Anda di halaman 1dari 4

KINERJA LEMBAGA LEGISLATIF DI DAERAH PEMEKARAN DALAM

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkap kinerja DPRD
Kota Kotamobagu sebagai lembaga legislatif di daerah pemekaran dalam pelaksanaan
fungsi legislasi tahun 2014-2016, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja DPRD Kota
Kotamobagu sebgai lembaga legislatif di daerah pemekaran dan untuk mengetahui peran
DPRD Kota Kotamobagu dalam proses pemekaran Bolaang Mongondow Raya. Data
primer didapatkan dari informasi wawancara dengan anggota DPRD Kota Kotamobagu
serta pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DPRD Kota
Kotamobagu. Sedangkan data sekunder didapatkan dari sekretariat DPRD dan Tokoh
Masyarakat. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah DPRD Kota Kotamobagu
sebagai suatu lembaga perwakilan rakyat. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah
Kinerja Lembaga Legislatif sebagai variable independen. Sedangkan yang menjadi
variabel dependen adalah Pelaksanaan Fungsi Legislasi. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah
akuntabilitas kinerja DPRD Kota Kotamobagu dalam pelaksanaan fungsi legislasi masih
lemah dilihat dari identifikasi kebutuhan Perda yang tidak terpenuhi, kurangnya
sosialisasi Perda dan hearing yang tidak terlaksana sesuai ketentuan. Responsivitas
DPRD Kota Kotamobagu yang lambat dan kurang mampu melihat kondisi yang
berkembang. Efektifitas DPRD Kota Kotamobagu, capaian pembentukan Perda yang
tidak terpenuhi sesuai jumlah Prolegda, perbandingan realisasi Perda yang dihasilakan
tidak mencapai 50% dibandingkan dengan Perda yang tidak dapat disahkan, kesesuaian
Perda yang tidak akurat, belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena tidak
mengacu pada kepentingan masyarakat dantidak mempertimbangkan kondisi PAD.
Faktor mempengaruhi kinerja, peraturan tatib yang hanya menjadi formalitas, data dan
informasi yang tidak akurat, pengaruh partai politik yang kuat serta kedudukan eksekutif
dan legislatif yang berbeda pendapat, sehingga kinerja DPRD Kota Kotamobagu belum
optimal.
A. Pendahuluan

Lembaga Legislatif Daerah(DPRD), pengikutsertaan rakyat untuk bertanggung jawab di


dalam pemerintahan diwujudkan dengan adanya lembaga DPRD yang melaksanakan
fungsi legislatif, tugas kontrol dan pengawasan atas pelaksanaan tugas kepala daerah
(eksekutif) dalam melaksanakan tugasnya. Fungsi legislasi yang dijalankan oleh DPRD
Kota Kotamobagu, masih kurang terarah,kurang tepat terhadap kebutuhan masyarakat
Kota Kotamobagu. Selain itu, rancangan peraturan daerah yang dimuat dalam program
legislasi daerah setiap tahunnya yang telah ditetapkan untuk disahkan menjadi Peraturan
Daerah tidak mencapai target. Kemudian dalam pelayanan publik DPRD kurang mampu
memahami kondisi masyarakat Kota Kotamobagu dan sering salah dalam mengambil
kebijakan. Sehingga Perda-Perda yang berhasil disahkan tidak berdasarkan kebutuhan
masyarakat Kota Kotamobagu, maka dikatakan fungsi legislasi yang dijalankan oleh
DPRD Kota Kotamobagu kurang terarah dan kurang maksimal. Kota Kotamobagu juga
masih memiliki beberapa persoalan yang harus ditanggapi dengan serius oleh DPRD
Kota Kotamobagu.Persoalan tersebut berkaitan dengan fungsi pengawasan DPRD Kota
Kotamobagu. Pembangunan Masjid Agung Baitul Makmur dengan Anggaran Rp 16,1
Milyar yang terbengkalai sampai saat ini pembangunannya belum terselesaikan. Kondisi
transportasi dalam kota yang tidak teratur dengan adanya angkot dan bentor (becak
motor) ilegal. Keadaan pasar-pasar tradisional yang semakin sepi dikarenakan
munculnya mini market disetiap kelurahan yang memiliki kemungkinan bisa mematikan
pasar tradisional yang ada disetiap kelurahan. Dari beberapa persoalan tersebut,
menggambarkan DPRD Kota Kotamobagu dalam menjalankan fungsi pengawasan
terhadap penyerapan aspirasi dan pembangunan daerah Kota Kotamobagu belum
optimal. Peran DPRD Kota Kotamobagu sebagai perwalkilan rakyat harus bias
menindak lanjuti beberapa persoalan berdasarkan fungsinya, yang saat ini
mempengaruhi pembangunan Kota Kotamobagu. Untuk itu DPRD Kota Kotamobagu
harusnya bisa memprioritaskan apa yang saat ini menjadi faktor penghambat dalam
pembangunan Kotamobagu sesuai dengan tupoksinya. Dalam dua periode masa kerja
DPRD Kota Kotamobagu, muncul wacana pemekaran pada tahun 2010. Keinginan dari
berbagai kalangan untuk memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi Utara memiliki alasan
yang cukup kuat yaitu luasnya daerah Bolaang Mongondow. Alasan ini ditanggapi
langsung oleh para elit politik sampai pada DPRD Kota Kotamobagu yang pada saat itu
baru memasuki masa kerja selama satu tahun. Dalam hal ini, kinerja DPRD Kota
Kotamobagu sebagai lembaga legislatif di daerah pemekaran diuji dengan adanya
aspirasi rakyat untuk memekarkan Bolaang Mongondow Raya. Pemekaran daerah
Bolaang Mongondow Raya ditinjau dari persyaratan teknis, fisik kewilayahan dan segi
administrasi (luas wilayah, bjumlah penduduk, kemampuan keuangan daerah,
kemampuan sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia). Berdasarkan
tinjauan dari persyaratan teknis tersebut, maka Calon Daerah Otonomi Baru BMR sudah
memenuhi syarat.DPRD Kota Kotamobagu telah menunjukan perannya dalam
mewujudkan pemekaran daerah bersama eksekutif dan panitia pemekaran daerah BMR,
menggelar pertemuan dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia,
terkait usulan pembentukan Provinsi Bolaang Mongondow Raya dan kesiapan
pembentukan PBMR. Selain itu, dalam proses pemekaran BMR,DPRD Kota
Kotamobagu kurang fokus kepada tupoksinya. Urusan penyampaian berbagai syarat
pembentukan BMR merupakan tupoksi dari Gubernur dan DPRD Provinsi sebagai
panitia legal yang dibentuk berdasarkan ketentuan, bukan tupoksi DPRD Kota
Kotamobagu, apabila pemekaran Kabupaten atau Kota itu urusan DPRD
Kabupaten/Kota,tetapi ini merupakan pemekaran Provinsi yang merupakan wilayah
kerja DPRD Provinsi bukan DPRD Kota. Ini merupakan salah satu kelemahan DPRD
Kota Kotamobagu yang bisa menimbulkan misscomunication antara sesama lembaga
legislatif daerah. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor penghambat dalam
pembangunan. Maka dari itu DPRD Kota Kotamobagu harus memperhatikan segala
aspek yang menjadi tupoksi dari DPRD Kota Kotamobagu sendiri. Peran yang
diharapkan dari DPRD sangat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam
proses pembangunan daerah. DPRD diharapkan mampu menjadi penyambung aspirasi
dan kepentingan masyarakat daerah, guna kemajuan kemakmuran masyarakat sehingga
dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 membawa perubahan dan
paradigma baru terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah,(Nurhaya, 2010 : 13).
Dalam hal ini dapat kita lihat UU No. 32 Tahun 2004 pada pasal 45 yang telah
dijelaskan sebelumnya tentang kewajiban DPRD. Dengan demikian, kedudukan serta
keberadaan lembaga perwakilan rakyat daerah mengandung arti penting dalam
memperhatikan kepentingan rakyat yang dirumuskan dalam suatu kebijakan pemerintah,
sehingga sangat diharapkan timbulnya keterpaduan antara kebijakan yang dirumuskan
dengan partisipasi masyarakat secara aktif dan bertanggungjawab.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Akuntabilitas DPRD Kota Kotamobagu sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan DPRD dalam melakukan fungsi legislasinya. Badan legislasi DPRD Kota
Kotamobagu tidak konsisten dalam melakukan fungsinya. Pembahasan peraturan daerah
oleh Badan legislasi yang sudah dijadwalkan setiap bulan Perda yang harus dibahas
tidak sesuai dengan jadwal dan agenda yang sudah ditetapkan dan sering mengalami
hambatan seperti, ketidak hadiran anggota Badan legislasi melebihi dari 1/3 anggota,
sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mengambil keputusan pada setiap rapat Badan
Legislasi. Tentu hal ini berimplikasi sangat luas terhadap kualitas peraturan daerah yang
dihasilkan. Identifikasi kebutuhan legislasi dalam pembentukan peraturan daerah untuk
mendorong dan mengoptimalisasikan pembangunan daerah pemekaran hanya bisa
terwujud apabila pembentukan peraturan daerah didukung oleh metode yang sesuai, dan
memperhatikan kebutuhan daerah serta dilandasi dengan

Anda mungkin juga menyukai