“”
TUGAS UAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat nilai tugas uas
Dengan memajatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidahyanya, sehingga kami dapat menyusunlah laporan Tugas Akhir ini
karena setiap daerah mempunyai budaya Batik tetapi kami mengambil salah satu
“Dokumenter Televisi”.
Tujuan penulisan tugas akhir ini di buat sebagai salah satu syarat kelulusan program
Diploma Tiga (D.III) Akademi BSI. Sebagai bahan penulisan di ambil berdasarkan
hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung
penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dari semua pihak, maka
penulisan Tugas Akhir ini tidak akan lancar. Oleh karna itu pada kesempatan ini
Notoseputro
4. Bpk. Dionisius Icka Sisadi, S.Ikom selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir
6. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral maupun spiritual
Serta pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga
terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih
xviii
jauh dari kata sempurna, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya bagi
Penulis
Yesha Zulnika
xix
ABSTRAKSI
Terdapat banyak genre dan jenis film yang ada seperti drama, action , horor
comedy, selain itu salah satunya yaitu film dokumeter, Film dokumenter adalah film
yang mendokumentasikan kenyataan, Merekam kejadian sehari-hari, misal
menampilkan perjalanan ke sebuah pulau, dokumetasi kegiatan dan lain-lain artinya
film dokumenter menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan, meski begitu
dalam beberapa film dokumenter juga menampilkan unsur entertain yang cukup , salah
satu jenis film dokumenter adalah film dokumenter eksposisi yaitu mengungkap
kejadian nyata yang ada di sekitar lingkungan dan di kemas secara lebih real ,penulis
memilih nama program dokumenter yang berjudul “ KENAPA PEKALONGAN?”
pemilihan judul bertujuan membahas tentang seluk beluk kehidupan masyarakat
Pekalongan dalam mempertahankan seni budaya di bidang membatik. program ini di
buat dengan dengan tiga tahap yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi ,
Penulis berharap hasil produksi bisa sesuai dengan konsep yang sudah dibuat sehingga
pesan yang ingin di sampaikan bisa di terima oleh masyarakat.
xix
ABSTRACT
Film have many genres like drama, action, horror, and comedy. Documentary
is the one of them. Documentary is a movie with a real recorded. Record an actual of
daily issues, like traveling an island, activities, and many more, that means
documentary was a movie that recording a act in our life, although it has an
entertainment content. One of a movie kind is expository documentary. Its means
documentary reveal a real tragedy in around area and make it so real. Writer choose
“KENAPA PEKALONGAN?” for a name of this project. It explore about the field of
batik in Pekalongan. This program have three process. PreProduction, Production and
postproduction. Writer hope this plan sync with the result and receive the civil.
xx
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul Tugas Akhir.................... .......................................................... i
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir................................................ ...... ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ................................ iii
Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir.......................................... iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir ...................................................................... viii
xvii
3.3.1. Prapoduksi.............................................................................58
3.3.2. Produksi.................................................................................58
3.3.3. Pasca Produksi.......................................................................62
3.3.4. Peran dan tanggung jawab Penulis Naskah...........................63
3.3.5. Proses Penciptaan Karya.......................................................65
3.3.6. Kendala Produksi dan Solusinya...........................................68
3.3.7. Konsep Penulis Naskah.........................................................69
3.4. Proses Kerja Penata Camera............................................................87
3.4.1. Prapoduksi.............................................................................88
3.4.2. Produksi.................................................................................89
3.4.3. Pasca Produksi.......................................................................92
3.4.4. Peran dan tanggung jawab Cameramen.................................93
3.4.5. Proses Penciptaan Karya.......................................................94
3.4.6. Kendala Produksi dan Solusinya...........................................96
3.4.7. Konsep Penata Cameramen...................................................97
3.5. Proses Kerja Editor........................................................................106
3.5.1. Prapoduksi...........................................................................106
3.5.2. Produksi...............................................................................107
3.5.3. Pasca Produksi.....................................................................107
3.5.4. Peran dan tanggung jawab Editor........................................108
3.5.5. Proses Penciptaan Karya.....................................................109
3.5.6. Kendala Produksi dan Solusinya.........................................110
3.5.6. Konsep Editor......................................................................111
BAB IV PENUTUP............................................................................................120
4.1. Kesimpulan....................................................................................120
4.2. Saran...............................................................................................121
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................122
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................123
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................126
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan, suatu proses dalam mana seseorang atau
norma-norma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada
lakukan untuk pemenuhan diri, untuk merasa terhibur, nyaman dan tentram dengan diri
sendiri atau orang lain. Dua orang dapat berbicara berjam-jam dengan topik yang
mendengar informasi yang kami sajikan. Pesan yang disampaikan juga bisa langsung
dinikmati dan dipahami, oleh seluruh masyarakat indonesia dalam dokumenter televisi
yang kami buat. Televisi ini bersifat sangat real dan tidak ada rekayasa seperti Drama
1
2
langsung, melalui presenter atau narasi berupa teks maupun suara. Kedua media
tersebut berbicara orang ketiga kepada penonton (ada kesadaran bahwa mereka
cenderung terpisah dari alur cerita film. Mereka memberikan komentar terhadap
apa yang sedang terjadi dalam adegan, krtimbang menjadi bagian dari adegan
itu sendiri. Itu sebabnya, pesan atau point of view dari Expository seringkali
dielaborasi lewat suara atau teks ketimbang lewat gambar. Dan jika pada film
berasaskan aturan tata gambar, maka pada expository gambar disusun sebagai
Program acara yang penulis sajikan ini karya dokumenter televisi yang
menelusuri tentang faktor kenapa Pekalongan disebut dengan kota batik serta
berkembangnya pembatik yang sudah tua tetap ingin berkarya, yang ada di Pekalongan.
Di dalam dokumenter televisi yang akan penulis suguhkan adalah sebuah informasi
Riset bisa dilakukan oleh tim riset khusus, bisa pula dilakukan sendiri oleh
penulis naskah, selain penulis, sutradara harus terjun langsung ke lapangan kadang
perlu juga melakukan kerja sama dengan pakar disiplin ilmu lain dalam mengumpulkan
informasi. Jika riset akan makin mudah terlebih dahulu di tentukan gaya dan bentuk
Penulis harapkan tidak hanya ingin memberikan informasi semata, Namun juga
memberikan edukasi bahwa nilai pembatik dari Pekalongan yang semakin modern
dengan motif yang berbeda dengan daerah lainnya, tapi juga merasa bahwa membatik
itu penting untuk budaya indonesia. Penulis dan tim mengambil KENAPA
membatik yang tidak hanya merupakan kebutuhan ekonomi saja, tetapi juga dorongan
untuk mengekspresikan karya seni yang yang indah, batik selain menjadi mata
pencarian juga merupakan ekspresi seni, dan tradisi membatik mempunyai peranan
berbagai fungsi, dan Pekalongan yang menjual alat-alat membatik juga seperti, canting,
berkembang, agar masyarakat lain suka dengan memakai batik atau menjadi inspirasi
membuat batik.
atau mengenal perbedaan batik Pekalongan, dengan batik yang ada di indonesia
4
PEKALONGAN?”
Membuat karya dokumenter berdasarkan teori, ide cerita dan konsep yang
dokumenter.
Film dokumenter yang di buat oleh WatchDoc ini tentang kearifan kasepuhan
cipta gelar di sukabumi Jawa Barat. Penulis mengambil refrensi dari film
dokumenter ini dari segi pengambilan gambarnya, dan film dokumenter tersebut
juga menggunakan konsep ekspository yang menjadikan narasumber sebagai
narator.
5
Di program Eagle Awards yang di adakan Metro TV ini kami menonton film
dokumenter Suster Apung, film ini juga menggunakan konsep ekspository yang
mendorong kami sebagai penulis membuat film dokumenter yang menggunakan
narasumber sebagai pmbicara
BAB II
LANDASAN TEORI
kenapa Pekalongan disebut kota batik, serta menceritakan mata pencarian masyarakat
6
7
sekeliling kita. Andi Fachruddin (2012:319) “Maka dari itu dalam membuat
Pekalongan ini”.
Sebagaimana karya yang ada pada pada medium komunikasi televisi lainnya,
dokumenter televisi yang berbentuk visual dan audio memiliki motif yang
memprentasikan keinginan film maker. Di tinjau dalam konteks kajian komunikasi, film
maker disebut sebagai komunikator. Adanya elemen motif tentu sangat memungkinkan
bagi karya dokumenter televisi untuk menjadi sarana bagi pencapaian kepentingan film
Dalam naskah dokumenter ada tiga elemen penting yakni : elemen visual ,
audio, serta elemen story atau cerita. Naskah dokumenter tidak hanya merupakan
kumpulan kata atau kalimat saja, Supriyadi dkk (2014:53) “akan tetapi merupakan
kompilasi konsep elemen telling story. Perpaduan elemen penting inilah yang
permasalahan yang lebih kompleks, untuk di jadikan cerita yang lebih menarik dan
meyakinkan audiens untuk menjadi ingin tahu kejadian-kejadian apa saja yang dibuat
dalam film tersebut. Ada banyak tipe, kategori dan bentuk penuturan dalam
dokumenter televisi. Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan yang membedakan
8
adalah spesifikasinya. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan bentuk bertutur itu
antara lain, laporan perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan, kontradiksi,
harian, dan docudrama. Ataupun tiga jenis dokumenter yaitu, exspository, narasi, dan
dokudrama. Media televisi bisa langsung melihat dan mendengar informasi yang kami
sajikan. Dokumenter televisi ini bersifat sangat real dan tidak ada rekayasa seperti
Dokumenter ini termasuk kategori informasi dan edukasi dengan alasan, karena
film saat ini tersaji pada layar televisi sudah mulai idak mendidik melainkan hanya
sekedar menghibur dan tidak menyampaikan nilai atau norma yang dapat memberikan
contoh dengan baik bagi para penonton atau masyarakat. Maka dari itu penulis dan
program televisi apa yang akan dieskusi. Setelah mengetahui dengan jelas format yang
ditentukan, maka akan dapat dihasilkan kenyamanan dalam bekerja sama serta
Selain format program yang kian beragam, bentuk dan gaya bertutur film
dokumenter juga bervariasi. Setiap gaya bertutur memiliki kriteria dan pendekatan
sesungguhnya, masih banyak orang yang belum pernah mendengar atau mengenal kata
literasi itu sendiri. Maka dari itu dokumenter televisi ini termasuk dalam bentuk ilmu
pengetahuan, Ayawalia (2008:48) “cukup jelas bahwa bentuk dokumenter ini berisi
tertentu”. Namun dokumenter dengan bentuk ilmu pengetahuan terbagi dua bentuk,
yaitu jika ditunjukan untuk publik khusus biasa disebut film edukasi. Sedangkan literasi
sendiri penting diketahui oleh semua orang baik perempuan ataupun laki-laki, anak-
Melalui fakta dan data yang disampaikan, bahwa di Indonesia baik itu dipusat kota
Dalam tugas akhir ini penulis, membuat format program profil dan dokumenter
televisi ini menceritakan tentang cara mengolah batik, sehingga memperdalam tentang
batik tersebut, dengan kemuseum batiknya yang terdapat di daerah Pekalongan. Agar
masyarakat juga suka dengan kebudayaan Batik yang semakin modern, program
dokumenter ini menampilkan narasumber yang ahli membatik untuk menceritakan agar
masyarakat tertarik dan memahami kebudayaan Batik khususnya dari Kota Pekalongan.
memiliki arti yaitu (KBBI,2016:64) “Membaca adalah melihat serta memahami isi dari
apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya didalam hati). Sedangan senjata
memiliki arti (KBBI,2016:476) “Senjata adalah alat atau syarat yang dipakai untuk
merupakan senjata untuk meningkatkan daya literasi disemua kehidupan yang erat
kaitannya dalam segala hal keseharian. Serta sebagai alat untuk menghadapi suatu
dokumenter televisi ini tentang Batik di Pekalongan dari usaha perumahan maupun
mempunyai Butik Batik yang lumayan besar, maka dari itu ingin memperjelaskan
kenapa Pekalongan disebut Kota Batik. PEKALONGAN yang artinya nama Kota
Pekalongan telah lama berdiri sehingga tidak ada keraguan lagi untuk mengenal lebih
dalam tentang Batik serta banyak masyarakat Pekalongan mencari pekerjaan dengan
membatik. (Tanda tanya) ? yang artinya rasa ingin tahu karena sebagian orang yang
belum tahu tentang asal-usulnya Kota Batik di daerah Pekalongan yang beda batik nya
dengan daerah lainnya atau hanya Pekalongan yang mempunyai Fakultas membatik di
Karena Kota Pekalongan satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah
berbatasan dengan laut Jawa di Utara, Kabupaten Batang di Timur, serta Kabupaten
Pekalongan. Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada
ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha modal besar. Sejak berpuluh
tahun lampau hingga sekarang. Sebagian besar proses produksi batik dengan kehidupan
produk batik.
komunikasi. Dan dalam acara program dokumenter audience yang dimaksud penulis
yaitu penonton, yang berusia muda sehingga yang sudah berumur, karena acara
11
dokumenter televisi ini untuk menjadi informasi atau pengentahuan tentang budaya
membatik serta yang ada di daerah Pekalongan, masyarakat yang menonton acara ini
remaja ataupun dewasa agar menjadi motivasi yang menjadi acuan dengan adanya
acara tersebut. Televisi ini menargetkan penonton usia 15-20 tahun dan 20-60 tahun
karena diusia tersebut agar lebih mengenal yang nama nya batik yang ada di
Pekalongan dengan corak nya yang lebih ramai. Dengan jenis kelamin laki-laki dan
Perempuan. Namun konten yang ditayangkan sebenarnya agar lebih tertarik oleh
seluruh audien.
memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan
Adapun target audien yang berpendidikan tinggi atau pun rendah masih dapat
menerima pesan yang ingin disampaikan, karena dokumenter ini akan membahas
secara sederhana tetapi tetap mengutamakan inti dari permasalahan yang dibuat.
Dokumenter televisi ditunjukan pada mereka yang lebih mampu dan langsung bisa
daerah lainnya bukan untuk orang dewasa saja tetapi anak-anakpun juga harus
mengenal kebudayaan membatik yaitu kelas menengah atas (B+) dan kelas menengah
bawah (B).
saat ini seluruh masyarakat indonesia pasti memiliki televisi walaupun keadaan
ekonomi mereka sangat rendah. Anak-anak pun yang seharusnya di awasi dalam
menonton program televisi tidak dapat dicegah karena acara dokumenter televisi ini
langsung. Fakta dan data yang ditayangkan melalui perekaman untuk kemudian melalui
tahap editing dan baru bisa di siarkan untuk melihat acara tersebut. Latief dan Yustiatie
(2017:258) “Adapun siaran rekaman adalah program siaran yang ditayangkan pada
pengambilan gambar singel camera, kemudian melewati tahap editing video, mixing
video, mixing audio yang meliputi wawancara subjek dan ilustrasi untuk kemudian
ditayangkan. Latief dan Yustiatie (2017:258) “Singel Camera, Rekaman dengan satu
kamera. Hasil gambarnya diedit untuk menjelaskan makna dan informasi sesuai
Pekalongan. Berdasarkan cerita yang di jelaskan penulis ingin dokumenter ini bisa
membangun atau melestarikan batik yang ada di Pekalongan maupun batik yang ada di
daerah lainnya.
BAB III
LAPORAN KERJA PRODUKSI
untuk membuat ide cerita yang akan diambil, ketika semuanya sepakat dengan rapat
yang dibicarakan, penulis dan tim mengambil cerita tentang kebudayaan daerah
pembuatannya sampai selesai, serta bahan-bahan apa saja yang di pakai ketika
pembuatan batik tersebut dibuat menjadi semenarik mungkin. Karena batik menjadi
nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan, dan merupakan salah satu produk
unggulan terkenal produk batiknya, tim kami langsung mengunjungi museum batik
Pekalongan yang berada di Jawa Tengah. Dan mengunjungi suatu rumah pembuatan
batik yang di kelolah oleh ibu-ibu yang mempunyai ke ahlian membatik. Ketika
informasi yang cukup menarik, tim kami mengadakan rapat untuk menentukan tanggal
produksi, budget, serta alat-alat yang akan di pakai ketika produksi dokumenter televisi
berlangsung.
13
14
kemampuan tim pada potensi individu yang ada di dalamnya, sejalan dengan
pernyataan. Tetapi produser butuh kerja sama dari setiap anggota yang membuat
Pra produksi salah satu tahapan yang di lakukan dalam pembuatan karya, pada
bertanggung jawab atas keperluan shooting misalnya, rapat dengan tim yang bertugas,
alat-alat shooting, lokasi, tema yang benar-benar terkonsep. Awalnya penulis dan tim
mendatangi daerah Kedungwuni, Kampung Batik Pesindo, dan Kampung Pabean. Dan
narasumbernya yaitu, Pak. Dudung Alisyahbana, Bapak. H. Eddywan dan Bapak. Zahir
Widadi, SS. M.Hum. dan Bapak. Zaki Setelah disepakati bersama kami bertemu
dengan dosen pembimbing untuk meminta sarannya atas ide yang di fikirkan untuk
persetujuan dan ijin dari beliau untuk produksi, penulis dan tim menentukan tanggal
yang sudah disepakati juga oleh para narasumber dan mempersiapkan alat-alat yang
3. Bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai pihak
dalam produksi yang dikelola.
4. Merancang, mempelajari dana menetapkan biaya produksi.
5. Menenentukan jadwal produksi.
3.1.2 Produksi
a. Manfaatkan momen matahari terbit sebagai angle kamera yang baik untuk
transisi gambar.
b. Menyajikan apa yang tidak diketahui orang terhadap apa yang tak pernah
mereka lihat
c. Shooting wawancara selalu penting dan perlu diperhatian khusus
d. Mengingatkan pada tokoh utama agar menghindari pakaian berwarna putih,
hitam dan kotak-kotak kecil karena akan mempengaruhi sensitifitas lensa
kamera
e. Ketenangan suasana perlu diberikan pada sesi wawancara
f. Pesan pada subjek agar memperhatikan aba-aba untuk mulai berbicara setelah
beberapa detik ditanya, dengan diawali pengulangan inti pertanyaan pada
jawabannya
g. Perhatikan juga kejutan-kejutan yang akan muncul disekitar lokasi
shooting
h. Perlu diwaspadai suasana pengambilan gambar akan melewatkan ingatan kita
bahwa durasi kaset harus dikontrol dengan baik.
i. Jangan lupa untuk mencatat stiap urutan gambar yang telah diambil, seketika
setelah mengambil gambar.
j. Setiap hari setelah shooting alangkah baiknya mengecek hasil shooting di
kamar hotel, misalnya bersama juru kamerayang mengambil gambar.
k. Sebelum berakhirnya kegiatan shooting di lapangan, perhatikan sekali lagi
seluruh kebutuhan gambar yang diinginkan, apakah sudah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan atau perlu dilakukan pengulangan merekam. (2012:367-368).
televisi dari mulai pra produksi, produksi hingga paska produksi. Walaupun secara
umum memiliki tanggung jawab yang sama, namun jika dilihat dari hasil karya atau
jenis produksi yang dihasilkan masing-masing produser memiliki kekhasan sendiri, hal
ini dikarenakan adanya perbedaan “cara menangani” acara-acara yang spesifik tadi.
16
Pada saat produksi berlangsung penulis memang tidak banyak berperan namun
penulis harus mengawasi jalannya proses produksi agar produksi berjalan dengan baik
dan lancar sesuai dengan working schedule dan tidak ada jadwal yang terlewatkan.
Hari pertama produksi kami mulai dengan mewawancarai salah satu pembatik
Jl. Pekajangan 19 nomor: 11, Setelah alat siap untuk digunakan kami mulai
Hari kedua penulis dan tim mendatangi salah satu penjual sekaligus pemilik
Butik batik Larissa yang teletak di daerah kampung batik Pesindon. Dan sesampainya
disana kami langsung bertemu dengan narasumber sekaligus pemilik pengusaha batik
tersebut. Dalam lima menit kami persiapkan alat untuk melakukan produksi setelah H.
menuju Universitas Pekalongan untuk mendatangi salah satu mahasiswi Fakultas Batik.
Dan sesampainnya disana kami langsung bertemu dengan mahasiswi Fakultas Batik,
langsung menuju rumah Dekan Fakultas Batik Universitas Pekalongan atau UNIKAL.
Sesampainnya disana kami langsung bertemu dengan Bapak. Zahir Widadi, SS.
Hari ketiga penulis dan tim mendatangi tempat proses pembuatan batik
rumahan yang ada didaerah Kampung Pabean. Sesampainya disana kami langsung
bertemu dengan Bapak. Zaki selaku pemilik. Setelah semua siap kami mewawancarai
Hari ke Empat kami mengambil Konten atau beberapa stok gambar yang di
butuhkan pada saat proses wawancara, seperti tempat pengelolahan batik, bazar batik
yang berkunjung di daerah Jakarta dekat Gelora Bung Karno, mendatangi butik batik
Larissa yang berada di Pekalongan daerah kampung batik Pesindon, dan berkunjung ke
pasar-pasar di Pekalongan atau di daerah lainnya seperti, Solo ataupun Jogja. dan
Setelah itu, kami beranjak ke Museum Batik, Untuk mengambil gambar kain-
kain batik, dan tidak hanya menyimpan benda mati saja, tetapi juga mempunyai
peranan penting untuk meningkatkan kualitas, antara lain dalam bentuk pembelajaran,
gambar yang akan di masukan dalam proses editing. Produser memberikan target waktu
dengan penata musik yang telah dibuat agar masuk dengan konsepnya terlebih dahulu
di potong dan juga mendiskusikan tentang audio mulai dari instrumental, backsound
PANGKUR dan lagu ES_After The Tragedy 2, From Raindrops To Rivers, ES_Waltz
PEKALONGAN?” dengan konsep yang telah disepakati oleh penulis dan tim.
18
data-data yang sudah terkumpul agar proses editing dapat berjalan sesuai konsep yang
film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya sadar”.
program televisi
semua departemen
b. Menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan yang telah ditetapkan
dalam rencana
rancangan produksi.
Seorang prduser haruslah bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang akan
Terjadi dengan keputusan yang sudah di fikirkan, misalnya apa saja yang menjadi
penyabab tersebut.
Ide yang dibuat oleh penulis dan tim awalnya ingin mengambil Kebudayaan
batik, yang di setiap daerah mempunyai motif masing-masing. Dan batik Jawa Tengah
Pekalongan ini berlatar warna cerah mencolok, motif batik kecil-kecil dengan jarak
yang rapat sehingga berbeda dengan batik Sragen, Solo, dan daerah sebagainya. Batik
juga diminati oleh masyarakat karena semakin modern ini, batik bisa dijadikan baju
yang bermodel-model, hingga sampai celana batik bermotif dari khas Pekalongan yang
di minati setiap orang, yang selalu berupaya untuk menciptakan pola dan ragam hias
yang selalu dinamis mengikuti perubahan jaman. Maka dari itu penulis dan tim
memutuskan ingin mengambil tentang kenapa Pekalongan disebut Kota Batik untuk di
jadikan dokumenter televisi, yang akan memberikan informasi dan wawasan luas
kepada masyarakat dari proses pembuatan batik dan mengetahui motif batik, yang
sudah jadi di ukir oleh pengrajin batik. penulis dan tim melakukan riset terlebih dahulu
a. Konsep Kreatif
yang paling ahli membuat batik Pekalongan untuk dijadikan narasumber, untuk
menceritakan fakta dan dapat dipercaya. Penulis dan tim juga membuat konsep
20
penonton atau masyarakat lebih yakin dan percaya bahwa yang penulis
b. Konsep Produksi
tim menyiapkan segala keperluan dengan budget yang di atur oleh produser, dan
dalam dokumenter ini kami hanya memiliki satu orang kameramen dan hanya
c. Konsep Teknis
memory card dan full HD. Konsep teknik ini produser mengkondisikan jalannya
produski agar berjalan dengan lancar. Dan memastikan narasumber yang akan kita
Setiap produksi suatu film tim pasti ada kendala produksi yang muncul
dilapangan, dan produser harus bisa memikirkan solusi dan kendala dengan disepakati
bersama demi kekompakan agar pembuatan dokumenter televisi berjalan dengan baik.
Produksi harus menyesuaikan dengan semua yang bersangkutan dari tim maupun
narasumber.
lakukan yaitu membuat kesepakatan dari semua tim agar waktu yang ditentukan
tidak keberatan satu sama lain, dan membicarakan keberangkatan untuk produksi
b. Untuk produser beserta tim sudah menghubungi tempat penyewaan alat yang
akan digunakan shooting dengan H-2 sebelum produksi. Untuk menghindari alat
Solusi : Penyewaan alat yang akan digunakan untuk produksi pada waktu yang
sudah disepakati bersama tim, kami menghubungi terlebih dahulu apa saja alat
Solusi : untuk mengatur pengeluaran biaya transportasi yang cukup besar, maka
d. Produser dan tim menghubungi narasumber yang sudah janjian H-2 ternyata
Dekan pembatik nya sedang ada urusan, akhir nya jadwal untuk shooting di ganti
Solusi : produser dan tim mengadakan rapat untuk Shooting H-3, produser juga
membuat janji di tempat beliau di daerah kampung Pabean pada siang hari untuk
mewawancarainya.
22
KONSEP PROGRAM
Durasi : 22 menit
ketentuan yang di tetapkan untuk mengerjakan dokumenter televisi oleh penulis dan
dituangkan dalam sebuah karya secara profesional agar dokumenter yang dibuat oleh
tantangan, baik dari pengeluaran atau anggaran, waktu saat produksi , dan ide-ide
cerita. Anggaran produksi dokumenter televisi diperkirakan sekitar tujuh juta rupiah
karena alasannya untuk menyewa alat sesuai dengan jadwal dan tergantung dengan
lokasi yang ingin digunakan serta menunggu si narasumber. Penulis sebagai produser
berusaha memanfaatkan anggaran yang ada, agar tidak melebihi budget yang telah
membatik hobi dalam hidup mereka. Kemudian masuk dengan disambut wawancara
Pekalongan.
23
DESKRIPSI PROGRAM
Kategori Program : Informasi
Media : Televisi
Durasi : 22 menit
: Wanita : 50%
kebudayaan dari setiap daerah, terutama kebudayaan batik agar banyaknya seniman
atau karya yang berkembang dari indonesia, acara dokumenter televisi ini agar
masyarakat bisa mempunyai refrensi untuk membuat karya batik, untuk di jadikan
usaha, menyampaikan pesan dalam cerita yang di ambil dari kebudayaan Batik
Pekalongan, dan masyarakat pada umumnya banyak yang sudah satai ataupun balik
Durasi : 22 Menit
2
Penulisan naskah
Bimbingan 1
Bimbingan 2
3
Riset
Bimbingan 3
4 Shooting – Produksi
Produksi
24
WORKING SCHEDULE
Durasi : 22 Menit
8 Editing
Pasca Produksi
Editing revisi
Preview Karya TA
9
Pengump
Kary
ulan
25
26
BREAKDOWN BUDGETING
Produksi ( Teknis )
Konsumsi @4hr
5
u/ 8org Rp 1.060.000
Bensin + TOL
6
PP Rp.900.000
Sewa Kamera
7
Nx 5 1 Rp. 1.750.000
Sewa Clip On
8
@4hari 1 Rp.400.000
Tripod, Rig,
9
LED @3hr Rp.300.000
10 Batre ABC
Alkaline 2 Rp 55.000
Transport Sewa
11
Mobil Rp.1.250.000
27
BREAKDOWN BUDGETING
Komulatif :
EQUIPMENT LIST
SHOOTING SCHEDULE
7 07.30-08.00 Breafing
2017
Mei
SHOOTING SCHEDULE
mulai dari pra produksi hingga pasca produksi. untuk membuat program dokumenter,
penulis selaku sutradara berpedoman akan pentingnya suatu realita dalam dokumenter
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat mengenai Batik yang merupakan budaya
kepada talent tetapi yang dilakukan talent secara real atau nyata. untuk masalah teknis
proses produksi membatik dan disana sutradara mengambil secara keseluruhan. dan
Tahap pra produksi seorang sutradara ikut serta dalam pembuatan sinopsis,
treatment dan skenario. sutradara menemukan point of interest yang akan diangkat
untuk dijadikan sebuah dokumenter televisi. contoh dari point of interest yaitu
32
pengambilan gambar medium shot sutradara mengambil gambar seperti itu dikerenakan
untuk mendapatkan background dan narasumber lebih jelas dan dokumenter televisi
kami ada video yang menayangkan Alun-Alun Kota Pekalongan, hal ini dilakukan
guna memperdalam suatu hal yang akan diangkat seperti Seni membatik atau
Dalam produksi sutradara harus dapat menentukan tema dan konsep yang akan
dirundingkan kepada tim agar sesuai dengan konsep yang sudah disepakati bersama
acara yang terdiri konsep, ide, Hunting, Breakdown board floorplan. penataan artistik
harus diperhatikan oleh sutradara, maksud dari sinematik sutradara harus memahami
tata cara menjadi sutradara dan sutradara juga menampilkan narasumber. Sutradara
juga memiliki kontinuitas yang dimaksud seperti membuat dokumenter televisi dengan
tidak maka akan tidak sesuai yang diharapkan dan pesan yang ada di dalam dokumenter
televisi kami tak tersampaikan. Sutradara juga harus mengetahui pengambilan gambar
3.2.1 Produksi
Menurut FFTV IKJ (2014:67) “Pada proses produksi, sutradara melakukan koordinasi
dengan semua kru utama dan juga pemain utama untuk segala keperluan pelaksanaan
shooting”.
dibawa dan digunakan untuk shooting atau selama produksi. Penulis selaku sutradara
cameramen untuk mengambil gambar di lokasi yang sudah tim sepakati seperti Suasana
Kota Pekalongan, Museum Batik, Kampung Batik Pesindon, Kampung Batik Pabean,
Hari pertama produksi kami mulai dengan mewawancarai salah satu pembatik
Profesional yang bernama Bapak. Dudung Alisyahbana di Rumah beliau yang terletak
di Jl Pekajang 19 No. 11. Setelah alat siap untuk digunakan kami mulai pengambilan
Hari kedua penulis dan tim mendatangi salah satu pendiri sekaligus pemilik
Butik Larrisa yang teletak di daerah Kampung Batik Pesindon. Dan sesampainya
disana kami langsung bertemu dengan narasumber sekaligus pendiri dan pemilik Butik
tersebut. Dalam sepuluh menit kami persiapkan alat untuk melakukan produksi setelah
menuju Universitas Pekalongan untuk mendatangi salah satu mahasiswi Fakultas Batik.
Dan sesampainnya disana kami langsung bertemu dengan mahasiswi Fakultas Batik,
disana kami langsung bertemu dengan Bapak Zahir Widadi, SS. M.Hum. setelah
Hari ketiga penulis dan tim mendatangi tempat proses pembuatan batik
rumahan yang ada didaerah Kampung Pabean. Sesampainnya disana kami langsung
bertemu dengan Bapak Zaki selaku pemilik. Setelah semua siap kami mewawancarai
rough cut dan fine cut”. Agar editor tidak lari jauh dari konsep penyutradaraan yang
telah dikonsepkan oleh penulis, maka penulis selaku sutradara pun memberikan arahan
dengan memberikan penjelasan dari keinginan penulis atas colour grading yang dapat
suara pula penulis selaku sutradara mengarahkan dan memilih ambience, sound FX,
serta ilustrasi musik yang sesuai dengan adegan pada film, serta menjaga kualitas suara
Tujuan sutradara dalam proses editing yaitu menyeleksi gambar yang baik dan
membuang yang buruk serta mempersatukan alur cerita, sehingga mengerti dari
melakukan proses editing untuk memberikan saran untuk audio visual yang akan
diambil. sebagai mengetahui gambar instrument music yang cocok untuk dokumenter
televisi“KENAPA PEKALONGAN?”.
35
1. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah (skenario) atas dasar ide
2. Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita,
sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa juga langsung menjadi
skenario..
3. Berkerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir
(pra produksi).
Jadi tugas dari sutradara sangat penting, mulai dari pra produksi, produksi, dan
Kampus Universitas Pekalongan, Kampung Batik Pabean, selain itu tugas dari
sutradara adalah mengarahkan cameraman untuk pengambilan gambar yang baik dan
PEKALONGAN?”
suatu format program televisi yang menyajikan suatu peristiwa, kejadian, obyek
menarik, serta peristiwa sejarah, yang dikemas sebagaimana adanya, yang bisa
36
disampaikan secara naratif maupun deskriptif dengan memuat unsu-unsur keunikan dan
dari banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui bahwa mengapa Pekalongan dikenal
Solo, Cirebon, Jakarta terkenal akan Batiknya. Dan disitulah kami menyajikan
sebagai Kota Batik. Penulis selaku sutradara dan tim pergi ke Pekalongan untuk
sutradara dan tim sudah merencanakan sesuatu dan konsep agar mendapatkan hasil
maksimal dan menggunakan kamera Sony NX5 dan memakai clip on, untuk melakukan
editing memakai Adobe premier CS 6 yang tidak terlalu susah untuk mendapatkan hasil
a. Konsep Kreatif
Sutradara membuat program ini berawal dari hobby yang dimiliki dan
mengapa Kota Pekalongan di kenal dengan julukan Kota Batik. Sutradara akan
lenggok-lenggok jemari tangan yang sedang membatik, malam dan canting yang
mengikuti motif yang sudah di design. Sutradara ingin mengambil gambar detail-
b. Konsep Produksi
gambar-gambar yang sesuai konsep. Diskusi dan saling tukar pikiran kepada tim
atau semua anggota harus terjalin kompak dan kerjasama yang baik, sehingga
produksi akan berjalan lancar tanpa ada kendala selisih paham kepada anggota lain.
c. Konsep Teknis
Konsep merupakan hal yang paling utama dalam pemilihan alat yang
memilih Sony NX5, karena kamera tersebut memiliki keuntungan LCD Panel 3,5
kamera sony tersebut tidak terlalu berat dan memakai clip on. Untuk teknis
1. Kendala yang sutradara alami adalah disaat Pra produksi menentukan konsep
bersama tim. Pada awal nya kami mempunyai konsep/tema yang lain, hingga akhirnya
2. Saat pasca produksi, kendala yang sutradara hadapi adalah pengambilan gambar atau
stok shot yang kurang. Solusinya yaitu sutradara langsung ke daerah Pekalongan ketika
hari lebaran idul fitri untuk mengambil stok shot yang kurang.
38
Konsep Penyutradaraan
acuan dalam karya audio visual kami. Pendekatan naratif ini yang akan di lakukan
diawali dengan menceritakan awal masuknya Batik di Kota Pekalongan, dan mengapa
Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik, dan faktor yang mempengaruhi Pekalongan di
kenal sebagai Kota Batik. sejarah seni budaya, Sutradara juga melakukan pendekatan
Batik Pekalongan. Selain dibutuhkan untuk mengumpulkan data dan mencari informasi
yang berhubungan dengan Batik, sutradara dan tim harus membuat narasumber merasa
nyaman ketika dilakukan proses wawancara dan menjaga agar narasumber tetap baik.
Setelah produksi sutradara melihat dan memilih gambar yang baik, sutradara juga
memberikan kesempatan kepada penata kamera untuk memilih stok gambar yang
mungkin tidak terpikirkan oleh sutradara. selain itu sutradara juga bekerjasama dengan
editor, agar hasil pengeditan sesuai dengan konsep yang telah dibuat.
39
TREATMENT
Durasi : 22 menit
1. Suasana Desa
2. Suasana membatik
Insert gambar :
b. Suasana membatik
a. Ada faktor yang paling penting gak sampai akhirnya Pekalongan di kenal
Insert gambar :
a. Gambar Greja
b. Gambar Klenteng
Insert gambar :
a. Berapa lama proses pembuatan batik yang Pak Dudung buat ini ?
Insert gambar :
batik ?
41
Insert gambar :
Insert gambar :
Insert gambar :
Insert gambar :
b. Gambar Canting
c. Apa nama motif batiknya dan arti dari motif batik itu sendiri ?
b. Kenapa menjual batik Pekalongan di Jogja, kenapa tidak menjual batk Jogja
Insert gambar :
b. Pembatik Cap
c. Detail Canting
batiknya, apakah itu bisa menjadi faktor utama yang membuat Pekalongan
OBB
16 Instrument
Detail Shoot Lilin
17 Instrument
Pembatik Yang Sedang Membatik
47
18 Instrument
Detail Shoot Canting
19 Instrument
Pembatik Yang Sedang Membatik
20 Instrument
Detail Shoot Canting
21 Instrument
Suanana Alun-Alun Kota Pekalongan
22 Atmosfir
Establish Rumah Pak Zahir
Dialog narasi Pak Zahir
23 Atmosfir
Wawancara Pak Zahir
Dialog narasi Pak Zahir
24 Atmosfir
Detail Shoot Gambar Pekalongan
Kota Batik Dialog narasi Pak Zahir
25 Atmosfir
Gambar Alun-Alun Kota Pekalongan
Dialog narasi Pak Zahir
48
26 Atmosfir
Gambar Ikon Kota Batik
Dialog narasi Pak Zahir
27 Atmosfir
Gambar Pusat Pemerintahan Kota
Pekalongan Dialog narasi Pak Zahir
28 Atmosfir
Gambar Ibu-Ibu Yang sedang
Membatik Dialog narasi Pak Zahir
29 Atmosfir
Detail Shoot Pembatik
Dialog narasi Pak Zahir
30 Atmosfir
Detail Shoot Canting
Dialog narasi Pak Zahir
31 Atmosfir
Arsip Foto Kota Pekalongan
Dialog narasi Pak Zahir
32 Atmosfir
Establish Kampung Batik Pabean
Dudung
46 Atmosfir
Wawancara Bpk. Dudung Bersama
Batiknya Dialog Narasi Bpk.
Dudung
47 Suasana Rumah Bpk. Zahir Atmosfir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
48 Atmosfir
Wawancara Bpk. Zahir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
49 Atmosfir
Gambar Batik Motif Buket Van
Zuylen Dialog Narasi Bpk. Zahir
50 Atmosfir
Gambar Detail Batik Van Zuylen
Dialog Narasi Bpk. Zahir
51 Atmosfir
Plang Kampung Batik
Dialog Narasi Bpk. Zahir
52 Atmosfir
Gapura Kampung Batik Pesindon
Dialog Narasi Bpk. Zahir
53 Atmosfir
Gapura Kampung Batik Kauman
Dialog Narasi Bpk. Zahir
54 Atmosfir
Gapura Kampung Batik Wiradesa
Dialog Narasi Bpk. Zahir
55 Atmosfir
Wawancara Bpk. Zahir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
56 Atmosfir
Establish Butik Larissa
57 Atmosfir
Wawancara Bpk. Eddywan
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
58 Atmosfir
Gambar Kampung Di Pekalongan
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
59 Atmosfir
Gambar Kampung Batik Kauman
Dialog Narasi Bpk.
51
Eddywan
60 Atmosfir
Gambar Kampung Batik Wiradesa
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
61 Atmosfir
Gambar Batik ku. Batik Kita Batik
Dunia Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
62 Atmosfir
Gambar Kegiatan Membatik Cap
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
63 Atmosfir
Gambar Proses Pembuatan Batik
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
64 Atmosfir
Wawancara Bpk. Eddywan
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
65 Atmosfir
Suasana Rumah Bpk. Zahir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
66 Atmosfir
Wawancara Bpk. Zahir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
67 Atmosfir
Gambar Pembatik Kampung Pabean
68 Atmosfir
Wawancara Pembatik Kampung
Pabean Dialog Narasi Pembatik
69 Atmosfir
Gapura Kampung Pabean
70 Atmosfir
Wawancara Bpk. Zaki
Dialog Narasi Bpk. Zaki
71 Atmosfir
Gambar Batik Di Kampung Pabean
Dialog Narasi Bpk. Zaki
72 Atmosfir
Wawancara Bpk. Zaki
Dialog Narasi Bpk. Zaki
73 Atmosfir
Gambar Kegiatan Bpk. Dudung
52
74 Atmosfir
Wawancara Bpk. Dudung
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
75 Atmosfir
Suasana Pengunjung Di Butik
Larissa Dialog Narasi Bpk.
Dudung
76 Atmosfir
Gambar Batik-Batik Yang Ada Di
Butik Larissa Dialog Narasi Bpk.
Dudung
77 Atmosfir
Wawancara Bpk. Dudung
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
78 Atmosfir
Gambar Batik Solo & Jogja
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
79 Atmosfir
Wawancara Bpk. Dudung
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
80 Atmosfir
Gambar Batik Di Kampung Pabean
81 Atmosfir
Kegiatan Mewarnai Batik Di
Kampung Pabean Dialog Narasi Pembatik
82 Atmosfir
Wawancara Pembatik
Dialog Narasi Pembatik
83 Atmosfir
Gambar Kegiatan Bpk. Dudung
86 Atmosfir
Gambar Canting
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
87 Atmosfir
Gambar Alat Cap
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
88 Atmosfir
Wawancara Bpk. Dudung
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
89 Atmosfir
Wawancara Bpk. Zahir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
90 Atmosfir
Gambar Kegiatan Bpk. Dudung
91 Atmosfir
Wawancara Bpk. Dudung
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
92 Wawancara Bpk. Eddywan Atmosfir
Dialog Narasi Bpk.
Eddywan
93 Wawancara Bpk. Dudung Atmosfir
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
94 Gambar Pameran Batik Di JCC Atmosfir
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
95 Wawancara Bpk. Dudung Atmosfir
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
96 Wawancara Bpk. Zahir Atmosfir
Dialog Narasi Bpk. Zahir
97 Suasana Kampus Universitas Atmosfir
Pekalongan
98 Wawancara Mahasiswi Fakultas Atmosfir
Batik UNIKAL
Dialog Narasi
54
Rohmidayati mahasiswi
UNIKAL
99 Wawancara Bpk. Dudung Atmosfir
Dialog Narasi Bpk.
Dudung
100 Wawancara Mahasiswi Fakultas Atmosfir
Batik UNIKAL
Dialog Narasi
Rohmidayati mahasiswi
UNIKAL
penulis berperan sebagai penulis naskah. Seperti yang kita ketahui untuk program non
drama dokumenter. Penulis naskah adalah seorang pekerja kreatif yang menulis cerita
dan skenario, atau skenario saja, dalam istilah asingnya disebut script writer.
professional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pemuatan film dalam
menjadi sebuah cerita yang menarik dan membawa pesan-pesan baru. Dengan
harus mampu membuat ide cerita yang bermanfaat bagi masyarakat sesuai target
audience. Sehingga program ini menampilkan tayangan yang mempunyai nilai serta
membantu tim untuk penyusunan data-data, yang diperoleh dari riset membuat
informasi dan data tersebut, penulis membuat naskah berdasarkan judul yang ingin di
Tugas akhir ini penulis berpedoman akan pentingnya penyajian suatu realita
dalam dokumenter televisi, karena itu dalam program dokumenter yang berjudul
realita yang ada pada Pembatik yang sudah tua tetapi tetap berkarya di Pekalongan
penulis agar dapat terus belajar dan berkarya khususnya dalam dokumenter televise
menjadi lebih baik lagi. Pada dokumenter televisi ini, penulis dan tim sepakat
Berdasarkan hal itu, penulis juga dapat mengambil pelajaran yaitu penulis juga
harus mengetahui tujuan program televisi ini dibuat agar bisa menjadi acuan dalam
naskah yang akan ditulis nanti. Oleh karna itu, naskah harus jelas, sederhana, dan
imajinatif. Naskah akan mudahkan orang untuk memahami apa yang dibuat dan apa isi
Pra Produksi adalah bagian terpenting dalam pembuatan program acara. Pada
bagian inilah semua ide dan konsep suatu acara dimatangkan. Sebagai seorang penulis
naskah, proses pra produksi merupakan proses terpenting dalam menciptakan sebuah
karya, karena proses pra produksi dapat dikatakan sebagai ruang kerja bagi penulis
naskah. Pada proses inilah penulis mendapatkan ruang dan waktu yang cukup untuk
menyajikan bahan naskah yang akan diolah lebih matang oleh kru yang lain.
Pemilihan tema yang diangkat pada program dokumenter ini, penulis sepakat
bandingkan dengan daerah lainnya dan masih banyak mayarakat yang belum
meceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai
semua kru melakukan pencarian lokasi yang bagus untuk dijadikan tempat pengambilan
gambar melalui internet. Setelah lokasi sudah ditentukan semua kru, kami pergi untuk
melakukan riset ketempat tersebut dan meminta izin kepada narasumber dan para
Saat melakukan rapat produksi penulis harus selalu mendengarkan apa yang
diinginkan produser dan sutradara agar apa yang nanti akan ditulis sesuai dan tidak
melebar dari segmentasi program yang akan dibuat. Dan dalam hal ini penulis
Dokumenter juga menyajikan realita melalui berbagai cara untuk berbagai macam
tujuan antara lain penyebarluasan informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang
atau kelompok tertentu. Dokumenter bukan menciptakan kejadian atau peristiwa tetapi
merekam tentang fakta dan data yang benar-benar terjadi bukan direkayasa.
Penulis dan tim mencari beberapa tempat dan narasumber untuk melengkapi
program dokumenter ini dengan riset kesemua daerah yang ada di Pekalongan,
sehingga data yang dikumpulkan memang benar dan nyata. Riset akan menolong kita
untuk mengetahui unsur nyata dari sebuah cerita. Perlunya melakukan penelitian
terhadap karakter dan peristiwa dengan cermat dan teliti, Riset itu sebenarnya timeless,
Deadline yang sudah disepakati sebelumnya dalam time schedule yang dibuat
oleh produser. Dokumenter yang baik harus melakukan riset dilapangan yang
mendalam agar ide yang didapat cerita mulai dibentuk terkait dengan ide yang dipilih.
Langkah awal dalam produksi penulis dan tim terlebih dahulu melaukan riset, lalu
penulis dan tim menemui pembimbing dikampus Bina Sarana Informatika Pemuda
beserta tim. Lokasi pertama penulis dan tim mengunjungi daerah kedungwuni,
Hasil riset menjadi titik berangkat pembentukan konsep, tema, serta pertanyaan
yang akan ditanyakan oleh narasumber dalam film dokumenter. Penulis dan tim pilih
sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu Pak dudung pembuat maestro batik
yang ada di kedungwuni, Pak H. Eddywan mempunyai butik batik “Larissa” yang
cukup besar di pekalongan dan Pak Zahir Dekan Kampus UNIKAL Pekalongan, dan
Pak Zaki yang mempunyai wirausaha kain batik di daerah kampung pabean, setelah
sudah cukup banyak informasi penulis dan tim untuk meminta persetujuan kepada
dosen pembimbing untuk meminta saran. Ketika mendapatkan izin dari dosen
pembimbing untuk produksi penulis dan tim berarti sudah mempunyai konsep yang
cukup lengkap untuk produksi film dokumenter ini agar di kemas semenarik mungkin.
3.3.2 Produksi
Seorang penulis naskah pada tahapan produksi harus ikut serta dalam
cerita agar sesuai dengan naskah yang telah dibuat, pada saat produksi penulis mencoba
menciptakan dan menulis naskah serta mengembangkan atas dasar ide cerita, mulai dari
Maka dari itu, penulis menyiapkan bahan yang akan ditulisnya nanti yaitu
membuat treatment dan sinopsis acara agar jelas untuk garis besar isi programnya
seperti apa dan juga penulis tidak boleh sungkan untuk selalu bertanya kepada
narasumber agar mendapatkan informasi yang lebih banyak untuk disampaikan kepada
penonton.
Sebelum produksi, penulis harus berkerja sama dengan produser dan sutradara
yang tergabung dalam triangle system tentang jumlah segment yang akan di buat,
berkomunikasi dengan penata artistik tentang property yang akan digunakan sesuai
dengan naskah. Lalu saling berkesinambungan dengan divisi lainnya seperti camera
Penulis juga harus siap dengan keadaan yang se waktu-waktu berubah pada saat
produksi, contoh yang sering terjadi biasa nya di naskah suasana lokasi ingin siang dan
terik namun ternyata saat produksi mendung. Penulis harus segera mungkin berdiskusi
meminta pendapat sutradara serta produser untuk memutar otak agar tetap berjalan nya
produksi.
Tugas seorang penulis naskah ketika produksi harus mengatur naskah yang
sesuai dengan konsep dan tema yang penulis ambil KENAPA PEKALONGAN?.
Karena yang akan diangkat oleh penulis beserta tim untuk membuat program
pekalongan di sebut kota batik, padahal disetiap daerah mempunyai beragam yang
62
nama nya batik tetapi Kota pekalongan ini yang mempunyai perbedaan dari daerah
lainnya. dan di pekalongan mempunyai Televisi batik yang masyarakat harus tau lebih
dalam tentang kota pekalongan. Hasil dari riset penulis dan tim untuk melakukan
produksi.
Penulis juga harus mengatur nasarumber agar berbicara lebih jelas untuk
penulis menjadi reporter juga agar lebih dekat dengan narasumber. Penulis lakukan
ketika saat produksi adalah mempersiapkan daftar pertanyaan yang sudah dibuat yang
akan di pertanyakan untuk narasumber agar memberikan informasi yang lebih akurat.
Setelah melakukan produksi tahap akhir penulis dan kru melihat kembali hasil
produksi dan mulai melakukan proses editing yang di kerjakan oleh penyunting gambar
(editor). Sebagai penulis naskah, penulis berusaha menjaga alur cerita yang ada di
dalam naskah, penulis juga tetap berkomunikasi dengan editor dan sutradara. Apabila
produksi untuk seseorang penulis naskah yaitu relative tidak bertanggung jawab pada
fase ini”.
Dalam melakukan proses editing seluruh tim berkumpul dan ikut membantu
memberikan saran untuk audio visual yang akan diambil. Sebagai seorang penulis
harus mengetahui gambar yang akan diambil serta lagu atau instrument musik apa yang
cocok untuk dimasukan kedalam film dokumenter “Kenapa Pekalongan?” pada saat
proses editing agar pesan yang ingin disampaikan oleh penulis sampai ke masyarakat.
63
Penulis juga harus kritis terhadap editor dalam melakukan proses penyuntingan
gambar, karena semua plot dalam naskah harus sesuai treatment yang telah di buat,
oleh karena itu penulis juga harus teliti dengan visual yang sudah di rufcut oleh editor,
Bertugas sebagai seorang penulis naskah bisa dikatakan sebagai penentu dibalik
panggung layar kaca televisi. Namun sebagai seorang penulis tentu sudah harus
1. Membuat Naskah
Berbekal hasil riset bersama tim sebelum produksi maka penulis bergegas
karena naskah menjadi sebuah patokan dalam proses produksi maka menulis
naskah harus sesuai dengan keadaan ditempat tersebut. Pembuatan naskah juga
harus di dasari oleh konsep yang ada ditempat tersebut karena saat proses
produksi nanti pengambilan gambar harus sesuai dengan penulisan naskah agar
gambar yang di ambil nanti tidak terjadi jumping dengan naskah yang dibuat.
Dalam melakukan wawancara atau sesi tanya jawab dengan narasumber, penulis
narasumber, pertanyaan pun harus sesuai dengan kondisi yang ada ditempat
tersebut agar tidak ada kesalahan maksud dan tujuan apa yang akan ditanyakan.
3. Wawancara
4. Mengembangkan Ide/Gagasan
Sebuah konsep saja dirasa tidak cukup untuk penulis bisa mengembangkan ide
dan gagasan yang variatif maka mencari tahu tentang liputan yang akan dilakukan
sangatlah membantu. Mencari informasi bisa lewat media buku, internet dan
program televisi karena dari situ penulis bisa lebih mengembangkan konsep
untuk menjadikan pengemasan acara itu berbeda dari acara yang lainnya.
Maka dari itu seorang penulis harus mempunyai ide-ide kreatif dan dapat di cerna
oleh sutradara serta kru yang lain, seorang penulis juga harus mempunyai karakter
yang kritis, karena pada tahap penulisan akan menentukan sebuah karya yang menarik
untuk di tayangkan.
Seorang penulis naskah sangat penting, mulai dari tahap pra produksi, produksi,
dan pasca produksi untuk mengembangkan ide cerita, dengan melakukan riset lokasi
ke daerah kedungwuni, kampung batik pesindo, dan kampung pabean, selain itu
tugas dan peranan seorang penulis naskah adalah membuat naskah berupa sinopsis,
penulisan TOR dan penulisan naskah itu sendiri yaitu lembar pertanyaan dalam film
dokumenter harus mengupas tentang ide cerita lebih jelas agar masyarakat tahu
65
reporter dan mewawancari tiga narasumber yaitu pak Dudung, Pak H. Eddywan dan
Pak Zahir agar narasumber bisa menceritakan fakta dari isi cerita tentang pekalongan
tersebut.
Saat proses produksi penulis dan tim sudah merencanakan persiapan agar
mendapatkan hasil yang maksimal yang diperlukan pada saat produksi, dan film
dari pembuat batik yang sudah tua tetapi masih mempunyai kemauan untuk berkarya,
dari situlah penulis dan tim ingin mengangkat ide cerita tentang kota batik pekalongan
beserta keaneka ragaman batik di kota Pekalongan. Penulis berserta tim juga pergi
untuk menemui maestro batik yaitu Pak Dudung yang ada di daerah pekalongan, dan
kota Pekalongan mempunyai televisi batik juga di daerah tesebut sehingga penulis
tertarik untuk mengambil konsep tersebut. Setelah sudah cukup dengan informasi dan
data riset yang telah dikunjungi cara-cara pembuatan batik dan maestro batik barulah
penulis dan tim untuk memulai proses produksi serta pengambilan gambar serta
melakukan wawancara untuk berapa narasumber belom dan penulis dan tim menyawa
alat produksi seperti, kamera, clip on, lighting dan alat-alat sebagainya agar
pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang berbatasan dengan laut jawa di utara,
kabupaten batang di timur, serta kabupaten pekalongan di sebelah selatan dan barat.
Kota Pekalongan memiliki banyak seni dan budaya ada wayang kulit, kesenian banjar,
66
kesenian melayu dan yang tidak kalah indah yaitu seni yang membatik, sehingga saat
Dalam hal ini penulis dan tim riset kesalah satu kota didaerah pekalongan untuk
perkampungan Pabean Pekalongan, setelah rasa cukup penulis dan tim yang sudah
mendapati informasi terhadap seni batik dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
Saat proses produksi penulis dan tim sudah merencanakan segala sesuatunya
agar mendapatkan hasil yang maksimal dengan mempersiapkan semua yang diperlukan
pada saat produksi, penulis dan tim juga menyewa alat produksi seperti kamera, dan
A. Konsep Kreatif
pembuatan batik agar masyarakat tidak meniru yang nama nya pembuatan karya,
penulis mulai berfikir yang akan dibuat untuk film dokumenter “KENAPA
batik yang berada di daerah solo, jogja dan batik lainnya, mungkin agar bisa
masyarakat menyukai yang nama nya batik dan ingin tahu tentang batik yang ada di
daerah kota batik untuk mecitakan lebih dalam tentang Kota batik tersebut.
konsep ekspositori dimana semua penjelasan akan dijelaskan oleh narasumber dan
dibantu oleh gambar atau video yang sudah direkam untuk pembuka dalam dokumenter
Penulis juga akan mengujungi produksi batik rumahan yang ada di daerah
kampung batik Pesindon, Kampung Pabean, Kedungwuni dan masih banyak lagi
tempat-tempat menarik untuk dikunjungi yang memiliki nilai historis yang tinggi
B. Konsep Produksi
Penulis dan tim setelah menemukan ide, lalu melakukan riset ke berbagai
tempat salah satunya tempat maestro batik yang ada di Pekalongan tepatnya di daerah
C. Konsep Teknis
mempersiapakan segala sesuatunya dengan mengadakan rapat agar konsep yang sudah
difikiran lebih matang dan mendapatkan hasil yang maksimal bagus. Penulis dan tim
menyewa alat-alat produksi sebuah kamera, begitupun menyewa lighting dan clip on
agar mendapatkan pencahayaan yang terang didalam ruangan dan untuk mendapatkan
suara yang jelas ketika penulis dan tim sudah sepakat untuk menyewa alat-alat tersebut.
68
A. Kendala
Solusi
B. Kendala
bapak Zahir dekan dari kampus UNIKAL Pekalongan, beliau sedang berada
dijakarta, tiba hari esok siang hari, namun beliau sudah ada janji terhadap orang
Solusi
mencari artikel di internet seputar batik Pekalongan, membuat TOR dan membuat
narasumber untuk mendapatkan informasi yang objektif. Penulis dan tim sepakat dalam
dokumenter ini bersifat ekspositori, dimana dalam dokumenter ini semua informasi
narasumber, hal ini sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan data dan mencari
informasi yang berhubungan dengan batik Pekalongan. Setelah dirasa cukup, penulis
mulai membuat synopsis, TOR dan daftar pertanyaan sebagai acuan perihal yang ingin
diketahui agar tidak keluar dari tema yang akan diangkat. Saat melakukan wawancara
penulis harus membuat suasana menjadi nyaman, agar narasumber tidak tegang saat
berhadapan dengan mata kamera. Setelah produksi selesai penulis mulai membuat
transkip wawancara dari garis rekaman video yang sudah melalui proses editing.
70
Masalah
Indonesia merupakan Negara kepulauan, lebih dari tiga belas ribu pulau
terbentang dari sabang sampai merauke, oleh karena itu Indonesia memiliki beraneka
ragam suku, budaya dan bahasa. Dimana disetiap pulau memiliki suku, budaya, adat
istiadat, rumah adat dan pakaian yang berbeda-beda ada Jawa, Sunda, Batak, Betawi,
Ambon, Dayak dan masih banyak lagi yang lainnya tersebar sampai pelosok tanah air,
namun Indonesia memiliki satu semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Frasa ini berasal
dari bahasa jawa dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi
tetap satu.
kebudayaan dan terkenal dengan kota Batik, dan satu pusat pertumbuhan ekonomi di
Jawa Tengah, kota Pekalongan memiliki banyak seni dan budaya ada wayang kulit,
kesenian Banjar, kesenian Melayu dan yang tidak kalah indah yaitu seni membatik
mengetahui tentang asal usul nya Batik, sehingga merasakan ketika membuat motif
batik yang memiliki corak khas dengan alur tangan nya sendiri sehingga menjadi batik
Dan seorang Pemilik Butik batik Larissa sekaligus pengusaha yang sudah
banyak mengirim barang dagangannya ke luar daerah, dan merasakan pasang surutnya
jurusan Batik yang tidak di miliki oleh Universitas lainnya. Dekan ini juga punya
kemampuan membatik yang sudah di pelajari sejak muda sehingga sekarang menjadi
Siapa sangka budaya Pekalongan begitu beragam, muali dari kuliner hingga
kesenian yang begitu beragam serta tradisi yang tetap terjaga turun menurun. Kota
Pekalongan identik dengan kain batik, dengan seni inilah masyarakat setempat banyak
sekali yang berwirausaha baik mulai dari menjual kain-kain batik disetiap toko-toko
disepanjang Pekalongan dan bahkan memproduksi kain batik tulis maupun cetak.
Dalam seni membatik setiap daerah yang berbeda-beda baik daerah Pekaongan,
batik yang sempat punah namun bersiar kembali setelah UNESCO (United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization) mengakui batik sebagai warisan tak
benda di Indonesia sejak tanggal 2 Oktober 2009, dan pada saat itulah eksistensi batik
mulai terlihat oleh dunia internasional. . Batik masuk ke pekalongan bersamaan dengan
kerajaan demak. Disinggahi oleh beberapa orang dari mancanegara termasuk dari
nusantara. Ada Eropa, Tiong Hoa/Cina, Arab, India, Pakistan, Belanda, Jepang dan
Pekalongan.
72
Fokus
Angle
Mencari tahu tentang kenapa Pekalongan disebut Kota batik, sedangkan daerah
Narasumber : Bapak. Zahir Widadi, SS. Hum. Dekan Kampus UNIKAL Pekalongan, di
kampung Kalibanger Pekalongan
a. Bisa bapak ceritakan bagaimana di Pekalongan ini sampai ada Fakultas khusus
untuk mempelajari Batik?
b. Kalau bisa bapak ceritakan faktor apa saja sehingga batik ini banyak
peminatnya terutama di kampus Universitas Pekalongan ini?
c. Bisa bapak ceritakan tanggapan terhadap penghargaan UNESCO tentang
warisan tentang benda terutama batik di Pekalongan?
d. Kapan Pekalongan mulai di kenal sebagai Kota Batik?
e. ada factor yang paling penting gak sampai akhirnya Pekalongan di kenal
sebagai Kota Batik?
f. Apa saja yang mempengaruhi motif-motif batik di Pekalongan?
g. Motif batik apa yang menjadi ciri khas Pekalongan?
h. seberapa besar aktivitas masyarakat Pekalongan di dalam batik?
i. Infrastruktur apa saja yang ada di Pekalongan?
j. Bagaimana bapak melihat aktivitas membatik di Pekalongan?
74
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Dudung, Bapak Zahir, Bapak Ediwan, Bapak Zaki, dan
Transkip Wawancara
gaya pesisir.
laris batiknya
pesisir pantai
keren yah.
Pekalongan menarik.
mbah?
Pewarna apa?
“ Bahan apa “
tidak bisa.
tersedia
pelaku.,
lama?
pengetahuan
sekolah.
fashion.
pasar
peminatnya”.
pisan kapok”.
biasa,energik ,
sang pencipta.
Seorang camera person mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk semua
aspek teknik pemotretan dan merekam gambar Penulis sebagai camera person dalam
atas keseluruhan pengambilan gambar, dan berkerja sama dengan sutradara untuk
mengetahui konsep visual yang di inginkan oleh sutradara agar terciptanya sebuah
jawab dengan gambar yang ia rekam dan seseorang yang harus ada dalam produksi
serta camera person membantu sutradara dalam upaya penerjemahan dari bahasa
Sedangkan Menurut Joseph V. Mascelli (1986:87) “Jenis dari shot dalam titik
pandang kamera dalam hubungan subjek, biasa digunakan dalam aneka kombinasi
untuk menghasilkan penyajian cerita dengan visual yang serba ragam, daya tarik,
kontinitas sinematik”.
Dalam proses kerja penulis mempelajari naskah dan jenis-jenis video yang akan
sutradara dan crew. Penulis juga mengikuti arahan sutradara untuk mengambil
komposisi gambar dengan shot size medium long shot, medium shot dan middle close
Awal proses penciptaan suatu karya diawali dengan tahap pra produksi, yaitu
kegiatan perencanaan yang cukup berperan penting demi kelancaran proses produksi.
Dalam proses pra produksi ini, penulis bersama dengan tim melakukan pencarian tema
Dalam tahap pra produksi penulis sebagai seorang camera person berperan dalam
mempelajari semua naskah yang telah di setujui oleh produser dan di berikan
pengarahan oleh seorang sutradara, untuk dapat memikirkan sebuah shot yang akan di
Menurut kutipan diatas penulis mengartikan bahwa dalam pra produksi, camera
person ikut berperan sekali dalam pembuatan ide atau gagasan dan mempelajari naskah
yang akan di produksi serta menyiapkan kamera apa saja yang di butuhkan sesuai
konsep yang di angkat dan mengilustrasikan naskah kedalam sebua bentuk gambar dan
tata letak kamera kepada tim agar terciptanya hasil gambar yang di inginkan.
Dalam proses pra produksi, Produser mulai melakukan berbagai kegiatan untuk
yang lebih mendalam. Setelah produser, penulis naskah dan sutradara sudah
sutradara, penata artistik, penata audio, penata cahaya serta editor yaitu melakukan
casting artis pendukung, membuat anggaran dan melakukan riset lokasi apa saja yang
di butuhkan dalam naskah dan yang telah di sepakati bersama, serta penulis sudah
mendapatkan intruksi dari sutradara, kira-kira kebutuhan gambar apa saja yang akan
direkam dan angle apa saja yang dibutuhkan dalam program ini dalam produksi televisi
Dalam tahap pra produksi ini Cameramen person merencanakan visual yang akan
dibuat secara sistematis dengan mengikuti director yang sudah dibuat pada saat pra
produksi sebagai panduan shot-shot apa saja yang diperlukan. Maka dari itu penulis
berdiskusi dengan sutradara mengenai visual yang akan ditayangkan pada program
camera sama dengan wawancara pada program berita dengan menggunakan shot size
3.4.2. Produksi
Inilah tahapan terpenting bagi seorang camera person untuk mepelajari naskah
dan director treatment untuk menjadi acuan seorang penulis dan mendiskusikan angel
dipersiapkan dalam tahap pra produksi, akan direalisasikan pada tahap produksi.
90
Seorang Penata Kamera akan membantu Sutradara atau Pengarah Acara untuk
Teknis dan angle pengambilan gambar adalah kunci utama produksi, karena itu
gambar dan suara yang disajikan kepada audien. Jadi fungsi penulis sebagai camera
person lebih disebut sebagai kepanjangan tangan kanan dari sutradara yang dipercaya
gambar adalah syarat mutlak menjadi camera person, karena penulis harus memahami
apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan instruksi sutradara dan dapat
Dalam produksi non drama televisi ini pengambilan gambar 60% menggunakan
pada drone. Pemakaian kamera ini pun disesuaikan dengan kebutuhan pengambilan
gambar outdoor dan Indoor, dikarenakan sesuai dengan kebutuhan konsep director.
Ada beberapa istilah dalam pergerakan kamera untuk seorang penata kamera
menurut Kusumawati dkk (2017:99) “movement (pergerakan kamera) pergerakan
kamera (camera movement) sangat penting untuk di lakukan oleh penata kamera”.
yaitu:
1. Panning
2. Tilting
3. Tracking
4. Zooming
5. Arching
objek, gerakan ini dapat dilakukan dengan setengah lingkaran atau satu
lingkaran penuh.
6. Crane
Crane adalah teknik pengambilan gambar dengan alat penyanggah yang disebut
7. Crabbing
Menurut penulis sebagai camera person, selain sebagai seorang yang mengambil
memahami istilah pergerakan kamera di atas, untuk sebuah patokan, dalam pengarahan
yang di inginkan sutradara dalam proses produksi berlangsung penulis sebagai camera
92
person menggunakan, teknik, seperti, zooming, arching, panning, dan tilting untuk
menciptakan gambar yang lebih dinamis, dan enak untuk di tonton oleh audience.
Setelah melewati tahap pra produksi dan produksi, tim segera melanjutkan ke
dalam tahap pasca produksi. Dalam tahap pasca produksi ini penulis sebagai camera
person memberikan masukan kepada editor mengenai stock gambar yang akan
pasca produksi penata kamera terkadang diminta bantuan oleh editor untuk
menjelaskan hal – hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor, namun
biasanya hal ini bisa dihandle oleh sutradara atau produser. Untuk
harus ikut serta mendampingi proses editing video untuk membantu editor dan
sutradara untuk memilih gambar yang telah diambil pada waktu shooting melalui
panduan camera report. Penggabungan ide antara sutradara dan editor untuk
Menurut Kusumawati dkk (2014:77) “cameramen person pada tahap ini juga
cameramen person juga mendampingi editor untuk memilih gambar-gambar yang akan
diambil agar lebih berkesinambungan, memilih momen yang diinginkan sutradara agar
Penulis sebagai camera person mempunnyai peran dan tanggung jawab tersendiri
seperti profesi lainya camera person adalah sebagai crew produksi televisi yang
Menurut Windratno Haryo (2014:77) secara umum tugas dan tanggung jawab
2. Untuk mengetahui gambar – gambar mana saja yang digunakan untuk proses
editing.
Peran dan tanggung jawab seorang camera person berpengaruh sangat penting
dengan apa yang dihasilkan pada saat pra produksi, produksi dan pasca produksi.
camera person juga membantu Sutradara dalam upaya penerjemahan dari bahasa
tulisan ke bahasa visual melalui pemilihan angle, komposisi dan pergerakan kamera
serta pencahayaan.
Dalam tahap pra produksi penulis ikut serta menuangkan ide-ide kreatif, dan
mendiskusikan shot demi shot dengan sutradara untuk pengambilan gambar saat
produksi
Dalam tahap produksi penulis sebagai camera person harus ada dalam produksi
berlangsung agar terciptanya proses produksi untuk Menghasilkan gambar yang sudah
94
ada dalam director treatment, serta bertanggung jawab penuh akan peralatan yang ia
Dalam pasca produksi penulis ikut membantu memilih shot demi shot umtuk
kebutuhan gambar yang akan di rangkai mengikuti proses kamera rought cut dan fine
A. Konsep kreatif
berusaha mengikuti keinginan sutradara yaitu mengambil gambar dengan shot size very
long shot, long shot, medium long shot, medium shot, middle close. Tetapi penulis juga
menambahkan komposisi gambar dengan tehknik moving kamera atau follow kamera
seperti zoom out, tilt up, panning right, Paning left, sehingga gambar yang dihasilkan
lebih bervariasi.
B. Konsep Produksi
kemana arah program berkiblat camera person sangat dituntut untuk memiliki
Hal-hal yang camera person lakukan yaitu, Mempersiapkan alat-alat yang akan
dengan instruksi dari penulis naskah dan Treatment dari sutradara, Meriview kembali
menggunakan konsep multi kamera, karena untuk tidak mengilangkan setiap moment
yang ada untuk menghasilkan gambar yang dinamis stabil dan aktraktif, penulis
beberapa kali menggunakan Slider, Tripod, Actioncam dan Flycam DJI Pantom 3
(tiga). Dalam produksi non drama televisi ini pengambilan gambar 60% menggunakan
handheld sedangkan 40% menggunakan Slider, Tripod, Actioncam, dan Flycam DJI
Phantom 3 (tiga)). Dan Penggunaan Slider, Tripod, Actioncam dan Flycam DJI
Phantom 3 (tiga)) digunakan hanya untuk variatif shot dan lokasi yang terdapat di alam
dan air terjun untuk memimimaliskan segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
C. Konsep Teknis
Penulis harus menguasai teknis kamera yang digunakan untuk produksi, seperti
halnya cara mengubah shutter speed, white balance, gain dan aperture. Dalam
Untuk perekam audio penulis menggunakan Clip On Wireless dan Mic Rode
kondeser, agar suara yang terekam tidak terganggu dan dapat mengambil atmosfer yang
ada karena hampir semua lokasi shooting ada diluar ruangan. Penulis juga harus
menentukan kebutuhan dan menjamin semua peralatan yang akan digunakan sesuai
Dalam suatu produksi yang sedang berlangsung pasti ada suatu kendala yang di
hadapi oleh penulin dan tim produksi lainya namun semua yang ada harus tetap
dihadapi, dan di cari solusi terbaik, demi berjalanya kelancaran saat produksi
berlangsung seperti :
1. Kendala: Sulitnya mengatur pencahayaan pada kamera karena ada beberapa lokasi
sebaik mungkin sehingga kamera mendapatkan cahaya yang cukup pada saat
2. Kendala: Sulitnya menemui fokus gambar pada kamera karena LCD terkena
cahaya matahari sehingga tidak terlalu jelas apakah gambar sudah focus atau
belum.
3. Kendala: Sulitnya mendapatkan sinyal pada drone yang dipakai akibat daya
Solusinya: Mencari tempat atau spot dari jangkauan daya magnetic yang tinggi ke
Dokumenter “KENAPA PEKALONGAN?” ini dari pra produksi, produksi dan pasca
perencanaan shot terbagi menjadi dua yaitu perencanaan shot untuk produksi
wawancara yang menggunakan single camera. Sebelum ke tahap produksi penulis juga
S.Ikom,MM dan Bapak Dionisius Icka Sisadi, S.Ikom mengenai komposisi gambar dan
PEKALONGAN?” ini. Pada saat bimbingan penulis mendapat masukan agar gambar
didalam frame harus padat dan terus mengikuti narasumber dengan teknik kamera
follow, berarti untuk shot size yang digunakan antara medium shot, medium close up
dan close up and wide shot Dengan itu rencana yang sudah penulis buat sesuai dengan
arahan dari Bapak Ichsan Widi Utomo, S.Ikom,M.M. dan Bapak Dionisius Icka Sisadi,
penulis mengikuti arahan sutradara untuk mengambil gambar yang sudah direncanakan
penulis sangat berhati-hati dalam melakukan pengecekan alat dan menjaganya hingga
proses produksi selesai dengan harapan memiliki gambar yang sesuai rencana pada saat
pra produksi. Dengan ketelitian dalam melakukan pengambilan gambar penulis juga
Selanjutya penulis pada tahap pasca produksi penulis membuat laporan kamera
atau camera report yang dibuat untuk memudahkan editor dimeja editing. Penulis juga
mendampingi editor memberi masukan dalam pemilihan gambar yang akan diambil
Camera Report
Visual
No Video Memory Tanggal Time code
Shot size Angle Move
Hight 00’00’00-
1 Establish Suasana desa 3 01 Juni 2017
Level Follow 00’22’00
00’25’01-
2 MCU Eye Level Pembatik 3
Still 01 Juni 2017 00’32’00
Masyarakat 00’44’00-
4 Establish Follow desa 3
01 Juni 2017 00’48’53
- Shape: Horizontal
- Recording Media: Flash Memory, SD Card, SDHC Card, Memory Stick PRO
A. Spesifikasi Rinci
- Touch Panel: ya
- Finder: ya
- Dimensi (WxHxD): 173 x 187 x 342 mm (Lens hood with Lens cover)
B. Spesifikasi Display
DISPLAY KETERANGAN
C. Spesifikasi General
Supported Memory Cards Memory Stick PRO Duo, Memory Stick PRO-
HG Duo, SD Memory Card, SDHC Memory
Card
Memory Card Slot Memory Stick PRO Duo card, SD card
Viewfinder Type Electronic - LCD
Microphone Operation stereo
Digital Video Format AVCHD, MPEG-2
Interfaces Provided HDMI, composite video/audio
Optical sistem optical (Steady Shot)
Audio input microphone
Microphone Form Factor detachable
Microphone technology electret condenser
Navigation camera GPS receiver
Surround Sound Dolby Digital AC-3 (2 channel) recording
Widescreen Video Capture Yes
Built-in ND Filters 1/16, 1/4, 1/64
Audio Signal Format PCM
Gain Selection + 9 dB, +12 dB, automatic, +15 dB, +18 dB, +21
105
Part N
106
Program yang penulis bersama tim buat yaitu dokumenter yang mengandung
fakta atau keaslian peristiwa yang diangkat kembali melalui cerita dari orang-orang
yang kami pilih untuk membuka segala informasi dan cerita atau peristiwa yang
berpran sebagai editor, dimana seorang editor dapat dikatakan sineas profesional yang
bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat
FFTV-IKJ (2012:144) “tugas seorang editor adalah pada saat Pra Produksi yaitu
menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam skenario dan
mengungkapkan penilaian pada sutradara. Sesudah data terkumpul penulis dan tim
Alisyahbana, Bapak. H. Eddywan, Bapak. Zahir, SS. Hum dan Bapak. Zaki selama
empat hari.
Penulis sebagai editor mencari kata sepakat bersama para tim mengenai konsep
editing yang akan di gunakan yaitu konsep ekspositori dimana semua informasi
mengenai faktor Kebudayaan kenapa Pekalogan di sebut Kota Batik.
107
3.5.2 Produksi
yang sangat penting, proses produksi ini memberikan masukan kepada sutradara dan
kamera mengenai gambar - gambar yang diperlukan serta meberikan saran kepada
Pabean, Kampus Universitas Pekalongan atau Fakultas Batik. Penulis dapat berperan
dibutuhkan dalam peroses pengambilan gambar setelah proses produksi lalu penulis
dan tim melakukan evaluasi tentang gambar yang sudah diambil dan gambar mana
yang masih kurang untuk penjelasaan tentang konten yang penulis gali.
tugas yang sangat penting dalam menyelesaikan pembuatan dokumenter televisi. Disini
berdasarkan dengan kreativitas dan imajinasi penulis, membentuk struktur baru yang
lebih baik yang berpedoman kepada susunan wawancara yang di buat oleh penulis
Abdul Aziz (2008:145) Pasca produksi tahap tahap editing yang harus
dilakukan adalah :
1. Membuat struktur awal shot-shot yang sudah dibuat sesuai dengan struktur
3. Setelah struktur pertama jadi dan harus mengalami revisi (berdasarkan hasil
diskusi dengan sutradara dan produser), maka dengan kreatifitas dan imajinasi
seorang editor membentuk struktur baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam struktur baru itu editor harus bisa membangun emosi, irama dan alur
yang menarik
4. Memasukan hasil final edit hingga film selesai dalam proses kerja editing.
5. Editor dapat menjadi rekanan diskusi untuk mengolah suara dan musik. Diskusi
itu merupakan penentuan suara efek dan musik sebagai pembentuk kesatuan
f. Bertanggung jawab penuh atas penyelesaian hasil akhir suatu karya audio visual
Indonesia Bagus yang mceritakan tentang Kebudayaan. Penulis beserta tim pergi proses
pembuatan batik rumahan di daerah Kampung Pabean, setelah penulis rasa cukup
informasi yang didapat mengenai membatik barulah penulis dan tim melakukan proses
narasumber.
A. Konsep Kreatif
karena membatik di daerah tersebut begitu berkembang dan banyak masyarakat yang
dengan metode editing, non linear, dimana setiap gambar terkadang tidak berjalan dari
beberapa alur yang lambat dan cepat. Ada beberapa sequence yang diharuskan bagi
penulis menggunakan fade out yang lambat karena pembahasannya begitu serius dan
sedikit tenang. Namun dibagian pertengahan dan akhir, proses plotting mulai bergerak
B. Konsep produksi
Konsep ini penulis selaku editor bersama sutradara dan penulis naskah
merumuskan naskah editing untuk mempermudah proses pengolahan video dan audio
pada saat proses pasca produksi. Memberikan masukan juga untuk kameramen dan
sutradara agar mengambil stock gambar yang diperlukan sesuai dengan apa yang ada
dalam naskah.
Editor tetap dituntun melalui editing script yang telah dirumuskan oleh
sutradara dan penulis naskah. Dan sesekali editor berimprovisasi tentang mood yang
C. Konsep teknis
premiere CS6. Untuk membuat judul program penulis jaga menggunakan software
adobe premiere CS6 . Untuk effect video seperti super slowmotion, penulis
menggunakan twixtor.
1. Saat Pasca produksi ketika ingin mengedit ternyata kurang stok shoot Kota
Pekalongan dan suasana di Butik batik Larissa. Solusinya yaitu Sutradara langsung Ke
daerah Pekalongan ketika hari lebaran untuk mengambil stok shoot yang kurang.
2. Saat pasca produksi kendala yang penulis hadapi adalah berpindah-pindahnya tempat
untuk editing karena bukan milik sendiri sehingga mempersulit proses kerja editor.
Konsep Editor
yang terkonsep tentang Pembatik yang ada di Pekalongan sebagai mata pencarian
warga daerah tersebut sehigga berumur tua masih saja bekerja sebagai pembatik, dan
disana juga ada Universitas UNIKAL atau disebut Universitas Pekalongan yang
sangat cukup terkenal. Tim yang melakukan survei ke tempat tersebut jadi ingin
penulis sebagai editor lebih menceritakan isi cerita dan pembahasan dalam dokumenter
televisi ini. Editor tidak banyak bermain effek atau laiinya, karena merasa itu tidak
Sangat cukup dengan memperkuat konten dan alur cerita sudah membuat
Laporan Editing
NO EXT KETERANGAN
/
INT
Visual Audio SFX Transisi Video effect Durasi
Yesha Zulnika
8. EXT Masyarakat Desa Pangkur Jawa - Dip To - 00 : 00:50:20
Black
9. EXT Suasana Desa Pangkur Jawa - Dip To Text 00 : 01:00:27
Black
Sutradara :
M. Alfath Kamil
Penulis Naskah:
Wildon Kristoper
T.
10. INT Gambar Wanita Sedang Membatik Pangkur Jawa - Dip To - 00 : 01:06:27
Black
11. EXT Suasana Desa Pangkur Jawa - Dip To Text 00 : 01:14:26
Black
Penata Kamera
113
Wildon Kristoper
T.
Editor Mohamad
Alfath Kamil
12. EXT Alun-Alun Kota Pekalongan Instrument - - Timelapes 00 : 01:17:12
Bahasa Jawa
39 INT Suasana Membatik Vo - Dip To - 00 : 03:17:02
Black
40 INT Wawancara Bpk. Zahir Vo - - Template Nama 00 : 03:21:27
Vo
108 Suasana Pasar Klewer Solo Instrument - Dip To - 00 : 16:44:20
Jawa Black
Vo
109 Gambar Kegiatan Bpk. Eddywan Instrument - Dip To - 00 : 16:50:27
Jawa Black
Vo
110 Wawancara Bpk. Eddywan Instrument - Dip To Template Nama 00 : 17:21:27
Jawa Black
Vo
111 Suasana Pasar Bringharjo Instrument - Dip To - 00 : 17:37:26
Yogyakarta Jawa Black
117
Vo
Vo
113 Gambar Kraton Jogja Instrument - Dip To - 00 : 18:10:04
Jawa Black
Vo
114 Wawancara Bpk. Dudung Instrument - - Template Nama 00 : 18:47:10
Vo
115 Gambar Kegiatan Pembatik Instrument - Dip To - 00 : 18:50:22
Black
Vo
116 Wawancara Bpk. Zahir Instrument - Dip To Template Nama 00 : 18:54:24
Black
Vo
117 Gambar Kota Pekalongan Instrument - Dip To - 00 : 19:02:10
Black
Vo
118 Pembatik Cap Instrument - - - 00 : 19:08:20
Vo
119 Detail Canting Instrument - Dip To - 00 : 19:14:27
Black
Vo
120 Wawancara Bpk. Zahir Instrument - - - 00 : 19:30:27
Vo
121 Gambar Kegiatan Pembatik Instrument - Dip To - 00 : 19:32:26
Black
Vo
122 Wawancara Bpk. Dudung Pangkur - Dip To Template Nama 00 : 19:36:17
Black
Vo
123 Gambar Museum Batik Instrument - Cross - 00 : 19:40:04
Dissolve
Vo
124 Gambar Fakultas Batik Instrument - Cross - 00 : 19:45: 10
Dissolve
Vo
125 Gambar Batik TV Instrument - Cross - 00 : 19:49:06
Dissolve
Vo
118
Spesifikasi Editing
HARDWARE
ACCESSORIES
Monitor : Acer 14
Keyboard : Standard PS 2
Mouse : Standar
SOFTWARE
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
sebagai talent tapi kita juga harus mempersiapkan alat, lokasi shooting , waktu dan
perencanaan yang matang agar produksi berjalan dengan baik dan sesuai rencana.
Komunikasi antar crew juga amat sangat diperlukan, agar setiap ada masalah bisa
temukan jalan keluar yang terbaik. Begitu pula dengan proses kerja tim “KENAPA
ini selesai dengan hasil yang sesuai harapan dan konsep yang sudah disepakati bersama
agar mendapatkan hasil yang memuaskan dengan ide-ide cerita yang sudah difikirkan
Tim dan penulis merasa cukup puas dengan hasil yang telah dicapai meski
mengalami kendala pra produksi , produksi , Pasca produksi karena menyatukan tim
dengan karakter yang berbeda adalah bukan hal yang mudah dan gampang. Selain itu
tim dan penulis merasa banyak mengetahui hal yang sebelumnya tidak diketahui oleh
120
121
4.2 Saran
mendapatkan banyak pengalaman berharga dari beberapa peristiwa dan proses yang
dikerjakan. Membuat dokumenter terbilang tidak sulit dan tidak pula mudah. Beberapa
pembuatan film drama. Film drama memiliki konsep dan teknis yang terbilang masih
bisa terprediksi dan terprogram dengan baik. Namun dalam dokumenter ini penulis
membutuhkan sikap sigap dan siap dalam segala hal yang tidak terencana, agar tim dan
penulis fikirkan bisa membuat dokumenter televisi yang mendidik atapun bisa
Naratama. 2014. Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera.
Indah Kusumawati, Nina, et al. 2015. Produksi Program Televisi dan Film Tata
Cahaya Tata Artistik Tata Suara Tata Camera.. Yogyakarta: Graha Cendekia
FFTV-IKJ Press.
Supriyadi, et al. 2014. Broadcasting Televisi 2 Teori dan praktik. Yogyakarta: Graha
Cendekia
Chandra Tanzil, & Rhino Ariefiansyah. 2010. PEMULA Dalam Film Dokumenter,
YAYASAN CITRA
122
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata
Nim 42140872
Agama : Islam
No Telp 087776512096
Yesha Zulnika
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata
Nim 42140653
M. Alfath Kamil
124
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata
Nim 42141115
Nama : Wildon Kristoper Tambunan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Desember 1989
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jln. Cendrawasih 7 Rt06 Rw 006 No
Kec Cengkareng Kel Cengkareng Barat Jak-Bar
11460
No Telp 089667081267
B. Pendidikan Formal dan Non Formal
1. SDN Priuk 06 Pagi Tangerang : Tahun Angkatan 2009
2. SLTP K Maria Mediatrix Tangerang : Tahun Angkatan 2005
3. SMA N 70 Jakarta : Tahun Angkatan 2003
Wildon Kristoper. T
125
LAMPIRAN – LAMPIRAN
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151