبِعُوا ُخطُ َوا‬
ِ َ‫ت ال َّش ْيط‬
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu (QS Al Baqarah [2]:208).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Ketiga yang merupakan hakikat taqwa menurut Ali bin Abi Thalib ra yang harus kita
hasilkan dari ibadah Ramadhan kita adalah Mempersiapkan Diri Untuk Akhirat. Mati
merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan kita menunjukkan
bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justeru awal dari kehidupan baru,
yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan
amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Karena itu, orang yang bertaqwa
akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan
kehidupan di akhirat.

Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia-
siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan
perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai
positif, sebagai apapun kita. Karena itu bila kita tidak efektif dan orang mengkritik kita,
harus kita terima kritik itu denga senang hati. Khalifah Umar bin Abdul Aziz salah satu
contohnya.

Ketika Umar bin Abdul Aziz telah menerima jabatan sebagai khalifah, dia merasa perlu
beristirahat karena kondisi badannya yang sudah amat lelah dan mata yang sudah amat
ngantuk, apalagi ia baru saja mengurus keluarganya yang meninggal yakni Khalifah
Sulaiman. Baru saja dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan meletakkan
kepalanya di atas bantal, tiba-tiba datang Abdul Malik lalu berkata: “Ayah, apa yang
akan ayah lakukan sekarang?”.

“Aku ingin istirahat sejenak anakku”, jawab Umar.

“Apakah ayah akan beristirahat, padahal ayah belum mengembalikan harta rakyat yang
dirampas secara zalim kepada yang berhak?”.

“Aku akan lakukan semua itu nanti setelah zuhur, semalam aku tidak bisa tidur karena
mengurus pamanmu”, jawab Umar.

“Ayah, siapa yang bisa memberi jaminan bahwa ayah akan tetap hidup sampai zuhur
nanti?”. Tanya Abdul Malik lagi menghentak.

Mendengar pertanyaan anaknya itu, terbakar rasanya semangat Umar sehingga seperti
hilang rasa ngantuk dan lelah yang dialaminya, lalu Umar berkata: “Nak…mendekatlah
kepadaku”.
Setelah Abdul Malik mendekat, Umar mencium keningnya lalu berkata: “Segala puji bagi
Allah yang telah menganugerahkan kepadaku anak keturunan yang membantuku dalam
agamaku”.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera bangkit dari tempat tidurnya dan iapun
mengumumkan: “Barangsiapa yang hartanya telah diambil secara zalim, maka hendaklah
ia mengangkat permasalahannya”.

Efektifitas waktu hidup yang digunakan membuat Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai
kesulitan mencari mustahik karena tingkat kesejahteraan yang tingggi. Harus kita akui
banyak diantara kita yang merasa mati masih lama sehingga tidak muncul amal shaleh,
baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun organisasi sosial dan politik, keluhan
kita adalah tidak punya waktu, kekurangan waktu, karena itu Allah swt mengingatrkan
kita semua:

َ ‫ فَ َمن َكانَ يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬ ۖ ‫ي َأنَّ َما ِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ َوا ِح ٌد‬
‫صالِحًا َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة‬ َّ َ‫قُلْ ِإنَّ َما َأنَا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُو َح ٰى ِإل‬
١١٠﴿ ‫﴾ َربِّ ِه َحدًا‬ ‫َأ‬

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia


mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya” (QS Al Kahfi [18]:110).

Manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk persiapan untuk
kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang disebut dengan orang yang
cerdas, meskipun ia bukan sarjana. Karena itu, Rasulullah saw bersabda:

ِ ْ‫اَ ْل َكيِّسُ َم ْن دَانَ نَ ْف َسهُ َو َع ِم َل لِ َما بَ ْع َد ْال َمو‬


‫ت‬

Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi
kehidupan sesudah mati (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah swt.

Hakikat taqwa yang Keempat menurut Ali bin Abi Thalib adalah Ridha Meskipun
Sedikit. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta dalam jumlah yang
banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa berbagi kepada orang lain.
Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita
mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit
dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya
meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah, sedangkan kekurangan
dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal.
Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang adalah karena tidak ada
sikap ridha menerima yang menjadi haknya, akibatnya ia masih saja mengambil hak
orang lain dan administrasi serta penguatan hokum atas penyimpangan yang
dilakukannya bisa diatur, karenanya Allah swt mengingatkan kita semua dalam firman-
Nya:

١٨٨﴿ َ‫اس بِاِإْل ْث ِم َوَأنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫﴾ َواَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْالبَا ِط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَا ِإلَى ْال ُح َّك ِام لِتَْأ ُكلُوا فَ ِريقًا ِّم ْن َأ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.(QS Al Baqarah [2]:188).

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib baru pulang lebih sore dari biasanya. Isterinya, Fatimah
putri Rasulullah menyambut kedatangan suaminya dengan sukacita. Siapa tahu Ali
membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah, “Aku mohon maaf karena tidak
membawa uang sepeserpun.”

Tidak nampak sedikitpun kekecewaan pada wajah Fatimah, bahkan ia tetap tersenyum
dan bisa memaklumi keadaan suami yang dicintainya.

Ali amat terharu terhadap isterinya yang begitu tawakkal meskipun ia tidak bisa memasak
malam itu karena memang tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak.

Ketika waktu shalat tiba, seperti biasa Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan
salat berjama’ah. Sepulang dari shalat, seorang yang sudah tua menghentikan langkahnya
menuju rumah. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali, anaknya Abu Thalib?”, tanya
orang itu.

“Betul”, jawab Ali heran.

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya berkata, “Dulu ayahmu pernah kusuruh
menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal.
Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”

Dengan amat gembira Ali mengambil uang itu yang berjumlah 30 dinar. Sesampai di
rumah, Ali kemukakan kepada isterinya rizki yang tidak terduga itu. Tentu saja Fatimah
sangat gembira ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh
membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-
hari. Tanpa berpikir panjang, Ali langsung berangkat menuju pasar.

Ketika hampir tiba ke pasar, Ali melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah
yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepadaku, seorang
musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.”

Tanpa berpikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu dan Ali
pulang dengan tangan kosong. Tentu saja melihat sang suami pulang tidak bawa apa-apa,
Fatimah terheran-heran. Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya dan ini
justeru membuat Fatimah begitu terharu terhadap sang suami. Dengan diiringi senyum
yang manis, Fatimah berkata: “Apa yang engkau lakukan juga akan aku lakukan
seandainya aku yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah
daripada bersifat bakhil yang dimurkai-Nya.”

Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur dan bersyukur membuat kita akan
memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya belum juga
lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang sedikit terasa
seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya kita dan keluarga tapi
juga orang lain. Inilah diantara makna yang harus kita tangkap dari firman Allah swt:

٧﴿ ‫ۖ َولَِئن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌ§د‬ ‫﴾ َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]:7).

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bertaqwa kepada Allah swt memerlukan
kesungguhan sehingga kita dituntut untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Akhirnya
marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita dengan berdoa:

‫ك َخ ْي ُر ْالغَافِ ِر ْينَ َوارْ َح ْمنَا فَاِنَّكَ خَ ْي ُر‬


َ َّ‫ك َخ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْينَ َوا ْغفِرْ لَنَا فَاِن‬ َ َّ‫ص ِر ْينَ َوا ْفتَحْ لَنَا فَاِن‬ َ َّ‫اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ نَا فَاِن‬
ِ ‫ك َخ ْي ُر النَّا‬
ْ َّ ْ
َ‫َّازقِ ْينَ َوا ْه ِدنَا َونَ ِّجنَا ِمنَ القَوْ ِم الظالِ ِم ْينَ َوال َكافِ ِر ْين‬
ِ ‫ك َخ ْي ُر الر‬ ْ
َ َّ‫الرَّا ِح ِم ْينَ َوارْ ُزقنَا فَاِن‬.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi


pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki.
Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

‫اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنا َ الَّ ِذى ه َُو ِعصْ َمةُ َأ ْم ِرنَا َوَأصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَ الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا َوَأصْ لِحْ لَنَا آ ِخ َرتَنَا الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا‬
ٍّ‫َواجْ َع ِل ْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِى ُك ِّل خَ ي ٍْر َواجْ َع ِل ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل شر‬

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan
kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah
akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai
tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan
bagi kami dari segala kejahatan.

‫ك َما تُبَلِّ ُغنَابِ ِه َجنَّتَكَ َو ِمنَ ْاليَقِي ِْن َماتُهَ ِّونُ بِ ِه َعلَ ْينَا‬ َ ‫ك َو ِم ْن‬
َ ِ‫طا َعت‬ ِ ‫ك َماتَحُوْ ُل بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ َم ْع‬
َ ِ‫صيَت‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن خَ ْشيَت‬
َ‫ث ِمنَّا َواجْ َع ْلهُ ثَْأ َرنَا َعلَى َم ْن عَاداَنَا َوال‬ َ ‫ار‬ ْ ْ ‫َأ‬ ُ
ِ ‫ارنَا َوق َّوتِنَا َما حْ يَ ْيتَنَا َواجْ َعلهُ ال َو‬ ِ ‫ص‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ اَللَّهُ َّم َمتِّ ْعنَا بِ ْس َما ِعنَا َو ْب‬.‫ب ال ُّد ْنيَا‬ َ ‫صاِئ‬ َ ‫َم‬
ْ ْ ‫َأ‬
‫َاوالَ تَجْ َع ِل ال ُّد ْنيَا ْكبَ َر هَ ِّمنَا َوالَ َم ْبلَ َغ ِعل ِمنَا َوالَ تُ َسلِّط َعلَ ْينَا َم ْن الَ يَرْ َح ُمنَا‬ َ ‫ن‬ ِ ‫ن‬‫ي‬ْ ‫د‬
ِ ‫ى‬ ِ ‫ف‬ ‫َا‬ ‫ن‬َ ‫ت‬َ ‫ب‬‫ي‬ْ ‫ص‬
ِ ‫م‬
ُ ْ‫ل‬ ‫ع‬
َ ْ‫َج‬ ‫ت‬
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan
kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami
masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah
atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita
kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-
orang yang tidak mengasihi kami.

ِ ‫ت اََألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا‬


َ َّ‫ت اِن‬
ِ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َوا‬
‫ت‬ ِ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

‫ار‬ َ ‫ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى اَأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.
ِ َّ‫اب الن‬ َ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang
baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Kembali Kepada F I T R A H
6 Mutiara Fajar Laskar Kemenangan

By : Zen El-Fuad

Kaum Mukminin dan Mukminat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih, Maha Teliti, Maha Pengatur dan Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah yang Maha Pengampun, Penangguh, Pemaaf, dan
Maha Penghapus dosa-dosa hamba-hambaNya. Sholawat dan salam untuk Rosulullah
Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya, tabi’in dan para penerus
risalahnya hingga akhir zaman.

Sebulan penuh kita telah menjalani shoum Romadhon beserta paket-paketnya, insya
Allah kita lakukan dengan penuh kesabaran, ketenangan, ketekunan, keikhlasan, dan
keimanan. Itu sebabnya hari ini kita berhak merayakan sebuah kemenangan, menjadi
pribadi yang TAQWA, dan menjadi pribadi yang FITRAH.

Dan rupanya mempertahankan KEMENANGAN jauh lebih tidak tidak mudah


dibandingkan dengan MENCAPAI KEMENANGAN itu. Banyak orang yang sudah
menang lalu menjadi sombong, lupa diri, lupa berbagi, bahkan lupa jati diri.

Banyak orang berpikir Idul Fitri adalah puncak kemenangan kaum musilimin. Tahukah
Anda jika Anda pun merasakan bahwa Idul Fitri adalah puncak, maka biasanya setelah
PUNCAK yang hadir adalah TURUNAN. Itu sebabnya, betapa banyak kaum Muslimin
yang Sudah berjuang 30 Hari di Bulan Ramadhan untuk meraih FITRAH, justru kembali
kepada FITNAH. Selain TURUN kualitas amalnya, TURUN pula Kuantitas amal-
amalnya.

Yang tadinya Sholat Malam Rutin, kini tak lagi Rajin. Yang Tadinya membaca Al-Quran
penuh semangat, kini tak lagi antusias sebab dianggapnya sudah tamat. Yang tadinya
Banyak sedekah dan berbagi, kini tak lagi sudi kecuali hanya sedikit sekali.
Na’udzubillahi min dzalik. Itu sebabnya kemenangan sejati adalah HANYA milik orang-
orang yang bertaqwa, buka milik orang-orang yang tertawa ketika Ramadhan
ditinggalkannya.

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu mendapatkan kemenangan.


{TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. An-Naba’ (78) : 31}.

Maka judul khutbah Idul Fitri 1429 H kali ini adalah “Kembali kepada
FITRAH, 6 Mutiara Fajar Laskar Kemenangan”.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

Selama mutiara di hatimu masih kokoh bersemayam, tidak tergadai apalagi terjual, maka
kemenangan itu selalu berulang, sebab mutiara itu obor harapanmu. Ibarat laskar yang
pantang pulang sebelum kemenangan di tangan, membela mati-matian, terjatuh satu
terbangun seribu. Ya, mutiara tetaplah sebagai mutiara dimana pun ia berada. Andalah
Mutiara sang pemenang sejati. Dimana seorang pemenang tak pernah menyerah dan
orang yang menyerah tak pernah menang.

Kemenangan sejati itu bersifat FITRAH. FITRAH itu Semula Jadi. Fitrah itu Keaslianmu
diwaktu dulu. FITRAH itu kesejatianmu sebagai Abdullah dan Khalifah. Yakinlah,
Setiap dirimu dihadirkan sebagai pemenang sejati. Walau tak selamanya engkau
memenangkan petualanganmu, tapi yakinlah bahwa selamanya engkau adalah sang
pemenang. Percayalah, melodi kemenanganmu masih terpelihara hingga kini. Tak
masalah berapa kali Engkau pernah gagal, yang penting berapa kali engkau bangkit dari
kegagalanmu.

Masih ingatkah, dulunya, dari sekitar setengah milyar sel spermatozoa yang terlepas
bahagia, saat ledakan start lomba bersama purnama cinta, maka engkaulah satu-satunya
yang bertahan, lantaran engkaulah sel spermatozoa yang paling sabar, paling tahu jalan,
paling ikhlas, paling bertawakkal, paling bersyukur, paling mengerti tentang cinta, paling
istiqomah, paling tinggi harapannya, sehingga engkau pun terus bergerak lincah bergairah
menuju piala “ovum” yang tersedia hanya satu-satunya. Engkau tercipta sebagai sang
pemenang sejak awal mula. Satu mengalahkan 500 juta. Maka bergeraklah terus untuk
MEMPERTAHANKANNYA.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
{TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Insyiroh (94) : 7-8}

Sekali lagi Khotib yakinkan, engkaulah pemenang itu. Maka buanglah putus asamu, dan
sambunglah kasih sayang dan sinergi bersama saudaramu. Bersilaturahimlah. Jangan
ceraikan apapun yang sudah baik bersatu, terlebih hanya lantaran ada satu dua yang tidak
setuju. Lebih baik bersatu dengan sedikit dosa, daripada sendiri dengan membawa
bangga, lalu merasa paling suci. Percayalah, orang terbaik bukanlah orang yang tidak
pernah berbuat dosa, tapi orang terbaik adalah orang yang segera bersuci dan bertaubat
ketika dosa tak sengaja itu mengurangi kualitas bening mutiara hatinya.

Kaum Mukminin dan Mukminat yang selalu rindu bertemu dengan Allah SWT
Allahu akbar3x Walillahilhamd

Satu pertanyaan yang perlu kita renungkan. Apakah kita hari ini sudah mendapatkan
kembali sang FITRAH itu?

Secara sederhana, Khotib akan uraikan SINGKATAN dari FITRAH. FITRAH diawali
huruf “F”, yang berarti “Furqon”. “I” kependekan dari “Ikhlas”. “T” berirama
“Tawakkal”. “R” adalah “Rendah Hati”, lalu “A” adalah “Apa Adanya”, serta yang
terakhir “H” melambangkan sebuah “Harapan”.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

1. FURQON

Furqon artinya pembeda. Membedakan mana mutiara dari hati dan mana mutiara dari
hawa. Pemisah antara yang benar dan salah, hak dan batil, Cahaya dan Kegelapan, sukses
dan gagal, pemenang dan pecundang, iman dan ingkar, Annur dan Annaar.
Ketahuilah, kecerdasan tertinggimu adalah kecerdasan akan kemampuanmu dalam hal
membedakan sesuatu. Seperti Nabi Ibrahim as., kecerdasannya bermuara kepada
kemampuan kecerdasan spiritual, yakni membedakan mana Tuhan sesungguhnya dan
mana Tuhan yang rekayasa. Untuk menjadi sang pembeda yang lihai, maka engkau tak
cukup membuat perbedaan dalam tataran pikiran dan rasa saja. Untuk membedakan
dengan cerdas dan tuntas, engkau pun harus mulai membuktikannya dengan langkah-
langkah yang istiqomah. Bergairah.

Artinya, seringkali untuk menjadi cerdas dalam membedakan, engkau harus berani
mencoba bertindak, bukan sekedar berani berpikir dan meyakini. Ingatlah, dua penyebab
kegagalan sejati adalah : pertama, karena beriman tanpa bertindak, dan yang kedua,
karena bertindak tanpa dilandasi keimanan. Keimanan adalah akarnya tindakan.

Tentu saja, Sejak kapan akar mengkudu berbuah durian? Sejak kapan keikhlasan berbuah
keluhan? Sejak kapan cinta berbuah derita? Sejak kapan harapan berbuah putus asa?
Sejak kapankah? Engkaulah yang memilihnya.

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.
{TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. At-Taubah (9) : 105}

Janganlah menjadi penakut dan hanya mau berada di tepi, di pinggiran, menjadi orang-
orang yang meminggirkan diri. Sebab jika engkau menyendiri lantaran takut maka untuk
apa kau gunakan RUH suci dari Tuhanmu itu?

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka
jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh
suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Hajj
(22) : 11}

Ayo pilihlah. Biarkan fitrahmu tetap bermuara. Biarkan mutiara fajar itu bekerja. Tanpa
pilihan maka kau yang akan dipilihkan, diperebutkan, ditarik-tarik, didorong-dorong,
diobok-obok. Kau lah objeknya, kau lah targetnya, kau lah mangsanya.

Ingatlah bahwa Hidup ini adalah PILIHAN. Dan setiap Pilihan pasti mengandung Resiko
yang tak bisa Anda pilih. Kalau Anda memilih Ikan paus maka resikonya bernama
samudera, bukan selokan. Artinya, pelaut ulung tidak dilahirkan dari laut yang tenang.
Layang-layang terbang tinggi karena berani melawan arah angin. Cita-cita besar akan
dipaketkan dengan ujian dan resiko yang besar. Memilih itu memang tidak mudah, tetapi
Tidak pernah Memilih jauh lebih menyulitkan lagi.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
2. IKHLAS

Dan (aku telah diperintah): “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan
ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. {TERJEMAHAN DATA
SUCI Q.S. Yunus (10) : 105}.

Engkau dikatakan tidak ikhlas jika : Engkau beramal karena orang lain, atau jika Engkau
tidak jadi beramal karena orang lain. Dan engkau dikatakan tidak ikhlas jika mayoritas
ucapanmu berisi keluhan dibandingkan kesyukuran.

Sudahkah engkau ikhlas dengan kehidupanmu saat ini? Adakah yang membuat hidupmu
tidak bisa berjalan dengan ikhlas? Masalah-masalah kah yang telah membuatmu
mempermasalahkan keikhlasanmu? Bukankah masalah-masalah itu yang tetap
membuatmu hingga kini bertahan dan berTuhan?

Kadang masalah hadir lewat hembusan angin, kadang lewat amukan air, kadang lewat
luapan api, dan kadang lewat retaknya bumi. Tapi itu semua hakikatnya hanya ilusi,
eksternal masalahmu, tapi internal ujianmu. Semuanya kembali pada dirimu, pada
fitrahmu, dimana sang mutiara fajar bersemayam.

Walaupun semua orang mengatakan bahwa engkau akan gagal, tapi jika engkau yakin
bisa berhasil maka, insya ALLAH engkau pasti berhasil. Dan walaupun semua orang
mengatakan bahwa engkau akan berhasil tapi engkau malah meragu, maka keraguan dan
kegagalanlah yang akan kembali kepadamu. Famayya’mal mistqoola dzaarotin
khoiroyyaroh, wamayya’mal mistqoola dzarrotin syarroyyaroh

Tidak ada yang berat, jika tenagamu cukup untuk mengangkatnya, bahkan
menyelaraskannya. Sesendok garam bisa membuat air dalam gelas menjadi asin. Tapi
tidak ada air yang asin, walau seratus sendok pun garam ditumpahkan, jika wadahnya
selebar danau keikhlasan. Lapangnya dadamu.

Mulai hari ini, hindari do’a penuh keluhan “Wahai Allah, masalahku sangat besar”, tapi
katakanlah “Wahai Masalah, Allah itu Maha Besar.” Nah, sebesar apakah masalahmu?
Sebesar bumikah? Apakah “gara-gara” masalahmu sebesar bumi lalu engkau
mengecilkan Allah dan kekuasaan-Nya? Astaghfirullahal’aziim…

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. {TERJEMAHAN DATA SUCI
Q.S. Al-Baqoroh (2) : 45}

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

3. TAWAKKAL
Tawakkal artinya menyerahkan segala permasalahan hidupmu hanya kepada Allah, dari
jiwamu yang terdalam. Allah lah tempat siapa pun berharap, menggantungkan harapan
tertinggi dan semua. Paket dari Tawakkal adalah Azam, atau tekad kuat dan usaha yang
mantap. Tawakkal tanpa ditemani tekad dan usaha adalah pasrah yang kebablasan. Ber-
azam dulu, berencana dulu, berdo’a dulu, barulah engkau bertawakkal kepada Allah SWT
seraya bersungguh-sungguh bergerak.

Kemudian apabila kamu telah ber-azam (membulatkan tekad), maka bertawakkallah


kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Ali-Imron (3) : 159}

Apa yang sesungguhnya engkau butuhkan dalam hidup ini? Sudahkah kebutuhanmu
selaras dengan sinergi dakwah semestamu. Apakah kebutuhanmu jika terpenuhi, sungguh
tidak akan menjadikan dirimu lupa akan tugas utamamu. Sebagai Khalifah dan Abdullah.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Baqoroh (2) :
216}”

Mulai hari ini, percayakan saja sepenuhnya kepada-Nya setiap kebutuhan-kebutuhanmu,


setiap sel dalam tubuhmu, satu-satunya ruh dalam jiwamu, dan setiap ujian cerca yang
melandamu. Berserah dirilah dengan penuh. Bertawakkallah dengan sungguh.

Mulai hari ini, belajarlah untuk memberi lebih ikhlas dan tawakkal. Memberilah kepada
manusia karena cintamu kepada Allah, dan memintalah kepada Allah agar engkau bisa
memberi lebih banyak lagi. Salah satu ciri orang yang memiliki TAWAKKAL yang
tinggi adalah hobinya untuk berbagi dan bersedekah.

Kaya itu Penting, Tapi Sedekah itu jauh lebih kaya dan abadi. Kaya di dunia dan kaya di
akhirat. Jangan takut bersedekah karena miskin, dan jangan takut miskin karena
bersedekah. Sedekah akan membuat engkau menjadi kaya, bahagia, dicintai Allah dan
MakhlukNya. Itu sebabnya, Jangan pernah menunggu kaya baru engkau bersedekah, tapi
bersedekahlah maka engkau menjadi kaya.

Begitupun, tak usah sungkan dirimu menginfakkan hartamu untuk membangun Mesjid
Al-Barokah ini. Harta yang kau habiskan untuk Jajan dan Merokok hanya akan menjadi
beban Hisabmu di akhirat, tapi bersedekah, untuk pembangunan Mesjid Al-Barokah,
sehingga hartamu berkah, menyelamatkanmu di alam barzah.

“… Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya.
Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. {TERJEMAHAN
DATA SUCI Q.S. ATH- THOLAAQ (65) : 3}
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

4. RENDAH HATI

Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka
mengerjakannya, kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina”.
{TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-A’raaf (7) : 166}

Jadikan dirimu sebagai pemenang yang rendah hati. Tidak usahlah kau tambah, sudah
cukup banyak para pemenang yang arogan, walau tidak sedikit juga para pecundang yang
justru lebih arogan. Memang sungguh Terlalu! Na’udzubillaahimindzaalik

Hanya sedikit pencetak gol yang lantas refleks sujud syukur setelah wasit memastikan
kesahihan golnya. Kebanyakan mereka merayakannya dengan berteriak, menari, bahkan
memamerkan sedikit aurat di perutnya; dengan demikian, berhasil membuat lawan yang
tertinggal angka, menjadi resah dendam terpatri. Ingat sekali lagi, Gol itu bukan tujuan
utama, tapi hanya percepatanmu menuju ketaqwaan. Kalau lantaran Gol tercipta lalu
bolong jala ketaqwaanmu, maka segeralah kembali kepada jalan yang fitrah.

Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah Dia; dan
membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya
dia berputus asa.
{TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Israa (17) : 83}

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

5. APA ADANYA

Sudahkah hari ini engkau melihat dunia ini apa adanya? Sudahkah engkau menerima
keadaan dirimu, keadaan semestamu, lebih dan kurangnya, dengan apa adanya?
Masihkah ada rasa tertekan, sumbatan energi dalam tubuhmu, ketika semestamu
mempertontonkan rasa zalim yang menyakitimu? Pikirmu, bisakah seseorang menyakiti
hatimu jika kau tak mengizinkan hatimu untuk tersakiti?

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang
yang berbuat kebinasaan. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. An-Naml (27) : 14}

Berkarakter “apa adanya” bukan berarti menyerah pada kezaliman yang ada. Lalu siap
ditekan dan dizalimi sesama. Sekali lagi, Bukan berarti tertekan itu dipersilakan, tapi
berdamailah dengan diri sendiri, selaraskan dengan normatif religi, lalu lebih kuat
bersinergi tuk perbaiki semestamu itu dan ini. Buat apa tertekan, jika perasaan tertekan
terbukti lebih berkonstribusi menambah masalahmu. Selaraskan jiwamu dengan nilai
luhurmu, bukan selaraskan dirimu dengan nilai leluhurmmu atau realita terbaru. Tidak
semua dari Leluhur itu luhur, dan juga tidak semua yang baru itu luhur; Yang luhur
hanyalah yang “Apa adanya” tertera di dalam Al-Quran dan Sunnahnya.

Nilai luhur itu dari Tuhan, sedangkan realita itu sudah banyak rekayasa syaitan dan
manusia arogan. Sekali lagi engkau harus memfilternya, dan berani memilih, memilah,
bukan diam malah. Jangan menyerah dengan “apa adanya” yang salah, tapi berbahagialah
dengan “apa adanya” yang fitrah.

Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Ali-Imran (3) : 146}

Para pemilik fitrah sejati pun memiliki kekuatan “Apa Adanya” dalam menerima risalah
Islam. Berkarakter “Sami’na wa Atho’na”. Kami dengar, dan kami lakukan. Benar-benar
menempatkan Al-Quran di atas seluruh aturan, dihormati dengan segenap, dijadikan
subyek rujukan untuk kemaslahatan hidup manusia, kesejahteraan semesta. Ya, sebuah
rujukan dan bukan rujakan.

Hari ini ada sebagian manusia karakternya sudah tidak “Apa adanya”, tapi lebih kepada
“Ada apanya”. Mereka coba memilih-milih aturan Allah, memfilter yang sudah murni,
menyaring dalam angan. Dan berusaha menyingkirkan aturan Allah yang sudah baku
dengan berbagai dalih logika dan empati yang bernuansa musyrik sejati, ciptaan sendiri.

Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai subjek, tetapi malah dijadikannya sebagai
objek. Mereka tidak menjadikan Al-Quran sebagai rujukan, melainkan malah
menjadikannya sebagai rujakan. Mereka potong ayat-ayat yang sudah ada, lalu mereka
campur dengan bumbu kemunafikan, diolah dengan sambal kemaksiatan; sehingga ayat-
ayat Al-Quran yang murni pun menjadi ternoda dan tercampur oleh suasana nafsu hati
mereka. Pantas saja jika bumi, langit, dan seisinya rusak dan demam karena tindakan
mereka dan orang-orang sejenisnya.

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi
ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan (Al-Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan (Al-
Quran) itu. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Mu’min (23) : 71}

Kaum Mukminin dan Mukminat yang dirahmati Allah SWT,


Allahu Akbar 3x Walillahilhamd

6. HARAPAN

Para insan taqwa yang dimuliakan oleh Allah SWT. Hari ini yakinlah bahwa para pemilik
fitrah sejati selalu mempunyai harapan dalam hidupnya. Manusia tanpa harapan tidak ada
bedanya dengan jasad mati yang bergerak tanpa Arruh dan Arah. Itu sebabnya, engkau
harus memiliki banyak harapan, setidaknya satu, agar kau masih bisa bernafas.
“…Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”
TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Yusuf (12) : 87

Jangan pernah bunuh harapan yang masih bersemayam di jiwamu. Walaupun kini,
harapanmu sepertinya kecil dan belum terwujud nyata, tetaplah bersyukur pada Allah
SWT, karena setidaknya engkau telah memiliki harapan itu. Kalau lah harapan saja sudah
tidak ada, maka apalah yang bisa diharapkan di dunia ini, apalagi di akhirat.
Bersyukurlah dengan harapan yang ada, maka engkau akan ditambah kenikmatan dari-
Nya. Bertubi-tubi, Mau? Berharaplah.

Masalah itu Lumrah. Masalah itu Hadiah. Maslah itu ujian dan cinta dariNya. Kalau
engkau lari dari masalah maka engkau lari dari kasih sayang Allah. Masalah-lah yang
membuat engkau tetap bertahan dan berTuhan. Masalah itu memang tidak enak, tapi ia
melahirkan rasa enak. Lapar adalah masalah, tapi tanpa lapar kita tidak pernah menikmati
makan. Sebagaimana tanpa haus kita tak pernah optimal merasakan nikmatnya sebuah
minuman. Semakin lapar semakin enak makannya, semakin haus semakin enak
minumnya, semakin banyak masalah semakin besar harapan mu dekat dengan Tuhan,
dekat dengan Sumber Solusi. Teruslahlah bergerak dan berharap. Selama engkau tetap
bergerak dan berharap pada Allah, maka sungguh dibalik Frustasi dan sesaknya dadamu,
ada Prestasi sejati yang menantimu.

Harapan itu dihadirkan agar kita bisa melakukan yang terbaik dalam hidup yang sebentar
ini. Tanpa harapan, maka tiada yang bisa diharapkan dari kehadiranmu di dunia ini.
Jadilah manusia yang penuh dengan harapan, agar kehadiranmu di tengah semestamu
selalu diharapkan. Dan harapan tertingimu adalah pertemuan dengan Allah SWT.

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.{TERJEMAHAN DATA SUCI


Q.S. Al-Insyiroh (94) : 8}

WALLAHU A’LAM BISH-SHOWAB

Jika sahabat suka silakan khutbah ini dishare dan diberdayakan. Terimakasih
Khutbah Idul
Fitri 1430 H
Written by Redaksi2   
Thursday, 01 October 2009 09:49
Begitu banyak karunia yang telah Allah Ta'ala berikan
kepada kita. Ni'matul iman, ni'matul Islam, nikmat
sehat dan waktu luang. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda :

"Ada dua karunia yang banyak hamba Allah


melalaikan, yaitu nikmat sehat dan waktu luang"

Termasuk diantara nikmat Allah yang agung adalah


Allah telah memberikan kepada kita kemudahan untuk
melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan. Dan pada
kesempatan kali ini kita diberi kemudahan untuk dapat berjumpa dengan sanak kerabat
sekaligus menghadiri sholat 'Ied.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad –shallallahu
'alaihi wa sallam, khotamul anbiya wal mursalin. Kepada keluarganya, shahabatnya, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.

Allahu Akbar……Allahu Akbar…….walillahilhamd!

Allah Subhanahu wa Ta'ala Dzat Yang Maha Agung. Dzat Yang Mengatur alam semesta,
Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan mati, dan Dzat Yang Memberi Rizki. Kepada
Allah-lah semua akan kembali. Dan kita tidak diperbolehkan takut kecuali kepada Allah.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran 102:

‫يا ايها الذين ءامنوااتقوااهلل حق تقاته وال تموتن إال و أنتم مسلمو َن‬

 
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-
benar taqwa dan janganlah meninggal kecuali dalam keadaan Islam

Perintah taqwa juga Allah tujukan kepada umat-umat sebelum kita. Dan taqwa merupakan
suatu wasiat yang paling mulia karena kata "taqwa" mengandung arti yang sangat luas.
Orang Arab menamakan dengan istilah "jawami'ul kalim". Bahkan dibalik Ramadhan,
juga diharapkan agar bertaqwa. Sebagaimana firmanNya:

‫يا ايها الذين ءامنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون‬

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.

Diantara upaya kita agar taqwa kita bertambah adalah dengan cara membaca Al Quran
dan mengkaji apa yang terkandung di dalamnya.

Di dalam Al Quran telah disebutkan beberapa permisalan dan Allah berfirman dalam surat
Ibrohim ayat yang ke 25 :

‫و يض ِرب اهلل األمثال للنّاس لعلهم يتذكرون‬

Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka


selalu ingat.

Allahu Akbar……Allahu Akbar…….walillahilhamd!

Salah satu nama binatang yang Allah tuturkan di dalam Al Quran adalah semut. Bahkan
Allah menjadikan salah satu surat di dalam Al Quran yaitu surat An Naml. Disebutkan di
dalam Al Quran surat An Naml ayat 18, Allah berfirman :

 
 

‫وده وهم ال‬66 ‫ليمن و جن‬66 ‫يحطمنكم س‬


ْ ‫كنكم ال‬666‫ل مس‬6
ُ 6‫ادخ‬
6ُ ‫ل‬66 ‫ا النم‬666‫ا أيه‬66 ‫ة ي‬666‫الت نمل‬66 ‫ل ق‬666‫وا على واد النم‬66 ‫تى إذا أت‬66 ‫ح‬
‫يشعرون‬

Sehingga apabila mereka mereka sampai di suatu lembah semut, berkatalah seekor
semut, wahai para semut masuklah kalian ke dalam sarang-sarangmu agar kalian tidak
terinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.

Ayat ini menceritakan tentang apa yang dikatakan oleh seekor semut kepada saudara-
saudaranya manakala Sulaiman dan tentaranya sampai ke lembah semut

Ada dua pendapat yang dimaksud dengan lembah semut.

Pertama, lembah yang berada di negeri Yaman.

Kedua, daerah Thaif yang berada di Saudi Arabia.

Ibnu Katsir –rahimahullah mengomentari bahwa semut tersebut bernama "Harros dari
suku Syaishon" menunjukkan bahwa semut memiliki nama dan bersuku-suku.

Syaikh Abdurrahman As Sa'di –rahimahullah menuturkan, dengan berteriaknya seekor


semut maka seluruh lembah yang ada, asal jenisnya adalah semut, maka akan mendengar.
Atau dengan berbicaranya seekor semut tentang marabahaya, maka satu sama lain akan
memberikan khabar bahaya yang akan datang. Dan berita akan tersebar sehingga semua
akan selamat.

Allahu Akbar……Allahu Akbar…….walillahilhamd!

Kaum muslimin yang dirahmati Allah…………..

 
Ada beberapa manfaat tatkala kita menghayati apa yang ada pada semut.

Pertama, semut adalah binatang yang tidak egois.

Kedua, semut memiliki rumah. Dan rumah yang dimiliki semut memiliki dua pintu.

Yaitu, pintu barat dan pintu timur.

Yang terbuka adalah bagian barat.

Ketiga, semut adalah binatang yang jujur.

Keempat, semut merupakan binatang yang suka bertasbih.

Kelima, semut adalah binatang yang suka menjaga kerukunan.

Keenam, semut adalah binatang yang rela berkorban.

Ketujuh, semut adalah binatang yang suka menjaga kebersihan.

Kedelapan, semut adalah binatang yang tidak mudah putus asa.

Allahu Akbar……Allahu Akbar…….Allahu Akbar…….walillahilhamd.

Jamaah sholat ied –rahimakumullah………

Demikianlah diantara tanda kekuasaan Allah yang ada pada seekor semut yang kecil.
Bahkan merekapun sopan santun terhadap Nabiyullah Sulaiman dengan mengatakan.:

"Masuklah ke rumah kalian, agar jangan sampai Sulaiman dan bala tentaranya
menginjak kalian, sedang mereka tidak menyadari.":

Apakah sikap Nabi Sulaiman tatkala mendengar perkataan seekor semut ??

Allah berfirman,

 
 

‫الحا‬66‫ل ص‬66‫دي َو أن أعم‬66‫تى أنعمت علي و على ول‬66‫ك ال‬66‫كر نعمت‬66‫نى أن أش‬66‫ال رب أوزع‬66‫ا و ق‬66‫احكا من قوله‬66‫م ض‬66‫فتبس‬
‫الحين‬
َ ‫الص‬ ّ ‫ترضاه و أدخلنى برحمتك فى عبادك‬

Maka dia tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu dan dia
berdoa :

Wahai tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Dan untuk mengerjakan amal
sholeh yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan
hamba-hambaMu yang sholeh.

Demikianlah sikap mulia Sulaiman –alaihissalam dengan tersenyum dan demikianlah


tertawanya para nabi. Cukup dengan senyum, tidak tertawa terbahak-bahak.

Nabi Sulaiman adalah nabi yang Allah berikan mu'jizat memahami ucapan binatang.

Angin adalah kendaraannya.

Jin adalah pasukannya.

Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Surat Saba' : 12

‫ه و من‬66‫إذن رب‬66‫ه ب‬66‫ل بين يدي‬66‫ر و من الجن من يعم‬66‫ه عين القط‬66‫لنا ل‬66‫هر و أس‬66‫ا ش‬66‫هر و روحه‬66‫دوها ش‬66‫ريح غ‬66‫ليمن ال‬66‫ولس‬
‫يزغ منهم عن أمرنا نذقه من عذاب السعي ِر‬

Dan kami tundukkan angin bagi Sulaiman yang perjalannya di waktu pagi sama dengan
perjalanan sebulan dan perjalanan di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan pula
dan kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya dengan izin Tuhannya. Dan barang siapa yang menyimpang diantara
mereka, dari perintah kami, kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-
nyala.

Sehingga jin patuh dan tunduk kepada nabi Sulaiman karena rasa takut yang menyelimuti
mereka.

Ibnu Katsir – rahimahullah menceritakan bahwa manakala Sulaiman wafat beliau tetap di
singgasananya dengan memegang tongkat dan manakala tongkatnya rapuh dimakan
rayap, maka terjatuhlah beliau. Jarak antara wafat dan jatuhnya beliau kurang lebih satu
tahun. Dan Allah berfirman:

  
‫ون‬6‫انوا يعلم‬6‫و ك‬6‫بينت الجن أن ل‬6‫ر ت‬6َّ ‫ا خ‬6‫أته فلم‬6‫ل منس‬6‫ة األرض تأك‬6‫فلما قضينا عليه الموت ما دلهم على موته إال داب‬
‫الغيب ما لبثوا فى العذاب المهين‬

Maka tatkala kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka (Jin) kematiannya kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu, bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui
yang ghaib, tentunya mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (Q.S. Saba’ : 14)

Dalil ini menunjukkan tentang ketidak tahuan jin terhadap perkara yang ghaib. Dan jin
merupakan gurunya para dukun. Jika gurunya saja tidak mengerti masalah ghoib, apalagi
muridnya??

Seorang muslim meyakini bahwasanya, perkara ghaib hanya milik Allah

Di zaman sekarang ini, betapa banyak orang yang lari menyelesaikan masalah bukan
kepada Allah tetapi mereka justru pergi ke dukun. Dan di zaman sekarang pula, ada
perdukunan yang sifatnya terang-terangnya, ada juga yang terselubung. Jika kita tidak
waspada, maka bisa jadi terjerumus.

Contoh mudah adalah: tampilan yang berada pada beberapa stasiun televisi:
 

Ketik, REG <SPASI>.......

Bahkan dia tidak mengetahui perkara yang akan datang. Sekalipun perkara yang remeh.

Jika ia makan ikan, dan duri melukai lidahnya, dia tidak tahu sebelumnya, bagaimana
mungkin dia mengetahui hal yang sifatnya besar. Tentunya itu adalah sekedar bualan dan
pembodohan terhadap umat, yang kita wajib mewaspadainya.

‫وال يفلح الساحر حيث أتى‬

 .... Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. (QS. Thaha: 69)

Dan ada beberapa ancaman dari Rasul bagi orang yang ke dukun atau hanya cuma
menguji kebenaran apa yang dikatakannya. Kita mohon kepada Allah agar selamat dari
fitnah tersebut.

Allahu Akbar .......... Allahu Akbar .......... walilaahilhamd

Di hari yang fitri ini mari kita bersama membuka lembaran baru dengan mengerjakan
ketaatan dan menjauhi larangan.

Wahai para suami..... pergaulilah isteri-isteri kalian dengan baik.

Wahai kaum bapak.... didiklah anak-anak kalian kepada arah yang positif.
 

Wahai para pemuda ..... jadilah anda pemuda Islam. Contohlah Yusuf – alaihissalam-..,
Ismail –alaihissalam- karena mereka adalah pemuda Islam yang tangguh dan diabadikan
dalam Al-Qur’an.

Wahai para isteri ..... hormatilah dan tunaikanlah kewajiban terhadap suami. Dan Rasul
bersabda, Barang siapa wanita yang sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan dan taat
kepada suami, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dari pintu yang ia
kehendaki.

Wahai kaum wanita..... janganlah berhias seperti orang-orang jahiliyah. Bertutur-


katakanlah yang baik karena rasul bersabda, Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaknya berkata baik atau diam.

Wahai kaum wanita....berpakaianlah dengan menutup aurat. Sebagaimana yang telah


ditentukan oleh syari’at.

‫كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته‬

Masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing pemimpin akan dimintai


pertanggungjawaban.

Dan Rasulpun telah memberikan teladan yang baik. Aisyah ditanya bagaimanakah akhlak
nabi? Maka beliau berkata: Al Qur’an.

Kita mohon kepada Allah – Subhanahu wa Ta’ala– semoga menerima sholat kita, puasa
kita, bacaan Al Qur’an kita, sedekah kita, dan semua amalan yang telah kita lakukan
sebagai bekal kita di akhirat nanti. Dan kita juga berharap semoga Allah memberikan
kepada kita pemimpin-pemimpin yang terbaik sehingga terwujudlah:

BALDATUN THOYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUUR.. AMIN...


(ust Abdussalam LC, mrg)

MAKNA HALAL BI HALAL


Posted by admin on October 7th, 2008

Oleh Prof. Dr. Quraish Shihab

Buku Lentera Hati

Halal bihalal, dua kata berangkai yang sering diucapkan dalam suasana Idul Fitri, adalah
satu dari istilah-istilah “keagamaan” yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Istilah tersebut seringkali menimbulkan tanda tanya tentang maknanya, bahkan
kebenaranya dalam segi bahasa, walaupun semua pihak menyadari tujuannya adalah
menciptakan keharmonisan antara sesama.

Hemat saya paling tidak ada dua makna yang dapat dikemukakan menyangkut pengertian
istilah tersebut, yang ditinjau dari dua pandangan. Yaitu, pertama, bertitik tolak dari
pandangan hukum Islam dan kedua berpijak pada arti kebahasaan.

Menurut pandangan pertama – dari segi hukum – kata halal biasanya dihadapkan dengan
kata haram. Haram adalah sesuatu yang terlarang sehingga pelanggarannya berakibat
dosa dan mengundang siksa, demikian kata para pakar hukum. Sementara halal adalah
sesuatu yang diperbolehkan dan tidak mengundang dosa. Jika demikian halal bihalal
adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa,
menjadi halal dengan jalan mohon maaf.

Pengertian seperti yang dikemukakan di atas pada hakikatnya belum menunjang tujuan
keharmonisan hubungan, karena dalam bagian halal terdapat sesuatu yang makruh atau
yang tidak disenangi dan sebaiknya tidak dikerjakan. Pemutusan hubungan (suami-istri,
misalnya) merupakan sesuatu yang halal tapi paling dibenci Tuhan. Atas dasar itu, ada
baiknya makna halal bihalal tidak dikaitkan dengan pengertian hukum.

Menurut pandangan kedua – dari segi bahasa – akar kata halal yang kemudian
membentuk berbagai bentukan kata, mempunyai arti yang beraneka ragam, sesuai dengan
bentuk dan rangkaian kata berikutnya. Makna-makna yang diciptakan oleh bentukan-
bentukan tersebut, antara lain, berarti “menyelesaikan problem”, “meluruskan benang
kusut”, “melepaskan ikatan”, dan “mencairkan yang beku”.

Jika demikian, ber-halal bihalal merupakan suatu bentuk aktifitas yang mengantarkan
para pelakunya untuk meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya
membeku sehingga cair kembali, melepaskan ikata yang membelenggi, serta
menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghalang terjalinnya keharmonisan
hubungan. Boleh jadi hubungan yang dingin, keruh, dan kusut tidak ditimbulkan oleh
sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena Anda lama tidak berkunjung kepada
seseorang, atau ada sikap adil yang Anda ambil namun menyakitkan orang lain, atau
timbul keretakan hubungandari kesalahpahaman akibat ucapan dan lirikan mata yang
tidak disengaja. Kesemuanya ini, tidak haram menurut pandangan hukum, namun perlu
diselesaikan secara baik; yang berku dihangantkan, yang kusut diluruskan, dan yang
mengikat dilepaskan.

Itulah makna serta substansi halal bihalal, atau jika istilah tersebut enggan Anda gunakan,
katakanlah bahwa itu merupakan hakikat Idul Fitri, sehungga semakin banyak dan
seringnya Anda mengulurkan tangan dan melapangkan dada, dan semakin parah luka hati
yang Anda obati dengan memaafkan, maka semakin dalam pula penghayatan dan
pengamalan Anda terhadap hakikat halal bihalal. Bentuknya memang khas Indonesia,
namun hakikatnya adalah hakikat ajaran Islam.[]

MUTIARA KHUTBAH IDUL FITRI 1 SYAWAL 1430


HIJRIYAH
Posted by gaol . Published on 31 Agustus 2009

Dikirim oleh Arjub (PP Al-Hikmatul Hasanah)

zainul.arifin85@yahoo.co.id

Dalam kesempatan kali ke2 ini, saya akan menyajikan khotbah Idul Fitri, semoga saja
dapat bermanfaat bagi kita semua…Amin.

‫ هللا اكبر هللا‬.‫ وكلّما أطعام القانع المعتر‬.‫ هللا اكبر كلّما صام صائم وأفطر‬.‫ اكبر كلّما ه ّل هالل وابدر‬ ‫ هللا‬ x 7 ‫هللا اكبر‬
‫ ال ال^^^^^^^^^^^^^^^^^^^ه اال هللا وهللا اكـــــبر هللا اكـــــبر‬. ‫هللا اكـــــبر‬   ‫اكـــــبر‬
‫ووفّ^^اهم اج^^ور أعم^الهم من خ^ز ائن ج^^وده الّ^^تى ال‬. ‫ويس^ر‬ ّ ‫ العب^^ادة‬ ‫ الحمد هلل الّذى س ّهل للعباد ط^^ر ي^ق‬.‫و هلل الحمد‬
.‫ق ألن يُحم^^د ويُش^^كر‬ ّ ‫ أحم^^ده س^^بحانه وه^^و المس^^تح‬.‫ وجعل لهم يوم عيد يع^^ود عليهم فى ك^ ّل س^^نة ويتك^ ّر ر‬.‫تحصر‬
ّ‫ واش^^هد أن‬.‫ واش^هد أن ال ال^ه إ الّ هللا وح^ده ال ش^^ر ي^ك ل^ه المل^^ك العظيم ا ألك^بر‬.‫واشكره على نعم ال تع ّد وال تحصر‬
‫ اللّهـ ّم ص^^^^^^^^^ ّل وسـلّم‬.‫الشـافع فى المخشـر‬ ّ ‫ســيّدنا مـحــ ّمدا عب^^^^^^^^^ده ورس^^^^^^^^^وله‬
‫ فيا ا يّهاالناس إتّقوا هللا وال تغ^ ّر‬ )‫ (ا ّما بعد‬ . ‫على سيّدنا مح ّمد وعلى اله واصحابه الّذين اذهب عنهم ال ّرجس وط ّهر‬
ّ
.‫نّكم ومدد ا أل عمار‬

Hadirin Kaum Muslimin Dan Muslimat Sidang Idul Fitri 1 Syawal 1430 H, yang
berbahagia. puji dan syukur yang sedalam-dalamnya, dengan penuh perasaan gembira,
kita sanjungkan kehadirat Allah SWT. Tuhan yang telah memberi kita usia yang panjang,
sehingga di pagi yang ceria ini kita dapat berkumpul bershaf-shaf memenuhi tempat yang
berkah ini.

Fajar tanggal 1 Syawal telah menyingsing di ufuk timur, pada saat ini kita berada pada
hari yang agung, pada hari ini pula Allah Azza Wa Jalla memperlihatkan kemulyaan dan
keagungannya, dimana seluruh umat TAUHID di segenap penjuru dunia, bersedia untuk
bangkit secara serentak menggemakan dan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid :
‫هللا اكبر‬  X 3   ‫ هللا اكبر و هلل الحمد‬.‫ال اله إ الّ هللا و هللا أكبر‬

Pengumandangan tersebut merupakan realisasi rasa syukur, sebagai ungkapan kesadaran,


kalimat keyakinan, serta merupakan panji-panji kemenangan dan kejayaan umat Islam.
HADIRIN HADIRAT RAHIMAKUMULLAH …….

Dalam suasana hati yang penuh kegembiraan ini, dengan segala kemewahan yang terasa
di paksakan, dengan segala keberlebihan yang sukar dibayangkan, dalam pesta semesta
yang gegap gempita, oleh gemuruh takbir kemenangan yang hingar bingar, meliputi
seluruh angkasa raya, menggelora ke dalam jiwa, hingga mendirikan bulu-bulu roma.
Marilah sejenak kita melakukan perenungan pada hakikat makna ibadah yang telah kita
lalui bersama, pada nuansa hati yang tak terkendali ini ……..

Benarkah,v selama sebulan lamanya kita telah menjalankan ibadah puasa, dengan penuh
keta’atan dan kepatuhan, hanya mengharap ridla - Nya, sebagai bukti meningkatnya
kualitas ketaqwaan kita kepada Allah swt. … .. ? Sebagaimana maksud dicanangkannya
puasa itu sendiri;

‫صيام كما كتب على الّذين من قبلكم لعلّكم تتّقون‬


ّ ‫يآايّها الّذين أمنوا كتب عليكم ال‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian semua
berpuasa, sebagaimana ia diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-
mudahan kalian semua bertaqwa.”
(Qs. Al Baqarah : 183)

Betulkah, kita semua telah lulus dalam menghadapi ujian  berpuasa sebulan penuh
lamanya, membendung dan menyingkirkan segala godaan dan nafsu angkara murka
…….?

Berhasilkah kita membersihkan iman, dari bintik-bintik kemaksiatan, kemunafikan, dan


kemungkaran …….?

Hari ini Ramadhan telah berlalu ………., bulan suci, bulan yang penuh rahmat dan
maghfiroh, relakah kita melepaskannya seadanya ……..? Bagaimanapun, seiring dengan
menggelindingnya jarum jam, terpaksa kita harus rela melepaskannya.

Hari ini hari bersuka ria.  Namun ……. adakah suka ria kita sedang mensyukuri
kemenangan atas setan dan kemaruk hawa nafsu ……..? Ataukah karena kita kini
terbebas kembali seperti semula? Tak ada lagi yang kita sungkani. Atau bahkan
terstimulir oleh kemenangan yang ada pada pihak setan dan nafsu atas diri kami …….. !
Na’udzubilla Billahi Min Dzalik.

YAA ………. RABBY …….. ! Rasanya puasa kami hampa, jiwa ini miskin tak berarti
apa, bahkan diri ini bergelimang noda dan dosa. Maka hanya rahmat dan maghfirahmu
Yaa ……. Allah yang kami minta, kami ibarat setetes embun dalam lautan keagunganmu
……..
ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHI AL - HAMD, Hadirin Sidang ‘Idul Fitri Yang
Dimulyakan Allah …….Kaum muslimin memang berhak bergembira pada hari ketika
berbuka dan lebaran tiba, namun kegembiraan kita diperintahkan untuk masuk ke dalam
agama Islam secara kafaah sebagaimana firman Allah :

(208 : ‫ لكم عد ّو مبين (البقرة‬ ‫ و ال تتّبعوا خطوات الشّيطان إ نّه‬.‫سلم كآ فّة‬


ّ ‫يآايّهاالّذين آمنوا اذ خلوا فى ال‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian semua ke dalam Islam
secara totalitas.” ( Qs. Al-Baqarah : 208 )

Lalu pertanyaannya adalah; Gembira yang islami itu yang bagaimana ? Gembira yang
islami yaa gembira yang wajar-wajar saja, gembira yang penuh rasa syukur, gembira
yang tidak sampai menafikan atau bahkan melecehkan adanya keperihatinan di fihak lain.

Kegembiraan kaum muslimin atas datangnya lebaran tentunya menjadi hak milik bagi ia
yang telah dapat merampungkan kewajiban ibadah puasa Ramadhannya dengan penuh
keikhlasan dan njungkung ibadah semata-mata karena mengharap ridlo - Nya, disamping
kita telah berhasil pula nyelengi pahala, dan dosa-dosa kita yang telah lewat diampuni
oleh Allah Azza Wa Jalla, sebagaimana di jamin sendiri oleh Rasulullah saw. sendiri
lewat sebuah haditsnya :

‫من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدّم من ذنبه‬

Artinya : “Barang siapa telah melaksanakan puasa Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat”
Hadirin hadirot sidang idul fitri yang berbahagia. . . . Apapun dan bagaimanapun bentuk
puasa yang telah kita lakukan, berapapun nilai yang telah Allah Ta’ala berikan atas puasa
kita dengan segala kesempurnaan rahmat dan anugerahnya, untuk lebih menjamin
keyakinan keberhasilan perjuangan kita di bulan puasa itu, Allah masih memberi
kesempatan kepada kita - yang memang memiliki watak tidak sempurna ini - untuk
nambeli kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan puasa kita,
barang kali sesekali, sementara mulut kita berpuasa tidak makan dan tidak minum tetapi
kita khilaf tidak memuasakannya dari memakan daging saudara-saudara kita dengan
ngrasani, mengumpat atau mengeluarkan kata-kata yang tak pantas misalnya dan
seterusnya dan lain sebagainya.

Kita diberi kesempatan mengeluarkan sebagian dari bahan makanan kita untuk saudara-
saudara kita yng berhak menerimanya lewat zakat fitrah. Di samping makna solidaritas
yang terkandung di dalam zakat fitrah itu, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Abu Dawud, zakat fitrah itu berfungsi untuk membersihkan orang yang berpuasa dari
keterlanjurannya beromong kosong dan berkata buruk saat berpuasa, bahkan menurut
hadits riwayat Abu Hafsih Bin Shaahin, puasa Ramadhan bergantung antara langit-langit
dan bumi dan hanya zakat fitrahlah yang dapat menaikkannya ke atas.

Kewajiban membayar zakat fitrah ini - menurut Imam Al Syafi’i RA - di fardlukan


kepada setiap muslim yang merdeka atau hamba Muba’ad yang memiliki kelebihan
bahan makanan di malam dan hari lebarannya, juga pakaian dan tempat tinggal yang
layak bagi semua keluarga yang menjadi tanggung jawab nafaqahnya. Adapun tentang
waktu wajibnya adalah sejak tenggelamnya mata hari di hari terakhir
bulan suci Ramadhan, dan boleh saja membayarkan zakat fitrah sejak telah masuknya
bulan suci Ramadlan dengan niat Ta’jil. Sedangkan membayarkan zakat fitrah setelah
dilaksanakannya sholat idul fitri hingga tenggelamnya mata hari juga masih
diperkenankan atau masih diterima, tetapi dengan niat mengkodlo’i-nya.

Mudah-mudahan zakat fitrah kita, dapat menyempurnakan ibadah puasa kita, sehingga
Allah mengampuni kita, merahmati kita, dan membebaskan kita dari api neraka. Dan
moga-moga pula, Allah masih menganugerahkan kekuatan kepada kita untuk dapat
melengkapi ganjaran ibadah puasa itu dengan kesediaan kita nantinya, untukpuasa
Ramadlan kita yang telah berlalu dengan  mengiringinya berpuasa selama enam hari di
bulan Syawal ini. Mudah-mudahan ..
ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD
HADIRIN HADIRAT KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH
…….

Selanjutnya segala aktifitas apa saja yang paling utama dilakukan  sekembali kita dari
shalat idul fitri ini ……. ?

Setelah berpuasa dan njungkung ngibadah selama sebulan penuh di bulan Ramadhan
dengan niat ikhlas hanya memburu ridla Allah Ta’ala, dan kita telah menambelinya
dengan mengeluarkan zakat fitrah, dosa-dosa kitapun diampuni. Namun seperti kita
ketahui, dosa yang diampuni itu, hanyalah dosa yang berhubungan langsung dengan
Allah. Sementara masih ada dosa lain yang berkaitan dengan sesama kita, antar kita,
dimana ampunan Allah bergantung pada pema’afan masing-masing kita yang
bersangkutan. Oleh karenanya untuk menyempurnakan ketidak berdosaan kita, setelah
shalat idul fitri ditradisikanlah halal bihalal, “sini menghalalkan dan memaafkan situ, situ
menghalalkan dan memaafkan sini”.

Dengan demikian pada lebaran kali ini, diharapkan semua macam dosa apapun lebur dan
kita kembali sebagaimana fitrah kita, mulus tanpa dosa bagaikan seorang bayi.
Tidakkah kita tak ingin menjadi pailit kelak di hari kemudian ……? Seperti digambarkan
oleh Rasulullah saw. dalam hadits shohihnya :
‫والس^الم إنّ المفلس من ا ّم^^تى‬
ّ ‫الة‬^ ‫الص‬
ّ ‫^ه‬
^ ‫علي‬ ‫^ال‬
^ ‫فق‬ .‫متاع‬ ‫وال‬ ‫له‬ ‫درهم‬ ‫ال‬ ‫من‬ ‫فينا‬ ‫المفلس‬ ‫قالوا‬   ‫المفلس؟‬ ‫من‬ ‫أتذرون‬
.‫من يأتى يوم القيامة بصالة وصيام وزكاة ويأتى من قدشتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دام هذا وضرب هذا‬
‫ فط^رحت‬.‫ أخ^^ذ من خط^^ا ي^^اهم‬. ‫ فأنّ فنيت حس^ناته قب^^ل أن يقض^^ى ماعلي^^ه‬.‫فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته‬
)‫عليه ث ّم طرح فى النّار (رواه مسلم عن ابى هريرة‬
Artinya : “Tahukah kalian semua, siapakah orang yang bangkrut itu ? Tanya Rasulullah
kepada para sahabatnya - merekapun menjawab : orang yang bangkrut menurut kita
adalah mereka yang tidak memiliki uang dan harta benda yang  tersisa.” Kemudian
Rasulullah menyampaikan sabdanya : “Orang yang benar-benar pailit - diantara umatku
- ialah orang yang di hari kiamat dengan membawa (seabrek) pahala shalat, puasa dan
zakat; tapi (sementara itu)  datanglah orang-orang yang menuntutnya, karena ketika   
(di dunia) ia mencaci ini, menuduh itu, memakan harta si ini, melukai si itu, dan
memukul  si ini. Maka di berikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada si ini dan si itu.
Jika ternyata pahala-pahala kebaikannya habis sebelum dipenuhi apa yang menjadi
tanggungannya, maka diambillah dosa-dosa mereka (yang pernah di dzaliminya) dan
ditimpakan kepadanya. Kemudian dicampakkanlah ia ke api neraka.” Naudzubillah
…… ! (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Ternyata mulut, tangan, kaki, perut dan anggota tubuh kita yang biasa kita gunakan untuk
beribadah, bersujud, berdzikir, berpuasa, memberikan zakat, dapat membuat kita pailit
kelak. Tidak hanya menghabiskan modal pahala yang kita tumpuk sepanjang umur kita
tapi bahkan dapat menarik kepada kita kerugian orang lain. Ini semua tentunya gara-gara
kita terlalu meremehkan dosa dan kesalahan terhadap sesama. Oleh karenanya, apabila
kita memuliakan Tuhan, maka termasuk yang dimuliakan Tuhan ialah manusia.

Sedangkan makanan dan kue-kue lebaran kiranya hanyalah sekedar “Ubo Rampe”,
karena ada kunjung mengunjungi, patutnya hidangan di sediakan sebagai penghormatan
kepada tamu yan hendak berkunjung. Pahalanya terletak pada penghormatan tamu itu,
atau pada niat sedekah yang mengiringinya. Demikian pula, agaknya soal pakaian,
memperindah rumah dan atau mempercantik ruang tamu.
ALLAAHU AKBAR 3X WALILLAHIL HAMD

Akhirnya, marilah kita mengikrarkan permohonan maaf kita kepada diri kita sendiri,
sebelum kemudian sungkem dan meminta maaf kepada orang-orang tua kita, para
Masyayikh dan guru-guru kita, juga antar sesama………

Selamat idul fitri, wahai mata


Maafkanlah aku, selama ini  kau hanya
Kugunakan melihat kilau comberan.
Selamat idul fitri, wahai telinga
Maafkanlah aku, selama ini  kau hanya
Kusumpali rongsokan-rongsokan kata
Selamat idul fitri, wahai mulut
Maafkanlah aku, selama ini
Kau hanya kujejali dan kubuat memuntahkan onggokan-onggokan kotoran
Selamat idul fitri, wahai tangan
Maafkanlah aku, selama ini  kau hanya kugunakan
Mencakar-cakar kawan dan berebut remayh-remah murahan
Selamat idul fitri, wahai kaki
Maafkanlah aku, selama ini  kau hanya kuajak menendang kanan kiri
Dan berjalan di lorong-lorong kegelapan
Selamat idul fitri, wahai akal budi
Maafkanlah aku, selama ini kubiarkan kau terpenjara sendiri ………
Selamat idul fitri, wahai diri
Marilah menjadi manusia kembali ……….!
‫ اعوذ‬.‫ القر آن فاستمعوا له وأنصتوا لعلّكم^ ترحمون‬ ‫ فإذا قر ئ‬.‫وهللا سبحانه وتعالى يقول وبقوله يهتدى المهتدون‬
‫سموات‬ّ ‫ وجنّة عرضها ال‬ ‫ ال ى مغفرة من ربّكم‬ ‫ وشارعوا‬.‫باهلل من الشّيطان ال ّرجيم‬
‫يحب‬
ّ ‫ وهللا‬.‫ والكاظمين الغيظ والعافين عن النّاس‬.‫ضر آء‬ ّ ‫ والّذين ينفقون فى ال‬.‫ أعدّت للمتّقين‬.‫و ا أل رض‬
ّ ‫س ّر آء وال‬
ّ ‫ بما فيه من ا ال يات‬ ‫ وإيّاكم‬ ‫ ونفعنى‬.‫ بارك هللا لي ولكم فى القر آن العظيم‬.‫المحسنين‬
‫والذ كر الحكيم وتقبّل مني‬
‫ ان هو الغفور الرحيم‬ ‫ ومنكم تال وته‬.

1 SYAWAL 1428. H
Assalamu’alaikum wr wb
Allahu Akbar 3 X

Suatu kali Rasulullah saw melaksanakan shalat idul Fitri lebih siang dari biasanya, bukan
karena beliau lupa, apalagi tertidur setelah shalat subuh. Beliau terlambat ke tempat
berkumpulnya jama’ah shalat Id karena beberapa saat menjelang keberangkatannya,
beliau mendapati seorang anak yang bermurung durja di tengah teman-temannya yang
lagi asyik bermain dan bersuka cita.

Mendapati situasi seperti itu beliau menghampiri anak tersebut, lalu didekapnya dan
dielus-elus kepalanya. Setelah cukup mendapatkan kehangatan, beliau lalu bertanya,
wahai anakku, mengapa kamu bersedih hati di saat teman-temanmu bersuka ria? Di mana
rumahmu? Siapa orangtuamu? Dengan mata nanar anak kecil itu menjawab, ayahku telah
lama mati dalam suatu peperngan membela agama Islam, sedang ibuku menikah lagi
dengan lelaki lain dan tak lagi menghiraukanku.

Rasulullah saw mendekap lebih hangat lagi, lalu bertanya: maukah kau jadikan aku
sebagai ayahmu, ‘Aisyah sebagai ibumu, sedang Fathimah dan Ali sebagai bibi dan
pamanmu? Beliau lalu membimbing anak itu ke rumah lalu meminta agar ‘Aisyah
memandikannya, membersihkan kotorannya, dan memberinya pakaian terbaik yang
dimilikinya. Anak kecil yang berpakaian dekil dan berwajah muram itu seketika berubah
penampilannya. Ia kini kelihatan bersih dengan rambut yang tersisir rapih. Pakainnya
bagus dan wajahnya berubah menjadi ceria. Ia keluar dari rumah Rasulullah saw sambil
berteriak-teriak kepada teman-temannya, akulah anak yang hari ini paling bahagia.
Muhammad telah menjadi ayahku, ‘Aisyah menjadi ibuku, sedang Fathimah dan Ali
menjadi bibi dan pamanku. Sungguh tak terkira bahagianya anak itu. Kebahagiaan yang
tak terlukiskan dengan kata-kata.

Di hari idul fitri seperti ini seharusnya tak seorangpun bersedih hati. Semua gembira
Semua bahagia. Lebih-lebih anak kecil, mestinya mereka semua bersuka cita. Tapi, sejak
keberangkatan kita dari rumah hingga ke tempat ini berap banyak kita dapati anak-anak
kecil berada di perempatan jalan, di lampu merah, sedang menadahkan tangan meminta-
minta? Sebentar lagi mereka akan datang ke tempat ini, bersama ayah dan ibunya,
memungut koran bekas shalat kita. Mereka tidak sendiri, bukan satu atau dua. Mereka itu
puluhan, ratusan, ribuan, bahkan entah berapa jumlahnya.

Kalau satu anak yatim saja dapat menghentikan langkah Rasulullah saw menuju tempat
shalat idul fitri sampai anak tersebut turut berbahagia, lalu mengapa puluhan dan ratusan
anak yang mengalami nasib yang sama tidak mampu menggerakkan hati kita untuk
peduli, menyantuni, dan membahagiakan mereka?
Apa yang kita pikirkan ketika membelikan baju baru untuk anak-ank kita? Apa yang ada
dalam pikiran kita ketika menghadapi aneka makanan lezat tersaji di meja makan kita?
Apa yang ada dalam pikiran kita ketika kita bersama-sama keluarga kita melangkah
bahagia menuju tempat ini, sekarang ini? Tidakkah terlintas dalam benak kita sekelebat
bayangan fakir miskin yang hingga hari ini belum berbuka?

Masih adakah kapling dalam pikiran kita tentang nasib orang-orang yang kurang
beruntung? Hari ini, berapa banyak saudara-saudara kita yang terpaksa merayakan idul
fitri di tenda-tenda darurat setelah rumahnya dihancurkan oleh bencana alam? Mereka
adalah orang-orang miskin baru yang jumlahnya puluhan ribu.

Di Aceh, meski sudah hampir tujuh tahun, belum semua korban tsunami mendapatkan
tempat tinggal yang layak, pekerjaan yang memadai, dan pendapatan yang mencukupi. Di
Jogyakarta, Bantul dan sekitarnya, ribuan orang masih tinggal di atas puing-puing
rumahnya hanya dengan atap dan dinding plastik. Jangankan memikirkan untuk
membangun kembali rumahnya yang hancur luluh lantak itu, sedang untuk makan sehari-
hari saja mereka masih belum mampu. Di Bengkulu, di Mentawai nasib mereka lebih
tragis lagi. Untuk mendata korban saja hingga hari ini pemerintah kita masih belum
berhasil, apalagi mendistribusikan bantuannya secara adil dan merata.
Di bagian timur Indonesia tak juga ketinggalan. Banjir bandang menelan korban yang
tidak sedikit, rumah-rumah hancur, dan sarana prasarana rusak terbawa arus. Rumah
ibadah dan sekolah ikut terbawa arus air bercampur lumpur.

Di Jawa Timur tidak saja kita dapati ribuan warga yang kehilangan tempat tinggalnya
akibat lumpur Lapindo, tiba-tiba kabar baru dari Blitar dan Kediri menyebutkan bahwa
gunung Kelut siap memuntahkan laharnya. Setelah diberi status siaga, lagi-lagi ribuan
warga harus meninggalkan rumah tempat tinggalnya. Mereka mengungsi tanpa kepastian,
kapan bisa kembali.

Allahu Akbar 3X
Allah swt telah mentarbiyah kita selama sebulan penuh melalui ibadah Ramadhan.
Melalui puasa kita dididik dan dilatih untu peduli dan berbagi. Puasa tidak saja menahan
lapar dan haus di siang hari, tapi di balik haus dan lapar itu kita dihantarkan untuk ikut
berempati merasakan langsung sebagian dari penderitaan saudara-saudara kita, para
fuqara dan masakin.
Islam adalah agama atau satu satunya agama yang paling banyak mengingatkan
ummatnya tentang fuqara dan masakin. Bahkan orang-orang yang tidak peduli kepada
mereka tegas-tegas disebutnya sebagai orang yang mendustaan agama. Allah berfirman:
”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang
yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
(QS Al- Maaun :1- 7)

Kedermawanan adalah sikap mulia dan terpuji, sementara kikir adalah perbuatan jahat
dan hina. Seorang mukmin tak mungkin menjadi kikir, sebab ia yakin bahwa semua yang
diberikan kepadanya adalah amanat dari Allah swt. Rizki dan karunia itu tidak untuk
dimakan sendiri, tapi ia senantiasa mengingat ”kanan-kiri”. Ia sadar bahwa di dalam
hartanya terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Untuk itu ia selalu peduli dan
mau berbagi.
Rasulullah bersabda:

”Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati (dermawan). Sesungguhnya Allah


menuntun tangannya jika ia terpeleset. Orang yang dermawan dekat kepada Allah, dekat
kepada manusia, dan dekat pada surga. Orang yang bodoh tapi dermawan lebih disukai
Allah daripada orang alim (ahli ibadah) tapi kikir.” (HR. Thabrani)

Ketahuilah bahwa di dunia ini banyak orang yang malang, di antara mereka ada yang
malang karena ulah mereka sendiri, tapi tidak sedikit yang malang karena nasib. Mereka
menjadi yatim, misalnya bukan karena kemauan mereka sendiri. Mereka yatim karena
bapaknya telah dipanggil Allah swt. Tidak ada seorang anakpun yang menginginkan
menjadi yatim, tapi taqdir Allah yang menentukan.

Banyak juga orang-orang miskin di antara kita bukan karena mereka menghendaki
kemiskinan. Mereka miskin karena lahir di tengah keluarga yang miskin. Mereka sejak
kecil tidak bisa bersekolah. Karena tidak sekolah maka ia menjadi kurang terampil.
Karena kurang terampil maka ia tidak berkesempatan untuk memasuki lowongan
pekerjaan. Karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak maka mereka jadi miskin.
Kebodohan dan kemiskinan adalah mata rantai setan yang harus diputus. Di sini harus
ada intervensi pemerintah. Pemerintah tidak boleh membiarkan adanya orang miskin
tanpa memberi perlindungan, bantuan, dan pemberdayaan.

Karenanya tidak salah jika Undang-undang Dasar menyebutkan bahwa fakir miskin dan
anak yatim menjadi tanggungjawab negara. Tapi bagaimna prakteknya? Jauh panggang
dari api. Jauh harapan dari kenyataan. Yang terjadi justru sebaliknya. Para pelacur
dilindungi, sementara fakir miskin digusur, dikejar-kejar, dan disingkirkan.
Sungguh aneh, ketika jumlah orang miskin bertambah DPRD bersama pemerintah DKI
Jakarta mengeluarkan Perda (Peraturan Daerah) yang isinya sangat kontroversial. Orang
miskin tidak boleh ada di jalanan, berjualan secara asongan atau meminta minta. Mereka
bisa diancam hukuman penjara. Demikian juga kepada para pengendara yang berderma,
memberi uang recehan kepada mereka. Orang yang memberi maupun yang diberi sama-
sama mendapat ancaman hukuman yang berat.
”Jakarta untuk semua”, hanya semboyan yang laku ketika kampanye. Dalam prakteknya
Jakarta hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang sakit karena Rumah Sakit hanya
untuk orang kaya. Orang miskin dilarang sekolah karena sekolah hanya untuk orang
kaya. Orang miskin dilarang bekerja, karena semua jenis pekerjaan hanya untuk orang
kaya. Orang miskin dilarang hidup di Jakarta karena Jakarta hanya untuk orang kaya.

Allahu Akbar 3X
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Kita setuju jika aparat menangkapi orang-orang miskin di jalanan dan melarang keras
pengendara memberi ”uang recehan” kepada mereka, asal pemerintah benar-benar telah
menjalankan amanahnya, yaitu memelihara, melindungi, menyantuni, dan
memberdayakan mereka.

Kita ingin jalanan, perempatan, dan lampu merah bersih dari peminta-minta, tapi kepada
mereka, apakah mereka diberi jaminan kehidupan yang layak? Diberi tempat tiggal yang
memadai? Apakah mereka hanya ditangkapi lalu dibuang entah kemana? Itukah arti
menertibkan? Itulah arti mengamankan? Sebagai rakyat biasa kita sering dibuat bingung,
mana yang namanya ”membina” dan mana yang disebut ”membinasakan”.
Di sini kami hanya mengingatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

”Sesungguhnya kalian mendapat pertolongan dan memperoleh rizki karena adanya


orang-orang lemah di antara kalian.” (Al-Hadis)

Wahai Presiden, siapakah yang memilih Anda? Siapakah yang paing banyak
menyumbang suara Anda, orang-orang miskin atau orang-orang kaya?
Wahai para Gubernur, Anda menjabat sebagai kepala daerah atas dukungan siapa?
Wahai para Bupati dan walikota, Anda menempati posisi sekarang karena suaranya
siapa?
Wahai para saudagar dan pengusaha, siapakah yang mati-matian bekerja siang malam
dengan upah kecil untuk perushaan Anda? Siapakah yang menyopiri mobil mewah Anda,
membersihkannya setiap hari sehingga Anda bisa tampil gagah? Siapakah yang
menyiapkan makan Anda? Siapakah yang menyemir sepatu dan menyetrika baju Anda?
Mereka adalah orang-orang kecil, kaum dhuafa diantara kita. Lalu, apakah jasa-jasa
mereka kita lupakan begitu saja?

Allahu Akbar 3X
Jama’ah kaum muslimin yang berbahagia

Di hari yang fitri ini kami mengajak kita semua untuk bersilaturrahim, menyambung tali
kasih di antara kita. Mari kita kunjungi saudara-saudara kita yang dekat maupun yang
jauh, terutama kerabat yang miskin. Mereka biasanya minder mendatangi Anda karena
khawatir dikira meminta-minta.
Tanyakan kepada mereka tentang anak-anaknya, apakah mereka semua telah sekolah.
Jika Anda mendapati mereka tidak sekolah, angkatlah ia sebagai anak asuh Anda.
Tanyakan pula tentang pendidikan agama mereka. Jangan sampai dari lingkungan
keluarga kita terdapat orang-orang yang menetang agama.

Silaturrahim kita baru bermakna jika kita tidak sekadar berkunjung, bertemu, dan berttap
muka. Silaturrahim kita baru berarti jika di dalamnya kita menjalin tali kasih dan tali
sayang. Kita tolong saudara-saudara kita yang kurag mampu. Kita bantu saudara-saudara
kita yang perlu bantuan. Kita hormati orang yang lebih tua. Kita sayangi saudara-saudara
kita yang lebih muda.
Dalam al-Qur’an banyak kita dapati perintah bersilaturrahim, di antaranya Allah
berfirman:

”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat akan haknya, (juga kepada) orang
miskin dan orang-orang dalam perjalanan dan janganah kamu menghambur-hamburkan
hartamu (secara boros).” (QS Al-Isra: 26)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:


”Dan bertaqwalah kepada Allah, dimana kamu saling meminta antara satu dengan yang
lain dengan (menyebut nama)-Nya, dan (peliharalah hubungan) keluarga, sesungguhnya
Allah mengawasi kalian semua.” (An-Nisaa: 1)

Sungguh banyak manfaat bersilaturrahim. Selain mendatangkan kebahagiaan,


silaturrahim juga mendatangkan rizki dan memperpanjang usia. Membangun silaturrahim
tak ubahnya seperti membangun jejaring bisnis. Dari silaturrahim lahirlah koneksi, dari
koneksi muncullah oportunity (kesempatan). Dari oportunity itu akan melahirkan rizki.
Razki itu bisa berupa uang, kebahagiaan, juga kesehatan atau umur panjang.
Mengingat pentingnya silaturrahim ini, maka jangan sekali-kali kita mencoba untuk
memutuskannya. Allah tidak menyukainya.

”Orang-orang yang merusak perjanjian Allah setelah dikokohkannya, dan memutus


sesuatu yang Allah telah memerintahkan untuk menyambungnya, dan berbuat kerusakan
di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Baqarah: 27)
Sebagai bagian akhir dari khutbah ini kami ingin menukil sebuah hadits Qudsi berikut
ini:

Dari Abdurrahman bin Auf ia berkata, saya mendengar rasulullah saw bersabda bahwa
Allah berfirman (dalam hadits Qudsy): ”Aku adalah Allah. Aku adalah Ar-Rahim (maha
Pengasih). Aku ciptakan kerabat dan aku keluarkan untuknya nma dari nama-Ku. Maka
barangsiapa menyambungnya, Aku akan menyambungnya. Barangsiapa yang
memutuskannya, maka Aku akan memutuskannya pula.” (HR. Abu dawud dan Turmudzi)

Mudah-mudahan Allah mengampuni segala dosa kita, menerima seluruh amal ibadah
shaum kita, meridhai kita, dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Anda mungkin juga menyukai