Anda di halaman 1dari 16

STUDI PERENCANAAN DESAIN MATERIAL RECOVERY FACILITY (MRF)

DI KOTA MAKASSAR

Selviana
Mahasiswa S1 Departemen Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Email : selviana4495@gmail.com

Pembimbing I : Dr.Eng. Irwan Ridwan Rahim, S.T., M.T


Pembimbing II : Riswal K. , S.T., M.T

ABSTRAK

Timbulan sampah yang semakin meningkat di Kota Makassar menjadi sebuah masalah
besar di tengah masyarakat dan membutuhkan pengelolahan sampah yang optimal untuk
mereduksi jumlah sampah yang dibuang ke TPA Tamangapa. Salah satu pengolahan yang tepat
untuk mereduksi peningkatan sampah tersebut adalah Fasilitas pemilahan sampah atau juga dikenal
dengan Material Recovery Facility (MRF). MRF merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk
menerima, memilah, memroses, dan menyimpan bahan daur ulang untuk dibentuk dan dijual kembali.
Dengan adanya fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi beban sampah yang masuk ke TPA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendesain MRF berdasarkan komposisi sampah Kota
Makassar dengan menghitung luas lahan yang dibutuhkan dan jumlah sampah yang dapat direduksi serta
menganalisis kelayakan fasilitas MRF. Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek yang akan
ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan perhitungan desain MRF, yaitu lokasi, sistem kerja MRF
dan komponen yang akan menjadi bagian dalam proses pengolahan dan pengelolaan MRF. Lokasi yang
ditentukan sebagai penempatan desain MRF adalah di Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Adapun
perencanaan komponen yang digunakan pada sistem utama MRF ini didominasi oleh sistem yang bekerja
secara mekanis. Sedangkan komponen-komponen yang akan menjadi bagian dari proses pengolahan dan
pengelolaan MRF pada penelitian ini adalah Tipping Floor, Bag Opening, pemilahan manual, Trommel
Screen, Pulley Magnetic, Eddy Current Separator, dan Air Separator.

Berdasarkan perhitungan dimensi dan spesifikasi teknis setiap komponen yang


disebutkan di atas, maka didapatkan jumlah kebutuhan lahan untuk fasilitas fisik MRF sebesar
2.973,5 m2. Selanjutnya, setelah pengolahan di MRF, sampah yang akan diangkut ke TPA berupa
residu yang telah berkurang sebesar 63,74 % dari total maksimum sampah rencana yang masuk
ke MRF (754.643,49 Ton/hari). Dari nilai reduksi tersebut maka didapatkan jumlah sampah yang
akan masuk ke TPA adalah sebesar 273.666,37 Ton/hari.

Kata Kunci : MRF, TPA, Kota Makassar

1
THE STUDY OF MATERIAL RECOVERY FACILITY (MRF) DESIGN PLANNING
IN MAKASSAR CITY

Selviana
Bachelor degree of Environmental Engineering Department
Engineering Faculty, Hasanuddin University
Email : selviana4495@gmail.com

Supervisor I : Dr.Eng. Irwan Ridwan Rahim, S.T., M.T


Supervisor II : Riswal K. , S.T., M.T

ABSTRACT

The increasing of waste dump volume in the Makassar city - in Tamangapa landfill - requires an
optimal waste management to reduce it, otherwise there are many big problems among the society to deal
with. One of the altenative processing can be taken as the possible solution is Waste sorting facilities also
known as Material Recovery Facility (MRF). MRF is a building to receive, sort, process, and store
recyclable materials to be shipped and marketed to end-users. Moreover, the existence of this facility is
expected to reduce the waste load entering the landfill.

The aims of this study is to design the MRF based on the composition of Makassar municipal
waste by calculating the area needed, the amount of waste that can be reduced and analyzing the
feasibility of MRF facilities. In this research there are several aspects that are determined first before
designing the MRF dimension, they are location, work system of MRF and components that will be part
of the waste processing and management through MRF. Firstly, the location chosen as the place for the
design of MRF is in the Manggala District, Makassar City. Secondly, The components to be used in the
main MRF system are dominated by systems that work mechanically. Finally, the components to be used
in this MRF are Tipping Floor, Opening Bag, Manual Sorting, Trommel Screen, Magnetic Pulley, Eddy
Current Separator, and Air Separator.

Based on the calculation of the dimensions and technical specifications of each component
mentioned above, then it was found that the number of the land requirement for MRF physical facilities is
2,973.5 m2. After processing the MRF, the waste to be transported to the landfill is residue that has been
reduced by 63.74% of the total planned waste that goes into the MRF (754,643.49 Ton/day). According to
this number, it was found that the number of the waste that will enter the the landfill is 273,666.37
Ton/day.

Keywords : MRF, Landfill, Makassar City

2
1. PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk sangat mempengaruhi kualitas hidup di Kota
Makassar, salah satunya tingkat volume sampah yang dihasilkan tiap individu maupun
rumah tangga yang akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Hal tersebut menjadikan volume sampah yang akan dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa. Melihat kondisi TPA Tamangapa saat ini, sangat
diperlukan pengolahan sampah untuk mengurangi volume sampah yang dibuang
sehingga diperlukan suatu fasilitas yang berfungsi untuk memilah sampah atau MRF.
Fasilitas pemilahan sampah atau Material Recovery Facility (MRF) merupakan sebuah
bangunan yang digunakan untuk menerima, memilah, memroses, dan menyimpan bahan
daur ulang untuk dibentuk dan dijual kembali. Fasilitas ini diharapkan dapat digunakan
untuk mendaur ulang sampah agar beberapa komponen dari kumpulan sampah dapat
diolah kembali sehingga mengurangi volume sampah yang akan dibuang pada tempat
pembuangan akhir.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir tentang analisis desain MRF di Kota
Makassar:
1. Menentukan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengolahan MRF.
2. Mendesain fasilitas MRF berdasarkan komposisi dan karakteristik sampah yang telah
ditentukan.
3. Menghitung jumlah reduksi sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) setelah adanya fasilitas MRF.
4. Menetukan analisis keberlanjutan dan kelayakan dari MRF.
Sampah
Menurut Undang-Undang RI No. 18/2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan SNI 19-2454-
2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri atas bahan organik dan bahan
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sedangkan menurut Hartono (2008),
sampah adalah material yang sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia.
Sampah adalah bahan buangan yang bersumber dari hasil aktivitas manusia maupun alam
yang belum bernilai ekonomis. Jadi, sampah adalah produk hasil buangan dari aktivitas
sehari-hari manusia dan alam yang tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsi asalnya
sehingga dapat menjadi beban bagi lingkungan hidup ketika dibiarkan begitu saja. Oleh
karena itu, sampah harus diolah agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan bisa
menjadi berguna kembali sesuai dengan hasil olahannya.
Material Recovery Facility (MRF)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan

3
sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau pihak lain yang dalam hal ini pengembang diberi tanggung jawab untuk itu.
Selain itu, pengelola kawasan pemukiman juga wajib menyediakan fasilitas pemilahan
sampah.
Material Recovery Facility (MRF) merupakan sebuah bangunan yang digunakan
untuk menerima, memilah, memroses, dan menyimpan bahan daur ulang untuk dibentuk
dan dijual kembali. MRF bertujuan untuk mengolah sampah dan memanfaatkannya
kembali agar jumlah sampah yang dihasilkan dapat direduksi dengan lebih mudah.

Bagian-bagian MRF

MRF merupakan suatu fasilitas pengelolaan daur ulang sampah yang terdiri atas
beberapa bagian, yaitu (Dubanowiz, 2000 dalam ”Perencanaan Materials Recovery
Facility sebagai Upaya Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Werdhapura Village Center,
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015):
a. Conveyor
Bagian ini berfungsi untuk mengangkut bahan, baik yang dari peralatan mekanik
maupun dari sana menuju MRF. Conveyor belt adalah jenis yang paling umum
digunakan karena lebih efektif mengangkut bahan.
b. Pemisahan Magnetik
Pemisahan mekanik merupakan bagian yang berfungsi dalam pemisahan
magnetik besi dari proses daur ulang yang tercampur dengan sampah lainnya.
c. Screening
Bagian ini berfungsi untuk bahan yang terpisah dengan ukuran berbeda menjadi
dua atau lebih ukuran distribusi.
d. Klasifikasi Udara
Bagian ini merupakan pemisah antara bahan yang ringan dan bahan yang lebih
berat dengan aliran udara yang dihembuskan secara zig zag ke dalam sebuah drum
yang berputar. (Goodrich, 1901 dalam ”Perencanaan Materials Recovery Facility
sebagai Upaya Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Werdhapura Village Center,
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015).
e. Pemisahan Logam Non Besi
Pemisahan logam non besi didasarkan pada konduktivitas. Desain yang sering
digunakan pada MRF adalah rotating disc separator yang dapat digunakan untuk
memisahkan berbagai logam tambahan, seperti timah, tembaga, emas, dan titanium.

2. Gambaran Umum Lokasi Perencanaan


Perencanaan desain MRF ini berada pada wilayah Kecamatan Manggala dengan
daerah pelayanan prioritas desain adalah Kecamatan Manggala, Rappocini dan
Panakkukang. Penentuan lokasi ini berdasarkan pada karakteristik peruntukan lahan pada
daerah tersebut sebagai pusat niaga Kota Makassar (Kecamatan Panakkukang) dan

4
kawasan perkantoran Kota Makassar (Kecamatan Rappocini) serta kecamatan manggala
sebagai daerah penemapatan fasilitas MRF. Pertimbangan utama penempatan fasilitas
MRF di Kecamatan Manggala adalah pada wilayah ini telah terdapat fasilitas Tempat
Pembuangan Akhir (TPA Tamangapa) yang melayani semua timbulan sampah di Kota
Makassar, sehingga fasilitas MRF dapat diintegrasikan dengan fasilitas TPA sehingga
terjadi singkronisasi dan efisiensi sistem pengolahan sampah di Kota Makassar.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengumpulan data dan perencanaan
desain MRF ini adalah bulan Februari-April 2019.

Gambar Peta Wilayah Kecamatan Manggala

3. Hasil dan Pembahasan


Konsep utama pembuatan MRF adalah bagaimana untuk memisahkan, mengepak dan
mengirimkan material yang dapat diolah kembali dari sampah domestik kota dalam skala besar.
Dalam mendesain fasilitas MRF terdapat beberapa alternatif dalam pemilahan teknologi dan
sistem yang digunakan. Komponen-komponen unit yang dibutuhkan dalam desain MRF harus
dihitung dimensi dan spesifikasinya masing-masing agar alat dan sistem menjadi efisien.
a. Desain Tipping Floor
Tipping Floor adalah ruangan yang berfungsi sebagai penampung sampah yang akan
masuk kedalam MRF. Semua truck-truck sampah akan melakukan aktivitas bongkar muat pada
tipping floor setelah melewati jembatan timbang. Desain tipping floor harus meperhitungkan jam
puncak operasi MRF selain itu pada dasarnya tipping floor diperlukan karena pemilahan tidak
bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga sampah akan ditampung sementara pada tipping floor.
Berikut merupakan perhitungan teknis tipping floor dapat dilihat pada tabel 4.1

5
Tabel 4.1 Data Awal Perencanaan Tipping Floor
Parameter Besaran Satuan Sumber
Safety factor 2.5 Nishtala, 1997
Tinggi sampah pada tipping floor 3 m Nishtala, 1997
Perencanaan (Produksi
Jumlah sampah yang masuk 700 ton/hari
sampah Kota Makassar)
Damanhuri dan Tri Padmi,
Densitas truck 0.25 Ton/m3
2016
Damanhuri dan Tri Padmi,
Volume truck Tangkasaki 7 m3
2016
Waktu operasional 16 Jam/Hari Perencanaan
3
Densitas 0,202 Ton/m Perencanaan
Sumber : Hasil Analisa

b. Desain Storage Area untuk Bale


Material yang telah terpilah pada fasilita MRF, akan di padatkan terlebih dahulu dengan
alat pemadatan atau horizontal baler. Material sampah yang telah dipadatkan menggunakan alat
horizontal baler disebut bale. Bale akan disimpan lalu diangkut ke pabrik daur ulang.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Desain Storage Area untuk Bale

Volume
Jenis Jumlah Massa Volume Densitas Faktor Safety Frekuensi Volume
Setelah
Sampah (%) (Ton) (m3) (ton/m3) Pemadatan factor Pengangkutan Maksimal
Pemadatan
Kertas 5.69 45699.4621 227.6 9.269706982 0.5 1.5 113.8 1 170.7
Plastik 16.29 130833.785 651.6 26.5384054 0.5 1.5 325.8 1 488.7
Logam 2.7 21685.1578 108 4.39863073 0.5 1.5 54 1 81
Kain
1.22 9798.4787 48.8 1.987529441 0.5 1.5 24.4 1 36.6
Tekstil
Karet
2.18 17508.757 87.2 3.551487034 0.5 1.5 43.6 1 65.4
Kulit
Kaca 0.98 7870.90912 39.2 1.596540043 0.5 1.5 19.6 1 29.4

Jumlah 871.8

Sumber : Hasil Analisa

c. Desain Storage Area


Pada saat proses pemilahan berlangsung semua sampah di tampung di storage area. Luas
storage area menyesuaikan dengan luas area pada MRF. Tinggi dimensi sampah pada storage
adalah satu meter untuk memudahkan petugas pemilah dalam meletakkan material tang sudah

6
terpilah, kecuali pada storage area untuk residu, di desain setinggi 0,5 meter agar sampah residu
dari conveyyor belt dapat langsung kedalam storage area.
Lebar dari storage area masing-masing adalah sebesar 10 meter, kecuali untuk residu yaitu
sebesar 15 meter, hal ini dilakukan hal ini dilakukan untuk meyesuaian luas MRF. Sementara
panjang storage menyesuaikan dengan panjang alat dan luas area MRF.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Desain Storage Area


Dimensi storage area(m3) Volume Jumlah
Komposisi Massa Volume Densitas Total
Material Storage Storage
(%) (ton) (m3) (ton/m3) Panjang Lebar Tinggi Loading
(m3) Area
Sisa
38.82 311784.4 1552.8 73.61425 30 10 1 300 1 5.176
Makanan
Kayu
Ranting 10.65 85535.9 426 73.61425 30 10 1 300 1 1.42
Daun
Kertas 5.69 45699.46 227.6 73.61425 20 10 1 200 1 1.138
Plastik 16.29 130833.8 651.6 73.61425 30 10 1 300 1 2.172
Logam 2.7 21685.16 108 73.61425 10 10 1 100 1 1.08
Kain
1.22 9798.479 48.8 73.61425 5 5 1 25 1 1.952
Tekstil
Karet
2.18 17508.76 87.2 73.61425 30 2 1 60 1 1.453333333
Kulit
Kaca 0.98 7870.909 39.2 73.61425 30 1 1 30 1 1.306666667
Lainnya 15.43 123926.7 617.2 73.61425 30 10 1 300 1 2.057333333
Sumber : Hasil Analisa

d. Desain Bag Opening


Bag opening yang akan di desain adalah bag opening mekanis dengan menggunakan alat
bag opener atau bag breaker, sehingga proses pemilahan selanjutnya dapat dilakukan dengan
cepat dan mudah.Bag opener yang akan digunakan adalah bag opener merek EMS tipe BOS
4000 yang dapat mengolah sampah hingga 40 Ton/jam, adapun spesifikasi bag opener bag
opening yaitu:
 Kapasitas : 40 TPH
 Panjang : 3,972 m
 Lebar : 1,999 m
 Rotation Speed : 15-30 RPM

Tabel 4.4 Perencanaan Unit Bag Opener


Parameter Besaran Satuan Sumber
Sampah Input 640 Ton/hari Perencanaan
Waktu Operasional 16 Jam/hari Perencanaan

7
Lebar Bag Opener 1,999 m Brosur EMS, 2018
Panjang Bag Opener 3,972 m Brosur EMS, 2018
Tinggi Bag Opener 2,781 m Brosur EMS, 2018
Sumber : Hasil Analisa

e. Desain Unit Pemilahan Manual


Material plastik, logam, karet, kaca, kertas dan kain tekstil adalah material-material awal
yang dipilah pada MRF. Kantong plastik dan plastik lunak dipilah lebih awal karena material-
material ini dapat mengganggu proses pemilahan secara mekanis pada MRF.
Tabel 4.5 Perencanaan Unit Pemilahan Manual
Parameter Besaran Satuan Sumber
Input 700 Ton/hari Perencanaan
Kertas 45699.462 Ton/hari Perencanaan
Plastik 130833.785 Ton/hari Perencanaan
Logam 21685.158 Ton/hari Perencanaan
Kain tekstil 9798.479 Ton/hari Perencanaan
Karet kulit 17508.757 Ton/hari Perencanaan
Kecepatan sorting 0,2 ton/sorter/jam Tchbobanoglus,2002
Waktu operasional 16 Jam/hari Perencanaan
Lebar conveyyor 1 m US EPA
Jarak pekerja 1,2 m Nishtala (1997)
Kecepatan conveyor 5-6,67 m/menit Permen PU No.3/2013
Ketinggian sampah pada conveyor 0,1 m Permen PU No.3/2013
Ketinggian belt 0,7-0,8 m Permen PU No.3/2013
3
Densitas sampah 0,202 Ton/m Data primer
Lebar conveyor >0,6 m Permen PU No.3/2013
Sumber : Hasil Analisa

f. Desain Unit Trommel Screen


Trommel screen digunakan untuk memisahkan sampah organik dari sampah rumah tangga
yang bercampur. Sebuah trommenl screen didesain berdasarkan beberapa parameter seperti
diameter, panjang, kecepatan berputar, sudut inklinasi, laju input, bentuk, serta distribusi ukuran
partikel.
Tabel 4.6 Perencanaan Unit Trommel Screen
Parameter Besaran Satuan Sumber
Sampah Input 16,2 lb/detik Perencanaan
Waktu Operasional 16 Jam/hari Perencanaan
Lubang Screen <50 mm Permen PU No. 3/2013

8
Parameter Besaran Satuan Sumber
3
Densitas Sampah 1,7 lb/ft Data Primer
Sudut Inklinasi 3 Tchobanoglus, 2002
Kv 1,35 Tchobanoglus, 2002
F 0,25 Tchobanoglus, 2002
2
G 32,2 ft/s Tchobanoglus, 2002
Waktu Retensi 180 Detik Sullivan dkk
Sumber : Hasil Analisa

g. Desain Unit Pulley Magnetic


Unit Pulley Magnetic digunakan untuk memisahkan material besi dengan material lainnya.
Dalam merencanakan pulley magnetic, dibutuhkan data diameter roda pulley magnetic dan
kecepatan belt pada pulley magnetic, sementara untuk lebar conveyor dan panjang conveyor
dapat dilakukan berdasarkan perencanaan.
Tabel 4.7 Perencanaan Unit Pulley Magnetic
Parameter Besaran Satuan Sumber
Sampah input 640 Ton/hari Perencanaan
Waktu operasional 16 Jam/hari Perencanaan
Lebar conveyor 1 m Perencanaan
Panjang belt 5 m Perencanaan
Diameter roda pulley magnet 0,6 m Dingsmagnet, 2017
Kecepatan 1,73 m Dingsmagnet, 2017
Sumber : Hasil Analisa

h. Desain Unit Eddy Current Separator


Eddy current separator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan logam yang tidak
memiliki interaksi dengan magnet atau logam selain besi. Alat ini bekerja menggunakan
konduktiftas pada logam.

Tabel 4.8 Perencanaan Unit Eddy Current Separator


Parameter Besaran Satuan Sumber
Sampah input 640 Ton/hari Perencanaan
Waktu operasional 16 Jam/hari Perencanaan
Panjang 2,45 m Unit tersedia
Lebar 1 m Unit tersedia
Electrical conductivity 37 (lm) 108 Goudsmitmagnets, 2017

9
Kecepatan belt 1,54 m/s Goudsmitmagnets, 2017
Sumber : Hasil Analisa

i. Desain Unit Air Separator


Dalam merencanakan unit air separator, dibutuhkan data aliran massa dan volume udara.
Aliran massa adalah jumlah sampah yang masuk kedalam unit air separator. Pada perencanaan
unit air separator, jumlah aliran massa adalah 44 ton/jam. Setelah diketahui jumlah aliran massa
atau mass flow, maka dapat ditentukan unit yang akan digunakan. Unit yang digunakan adalah
zigzag air separator tipe SepK 12/ 180x540.
Tabel 4.9 Data Awal Perencanaan Air Separator
Parameter Besaran Satuan Sumber
Input 40 Ton/jam Perencanaan
Mass flow 1,8-3,5 Ton/jam Perencanaan
3
Volume Udara 1.750-3.500 m /jam JOEST, 2016
Panjang 2,2 m JOEST, 2016
Lebar 0,9 m JOEST, 2016
Tinggi 2,3 m JOEST, 2016
Tipe SepK 12 180x540 JOEST, 2016
Sumber : Hasil Analisa

A. Alur Pengolahan Sampah dengan MRF


Sampah yang diangkut menggunakan truk-truk Tangkasaki dari seluruh daerah di Kota
Makassar akan masuk ke fasilitas MRF setiap harinya, truk akan masuk melalui gerbang
kemudian akan dihitung. Setelah itu, truk akan melewati jembatan timbang, sehingga jumlah
loading rate dan massa sampah yang masuk ke MRF dapat diketahui di pos jembatan timbang.
Sampah yang masuk ke MRF akan ditampung pada tipping floor dan selanjutnya akan di
angkut menggunakan wheel loader menuju bag opener. Pemilahan bag opening dilakukan secara
mekanis, hal ini dikarenakan bag opener dapat juga mereduksi material-material yang berukuran
besar sehingga proses pemilahan material sampah akan lebih mudah dilakukan. Setelah proses
unit bag opener, maka material plastik dan sampah B3 dari rumah tangga (limbah eletronik,
battery, dll) dengan pemilahan secara manual.
Untuk proses screening, digunakan alat trommel screen sesuai dengan hasil perhitungan
dan analisa teknis untuk memisahkan materi organik dengan materi lainnya. Trommel screen
berfungsi untuk memisahkan material berdasarkan ukuran partikelnya. Pemilahan trommel
screen berdasarkan biaya operasional, pemeliharaan yang rendah, dan dinilai lebih efektif dan
efisien bila dibandingkan dengan jenis screen lainnya seperti disc screen dan flat bed screen.
Selain itu trommel screen adalah alat yang dianjurkan untuk pemisahan materi organik menurut
Permen PU No. 3/2013.
Kegiatan pemilahan manual dilakukan dengan menggunakan unit conveyor belt. Jenis yang
digunakan adalah flat conveyor dan crossbars conveyor. Flat conveyor digunakan dalam proses

10
pemilahan sampah sedangkan crossbars conveyor digunakan pada saat aliran sampah semi
vertikal. Cross conveyor memiliki bar pada permukaannya sehingga dapat menahan aliran
material agar tidak terjatuh. Pemilahan manual masih digunakan karena memiliki biaya
operasional yang relatif rendah, operasi yang sederhana serta dapat meningkatkan lapangan
pekerjaan dengan mempekerjakan para pemulung-pemulung di TPA Tamangapa.
Pemilahan magnetik adalah proses untuk memisahkan logam dari sampah tercampur
dengan menggunakan magnet. Oleh karena itu logam yang dapat dipisahkan adalah besi. Unit
yang digunakan adalah pulley magnetic dengan pertimbangan memiliki sistem oprasional yang
efisien.sementara untuk logam selain besi yang tidak dapat berinteraksi dengan magnet, maka
digunakan alat eddy current separator.
Pemilahan mekanis berdasarkan berat jenis dilakukan dengan menggunkan alat air
classifier. Terdapat beberapa jenis alat air classifier seperti zigzag air calssifier, air knife dan
stacked triangle air classifier. Jenis air classifier yang dipilih untuk memisahkan material kaca
dengan material ringan lainnya seperti kertas atau plastik adalah zigzag air classifier sebagai air
classifier yang dianggap sebagai paling efisien dan paling baik.
Dengan kondisi lahan yang minim luasnya, maka digunakan baler untuk mengkompaksi
sampah yang sudah terpilah. Baler yang akan digunakan adalah horizontal baler. Horizontal
baler dapat memproses sebagai jenis material, memiliki sistem otomatis, mudah dioperasikan,
serta jumlah tenaga kerja yang diperlukan lebih kecil.
Untuk memindahkan matetial dari satu alat menuju alat lainnya dapat digunakan whell
loader dan forklift. Whell loader digunakan untuk memindahkan material dari tiping floor
menuju hooper dan juga dari storage menuju horizontal baler. Sementara forklift adalah alat
yang digunakan untuk memindahkan bale dari horizontal baler menuju storage area dan menuju
storage area yang selanjutnya akan di angkut dengan truck untuk shipping menuju ke fasilitas
pabrik daur ulang. Untuk lebih jelasnya mengenai layout perencanaan desain MRF dan alur
pengelolaan sampah di MRF dapat dilihat pada gambar berikut :
B. Analisis Mass Balance dan Loading Rate
Mass balance adalah perhitungan kuantitas material yang diolah. Hasil perhitungan mass
balance fasilitas MRF dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Mass Balance

Berat Volume Berat Volume Berat Volume


Recovery
Parameter Sampah Sampah Recovery Recovery Residu Residu
Faktor
(Ton) (m3) (Ton) (m3) (Ton) (m3)
Sisa Makanan 311784.38 1552.8 75 233838.28 1164.60 77946.09 388.20
Kayu Ranting Daun 85535.90 426 60 51321.54 255.60 34214.36 170.4
Kertas 45699.46 227.6 83.6 38204.75 190.27 7494.71 37.3264
Plastik 130833.79 651.6 85 111208.72 553.86 19625.07 97.74
Logam 21685.16 108 90 19516.64 97.20 2168.52 10.8

11
Kain Tekstil 9798.48 48.8 2 195.97 0.98 9602.51 47.824
Karet Kulit 17508.76 87.2 93 16283.14 81.10 1225.61 6.104
Kaca 7870.91 39.2 85 6690.27 33.32 1180.64 5.88
Lainnya 123926.66 617.2 3 3717.80 18.52 120208.86 598.684

TOTAL 754643.49 3758.4 576.6 480977.12 2395.44 273666.37 1362.96


Sumber : Hasil Perhitungan

Loading rate adalah jumlah material yang masuk ke dalam fasilitas MRF setiap jam.
Fasilitas MRF pada tugas akhir ini beroperasi selama enam belas jam setiap harinya. Kapasitas
untuk MRF berbeda-beda mengikuti luas lahan, teknologi yang diinginkan dan juga timbulan
sampah yang ada. Hasil perhitungan loading rate fasilitas MRF dapat dilihat pada tabel 4.11
berikut.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Loading Rate
Waktu
Berat Sampah Berat Sampah
Parameter Operasi Loading Rate
(Ton) (Kg/Hari)
(Jam/Hari)
Sisa Makanan 311784.38 282846112.32 16 17677882.0
Kayu, Ranting
85535.90 77596885.53 16 4849805.3
Daun
Kertas 45699.46 41457866.54 16 2591116.7
Plastik 130833.79 118690447.44 16 7418153.0
Logam 21685.16 19672449.85 16 1229528.1
Kain Tekstil 9798.48 8889032.90 16 555564.6
Karet Kulit 17508.76 15883681.73 16 992730.1
Kaca 7870.91 7140370.69 16 446273.2
Lainnya 123926.66 112424407.86 16 7026525.5
TOTAL 684601254.9 42787578.4
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan loading rate pada MRF adalah sebesar 42.787.578,4 dari jumlah
sampah maksimum yang masuk ke MRF adalah 684.601.254,9 Kg/Hari.

C. Analisis Kebutuhan Lahan


Berdasarkan perhitungan dimensi dan spesifikasi teknis dari masing-masing unit
pengolahan di MRF maka jumlah kebutuhan lahan dapat di hitung dan di analisis. Data
perhitungan kebutuhan lahan pada MRF dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12 Analisa kebutuhan lahan
No Komponen Luas Lahan (m2)
1 Tempat Parkir Truck 300
2 Tempat Parkir 100
3 Unit Jembatan Timbang 80

12
4 Kantor 200
5 Tipping Floor 309,5
6 Unit-unit pemilahan 1.316
7 Storage Area 450
8 Storage Area untu Bale 290
Jumlah 2.973,5
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan data analisa kebutuhan lahan untuk MRF maka didapatkan kebutuhan lahan
untuk fasilitas fisik MRF adalah sebesar 2.973,5 m2.

D. Analisis Keberlanjutan dan Kelayakan MRF


Analisis keberlanjutan pada suatu proyek dapat ditinjau dari beberapa aspek penting seperti
aspek sosial dan ekonomis. Bila ditinau dari aspek sosial, maka nilai keberlanjutan dikaji melalui
potensi perubahan prespektif masyarakat sekitar MRF dan masyarakat konsumen hasil MRF.
Aspek sosial yang pertama adalah perubahan prespektif masyarakat terhadap kegiatan
pemilahan sampah. Dengan dibangunnya MRF, prespektif masyarakat mengenai pemilahan
sampah akan berubah menjadi lebih positif sehingga kesadarn masyarakat untuk memilah
sampah menjadi bertambah.
Aspek sosial yang kedua adalah kesehatan masyarakat, dengan pemilahan sampah yang
baik maka kesehatan masyarakat akan lebih baik, hal ini diakibatkan dengan dibangunnya MRF,
maka pengelolaan sampah akan menjadi lebih baik, sehingga kesehatan masyarakat Kota
Makassar juga akan meningkat.
Selain aspek sosial, aspek ekonomi juga harus dianalisa keberlanjutannya. Untuk
menentukan kelayakan ekonomi suatu proyek, salah satu metode yang digunakan adalah analisis
Net Percent Value (NPV).
Aspek selanjutnya adalah adanya sinergitas antara perencanaan MRF dengan program-
program pengelolaan persampahan yang telah ada, seperti bank sampah, sehingga plastik dan
material dari bank sampah di Kota Makassar dapat di tampung dan diolah di MRF sebelum di
mobilisasi ke fasilitas daur ulang.

E. Analisis Resiko Kendala-Kendala MRF di Kota Makassar


Dalam mendesain suatu fasilitas publik yang menggunakan peralatan yang modern dan
biaya yang cukup besar, maka perlu dilakukan analisa resiko kendala terhadap desain dan
manajemen yang akan diterapkan, terlebih lagi pengelolaan sampah menggunakan sistem MRF
merupakan metode yang tergolong masih baru di Indonesia. Berdasarkan hasil analisa, maka
resiko-resiko yang akan dihadapi MRF di Kota Makassar adalah :
1. Semua aktivitas pemilahan dan pengumpulan sampah akan dilakukan di MRF, hal ini akan
mengakibatkan hancurnya usaha-usaha pengepulan sampah yang di jalankan oleh
masyarakat kecil.
2. Sistem manajemen persampahan di Kota Makassar rawan akan konflik kepentingan jika
tidak dibarengi dengan kebijakan dan peraturan yang jelas oleh pemerintah kota.
13
3. Kualitas material hasil recycle tidak akan sebaik material baru.
4. Membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pembangunannya dan operasionalnya,
sehingga akan mengakibatkan bertambahnya beban subsidi pemerintah.
5. Hasil material yang dihasilkan oleh proses MRF rawan terkontaminasi oleh senyawa kimia
atau bakteri patogen, sehingga diperlukan proses lanjutan agar material tersebuat dapat
digunakan lagi.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi perencanaan desain Material Recovery Facility (MRF) di Kota
Makassar maka terdapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Luas lahan yang diperlukan untuk fasiltas fisik MRF di Kota Makassar adalah sebesar
2.973,5 m2
2. Desain MRF di Kota Makassar berdasarkan komposisi sampahnya adalah tippping
floor, bag opener, pemilahan manual, trommel screen, magnetic pulley, eddy current
separator, air separator, storage area dan storage area untuk bale, dengan sepesifikasi
dan dimensi yang telah di hitung dan di analisis.
3. Berdasarkan perhitungan neraca massa setelah pengolahan di MRF sampah yang akan
diangkut ke TPA berupa residu (material sampah yang sudah tidak memiliki nilai
ekonomis) berkurang sebesar 63,74 % dari total maksimum sampah rencana yang
masuk ke MRF sebesar 754.643,49 Ton/hari Sehingga sampah yang akan masuk ke
TPA adalah sebesar 273.666,37 Ton/hari.
4. Faktor keberlanjutan MRF sangat baik karena dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam masalah persampahan, meningkatkan kesehatan masyarakat karena
dapat mencegah pencemaran lingkungan, meningkatkan pendapatan pemerintah Kota
Makassar dengan keuntungan MRF, serta dapat diintegrasikan dengan program
pengelolaan persamahan yang telah ada, seperti bank sampah. Sehingga masalah
persampahan di Kota Makassar dapat di tangani dengan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Nurmaida. 2010. Sistem Penerapan dan Pengolahan Persampahan Di Kota Makassar.
[Jurnal] Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin: Makassar

Amerika Serikat. U.S. Environmental Protection Agency. 1991. Management Control Plan.
Amerika Serikat.

Azhari, Deni Rezki. 2017. Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3R di Kelurahan
Pemurus Dalam Kota Banjarmasin. [Skripsi] Universitas Muhammadiah Malang: Malang

Dingsmagnet, 2017. Installation and Maintenance Manual For Dings Self-Cleaning Permanent
Overhead Magnet. www.dingsmagnet.com diakses 5 April 2019

14
Departemen PU. 2004 dalam jurnal ”Perencanaan Materials Recovery Facility sebagai Upaya
Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Werdhapura Village Center, Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, 2015

Damanhuri, 2004 dalam jurnal ”Perencanaan Materials Recovery Facility sebagai Upaya
Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Werdhapura Village Center, Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, 2015

Dubanowitz, Alexander J. 2000. Desain of Materials Recovery Facility (MRF) for Processing
The Recyclable Materials of New York City’s Municipal Solid Waste. Colombia
University: Departement of Earth and Environmental Engineering

Goudsmitmagnets, 2017. Goudsmit Magnetics: Development and engineering of Magnets.


www.goudsmitmagnets.com, diakses 5 April 2019

Hasselriis, F. 1984. Refuse-Derived Fuel Processing. Butterworth. Oxford.

Odom, Samantha. 2019. Maxpakbalers.com/horizontal-balers/. Diakses 3 April 2019 pukul 01.29


WITA.

Republik Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota Makassar. https://makassarkota.bps.go.id.


Diakses 9 maret 2019.

Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013. Lembaran RI Tahun 2013 Nomor 470. Sekretariat Negara. Jakarta.

Saing, Jumran. 2017. Efektivitas Pola Penanganan Sampah di Kota Makassar. [Skripsi]
Universitas Hasanuddin: Makassar

Safitri, Annisa Rizky. 2018. Perencanaan Material Recovery Facility (MRF) sebagai Upaya
Reduksi Sampah Di Kecamatan Purwakarta. [Skripsi]. Program Studi Sarjana Teknik
Lingkungan ITB: Bandung

Sarasati, Rr. Mutiara Adhi. 2013. Perencanaan Instalasi Pengolahan Sampah (IPS) Berbasis
Material Recovery Facilities (MRF) di Pusat Pelatihan Kewirausahaan. [Skripsi].
Surabaya: Perpustakaan Universitas Airlangga

Slamet. 2011. Sampah Padat Perkotaan di kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili-Tomor Leste.
[Jurnal] Fakultas Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan UGM: Yogyakartya

Sullivan, et. All. 1992. The place of The Trommel in Resource Recovery.
www.seas.columbia.edu diakses 4 April 2019.

Tchobanoglous G, et al. 1993. Integrate Solid Waste Management : Engineering Principles and
Management Issues. Mc. Graw Hill, Inc: New York

15
Tchobanoglous, G dan Keith F. 2002. Handbook Of Solid Waste Management. Mc. Graw Hill
Professional, Inc: New York.

The Dougherty Group LLC on Behalf of WRAP. 2006. Material Recovery Facilities. Banbury:
The Waste and Resource Astion Programme.

Tim Goodman and Assistance. 2003. Material Recovery Facilities Operation Assesment Final
Report and Optimization Guide. Minnesota: Texas Avenue South.

Windayana, Syahla Putri. 2018. Perancangan Material Recovery Facility (MRF) di Kecamatan
Comblong Kota Bandung. [Skripsi]. Program Studi Sarjana Teknik Lingkungan ITB:
Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai