TESIS
OLEH
SIGIT WIDODO
097020013/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
TESIS
Oleh
SIGIT WIDODO
097020013/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Sigit Widodo
NIM 097020013
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, PhD) (Ir. Basaria Talarosha, MT)
Ketua Anggota
(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM) (Ir. Seri Maulina, M.Si, PhD)
Kata Kunci: Kawasan Bandar Udara Juanda Surabaya, Intensitas Kebisingan, Sistem
Kaca Ganda
Keywords: Juanda Airport Area of Surabaya, Noise Intensity, Double Glass System.
ii
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi dengan judul
Kaca Pada Gedung Administrasi Bandar Udara Studi Kasus di Bandar Udara Juanda
Surabaya”.
Tesis ini dapat terselesaikan tidak lepas dari arahan, bimbingan, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD,
IPM. Selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil, PhD dan
Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
saran dan arahan kepada Penulis selama proses penyusunan tesis ini. Demikian juga
tidak lupa Penulis ucapan terimakasih untuk keluarga tercinta yang senantiasa
memberi dukungan dan motivasi selama pelaksanaan studi, serta semua pihak yang
Akhirnya Penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi semua pihak,
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan dan kekurangan tesis ini sehingga saran
Penulis
iii
Penulis lahir pada tanggal 15 Juli 1974 di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah,
menyelesaikan masa pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 1986, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Tahun 1989 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1992 di
kabupaten yang sama yaitu Pemalang. Pendidikan arsitektur dan desain mulai penulis
tahun 1995 di Akademi Teknik Arsitektur Yogakarta dan pendidikan Strata 1 (S1) di
Universitas Gadjah Mada pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Arsitektur pada tahun
1997.
Mulai tahun 1998 sampai sekarang, penulis berkarir di Unit Kerja Direktorat
iv
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. ix
1.7 Metodologi............................................................................................... 8
vi
5.2 Modifikasi Tingkat Kebisingan pada Gedung dan Ruang Kerja .......... 61
7.2 Rekomendasi........................................................................................ 79
vii
3.1 Perkembangan Lalu Lintas Udara Bandar Udara Juanda Surabaya ................. 40
4.2 Data Survei Kebisingan pada Ruangan Fasilitas Sisi Darat ............................. 54
viii
3.5 Fasilitas Sisi Udara dan Sisi Darat Bandar Udara Juanda Surabaya ................ 41
4.1 Kawasan Kebisingan Tingkat I,II, III Bandar Udara Juanda Surabaya ............ 48
4.6 Barchart Hasil Survei Kebisingan pada Ruangan Fasilitas Sisi Darat.............. 56
ix
7.1 Nilai Intensitas Bunyi pada Kawasan Bandar udara Juanda ............................ 80
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
manusia saat ini, karena proses kemajuan teknologi pada dasarnya seiring dengan
2005 di atas Bandar Udara Blagnac Toulouse Perancis merupakan satu penegasan
kembali mengenai bukti kemajuan teknologi di awal abad dua puluh satu, moda
transportasi udara dengan kemampuan mobilisasi lebih dari 850 penumpang untuk
jarak 8.300 mil (Enders, 2013) yang mana hal ini merupakan salah satu prestasi
dalam dunia penerbangan. Namun dari kemajuan teknologi yang telah terbukti
memberi banyak kemanfaatan tersebut, manusia tidak bisa menutup mata bahwa pada
meningkat pada tiap tahunnya akan memberi dampak langsung pada peningkatan
emisi polutan dan kebisingan pesawat terbang di lingkungan bandar udara dan
sekitarnya.
dikalangan dunia penerbangan Indonesia yang muncul pada awal tahun 2000-an
(Suksma, 2013), hal tersebut berdampak langsung pada lonjakan jumlah penumpang
dan penerbangan secara nasional. Periode tahun 2013 menunjukan bahwa terdapat
pergerakan pesawat datang dan berangkat sebesar 1.271.636 di seluruh bandar udara
di Indonesia atau terdapat kenaikan jumlah frekuensi lalu lintas udara rata-rata
sebesar 9,9% pada tiap tahunnya dari periode lima tahun terakhir, oleh karena itu
umum terus meningkat, hal ini berbanding lurus dengan terus bertambahnya volume
lalu lintas udara sebagaimana dijelaskan pada data di atas. Keberadaan landas pacu di
bandar udara yang berfungsi sebagai fasilitas mendarat dan tinggal landas pesawat
terbang merupakan area utama sumber kebisingan, jet take-off pada jarak 100 meter
akan menghasilkan kekuatan bunyi 125 dB dan sebuah jet engine pada jarak 25 meter
akan menghasilkan kekuatan bunyi 140 dB (Davis, 2008), sementara nilai ambang
batas atau standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu adalah 85 dB (Idris, 1999)
dan baku mutu kebisingan untuk perkatoran atau ruang kerja pada umumnya 65 dB
(Kusumaatmadja,1996).
Bunyi terjadi dari tiga unsur dasar yaitu muncul dari sumber bunyi, merambat
melalui jalur dan mempengaruhi penerima atau pendengar bila suatu gelombang
bunyi datang dan bertemu pada suatu permukaan maka kemungkinannya adalah
(Cornwell, 1997). Kebisingan bandar udara yang bersumber dari mesin pesawat
terbang merambat melalui media udara menuju gedung hingga menembus dinding
dan jendela untuk kemudian diterima pendengar yaitu karyawan di ruang kerja,
dengan pertimbangan bahwa jendela merupakan satu bentuk bukaan dalam gedung
gedung, maka perencanaan optimalisasi fungsi jendela kaca merupakan satu solusi
udara, sehingga dampak kebisingan pesawat terbang dapat berkurang baik pada ruang
kebisingan di lingkungan bandar udara yang signifikan sebagai akibat tidak langsung
desain jarak antara sumber kebisingan di bandar udara seperti landas pacu dengan
fasilitas gedung yang relatif dekat akan mengakibatkan dampak kebisingan pada
mereduksi kebisingan dan adanya potensi ganguan kebisingan bagi sebagian pekerja
bandar udara di gedung tertentu yang berlokasi dekat dengan sumber kebisingan,
Optimalisasi Fungsi Jendela Kaca pada Gedung Administrasi Bandar Udara sangat
lebih jauh akan dapat mempengaruhi faktor kelancaran operasional bandar udara
terkait pengelolaan dan pemantauan lingkungan bandar udara dari dampak kebisingan
tetapi mengingat adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan untuk alasan
agar lebih mendalam, maka pada kesempataan saat ini penulis akan lebih fokus pada
kaca yang optimal untuk menurunkan kebisingan akibat operasional pesawat terbang
Bunyi terjadi dari tiga unsur dasar yaitu muncul dari sumber bunyi, merambat
keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan untuk alasan agar lebih mendalam, maka
pada kesempatan penelitian ini hanya akan difokuskan pada unsur arsitektur bukaan
jendela kaca sebagai faktor media rambatan bunyi dan kebisingan dari mesin pesawat
1.4 Tujuan
Udara adalah untuk merencanakan unit jendela kaca pada gedung administrasi bandar
udara yang dapat berfungsi secara optimal dalam menurunkan dampak kebisingan
pesawat terbang.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian mengenai Penurunan Tingkat Kebisingan Ruang Kerja Melalui
Optimalisasi Fungsi Jendela Kaca di Gedung Administrasi Bandar Udara Studi Kasus
a. Praktisi
b. Akademisi
1.6 Keluaran
Sebagai keluaran penelitian mengenai Penurunan Tingkat Kebisingan Ruang
Udara adalah konsep desain unit jendela kaca gedung di lingkungan bandar udara
kebisingan di kawasan bandar udara udara khususnya yang ditimbulkan dari aktifitas
pesawat terbang.
1.7 Metodologi
a. Pengukuran
penelitian yang berupa data bangunan dan lingkungannya yang terkait objek
rambatan bunyi dan sumber kebisingan seperti: jarak dan posisi gedung dari
sumber kebisingan, posisi ruang pada bangunan, dimensi dan jenis kaca
b. Rancangan awal
Berdasarkan data hasil survei pengukuran diatas dan kajian pustaka yang ada,
c. Pengujian
Konsep pemodelan desain unit jendela kaca yang telah dibuat selanjutnya
d. Rekomendasi desain
Berdasarkan perbandingan data eksisting hasil survei, data hasil uji rancangan awal
desain unit jendela kaca dan data literatur terkait standar intensitas bunyi, selanjutnya
dapat ditarik kesimpulan dalam bentuk rekomendasi dan konsep desain unit jendela
pesawat terbang.
bandar udara tidak mampu dalam mereduksi kebisingan dari dampak operasional
pesawat terbang dimana unit jendela kaca yang merupakan satu bentuk bukaan
data lapangan atau survei khususnya yang terkait kebisingan sebagai langkah
jarak dan posisi gedung dari sumber kebisingan, posisi ruang dalam bangunan,
dimensi dan jenis kaca jendela yang digunakan, tingkat kebisingan di luar dan di
dalam bangunan.
jendela kaca dengan berdasarkan data lapangan dan data literatur yang ada dan
pemodelan desain unit jendela kaca dilakukan pengujian sehingga nilai intensitas
(Garg, 2007).
Perbandingan data eksisting hasil survei, data hasil uji pemodelan desain dan
rekomendasi dan konsep desain unit jendela kaca gedung di lingkungan bandar udara
yang diharapkan dapat berfungsi secara optimal dalam menurunkan kebisingan yang
KAJIAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG
Teori Tingkat Intensitas
ISU RANCANGAN Bunyi dan Kebisingan
Referensi desain dan
BATAS RANCANGAN elemen arsitektur (unit
jendela kaca)
TUJUAN RANCANGAN
Referensi jenis bahan dan
material elemen arsitektur
(unit jendela kaca)
GAGASAN RANCANGAN
Tingkat intensitas bunyi ANALISIS
lingkungan ruang kerja di
gedung administrasi bandara Analisis faktor sumber bunyi
dinilai penting karena Analisis faktor penentu
berhubungan langsung dengan besaran intensitas bunyi
kenyamanan beraktivitas dan pada ruangan
perlindungan kesehatan Analisis faktor elemen
karyawan dari gangguan arsitektur
kebisingan operasional pesawat
terbang
Adanya kenyataannya bahwa KONSEP RANCANGAN
sejumlah bangunan di
lingkungan bandara tidak Rancangan unit jendela kaca
mampu dalam mereduksi pada gedung administrasi
kebisingan operasional pesawat bandara yang mampu
terbang menurunkan tingkat kebisingan
Optimalisasi fungsi jendela dari efek operasional pesawat
kaca merupakan salah satu terbang.
solusi dalam rangka
menurunkan tingkat kebisingan
ruang kerja gedung administrasi PENGUJIAN RANCANGAN
bandara.
Konsep rancangan unit jendela
kaca diuji menggunakan
perhitungan matematis
PENGUMPULAN DATA berdasarkan teori N.K. Garg
LAPANGAN
Jarak dan posisi gedung dari
KESIMPULAN DAN
sumber kebisingan, posisi
REKOMENDASI
ruang dalam bangunan, dimensi
dan Jenis kaca jendela yang
digunakan
Tingkat kebisingan diluar dan
didalam bangunan
Udara Studi Kasus di Bandar Udara Juanda Surabaya adalah sebagai berikut:
sistematika penulisan.
3. Bab III menjelaskan tentang deskripsi umum bandar udara beserta fasilitas
pustaka yang ada, akan dipilih satu konsep rancangan awal sekematik unit
jendela kaca sebagai model yang diwujudkan dalam bentuk gambar, diagram
dan tabel.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
dengan pola berulang secara perapatan dan peregangan serta terbentuk oleh partikel
zat perantara yang ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Leslie L.
partikel dalam medium elastik seperti udara dan sering disebut bunyi obyektif,
penyimpangan fisis dan sering disebut sebagai bunyi subyektif (Doelle, 1972). Secara
fisik tidak ada perbedaan antara bunyi dengan bising, bunyi pada dasarnya
merupakan persepsi sensori dari pola kompleks dari getaran bunyi yang dapat dilabeli
sebagai percakapan, musik ataupun kebisingan. Hal lain yang berkaitan dengan bunyi
atau suara adalah frekwensi dan intensitas suara, frekuensi gelombang suara
merupakan getaran yang dihasilkan dari sumber penghasil getaran seperti garpu tala
yang membentuk sinosidal, jumlah dari siklus gelombang yang terjadi dalam waktu
satu detik biasa disebut frekwensi dan dinyatakan dalam satuan Hertz (Hz). Intensitas
suara merupakan sensasi berupa kekerasan suara yang dirasakan manusia, suatu
energi atau tenaga per satuan luas (contoh Newton per meter persegi N/m²) sering
disebut Intensitas Suara dan satuan dasar yang digunakan adalah Bel (B), ataupun
(Suma’mur, 1996).
12
2.1 Kebisingan
berlebihan, mengganggu atau berbahaya bagi kegiatan sehari hari ataupun kesehatan
manusia (Ashford, 1992), kebisingan juga merupakan bunyi atau suara yang bisa
menimbulkan dampak fisiologis atau psikologis yang tidak diinginkan pada seseorang
dan dapat mengganggu kegiatan sosial dari individu atau kelompok (Davis, 2006).
Bising sebagai bunyi yang tidak dikehendaki, menganggu dan atau membahayakan
kesehatan (Adhyatma, 1987), bising sebagai bunyi yang tidak diinginkan dari usaha
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
Frekwensi normal yang masih dapat di dengar oleh manusia adalah 20-20.000
frekwensi dibawah suara yang dapat didengar oleh manusia yaitu 20 Hz,
frekwensi diatas suara yang dapat didengar oleh manusia yaitu 20.000 Hz,
1. Irriating Noise, yaitu bising dengan intensitas yang rendah atau sedang
Beberapa contoh jenis sumber bising dan besaran tekanan suara yang dihasilkan
auditory dan dampak auditory, yang termasuk dalam dampak non-auditory (Nasri,
1997) adalah:
pembuluh darah;
suara;
1. Sound Level Meter, peralatan yang dapat mengukur tingkat tekanan suara
atau sound pressure level dari 30-130 dB dengan rentang frekwensi 20-
20.000 Hz, output yang dihasilkan adalah tingkat kebisingan dalam satuan
lingkungan kerja maka ditetapkan skala A (dB-A) sebagai skala yang tepat
pendengar;
kebisingan di suatu area yang dapat diterima terus menerus selama suatu
sumber bising, meningkatkan jarak antar sumber bising, mengurangi waktu paparan
bising, menempatkan barrier atau penghalang dan pemanfaatan alat pelindung telinga
pada masyarakat tergantung dari faktor; besaran distribusi frekwensi, durasi bising,
jalur penerbangan saat tinggal landas dan mendarat, jumlah dan tipe operasi, prosedur
pengoperasian, jenis pesawat, sistem landas pacu, waktu dan musim serta
meteorologi. Teknik dan prosedur yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak
kebisingan pesawat yang dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu; rancangan atau
perbedaan individual dalam toleransi suara dan tipe suara (Davis, 1999). Pendekatan
atau sumber kebisingan, bagaimana ia merambat dan apa yang bisa dilakukan untuk
hal tersebut. Sumber bunyi dapat berupa sejumlah alat mekanik yang memancarkan
bising atau energi getaran, sedangkan bunyi dapat merambat melalui udara maupun
jalur struktural, hal yang dapat dilakukan terhadap kebisingan adalah memodifikasi
pribadi.
bunyi pantul terletak pada satu bidang datar, sudut datang adalah sudut antara bunyi
pantul dengan garis normal, sudut pantul adalah sudut antara bunyi pantul dengan
garis normal, garis normal adalah garis tegak lurus bidang pantul melalui titik jatuh
bunyi datang (Snellius, 2010). Pemantulan bunyi dapat dibedakan menjadi bunyi
pantul yang memperkuat bunyi asli, bunyi gaung dan bunyi gema. Dalam hal
(dB) yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian suara yang berlebihan atau
kebisingan yang bersumber dari luar bangunan (Garg, 2007), yaitu sebagai berikut:
suara atau kebisingan di dalam bangunan adalah besar bising sumber, jarak transmisi
bunyi, barier atau penghalang antar sumber bunyi dan bangunan dan jenis serta
kawasan bandar udara, semburan udara panas dari mesin jet dan putaran baling-
baling pemompa udara menghasilkan suara 140 dB yang disebarkan sepanjang jalur
engine yang digunakan pada pesawat Airbus A-340 dan Boing B 747-300 pada
dasarnya merupakan pengembangan dari jenis mesin pesawat turboprop dan turbojet
bakar dan menurunkan tingkat polusi baik zat carbon dioksida (Co²) maupun
Chief executive officer Airbus menyatakan bahwa pada tahun 2016 Airbus akan
melengkapi armada A 320 dengan teknologi mesin pesawat terbaru yang lebih ramah
mesin pesawat diyakini akan mengefisienkan kerja mesin dan merupakan teknologi
baru yang belum diterapkan pada mesin pesawat yang ada sekarang (Enders, 2013).
Pengembangan teknologi mesin pesawat terbang yang terus dilakukan dari waktu ke
waktu dalam rangka untuk mendapatkan armada pesawat terbang yang ramah
masuknya jenis dan umur pesawat tertentu untuk alasan pencegahan polusi
pergerakan pesawat terbang, yaitu dimulai sesaat setelah pesawat memasuki tahap
approach dan landing-off di badan runway dan dilanjutkan melewati taxiway menuju
apron untuk kemudian berhenti. Kebisingan mesin jet dapat mencapai 130 dB, saat
take-off pada jarak 150 meter kebisingannya mencapai 115 dB dan pada jarak 1000
meter menjadi 90 dB, take-off adalah tahap puncak kebisingan yang dikeluarkan
mesin pesawat terbang (Doelle, 1972). Operasi pesawat jet komersil rata-rata dapat
menghasilkan bunyi lebih dari 100 db, sementara bising lingkungan daerah
pemukiman di siang hari bervariasi 55-65 dB, faktor jarak antara pusat aktifitas
dengan lokasi sumber bising adalah hal penting yang perlu diperhitungkan (Horojeff,
2009). Dari kenyataan tersebut dimana gelombang suara mesin pesawat akan
menyebar sepanjang jalur pergerakan pesawat maka perencana bandar udara harus
Alasan pelayanan secara nasional maka mulai tahun 2014 direncanakan lima
bandar udara internasional di Indonesia akan dibuka atau dioperasikan selama 24 jam,
penyesuaian terhadap kemampuan fasilitas bandar udara yang ada guna mendapatkan
kenyamanan atau kualitas layanan. Perubahan jam operasional suatu bandar udara
dari rata-rata 8 jam operasi menjadi 24 jam operasi akan berdampak langsung
berbahaya bagi kegiatan sehari hari, bising menghasilkan gangguan yang jauh lebih
besar pada malam hari daripada siang hari dan bising dengan frekuensi tinggi lebih
penerbangan pada malam hari dibanding siang hari, memanfaatkan jalur runway
dengan kepadatan lingkungan yang lebih rendah untuk pendaratan dan tingal landas
dapat diupayakan dalam rangka mengurangi waktu paparan bising baik bagi
merambat, pada permukaan keras atau ruang bebas maka bising akan berkurang
sampai dengan 3 dB, diatas tanah berumput atau bertaman maka bising akan
berkurang sampai dengan 5-6 dB, sementara pada permukaan dengan deretan semak
rendah tetapi dapat mereduksi frekwensi tinggi sampai dengan 1-2 dB. Bising akan
lebih mudah menyebar pada arah angin daripada berlawanan dengan arah angin
(Doelle, 1972). Penempatan barrier atau penghalang baik berupa lanscape maupun
produk pabrikan pada titik tertentu di jalur pergerakan pesawat dilakukan untuk
tersebut akan efektif untuk penanganan kebisingan dalam sekala yang lebih kecil di
Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup
telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan
intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Alat pelindung telinga dapat
dibedakan menjadi sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff), pada
sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga
pemakainya untuk mencegah kebisingan yang masuk, peralatan ini dapat mengurangi
bising sampai dengan 30 dB, sementar tutup telinga terdiri dari dua buah tudung
untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap
suara frekuensi tinggi, tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising sampai
tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh pekerja seperti teknisi dan operator yang
bekerja di luar ruangan, sementara gedung dengan kelengkapan insulasi suara akan
lebih tepat bagi karyawan atau pekerja yang beraktifitas di dalam ruangan.
dari gelombang suara mesin pesawat udara dan menimbulkan dampak gangguan
kebisingan pada masyarkat dan lingkungan disekitar bandar udara. Menurut Peraturan
sekitar bandar udara yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara yang
terdiri atas kebisingan tingkat I, kebisingan tingkat II dan kebisingan tingkat III.
Ambang batas kebisingan di bandar udara dan sekitarnya ditentukan dengan indek
nilai equivalen tingkat kebisingan di suatu area yang dapat diterima terus menerus
selama suatu rentang waktu dengan pembobotan tertentu. Hubungan antara WECPNL
jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat udara selama periode waktu 24 jam.
tanah serta ruang udara untuk kegiatan penerbangan dan kegiatan penunjang
sosial budaya serta spek terkait lainnya. Rencana Induk Bandar Udara meliputi antara
penggunaan dan pemanfaatan lahan. Sejumlah gedung sebagai bagian dari fasilitas
sisi darat keberadaanya telah diatur dalam rencana induk bandar udara, baik dari segi
perkiraan luasan, letak atau posisi bangunan maupun jenis kelengkapan fasilitas yang
perlu ada.
Orientasi landasan tergantung kepada arah angin dominan yang bertiup dan luas
tanah yang tersedia bagi pengembangan di masa yang akan datang, di sejumlah
runaway tunggal maka penempatan fasilitas sisi darat kebanyakan berada di samping
atau paralel sepanjang runway. Dalam dunia penerbangan, perlu adanya pengaturan
pesawat, baik itu take off atau landing off pada jalur runway maupun pada saat masuk
ke taxiway dan apron. Runway (R/W) merupakan bagian memanjang dari sisi darat
aerodrom yang disiapkan untuk tinggal landas dan mendarat pesawat terbang. Untuk
runway atau landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin serta
daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih
panjang daripada yang umum digunakan di bandar udara bahkan bandar udara
internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Jumlah landasan tergantung
pada volume lalu lintas, dan orientasi landasan tergantung kepada arah angin
dominan yang bertiup, tetapi kondisi luas tanah yang tersedia juga dapat menjadi
di lingkungan dengan tingkat kebisingan yang tinggi seperti bandar udara (N.K. Garg,
2007). Telah diketahui bahwa indek kebisingan pesawat udara di lingkungan bandar
udara pada umumnya berada pada tingkat III skala WECPNL dengan konsekwensi
pemanfaatan lahannya hanya untuk membangun fasilitas bandar udara seperti gedung
Sertifikasi Operasi Bandar Udara dinyakan bahwa fasilitas sisi darat suatu bandar
udara pada dasarnya adalah wilayah yang tidak berhubungan secara langsung dengan
darat sebenarnya lebih berhubungan erat dengan pola pergerakan barang dan
penumpang serta pengunjung dalam satu bandar udara, akan tetapi standar peralatan
sisi darat meliputi terminal penumpang, terminal kargo, bangunan operasi dan
fungsi bangunan operasi yang terdiri dari bangunan administrasi dan umum,
bangunan operasional, dan bangunan teknik atau penunjang, standar ini mengacu
pada kriteria kebutuhan dan fungsi, karakteristik peralatan, kondisi fisik dan
yang akan datang. Dalam hal pengembangan bandar udara untuk masa yang akan
datang akan memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh kebutuhan luas lahan, tata
letak, jenis dan sistem konstruksi dan jenis bahan bangunan. Fasilitas bangunan
stasiun meteorologi, gedung NDB, gedung VOR, gedung DME, kemudian bangunan
teknis penunjang seperti power house dan stasiun bahan bakar pesawat, dan yang
terakhir adalah bangunan administrasi dan umumyang meliputi kantor bandar udara,
sekitar kawasan bandar udara sudah banyak dilakukan, tetapi pada umumnya fokus
yang dilakukan adalah lebih banyak pada pemetaan kebisingan sisi udara bandar
udara dan kawasan sekitar bandar udara atau lingkungan masyarakat. Penelitain
perumahan disekitar bandar udara yang berjarak ± 1,1Km dari landas pacu
terhadap landas pacu maupun jalur lepas landas dan mendarat pesawat,
2. Intensitas bunyi yang terjadi di area apron suatu bandar udara dapat
mencapai lebih dari 80 dB, hal tersebut akan sangat mengganggu bagi
lokasi tersebut, baku mutu intensitas bunyi yang masih dapat diterima
pengukuran tingkat kebisingan yang ada di sekitar area apron Bandar Udara
dengan jarak 2m-10m dari keempat sisi (depan, belakang, sayap kanan,
dengan faktor jarak yaitu semakin jauh jarak penelitian maka semakin
dihasilkan jenis pesawat sipil lebih rendah dari jenis pesawat militer;
penduduk sekitar bandar udara terutama yang berada pada jalur lepas landas
sebagai berikut: intensitas bunyi di dalam area bandar udara mencapai 80,05
dB untuk lokasi apron dan 70 dB-77 dB untuk lokasi ujung landas pacu,
51,60 dB untuk lokasi parkir kendaraan (masih dibawah ambang baku mutu
pemukiman sekitar bandar udara adalah gangguan susah tidur 60%, tidak
yang berada dijalur lepas landas dan pendaratan pesawat (Miroslov dkk,
dengan (46,1%) dan dari 4 responden yang bekerja pada area kebisingan
BAB III
FASILITAS DAN OPERASIONAL
BANDAR UDARA
Bandar udara atau yang sering disebut bandar udara adalah kawasan di daratan
atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat
udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi yang dilengkapi dengan
sebagai lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan
kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk
umum bandar udara dapat didefinisikan sebagai sebuah kawasan di daratan atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang berfungsi sebagai tempat lepas landas atau
take-off dan mendaratnya atau landing-off pesawat terbang yang dilengkapi dengan
Dalam rangka penyelengaraan suatu bandar udara terutama pada bandar udara
bandar udara akan digunakan sebagai lokasi penempatan fasilitas bandar udara baik
fasilitas pokok maupun fasilitas penunjang. Fasilitas pokok bandar udara meliputi
31
fasilitas sisi darat, fasilitas sisi udara, fasilitas navigasi penerbangan, fasilitas alat
sedangkan fasilitas pendukung dapat berupa fasilitas penginapan atau hotel, fasilitas
Keberadaan runway atau landas pacu merupakan syarat minimal suatu bandar
udara, merupakan bagian dari fasilitas sisi udara disamping apron dan taxiway yang
berfungsi sebagai tempat mendarat dan tinggal landas pesawat terbang, panjang
runway akan ditentukan oleh jenis pesawat rencana, suhu udara, kondisi angin,
kemiringan memanjang, kondisi permukaan dan elevasi. Fasilitas apron atau landas
parkir dan taxiway atau landas hubung pada umumnya menyesuaikan kondisi runway
yang ada, apron diperhitungkan berdasarkan jumlah dan jenis pesawat yang akan
ditampung pada bandar udara tersebut (Lampiran 3.1). Fasilitas sisi udara lainnya
adalah menara pengawas lalu lintas udara atau Air Traffic Control, Fuel Service untuk
pengisian bahan bakar avtur serta Air Rescue Service untuk penanggulangan
kecelakaan.
bagasi penumpang dari dan menuju pesawat terbang, pada umumnya terminal
pada jumlah penumpang dan jenis pesawat yang akan dilayani, sedangkan fasilitas
dalam kelengkapan fasilitas darat lainnya adalah sejumlah gedung perkantoran yang
Gambar 3.2 Fasilitas Sisi Udara dan Sisi Darat (Wikipedia, 2015)
kenavigasian penerbangan, terdiri dari peralatan NDB, VOR dan DME. NDB (Non
bentuk sinyal radio, VOR (Very High Frequency Omni Range) berfungsi sebagai
pemancar informasi penerbangan dalam bentuk sinyal radio dengan frekwensi lebih
tinggi dan tidak rentan terhadap kondisi cuaca, DME (Distance Measuring
Fasilitas alat bantu pendaratan visual bandar udara juga berupa seperangkat
peralatan seperti AFL (Airfield Lighning System), yaitu alat bantu pendaratan secara
visual yang berfungsi mambantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal
landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman,
disamping AFL dikenal juga ILS (Instrument Landing System) yaitu alat bantu
pendaratan non visual atau instrumen yang digunakan untuk membantu penerbang
dalam melakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandar udara
(Gambar 3.3).
dari proses pendekatan ke lokasi bandar udara atau approach yang dilanjutkan
dengan proses pendaratan pesawat atau landing-off di runway, serta proses taxi
menuju apron hingga pesawat berhenti dan siap menurunkan atau menaikan
Pendaratan pesawat yang dimulai dari fase mendekati bandar udara atau
approach yaitu sesaat setelah pesawat meninggalkan ketinggian 10.000 kaki dan
petugas ATC (air traffic control) menginstruksikan kepada pilot pesawat untuk
memasuki approach area dan dilanjutkan dengan memulai prosedur pendaratan yang
menuju ujung runway hingga roda utama menyentuh sasaran pendaratan atau
touchdown zone, hal utama yang menjadi pertimbangan pilot dalam proses
Landas hubung atau taxiway pada dasarnya adalah fasilitas penghubung antara
landas pacu dengan landas parkir, terdapat tiga tipe landas hubung yaitu parallel
taxiway yang dibangun sejajar dengan landas pacu, exit taxiway atau entrance
taxiway yang dibangun menyilang dengan landas pacu dan bypass taxiway yang
dibangun pada bandar udara dengan kepadatan penerbangan yang sangat tinggi,
perinsip dasar ketiga tipe taxiway tersebut adalah mempercepat atau mengefisiensikan
pergerakan pesawat di darat. Bagian akhir dari pergerakan pesawat didarat adalah
ketika pesawat memasuki dan berhenti di landas parkir atau apron untuk menurunkan
dipergunakan sebagai sarana parkir pesawat yang minimal harus mampu menampung
lebih dari dua pesawat dan menyediakan ruang yang cukup sehingga satu pesawat
dapat melewati yang lainnya, tahap pergerakan pesawat di bandar udara (Gambar
3.4).
internasional yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan luar negeri yang
hirarkinya, bandar udara dapat dibedakan menjadi bandar udara pengumpul atau hub
udara di Indonesia dapat dibagi menjadi pengelolaan bandar udara umum dan
pengelolaan bandar udara khusus. Tercatat sampai dengan tahun 2013 terdapat 299
bandar udara umum dimana 273 diantaranya berupa Unit Pelaksana Teknis
Kementrian Perhubungan, dan sisanya 26 bandar udara dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Angkasa Pura (Persero) atau sering disebut Angkasa
Pura Airports, ke 26 bandar udara yang dikelola Angkasa Pura Airports merupakan
bandar udara kelas 1 dan sebagian besar telah bersetatus sebagi bandar udara
Indonesia dikelola oleh PT. Angkasa Pura I(Persero) dan 13 bandar udara yang
berlokasi di wilayah timur Indonesia dikelola oleh PT. Angkasa Pura II (Persero).
Sementara untuk ke 273 bandar udara UPT-DJU lokasinya tersebar di seluruh penjuru
Saat ini PT (Persero) Angkasa Pura merupakan satu satunya operator penyedia
jasa bandar udara di Indonesia, dalam rangka mendukung operasional bandar udara
maka pengelola bekerjasama dengan sejumlah mitra kerja atau stakeholder baik
atau airline, Layanan Jasa Sisi Darat atau ground handling service dan lain
lingkungan bandar udara, sehingga pada suatu bandar udara internasional dalam
menjalankan aktifitasnya memerlukan SDM dalam jumlah yang cukup banyak, yang
berasal lebih dari 50 unit kerja baik instansi pemerintah maupun non pemerintah atau
suwasta. Sumber daya manusia atau pekerja bandar udara pada dasarnya terbagi
menjadi dua, yaitu karyawan administrasi yang lebih banyak beraktifitas di dalam
gedung perkantoran bandar udara dan personil teknis bandar udara yang termasuk
didalamnya adalah teknisi dan operator yang banyak bekerja di lapangan atau luar
gedung utama.
Bandar Udara Juanda Surabaya adalah bandar udara terbesar dan tersibuk kedua
pesawat dan penumpang, dikelompokan dalam bandar udara kelas 1 yang sekaligus
Dikelola oleh Angkasa Pura Airports bersama dengan 12 bandar udara lainnya
sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negera (BUMN) sektor perhubungan yang
entitas bisnis milik negara maka tujuan utama Angkasa Pura Airports adalah
Bandar Udara Ngurah Rai Bali, Bandar Udara Sepinggan Balikpapan, dan Bandar
Udara Juanda adalah tiga bandar udara yang saat ini dalam proses pengembangan dan
peningkatan fasilitas. Untuk Bandar Udara Juanda target pada tahun 2013 total
kapasitas terminalnya telah mampu menampung 14 juta penumpang per tahun atau
dua kali lipat kapasitas terminal awal di tahun 2007 yaitu hanya diperuntukan bagi 6
juta penumpang, pada awal perencanannya Bandar Udara Juanda akan dikembangkan
dalam tiga tahap yaitu phase I tahap 1, phase I tahap 2 dan pahase II (lampiran 3.3).
Data terakhir dari Pusat Data Statistik Kementrian Perhubungan (2014) tercatat
mencapai 66% dibandingkan pada lima tahun terakhir, demikian juga hal yang sama
pergerakan serta kargo termasuk bagasi dan pos meningkat 15% (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Perkembangan Lalu Lintas Udara Bandar udara Juanda Surabaya
(Ervan, 2014)
Peningkatan Pergerakan lalu Lintas
(Jumlah Penumpang/Pesawat/Ton)
Prosentase (%) Tahun 2013 Tahun 2009
1. Penumpang 66 139.668.676 84.285.105
2. Pesawat 36 1.248.905 918.016
3. Kargo, Bagasi dan Pos 15 1.741.145.821 1.512.924.691
fasilitas lainnya untuk sejumlah bandar udara besar. Dengan panjang runway 3000 m
x 45 m dan apron 158.606 m² serta dilengkapi 9 taxiway, Bandar Udara Juanda saat
ini mampu menampung rata-rata 366 pergerakan pesawat tinggal landas dan
mendarat dalam tiap harinya yang menjadikan bandar udara tersebut tersibuk kedua
secara nasional, fasilitas lainnya yang saat ini dalam proses pengembangan adalah
fasilitas sisi darat selain terminal adalah gedung administrasi, gedung operasional,
menara pengawas, gedung kargo, gedung pengendali banjir, gedung suplai listrik dan
sejumlah gedung lain yang merupakan fasilitas yang dibangun untuk kepentingan
mitra kerja atau stakeholder pengelola bandar udara, sejumlah fasilitas Bandar udara
Gambar 3.5 Fasilitas Sisi Udara dan Sisi Darat Bandar Udara Juanda Surabaya
(Japan Airport Consultants, 2007)
kemanfaatan dan keselamatan, hemat dan tidak berlebihan, terarah dan terkendali
sistem struktur yang diterapkan pada gedung perkantoran adalah konstruksi beton
bertulang dengan rangka kaku atau rigid frame, jumlah lantai hanya terbatas satu
sampai tiga lantai yang mengacu peraturan batas ketinggian bangunan (obstacle) di
lingkungan operasional bandar udara, ketentuan umum konstruksi beton baik untuk
pondasi, plat lantai, kolom, dinding dan balok tetap mengacu pada peraturan beton
kebutuhan konstruksi pondasi gedung bertingkat di bandar udara sampai dengan saat
ini. Secara teknis pengunaan pondasi tiang pancang dipergunakan apabila tanah
dasar dibawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan juga bila letak tanah keras yang memiliki
daya dukung yang cukup berada pada posisi yang sangat dalam.
Atap adalah satu bagian bangunan yang paling terlihat dari luar dan sangat
dipergunakan karena keunggulanya dalam hal stabil dan kokoh, tahan terhadap cuaca,
tidak berkarat, anti rayap, umur material yang cukup lama, perawatan yang lebih
murah sehingga ekonomis secara harga atau pembiayaan. Sebagi finishing atap
banyak digunakan genteng metal dan genteng beton, genteng metal memiliki
keuntungan lebih awet, tahan api dan bebas perawatan, bobot lebih ringan dan
Plafon gypsum merupakan jenis plafon yang cukup banyak digunakan untuk
penutup plafon pada gedung perkantoran di bandar udara. Ukuran untuk plafon
standar adalah 122 cm x 244 cm dan keunggulan terutama pada saat terpasang plafon
lebih cepat, mudah diperoleh dan mudah diperbaiki serta diganti. Sementara
kelemahannya adalah tidak tahan terhadap air sehingga mudah rusak ketika terkena
air atau rembesan air sehingga hanya diperuntukan pada interior bangunan saja.
Beberapa ruang perkantoran juga telah menggunakan jenis plafon akustik, plafon
merupakan plafon yang tahan terhadap batas ambang kebisingan tertentu. Ukuran
dipasang dengan rangka kayu atau bahan metal pabrikan yang sudah jadi.
pasangan dinding bata merah masih banyak dipergunakan sebagai partisi luar
bangunan, batu bata yang digunakan lebih banyak memanfaatkan batu bata lokal
dengan kualitas terbaik. Untuk finishing lantai adalah bagian dari gedung yang
terhadap kebersihan dan image gedung secara keseluruhan, sampai dengan saat ini
jenis lantai yang banyak dipergunakan adalah lantai keramik, mozaik dan sebagian
kecil batu alam seperti geranit dan marmer, diperlukan perawatan khusus untuk
masing-masing jenis lantai tersebut terutama yang berasal dari batu alam. Material
kayu masih digunakan pada sebagain pintu dan jendela, kayu yang dipakai adalah
kayu kelas I, teak plywood digunakan sebagai panil, untuk ditempelkan pada rangka
dengan menggunakan perekat kayu, tetapi untuk yang berkaitan dengan eksterior
contoh konstruksi gedung di Bandar Udara Juanda ditunjukan pada Lampiran 3.4.
Pintu aluminium yang terpasang dengan baik dapat membantu melindungi gedung
secara optimal dan dengan tampilan yang lebih minimalis dan mekanik pintu yang
lebih baik serta penggunaan panil kaca maka akan menambah penampilan yang lebih
mendukung segi arsitektural bangunan, contoh konstruksi pintu dan jendela pada
gedung di Bandar Udara Juanda (Lampiran 3.5) dan contoh spesifikasi material
No Nama Keterangan
1 Atap Genteng keramik
Beton ekspos
Skylight
2 Lantai Batu granite
Batu marmer
Homogeneous
Keramik
Beton ekspos
3 Dinding Batu granite
Batu marmer
Keramik
Papan gypsum
Beton ekspos
Aluminium panel cladding
4 Plafon Papan acoustic
Papan gypsum
Papan calcium cilicate
Beton ekspos
Besi ekspos
5 Jendela Aluminium
6 Pintu Besi
Aluminium
BAB IV
DAMPAK KEBISINGAN OPERASIONAL
PESAWAT TERBANG
masyarakat Indonesia saat ini, karena keunggulannya dalam hal kecepatan yang
tinggi dan daya jelajahnya yang luas serta biaya yang semakin kompetitip.
langsung terhadap lonjakan jumlah penumpang dan penerbangan pada sebagian besar
Kementerian Perhubungan pada periode tahun 2013 secara nasional kepadatan lalu
peningkatan sebesar 9,9% pada tiap tahunnya. Demikian halnya di Bandar udara
Juanda Surabaya yang merupakan bandar udara terbesar kedua di Indonesia, tercatat
pada tahun 2013 terdapat 134.733 pergerakan pesawat terbang datang-berangkat dan
kepadatan lalu lintas udaranya dari tahun ke tahun juga terus meningkat hingga rata-
bandar udara yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara yang terdiri
atas kebisingan tingkat I, tingkat II dan tingkat III, jika dilihat dari faktor indek
kebisingan tersebut maka dapat dipastikan bahwa seluruh lingkungan bandar udara di
47
Indonesia berada pada kebisingan tingkat III (Lampiran 4.1) atau kawasan dengan
nilai indek kebisingan pesawat udara tertinggi yaitu lebih besar atau sama dengan 80
Gambar 4.1 Kawasan Kebisingan Tingkat I, II, III Bandar Udara Juanda di Surabaya
(Gumelar, 2002)
Landas Pacu (runway), landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron)
merupakan bagian dari fasilitas sisi udara, merupakan lokasi utama aktivitas
operasional pesawat terbang yang menjadikan lokasi tersebut sebagai sumber utama
tinggal landas di lokasi landas pacu yang tekanan suaranya dapat mencapai 135 dB
(Garg, 2007), sedangkan berdasarkan hasil survei kebisingan yang pernah dilakukan
pada lokasi pada bandar udara tersebut menunjukan bahwa dua lokasi sumber bising
lainnya yaitu landas hubung dan landas parker dampak kebisingannya maksimum
mencapai 84,43dB dan 89,27dB (Ramita, 2011). Dari penjelasan tersebut maka dapat
diketahui bahwa nilai ambang kebisingan disekitar fasilitas landas parkir dan gedung
dapat mencapai ±89,27dB atau secara umum nilai ambang kebisingan tersebut
meliputi radius 4.126 meter dari ujung landas pacu 10 dan 3.347 meter dari ujung
landas pacu 28 atau keseluruhan kawasan bandar udara yang masuk dalam kawasan
kawasan kebisingan tingkat III merupakan kawasan yang seharusnya hanya dapat
suara, jalur hijau dan sarana pengendalian lingkungan atau sejenisnya (Susilo. BY,
dilihat pada Lampiran 4.2. Memperhatikan posisi sumber kebisingan yang relatif
tersebar dikedua sisi landas pacu (Gambar 4.2), maka dapat dipastikan seluruh
fasilitas sisi darat seperti gedung administrasi bandar udara dan gedung terminal
atau kebisingan.
suara yang datang dari lingkungan sekelilingnya, seperti pada sejumlah gedung di
kawasan Bandar udara Juanda Surabaya yang berlokasi di area yang memiliki resiko
melihat jenis konstruksi dan material yang dipergunakan maka pada dasarnya gedung
tersebut tidak untuk dipersiapkan sebagai bangunan yang dapat menahan dampak
kebisingan yang berlebih, bukaan bangunan seperti pada jendela, kisi-kisi ventilasi,
shaf jaringan peralatan mekanikal dan elektrikal merupakan titik lemah masuknya
kebisingan ke dalam ruang bangunan, prosentase bukaan yang berupa jendela dan
kisi-kisi ventilasi dinding luar pada gedung administrasi mencapai 60% dengan arah
bukaan jendela sebagian tegak lurus arah jalur rambatan kebisingan dari landas pacu
(Gambar 4.3).
Demikian juga dalam hal jenis material, penggunaan jendela aluminium dengan
panil kaca tunggal tebal rata-rata 6 mm tidak cukup mampu untuk mereduksi suara
mesin jet pesawat yang datang dari arah landas pacu, unit jendela kaca tersebut
kurang efisien dalam hal mereduksi suara atau kebisingan dari dampak operasional
mereduksi kebisingan dan dengan jarak ke sumber bunyi yang relatif dekat
menjadikan ancaman yang serius bagi kesehatan para pekerja yang bertugas di
gedung tersebut (Lampiran 4.3). Gangguan fisiologis seperti mual dan sakit kepala
merupakan ganguan dominan yang dialamai oleh karyawan secara umum pada
tugas maka pelaksanaan pekerjaan kesehariannya berada pada area yang beresiko
terhadap gangguan kebisingan, seperti teknisi listrik, operator pompa dan lain
pengukuran kebisingan untuk 9 gedung yang masuk dalam fasilitas sisi darat di
Bandar udara Juanda, meliputi gedung terminal penumpang dan kargo, gedung
otorita bandar udara dan gedung vvip, dari pengukuran kebisingan tersebut diperoleh
nilai intensitas bunyi tertinggi berada pada gedung pompa yaitu mencapai 115 dB
dengan jarak dari sumber bising 330m. Pengukuran kebisingan pada fasilitas sisi
darat dilakukan selama tiga kali dengan hasil untuk masing-masing gedung (Tabel
4.1), dari pegukuran intensitas bunyi tersebut juga dapat diketahui bahwa besaran
itensitas bunyi atau kebisingan sangat bergantung pada jarak antara bangunan atau
fasilitas lain dengan sumber kebisingan bandar udara yaitu pada lokasi landas pacu,
landas hubung dan landas parkir, jam puncak operasi bandar udara dan jenis pesawat
yang beroperasi juga cukup berpengaruh terhadap naiknya nilai itensitas bunyi
(Lampiran 4.5).
Tabel 4. 1 Data Survei Kebisingan Pada Fasilitas Sisi Darat (Ruang Luar)
di Bandar Udara Juanda Surabaya
Suatu gelombang bunyi yang datang pada suatu permukaan batas yang
memisahkan dua daerah yang laju gelombangnya berbeda seperti pada permukaan
material kaca maka gelombang bunyi tersebut sebagian akan dipantulkan dan
sebagian lainnya akan diserap atau diteruskan. Dari bunyi yang datang ke arah
gedung adminsitrasi dengan besaran tekanan suara sebesar 111 dB pada lokasi
tersebut dan Nilai Ambang Kebisingan Dalam Gedung atau bunyi yang diserap atau
ambang kenyamanan bekerja dalam ruang kantor dan di luar ruangan tidak lebih dari
tingkat kebisingan ruangan pada 9 gedung fasilitas sisi darat di atas, sebagaimana
telah diketahui bahwa secara umum pada gedung gedung tersebut masih banyak
terdapat bukaan-bukaan seperti ventilasi, kisis kisi bangunan dan jendela sehingga
sangat mempengaruhi nilai intensitas bunyi yang terjadi didalam ruangan. Dengan
mengikuti pengukuran kebisingan pada lingkungan sekitar gedung fasilitas sisi darat,
maka intensitas bunyi pada ruangan yang didapat (Tabel 4.2, dan Lampiran 4.6).
Tabel 4.2 Data Survei Kebisingan pada Ruangan Fasilitas Sisi Darat
(Ruang Dalam) di Bandar Udara Juanda Surabaya
pada landas pacu sebagai sumber kebisingan utama, dari dua ruangan pada masing
masing ruangan lantai menunjukkan besaran intensiatas bunyi (Tabel 4.3). Pada
gedung administrasi, intensitas bunyi cenderung lebih besar pada lantai satu dan dua
jika dibandingkan dengan lantai ground, hal ini dimungkinkan karena adanya
penghalang lanscape pada lantai bawah, demikian juga ruangan yang berhadapan
langsung dengan sumber kebisingan cenderung memiliki intensitas bunyi yang lenbih
tinggi jika dibandingkan pada ruang sebaliknya atau menghadap ke bagian sisi darat.
Asumsi unit jendela kaca sebagai satu satunya bukaan pada ruang gedung
fasilitas sisi darat dan faktor material interior diabaikan, maka perbandingan nilai
intensitas ruang pada lingkungan gedung atau eksterior dengan nilai intensitas gedung
pada ruang dalam atau interior dapat memberi gambaran secara umum kemampuan
unit jendela kaca eksisting dalam mereduksi rambatan bunyi yang berasal dari sumber
kebisingan di bandar udara seperti mesin pesawat terbang (Gambar 4.5, 4.6 , 4.7 dan
Tabel 4.4).
Gedung VVIP
Gedung pompa-3
nilai tertinggi (dBA)
Gedung pompa-1 nilai rata rata (dBA)
Gedung operasional
Gedung administrasi
Gambar 4.5 Barchart Hasil Survei Kebisingan Pada Fasilitas Sisi Darat
(Ruang Luar) di Bandar Udara Juanda Surabaya
Gedung VVIP
Gedung pompa-3
nilai tertinggi (dBA)
Gedung pompa-1 nilai rata rata (dBA)
Gedung operasional
Gedung administrasi
Gambar 4.6 Barchart Hasil Survei Kebisingan Pada Ruangan Fasilitas Sisi Darat
(Ruang Dalam) di Bandar Udara Juanda Surabaya
Tabel 4.4 Data Kemampuan Proteksi Unit Jendela Kaca Eksisting pada
Fasilitas Sisi Darat di Bandar Udara Juanda Surabaya
Gedung VVIP
Gedung pompa-3
ruang dalam (dBA)
Gedung pompa-1 ruang luar (dBA)
Gedung operasional
Gedung administrasi
BAB V
RANCANGAN UNIT JENDELA KACA
Bunyi terjadi dari tiga unsur dasar yaitu muncul dari sumber bunyi, merambat
melalui jalur dan mempengaruhi penerima atau pendengar (Davis, 2008), bunyi juga
memiliki sifat dasar dapat dipantulkan atau dibelokan dan dapat diserap atau di
teruskan (Snellius, 2010). Solusi dari masalah bunyi yang berlebihan atau bising pada
wilayah tertentu seperti kawasan bandar udara dapat dilakukan degan cara mengubah
atau mengontrol jalur transmisi bunyi dari lingkungan untuk mengurangi tingkat
kebisingan yang mencapai pendengar. Penggunaan desain yang tepat pada rancangan
unit jendela kaca bangunan merupakan faktor penentu dalam hal pencapaian
kenyamnan intensitas bunyi ruangan yang diharapkan, standar baku mutu kebisingan
Gedung Administrasi di Bandar Udara Juanda Surabaya sebagai studi kasus maka
dapat dilakukan analisa rancangan insulasi bunyi pada kawasan dan komponen
Mengubah atau mengontrol jalur transmisi bunyi yang bersumber dari mesin jet
pesawat terbang di lingkungan bandar udara pada dasarnya dapat dilakukan dengan
sekala besar berupa mengontrol jalur transmisi bunyi pada kawasan dan pada sekala
yang lebih kecil adalah mengontrol jalur transmisi bunyi yang terjadi pada komponen
58
bangunan seperti unit jendela kaca. Jalur transmisi bunyi pada kawasan bandar udara
memasuki ketinggian 50 kaki menuju ujung landas pacu hingga roda utama
dari jalur landas pacu tersebut. Prosedur take-off atau tinggal landas dan
tingkatan kebisingan yang paling tinggi, peletakan gedung pada jalur landas
Keterangan:
Lokasi gedung Diluar jalur tinggal landas dan mendarat
Diluar satu arah tiupan angin dengan fasilitas landas pacu
Bukaan gedung Tidak berhadapan tegak lurus dengan lokasi sumber kebisingan
Barier Memanfaatkan Lanscape berupa rumput pada area sisi udara
2. Arah angin dan arah runway: Hal utama yang menjadi pertimbangan pilot
dalam proses tinggal landas dan mendarat pesawat terbang adalah arah
angin, demikian juga dalam penentuan arah landas pacu akan disesuaikan
bahwa rambatan bunyi pada ruang terbuka sangat dipengaruhi oleh arah
angin maka peletakan gedung pada jalur arah tiupan angin akan beresiko
terkena dampak kebisingan yang tinggi sehingga perlu juga untuk dihindari
(Gambar 5.1).
3. Arah gelombang bunyi: Bunyi dapat merambat melaui udara dalam bentuk
gelombang bunyi pada arah lurus, dengan pertimbangan sifat bunyi tersebut
maka penempatan sisi gedung atau fasade dengan bukaan berupa jendela
langsung atau tegak lurus terhadap lokasi sumber kebisingan (Gambar 5.1).
4. Barier atau penghambat transmisi bunyi: Jenis lanscape atau taman yang
direkomendasikan untuk daerah sisi udara bandar udara adalah jenis ground
diantara lokasi sumber suara landas pacu dengan fasilitas sisi darat seperti
lansung juga akan berfungsi sebagai barier atau penghalang (Horojeff, 1994)
(Gambar 5.1).
Rancangan insulasi suara pada suatu gedung seperti gedung perkantoran pada
dengan berfungsinya sistem insulasi bunyi pada gedung tersebut diharapkan akan
maupun ruang kerja. Sistem insulasi bunyi dapat diterapkan pada keseluruhan unsur
gedung yaitu: lantai, dinding termasuk pintu jendela dan atap termasuk plafond,
bukaan gedung pada dinding seperti unit jendela kaca merupakan satu bentuk bukaan
yang dapat dioptimalkan fungsi insulasinya, dan tingkat kebisingan itu sendiri
ditentukan oleh besaran gelombang bunyi yang datang dan kemampuan kita
bunyi di sekitar Gedung Administrasi adalah 106 dB pada jarak 590 m dari
landas pacu sebagai sumber kebisingan utama, posisi gedung tidak pada jalur
tinggal landas pacu ataupun mendarat, demikian juga posisi gedung juga
tidak pada arah tiupan angin dari landas pacu, tetapi dalam hal arah rambatan
Master Plan Bandar udara, maka hal-hal yang masih dapat dilakukan adalah
ada pada sisi tersebut dan memaksimalkan unsur lanscape untuk mengisi
2. Penentuan Dimensi dan Sudut Unit Jendela Kaca: Dimensi kaca yang
digunakan pada sebagian besar gedung di Bandar udara Juanda adalah hag
titend glass 6mm yang diproduksi oleh pabrikan nasional PT.Asahimas Flat
adalah 25 dB pada dimensi minimal lebar (L) = 0,5m dan tinggi (H) = 3-4m.
3. Bahan dan Material: Dengan mengacu pada sifat bunyi yang dapat dibelokan
Unit jendela kaca atau panil kaca akan diposisiskan pada sudut 5̊ sehingga
jalur gelombang bunyi pantul dapat dibelokan ke arah bagian plafond yang
PVC atau sejenisnya merupakan material yang lebih efektip dalam hal
4. Model Rancangan Desain Unit Jendela Kaca: Rancangan desain unit jendela
kaca dengan material PVC sebagai konstruksi rangka utama dan dimensi
BAB VI
PENGUJIAN ALTERNATIF RANCANGAN
jendela kaca pada gedung administrasi bandar udara, sementara untuk modifikasi
sumber bunyi dan modifikasi jalur transmisi bunyi pada kesempatan pembahasan ini
tidak dilakukan pengujian karena beberapa hal bersifat peraturan dan kebijakan
pemerintah secara nasional. Hasil rancangan desain unit jendela kaca yang didasarkan
pada data perimer dan sekunder akan diperhitungkan kembali atau diuji secara
(Garg, 2007).
atau kebisingan di dalam bangunan adalah besar bising sumber, jarak transmisi bunyi,
barier atau penghalang antar sumber bunyi dan bangunan dan jenis serta dimensi
material pemisah ruang luar dan dalam bangunan, ketentuan tersebut dituliskan dalam
persamaan MNL (Modified Noise Level) = NLS - 20 log 10 r - 10.9 dan INL (Inside
Sebagai data umum guna pengujian unit jendela kaca pada sejumlah bangunan
gedung utama yang berada di kawasan Bandar Udara Juanda dengan sejumlah faktor
65
yang akan mempengaruhi intensitas bunyi baik pada lingkungan gedung maupun
pada ruang dalam dari gedung tersebut, faktor dimaksud adalah jarak sumber bunyi
yang dalam hal ini mengacu sebagai titik utama pada landas pacu sebagai lokasi
sumber bunyi utama, serta faktor lainnya adalah barier dan dimensi kaca eksisting
Jarak Barier
Gedung Fungsi Dng
Jenis Nilai
R/W
1. Passenger term. build. Pelayanan penumpang 615 m Lanscape 5 dB
2. Cargo building Penyimpanan kargo 440 m Lanscape 5 dB
3. Operasional dan Pengelola operasional 590 m Lanscape 5 dB
Administrasi bandar udara
4. Pump house - 1 Pengendali banjir kawasan 330 m Reg. Ponding 5 dB
bandar udara
5. Pump house - 3 Pengendali banjir kawasan 460 m Reg. Ponding 5 dB
bandar udara
6. Fuel supply building Pengontrol suplai bahan 530 m Jalan inspeksi 3 dB
bakar pesawat
7. Otoritas bandar udara Administrasi pengawas 600 m Lanscape 5 dB
bandar udara
8. VVIP building Terminal khusus pejamabt 660 m GSE 3 dB
negara
Keterangan:
a. Jarak gedung hanya diperhitungkan dari fasilitas runway (R/W) sebagai lokasi sumber
bunyi utama di bandar udara.
b. Nilai barier adalah nilai atau besaran tekanan suara yang dapat dihambat dari transmisi
rambatan bunyi yang terjadi.
Faktor penentu besaran nilai intensitas bunyi diantaranya adalah jarak sumber
bunyi dan jenis penghalang, kedua faktor tersebut dapat dimodifikasi guna
menurunkan nilai intensitas bunyi sampai dengan level tertentu (Garg, 2007) Jarak
sumber bunyi pada kawasan bandar udara yang telah beroperasi pada dasarnya relatif
sulit untuk dilakukan modifikasi jarak sumber bunyi dimaksud karena susunan
fasilitas bandar udara yang berupa layout bandar udara telah mengacu pada ketentuan
sumber bunyi dari fasilitas bandar udara maka pengujian melalui perhitungan yang
suara sampai dengan level yang diharapkan untuk kenyamanan ruang atau
Noise Modifield NL
Distance of
Level (dB)
the Building- Barier (dB) MNL-BR
No Gedung (dB) at (NLS-20 log
Km (BR) (dB)
Source 10r-10.9)
(r)
(NLS) (MNL)
1 Passier terminal 135 19.4 99 5 Lanscape 94
building
2 Cargo building 135 19.4 99 5 Lanscape 94
3 Administrasi 135 19.4 99 5 Lanscape 94
4 Operasional 135 19.4 99 5 Lanscape 94
5 Pump house 1 135 19.5 99 5 Reg. 94
Ponding
6 Pump house 3 135 19.4 99 5 Reg. 94
Ponding
7 Fuel supply 135 19.4 97 3 Jalan 94
building inspeksi
8 Otoritas bandar 135 19.4 99 5 Landscape 94
udara
9 VVIP building 135 19.4 97 3 GSE 94
Asumsi penggunaan material dan dimensi penghalang yang sama (tinted glass
6mm) dan besaran intensitas sumber bunyi yang juga sama, maka jarak yang
memenuhi standar kenyamanan ruang kerja (< 65 dB) adalah 19.400 m dari jarak
awal atau eksisting 590 m, demikian hal yang sama untuk semua gedung fasilitas
Selain faktor jarak tersebut di atas, maka jenis penghalang transmisi bunyi
seperti kaca pada jendela gedung juga dapat menentukan besaran intensitas bunyi
yang masuk kedalam ruang yang ada. Dalam rangka pengujian terhadap konsep
rancangan unit jendela kaca pada gedung administrasi melalui perhitungan matematis
maka selain akan diuji unit jendela kaca dengan dimensi 2 x 6m seperti pada konsep
rancangan, pengujian juga akan dilakukan untuk sejumlah dimensi kaca baik sistem
kaca tunggal yaitu: dimensi 6mm, 8mm dan 10mm, maupun kaca ganda (double
glass) yaitu: dimensi 2 x 6mm, 2 x 8mm, 2 x 10mm, 6mm - 8mm, 6mm - 10mm dan
8mm - 10mm (Tabel 6.5- 6.7, Gambar 6.2-6.4, dan Lampiran 6.1-6.9) (Garg, 2007).
Gedung VVIP
Gedung administrasi
Gedung VVIP
Gedung pompa-3
kaca 2x10 mm
kaca 2x8 mm
Gedung pompa-1
kaca 2x6 mm
Gedung operasional
Gedung administrasi
0 10 20 30 40 50 60 70
Gedung VVIP
Gedung pompa-3
kaca 8x10 mm
kaca 6x10 mm
Gedung pompa-1
kaca 6x8 mm
Gedung operasional
Gedung administrasi
0 10 20 30 40 50 60 70
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab tiga yaitu tinjauan pustaka, baku mutu
maupun sejumlah gedung lainnya, maka konsep desain pada unit jendela kaca dengan
tujuan untuk lebih mereduksi kondisi kebisingan di dalam ruangan seperti yang telah
dijelaskan pada bab empat yaitu konsep rancangan, maka berdasarkan data uji
matematis diatas menunjukan bahwa pemanfaatan unit jendela dengan kaca ganda
secara umum menghasilkan nilai hambatan atau insulasi bunyi yang lebih efesien
menghasilkan nilai insulasi bunyi sebesar 54 dB, atau di bawah standar ambang bunyi
ruangan yang diharapkan yaitu 65 dB, sehingga desain rancangan unit jendela dengan
secara umum dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi kebisingan ruang dalam
Melihat perbandingan data yang sama yaitu data berdasarkan survei (rancangan
desain) dan berdasarkan perhitungan matematis, maka dapat diketahui juga bahwa
kemampuan insulasi dari masing masing unit kaca tersebut, nilai insulasi kaca
rata pada gedung lainnya, sementara dari perhitungan matematis kemampuan insulasi
kaca tersebut dapat ditingkatkan secara signifikan jika menggunakan system kaca
dari unit jendela kaca minimal sebesar 41 dB untuk mencapai lingkungan ruang kerja
yang nyaman, perbandingan kemampuan insulasi kaca (Gambar 6.4, dan 6.5).
Gambar 6.5 Bharchart Perbandingan Nilai Kebisingan (dBA) pada Ruang Dalam
Gedung di Bandar Udara Juanda Surabaya
Gambar 6.6 Bharchart Perbandingan Kemampuan Insulasi Kaca (dBA) pada Gedung
di Bandar Udara Juanda Surabaya
dapat disimpulkan bahwa konsep desain unit jendela kaca dengan memanfaatkan
kaca ganda dengan berbagai variasi dimensinya dapat dimanfaatkan guna mengatasi
permasalahan kebisingan pada sejumlah gedung yang ada di kawasan Bandar udara.
Dengan mengacu pada sifat bunyi yang dapat dibelokan dan diserap (Davis,
2008), maka permasalahan kenaikan nilai MNL akibat pantulan bunyi pada gedung
gelombang bunyi pantul tersebut, modifikasi posisi panil kaca pada unit jendela kaca
permukaan dinding unit jendela yang telah dilengkapi dengan material penyerap
bunyi.
Hukum pantulan bunyi atau cahaya Snellius menyatakan bahwa sudut datang
persis sama dengan sudut pantul (Abdullah, 2006), dari ketentuan tersebut maka panil
kaca pada unit jendela kaca perlu diposisiskan pada sudut yang tepat sehingga jalur
gelombang bunyi pantul dapat dibelokan ke arah yang dituju. Terdapat empat
alternativ arah pemantulan gelombang bunyi yaitu ke atas menuju plafon bangunan,
ke bawah menuju lantai bangunan untuk arah vertikal dan ke kanan atau kiri menuju
dinding bangunan untuk arah horisontal (Gambar 6.6). Keempat arah pemantulan
gelombang bunyi yang dipantulkan harus dapat diserap maka arah vertikal yaitu
menuju plafon ataupun lantai dinilai lebih efektif untuk dilakukan. Selain faktor arah
maka besarnya sudut pantul akan menentukan besaran radius gelombang bunyi
sekaligus luas area penyerapan yang harus disediakan, penentuan sudut penempatan
panil kaca juga perlu memperhatikan desain unit jendela kaca yang ada. Dengan
asumsi tinggi jendela kaca 0,9 meter (bawah) dan 2,95 meter (atas), tinggi plafon 3,2
meter, panjang teras atau lobi luar 4 meter, maka penempatan sudut panil kaca dapat
Sudut 15° untuk panil kaca pada unit jendela cukup ideal untuk membelokan
atau memantulkan bunyi ke arah plafon dengan lebar area serapan mencapai panjang
lingkungan gedung.
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Nilai ambang batas atau standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu adalah 85
Kaca Pada Gedung Administrasi Bandar Udara, maka dapat diperoleh kesimpulan
7.1 Kesimpulan
kebisingan tingkat III dengan nilai ambang kebisingan di sekitar fasilitas sisi udara
dapat mencapai 115 dB, sementara untuk fasilitas sisi darat seperti gedung
administrasi nilai ambang kebisingannya mencapai 106 dB pada ruang luar dan 86
dB pada ruang dalam. Mengacu pada standar nilai ambang batas kebisingan yang
tidak mengganggu kesehatan pekerja yaitu <85 dB dan kenyamanan bekerja yaitu
<65 dB, maka salah satu upaya untuk menurunkan intensitas bunyi atau kebisingan
tersebut dapat melalui komponen arsitektur gedung seperti unit jendela kaca dengan
77
Ruangan dengan bukaan gedung seperti jendela kaca yang berhadapan langsung
dengan sumber bunyi cenderung memiliki nilai intensitas bunyi atau kebisingan yang
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ruangan yang tidak berhadapan langsung
Pemanfaatan sistem kaca ganda atau double glazing pada unit jendela dapat menaikan
nilai insulasi lebih dari 30%, penggunaan kaca ganda minimal 2 x 6mm pada unit
jendela kaca gedung administrasi dapat mereduksi bunyi sampai dengan nilai ambang
kebisingan yang dipersyaratkan yaitu ≤ 65 dB, alternatif tersebut jauh lebih efisien
memodifikasi jarak gedung dari sumber bising. Keberadaan bunyi pantul atau gema
pada ruang luar terutama di sekitar dinding penempatan unit jendela kaca yang akan
bergabung dengan bunyi asli yang datang dari arah sumber bunyi akan menaikan nilai
ambang kebisingan pada lingkungan tersebut, pemasangan unit jendela dengan posisi
sudut kemiringan kaca ± 15° dapat membelokan bunyi pantul ke arah permukaan
bangunan seperti plafond yang telah dilengkapi dengan pelapisan permukaan yang
berpori seperti material rock wool, sehingga dapat terserap secara keseluruhan dan
tidak menambah dampak kebisingan pada ruang luar. Disamping terkait desain, maka
pemilihan material juga sangat berperan dalam pencapaian nilai akhir kebisingan
tersebut, penggunaan material yang memiliki nilai terendah atau negatip terhadap
faktor penghantar geteran bunyi seperti kayu dan plastik sangat baik untuk dipilih
sebagai material penyusun struktur (frame) unit jendela kaca, material kayu ataupun
PVC akan meminimalisir efek getaran bunyi yang akan merambat dari bagian luar
gedung.
7.2 Rekomendasi
kebisingan pada sejumlah gedung di bandar udara seperti gedung administrasi, maka
rancangan unit jendela kaca maupun fasilitas gedung dan kawasan bandar, yaitu:
posisi sumber bising (dalam hal ini landas pacu) yang ada seperti
menghindari arah tegak lurus dari sumber bising, posisi gedung tidak pada
jalur yang sama ataupun satu arah angin dengan landas pacu dan
(Gambar 7.1).
3. Penempatan unit jendela kaca dengan posisi sudut kemiringan kaca tertentu
menghindari efek negatip dari adanya faktor bunyi pantul atau gema
(Gambar 7.4).
geteran bunyi seperti kayu, plastik (PVC) atau yang sejenis, sangat sesuai
Gambar 7.1 Nilai Intensitas Bunyi Pada Kawasan Bandar udara Juanda
DAFTAR PUSTAKA
Evi, I.W.Wardana, E.Sutrisno (2013) “Daily Mapping Aircraft Noise Level in Unit
Aoron Ahmad Yani Airport, Semarang, Central Jawa, Using Contour Noise
Methode” Semarang, Jurnal, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Garg, N.K. (2007) Use of Glass in Building. London: New Age International.
Gumelar, Agum (2002) Sertifikasi Operasi Bandar Udara (KM Nomor 47/2002).
Jakarta: Kementrian Perhubungan RI.
Horojeff, Robert (1994) Planning and Design of Airport. New York: McGraw-Hill.
Idris, Fahmi (1999) Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja
(Kep.51/MEN/1999). Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja RI.
83
Soetomo, Tommy (2013) Angkasa Pura Airports. Jakarta: PT. (Persero) Angkasa
Pura I.
Suma’mur (1996) Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Ikrar Mandiri
Abadi
Y.A. Wulur, (2014) “Pola Distribusi Bunyi dan Toleransi Kebisingan Pada
Perumahan di Kawasan Bandara” Manado, Master Thesis, Program Pasca
Sarjana Universitas Sam Ratulangi.
Lampiran 2.1
Nilai Ambang Batas (NAB) – Tingkat Bising Menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP 51/MEN/1999
1 Detik arloji 20
2 Halaman tenang 30
3 Rumah tenang pada umumnya 42
4 Jalan permukiman yang tenang 48
5 Kantor bisnis pribadi 50
6 Kantor dengan lanscape 53
7 Knator besar yang konvensional 60
8 Pembicaraan normal 3 ft / 90 cm 62
9 Mobil penumpang pada lalu-lintas kota 20 ft / 6 m 70
10 Pabrik tenang 70
11 Mobil penumpang di jalan raya 20 ft / 6 m 76
12 Pembicaraan keras 3 ft / 90 cm 78
13 Pabrik yang bising 80
14 Mesin kantor 3 ft / 90 cm 80
15 Ruang teletype surat kabar 80
16 Motor tempel 10-Hp 50 ft / 15 m 88
17 Lalu-lintas kota pada jam sibuk 10 ft / 3 m 90
17 Jet besar lepas landas 3.300 ft / 1000 m 90
19 Motor sport atau truk 30 ft / 9 m 94
20 Bedil riveting 3 ft / 90 cm 100
21 Mesinpotong rumput 10 ft / 3 m 105
22 Band music rock 113
23 Jet besar lepas landas 500 ft / 150 m 115
24 Sirene 50-Hp 100 ft / 30 m 138
25 Rocket ruang angkasa 175
Lampiran 2.2
Nilai Ambang Batas (NAB) - Waktu
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP 51/MEN/1999
Menit 30 97
15 100
7.5 103
3.75 106
1.88 109
0.94 112
Lampiran 2.3
Kebisingan Ruangan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No. 261/MENKES/SK/II/1998
Lampiran 2.4
Baku Tingkat Kebisingan Menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996
Peruntukan Kawasan 55
1 Perumahan dan pemukiman 70
2 Perdagangan dan jasa 65
3 Perkantoran dan perdagangan 50
4 Ruang terbuka hijau 70
5 Industri 60
6 Pemerintahan dan fasilitas umum 70
7 Rekreasi
Kawasan khusus :
8 Bandar udara 60
9 Stasiun kereta api 70
10 Pelabuhan laut 70
Lingkungan Kegiatan
11 Rumah sakit atau sejenisnya 55
12 Sekolah atau sejenisnya 55
13 Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Lampiran 2.5
Pembangunan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandara
Menurut Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2012
Lampiran 3.1
Dimensi Runway, Taxiway dan Apron
Lampiran 3.2
Pengelola Bandara di Indonesia
BANDAR Bandara Umum PT. Angkasa Pura (26 PT. Angkasa Pura I
UDARA (299 bandara) bandara) (13 bandara)
(KM 69/2013) PT. Angkasa Pura II
(13 bandara)
Bandara Khusus
13 bandara yang dikelola PT. AP I 1. Bandara Ngurah Rai – Bali
(berada di wilayah timur 2. Bandara Juanda – Surabaya
Indonesia) 3. Bandara Hasauddin – Makasar
4. Bandara Sepinggan – Balikpapan
5. Bandara Frans Kaisiepo – Biak
6. Bandara Sam Ratulangi – Manado
7. Bandara Syamsudin Noor – Banjarmasin
8. Bandara Ahmad Yani – Semarang
9. Bandara Adisucipto – Yogyakarta
10. Bandara Adisumarmo – Surakarta
11. Bandara Lombok – Lombok
12. Bandara Pattimura – Ambon
13. Bandara El Tari – Kupang
13 bandara yang dikelola PT. AP 1. Bandara Soekarno Hatta - Jakarta
II 2. Bandara Halim Perdanakusuma - Jakarta
(berada di wilayah barat 3. Bandara Husein Sastranegara - Bandung
Indonesia) 4. Bandara Kualanamu - Medan
5. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II -
Palembang
6. Bandara Sultan Syarif Kasim II - Pekanbaru
7. Bandara Minangkabau - Padang
8. Bandara Supadio - Pontianak
9. Bandara Raja Haji Fisabilillah – Tanjung pinang
10. Bandara Sultan Taha - Jambi
11. Bandara Depati Amir – Pangkal Pinang
12. Bandara Sultan Iskandar Muda - Aceh
13. Bandara Silangit – Siborong Borong
Sumber: Kementrian Perhubungan, 2013
Lampiran 3.3
Tahap Pengembangan Bandar Udara Juanda Surabaya
Lampiran 3.4
Gambar Denah dan Konstruksi
Gedung Administrasi Bandara Juanda Surabaya
Lampiran 3.5
Gambar Detail Pintu-Jendela Gedung Administrasi Bandara Juanda Surabaya
10
Lampiran 3.6
Spesifikasi Material Gedung Administrasi Bandara Juanda, Surabaya
Exterior
Roof glazed tiles type “genteng pletong”
glazed ridge tile
waterproofing (50 mm)
galvanized iron sheet (0.65 mm)
8 mm glazed ceramic tile finish on concrete 50 mm thk
Skylight
Parapet jotashield cleo
Colored anodized aluminium panel cladding
Downspout galvanized steel pipe
Wall marble stone (15 mm)
glazed tile teracotta 200 x 52 (8 mm)
jotashield cleo
colored anodized aluminium panel cladding
Exterior
Floor cement render
glazed tile 400 x 400 (8 mm)
natural granite stone (18 mm)
marble stone (15 mm)
concrete block (60 mm)
Window aluminium window
Door aluminium steel door
aluminium door
Rolling shutter door aluminium steel door
Interior
floor natural granite (18 mm)
marble stone (15 mm)
homogeneous tile 300 x 600
anti static vinil tile 504 x 504
glaze ceramic tile 400 x 400 (8 mm)
cement render
concrete slab
raised floor calsium sulphate panel
carpet tile 24” x 24”
Base natural granite (18 mm)
marble stone (15 mm)
poly vinyl soft tile H=100mm (2 mm)
cement render H=100mm
hard wood H=100mm
wall natural granite (18 mm)
marble stone (15 mm)
glaze ceramic (8 mm)
cement render
gypsum board (12 mm)
11
12
Lampiran 4.1
Tabel Indek Kebisingan Bandara di Indonesia
2 Juanda - Surabaya 9.441 M dari ujung 6.573 M dari ujung 4.126 M dari ujung
R/W 10 R/W 10 R/W 10
7.125 M dari ujung 6.128 M dari ujung 3.347 M dari ujung
R/W 28 R/W 28 R/W 28
3 Sultan Syarif Kasim 3.516 M dari ujung 1.671 M dari ujung 595 M dari ujung
II – Pekan Baru R/W 18 R/W 18 R/W 18
3.923 M dari ujung 1.957 M dari ujung 793 M dari ujung
R/W 36 R/W 36 R/W 36
4 Sultan Mahmud 4.728 M dari ujung 2.640 M dari ujung 1.508 M dari ujung
Badaruddin II - R/W 29 R/W 29 R/W 29
Palembang 5.246 M dari ujung 3.164 M dari ujung 1.876 M dari ujung
R/W 11 R/W 11 R/W 11
5 Supadio - Pontianak 4.590 M dari ujung 2.414 M dari ujung 1067 M dari ujung
R/W 15 R/W 15 R/W 15
4.080 M dari ujung 1.605 M dari ujung 536 M dariujung R/W
R/W 33 R/W 33 33
Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup, 2011
13
Lampiran 4.2
Intensitas Bunyi Pada Kawasan Bandara
14
Lampiran 4.3
Tabel Jarak Bangunan ke Sumber Bising di Bandara Juanda Surabaya
15
Lampiran 4.4
Pekerja Beresiko Terkena Dampak Kebisingan di Badar Udara Juanda Surabaya
Jumlah
No Pekerja Gedung/Ruang petugas/jam Sumber Bising
bertugas
1 Teknisi radio komunikas TX Station/Ruang 1-2 orang/3-4 jam Landas hubung
peralatan TX Landas pacu
2 Operator dan teknisi pompa Pump House -1/Ruang 2-3 orang/8 jam Landas hubung
operator ops bandara Landas pacu
3 Teknisi listrik Sub Station 10/Ruang 1-2 orang/3-4 jam Landas hubung
panel listrik Landas pacu
4 Operator muatan kargo Cargo building/Ruang 1-2 orang/8 jam Landas hubung
kargo ops bandara Landas pacu
5 Karyawan administrasi Administration 70-100 orang/8 jam Landas hubung
Building/Ruang kerja ops bandara Landas pacu
karyawan dan ruang
pertemuan
6 Karyawan pengawas Operational 10-20 orang/8 jam Landas hubung
operasional Building/Ruang kerja ops bandara Landas pacu
karyawan dan ruang
pertemuan
7 Opeartor GSE Pasenger Terminal 5-7 orang/8 jam Landas parkir
Building/Ruang kontrol ops bandara Landashubung
GSE Landas pacu
8 Teknisi listrik Sub station 28/Ruang 1-2 orang/3-4 jam Landas hubung
panel listrik Landas pacu
9 Operator dan teknisi pompa Pump house-3/Ruang 2-3 orang/8 jam Landas hubung
operator ops bandara Landas pacu
Sumber: Angkasa Pura Airports, 2013
16
Lampiran 4.5
Nilai Intensitas Bunyi (Ruang Luar) Pada Fasilitas Sisi Darat Badar Udara Juanda
HARI KE I (5 Januari 2016) JARAK
DARI NILAI KEBISINGAN (dBA)
TITIK PENGUKURAN RUNWAY
periode pengambilan data (wib) 05.00-07.00 07.00-09.00 09.00-011.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00 21.00-24.00
periode pengambilan data (wib) 05.00-07.00 07.00-09.00 09.00-011.0011.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00 21.00-24.00
periode pengambilan data (wib) 05.00-07.00 07.00-09.00 09.00-011.0011.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00 21.00-24.00
17
Lampiran 4.6
Nilai Intensitas Bunyi (Ruang Dalam) Pada Fasilitas Sisi Darat Badar Udara Juanda
HARI KE I (5 Januari 2016) JARAK
DARI NILAI KEBISINGAN (dBA)
TITIK PENGUKURAN RUNWAY
periode pengambilan data (wib) 05.00-07.00 07.00-09.00 09.00-011.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00 21.00-24.00
periode pengambilan data (wib) 05.00-07.00 07.00-09.00 09.00-011.0011.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00 21.00-24.00
periode pengambilan data (wib) 05.00-07.00 07.00-09.00 09.00-011.0011.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 17.00-19.00 19.00-21.00 21.00-24.00
18
Lampiran 5.1
Tabel Contoh Produk Flat Glass
3 PT. 3M Indonesia
flat glass 6mm 26
flat glass 8mm 27
flat glass 10mm 28
flat glass 2 x 6mm (DG) 30
flat glass 2 x 8mm (DG) 32
4 PT. Asahimas
flat glass 6mm 25
flat glass 8mm 26
flat glass 10mm 27
flat glass 2 x 6mm (DG) 29
flat glass 2 x 8mm (DG) 31
flat glass 2 x 10mm (DG) 33
catatan :
nilai reduksi bunyi pada minimal material L = 0,5m dan H = 3-4m
sumber : spesifikasi pada brosur produk
19
Lampiran 6.1
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Tunggal 6mm
20
Lampiran 6.2
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Tunggal 8mm
21
Lampiran 6.3
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Tunggal 10mm
22
Lampiran 6.4
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Ganda 2 x 6mm
23
Lampiran 6.5
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Ganda 2 x 8mm
24
Lampiran 6.6
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Ganda 2 x 10mm
25
Lampiran 6.7
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Ganda 6mm-8mm
26
Lampiran 6.8
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Ganda 6mm-8mm
27
Lampiran 6.9
Tabel Perhitungan Kemampuan Reduksi Kaca Ganda 8mm-10mm
28