Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GANGGUAN TIDUR

“SOMNABULISM”

Oleh :

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pengampuh mata kuliah
Keperawatan Dasar atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami.
Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-
rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus


pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.

Gorontalo, September 2022


BAB I

PENDAHULUAN

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat

dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau dengan rangsangan lainnya. Tidur

harus dibedakan dengan koma, yang merupakan keadaan bawah sadar dimana orang tersebut

tidak dapat dibangunkan. Tidur adalah keadaan organisme yang teratur, berulang, dan mudah

dibalikkan yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan peningkatan besar terhadap ambang

respon terhadap stimuli eksternal relatif dari keadaan terjaga. Monitoring ketat pada tidur

adalah suatu bagian penting dari praktek klinis, karena gangguan tidur sering kali merupakan

gejala awal dari penyakit mental yang mengancam. Beberapa gangguan mental adalah

disertai dengan perubahan karakteristik dalam fisiologi tidur.(1)(9)

Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal: (7)

1. Faktor internal yang dimaksud disini adalah irama biologis tubuh, dimana dalam

periode 24 jam, orang dewasa tidur sekali, kadang dua kali.

2. Faktor eksternal dipengaruhi oleh siklus terang gelap, rutinitas harian, periode

makan, dan penyelaras eksternal lainnya. Faktor-faktor inilah yang yang membentuk

siklus 24 jam.

Tidur terdiri dari 2 keadaan fisiologis, tidur dengan gerakan mata tidak cepat NREM
(Non Rapid Eye Movement) dan tidur dengan gerakan mata cepat

REM (Rapid Eye Movement). Tidur NREM terdiri dari stadium 1 sampai stadium 4. Tidur

REM adalah suatu jenis tidur yang berbeda secara kualitatif yang ditandai oleh tingkat

aktivitas otak dan fisiologis yang sangat aktif yang mirip dengan keadaan terjaga.kira-kira

setelah onset waktu 90 menit, tidur NREM berubah menjadi tidur REM.(1)
Proporsi tidur NREM yang terdalam (stadium 3 dan 4) kadang-kadang disertai

dengan karakteristik terbangun yang tidak lazim. Jika orang dibangunkan setengah sampai

satu jam setelah onset tidur biasanya dalam tidur gelombang lambat mereka terdisorientasi,

dan pikiran mereka terdisorganisasi. Terbangun singkat dari dari tidur gelombang lambat juga

disertai dengan amnesia terhadap peristiwa yang terjadi selama terjaga. Disorganisasi selama

terbangun dari stadium 3 atau stadium 4 mungkin menyebabkan masalah terntu, seperti

enuresis, somnambulisme dan mimpi menakutkan atau night terror stadium 4. Kemungkinan

ciri yang paling membedakan tidur REM adalah mimpi. Orang yang terjaga selama tidur

REM seingkali (60-90 persen) melaporkan bahwa telah bermimpi. Mimpi dalam tidur REM

biasanya abstrak dan surealis. Mimpi juga terjadi selama tidur NREM, tetapi biasanya jernih

dan dengan maksud tertentu.(1)

Gangguan tidur dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar (menurut : Sleep Disoreders

Classification Committee, 1997) yaitu: (2)

1. Gangguan masuk tidur dan mempertahan tidur yang disebut insomnia.

2. Gangguan yang berhubungan dengan tidur/mengantuk yang berlebihan, yang disebut

hepersomnia.

3. Disfungsi yang berhubungan dengan kondisi tidur, stadium tidur atau keadaan jaga

yang berubah sifat, yang disebut parasomnia.

Misalnya: tidur berjalan (SOMNAMBULISME, ngelindur dan lain-lain).

4. Gangguan ritme tidur jaga.

Gangguan tidur juga dapat pula dibagi menjadi 2, Dissomnia dan Parasomnia. (3)

Dissomnia adalah gangguan tidur yang gangguan utamanya pada jumlahnya. Contoh

imsomnia dan hipersomnia. Insomnia memiliki gambaran utama keluhan sulit masuk tidur

atau kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga menimbulkan
penderitaan aatau gangguan dalam berbagai fungsi sosial pekerjaan ataupun fungsi-fungsi

kehidupan lainnya. Hipersomnia adalah jumlah waktu tidur yang berlebihan atau rasa kantuk

hebat pada siang hari. Penderita cenderung jatuh tertidur secara tiba-tiba pada saat bangun.(3)

Parasomnia adalah suatu kelompok kondisi klinis yang dasarnya bukan gangguan

tidur bangun tetapi adanya fenomena yang terjadi tiba-tiba atau terjadi selama ambang tidur.

Pada umumnya parasomnia terjadi pada stadium 3 dan 4, sehingga penderita sukar mengingat

kejadian tersebut . gangguan yang termasuk parasomnia antara lain Somnambulisme, sleep

terror dan nightmare.(3)

Dalam refarat ini, penulis akan membahas lebih dalam tentang gangguan tidur

Somnambulisme atau yang sering disebut dengan tidur berjalan atau sleep walking.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. DEFINISI

Somnambulisme adalah perubahan suatu keadaan perubahan kesadaran, yang dimana

perubahan fenomena tidur dan bangun terjadi pada saat bersamaan. (PPDGJ. II, 1993).

Somnambulisme atau tidur berjalan terdiri dari urutan perilaku kompleks yang dimulai dalam

sepertiga bagian pertama malam hari selama tidur non-REM dalam (stadium 3 dan 4) dan

sering kali, walaupun tidak selalu, dilanjutkan tanpa keasadaran penuh atau ingatan tentang

episode tersebut kemudian kemudian dengan meninggalkan tempat tidur dan berjalan

berkeliling – keliling.(1),(3)

Berjalan tidur cenderung untuk terjadi sewaktu tidur NREM tidak lama stelah tidur.

Pasien duduk dan seringkali melakukan tindakan motorik yang telah dikenal, seperti berjalan,

berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara, berteriak, dan bahkan mengemudikan

kendaraan. Perilaku kadang-kadang berakhir dalam keadaan terjaga dengan konfusi selama

beberapa menit, lebih sering, orang kembali tidur dan tidak memiliki ingatan terhadap

peristiwa tidur berjalan. Hal ini dapat bermula pada kanak-kanak dan dapat berlangsung terus

sampai dewasa serta dapat dianggap normal sebagai manifestasi kekurangmatangan susunan

saraf pusat.(1),(8)

Seberapa seriuskah sleepwalking? Bagi sebagian orang, episode sleepwalking terjadi

kurang dari sekali per bulan dan tidak mengakibatkan kerugian bagi pasien atau orang lain.

Lainnya pengalaman episode lebih dari sekali per bulan, tetapi tidak setiap malam, dan tidak

mengakibatkan kerugian bagi pasien atau orang lain. Dalam bentuk yang paling parah,
episode terjadi hampir setiap malam atau berhubungan dengan cedera fisik. Jika berjalan

sambil tidur itu keluar rumah, atau sering mengalami episode dan cedera yang terjadi.(10)

Anak mungkin merasa malu, rasa bersalah, kecemasan dan kebingungan ketika

mereka diberitahu tentang perilaku sleepwalking mereka. Hal ini penting untuk menangani

perasaan anak tentang sleepwalking dengan hati-hati.(10)

II.2. EPIDEMIOLOGI

Tidur berjalan biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun. Prevalensi puncak adalah

pada kira-kira usia 12 tahun. Gangguan ini lebih sering pada anak laki-laki daripada

perempuan. Sleepwalking bisa memiliki kecenderungan genetik (1)(10)

Prvalensi antara 10% - 30% anak-anak telah memiliki setidaknya satu episode tidur

berjalan atau Sleep Walking, tapi prevalensi dari tidur berjalan atau sleep walking lebih

rendah, sekitar 1% - 5%. Laporan survey epidemiologi dari prevalensi episode tidur berjalan

atau sleep walking ( bukan serangan sleep walking) menjadi 1,0% - 7,0% ketika dewasa. Dan

didapatkan pula dari referensi lain mengatakan Laporan medis menunjukkan bahwa sekitar

18% dari populasi rentan terhadap tidur sambil berjalan. Hal ini lebih sering terjadi pada

anak-anak daripada pada remaja dan orang dewasa. Anak laki-laki lebih mungkin untuk

berjalan dalam tidur dibandingkan anak perempuan. Prevelance tertinggi sleepwalking adalah

16,7% pada usia 11 sampai 12 tahun (4)(10)

II.3. ETIOLOGI

Menurut Ackroyd G.(2007). Ada empat faktor yang dapat menjadi penyebab, yaitu:(5)

 Genetika

Somnambulisme lebih sering terjadi pada kembar monozigot dan sepuluh kali lebih

sering didapatkan jika suatu first-degree relative memiliki riwayat somnambulisme.


Dilaporkan pula adanya peningkatan frekuensi alel DQB1*4 dan *5. Gen-gen DQB1

juga terlibat di dalamnya narcolepsy dan gangguan lain dari pengendalian motorik

selama tidur, misalnya: gangguan perilaku Rapid Eye Movement (REM Behavior

Disorder).

 Lingkungan

Beberapa kondisi yang merupakan penyebab somnambulisme antara lain:

1. Kurangnya tidur

2. Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau.

3. Demam.

4. Stres atau tekanan.

5. Kekurangan.

6. Intoksikasi obat atau zat kimia, misalnya:

a. Alkohol.

b. Hipnotik/sedative.

c. Antidepresan (misal: bupropion, paroxetine, amitriptyline).

d. Neuroleptik (misal: lithium, reboxetine)

e. Minor tranquilizers.

f. Stimulan.

g. Antibiotik (misal: fluoroquinolone).

h. Medikasi anti-parkinson (misal: levodopa)

i. Antikonvulsan (misal: topiramate)

j. Antihistamin.

 Fisiologis
Panjang dan kedalaman SWS (Slow Wave Sleep), yang lebih besar pada kanak-kanak

awal (young children), merupakan faktor yang meningkatkan frekuensi parasomnia

pada anak-anak.

Kehamilan dan menstruasi meningkatkan frekuensi pasien dengan parasomnia. (salah

satunya adalah: somnambulisme).

 Berhubungan dengan kondisi medis

a. Aritmia.

b. Chronic paroxymal hemicrania.

c. Migraine.

d. Fever.

e. Gastroesophageal reflux.

f. Noctural asthma

g. Noctural seizure

h. Obstructive slep apnea

i. Gangguan psikiatris, seperti: posttraumatic stress disorder, panic attack dan

dissociative states.

j. Hipertiroidisme

k.

II.4. GEJALA KLINIS

1. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya

pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan.

2. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relatif

tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk
berkomunikasicdengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya

dengan susah payah.

3. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau paginya), individu tidak ingat apa

yang terjadi.

4. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada

gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan

disorientasi dalam waktu singkat.

5. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.

II.5. DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik untuk gangguan tidur berjalan atau sleepwalking menurut DSM-IV

(Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder Fourth Edition) adalah sebagai

berikut:(4)

a. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat tidur dan berjalan berkeliling,

biasanya terjadi selama sepertiga bagian pertama episode tidur utama.

b. Saat berjalan tidur, orang memiliki wajah yang kosong dan menatap, relatif tidak

responsif terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya, dan dapat

dibangunkan hanya dengan susah payah.

c. Saat terbangun (baik dari episode tidur berjalan atau pagi harinya), pasien

mengalami amnesia untuk episode tersebut.

d. Dalam beberapa menit setelah terjaga dari episode tidur berjalan, tidak terdapat

gangguan aktivitas mental atau perilaku (walaupun awalnya mungkin terdapat

periode konfusi atau disorientasi yang singkat).

e. Tidur berjalan menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan yang bermakna

secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting

lain.
f. Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya

obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan pedoman diagnostik dari Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III.

Tergolong dalam F51.3 Somnambulisme (sleepwalking), sesuai dengan pedoman

diagnostik, (6)

 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:

a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur,

biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan.

b. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face),

relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi

keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat

disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.

c. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau paginya), individu tidak ingat

apa yang terjadi.

d. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak

ada gangguan aktivitas mental, (walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung

dan disorientasi dalam waktu singkat.)

e. Tidak ada abukti adanya gangguan mental organik.

 Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan Funge

Disosiatif (F44.1).

II.6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan terhadap pasien dengan gangguan tidur somnambulisme

atau sleepwalking terdiri dari tindakan untuk mencegah cedera dan obat yg menekan stadium

3 dan 4.(1)(5)

Farmakologis

 Antidepresan trisiklik

Mekanisme kerjanya, memiliki efek anti kolinergik perifer dan sentral dan berefek

sedatif, senhingga dapat menghalangi active reuptake dari norepinefrin dan serotonin.

Contoh :

Amitriptyline

Dosis dewasa : 30-100 mg/hari PO hs

Dosis anak-anak:

0,1 mg/kg BB PO hs

 Benzodiazepin

Mekanisme kerjanya, benzodiazepin mengikat reseptor spesifik yag berhubungan

dengan GABA-binding sites pada saluran klorida (cloride channel). Frekuensi

pembukaan channel meningkat, meningkatkan aliran ion klorida menuju neuron.

Indeks terapetik yang relatif tinggi dan potensial penyalahgunaannya yang rendah,

menyebabkan bezodiazepin merupakan terapi pilihan untuk sedatif-hipnotik.(5)

Non farmakologis

 Teknik relaksasi, imajinasi mental, dan anticipatory awakenings sebagai manajemen

terapi jangka panjang.


 Anticipatory awakenings terdiri dari membangunkan anak sekitar 1-20 menit sebelum

waktu biasanya ia terbangun. Lalu jagalah ia tetap bangun hingga melewati waktu

dimana episode biasanya terjadi.(5)

II.7. PROGNOSIS

a. Kemungkinan bisa membaik sangat besar.

b. Mengganggu prestasi belajar.

c. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai risiko gangguan psikiatri, gangguan tidur

lainnya.

II.8. PENCEGAHAN SOMNAMBULISME/SLEEPWALKING

Untuk bentuk yang lebih parah dari sleepwalking , almarhum Dr Nino - Murcia

menyarankan:(10)

1. Meningkatkan pola tidur-bangun siklus sehingga menghilangkan kemungkinan peran

kurang tidur sebagai pemicu untuk tidur sambil berjalan. (Bedtime harus sama setiap

malam, berhati-hati untuk mendapatkan banyak tidur).

2. Kandung kemih yang penuh dapat memicu episode, sehingga cairan harus dibatasi

sebelum tidur.

3. Orang tua harus mengamankan apapun dari kamar tidur yang bisa berbahaya atau

berbahaya bagi anak.

4. Kamar tidur anak harus di lantai dasar rumah. Kemungkinan pasien membuka jendela

atau pintu harus dihilangkan.


5. Penilaian terhadap anak harus mencakup yang seksama terhadap obat saat ini sehingga

modifikasi dapat dibuat jika diperlukan.

6. Hypnosis telah ditemukan untuk membantu untuk anak-anak dan orang dewasa.

7. Sebuah evaluasi psikiatri yang akurat dapat membantu untuk menentukan kebutuhan

intervensi psikiatri.

8. Benzodiazepin telah terbukti berguna dalam pengobatan gangguan ini. Sebuah dosis

kecil diazepam atau lorazepam menghilangkan episode atau sangat mengurangi mereka.

BAB III

PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

Somnambulisme atau tidur berjalan terdiri dari urutan perilaku kompleks yang

dimulai dalam sepertiga bagian pertama malam hari selama tidur non-REM dalam (stadium

3 dan 4) dan sering kali, walaupun tidak selalu, dilanjutkan tanpa keasadaran penuh atau

ingatan tentang episode tersebut kemudian kemudian dengan meninggalkan tempat tidur dan

berjalan berkeliling – keliling. Termasuk salah satu dari gangguan tidur parasomnia. Dan

memiliki prognosis baik yang sangat besar.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Harold, and Benjamin J.S.,: Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis. Edisi 7, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997: 194-214

2. Musadik, kerja,:Patofisiologi Gangguan tidur. Cermin Dunia Kedokteran, PT.Temprint,

3 juli 1976: 6-7

3. Damping, Charles E. Gangguan Tidur Sebagai Gejala Gangguan Jiwa. Jiwa Masalah

Psikiatri. Yayasan Kesehatan jiwa “dharmawangsa”. Jakarta: 1997

4. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder.4th Edition, American Psychiatric

Association, Washington DC.

5. Sharp, Stephen J., Somnambulisme (sleepwalking) at : http://www.emedicine.com/neuro

6. Maslim, Rusdi,: Buku Saku Diagnosis Gngguan Jiwa. Jakarta, 2003

7. Mekanisme Tidur, dalam: http://nutracare.medicine.com

8. Maramis, W.F., Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan 6, Penerbit Airlangga University

Press, Surabaya, 1994:407

9. Guyton, Arthur C., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta, 1997:945

Anda mungkin juga menyukai