Exsum Rip Siberut
Exsum Rip Siberut
NOMOR :
TANGGAL :
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
DAFTAR ISI
Tahun 2016
DAFTAR ISI……………........................................................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
2.1.2 Kependudukan...................................................................................................................................4
2.1.4 Transportasi.......................................................................................................................................6
2.2.2 Kependudukan...................................................................................................................................8
2.2.5 Transportasi.......................................................................................................................................9
5.5.1 Dermaga..........................................................................................................................................22
5.8.1 Umum..............................................................................................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel 3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumatera Barat (Milyar Rupiah)..............................................5
Tabel 4 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Sumatera Barat (milyar Rupiah).....................................5
Tabel 10 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012 (Juta Rupiah)......8
Tabel 12 Infrastruktur Jembatan Menurut Kecamatan dan Kondisi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.................9
Tabel 16 Jumlah Penumpang Naik – Turun di Pelabuhan Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai..........................10
Tabel 17 Jumlah Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai...............................10
Tabel 19 Produksi Angkutan Penyeberangan Lintas Padang – Siberut (PP) Tahun 2015.......................................12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 33 Bagan Alir Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib AMDAL..........................................42
2.1.2 Kependudukan
Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumbar, sampai dengan tahun 2014, berdasarkan Sensus Penduduk
Tahun 2010, penduduk di Provinsi Sumbar mencapai angka 5,13 juta jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota
Padang, yang merupakan ibukota Provinsi Sumbar, dimana tercatat jumlah penduduk mencapai 889 ribu jiwa, sementara
penduduk terendah ada di Kota Padang Panjang yang hanya 50 ribu jiwa.
dan 7 kota dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa, serta memiliki 391 pulau yang 191 diantaranya belum 10 Solok Selatan 3.346,20 156.901 46,89
bernama. Sementara pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan 11 Dharmasraya 2.961,13 216.928 73,26
Mentawai) adalah bernama nagari—sebelumnya tahun 1979 diganti dengan nama desa, namun sejak 2001 dikembalikan pada 12 Pasaman Barat 3.887,77 401.624 118,55
1 Kep. Mentawai 6,011.35 14.21 Sumber: Sumatera Barat dalam Angka, 2015
4 Listrik, gas dan air bersih 103,004 108,050 116,845 121,006 131,515
Transportasi dan
7 10.938,53 11.872,03 12.794,02 13.877,37 14.919,39
pengangkutan
Penyebaran penduduk di Provinsi Sumbar kurang merata di angka 200 sampai dengan 400 ribu jiwa pada wilayah-wilayah
seperti Kab. Pesisir Selatan, Kab. Solok, Tanah Datar, Padang Pariaman, Agam, Lima Puluh Kota, Pasaman dan Pasaman
Barat. Sementara wilayah-wilayah dengan jumlah penduduk relatif rendah (dibawah 100 ribu jiwa) antara lain Kepulauan
Mentawai, Kota Solok, Kota Sawah Lunto dan Kota Padang Panjang.
2.1.3 Sosial Ekonomi
PDRB Provinsi Sumatera Barat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2013 sebesar Rp 125.874,70 milyar rupiah
dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 133.240,30 milyar rupiah. Struktur ekonomi Provinsi Sumatera Barat tahun 2014
didukung oleh tiga lapangan usaha utama yaitu pertanian,kehutanan dan perikanan, lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor serta lapangan usahan transportasi dan pergudangan. Ketiga lapangan usaha tersebut
memberikan sumbangan terhadap perekonomian Sumatera Barat sebesar 51,04 persen.
Tabel 3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumatera Barat (Milyar Rupiah)
1
Pertanian, peternakan,
27.277,72 30.541,80 32.886,69 36.235,31 41.834,54
Gambar 4 Pertumbuhan PDRB Sumatera Barat Tahun 2010-2014
kehutanan dan perikanan
2 Pertambangan dan penggalian 4.782,07 5.291,96 5.838,17 6.762,93 8.121,50
3 Industri pengolahan 12.277,02 13.902,66 15.148,96 16.192,78 17.479,28
4 Listrik, gas dan air bersih 103,057 99,715 95,752 91,796 114,708
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai penyumbang terbesar memberikan kontribusi sebesar 25,04
5 Konstruksi 8.279,10 9.540,04 10.999,83 12.844,43 15.014,72 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu 24,67 persen. Berikutnya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan
6
Perdagangan, hotel dan
15.895,59 17.862,35 19.861,15 21.696,811 23.864,93
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, yang memberikan kontribusi sebesar 14,29 persen. Sedangkan lapangan usaha
restoran transportasi dan pergudangan dengan kontribusi sebesar 11,71 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang
Transportasi dan
7
pengangkutan
10.938,53 12.605,81 13.902,27 16.486,27 19.561,13 mencapai 11,22 persen.
Keuangan, persewaan dan
8 3.034,50 3.492,05 4.149,72 4.633,40 5.172,74
jasa perusahaan
9 Jasa-jasa 1.609,92 1.792,49 1.979,04 2.373,48 2.692,94
2.1.4 Transportasi
Jumlah /Total 105.017,73 118.674,28 131.435,64 146.885,11 167.039,89
2.1.4.1 Transportasi Darat dan Penyeberangan
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka, 2015
Jaringan jalan yang ada di Propinsi Sumbar terdiri dari jalan nasional, provinsi dan jalan kota/kabupaten. Panjang jalan
nasional yang adalah sepanjang 1.212,89 km, jalan provinsi sepanjang 1.153,94 km dan jalan kabupaten sepanjang 1.867,01
km. Panjang jembatan yang terdapat di jalan nasional sepanjang 13.840 m dan di jalan provinsi sepanjang 7.265 m.
Tabel 4 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Sumatera Barat (milyar Rupiah)
Di Provinsi Sumatera Barat terdapat jaringan jalan nasional yang merupakan jalan lintas Pulau Sumatera. Terdapat jaringan
No Lapangan usaha 2010 2011 2012 2013 2014 jalan Lintas Tengah Sumatera sepanjang 399,489 km dan Lintas Barat Sumatera sepanjang 552,522 km di Lintas Barat
Sumatera. Terdapat 15 terminal angkutan umum yang berada tersebar di Provinsi Sumatera Barat. Enam terminal tipe A
1
Pertanian, peternakan,
27.277,72 28.535,01 29.284,90 30.285,58 32.060,68 terdapat di Solok, Pariaman, Padang, Sawah Lunto, Bukit Tinggi dan Kot Nan. Kelima belas terminal angkutan umum
kehutanan dan perikanan
tersebut dijabarkan pada Tabel dibawah.
Pertambangan dan
2 4.782,07 5.028,18 5.321,00 5.726,10 5.974,44
penggalian
Tabel 5 Terminal Angkutan Umum di Provinsi Sumatera Barat
3 Industri pengolahan 12.277,02 12.859,17 13.690,47 14.393,98 15.171,74
No Terminal Tipe Luas (m2) Lokasi Terminal Kabupaten/Kota
TERMINAL TIPE A
Berdasarkan pada Statistik Perhubungan Sumatera Barat Tahun 2010, tercatat jumlah lintas angkutan AKDP sebanyak 259
lintasan dimana terdapat 91 lintasan yang belum terlayani oleh perusahaan bis umum. Jumlah ijin angkutan yang melayani 2.1.4.3 Transportasi Udara
sebanyak 2573 unit sementara jumlah angkutan yang beroperasi di lapangan hanya sebanyak 1906 unit. Jumlah pesawat terbang yang mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) mengalami peningkatan sebesar
Untuk angkutan penyeberangan, terdapat 3 lintas penyeberangan di Provinsi Sumbar yaitu Padang-Pulau Menatawai 13,27 persen dari 8.244 tahun 2012 menjadi 9.338 tahun
(Sikakap), Padang – Tuapejat dan Padang – Siberut. Ketiga lintas penyeberangan tersebut merupakan lintas penyeberangan 2013. Sedangkan jumlah penumpang yang datang melalui BIM juga mengalami peningkatan sebesar 2,82 persen dari
perintis dalam provinsi. 1.320.581 orang tahun 2012 menjadi 1.357.889 orang tahun 2013.
2.1.4.2 Transportasi Laut
Pelabuhan utama di Provinsi Sumatera Barat adalah Pelabuhan Teluk Bayur. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang Tabel 7 Arus Pesawat dan Penumpang di Bandara Udara Internasional Minangkabau
antar pulau serta pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat. Saat ini, pengelolaan
Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu cabang dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Jumlah Pesawat Jumlah Penumpang
Fasilitas yang ada di Pelabuhan Teluk Bayur saat ini antara lain kolam pelabuhan, pelayanan pandu dan tunda, fasilitas No Bulan jumlah jumlah
infrastruktur pelabuhan termasuk dermaga, dolphin dan tambatan, gudang, lapangan, penanganan barang beserta Datang Berangkat Datang Berangkat
perlengkapannya, operasi penanganan petikemas, operasi penanganan bulk cargo, terminal penumpang, utilitas area darat 1 Januari 756 757 110,202 113,293
pelabuhan dan properti untuk usaha-usaha produktif. Secara umum, fasilitas pelabuhan yang ada Pelabuhan teluk Bayur ini 2 Februari 510 510 80,824 83,033
dijabarkan pada tabel berikut ini. Dengan fasilitas tersebut, Pelabuhan Teluk Bayur mampu menampung 13 kapal untuk
bongkar muat pada saat yang sama. 3 Maret 737 736 109,452 112,609
4 April 789 789 105,770 109,969
Tabel 6 Fasilitas Pelabuhan Teluk Bayur
5 Mei 854 854 120,771 123,548
No Fasilitas Luas/Jumlah 6 Juni 867 867 130,965 133,693
1 Kolam Pelabuhan 30,89 Ha
2 Area Darat 544 Ha 7 Juli 796 796 112,584 98,456
3 Dermaga 1.565 m
4 Gudang Penumpukan 18.401 m² 8 Agustus 938 938 147,458 139,148
5 Fasilitas Batu Bara 10,77 Ha 9 September 782 782 108,621 119,353
6 Fasilitas Semen 11 unit, kapasitas 88.000 ton
7 Fasilitas Pupuk 9.500 ton 10 Oktober 839 838 122,676 120,916
8 Fasilitas Minyak Sawit 15 unit, kapasitas 22.000 ton
9 Area Terminal Penumpang 1.608 m², kapasitas 2.000 orang
11 November 744 746 100,689 101,547
Sumber: Pelindo II, 2010
12 Desember 726 724 107,877 106,926
2013 9,338 9,337 1,357,889 1,361,491
2012 8,244 8,245 1,320,581 1,325,458
2011 7,245 7,241 1,122,777 1,139,968
2010 6,742 6,750 966,173 965,549
2009 7,342 7,348 829,266 903,780
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka, 2014
2.2.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Mentawai pada tahun 2014 per kecamatan secara lebih jelas dapat dilihat pada berikut ini.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 78.511 orang,
dengan kepadatan penduduk 13,06 orang/km2.
Tabel 9 Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kabupaten kepulauan yang terletak memanjang dibahagian paling barat pulau 2 Sikakap 278,45 9.752 35,02
Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia. Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian pulau non- 3 Pagai Utara 342,02 5.572 16,29
vulkanik dan gugus kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut. 4 Sipora Selatan 268,47 8.846 32,95
Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas gugusan pulau-pulau yakni Siberut, Sipora, Pagai Utara, Pagai Selatan dan 95 5 Sipora Utara 383,08 11.817 30,85
pulau kecil lainnya sesuai dengan UU RI no 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pada 6 Siberut Selatan 508,33 9.496 18,68
tahun 2011 ini secara geografis dan administratif, Kabupaten Kepulauan Mentawai ter-diri atas 10 kecamatan, 43 desa dan
7 Siberut Barat Daya 649,08 6.504 10,02
266 dusun. Kesepuluh kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
8 Siberut Tengah 739,87 6.563 8,87
Tabel 8 Kecamatan dan Desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai
9 Siberut Utara 816,11 8.694 10,65
5 Sipora Utara 90 35 - 55
Komoditi unggulan Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa. Sektor pertanian komoditi 6 Siberut Selatan 92,5 - 50,5 42
unggulannya adalah Jagung dan Ubi kayu, Sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa Kakao, karet, lada, 7 Siberut Barat Daya 60 - - 60
Nilam, Kelapa dan cengkeh. Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya. 60
8 Siberut Tengah - - 60
Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, diKabupaten ini tersedia 2 bandar udara, yaitu Bandara Siberut dan Bandara 9 Siberut Utara 60 - 25 35
Rokot. Untuk transportasi laut tersedia 4 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Tuapejat, Pelabuhan Muara Siberut, Pelabuhan 40
10 Siberut Barat - - 40
Muara Sikabaluan, Pelabuhan Sikakap. Kepulauan Mentawai 2014 985,50 95 163,5 727
2013 985,50 95 163,5 727
Panjang jalan di 10 (sepuluh) kecamatan yang berhasil dihimpun dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten kepulauan 2 Pulau Sipora Jalan dari bagian utara yaitu Tuapejat sampai dibagian selatan Katiet
mentawai adalah sepanjang 821,70 km, dan kondisi jembatan sebagai sarana transportasi darat yang menguhbngkan jalan 3 Pulau Pagai Utara Jalan dari bagian utara yaitu Mapinang sampai dibagian selatan Sikakap
Pada tahun 2014, jumlah kunjungan kapal yang datang ke pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai sedikit mengalami
penurunan dari 2.892 kapal di tahun 2013 menjadi 2.454 kapal pada tahun 2014. Sementara itu, jumlah barang yang
dibongkar dan dimuat di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai secara total tidak mengalami perubahan
dibandingkan tahun 2013 sebesar 48.165 ton.
BAB 3 KONDISI EKSISTING PELABUHAN SIBERUT
Tabel 16 Jumlah Penumpang Naik – Turun di Pelabuhan Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai
Penumapng (orang)
No Kecamatan Jumlah
Turun Naik
9.080 7.834 16.914
3.1 Gambaran Umum Pelabuhan
1 Sikakap
2 Sioban 12.178 6.874 19.052 Pelabuhan Penyeberangan Siberut berada di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai,
3 Tuapejat 22.457 20.229 42.686 Provinsi Sumatera Barat. Pelabuhan ini merupakan pintu masuk pulau ini karena akses menuju pulau ini baru bisa
4 Mailepet 9.109 6.678 15.787 dijangkau melalui pelabuhan ini.
3.427 2.840 6.267
5 Pokai 1. Titik koordinat : 01°33’-40”S - 099°11’-50”E
Aktivitas di Pelabuhan Siberut berlangsung saat pagi hari sebelum kapal Ferry berlabuh. Banyak kendaraan pickup dan
ojek yang sudah menunggu akan kedatangan penumpang yang akan turun di Pelabuhan Siberut dan melanjutkan perjalanan
ke daerah lainnya yang menjadi tujuan selanjutnya. Kendaraan pribadi maupun kendaraan penumpang dan barang berupa
Gambar 7 Kawasan Sekitar Pelabuhan Siberut ojek, dan kendaraan motor yang dimodifikasi dan sering disebut ”Becak Motor” digunakan untuk mengangkut penumpang
dan barang dari pelabuhan Siberut, ke tujuan akhir; penumpang terbatas dalam memilih transportasi mana yang akan
Sumber : Survey Primer 2016 digunakan untuk menuju tujuan akhir, karena transportasi umum yang tersedia hanya ojek dan Becak Motor, terkecuali jika
penumpang memiliki kendaraan pribadi. Tak jarang juga beberapa penumpang menggunakan kapal-kapal kecil untuk
melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir; kapal-kapal kecil ini sudah menunggu sebelum kedatangan penumpang di
Fasilitas utama dan pendukung di Pelabuhan Siberut harus lebih diperhatikan; Pelabuhan Siberut memiliki tempat parkir
pelabuhan Siberut.
kendaraan yang relatif luas dan dapat menampung lebih dari 15 Kendaraan roda empat dan 50 kendaraan roda dua.
Pelabuhan Siberut memiliki 2 (dua) unit mess untuk pegawai yang masih layak pakai, dan gudang untuk mesin generator,
jarak pelabuhan dengan perkampungan kurang lebih 5 Km.
1 Trestel Pelencengan 50 6
2 Rumah Dinas 14 9
3 Kantor Pelabuahn 25 12
4 R. Genset 6 6
5 Pos Jaga 5 5
6 R Panel 6 6
Tabel 19 Produksi Angkutan Penyeberangan Lintas Padang – Siberut (PP) Tahun 2015
Hasil bacaan tertinggi pada palem pasut adalah 20,1 dm dan bacaan terendah adalah 6,3 dm. Perhitungan data pasang surut
menggunakan perangkat lunak admiralty. Lebih jelas hasil pengolahan data pada masing-masing data tersebut adalah
sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) 1,58 1,60 0,37 -0,37 m Gambar 13 Current Rose di Perairan Pelabuhan Penyeberangan Siberut
Proyeksi
Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2036
Kabupaten
Kepulauan
1.
Mentawai 87.009 87.456 88.558 89.674 90.804 96.670 102.916 110.946
4.1 Analisis Proyeksi Kependudukan 2. Pesisir Selatan
4 4
453.923 461.592 67.408 73.297 479.261 510.225 543.189 585.570
4.1.1 Analisis Proyeksi Kependudukan Provinsi Sumatera Barat 3. Solok
3 3
366.303 372.898 77.597 82.354 387.172 412.186 438.817 473.054
Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk memperkirakan jumlah penduduk yangakan datang. Adapun metode yang 4. Sijunjung
2 2
226.517 228.149 31.024 33.935 236.883 252.187 268.480 289.428
digunakan untuk menghitung adalah Metode Bunga Berganda. Metode ini mengasumsikan bahwa jumlah penduduk setiap 3 3
5. Tanah Datar
tahun bertambah. Secara sistematis Metode Bunga Berganda ditulis sebagai berikut: 345.794 353.564 58.019 62.530 367.098 390.816 416.065 448.528
Padang 4 4
6.
Pt = Po (1 + r) t Pariaman 408.634 416.364 21.610 26.923 432.302 460.232 489.966 528.195
4 5
7. Agam
Ket: Pt = Jumlah Penduduk pada tahun t 480.791 488.963 95.124 01.363 507.680 540.480 575.399 620.293
Lima Puluh 3 3
8.
Kota 372.601 378.333 83.100 87.928 392.815 418.194 445.213 479.949
Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar 2 2
9. Pasaman
272.906 276.721 80.207 83.738 287.313 305.876 325.638 351.044
1 = Bilangan Ketetapan/konstan 1 1
10. Solok Selatan
162.752 163.845 65.909 67.999 170.116 181.107 192.808 207.851
r = Rate/laju pertumbuhan penduduk 2 2
11. Dharmasraya
229.471 228.765 31.647 34.566 237.521 252.867 269.204 290.208
t = Tahun ke t 4 4
12. Pasaman Barat
419.170 420.702 26.003 31.371 436.806 465.027 495.072 533.698
Kota
9 9 1.
71. Padang
915.408 925.276 36.935 48.740 960.694 022.762 1.088.841 1.173.794
72. Solok
67.422 67.781 68.635 69.500 70.375 74.922 79.763 85.986
73. Sawahlunto
60.770 61.711 62.488 63.276 64.073 68.213 72.620 78.286
74. Padang Panjang
51.565 52.172 52.830 53.495 54.169 57.669 61.395 66.185
1 1
75. Bukittinggi
124.791 125.728 27.312 28.916 130.540 138.974 147.953 159.497
1 1
76. Payakumbuh
129.999 131.065 32.716 34.388 136.081 144.873 154.233 166.267
77. Pariaman
85.901 86.938 88.034 89.143 90.266 96.098 102.307 110.289
5 5.39 5.4 5.5 5.
Sumatera Barat
5.261.725 .328.023 5.156 63.135 31.971 889.379 6.269.878 6.759.065
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode bunga berganda, diketahui bahwa jumlah
penduduk di Provinsi Sumatera Barat setiap tahunnya mengalami perkembangan. Jumlah penduduk di Kota Padang diakhir
tahun rencana (tahun 2036) diperkirakan berjumlah 1.173.794 jiwa, kemudian untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai
Gambar 15 Tren Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sumatera Barat
diakhir tahun rencana (tahun 2036) diperkirakan berjumlah 110.946 jiwa.
Hasil dari proyeksi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada tingkat
Berdasarkan data-data perkembangan penduduk secara time series, maka dapat dilakukan perhitungan proyeksi kepadatan serta aktivitas pergerakan di wilayah studi nantinya. Selain itu juga, peningkatan jumlah penduduk akan
pertumbuhan penduduk untuk mendapatkan informasi perkembangan jumlah penduduk. mempengaruhi kebutuhan penduduk terhadap ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
Perkembangan potensi dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta dukungan prasarana transportasi yang baik merupakan
salah satu faktor vang mendorong proses pergerakan (mobilitas) dan pertumbuhan penduduk. Terdapatnya jalur regional 4.1.2 Analisis Proyeksi Kependudukan Kabupaten Kepulauan Mentawai
penghubung pusat-pusat pertumbuhan yang berperan penting dalam menciptakan kemudahan dalam mendorong semakin
tingginya tingkat mobihtas penduduk, disamping memperlancar pergerakan barang dan jasa. Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk memperkirakan jumlah penduduk yang akan datang di Kabupaten Kepulauan
Mentawai dilakukan dengan metode tren linier. Metode ini mengasumsikan bahwa jumlah penduduk setiap tahun
Peningkatan mobilitas penduduk, barang dan jasa dipengaruhi oleh tumbuhnya kegiatan produksi dan distribusi pada bertambah.
wilayah di sepanjang jalur tersebut. Selanjutnya perkembangan kegiatan produksi dan distribusi yang terjadi telah
mendorong terciptanya pertumbuhan penduduk. Dapat dikatakan terjadi hubungan saling mempengaruhi antara Berdasarkan data-data perkembangan penduduk secara time series, maka dapat dilakukan perhitungan proyeksi
pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatan. pertumbuhan penduduk untuk mendapatkan informasi perkembangan jumlah penduduk.
Pada sisi lain, pengaruh kondisi ekonomi regional dan global yang menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi
daerah, lebih jauh mempengaruhi pergerakan penduduk yang terkena dampak krisis, yang selanjutnya akan mendorong Tabel 22 Proyeksi Penduduk di Kabupaten Kepulauan Mentawai
peningkatan konsentrasi penduduk pada suatu wilayah.
8
Siberut 6.86 7.02 7.18 7.35 7.52
8.622 9.660
10.82 1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,45 0,45 0,45 0,46 0,44
Tengah 8 6 8 3 2 3
Siberut 9.09 9.30 9.52 9.74 9.96 11.42 12.79 14.33 2 Pertambangan dan Penggalian 0,09 0,09 0,81 0,81 0,77
9
Utara 8 8 2 1 5 1 6 7
1 Siberut 7.38 7.55 7.73 7.90 8.09 10.38 11.63 3 Industri Pengolahan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,05
9.272
0 Barat 6 6 0 8 0 8 9
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Total Tahun 87.4 89.5 91.5 93.6 95.8 109.8 123.0 137.8
2014 93 05 63 69 23 29 53 68
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5
Sumber: Hasil Analisis, 2016 Limbah dan Daur Ulang
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
6 Konstruksi 0,28 0,28 0,28 0,28 0,03
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Mentawai 7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
setiap tahunnya mengalami perkembangan. Jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Mentawai diakhir tahun rencana Mobil dan Sepeda Motor
0,18 0,18 0,17 0,17 0,17
(tahun 2036) diperkirakan berjumlah 137.868 jiwa, kemudian untuk penduduk paling banyak yaitu ada di Kecamatan 8 Transportasi dan Pergudangan 0,20 0,20 0,20 0,19 0,19
Sipora Utara berjumlah 19.487 jiwa.
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
10 Informasi dan Komunikasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
4.2 Analisis LQ 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
12 Real Estat 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Kondisi perekonomian suatu wilayah salah satunya dapat dilihat dari indikator sektor ekonomi potensial di wilayah kajian.
Perhitungan LQ (Location Quotient) ini bertujuan untuk melihat potensi kegiatan sektor perdagangan serta untuk melihat 13 Jasa Perusahaan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
seberapa besar kemampuan sektor perdagangan tersebut, apakah kegiatan sektor perdagangan yang ada dapat Administasi Pemerintahan, Pertahanan
dikembangkan 14
dan Jaminan Sosial
0,24 0,24 0,26 0,26 0,25
atau tidak dan kemampuan sektor untuk mengekspor kontribusinya ke daerah sekitarnya. Pada dasarnya teknik ini 15 Jasa Pendidikan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
menyajikan perbandingan antara kemampuan suatu sektor didaerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,10 0,10 0,10 0,10 0,09
sama pada daerah yang lebih luas. Perbandingan ini dinyatakan secara sistematika sebagai berikut :
17 Jasa lainnya 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Xr / R r Xr / Xn
LQ= =
Xn/ Rn Rr /Rn
Berdasarkan 17 sektor yang ada pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, sektor yang menjadi basis di Kabupaten
Keterangan : Kepulauan Mentawai belum ada. Hal ini menunjukan bahwa saat ini Kabupaten Kepulauan Mentawai masih bergantung
Xr : nilai sektor/ industri X dalam sub-region kepada kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat dalam hal ini yang terdekat adalah Kota Padang.
Xn : nilai sektor/ industri X dalam region
Rr : total sektor/ industri X dalam sub-region
Rn : total sektor/ industri X dalam region
Struktur perumusan Location Quotient (LQ) memberikan beberapa nilai sebagai berikut:
1. LQ > 1, sub region bersangkutan mempunyai potensi ekspor dalam kegiatan tertentu (sektor basis),
2023
19.324
20.357
36.232
41.685
11.884
12.062
2024
21.390 47.958 12.229
2025
22.422 55.176 12.386
2026
5.1 Proyeksi Permintaan Jasa Angkutan Penyeberangan 2027
23.455 63.480 12.535
Gambar 16 Tren Produksi Penumpang di Lintas Siberut – Bungus Gambar 17 Proyeksi Jumlah Penumpang Angkutan Penyeberangan Lintas Siberut - Bungus
Laju pertumbuhan angkutan penumpang angkutan penyeberangan lintas Siberut - Bungus terus mengalami peningkatan Berdasarkan hasil analisisi produksi penumpang angkutan penyeberangan di Siberut - Bungus menunjukkan peningkatan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Berdasarkan pola data historis sampai dengan tahun 2036. Total pergerakan pada lintas penyeberangan Bungus - Mentawai pada tahun 2036 sebesar
yang ada, dapat dijelaskan bahwa trend yang terjadi pada tingkat produksi angkutan penyeberangan terus meningkat. 32.749 orang per tahun atau 90 orang per hari.
Analisa peramalan produksi penumpang angkutan penyeberangan dilakukan dengan menggunakan metode time series,
dimana data memiliki pola trend yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Metode analisis dan asumsi:
5.1.2 Proyeksi Permintaan Kendaraan
1. Metode time series dengan pendekatan Logaritmik diasumsikan sebagai skenario pesimis;
2. Metode time series dengan pendekatan Linier diasumsikan sebagai skenario moderat; Produksi kendaraan yang menggunakan jasa angkutan penyeberangan di Siberut - Bungus dikelompokkan menjadi 2 (dua)
3. Metode time series dengan pendekatan Eksponensial diasumsikan sebagai skenario optimis; jenis golongan kendaraan yaitu kendaraan roda 2 dan roda 4. Pertumbuhan produksi kendaraan yang menggunakan jasa
angkutan penyeberangan pada lintas Siberut - Bungus juga meengalami peningkatan setiap tahunnya. Grafik perkembangan
Hasil peramalan penumpang angkutan penyeberangan di Siberut - Bungus menggunakan trend linier dapat dilihat pada
jumlah kendaraan roda dua di Pelabuhan Penyeberangan Siberut dapat dilihat pada gambar berikut Ini:
tabel berikut ini:
Tabel 24 Proyeksi Penumpang Angkutan Penyeberangan Lintas Siberut - Bungus
Data produksi kendaraan yang memanfaatkan jasa angkutan penyeberangan menunjukkan pola peningkatan yang linier,
dimana terjadi peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya. Jumlah kendaraan roda dua akan dikonversi menjadi roda 4
dengan faktor konversi sebesar 0,25 smp. Hasil konversi R2 menjadi R4 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Survei kinerja armada dilakukan terhadap 2 kapal yang beroperasi di Lintas Bungus - Mentawai. Survei kinerja armada Berikut ini adalah rumus pendekatan yang digunakan dalam memperhitungkan pergerakan kapal:
dilakukan terhadap setiap dermaga di kedua sisi pelabuhan (Teluk Bungus – Tuapejat, Siberut dan Sikakap).Hasil yang
didapatkan adalah:
N
1 Berthing Time FP
2 Approaching Time 365 xKxOxM
3 Sailing Time FP = Jumlah frekuensi keberangkatan kapal yang dibutuhkan (dengan
4 Waiting Time
5 Waktu Bongkar satuan trip)
6 Waktu Muat N = Jumlah penumpang
7 Total Time
K = Tingkat waktu operasional kapal per tahun (rasio antara jumlah hari
operasi dan jumlah hari dalam setahun), umumnya diambil 0,9
Tabel 28 Kinerja Armada
O = Faktor muat kapal (rasio antara jumlah muatan yang diangkut dengan
Berthin Approachin Sailin Waitin Waktu Wakt Tota
g Time g Time g g Time Bongka u l kapasitas angkut kapal), umumnya diambil 0,7
Time r Muat Tim
e M = Kapasitas angkut kapal
Rata 0:13 0:18 9:41 0:05 00:44 0:43 12:3
-rata 3
Max 0:25 0:33 10:50 0:22 0:48 0:50 13:4
8
Min 0:07 0:14 8:28 0:04 0:33 0:29 9:55
2026 121 1 2,32 3.040 1 Tabel 33 Kemampuan Kapasitas Dermaga Pelabuhan Siberut
2027 127 1 2,44 3.198 1
Kemampuan Kapasitas Dermaga Per Tahun Per Minggu
2028 133 1 2,56 3.356 1
Total Kemampuan Dermaga 17.640 368
2029 139 1 2,68 3.513 1
Permintaan R4 Tahun 2014 1.947 41
2030 146 1 2,80 3.671 1
Permintaan R4 Tahun 2036 4.618 13
2031 152 1 2,92 3.829 1
7
Areal keperluan keadaan
50% dari luas areal tempat berlabuh m2 34.389,28 5. Gardu; dan
darurat
6. tempat border.
Total Luasan m2 136.391
5.7.1 Pengaturan Zona Pelabuhan Pada tahapan jangka panjang zona fasilitas pokok ini akan mengalami penambahan dengan menyesuaikan terhadap
pengembangan zona dermaga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI No PM 29 Tahun 2016 Tentang Sterilisasi Pelabuhan Penyeberangan ,
perencanaan sistem zona pelabuhan penyeberangan harus memperhatikan:
Zona A (Untuk Orang)
Bagi pemerintah daerah, pengembangan pelabuhan laut memberikan manfaat langsung bagi pendapatan daerah khususnya
pada sektor transportasi. Selain itu memberikan manfaat yang nilainya sangat besar dan bermanfaat bagi perdagangan antar
pulau.
Manfaat bagi pemerintah daerah terhadap pengambangan dapat dikuantifikasi salah satunya melalui peningkatan PDRB
khususnya pada sektor transportasi yang turut meningkatkan sektor-sektor lainnya sebagai dampak dari peningkatan
EIRR = 13,68%
C. Manfaat Bagi Operator BCR = 1,37 Layak Secara Ekonomi
Manfaat yang dapat dirasakan bagi operator maupun pihak swasta yakni manfaat ekonomi dari tarif serta biaya pengangkutan 3
baik penumpang maupun kendaraan dari wilayah Mentawai maupun Kota Padang menuju wilayah lainnya.
NPV = Rp 9.522.683.483 Layak Secara Ekonomi
NPV lebih dari nol, EIRR lebih tinggi dari asumsi tingkat suku bunga pinjaman bank yaitu sebesar 13,68% B/C Ratio lebih
6.1.2 Kelayakan Ekonomi Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Siberut Kabupaten Mentawai dari satu yaitu 1,37, Nilai BEP menunjukkan titik impas dalam jumlah pada tahun ke 16. Berdasarkan indikator tersebut,
maka pengembangan pelabuhan Layak Secara Ekonomi.
Beberapa parameter dan variable dalam menghitung kelayakan ekonomi pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Siberut,
Sikakap dan Tuapejat, antara lain:
Investasi 6.2 Analisis Kebutuhan Biaya Pengembangan
Perkiraan investasi pengembangan dan pembangunan pelabuhan Pelabuhan Penyeberangan Siberut, Sikakap dan Biaya Pengembangan pelabuhan dihitung berdasarkan kebutuhan fasilitas yang tersedia dan yang akan dibangun sesuai
Tuapejat yakni investasi pengembangan Rp 59.161.246.518,85. rencana pengembangan sampai dengan 20 tahun yang akan datang. Kebutuhan biaya pengembangan pelabuhan
Manfaat Ekonomi Penyeberangan diuraikan pada tabel berikut ini:
Manfaat pengembangan transportasi pemerintah menggunakan hasil perkiraan manfaat peningkatan PDRB sebesar 1%
dari total PDRB ADHK.
Tabel 40 Biaya Pengembangan Pelabuhan Siberut
.Pengeluaran
Pengeluaran menggunakan hasil perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan pelabuhan sebesar 2% dari total investasi
dengan peningkatan sebesar 2% per tahun.
Indikator Kelayakan Ekonomi dengan parameter sebagai berikut:
Jangka waktu pengembangan 20 tahun
Discount rate yang yang merupakan perkiraan persentase penurunan nilai uang sampai dengan 20 tahun yakni
sebesar 12%.
Indikasi kelayakan ekonomi pengembangan dan pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Siberut, Sikakap dan Tuapejat
diuraikan pada tabel berikut ini:
Gang Way Penumpang Rp 1,200,000 20 Mushola m2 24 24 Rp 72,000,000 c. Pas bulanan kendaraan bermotor yang beroperasi di Pelabuhan:
21 Menara Air 1) tanda masuk kendaraan golongan I; per unit Rp 1.000,00
Shelter Penumpang Rp 3,000,000 m 2
36 36 Rp 108,000,000
Jembatan Timbang Rp 1,200,000,000 22 Pagar Keliling m 670 670 Rp 554,942,240 2) tanda masuk kendaraan golongan II; per unit Rp 2.000,00
Pagar BRC Pelabuhan Rp 828,272 23 Jembatan Timbang unit - 1 Rp 1,200,000,000 3) tanda masuk kendaraan golongan III; per unit Rp 3.000,00
Rp 31,904,585,014 4) tanda masuk kendaraan golongan IV; per unit Rp 4.000,00
5) tanda masuk kendaraan golongan V; per unit Rp 6.000,00
Siberut 6) tanda masuk kendaraan golongan VI; per unit Rp 8.000,00
7) tanda masuk kendaraan golongan VII; per unit Rp 10.000,00
Jangka Pendek (2017 - 8) tanda masuk kendaraan golongan VIII; per unit Rp 12.000,00
No Fasilitas Satuan Eksisting Perkiraan Investasi
2021)
9) tanda masuk kendaraan golongan IX. per unit Rp 14.000,00
Trestle Rp 9,669,150 1 Dermaga m 12 x 8 12 x 8 Rp 928,238,400
2 30 x 6 30 x 6 Rp 1,740,447,000 d. Tanda masuk kendaraan golongan I; per unit Rp 500,00
Causeway Rp 5,990,015 Trestle m
Breasthing Dophin Rp 3,072,839,329 3 Mooring Dolphin unit 2 2 Rp 2,086,118,458 e. Tanda masuk kendaraan golongan II; per unit Rp 1.000,00
Mooring Doplhin Rp 1,043,059,229 4 Breasting Dolphin unit 3 3 Rp 9,218,517,987 f. Tanda masuk kendaraan golongan III; per unit Rp 1.500,00
Dudukan Moveable Bridge Rp 2,525,519,577 5 Fender SM800 L= 1.5 m unit 6 6 Rp 221,490,000 per unit
g. Tanda masuk kendaraan golongan IV; Rp 2.000,00
Sumber:Analisis konsultan 2016 h. Tanda masuk kendaraan golongan V; per unit Rp 3.000,00
i. Tanda masuk kendaraan golongan VI; per unit Rp 4.000,00
j. Tanda masuk kendaraan golongan VII; per unit Rp 5.000,00
Perkiraan total investasi Pelabuhan Penyeberangan Teluk Bungus, Sikakap,Siberut dan Tuapejat secara keseluruhan sampai
dengan akhir tahun rencana adalah sebesar Rp102.974.195.607,46. k. Tanda masuk kendaraan golongan VIII; per unit Rp 6.000,00
l. Tanda masuk kendaraan golongan IX. per unit Rp 7.000,00
6.3 Analisis Kelayakan Finansial Pelabuhan
Jasa Pemeliharaan Dermaga:
Parameter umum dalam menghitung kelayakan finansial pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Siberut antara lain:
a. Kendaraan golongan II; per unit Rp 500,00
1. Perhitungan kelayakan ekonomi menggunakan Parameter-parameter dalam analisis yaitu Net Present Value (NPV), b. Kendaraan golongan III; per unit Rp 750,00
Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period. Untuk melakukan analisa ekonomi
c. Kendaraan golongan IV; per unit Rp 1.000,00
dengan parameter-parameter tersebut maka harus dilakukan estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan
dan pemeliharaan sehingga diperoleh perbandingan nilai manfaat yang diterima dengan biaya yang telah dikeluarkan. d. Kendaraan golongan V; per unit Rp 1.500,00
2. Investasi dalam pengembangan Pelabuhan terdiri dari investasi pengembangan fasilitas fasilitas utama maupun e. Kendaraan golongan VI; per unit Rp 2.000,00
penunjang kegiatan angkutan penyeberangan. Biaya pemeliharaan pertahun yaitu sebesar 2% dari total investasi dengan
f. Kendaraan golongan VII; per unit Rp 25.000,00
tingkat kenaikan sebesar 2 % setiap tahunnya.
3. Penetapan tarif merupakan hasil asumsi yang didekatkan dengan tarif jasa kepelabuhan sesuai dengan Peraturan g. Kendaraan golongan VIII; per unit Rp 35.000,00
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan h. Kendaraan golongan IX. per unit Rp 50.000,00
Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan
Jasa Timbang Kendaraan:
a. Kendaraan golongan IV; per ton Rp 1.000,00
Tabel 41 Tarif Jasa Kepelabuhan b. Kendaraan golongan V; per ton Rp 1.500,00
c. Kendaraan golongan VI; per ton Rp 2.000,00
Jenis Satuan Besaran
d. Kendaraan golongan VII; per ton Rp 2.500,00
Jasa Sandar:
e. Kendaraan golongan VIII; per ton Rp 3.000,00
a. Dermaga beton jembatan bergerak; per GT per call Rp 50,00
f. Kendaraan golongan IX. per ton Rp 4.500,00
b. Dermaga beton; per GT per call Rp 40,00
Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015
c. Jembatan kayu; per GT per call Rp 30,00
d. Pinggiran/pantai; per GT per call Rp 20,00
e. Kapal istirahat pada dermaga: Perkiraan terhadap pendapatan yang mungkin diperoleh dalam penyelenggaran pelabuhan yang terdiri dari pendapat utama
dan pendapatan lainnya.. Perhitungan terhadap total pendapatan pelabuhan penyeberangan dengan jangka waktu 20 tahun
1) untuk pemeliharaan; per GT per call Rp 15,00
diuraikan pada tabel berikut ini:
2) untuk isi bahan bakar/air. per GT per call Rp 10,00
Jasa Tanda Masuk Pelabuhan
a. Tanda masuk pelabuhan/terminal (penumpang, per orang per sekali
pengantar, dan penjemput); masuk Rp 1.000,00
b. Tanda masuk bulanan karyawan perusahaan di per orang per Rp 6.000,00
Berdasarkan table ditas dapat disimpulkan bahwa indikator kelayakan finansial tidak terpenuhi dengan payback period tidak
Tabel 42 Estimasi Total Pendapatan Pelabuhan Penyeberangan Siberut
tercapai sampai tahun ke-20. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan Pelabuhan Siberut untuk perencananaan
2036 Rp 1,011,054,247.59 Rp 1,567,911,817.80 Rp 1,567,911,817.80 selama 20 tahun Tidak Layak Secara Finansial, dengan rincian cashflow, sebagai berikut:
Tahun Jasa Sandar Jasa Tanda Masuk Kendaraan Jasa Pemeliharaan Dermaga
2016 Rp 3,773,869.05 Rp 5,852,400.00 Rp 5,852,400.00
2017 Rp 4,180,686.51 Rp 6,483,280.00 Rp 6,483,280.00 Operasional dan NPV Tahun
Tahun Total Pendapatan Total Biaya Hasil Bersih
Maintenance 12% Ke-
2018 Rp 4,587,503.97 Rp 7,114,160.00 Rp 7,114,160.00
2019 Rp 4,994,321.43 Rp 7,745,040.00 Rp 7,745,040.00 2016 Rp 20,285,337,709.62 Rp (20,285,337,709.62) Rp (20,285,337,709.62) 0
2020 Rp 5,401,138.89 Rp 8,375,920.00 Rp 8,375,920.00 2017 Rp 30,275,247 Rp 422,097,307 Rp 422,097,307.06 Rp (391,822,060.55) Rp (349,841,125.49) 1
2021 Rp 5,807,956.35 Rp 9,006,800.00 Rp 9,006,800.00 2018 Rp 32,976,524 Rp 430,539,253 Rp 430,539,253.20 Rp (397,562,729.23) Rp (316,934,573.69) 2
2022 Rp 6,214,773.81 Rp 9,637,680.00 Rp 9,637,680.00 2019 Rp 35,677,801 Rp 439,150,038 Rp 439,150,038.27 Rp (403,472,236.84) Rp (287,183,568.72) 3
2023 Rp 6,621,591.27 Rp 10,268,560.00 Rp 10,268,560.00 2020 Rp 38,379,079 Rp 447,933,039 Rp 447,933,039.03 Rp (409,553,960.14) Rp (260,278,945.75) 4
2024 Rp 7,028,408.73 Rp 10,899,440.00 Rp 10,899,440.00 2021 Rp 41,080,356 Rp 456,891,700 Rp 456,891,699.81 Rp (415,811,343.46) Rp (235,942,523.19) 5
2025 Rp 7,435,226.19 Rp 11,530,320.00 Rp 11,530,320.00 2022 Rp 43,781,634 Rp 466,029,534 Rp 466,029,533.81 Rp (422,247,900.00) Rp (213,923,926.99) 6
2026 Rp 7,842,043.65 Rp 12,161,200.00 Rp 12,161,200.00 2023 Rp 46,482,911 Rp 475,350,124 Rp 475,350,124.49 Rp (428,867,213.22) Rp (193,997,747.38) 7
2027 Rp 8,248,861.11 Rp 12,792,080.00 Rp 12,792,080.00 2024 Rp 49,184,189 Rp 484,857,127 Rp 484,857,126.98 Rp (435,672,938.24) Rp (175,960,992.64) 8
2028 Rp 8,655,678.57 Rp 13,422,960.00 Rp 13,422,960.00 2025 Rp 51,885,466 Rp 494,554,270 Rp 494,554,269.51 Rp (442,668,803.32) Rp (159,630,808.23) 9
2029 Rp 9,062,496.03 Rp 14,053,840.00 Rp 14,053,840.00 2026 Rp 54,586,744 Rp 504,445,355 Rp 504,445,354.90 Rp (449,858,611.25) Rp (144,842,433.07) 10
2030 Rp 9,469,313.49 Rp 14,684,720.00 Rp 14,684,720.00 2027 Rp 57,288,021 Rp 514,534,262 Rp 514,534,262.00 Rp (457,246,240.89) Rp (131,447,367.95) 11
2028 Rp 59,989,299 Rp 524,824,947 Rp 524,824,947.24 Rp (464,835,648.67) Rp (119,311,733.33) 12
Sumber:Analisis konsultan 2016 2029 Rp 62,690,576 Rp 535,321,446 Rp 535,321,446.19 Rp (472,630,870.16) Rp (108,314,796.90) 13
2030 Rp 65,391,853 Rp 546,027,875 Rp 546,027,875.11 Rp (480,636,021.62) Rp (98,347,652.68) 14
6.3.1 Estimasi Kelayakan Finansial Pelabuhan Penyeberangan Siberut 2031 Rp 68,093,131 Rp 556,948,433 Rp 556,948,432.61 Rp (488,855,301.66) Rp (89,312,035.91) 15
2032 Rp 70,794,408 Rp 568,087,401 Rp 568,087,401.27 Rp (497,292,992.85) Rp (81,119,259.42) 16
Penentuan kelayakan finansial pengembangan pelabuhan dapat dilihat dari 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi agar suatu
kegiatan usaha—dalam hal ini adalah penyelenggaraan pelabuhan dikatakan layak secara finansial. Syarat-syarat batas Sumber:Analisis konsultan 2016
tersebut adalah:
1. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) harus lebih besar dari 1 (satu)
2. Net Present Value (NPV) harus lebih besar dari 0 (nol)
3. Financial Internal Rate of Return (FIRR) harus lebih besar dari bunga bank yang berlaku
Ketiga syarat batas tersebut harus semuanya dipenuhi, salah satu saja yang tidak terpenuhi, maka suatu kegiatan usaha dapat
dikategorikan sebagai tidak layak.
Berdasarkan proyeksi dari total pendapatan dan pengeluran maka dapat dilakukan perkiraan cashflow penyelenggaraan
pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.