Anda di halaman 1dari 29

MODUL KEPASKIBRAAN

SMA NEGERI 2 NEGERI AGUNG

ORAGANISASI PASKIBRA SEKOLAH


PASUKAN PENGIBAR BENDERA (PASKIBRA)
SMA NEGERI 2 NEGERI AGUNG
WAY KANAN
MODUL KEPASKIBRAAN

SMP NEGERI 3 NEGERI AGUNG

ORAGANISASI PASKIBRA SEKOLAH


PASUKAN PENGIBAR BENDERA (PASKIBRA)
SMP NEGERI 3 NEGERI AGUNG
WAY KANAN
KATA PENGANTAR
Kualitas dan kuantitas Modul Paskibra yang telah di hasilkan merupakan salah satu indikator penting
dalam meningkatkan pengetahuan tentang sejarah paskibraka,sejarah bendera merah putih,maupun
tentang peraturan baris – berbaris.hal ini tidak hanya untuk menambah pengetahuan saja tetapi juga
untuk memupuk sikap dan mental para anggota paskibra untuk lebih patriotisme terhadap bangsa dan
negara.

Sebagian besar materi ini di ambil dari situs- situs resmi yang ada di internet.namun tidak terlepas
dari kaidah – kaidah kegiatan ataupun hal – hal yang berkaitan dengan paskibraka.perkembangan dan
pengetahuan akan paskibra yang mendorong penulis untuk terus menggali khasanah
paskibra,sehingga pengetahuan siswa/i tidak hanya terpaku pada kegiatan di lapangan (PBB) saja.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala saran,masukan,dan motivasinya yang sangat
membantu dalam proses pembuatan dan penyelesaian materi ini.ucapan terima kasih diiringi
permohonan maaf karena penulis meyakini berbagai kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan
materi ini.Mengingat begitu luasnya dan beragamnya materi yang ada saran,komentar,dan kritik
senantiasa penulis nantikan dan terima dengan lapang hati.semoga dengan itu,sisi rumpang dan
kelemahan dalam materi ini dapat terkurangi.

Dengan adanya Modul Kepaskibraan ini diharapkan siswa/I dapat menambah pengetahuan
akademiknya khususnya tentang paskibra.Semoga modul ini benar-benar dapat menjadi penambah

pengetahuan bagi siswa/I khususnya para anggota paskibra SMAN 2 NEGERI AGUNG.

Negeri Agung 10 November 2022

Pembina
KATA PENGANTAR
Kualitas dan kuantitas Modul Paskibra yang telah di hasilkan merupakan salah satu indikator penting
dalam meningkatkan pengetahuan tentang sejarah paskibraka,sejarah bendera merah putih,maupun
tentang peraturan baris – berbaris.hal ini tidak hanya untuk menambah pengetahuan saja tetapi juga
untuk memupuk sikap dan mental para anggota paskibra untuk lebih patriotisme terhadap bangsa dan
negara.

Sebagian besar materi ini di ambil dari situs- situs resmi yang ada di internet.namun tidak terlepas
dari kaidah – kaidah kegiatan ataupun hal – hal yang berkaitan dengan paskibraka.perkembangan dan
pengetahuan akan paskibra yang mendorong penulis untuk terus menggali khasanah
paskibra,sehingga pengetahuan siswa/i tidak hanya terpaku pada kegiatan di lapangan (PBB) saja.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala saran,masukan,dan motivasinya yang sangat
membantu dalam proses pembuatan dan penyelesaian materi ini.ucapan terima kasih diiringi
permohonan maaf karena penulis meyakini berbagai kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan
materi ini.Mengingat begitu luasnya dan beragamnya materi yang ada saran,komentar,dan kritik
senantiasa penulis nantikan dan terima dengan lapang hati.semoga dengan itu,sisi rumpang dan
kelemahan dalam materi ini dapat terkurangi.

Dengan adanya Modul Kepaskibraan ini diharapkan siswa/I dapat menambah pengetahuan
akademiknya khususnya tentang paskibra.Semoga modul ini benar-benar dapat menjadi penambah

pengetahuan bagi siswa/I khususnya para anggota paskibra SMPN 3 NEGERI AGUNG.

Negeri Agung 10 November 2022

Pembina
Perkenalan Paskibraka

PASKIBRAKA adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas


utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan
Indonesia di Istana Negara.Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas kelas 1
atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran
pada 17 Agustus di beberapa tingkat wilayah, provinsi, dan nasional.
Paskibraka Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta
tanah air dan bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur
dalam rangka pembentukan character building generasi muda Indonesia.

1. SEJARAH PASKIBRA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus
1945, jam 10.00 pagi, di Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.Setelah pernyataan kemerdekaan
Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua
orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat.Bendera ini dijahit tangan oleh
Ibu Fatmawati Soekarno.Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera Pusaka".Bendera Pusaka
berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan, sampai Ibukota Republik Indonesia dipindah ke
Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang dilakukan Belanda semakin meningkat
maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta
dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan
dalam koper pribadi Presiden Soekarno.Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia dipindakan
ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat
Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar
dipanggil oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka.
Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan
berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia.Untuk menyelamatkan Bendera
Pusaka itu.Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein Mutahar terpaksa harus memisahkan antara
bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno
dan Bapak Husein Mutahar.Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya: `Tindakanku yang
terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, pen.). "Apa yang terjadi
terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu", kataku ringkas."Dengan ini, aku memberikan tugas
kepadamu pribadi.
Dengan ini, memberikan tugas kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan
nyawamu, ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh.Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya
engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang
yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam
menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia harus
menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya." Mutahar
terdiam.Ia memejamkan matanya dan berdoa. Di sekeliling kami, bom berjatuhan. Tentara
Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh
berat.Akhirnya, dia memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang
memisahkan kedua belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata, benang jahitan di antara Bendera Pusaka yang
telah dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati berhasil dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua, masing-
masing bagiannya itu, merah dan putih, dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Husein Mutahar,
Selanjutnya pada kedua tas tersebut, dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya.
Bendera Pusaka dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar berpikir bahwa apabila Bendera Pusaka
merah putih dipisahkan, tidak dapat disebut Bendera, karena hanya berupa dua carikkain merah dan
putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan,
kemudian Bapak Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan ditangkap dan diangkut dengan
pesawat dakota. Ternyata, mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi
tahanan kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.

Di Jakarta, beliau menginap di rumah Sutan Syahrir Selanjutnya, beliau kost di Jln.
Pegangsaan Timur No. 43, di rumah Bapak R. Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di
Jakarta, Bapak Husein Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar dapat segera
menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno. Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada
pagi hari, Bapak Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang tinggal di
Oranye Boulevard (sekarang J1n. Diponegoro) Jakarta. Isi pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat
pribadi dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya,
surat itu diambil oleh beliau dan ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang
pokok isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein Mutahar supaya menyerahkan
Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Soedjono agar Bendera Pusaka tersebut dapat
dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husen. Mutahar datang ke Bangka untuk
menyerahkan sendiri Bendera Pusaka itu langsung kepada Presiden Soekarno tetapi menggunakan
Bapak Soedjono sebagai perantara. Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan perjalanan Bendera
Pusaka dari Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang
diperbolehkan mengunjungi tempat pengasingan Presiden Soekarno pada waktu itu hanyalah warga-
warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain, Bapak Soedjono, sedangkan Bapak Husein Mutahar
bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Soedjono, dengan meminjam mesin jahit
milik seorang Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak
Husein Mutahar persis di lubang bekas jahitan aslinya. Akan tetapi, sekitar 2 cm dari ujung bendera
ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnya, Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran dan
diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden Soekarno. Hal ini sesuai
dengan perjanjian Presiden Soekarno dengan Bapak Mutahar seperti dijelaskan di atas. Dengan
diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan Bung Karno, selesailah tugas
penyelamatan Bendera Pusaka oleh Bapak Husein Mutahar. Setelah berhasil menyelamatkan
Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka. Sebagai
penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar,
Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerah-kan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang
disematkan sendiri oleh Presiden Soekarno.

PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH DI GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA


Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden
Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Mayor (L) Husein Mutahar. Selanjutnya,
Presiden Soekarno memberi tugas kepada Mayor (L) Husein Mutahar untuk mempersiapkan dan
memimpin upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus
1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Bapak Husein Mutahar berpikir bahwa
untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh
para pemuda se-Indonesia. Kemudian, beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri atas 3 orang
putri dan 2 orang putra perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas.
Lima orang tersebut merupakan simbol dari Pancasila. Salah seorang dari pengibar bendera tersebut
adalah Titik Dewi pelajar SMA yang berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan Hari Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1947 dan tanggal 17 Agustus 1948 dengan
petugas pengibar bendera tetap orang dari perwakilan daerah lain yang ada di Yogyakarta.Pada
tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta beberapa
pemimpin Republik Indonesia lainnya, tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka dengan membawa
serta Bendera Pusaka. Pada tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan pada
upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di depan Istana
Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Tanggal 27 Desember 1949, dilakukan penandatanganan
naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan penyerahan kekuasaan di Jakarta. Sementara itu
Di Yogyakarta, dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik
Indonesia Serikat. Tanggal 28 Desember 1949, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk
memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.
Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Pada
hari itu, Bendera Pusaka Sang Merah Putih dibawa ke Jakarta. Untuk pertama kali, peringatan Hari
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950, diselenggarakan di Istana
Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Sang Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang 17 m dan
disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia. Regu-regu pengibar dari tahun
1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
 
BERDIRINYA DIREKTORAT JENDERAL URUSAN PEMUDA DAN PRAMUKA (DITJEN
UDAKA) DAN LATIHAN PANDU INDONESIA BERPANCASILA

Pada saat memperingati ulang tahun ke-49, tanggal 5 Agustus 1966, Bapak Husein Mutahar
menerima "kado" dari pemerintah: beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan
Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah berpindah-pindah tempat/kantor kerja
dari Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) ke bekas Gedung Dep. PTIP di Jalan Pegangsaan
Barat. Ditjen UDAKA akhirnya menempati gedung bekas NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur
No.14. Suatu kegiatan yang diadakan Ditjen UDAKA ada kaitannya dengan Paskibraka kelak adalah
Latihan Pandu Indonesia ber-Pancasila. Latihan ini sempat diujicobakan 2 kali pada tahun 1966 dan
tahun 1967, kemudian dimasukkan kurikulum ujicoba Pasukan Pengerek Bendera Pusaka tahun 1967
yang anggotanya terdiri atas para Pramuka Penegak dan Gugus depan-Gugus depan di DKI Jakarta.
PERCOBAAN PEMBENTUKAN PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA TAHUN
1967 DAN PASUKAN PERTAMA TAHUN 1968
Tahun 1967, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi
masalah pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta,
beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.       Kelompok 17- PENGIRING/PEMANDU
2.       Kelompok 8 - PEMBAWA/INT1
3.       Kelompok 45- PENGAWAL
Ini merupakan simbol/gambaran dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia:
17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu, dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan
putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/ Pramuka untuk melaksanakan tugas
pengibaran Bendera Pusaka. Semula, rencana beliau untuk kelompokpengawal 45 akan terdiri dari
para mahasiswa AKABRI (generasi muda ABRI sekarang TNI), tetapi libur perkuliahan dan
transportasi Magelang - Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit dilaksanakan. Usul lain untuk
menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR. dan BRIMOB)
juga tidak mudah. Akhirnya, kelompok pengawal 45 diambil dari Pasukan Pengawal Presiden
(PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di istana, Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan
propinsi. Akan tetapi, propinsi - propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga masih
harus ditambah oleh mantan anggota pasukan tahun 1967. Tahun 1969 karena Bendera Pusaka
kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, dibuatlah duplikat
Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan di tiang 17 m Istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih
dan bahan bendera (wol) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain
putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih Duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah terbuat dari
sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu
tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia. Pembuatan Duplikat
Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT Ratna di Ciawi
Bogor. Dalam praktik pembuatan Duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat yang
ditentukan Bapak Husein Mutahar karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah bendera
yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin memerlukan waktu yang lama.
Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta, berlangsung upacara penyerahan Duplikat
Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presidcn Soeharto kepada
Gubernur seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Propinsi dapat dikibarkan
Duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi bersamaan dengan upacara
peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya, Duplikat Bendera
Pusaka dan Reproduksi Naskah Proklamasi juga diserahkan kepada Kabupaten-Kota dan perwakilan-
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka
pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia, tanggal 17 Agustus
1969, sedangkan Bendera Pusaka terlipat dalam kotak bertugas mengantar dan menjemput Bendera
Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun 1967 s.d. tahun 1972, anggota Pasukan Pengibar Bendera adalah para remaja
SMA setanah air Indonesia, yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia. Setiap propinsi,
diwakili oleh sepasang remaja yang, dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Tahun 1967 –
1972 petugas pengibar dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka atau PASKERAKA, dan Pada
tahun 1973, Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota pengibar Bendera Pusaka
dengan sebutan Paskibraka. Pas berasal dari Pasukan, dan kib; berasal dari pengibar, ra berasal dari
bendera dan ka dari pusaka. Mulai saat itu, singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah
Paskibraka.
 
(dikutip dari Buku Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Paskibraka 2010
oleh Kemenpora RI)

2.SEJARAH LAGU INDONESIA RAYA

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaanRepublik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan
oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28 Oktober1928 pada saat Kongres
Pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di
Indonesia yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda, daripada dipecah
menjadi beberapa koloni.
Stanza pertama dari Indonesia Raya dipilih sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus1945.

Indonesia Raya dimainkan pada upacara bendera.Bendera Indonesia dinaikkan dengan khidmat dan
gerakan yang diatur sedemikian supaya bendera mencapai puncak tiang bendera ketika lagu
berakhir.Upacara bendera utama diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk memperingati
hari kemerdekaan Indonesia.Upacara ini dipimpin oleh Presiden Indonesia.
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas
menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya.Teks lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh
seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan.

Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan
biola, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi
Indonesia Raya. Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar.Mereka menyanyikan lagu itu dengan
mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!") pada refrein. Akan tetapi, tetap saja
mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan.[1] Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu
dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan
sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial dan pada
kompas tahun 1990-an, Remy Sylado, seorang budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan
bahwa lagu Indonesia Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an
berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda. Kaye A. Solapung, seorang pengamat musik, menanggap tulisan
Remy dalam Kompas tanggal 22 Desember 1991. Ia mengatakan bahwa Remy hanya sekadar
mengulang tuduhan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan mengutip Amir
Pasaribu bahwa dalam literatur musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda di Belanda, begitu pula
Boola-Boola di Amerika Serikat. Solapung kemudian membedah lagu-lagu itu. Menurutnya, lagu
Boola-boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan Indonesia Raya, dengan hanya delapan
ketuk yang sama. Begitu juga dengan penggunaan Chord yang jelas berbeda. Sehingga, ia
menyimpulkan bahwa Indonesia Raya tidak menjiplak.

Naskah pada koran Sin Po (1928)


Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan dikumandangkan pertama kali di muka
umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan
oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman
dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan catatan Djangan Terlaloe Tjepat, sedangkan pada
sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada Tangga Nada G (sesuai kemampuan umum orang
menyanyi pada rentang a - e) dan dengan irama Marcia, Jos Cleber (1950) menuliskan dengan irama
Maestoso con bravura (kecepatan metronome 104).[3]

Aransemen simfoni Jos Cleber (1950)


Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos
Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun. Setelah
menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta adalah Jusuf Ronodipuro sejak pada tahun 1950,
Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga
menerima masukan dari Presiden Soekarno.

Rekaman asli (1950) dan rekam ulang (1997)


Rekaman asli dari Jos Cleber sejak pada tahun 1950 dari Jakarta Philharmonic Orchestra dimainkan
perekaman secara bersuara stereo di Bandar Lampung sejak peresmian oleh PresidenSoeharto sejak
pada tanggal 1 Januari1992 dan direkam kembali secara digital di Australia sejak bertepatan pada
Kerusuhan Mei 1998 yang diaransemen oleh Jos Cleber yang tersimpan di RRI Jakarta oleh Victoria
Philharmonic Orchestra di bawah konduktor oleh Addie Muljadi Sumaatmadja yang berkerjsama
oleh Twilite Orchestra yang diletak debut album pertama oleh Simfoni Negeriku yang durasi selama
1-menit 47-detik.

3.BENDERA MERAH PUTIH

A. Pengertian Bendera Merah Putih


Bendera nasional Indonesia adalah sebuah bendera simpel dengan dua warna yang dibagi
menjadi dua bagian secara horizontal. Warnanya diambil dari warna Kerajaan Majapahit.
Bendera yang dinamakan Sang Saka - atau lebih seringnya Merah Putih - ini pertama kali
digunakan oleh para pelajar dan nasionalis-nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan
Belanda. Setelah Perang Dunia II berakhir, Indonesia merdeka dan mulai menggunakan bendera
ini sebagai bendera resmi .Kemiripan dengan Bendera Negara Lain . Bendera ini mirip dengan
bendera negara Bendera Monako dan Solothum yang mempunyai warna sama namun rasio yang
berbeda, selain itu bendera ini juga mirip dengan Bendera Polandia yang mempunyai warna yang
sama namun warnanya terbalik.
B. Peraturan Bendera Merah Putih

PUU No. 4 th. 1950 tentang bendera kebangsaan Indonesia.Hal – hal yang penting terdapat dalam
peraturan pemerintah tentang Pusaka.
1. Bendera Pusaka adalah bendera kebangsaan yang di kibarkan pada Upacara Proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Duplikat Bendera Pusaka hanya dapat di kibarkan pada tanggal 17 Agustus.
3. Pada waktu penaikan / penurunan semua yang hadir berdiri tegak.
4. Pada saat akan dikibarkan / diturunkan bendera tidak boleh menyentuh tanah atau air.
5. Bendera kebangsaan tidak boleh di tempel lencana cukup dengan dua warna saja.

C. Perlakuan Terhadap Bendera Merah Putih Yang Rusak / Tidak Di Pakai


1. Di pisahkan antara kain merah dan putih
2. Bendera Yang sudah rusak hendaklah dimusnahkan / di bakar dengan cara yang benar
dengan membakar bendera tersebut secara tertutup tanpa menunjukkan rasa tidak hormat
kepada bendera tersebut
3. Disimpan pada tempat yang aman
4. Bendera tidak seharusnya digunakan untuk mengalas meja atau menutup sesuatu kecuali
digunakan dalam upacara Pemakaman Kenegaraan.

E. Ukuran Bendera Merah Putih


Menurut PP yang menentukan bendera Indonesia yaitu PERPU No. 40 th 1950 ukuran bendera di
tentukan
1. Ukuran Maximal 300 cm x 200 cm
2. Ukuran Minimal 30 cm x 20 cm
F. Penempatan Posisi Bendera Merah Putih
1. Kapal Perang
Letaknya di bagian belakang agar tidak di kenali musuh dan tidak mudah rusak kena angin
atau air.
2. Mobil Kedutaan Besar dan Mobil Pejabat Penting
Letaknya di depan sebelah kanan.
3. Organisasi Dunia PBB
Letaknya sesuai abjad
3. Organisasi – organisasi
Letak bendera Merah Putih di sebelah kanan bendera organisasi.

G. PENERAPAN BENDERA MERAH PUTIH :


1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3.Bendera harus disimpan dengan baik
4.Bendera harus bersih
5.Bendera harus utuh / tidak sobek
6.Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9.Bendera tidak boleh untuk bermain
10.Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11.Bendera tidak boleh untuk pakaian
12.Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
4.LAMBANG KORPS PASKIBRAKA

Untuk mempersatukan korps, untuk PASKIBRAKA nasional, propinsi dan kabupaten/kotamadya


ditandai oleh lambang korps yang sama, dengan tambahan tanda lokasi terbentuknya pasukan.
Lambang korps yang lama sebelum tahun 1973 berupa lencana berupa perisai dari bahan logam
kuningan dengan gambar yang sangat sederhana.Di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan
di luar lingkungan terpampang tulisan “Pasukan Pengerek Bendera Pusaka”.Lambang korps
PASKIBRAKA sejak tahun 1973, dengan perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf
berwarna kuning bertuliskan PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA dan TAHUN .... (di
ujung bawah perisai), berisi gambar (dalam bulatan putih) sepasang anggota PASKIBRAKA dilatar
belakangi oleh bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan.
Makna dari bentuk dan gambar Lambang korps PASKIBRAKA:

1) Bentuk perisai bermakna “Siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna
hitam bermakna teguh dan percaya diri.

2) Sepasang anggota PASKIBRAKA bermakna PASKIBRAKA terdiri dari anggota putra dan putri
yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.

3) Bendera merah putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang
harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk
PASKIBRAKA.

4) Garis horison atau awan 3 garis menunjukkan PASKIBRAKA di 3 tingkat: nasional, propinsi dan
kabupaten/kotamadya.

5) Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota
PASKIBRAKA.

5.LAMBANG ANGGOTA PASKIBRAKA (PPI)

Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman menciptakan lambang anggota, yang dimiliki sampai
sekarang.Sebelumnya PASKIBRAKA tidak memiliki lambang anggota yang dapat
dibanggakan.Lambang ini dikenakan pada kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas
bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau.Semula pada kelopak bahu seragam
PASKIBRAKA dikenakan tanda ciri pemuda dan pramuka (jangan lupa Ditjen UDAKA-lah
pembentuk pertama dari PASKIBRAKA ini), yang diberi lambang “Bintang Segi Lima Besar” untuk
ciri pemuda dan “Cikal Kelapa Kembar” untuk ciri pramuka. Kedua ciri ini mendapat kritikan negatif
dari beberapa pihak yang tidak senang atas keberhasilan PASKIBRAKA.“Bintang POLISI kok
masih dipakai”.“Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!”.Itu
mendorong diciptakannya lambang anggota, agar sekaligus dapat menggantikan lambang ciri
anggotaPASKIBRAKA.Lambang anggota PASKIBRAKA adalah setangkai bunga teratai yang mulai
mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah
ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16 dan mata rantai belah ketupat juga berjumlah 16. Lambang
berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas air, hal ini bermakna
bahwa anggota PASKIBRAKA adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air
yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Bunga teratai berdaun bunga 3 helai tumbuh ke
atas dan 3 helai tumbuh mendatar. 3 helai pertama bermakna: belajar, bekerja dan berbakti, 3 helai
lain bermakna: aktif, disiplin dan gembira.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia
yang ada diberbagai pelosok penjuru (16 penjuru mata angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa
memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai
persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar
dan memperkuat pertahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah
tertanam dalam dada setiap anggota PASKIBRAKA.

6.UPACARA BENDERA DAN TUB


ARTI
Tata      : mengatur, menata, menyusun
Upa       : rangkaian
Cara      : tindakan, gerakan
Tata Upacara Bendera adalah :
1.       Merangkaikan suatu tindakan atau gerakan dengan susunan secara baik dan benar.
2.       Tindakan atau gerakan yang dirangkaikan serta ditata dengan tertib dan disiplin.
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerakan yang dirangkaikan dan ditata dengan
tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya
bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang
membedakan dengan bangsa lain.

Sajarah
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara selamatan
kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
1.    Pancasila.
2.    UUD 1945.
3.    UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4.    Inpres No. 14 tahun 1981  ( 1 Desember 1981 ) tentang Urutan Upacara Bendera.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.    untuk memperoleh suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari
seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
2.    menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi
para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan
ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah, yang akan
dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

PEJABAT UPACARA
a.    Pembina Upacara
b.    Pemimpin Upacara
c.    Pengatur Upacara
d.    Pembawa Upacara

PETUGAS UPACARA
a.    Pembawa Naskah Pancasila
b.    Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c.    Pembaca Do’a
d.    Pemimpin Lagu
e.    Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
f.     Kelompok Pembawa Lagu
g.    Pemimpin kelompok kelas / regu

PERLENGKAPAN UPACARA
1.    Bendera Merah Putih
Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
2.    Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 7
Ukuran yang ideal untuk sekolah tingkat SMP 7 – 8 meter
3.    Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar ( tali kalimetal )dan bukan tali plastik
Dan tali harus berwarna putih
4.    Naskah-naskah
Intinya naskah harus terlihat selalu bersih
a.       Pancasila
b.       Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c.       Naskah Do’a
d.       Naskah Acara

SUSUNAN BARISAN UPACARA


1.    Bentuk Barisan Satu Garis
Suatu bentuk barisan disusun  dalam satu garis dan menghadap ke pusat Upacara, dengan formasi :
 Shaf Bershaf
  Banjar Bershaf
2.    Bentuk barisan “ U “ / Angkare
Suatu barisan yang disusun dalam bentuk huruf “ U “ atau Angkare dan menghadap ke pusat
Upacara, dengan formasi :
  Shaf Bershaf
  Banjar bershaf
3.    Bentuk Barisan “ L “
  Shaf Bershaf
  Banjar Bershaf
Catatan :
Susunan Barisan Upacara diatas adalah suatu bentuk yang ideal, tetapi hal tersebut dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan upacara yang tersedia.

UPACARA DALAM RUANGAN


Upacara yang dilakukan dalam ruangan  tidak melaksanakan Upacara Bendera, karena Sang Merah
Putih sudah hadir sebagai bendera ruangan.
Bendera ruangan adalah :
 Bendera yang dipasang pada tongkat bendera, terpancang pada standard bendera dan terletak
disebelah kanan depan ruangan
 Bendera yang dilekatkan terbentang horizontal di tengah – tengah dinding depan dari ruangan
Bila ada bendera kedua, kita tidak perlu melakukan penghormatan, cukup dengan aba – aba :
“ Sang Merah Putih maju ke tempat yang telah ditentukan “.
SUSUNAN ACARA UPACARA
A.    PENDAHULUAN
1.    Pemimpin  Kelas menyiapkan pasukannya
2.    Pemimpin Upacara memasuki lapangan Upacara
3.    Penghormatan kepada Pemimpin Upacara
4.    Laporan Pemimpin Kelas kepada Pemimpin Upacara
Kemudian Pemimpin Upacara mengambil alih pimpinan peserta upacara diistirahatkan, (bersamaan
dengan itu Tura menjemput Pembina ).
B.    ACARA POKOK
1.    Pembina Upacara memasuki lapangan Upacara
( Didampingi oleh Tura, saat Tura kembali ketempat semula, pendamping pembina/pembawa naskah
Pancasila menempati tempat 2 langkah disebelah kiri belakang pembina Upacara )
2.    Penghormatan Umum
3.    Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara
4.    Pengibaran Sang Merah Putih
5.    Mengheningkan Cipta
6.    Pembacaan Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
7.    Pembacaan Teks Pancasila
8.    Amanat Pembina Upacara
9.    Menyanyikan Lagu Nasional
10.  Pembacaan Do’a
11.  Laporan Pemimpin Upacara
12.  Penghormatan Umum
13.  Pembina Upacara meninggalkan lapangan Upacara

C.   ACARA PENUTUP


1.       Penghormatan kepada pemimpin Upacara
2.       Pemimpin Upacara kembali ketempat semula

D.   ACARA TAMBAHAN


1.    Pengumuman – pengumuman
Acara sertijab, penyerahan piala, dsb
2.    Peserta Upacara dapat dibubarkan
Upacara penurunan bendera, setengah  tiang, dalam ruangan :Suasana upacara sama dengan
upacara bendera hanya pada waktu penurunan bendera dilakukan setelah pembacaan do’a, bendera
dinaikan satu tiang penuh seiring dengan selesainya lagu, baru kemudian diturunkan setengah tiang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
  Semua yang hadir pada saat upacara hendaknya melakukan sikap sempurna
  Gangguan dalam upacara
-  Apabila kerekan bendera macet, upacara dilanjutkan setelah kerekan dibetulkan. Apabila kerekan
putus, kelompok pengibar bendera mengibarkan / membentangkan bendera sampai upacara
selesai.Apabila roboh tiangnya, maka upacara ditangguhkan dan apabila hujan turun saat upacara
tengah berlangsung maka upacara dilanjutkan (lebih lengkapnya baca petunjuk TUB tahun 1995).

TATA CARA MELIPAT DAN MEMBENTANG BENDERA


Teknik melipat bendera dan membentang bendera dibagi menjadi 2, yaitu :
1.       Teknik lipat 3
2.       Teknik lipat Genap
Dibawah ini akan dijelaskan tata cara melipat bendera dengan teknik lipat genap. Teknik lipat genap
sering digunakan karena kemungkinan kesalahannya sangat kecil.Maksudnya genap disini adalah
jumlah lupatannya dapat 4, 6, 8, 10, asalkan genap dan disesuaikan dengan panjang bendera.
Cara melipat Bendera
1.    Patokan memegang bendera warna putih di tangan sebelah kanan dan warna merah di tangan sebelah
kiri
2.    Pembentang memegang bendera warna merah di tangan sebelah kanan dan warna putih di tangan
sebelah kiri
3.    Bendera direntangkan, kemudian dilipat menjadi dua bagian, bagian putih menghadap ke atas
4.    Kemudian dilipat memanjang menjadi dua bagian lagi, warna putih berada di dalam tertutup warna
merah
5.    Pembentang melipat bendera menjadi beberapa bagian yang  genap dengan arah zig – zag
6.    Setelah menjadi beberapa bagian yang genap, lipat menjadi 2 bagian dengan arah horizontal ke
dalam.

 Cara Membentang Bendera


1.    Pembentang, tangan kanan memgang bendera warna merah, tangan kiri memegang bendera warna
putih
2.    Patokan, tangan kanan memegang bendera warna putih, tangan kiri memegang bendera warna merah
3.    Setelah itu pembentang mundur 3 (tiga) langkah, tangan masih dlam keadaan lurus
4.    Setelah mundur 3 langkah, pembentang membentangkan bendera sedangkan patokan diam

TATA CARA PENGIBARAN & PENURUNAN BENDERA


Yang terlibat langsung dalam pengibaran terdiri dari tiga orang , yaitu :
1.    Pengerek ( sebelah kiri pasukan )
2.    Pembawa Bendera ( ditengah )
3.    Pembentang Bendera ( sebelah kanan pasukan )

1.    Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama – sama, bukan memegang tiangnya,
punggung tangan yang memegang tali menghadap ke depan.
2.    Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara membuka talinya.
3.    Pengerek  melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah terbelit.
4.    Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang  bendera.
5.    Pengerek melakukan tindakan penyelamatangaya tindakan penyelamatan ini bebas, yang
penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek.
6.    Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang sebelah atas ke
bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera warna putih.
7.    Kemudian pembentang menyerahkan tali yang dipegangnya ke pengerek.
8.    Langkah selanjutnya adalah pembentangan
Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang baru bendera
dibentangkan.
Bersamaan dengan mundurnya pembentang, pengerek menarik tiga kali ( kondisikan )
Selanjutnya pembentang menolehkan kepala ke arah Pemimpin Upacara dan memberikan isyarat
dengan lantang dan keras “ Bendera Siap “. Pemimpin Upacara memberi aba – aba penghormatan
pada bendera merah putih.
9.   Tindakan selanjutnya adalah pengerekan bendera
Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang masih membentangkan
bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak asal – asalan, setelah sampai didepan tiang
lemparkan ujung bendera berwarna putih ke arah belakang pembentang yang sesuai dengan arah
angin.
Bendera dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek, pengulur, dan
pembentang menggenggam.Keadaan tangan Pengerek dan pembentang pada saat pengerekan terlihat
seperti cermin.
Bendera harus sudah sampai dipuncak tiang pada kata “ Hiduplah ……” bait terakhir dari Lagu
Indonesia Raya.
Ketika aba – aba “ TEGAK = GERAK “ dari Pemimpin Upacara, maka Pengerek dan Pembentang
langsung mendekatkan tangan pada tiang, dan tali dari Pembentang langsung diambil oleh pengerek.
10.   Langkah yang terakhir adalah pengikatan tali pada tiang.
Pengikatan tali ini dilakukan oleh Pengerek
Yang harus diperhatikan dalam pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada diatas
tidak boleh turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus diikatkan
terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai tali tersebut habis.
Catatan :
Kata yang dicetak tebal dan digaris bawahi 10 tahapan penaikan bendera yang harus tersusun dan
tidak boleh terlewat.
10 Tahap Penurunan Bendera
1.    Memegang tali
2.    Membuka tali
3.    Penggerek melihat keatas
4.    Serahkan tali dari pengerek ke pembentang
Pembentang memberikan  isyarat dengan lantang dan keras “Bendera Siap
5.    Penurunan Bendera
Pembentang menarik tali dan pengerek mengulur dengan sedikit menahannya agar tidak terlalu cepat
turun ke bawah
6.    Serahkan tali dari pembentang ke orang yang ditengah.
Pembentang mengambil ujung bendera, dan mulai mundur sampai bendera terbentang.
7.    Membentangkan bdenra sampai aba – aba dari Pemimpin Upacara “ TEGAK =GERAK “.
Pembentang dan Pembawa bendera melipat bendera menjadi dua bagian dengan warna putih
menghadap ke arah pasukan.
8.    Pembawa Bendera melakukkn tindakan penyelamatan pada tali.
9.    Pembawa Bendera ( satu orang ditengah ) membuka catok tali dan bendera.
10.  Serahkan tali tersebut kepada pengerek untuk diikat
Ketika pengerek mengikat tali pada tiang, pembawa bendera dan pembentang melakukan pelipatan
bendera.
Pelipatan bendera ini bebas, asalkan rapih dan cepat.

A. Makna Upacara Bendera

Upacara Bendera adalah kegiatan pengibaran atau Penuruan bendera yang dilaksanakan untuk
memperingati sesuatu yang mempunyai arti bagi yang melaksanakannya, serta dilakukan secara
tertib dan rapih.

B. Kewajiban Dan Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Upacara


Kewajiban pada waktu dilaksanakan upacara bendera di sekolah semua guru, siswa, staff yang
berada dihalaman sekolah yang kebetulan tidak mengikuti upacara pengibaran/penurunan
bendera mereka diwajibkan mengambil sikap sempurna mengarah kearah bendera dan
memberikan penghormatan. 
Beberapa Hal Yang Perlu Di Perhatikan Sebelum Upacara Bendera :
1. Sebelum menaikkan bendera, ujilah tali bendera terlebih dahulu bagi memastikannya teguh
dan tidak mudah putus hingga menyebabkan bendera jatuh atau tidak tentu kibarannya.
2. Sebelum bendera dinaikkan pastikan kainnya dalam keadaan yang baik.
3. Mereka yang menaikkan dan menurunkan bendera hendaklah berpakaian rapih
4. Menaikkan dan menurunkan bendera dengan perlahan-lahan. Apabila mengibarkan bendera
separuh tiang, bendera hendaklah dinaikkan dahulu sepenuhnya dan kemudian
menurunkannya separuh tiang dan apabila menurunkan bendera separuh tiang, naikkan
semula bendera sepenuh tiang dan kemudian turunkannya terus.
5. Jangan meletakkan bendera di atas tanah sebelum menaikannya.
6. Jangan dibiarkan bendera meleret ke tanah sewaktu menurunkannya. dan hendaklah
diselimpangkan ke bahu apabila ia sampai ke bawah.
7. Selepas digunakan, bendera hendaklah dilipat dan disimpan dengan baik di tempat yang
tertentu.
8.
C. Kendala Yang Mungkin Terjadi Sewaktu Upacara Di Laksanakan
1. Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
2. Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus
sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan.
3. Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha menegakkan/menangkap tiang
bendera yang roboh bila tidak mungkin dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
4. Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka upacara
penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan
maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada dipuncak dan lagu selesai
dinyanyikan.

7.HALENTRI PASKIBRA
Halentri adalah tata cara kehidupan sehari – hari seorang Paskibra
a) Pelaksanaan Penghormatan Militer ( PPM )
Merupakan suatu penghormatan yang di berikan junior kepada seorang senior, waktu dalam
latihan maupun di luar latihan. Waktu PPM dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Jika sudah lewat
dari batas yang sudah di tentukan cukup dengan mengucapkan ” salam ”.
b) Halentri Di Jalan
1. Jika bertemu yang lebih tua sapalah terlebih dahulu
2. Bersikap ramah ( tidak menentang )
3. Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan, jangan
membuang pandangan / muka.
4. Jika terburu – buru mintalah permisi.
c) Halentri Bertamu
1. Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki ruangan.
2. Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.
3. Katakan maksud dan tujuan kita.
4. Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap duduk
yang baik.
5. Jangan sekali – kali memegang meja.
6. Uraikan maksud dan tujuan kita.
7. Setiap di ajak bicara jangan memalingkan pandangan dan mengalihkan pembicaraan.
8. Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan menjawab
dengan menggunakan kepala ).
9. Bicaralah dengan baik dan sopan.
10. Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.
d) Halentri Makan
1. Waktu makan posisi tubuh tegak.
2. Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.
3. Cara memegang sendok dan garpu sama dengan memegang pena.
4. Diwaktu sedang makan tidak ada yang bicara.
5. Sebelum dan sesudah makan selalu membaca do’a.

Kaidah bergaul Paskibra


SA-TO-TE-MA selalu terucap pada seorang Paskibra, baik dalam kegiatan kepaskibraan maupun
di lingkungan masyarakat.
1)   SA (Salam keselamatan)
Bertemu seseorang upayakan menyapa, mengucapkan salam keselamatan menunjukan keakraban
dan sikap bersahabat, jauh dari kesan angkuh (judes) dan sombong.
2)   TO (Tolong)
Hindari menyuruh dengan perkataan langsung, awali dengan kata “tolong” agar menunjukan
sikap lebih menghargai.
3)   TE (Terima kasih)
Biasakan mengucapkan “terimakasih” pada setiap perlakuan baik kepada kita.
4)   MA (Maaf)
Tidak sungkan untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat, dan tidak ragu
memaafkan kesalahan orang lain. Kata”maaf” juga harus diucapkan untuk mengawali penyelaan,
misalnya ketika senior sedang menerangkan sesuatu ada yang kurang dimengerti, Ucapkan”maaf
kang/teh, ijin bertanya?”
5.   Sikap dan tata cara makan dan minum
a.  Dilarang keras makan dan minum sambil berjalan
1)   Makan/minum sambil berjalan dilarang Agama.
2)   Kita bisa tersedak bila makan-minum sambil berjalan.
b.  Tatakrama makan
1)   Mebiasakan makan dengan cara yang sopan dimanapun.
2)   Pada waktu menarik kursi, hendaknya diangkat sedikit. Pria yang pertama memberikan
pertolongan kepada wanita pada mereka hendak mengambil tempat duduk.
3)   Duduk dengan sikap tegak, kedua tangan diletakan disamping piring, hendaknya tidak
menyembunyikan tangan dibawah meja atau meletakan siku diatas meja.
4)   Berdo’alah sebelum dan sesudah makan.
5)   Tawari orang-orang yang ada disekitar tempat makan/minum.
6)   Meskipun terasa sangat lapar, hendaknya tidak mengambil nasi terlalu banyak, lebih baik
mengambil agak kurang bila kurang tinggal nambah lagi.
7)   Salah satu syarat makan yang sopan adalah mengunyah dengan mulut tertutup tanpa
mengeluarkan suara.
8)   Pada waktu mulut berisi makanan, jangan sekali-kali berbicara, tunggulah sampai makanan
habis tertelan.
9)   Apabila makan harus memakai pisau untuk mengiris daging misalnya, maka memegang pisau
tersebut dengan tangan kanan, sedang garpu tetap ditangan kiri.
10)     Apabila tengah makan minum, maka sendok dan garpu diletakan terlentang dipiring
kemudian minum, pada saat minum tidak mengeluarkan suara, berkumur atau bersendawa.
11)    Bila menambah nasi hendaknya nasi dalam piring masih tersisa, hendaknya meletakan
sendok dan garpu telentang.
12)    Pada saat makan hendaknya percakapan dibatasi pada soal-soal ringan, tidak membicarakan
yang tidak sesuai.
13)    Apabila selesai makan, sendok dan garpu diletakan telungkup sejajar dipiring (arah jam 11).
14)    Tidak sopan bila meninggalkan sisa makanan dipiring.
15)    Jika dalam undangan jamuan makan, menghadapi alat-alat makan yang beraneka ragam,
jangan merasa canggung. Alat-alat makan itu biasanya digunakan dengan aturan sebagai berikut :
baik yang terletak disebelah kanan atau kiri piring, alat yang pertama digunakan adalah yang
disebelah luar kemudian berturut-turut kedalam. Kalau masih ragu-ragu tirulah tamu yang
kelihatan sudah berpengalaman.
16)    Jika dalam buffet dinner (prasmanan). Dalam antrian mengambil makanan yang
dihidangkan seyogyanya didahulukan wanita atau orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati.
Hindari mengelap piring karena akan menyinggung tuan rumah. Walaupun bebas untuk
mengambil hidangan, tidaklah sopan mengambil terlalu banyak.Seduklah hidangan dipiring saji
dari arah luar kedalam.Tatalah makanan diatas piring dengan baik.Carilah tempat duduk yang
nyaman, tidak menghalangi jalan, dengan makan diletakan diatas pangkuan sehingga makan
denga sendok dan garpu.
17)    Makan tanpa sendok dan garpu. Biasanya dilakukan diatas tikar, untuk itu lepaskan alas
kaki berikut kaos kakinya.Cuci/basahi tangan tanpa mencipratkannya.Apabila hendak mengambil
sayur atau lauk pauk pergunakanlah dengan tangan kiri, demikian juga hendak minum, gelas
dipegang dengan tangan kiri.

8.PERATURAN BARIS BERBARIS


A. Pengertian Baris Berbaris

Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi
masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan tertentu.
B. Maksud Dan Tujuan
Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :
1) Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan
kewajiban
2) Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat kebersamaan
Tujuan dari PBB adalah :
menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga
dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan
individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan
adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai
dengan sempurna.Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan
batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang
hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.
C. Aba - aba
1. Pengertian
Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya, untuk di
laksanakan secara serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
a. Aba-aba petunjuk
Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan / pelaksanaan.
b. Aba-aba peringatan
Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa rugu-ragu.
c. Aba-aba pelaksanaan
1) Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk / peringatan dengan
serentak atau berturut-turut.
2) Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :
a) GERAK
Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki atau anggota
tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.
b) JALAN
Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Catatan : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas jaraknya, maka di
dahului dengan aba-aba peringatan ” maju ”.
c) MULAI
Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.
D. Gerakan Perorangan Tanpa Senjata / Gerakan Dasar
a) Sikap Sempurna
1. Aba –aba : ” Siap – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
a. Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki merupakan sudut 60o
b. Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.
c. Perut di tari sedikit, dada di busungkan, pundak di tarik ke belakang dan tidak di
naikan.
d. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari tangan menggenggam tidak
terpaksa, rapat di paha.
e. Ibu jari segaris dengan jahitan celana.
f. Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata lurus ke depan, bernafas
wajar.
b) Istirahat
1. Aba-aba : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan
a. Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak kaki ( ± 30 cm ).
b. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang, punggung tangan kanan
di atas telapak tangan kiri, tangan kanan di kepalkan dengan di lepaskan, tangan kiri
memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta kedua
lengangan di lemaskan.
c. Dapat bergerak.
c) Lencang Kanan / Kiri
1. Hanya dalam bentuk bersaf.
2. aba-aba : ” Lencang kana / kiri – GERAK ”
3. Pelaksanaan
a) Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan kanan / kiri
menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
b) Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri, kecuali penjuru kana / kiri.
c) Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang di sebelah kanan /
kiri-nya.
d) Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan / kirinya.
Catatan :
1) Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke
depan, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
2) Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan setelah lurus
menurunkan tangan.
3) Pada aba-aba : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak menurunkan lengan
dan memalingkan muka kembali ke depan.
d) Setengah Lencang Kanan / Kiri
1. Aba-aba : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
2. Pelaksanaan
a. Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan / kiri di pinggang ( bertolak
pinggang ) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelahnya.
b. Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat
satu sama lain di sebelah depan.
c. Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang kanan.
e) Lencang Depan
1. Hanya dalam bentuk banjar.
2. Aba-aba : ” Lencang Depan - GERAK ”
3. Pelaksanaan :
a. Penjuru tetap sikap sempurna.
b. Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan ke
depan.
c. Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas,
mengambil jarak atau satu lengan dan di tambah dua kepal.
d. Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak menurunkan tangan kembali ke
sikap sempurna.
f) Berhitung
1. Aba-aba : ”Hitung - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
a. Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan memalingkan muka ke kanan.
b. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru menyebut nomor, sambil
memalingkan muka ke depan.
c. Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
d. Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang.
e. Penyebutan nomor di ucapkan penuh.
g) Perubahan Arah
1. Hadap kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap kanan / kiri - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri, lekuk kaki kanan / kiri
berada di ujung kaki kanan / kiri, berat badan berpindah ke kaki kanan / kiri.
2) Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan 90o.
3) Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap sempurna.

2. Hadap serong kanan / kiri


a. Aba-aba : ” Hadap serong kanan / kiri - GERAK ”.
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki kanan / kiri.
2) Berputar arah 45o ke kanan / kiri.
3) Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan / kiri.

3. Balik kanan
a. Aba-aba : ” Balik kanan - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap kanan ) di depan kaki
kanan.
2) Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 180o.
3) Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.

h) Membuka / Menutup Barisan

1. Buka barisan
a. Aba –aba : ” Buka Barisan - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah ke samping
kanan / kiri, sedangkan regu tengah tetap.
i) Bubar
1. Aba-aba : ” Bubar jalan ”
2. Pelaksanaan :
a. Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat ( sesuai PPM )
b. Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik kanan,menghitung dua hitungan
dalam hati, mengayuhkan kaki kiri ke depan dengan hentakan bersamaan dengan itu
lengan kanan di ayun setinggi pundak kemudian bubar.
j) Berhimpun
1. Aba-aba : ” Berkumpul - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
a.Semua anggota datang di depan Komandan dengan berdiri bebas,dengan jarak tiga
langkah
b. Bentuk mengikat, jumlah saf tidak mengikat.

k) Berkumpul
1. Berkumpul bersaf
a. Aba-aba : ” Bersaf kumpul - MULAI ”
b. Pelaksanan :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru,untuk berdiri kurang lebih 4
langkah di depannya.
2) Anggota lainnya berdiri di samping kiri penjuru dan berturut-turut meluruskan diri
( lencang kanan )
3) Penjuru melihat ke kiri, setelah lurus, memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4) Pada isyarat ini semua anggota menurunkan tangan dan kembali bersikap
sempurna
5) Bila bersenjata, sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih
dahulu.

2. Berkumpul Berbanjar
a. Aba- aba : ” Berbanjar kumpul MULAI ”
b. Pelaksanaan :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru, untuk berdiri kurang lebih 4
langkah di depannya.
2) Anggota lainya berdiri di belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
3) Anggota yang paling belakang, melihat ke depan setelah lurus memberi isyarat
dengan perkataan ” Lurus ”
4) Pada isyarat ini semua anggota menurunkan lengannya dan kembali ke sikap
sempurna.
5) Bila bersenjata sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih
dahulu.

l) Meninggalkan Barisan

1. Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam barisan


a) Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari barisan
b) Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap sempurna.
c) Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.

2. Bila anggota yang akan minta izin


a) Mengambil sikap sempurna dahulu
b) Mengangkat tangan kirinya ke atas ( tangan di buka jari-jari dirapatkan )
c) Menyampaikan maksudnya.
d) Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu anggota lainnya.

E. Gerakan Berjalan Tanpa Senjata


a. Panjang, Tempo Dan Macam Langkah
1. Langkah dapat di bedakan sbb :

Macam Langkah Panjang Tempo


a. Langkah biasa 70 cm 96 menit
b. Langkah tegap 70 cm 96 menit
c. Langkah perlahan 40 cm 30 menit
d. Langkah ke samping 40 cm 70 menit
e. Langkah ke belakang 40 cm 70 menit
f. Langkah ke depan 60 cm 70 menit
g. Langkah di waktu lari 80 cm 165 menit

2. Panjang langkah di ukur dari tumit ke tumit


b. Maju Jalan

1. Dari sikap sempurna


a. Aba-aba : ” Maju Jalan ”
b. Pelakasanaan :
1) Kaki kiri di ayun ke depan, lutut lurus telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah
setinggi 15 cm kemudian di hentakan ke tanah dengan jarak setengah langkah,
selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
2) Langkah pertama di lakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90o
lengan kiri 30o
3) Langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah di lenggangkan ke depan 45o
dan ke belakang 300
4) Dilarang keras berbicara, melihat ke kanan / kiri.

c. Langkah Biasa
1) Pada waktu berjalan kepala dan badan seperti sikap sempurna.
2) Waktu mengayunkan kaki ke depan, lutut di bengkokan sedikit ( kaki tidak di seret ).
3) Di letakan sesuai dengan jarak yang di tentukan.
4) Langkah kaki seperti jalan biasa.
5) Pertama tumit di letakan di tanah selanjutnya seluruh kaki.
6) Lengan berlenggang wajar, lurus ke depan dan belakang.
7) Jari-jari tangan menggenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke
atas.

d. Langkah Tegap
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap Maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Mulai berjalan dengan kaki kiri setengah langkah,selanjutnya seperti jalan biasa
dengan cara kaki di hentakan terus menerus.
2) Telapak kaki rapat / sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh dianggat
tinggi.
3) Bersamaan dengan langkah pertama, genggaman tangan di buka, hingga jari-jari
lurus dan rapat.
4) Lenggang tangan ke depan 900, ke belakang 300.
2. Dari Langkah Biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah
 Perubahan tangan dari menggenggam ke terbuka di lakukan bersamaan dengan
hentakan kaki.
3. Kembali ke langkah biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Biasa JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Di berikan pada waktu kaki kiri / kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah.
 Langkah pertama di hentakan,bersamaan dengan itu tangan kembali
menggenggam.
Catatan : Dalam keadaan berjalan, cukup menggunakan aba-aba peringatan :
Langkah tegap / biasa jalan pada perubahan langkah.
e. Langkah Perlahan

1. Untuk berkabung ( mengantar jenazah ) dalam upacara kemiliteran.


a. Aba-aba : ” Langkah perlahan maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di langkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak tanah di susul dengan
kaki kanan di tarik ke depan dan di tahan sebentar di sebelah mata kaki kiri,
kemudian di lanjutkan di tapakan di depan kaki kiri.
2) Tapak kaki pada saat melangkah ( menginjak tanah ) tidak di hentikan.

2. Berhenti dari langkah perlahan


a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
Selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan pada kaki kanan / kiri menurut irama langkah
biasa dan kembali sikap sempurna.

f. Langkah Kesamping / Kebelakang / Depan

1. Aba-aba..........Langkah ke samping/Kebelakang/Kedepan – JALAN


2. Pelaksanaan :
 Kaki kanan / kiri di langkahkan ke samping / kekanan / kedepan sepanjang / sesuai
ketentuan.
 Selanjutnya kaki kiri / kanan di rapatkan pada kaki kanan / kiri.
 Badan tetap pada sikap sempurna, tangan tidak melenggang.
 Hanya boleh dilakukan sebanyak – banyaknya 4 langkah.
 Khusus untuk langkah ke depan, gerakan dilakukan dengan langkah tegap.
g. Langkah di Waktu Lari

1. Dari sikap sempurna :


a. Aba-aba : ” Langkah Maju-JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada aba-aba peringatan, kedua tangan di kepalkan dengan lemas di letakan di
pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku
sedikit ke belakang.
2) Pada aba-aba pelaksanaan, di mulai lari dengan menghentakan kaki setengah
langkah dan selanjutnya lari menurut panjang langkah.

2. Dari Langkah Biasa :


a. Aba-aba : ” Lari – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada aba-aba peringatan, sama dengan di atas.
2) Pada aba-aba pelaksanaan, di berikan pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah di
tambah satu langkah.

3. Kembali ke langkah Biasa :


a. Aba-aba : ” Langkah biasa – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah tiga lankah kemudian
berjalan biasa, di mulai dengan kaki kiri di hentakan, bersamaan dengan itu kedua
lengan di lenggangakan.

4. Berhenti dari berlari


a. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah tiga Langkah,
selanjutnya kaki di rapatkan, kedua di turunkan, kembali bersikap sempurna.

h. Ganti Langkah

1. Aba-aba : ” Ganti Langkah JALAN ”


2. Pelaksanaan :
a) Gerakan dapat di lakukan pada waktu langkah biasa / tegap.
b) Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
c) Ujung kaki kanan / kiri yang sedang di belakang di rapatkan dengan tumit kaki
sebelahnya.
d) Bersamaan dengan itu lenggang tangan di hentikan tanpa di rapatkan di paha.
e) Selanjutnya di sesuaikan dengan langkah baru.
f) Gerakan ini di lakukan dalam satu hitungan.

i. Jalan di Tempat
1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Jalan ditempat – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
 Di mulai dengan kaki kiri, lutut berganti – ganti diangkat hingga paha rata-rata.
 Ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai langkah biasa.
 Badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan di rapatkan pada badan
( tidak melenggang )
2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Jalan di tempat – Gerak ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah
kemudian jalan di tempat.

3. Dari Jalan di Tempat ke Langkah Biasa :


a. Aba-aba ; ” Maju – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah dan mulai
berjalan dengan menghentakan kaki kiri setengah langkah ke depan.

4. Dari Jalan di Tempat ke Berhenti :


a. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah,
selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan.
J. Berhenti

a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”


b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh ditanah di tambah satu langkah, selanjutnya
kaki kanan / kiri dirapatkan.

k. Hormat Kanan / Kiri

1. Gerakan Hormat kanan / kiri


a. Aba-aba hormat kanan kiri – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Gerakan dilakukan pada waktu langkah tegap.
2) Di berikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah
3) langkah berikutnya di hentakan.
4) Bersamaan dengan itu tangan kanan diangkat ke arah pelipis ( PPM ) kepala di
palingkan dan pandangan mata di arahkan kepada yang di beri hormat sampai
450 hingga ada aba-aba ”Tegak gerak ”
5) Penjuru kanan / kiri tetap melihat kedepan untuk memelihara arah.
6) Lengan kiri tidak melenggang, rapat pada badan, pada waktu menyampaikan
penghormatan.

2. Gerakan Selesai Menghormat :


a. Aba-aba : ” Tegak - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, ditambah satu langkah, langkah
berikutnya di hentakan.
Bersamaan dengan itu lengan kanan maupun kiri kembali melenggang, pandangan
kembali kedepan.

l. Perubahan Arah Dari Berhenti ke Berjalan

1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan :


a. Aba-aba : ” Hadap Kanan / Kiri ” Maju - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Membuat gerakan hadap kanan / kiri.
2) Pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti
gerakan maju jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan
c. aba-aba : ” Hadap Serong kanan / kiri – JALAN ”
d. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan hadap serong kanan / kiri
2. Gerakan selanjutnya sama sepetri diatas

3. Balik Kanan Maju Jalan


a.Aba-aba : ” Balik Kanan maju – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan balik Kanan
2. Gerakan selanjutnya sama seperti di atas.

4. Ke Belok Kanan / Kiri Maju Jalan :


a. Aba-aba : ” Belok kanan / kiri maju - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Penjuru merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai berjalan ke arah tertentu.
2. Anggota lainnya mengikuti.

j. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berjalan

1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan.


2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan.
3. Ke Balik kanan maju jalan.
a. Aba-aba disesuaikan
b. Pelaksanaan :
 Aba-aba pelaksanaan jatuh pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah
satu langkah.
 Melakukan gerakan-gerakan hadap kanan / kiri hadap serong kanan / kiri, balik
kanan / kiri.
 Gerakan selanjutnya, pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan,
tetapi dilangkahkan.
4. Ke Belok Kanan / Kiri
a. Aba-aba : ” Belok kanan / Kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah.
 Penjuru depan merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai jalan ke arah yang baru.
 Anggota lainnya mengikuti.
Catatan :
1. a. Aba-aba : ” Dua kali belok kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Setelah dua langkah berjalan, kemudian melakukan gerakan belok
kanan / kiri – jalan.

2. a. Aba-aba : ” Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan / kiri - JALAN”


b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Setelah dua langkah berjalan, tiap-tiap banjar melakukan belok kanan /
kiri, pada tempat dimana aba- aba di berikan.
 Perubahan arah 1800.

k. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berhenti


1. Ke hadap kanan / kiri berhenti
2. Ke hadap serong kanan / kiri berhenti
3. Ke balik kanan berhenti
a. Aba-aba + Hadap kanan / kiri – henti GERAK
+ Hadap serong kanan / kiri henti GERAK
+ Balik kanan henti – GERAK
b. Pelaksanaan :
 Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu
tanah.
 Melakukan hadap kanan / kiri, hadap serong kanan / kiri, balik kanan.
 Pada hitungan ketiga, kaki kanan / kiri di rapatkan,kembali ke sikap sempurna.

l. Haluan Kanan / Kiri

Gerakan ini hanya dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Halauan Kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan / kiri jalan di tempat,dengan merubah arah
secara perlahan-lahan sampai 900.
 Bersamaan dengan ini saf mulai maju, sambil meluruskan safnya, hingga merubah
arah 900, kemudian berjalan di tempat.
 Setelah penjuru kanan / kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ” LURUS
”.
 Kemudian Komandan memberi aba-aba Henti – Gerak .

2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
 Gerakan seperti tersebut di atas
 Setelah aba-aba ” Maju – Jalan ” ,pasukan mulai berjalan.( aba-aba di berikan
Komandan ).

3. Berjalan ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri – jalan ”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
 Pelatih memberi aba-aba ” Henti – Jalan ”

4. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju - Jalan ”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
 Pelatih memberi aba-aba ” Maju – Jalan ”
 Seluruhnya melaksanakan berjalan.

m. Melintang Kanan / Kiri

Gerakan ini di lakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf
dengan arah tetap.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri, kemudian
barisan mebuat gerakan Haluan kiri / kanan.

2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : Melintang kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
 Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri kemudian
barisan membuat gerakan haluan kanan / kiri.
 Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

3. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Melintang Kanan / kiri Maju-Jalan ”
b. Pelaksanaan :
 Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan
kiri / kanan.
 Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

4. Berhenti ke Berhenti
a. aba-aba : ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
 Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan
kiri / kanan.
 Setelah aba-aba Henti – Gerak, seluruhnya kembali ke sikap sempurna.

9.Kepemimpinan
Kepemimpinan artinya adalah kegiatan seseorang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuannya.
Bagaimana cara mempengaruhinya?
Yaitu dengan memberikan contoh atau panutan dalam kehidupan sehari-hari, dengan membangkitkan
semangat para bawahannya, kemudian dengan memberikan dorongan dengan pengarahan dan
perbuatan. Hal ini sesuai dengan sistem kepemimpinan nasional di Indonesia yang menganut sistem
among, yaitu :
1. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti berada di depan sebagai pemimpin dan panutan bagi
bawahannya;
2. Ing madya mangun karso, yang berarti berada di tengah yang dapat membangun kemauan
bawahannya;
3. Tut wuri handayani, yang berarti berada di belakang yang dapat mendorong bawahannya dengan
motivasi agar dapat berusaha lagi dan maju.

Hal-hal apa saja yang harus kita miliki agar dapat mempengaruhi orang lain?
Yaitu dengan cara :

1. Memiliki keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT yang kuat;


2. Memiliki kepercayaan diri;
3. Memiliki penampilan (performance) yang baik dan menarik;
4. Memiliki wawasan yang luas;
5. Memiliki kemampuan mengelola/mengurus (manajemen);
6. Menguasai teknik, taktik, strategi, dan politik;
7. Memiliki kemampuan melindungi setiap orang; dan
8. Memiliki delapan sikap mental sehat :
a. Pandai menyesuaikan diri;
b. Merasa puas atas hasil karya sendiri;
c. Lebih suka memberi dari pada menerima;
d. Realtif bebas dari ketegangan dan keresahan;
e. Suka membantu dan menyenangkan orang lain;
f. Dapat mengambil hikmah dari kegagalan;
g. Dapat mengambil penyelesaian yang konstruktif; dan
h. Dapat mengembangkan kasih sayang.

Selain itu, pemimpin yang indah adalah pemimpin yang mempunyai inisiatif dan mentalitas yang
tinggi, kreatif, konstruktif, dan memiliki konsepsual yang dapat mencerna masalah.
Seorang pemimpin juga harus kritis, yaitu memiliki kemampuan dan keberanian dalam meluruskan
masalah; meteorologis, yaitu dapat mengambil jarak; serta logis, yaitu sesuai dengan peraturan dan
rasional.
Elemen yang harus ada dalam kepemimpinan, yaitu :
1. Leader (pemimpin);
2. Follower (sekelompok orang yang mengikuti pemimpin); dan
3. Leadership (jiwa memimpin, manajemen, administrasi, pengetahuan, dan sebagainya).
Yang perlu diingat adalah, bahwa pemimpin itu bukanlah suatu jabatan, melainkan kemampuan.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
1. Pola Kepemimpinan Formal
2. Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.

SIFAT KEPEMIMPINAN YANG BAIK


PENGETAHUAN, BERANI, INISIATIF, TEGAS, BIJAKSANA, DISIPLIN,
DAPAT DIPERCAYA, SIGAP, ULET, OPTIMIS.

10.Profesionalisme
Profesionalisme adalah paham yang mengajukan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang profesional.Sedangkan pengertian profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang dikerjakan
seseorang.Profesional adalah suatu keahlian, kompetensi atau kualitas yang dimiliki seseorang dalam
melaksanakan profesinya atau pekerjaannya.
Tiga syarat profesional, yaitu :
1. Adanya keahlian;
2. Tanggung jawab;
3. Kejawatan.
Ciri-ciri profesional, antara lain :
1. Memahami karakteristik obyek;
2. Memiliki keterampilan khusus;
3. Memiliki keahlian di bidangnya;
4. Motivasi tinggi;
5. Kreativitas yang tinggi;
6. Berdisiplin;
7. Mandiri;
8. Mampu mengisi lowongan kerja sesuai pembangunan dan menciptakan kerja baik untuk dirinya
maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai