Anda di halaman 1dari 22

BAB II

Kajian Teori

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Daring

Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti

kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet.

Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke

dalam jaringan internet (Among Guru, 2015). Menurut Isman (2016:587)

pembelajaran daring merupakan suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan

jaringan internet saat pelaksanaannya. Pembelajaran Daring sendiri dapat di

pahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pihak sekolah

yang peserta didiknya dan instrukturnya (guru) berada pada lokasi terpisah

sehingga memerlukan sistem telekomunikasi yang interkatif sebagai media

penghubung keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya

(Sobron dkk, 2019:1).

Pembelajaran daring atau yang lebih dikenal dengan nama online

learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan internet

ataupun jaringan. Di bawah ini ada beberapa pengertian pembelajaran daring

menurut para ahli, antara lain:

a. Harjanto T. dan Sumunar (2018) (dalam Jamaludin dkk, 2020:3)

menyatakan bahwa pembelajaran daring merupakan proses

9
transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital

sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri.

b. Menurut Mulayasa (2013:100) (dalam Syarifudin, 2020:32)

memberikan argumen pembelajaran daring pada dasarnya adalah

pembelajaran yang dilakukan secara virtual yang tersedia. Meskipun

demikian, pembelajaran daring harus tetap memperhatikan

kompetensi yang diajarkan.

c. Syarifudin (2020:33) juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring

adalah bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri

tidak bergantung pada orang lain.

d. Isman (2016:587) menjelaskan bahwa pembelajaran daring

merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa paparan pengertian pembelajaran daring di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran

yang kegiatan belajar mengajarnya bisa dilakukan secara virtual yang dalam

proses penerapannya menggunakan jaringan internet yang telah tersedia.

2.1.2 Manfaat Pembelajaran Daring

Menurut Bilfaqih (2015:4) manfaat dari pembelajaran daring adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan

b. Memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.

c. Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.

10
d. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.

Selain itu, manfaat pembelajaran daring dengan penggunaan

internet, khususnya dalam pembelajaran jarak jauh antara lain:

1. Guru bersama dengan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah

dan cepat melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh tempat,

jarak dan waktu. Secara regular atau kapan saja kegiatan

berkomunikasi bisa dilakukan.

2. Guru bersama dengan siswa dapat menggunakan materi

pembelajaran yang ruang lingkup (scope) dan urutan

(sekuensnya) sudah sistematis terjadwal melalui internet.

3. Adanya pembelajaran daring dapat manjelaskan materi

pembelajaran yang sulit dan rumit menjadi mudah dan

sederhana. Selain itu, materi pembelajaran dapat disimpan

dikomputer, sehiagga siswa dapat mempelajari kembali atau

mengulang materi pembelajaran yang telah dipelajarinya setiap

saat dan dimana saja sesuai dengan keperluannya.

4. Mempermudah dan mempercepat, mengakses atau memperoleh,

banyak informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran

yang dipelajarinya dari berbagai sumber informasi dengan

melakukan akses di internet.

11
5. Internet dapat dijadikan media untuk melakukan diskusi antara

guru dengan siswa, baik untuk seorang pembelajar, atau dalam

jumlah pembelajar terbatas.

6. Peran siswa rnenjadi lebih aktif mempelajari materi

pembelajaran, memperoleh ilmu pengetahuan atau informasi

secara mandiri, tidak mengandalkan pemberian dari guru,

disesuaikan pula dengan keinginan dan minatnya terhadap materi

pembelajaran.

7. Relatif lebih efisien dari segi waktu, tempat dan biaya.

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

Empy dan Zhuang (2005) juga menyebutkan beberapa kelebihhan

pembelajaran daring, antara lain:

a. Mengurangi biaya. Dengan menggunakan pembelajaran daring, kita

menghemat waktu dan uang untuk mencapai suatu tempat pembelajaran.

Dengan E-learning kita dapat diakses dari berbagai lokasi dan tempat.

b. Fleksibilitas waktu, tempat dan kecepatan pembelajaran. Dengan

menggunakan pembelajaran daring, pengajar dapat menentukan waktu

untuk belajar dimanapun. Dan pelajar dapat belajar sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

c. Standarisasi dan efektivitas pembelajaran.Pembelajaran daring selalu

memiliki kualitas yang sama setiap kali diakses dan tidak tergantung

suasana hati pengajar.Pembelajaran daring dirancang agar pelajar dapat

lebih mengerti dengan menggunakan simulasi dan animasi.

12
Sealin itu menurut Empy dan Zhuang (2005) pembelajaran daring

memiliki kelemahan, sebagai berikut:

1. Budaya. Banyak orang yang kurang berminat untuk belajar. Kebanyakan

orang telah terbiasa untuk mendengarkan materi yang dijelaskan oleh si

pengajar dan menerimanya.

2. Investasi. Keuntungan dapat dimiliki oleh pengguna pembelajaran

daring, namun penyedia program pembelajaran daring harus

mengeluarkan biaya untuk membeli perangkat lunak dan perangkat keras

sebagai pendukung pembelajaran daring tersebut.

3. Teknologi dan infrastruktur. Masalah teknologi dan infrastruktur cukup

banyak, seperti kurangnya spesifikasi hardware pada komputer untuk

mendukung pembelajaran daring, browser yang tidak sinkron, sampai

penggunaan internet dengan kapasitas yang belum merata di seluruh

wilayah.

4. Materi. Materi yang harus menggunkaan fisik, tentu saja tidak dapat

dimasukkan dalam aplikasi pembelajaran daring, seperti olahraga dan

kesenian. Namun, pembelajaran daring dapat menjelaskan konsep-

konsepnya lebih dahulu.

13
Selain kekurangan-kekurangan tersebut, Pangondian (2019:57) juga

menyebutkan beberapa kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran daring,

yaitu:

a. Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar

mengajar

b. Pengajar perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri

c. Terkadang membuat beberapa orang merasa tidak nyaman

d. Adanya kemungkinan muncul perilaku frustasi, kecemasan dan

kebingungan.

Pembelajaran daring dilakukan melalui berbagai aplikasi yang dapat

menunjang proses pembelajaran seperti google classroom, whatsapp group,

zoom cloud meeting, google meet dan lain sebagainya.

1. Google Classroom

Google classroom atau ruang kelas google merupakan suatu sarana

media pembelajaran campuran untuk ruang lingkup pendidikan yang

dapat memudahkan pengajar dalam membuat, membagikan dan

menggolongkan setiap penugasan tanpa kertas (paperless). Menurut

website resmi dari Google, aplikasi Google Classroom merupakan alat

produktivitas gratis meliputi email, dokumen dan penyimpanan.

2. Whatsapp Group

Aplikasi Whatsapp merupakan salah satu media komunikasi yang

dalam penggunaannya harus melalui install terlebih dahulu pada smartphone,

berfungsi sebagai alat komunikasi berupa chat dengan mengirimkan pesan baik

14
itu pesan teks, gambar, video, maupun telpon. Penggunaan Whatsapp

membutuhkan paket data dalam kartu telpon pemilik smartphone (Suryadi dkk,

2018:5).

Menurut Jumiatmoko (2016:53) Whatsapp merupakan aplikasi

berbasis internet yang memungkinkan setiap penggunanya dapat saling

berkomunikasi dengan berbagai macam fitur pendukungnya.Whatsapp juga

memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan

bantuan layanan internet.

3. Zoom Cloud meeting

Aplikasi zoom adalah sebuah aplikasi yang dapat melaksanakan kegiatan

meeting atau diskusi secara bersama seperti bertatap muka langsung tanpa harus

bertemu secara fisik.

Adapun keunggulan dari aplikasi Zoom Meeting:

“Pengguna dapat mengaktifkan penjadwalan terhadap video conference yang

akan dilakukan saat meeting. Peserta juga dapat memulai video conference atau

rapat melalui akun Outlook, Gmail, atau iCal yang dimiliki. Dari segi keamanan

tidak lupa aplikasi zoom menambahkan adanya fitur endto- end encryption yang

dapat digunakan pada saat rapat agar keamanan para penggunanya tetap terjaga.

Keamanan tambahan tersebut dapat diperoleh dari kata sandi yang hanya

diketahui oleh pengguna. Peserta rapat juga dapat merekam rapat yang dilakukan

melalui aplikasi zoom kemudian menyimpan dari hasil rekaman di perangkat

masing-masing atau pada akun cloud”

15
4. Google Meet

Google Meet merupakan fitur premium dari aplikasi web

conferencing milik Google. Layanan ini dapat diakses melalui website, android

maupun iOS. Di Google Meets ini tidak hanya bisa melihat dokumen

belajar tetapi juga presentasi hingga merekam. Sebelum menggunakan

layanan ini, pengguna terlebih dulu harus memiliki akun G-Suite.

2.2 Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

2.2.1 Pengertian PKN

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dalam Winarno (2013:

18) menyatakan bahwa,

“PKn diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pembentukan

warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Sedangkan Winataputra dalam Winarno (2013: 7) menjelaskan arti PKn

adalah sebagai bidang kajian yang memiliki objek telaah kebajikan dan budaya

kewarganegaraan, yang menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik

sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan, dan

secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler

kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural kewarganegaraan, dan kajian ilmu

kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan atau Civic Education adalah program

pendidikan yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan

16
(humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan

(empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga

negara yang baik sebagaimana tuntutan /keharusan yuridis konstitusional bangsa

dan negara.

Merujuk pada beberapa pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa PKn

merupakan mata pelajaran yang mengajarkan, melatih, mendidik, dan

membentuk siswa agar menjadi warga negara yang cerdas, terampil, kritis,

analitis, serta bertindak demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Hal ini berarti bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang

mengutamakan pembentukan sikap siswa.

2.2.2 Tujuan PKn

Tujuan mata pelajaran PKn menurut BSNP dalam Fathurrohman & Wuri

Wuryandani (2011: 7-8) adalah sebagai berikut.

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganaegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

17
informasi dan komunikasi.

Menurut Winarno (2013: 60), tujuan mata pelajaran PKn adalah

membentuk warga negara yang cerdas, berkarakter, dan terampil. Sedangkan

menurut Udin S. Winataputra, dkk (2008: 1.20), tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan adalah berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam kehidupan

politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar

demokrasi konstitusional Indonesia.

Menyimak maksud dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan mata pelajaran PKn adalah sebagai berkut.

1. Melatih siswa menjadi warga negara yang cerdas, berkarakter, dan

terampil agar dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganaegaraan.

2. Mempersiapkan siswa agar kelak bisa berpartisipasi dan bertanggung

jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

3. Membentuk kepribadian siswa berdasarkan pada karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa

lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi

18
2.2.3 Fungsi PKn di SD

Bangsa dengan kehidupan yang demokratis merupakan cita-cita yang di

amanatkan oleh para pendiri bangsa ini ketika merumuskan Pancasila dan UUD

1945. Kehidupan demokratis akan selalu tumbuh apabila seluruh warga negara

menerapkan perilaku-perilaku yang mencerminkan sikap demokratis. Sikap

warga negara demokratis tidak hanya tercermin dalam menuntut dan menikmati

hak individu, tetapi juga harus memikul tanggung jawab secara bersama-sama

dengan orang lain untuk membentuk masa depan bangsa yang cerah.

Berkenaan dengan hal-hal yang telah disampaikan diatas, PKn sebagai

salah satu mata pelajaran yang mengajarkan tentang demokrasi memiliki peranan

penting dalam mempersiapakan warga negara agar memiliki komitmen kuat

untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Suharno,

dkk (2006: 21) menjelaskan bahwa fungsi PKn yaitu memfokuskan pada

pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,

dan suku bengsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,

dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Secara

tersirat, fungsi lain PKn dari pernyataan di atas adalah sebagai sarana untuk

mempersatukan bangsa Indonesia yang multikultural.

2.3 Hakikat Watak/ Karakter Kewarganegaraan (Civic Disposition)

2.3.1 Pengertian Karakter

Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Latin kharakter atau

bahasa Yunani kharassein yang berarti memberi tanda (to mark), atau bahasa

19
Prancis carakter, yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Dalam

bahasa Inggris character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, peran dan huruf.

Karakter juga diberi arti a distinctive differenting mark (tanda yang membedakan

seseorang dengan orang lain). Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, karakter

diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti

yang membedakan seseorang daripada yang lain (Amirulloh Syarbini 2016).

Menurut Wiyani (2012: 24),pendidikan karakter merupakan sebuah usaha

untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi positif kepada masyarakatnya,). Sementara itu, Lickona

(2004: 53) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang

menitikberatkan dalam hal pembentukan kepribadian melalui pengetahuan

tentang moral (moral behaviour) yang dihasilkan terlihat dalam tindakan nyata

seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati

hak orang lain, dan kerja keras.

Dari berbagai definisi sebagaimana diuraikan, dapat kita memperoleh

pengertian jelas tentang pendidikan karakter, yaitu: pendidikan yang

menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik,

sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, serta dapat menerapkan dan

mempraktikan dalam kehidupannya, baik itu dalam keluarga ataupun sebagai

anggota masyarakat dan warga negara.

Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam hal ini adalah guru kepada siswanya untuk

20
membentuk kepribadian siswa yang bermoral, beretika, bersikap, bermotivasi,

berperilaku, berketerampilan, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak

mulia sehingga dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk memberikan

keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter dan akhlak mulia peserta

didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi

lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter siswa

diharapkan mampu untuk mandiri dalam meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya dalam mengkaji, mengiternalisasikan, serta

mempersonilasasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud

dalam perilaku sehari-hari.

Tujuan pendidikan karakter secara umum menurut Zubaedi (2015:18)

yakni, pertama berfungsi dalam membentuk dan mengembangkan potensi siswa

agar berfikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah

hidup Pancasila. Kedua, berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran

keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah agar dapat

berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi warga

Negara dan membangun bangsa menuju bangsa yang maju. Ketiga berfungsi

memilah budaya bangsa sendiri serta menyaring budaya bangsa lain yang tidak

sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. Dengan

adanya ketercapaian ketiga tujuan pendidikan karakter seperti yang dipaparkan

21
di atas maka seseorang dapat berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila,

berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat, dan bertanggung jawab sebagai

Warga Negara yang baik. Pendidikan karakter juga memiliki tujuan untuk

pembentukan karakter siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Agus (2012: 22),

bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk pembentukan dan pembangunan

pola pikir, sikap, dan perilaku siswa supaya dapat menjadi pribadi yang positif,

berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.

2.3.2 Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Satuan pendidikan sebenarnya yang selama ini sudah mengembangkan dan

melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan

pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter

pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18

nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values)

yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah

teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan

pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius (2) jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)

Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)

Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli

Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab.

22
2.4 Definisi Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Menurut Sapriya (dalam Sri Wuryan dan Syaifullah 2014:78) menyatakan

bahwa “Watak dan kepribadian kewarganegaraan berkaitan dengan sifat-sifat

pokok karakter pribadi maupun karakter publik warga negara yang mendukung

terpeliharanya demokrasi konstitusional. Sifat karakter pribadi warga negara

antara lain tanggung jawab moral, disiplin diri, dan hormat terhadap martabat

setiap manusia. Sedangkan sifat karakter publik antara lain kepedulian sebagai

warga negara, kesopanan, hormat terhadap aturan hukum (rule of the law),

berpikir kritis, dari kemauan untuk mendengar, bernegosiasi, dan berkompromi”

Sedangkan menurut Winarno (2013:177) menyatakan bahwa“Civic

disposition merupakan salah satu komponen pendidikan kewarganegaraan. Civic

disposition diterjemahkan sebagai watak, sikap, atau karakter kewarganegaraan.

Ada juga yang menyebutnya sebagai nilai kewarganegaraan (civic value)”.

Menurut Setiawan, (2012: 162) “civic disposition merupakan komponen

yang berkaitan dengan nilai-nilai (values) yang berontribusi dalam pembentukan

karakter warga negara”. Kalidjernih, (2010:20) mengemukakan bahwa “civic

disposition merupakan istilah dalam pendidikan kewarganegaraan yang merujuk

pada watak atau karakter (diposition) dan komitmen yang diperlukan untuk

memelihara dan memajukan kewarganegaraan dan pemerintahan”

Watak kewarganegaraan sebagaimana dengan kecakapan

kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang

telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan

organisasi-organisasi civil society. Pengalaman demikian bahwasannya

23
demokrasi mengisyaratkan adanya pemerintahan mandiri yang bertanggung

jawab dari tiap individu. Karakter privat seperti bertanggung jawab, moral,

disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap

individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting. Kepedulian

sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law),

berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegoisasi dan berkompromi

merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan sukses

(Pangalila, 2017: 20).

Secara ringkas karakter publik dan privat sebagaimana disampaikan oleh

(Hidayat, Basuki, & Akbar, 2018) ada 5 yaitu;

1) Menjadi anggota masyarakat yang independen

2) Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan dibidang

ekonomi dan politik

3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu

4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara

bijaksana dan efektif

5) Mengembangkan fungsi demokrasi yang sehat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa civic

disposition (watak kewarganegaraan) merupakan sikap dan kebiasaan warga

negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial dan kepentingan umum

dari kemajuan sistem demokrasi.

24
2.4.1 Nilai-nilai Karakter Kewarganegaran (Civic Disposition)

Nilai-nilai keutamaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat

mendorong penguatan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata

pelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Menurut Budi Mulyono,

“Civic Disposition” sesungguhnya merupakan kompetensi yang paling

substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Kompetensi watak

kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan kedua

kompetensi sebelumnya”. Maksudnya adalah Civic Disposition sebagai sumber

dan ilmu yang amat penting dalam pelajaran PKn. Berdasarkan Pusat

Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan

Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan

Karakter (2011), telah mengidentifikasi 18 nilai pembentuk karakter yang

merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional.

Berkaitan dengan itu, nilai-nilai yang peneliti terapkan pada penelitian

ini berdasarkan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementrian Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain

2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

dan pekerjaan

25
3. Disiplin :Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan

4. Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar

5. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda

dari dirinya.

6. Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan

Tuhan Yang Maha Esa.

7. Kerja keras: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan

2.4.2 Karakter Yang Ideal

Karakter yang paling ideal adalah intelektual profetik. Adapun seorang yang

dikatakan sebagai intelektual profetik memiliki karakter sebagai berikut :

a) Sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan

Sadar sebagai makhluk muncul ketika ia mampu memahami

keberadaan dirinya, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Konsepsi ini dibangun dari nilai-nilai tarnsendental.

b) Cinta Tuhan

Orang yang sadar akan keberadaan Tuhan menyakini bahwa ia tidak

26
dapat melakukan apapun tanpa kehendak Tuhan. Oleh karenya

memunculkan rada cinta kepada Tuhan. Orang yang cinta Tuhan

akan menjalani apapun perintah dan menjauhi larangan-Nya.

c) Bermoral

Jujur, saling menghormati, tidak sombong, suka membantu, dan

sejenisnya merupakan turunan dari manusia yang bermoral.

d) Bijaksana

Karakter ini muncul karena keluasan wawasan seseorang. Dengan

keluasan wawasan, ia akan melihat banyaknya perbedaan yang

mampu diambil sebagai kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat

terbentuk dari adanya penanaman nilai-nilai kebinekaan.

e) Pembelajar sejati

Untuk dapat memiliki wawasan yang luas, seseorang harus senantiasa

belajar. Seorang pembelajar sehati pada dasarnya dimotivasi oleh

adanya pemahaman tentang luasnya ilmu Tuhan (nilai tarnsendesi).

Selain itu juga, dengan penanaman nilai kebhinekaan mereka semakin

bersemangat untuk mengambil kekuatan dari sekian banyak

perbedaan.

f) Mandiri

Karakter ini muncul dari penanaman nilai-nilai humanisasi dan

liberasi. Dengan pemahaman bahwa tiap manusia dan bangsa

memiliki potensi dan sama-sama subjek kehidupan maka dia tidak

membenarkan adanya penindasan sesama manusia. Darinya

27
memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa.

g) Kontributif

Kontributif merupakan cermin seorang pemimpin. (Muslich 2011: 76-

77).

2.4.3 Isi Civic Disposition dalam PKn sekolah

Civic disposition ini dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dan

diterapkan dalam sekolah, untuk jenjang sekolah dasar, jenjang sekolah menengah

pertama (SMP), sampai dengan jenjang sekolah menengah atas (SMA). Udin S.

Winataputra (2001) dalam (Winarno, 2013, hal. 189) kembali mengemukakan

sejumlah butir-butir yang dapat menjadi isi civic disposition (nilai atau sikap

kewarganegaraan). Butir-butir tersebut sebagai berikut.

1. Mempunyai rasa peduli terhadap permasalahan yang ada disekitar,

seperti peduli terjadi permasalahan antar tetangga, dan peduli terhadap

permasalahan pribadi diri kita sendiri,

2. Memiliki rasa toleransi akan perbedaan yang ada, seperti perbedaan

sosial, ekonomi dan lain sebagainya.

3. Rasa hormat akan hak hidup, hak kebebasan atas dasar keimanan dan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Hormat atas kedudukan dan lembaga politik, eksonomi, kebudayaan dan

sebagainya.

5. Sikap hormat akan kedudukan, tanggung jawab dalam memengang suatu

jabatan atau dipercaya untuk memimpin dalam bidang misalkan dari

bidang bisnis, profesi dan seterusnya.

28
6. Saling menghormati antar bangsa kita dengan bangsa lain, agar terjalin

persahabatan dan juga perdamaian.

7. Hormat akan hak cipta atau karya milik orang lain dalam berbagai

macam bidang.

8. Dalam keputusan bersama yang telah disepakati, harus ada komitmen

yang kuat untuk keputusan yang telah diambil secara mufakat dan adil.

9. Memiliki kemauan untuk menerima pendapat dari orang lain, dikritik

tentang penampilan dan lain-lain.

10. Selalu kritis akan keadaan atau segala sesuatu yang datang dari luar, dan

harus diasadari oleh pribadi kita sendiri selain menurut aturan dalam

agama.

Berdasarkan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 dalam (Winarno, 2013,

hal. 191) tentang standar kelulusan, dapat kita identifikasi kompetensi

kewarganegaraan dalam dimensi watak atau karakter kewarganegaraan, baik

untuk PKn tingkat SD, SMP, maupun SMA. Dalam dimensi karakter

kewarganegaraan, peserta didik diharapkan untuk :

1) Dengan adanya nilai kejuangan bangsa, mampu menghargai makna

yang terkandung dalam nilai tersebut.

2) Menghargai keputusan yang sudah disepakati bersama.

3) Adanya sikap positif yang ditunjukkan kepada norma kebiasaan, adat

istiadat dan seterusnya.

29
4) Adanya perbedaan dan kebebasan dalam mengemukakan pendapat

dengan rasa tanggung jawab, maka akan munculah dengan sedirinya

rasa saling menghargai akan perbedaan tersebut.

5) Sikap positif yang terbentuk dengan adanya pelaksanaan demokrasi

dan kedaulatan rakyat.

6) Bersikap kritis dengan adanya dampak dari globalisasi.

30

Anda mungkin juga menyukai