3
Angkutan Sungai
Ketentuan Umum
Visi pembangunan nasional tahun 2005 – 2025, ” Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur”, diwujudkan melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional.
Delapan misi tersebut adalah:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
Perwujudan jaringan transportasi yang andal dan terintegrasi satu sama lain tersirat
lebih untuk mendukung:
a. misi ke-2, Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
b. misi ke-5, Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; dan
c. misi ke-7, Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
Jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai sebagai bagian dari jaringan
transportasi atau infrastruktur perhubungan dikembangkan secara andal dan
terintegrasi intra atau antar moda khususnya lebih untuk mendukung misi ke: 2
(dua), 5 (lima), dan 7 (tujuh).
Pengembangan jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai diarahkan untuk
mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan dan
dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah; membentuk dan
pembangunan jalan akses pelabuhan sungai; (3) membangun sarana dan prasarana
transportasi sungai berbasis subsektor dan per pulau; (4) menyusun masterplan
transportasi sungai per pulau; (5) menunjang program pembangunan pembangkit
listrik 10.000 Mega Watt; (6) mengembangkan sarana dan prasarana transportasi
sungai perkotaan yang terpadu dengan pengembangan wilayah; serta (7)
mengembangkan jaringan pelayanan angkutan sungai sebagai penghubung jalur
jalan, terutama pada lokasi dimana angkutan sungai komplementer atau mampu
kompetitif dengan transportasi jalan.
Arah kebijakan dan strategi pengembangan regional, dalam prioritas pembangunan
wilayah regional di RPJM 2010-2014, untuk pengembangan jaringan pelayanan
transportasi sungai, secara tersurat, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Dalam program aksi Bidang Infrastruktur, terdapat rencana pembangunan bus air
sebanyak 18 unit bus air sampai dengan tahun 2014.
Dalam program aksi Bidang Iklim Investasi dan Iklim Usaha , terdapat rencana
penyelenggaraan National Single Window di 14 lokasi pelabuhan laut sampai dengan
tahun 2014, dimana beberapa lokasi pelabuhan tersebut dapat terpadu dengan
pelabuhan sungai, seperti di Banjarmasin, Pekanbaru, Palembang, Pontianak, dan
Samarinda. Disamping itu juga terdapat rencana penataan sistem pelabuhan
nasional, sehingga kelengkapan peraturan-perundangan tentang pelabuhan sungai
mempunyai peluang untuk disusun di periode 2010-2014.
Dalam program aksi Bidang Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pasca-Konflik ,
terdapat rencana pembangunan sarana dan prasarana SDP dan pengelolaan
prasarana lalu-lintas SDP terutama untuk keperintisan, mencakup 20 sarana
keperintisan dan 510 lintas keperintisan sampai dengan tahun 2014.
Dalam rencana aksi Bidang Pembangunan Sarana dan Prasarana , prioritas bidang
menjamin ketersedian infrastruktur dasar untuk mendukung kesejahteraan serta
menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya
saing produk nasional, terdapat rencana pengembangan manajemen dan
peningkatan keselamatan transportasi darat, mencakup menyusun rencana induk
keselamatan lalu-lintas SDP. Disamping itu terdapat rencana pembangunan dermaga
sungai dan danau sebanyak 236 dermaga, peningkatan dermaga sungai dan danau
sebanyak 58 paket, menambah jumlah fasilitas keselamatan SDP sebanyak 175
paket, meningkatkan rambu sungai dan danau di 80 lokasi, meningkatkan alur
pelayaran 35 paket, serta terselenggaranya kegiatan penunjang penyelenggaraan
SDP sebanyak 5 paket. Seluruh rencana tersebut diharapkan terwujud sampai
dengan tahun 2014.
Pembenahan infrastruktur adalah salah satu komponen yang perlu dilakukan dalam
menjawab tantangan sektor logistik Indonesia masa depan. Berdasarkan hasil Studi
ASEAN tahun 1999, diperkirakan kenaikan lalu lintas angkutan barang melalui
kontainer sebesar 3 kali lipat, non kontainer 2 kali lipat, angkutan udara 5 kali lipat,
dan volume perdagangan antar negara ASEAN sebesar 20–30 % dalam kurun waktu
15 tahun mendatang. Untuk mengantisipasi ledakan permintaan diatas,
permasalahan utama yang menjadi pekerjaan rumah Indonesia adalah bagaimana
mempersiapkan infrastruktur dan fasilitas logistik, dalam kapasitas yang cukup
dengan kualitas baik, dalam waktu yang tidak terlampau lama.
Mengingat investasi infrastruktur transportasi mahal, dana tersedia terbatas, waktu
konstruksi lama, tingkat pengembalian investasi cukup panjang, dan birokrasinya
juga kurang kondusif, maka yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan penggunaan
fasilitas yang ada guna meningkatkan produktivitasnya.
Faktor komoditas penentu sebagai penentu logistik nasional dalam arti kebijakan
logistik nasional harus merupakan kebijakan logistik yang mendukung kinerja dan
pengembangan komoditi utama nasional. Kebijakan harus disusun berdasarkan
komoditas penentu (key commodities) atau industri kunci dari seluruh kegiatan
logistik di Indonesia. Komoditas Perdagangan dan Perindustrian tersebut mencakup
kebutuhan Domestik maupun Internasional. Sesuai dengan prinsip kegiatan logistik,
maka komoditas kunci terebut ditentukan bukan oleh nilai/harganya, tetapi dari
volume atau beratnya.
Faktor infrastruktur sebagai penentu logistik nasional dalam arti kebijakan logistik
nasional harus menentukan lintasan distribusi optimal untuk rencana arus komoditas
penentu (key commodity) tersebut diatas. Yang dimaksud dengan lintasan optimal
adalah lintasan dengan biaya termurah, waktu tersingkat, dan jarak terpendek.
Lintasan optimal ini membutuhkan jenis dan lokasi (“apa dan dimana”) dari
infrastruktur (prasarana dan sarana) yang mendukungnya. Infrastruktur adalah
“landasan” dari strategi logistik nasional. Kebijakan logistik nasional akan
menetapkan rencana pembangunan, penataan kembali dan pengembangan
infrastruktur logistik nasional secara bertahap.
Faktor teknologi informasi dan komunikasi sebagai penentu logistik nasional dalam
arti kebijakan logistik nasional harus menentukan arah pembangunan jaringan
teknologi informasi, dan intensifikasi pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk menunjang kualitas dan kinerja sektor logistik nasional sehingga
mampu memonitor pergerakan arus barang setiap saat pada semua simpul lintasan
distribusi dan juga mempermudah transaksi antara berbagai pihak yang terkait dalam
rantai suplai.
2. Jaringan Prasarana
Pelabuhan sungai dan danau menurut peran dan fungsinya terdiri dari pelabuhan
sungai dan danau yang melayani angkutan antarprovinsi, pelabuhan sungai dan
danau yang melayani angkutan antarkabupaten/kota dalam provinsi, serta
pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan dalam kabupaten/kota.
Secara tabelaris diuraikan Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program dalam cetak
biru transportasi antarmoda/ multimoda sebagai berikut:
Komisi Uni Eropa percaya bahwa memindahkan lebih banyak angkutan barang ke
transportasi sungai adalah cara yang efisien, andal, dan ramah lingkungan dalam
menghadapi ledakan permintaan angkutan barang tersebut. Untuk itu Komisi Uni Eropa
membuat program yang disebut the Navigation and Inland Waterway Action and
Development in Europe (NAIADES). Program tersebut di rencanakan berjalan beberapa
tahun (2006-2013).
Komisi Uni Eropa percaya bahwa transportasi sungai (Inland Waterway Transport, IWT)
memiliki beberapa kelebihan. Transportasi sungai lebih hemat energi. Kebutuhan bahan
bakar transportasi sungai untuk tiap ton-km angkutan barang adalah seperenam
kebutuhan transportasi jalan dan separuh kebutuhan tranportasi kereta api.
Transportasi sungai mengeluarkan polusi suara dan gas relatif rendah. Hasil studi dewasa
ini menunjukan total biaya eksternal transportasi sungai (mencakup kecelakaan,
kemacetan, emisi suara, polusi udara, dan dampak lingkungan lain) tujuh kali lebih
rendah dibandingkan transportasi jalan.
Praktik transportasi sungai pun telah terjadi perubahan paradigma. Semula transportasi
sungai di duga hanya dapat bersaing untuk transportasi jarak jauh bersifat borongan.
Namun, sejak tahun 1990-an, transportasi sungai terbukti dapat bersaing untuk
segmen pasar lain, yaitu untuk: angkutan kontainer, layanan antarmoda, dan angkutan
jarak pendek.
Cerita sukses diatas tidak serta merta terjadi di seluruh sungai di Eropa. Sungai Danube
diperkirakan hanya dimanfaatkan 7-10% dari kapasitas yang tersedia. Beberapa
hambatan untuk pengembangan transportasi sungai di Eropa antara lain sebagai berikut:
Guna mengatasi kendala tersebut diatas, program NAIADES ( Navigation and Inland
Waterway Action and Development in Europe ) merupakan salah satu solusi. Fokus
program tersebut terletak lima hal, yaitu (terjemahan bebas):
1. Menciptakan kondisi yang kondusif bagi layanan jasa angkutan sungai dan
menarik segmen pasar baru. Mencakup melakukan investigasi dan implementasi
konsep logistik baru yang lebih optimal dengan angkutan sungai. Mendukung
penyedia jasa antar dan intra moda sungai. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama
antar pelaku usaha berbagai moda terkait dan antar pihak kepentingan di dalam
sektor transportasi sungai. Meningkatkan kepengusahaan angkutan sungai dengan
membuat regulasi dan kerangka kerja administrasi yang tepat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program Komisi Eropa (NAIADES) dalam
menguatkan peran transportasi sungai untuk angkutan barang terfokus pada lima aspek
dasar, yaitu: Pasar (Markets), Armada (Fleets), Kesempatan Kerja dan Keahlian (Jobs &
Skills), Citra (Image), dan Infrastruktur.
Pemerintah dan stakeholders lain harus mendukung promosi transportasi sungai dan
mendukung segala inisiatif yang dapat meningkatkan citra transportasi sungai.
Promosi transportasi sungai dilakukan pemerintah bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait lain, seperti: pemerintah daerah, operator pelabuhan laut, pengirim kargo,
pelaku usaha pengiriman kargo, dan pelaku usaha moda transportasi lain. Promosi
khususnya ditekankan pada keunggulan penggunaan transportasi sungai (terutama
terhadap pengirim kargo dan forwarder). Membentuk wadah/ forum “Transportasi
Sungai dan Logistik” yang melibatkan berbagai pihak, forum ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk promosi transportasi sungai. Transportasi sungai harus
secara sungguh-sungguh memunculkan citra baru yang sesuai dengan kebutuhan
Perlu inisiatif dari Pemerintah dan stakeholders lain untuk: melakukan pelatihan
pada tenaga kerja baru di sektor transportasi sungai (peningkatan keahlian),
mendorong/ memberi inspirasi pada anak muda potensial untuk bekerja di sektor
ini, memfasilitasi pergerakan/ promosi tenaga kerja di sektor ini baik di tingkat
nasional, internasional, maupun lintas industri.
Disamping apa yang telah disebutkan pada halaman sebelum ini, diajukan pula beberapa
rekomendasi untuk memperkuat IWT di Eropa melalui peraturan dan ketentuan
diikhtisarkan sebagai berikut (ECMT, 2006).
Perlu adanya standarisasi kapal, sertifikat, atau lisensi yang terkait pelayaran sungai
antar negara Uni Eropa, sehingga terjadi harmonisasi secara teknis baik dari aspek
keselamatan atau keamanan pelayaran sungai. Harmonisasi juga terjadi antar
regime/ manajemen pengelola sungai mencakup transportasi sungai. Beberapa hal
yang perlu distandarisasi (internasional) adalah: kapal, awak dan nahkoda kapal,
keahlian dan pengetahuan yang diperlukan, fasilitas kapal untuk pelayaran sungai-
laut, dan keperluan teknis yang lain.
Lebih lanjut, diajukan pula beberapa rekomendasi untuk memperkuat IWT di Eropa dari
aspek lingkungan diikhtisarkan sebagai berikut (ECMT, 2006).
Beberapa struktur dan praktik konsultasi dengan stakeholders yang sukses dapat
menjadi bahan pembelajaran dalam membuat forum konsultasi di masa datang.
terjadi di beberapa pelabuhan besar di sungai Rhine, seperti Duisburg dan Mannheim
(RNO Group, 2007).
Seperti telah disampaikan sebelum ini, telah terjadi perubahan paradigma dalam praktik
transportasi sungai. Semula transportasi sungai di duga hanya dapat bersaing untuk
transportasi jarak jauh bersifat borongan. Namun, sejak tahun 1990-an, transportasi sungai
terbukti dapat bersaing untuk segmen pasar lain, yaitu untuk: angkutan kontainer, layanan
antarmoda, dan angkutan jarak pendek.
Sehingga walaupun pangsa angkutan sungai untuk barang di Eropa secara keseluruhan
mengalami penurunan (pangsa angkutan sungai untuk barang di Eropa tahun 2007
adalah ±7% dari total volume angkutan barang yang ada, turun jika dibandingkan
jumlah pangsa angkutan sungai di Eropa tahun 1970, yaitu sebesar ±12%), namun
pangsa angkutan sungai untuk barang dengan kontainer mengalami peningkatan yang
pesat (RNO Group, 2007). Penurunan angkutan sungai untuk barang khususnya terjadi
untuk angkutan komoditas cair dan bulk, sedangkan untuk komoditas atau industri dalam
kontainer, terutama di koridor terbesar, pangsa angkutan sungai untuk angkutan barang
mencapai ±33% dari total volume angkutan barang yang ada di Koridor tersebut.
Peningkatan pangsa pasar angkutan sungai untuk kontainer di Eropa merupakan hasil
kesuksesan pengembangan/ adaptasi infrastruktur (termasuk infrastruktur container on
barge, COB) dan pemfasilitasan transportasi sungai secara memadai (ESACAP, 2004).
pemberian status ICD (Inland Container Deposit) pada terminal/ pelabuhan sungai,
1. Infrastruktur yang memadai, mencakup: alur pelayaran dan terminal, serta elemen
super-struktur yaitu kapal;
Disamping itu, dalam dokumen yang sama (UNESCAP, 2004), ditekankan pula
pentingnya promosi transportasi sungai (khususnya dalam transportasi multimoda).
Promosi penting terlebih adanya persepsi kinerja transportasi sungai yang kurang baik
(transportasi sungai umumnya dipersepsikan lamban, tidak modern, dan tidak sesuai
dengan kondis terkini). Promosi dimulai dengan mengatakan bahwa transportasi sungai
punya kelebihan dan tidak seperti apa yang dipersepsikan selama ini, yaitu:
Transportasi sungai tidak lamban. Transportasi sungai dapat mengirim kargo tepat
waktu dan tidak terhambat kemacetan serta kerusakan jalan.
Transportasi sungai unggul dan memiliki peluang pasar besar karena faktor
geografis dan sejarah. Umumnya kota-kota besar banyak terletak di muara sungai,
dimana juga terdapat pelabuhan dan dermaga di tepi sungai. Sungai menjadi
penghubung yang baik antara kota besar di muara dan daerah pedalaman. Syarat
kesuksesan perkembangan COB antara lain ada gateway port di muara dan wilayah
pengembangan di hinterland (inland).
Transportasi sungai tidak akan punah walaupun tidak ada muatan yang sifatnya
borongan jarak jauh. Di beberapa negara terbukti transportasi sungai dapat hidup
untuk transportasi sungai jarak pendek (tidak lebih dari 50 km).
Transportasi sungai bukanlah alat/ teknik transportasi yang ketinggalan zaman dan
sedang mengalami kemunduran. Perkembangan COB di Eropa menunjukan bahwa
perkembangan transportasi sungai tumbuh dengan pesat dan tidak terpengaruh
berbagai resesi yang terjadi belakangan ini.
Transportasi sungai tidak hanya dapat bersaing untuk kapal sungai besar tetapi juga
dapat bersaing untuk kapal ukuran sedang dan kecil. Beberapa contoh layanan
transportasi sungai di berbagai negara menunjukan hal tersebut.
Uraian tersebut menunjukan betapa pentingnya peran promosi agar terjadi perubahan
persepsi terhadap transportasi sungai. Secara garis besar promosi transportasi sungai
diperlukan agar:
Peran transportasi sungai disadari oleh pengambil kebijakan publik , sehingga tidak
Peran transportasi sungai disadari oleh publik , sehingga citra transportasi sungai
Peran transportasi sungai disadari oleh pelaku usaha/ industri. Promosi sebagai
salah satu instrumen pemasaran diperlukan sebagai alat komunikasi kepada relung
pasar industri dimana transportasi sungai memiliki daya saing. Sering kali daya saing
transportasi sungai kurang disadari oleh pelaku industri, atau walaupun disadari
namun karena citra yang terlanjur buruk membuat transportasi sungai kurang
dipercaya. Promosi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pelaku
usaha terhadap transportasi sungai.
Penerapan COB juga harus mempertimbangkan orientasi pergerakan barang industri dan
komoditas dalam kontainer karena berimplikasi cukup besar terhadap permintaan COB.
Hal ini bisa ditunjukan dengan fenomena yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat,
walaupun pangsa pasar angkutan sungai untuk barang di Amerika Serikat (12%) relatif
besar dibandingkan Eropa (6-7%), namun penerapan COB di AS belum sesukses di
Eropa. Pangsa angkutan sungai untuk barang di AS lebih untuk komoditas cair dan curah,
dengan pangsa COB tidak besar. Hal ini disebabkan antara lain orientasi pergerakan
barang industri dan komoditas dalam kontainer (arah timur-barat) tidak sesuai dengan
orientasi alur pelayaran utama (utara-selatan, seperti umumnya di sungai Massissippi).
Pengembangan COB juga perlu memperhatikan adanya pelabuhan di muara sungai yang
memiliki fasilitas terminal kontainer dan wilayah pengembangan di daratan pedalaman,
karena hal ini merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan COB. Dalam sebuah
konferensi internasional tahun 2006 yang di beri tajuk Inland Waterways and The Global
Supply Chain (RNO Group, 2006) dirumuskan beberapa syarat agar penerapan COB
dapat sukses, yaitu:
Penerapan COB harus lebih murah (dapat mengurangi biaya) dari transportasi di jalan
raya.
Adanya pelabuhan internasional dengan fasilitas kontainer yang ada di mulut sungai
dan keberadaan wilayah pengembangan di daratan pedalaman, dimana terkait
secara fisik oleh alur pelayaran sungai.
Adanya layanan jasa angkutan sungai yang andal, terjadwal, dan cepat. Pengalaman
di Eropa menunjukan frekuensi dan tingkat pelayanan (dalam hal ini kecepatan)
adalah variabel penting yang menentukan kesuksesan COB. Oleh karena itu sering
kali kapal tongkang dengan ukuran sedang untuk perjalanan jarak dekat lebih laku
dibandingkan tongkang ukuran besar yang melayani perjalanan jarak jauh (karena
lebih lamban dan frekuensinya relatif jarang).
Perlu mekanisme dan kebijakan yang mendorong pengalihan moda angkutan jalan
ke angkutan sungai. Sebagai contoh program Marcopolo di Eropa, program tersebut
memberikan subsidi berdasarkan besarnya biaya ekternal yang dapat di kurangi jika
angkutan jalan dapat beralih ke angkutan sungai atau kereta api sesuai besarnya
pangsa peralihan dari angkutan jalan ke angkutan sungai atau kereta api.
Insentif, subsidi, atau kebijakan yang tearah secara tepat. Insentif dan subsidi
adalah instrumen yang diperlukan angkutan sungai (COB) terutama diawal
operasionalnya. Namun insentif dan subsidi tersebut harus terarah secara tepat
dimana angkutan sungai memberikan manfaat terbesar.
Menciptakan hubungan yang baik antara pelaku usaha angkutan sungai, operator
pelabuhan sungai, operator pelabuhan laut, pengirim/ pemilik kargo, dan pelaku
usaha pengiriman kargo adalah salah satu kunci sukses penerapan COB di Eropa.
Penerapan inovasi dan teknolgi terkini secara tepat dan sesuai kebutuhan.
Perlu riset lebih lanjut untuk menemukan kapal sungai yang lebih murah dan lebih
cepat dengan biaya eksternal kecil.
Disamping Eropa beberapa negara lain menggunakan COB untuk melayani angkutan
kargo di sungai, antara lain yaitu:
Amerika Serikat. Penggunaan COB yang relatif besar di AS terutama di koridor yang
membentang arah Timur–Barat, seperti di Columbia-Snake Waterway, pangsa
angkutan sungai mencapai 31% dari total lalu-lintas kontainer di koridor ini. Di
koridor ini COB lebih murah 20-50% dibandingkan angkutan jalan raya atau rel.
Program pengembangan COB di AS mencakup: Peningkatan Lock, penerapan
“iModal” (intermodal information technology), membentuk konsorsium transportasi,
memfasilitasi back haul brokerage, memberikan insentif terutama pada musim sibuk,
meningkatkan pelabuhan sungai, dan melakukan berbagai program gabungan (dari
program yang telah disebut sebelumnya).
China. Memulai penggunaan COB dengan lisensi ISO di tahun 1980-an, yaitu di
Sungai Yangtze dan The Pearl River Delta. China juga memiliki pengalaman dalam
mengembangkan kontainer-kontainer kecil sesuai kebutuhan negara tersebut.
Pertumbuhan COB di kedua sungai tersebut sangat pesat (8x lipat dari tahun 1995-
2002).
Penerapan COB pun dapat disesuaikan dengan kondisi pasar dan infrastruktur yang ada,
seperti halnya China yang menggunakan kontainer ukuran kecil karena lebih tepat
dengan permintaan pasar China, India menggunakan geared barge karena lebih fleksibel
dan lebih sesuai dengan kondisi infrastruktur yang ada. Berbagai gambar berikut
(gambar 3. 189 s/d 3. 191) merupakan contoh-contoh penerapan COB.
Place making and shaping. Transportasi sungai adalah katalis bagi pembaharuan
daerah perkotaan dan pedesaan, menciptakan kesempatan kerja dan menciptakan
ruang terbuka (prasarana) hijau, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Perbaikan alur pelayaran sungai (transportasi sungai) dapat
mengembalikan kehidupan atau keindahan di area-area yang kurang terurus, serta
dapat menciptakan rasa kebanggaan terhadap daerah (sebagai ciri masyarakat
lokal).
Climate change. Transportasi sungai memberi peluang untuk mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim. Alur pelayaran sungai adalah bagian dari prasarana dranaise yang
dapat digunakan untuk menahan kapasitas air dan mencegah banjir, serta
penyediaan bahan baku air minum. Transportasi sungai juga memberikan peluang
daerah perkotaan terasa lebih nyaman dan sejuk, pengurangan emisi karbon, serta
penghematan energi. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim dewasa ini
harus menjadi bahan pertimbangan utama (sebagai ciri transportasi sungai) dalam
perencanaan dan penentuan kebijakan pengembangan transportasi sungai.
Cultural heritage. Jaringan sungai dan kanal adalah warisan sejarah, memberikan
wawasan yang unik terhadap sejarah kehidupan sosial dan industri suatu wilayah.
Jaringan sungai dan kanal kaya akan situs peninggalan sejarah, menyediakan sarana
edukasi, penyegaran budaya, dan pariwisata.
Tourism and business development. Kegiatan rekreasi dan wisata di dan sekitar alur
pelayaran sungai dapat membantu terbangunnya kegiatan usaha sekitar sungai dari
berbagai sektor (pariwisata, industri, perdagangan, tenaga kerja, dsb).
Umumnya alur pelayaran sungai di Britania Raya dibangun di abad kedelapan belas
dan kesembilan belas untuk pengangkutan barang. Namun, dengan perkembangan
kereta api dan transportasi jalan, penggunaan transportasi sungai untuk pergerakan
barang menurun hingga kurang dari 1% dari total pergerakan barang. Saat ini
transportasi sungai untuk barang sebagian besar terbatas pada alur pelayaran
sungai yang besar dan dalam (seperti di muara-muara sungai besar).
Terjadi penurunan lalu-lintas angkutan sungai untuk barang di Britania Raya, yaitu
63.1 ton tahun 1991 turun menjadi 52 juta ton di tahun 2007. Sedangkan untuk
angkutan sungai untuk barang yang asal dan tujuannya di sekitar sungai, selama
periode yang sama, turun dari 5,4 juta ton menjadi 3,4 juta ton. Fokus pemerintah
Britania Raya saat ini adalah Apa dan Bagaimana agar kecenderungan penurunan ini
dapat dirubah.
transportasi jalan). Dengan kata lain secara umum transportasi sungai lebih bersih
dibandingkan transportasi jalan dan lebih hemat energi.
Diakui bahwa tidaklah realistis untuk bisa mengalihkan muatan jalan raya, secara
signifikan, ke sungai-sungai yang berukuran kecil (dimensinya). Sungai-sungai kecil
tidak bisa menampung kapal sungai/ tongkang berukuran besar yang dibutuhkan
untuk memenuhi skala ekonomis. Namun demikian, sungai-sungai yang relatif tidak
besar tetap dapat memiliki segmen pasar tertentu yang sesuai dengan karakteristik
layanan alur pelayaran di sungai tersebut, seperti jika terdapat keterbatasan
infrastruktur jalan disekitar sungai atau untuk kebutuhan penggunaan lainnya.
Dibeberapa alur pelayaran sungai, transportasi sungai dapat bersaing secara efektif
dengan transportasi jalan. Seperti di alur pelayaran sungai dimana asal dan tujuan
pergerakan kargo curah dapat secara langsung diakses oleh transportasi sungai
(orientasi kargo curah searah dengan orientasi alur pelayaran sungai). Alur
pelayaran sungai dapat bersaing efektif untuk mengangkut peralatan proyek yang
besar dan berat. Di rute dimana terjadinya peningkatan biaya transportasi jalan,
sehingga membuka peluang bagi penggunaan transportasi sungai.
Biaya langsung transportasi sungai untuk mengangkut barang dapat lebih mahal
dibandingkan transportasi jalan.
Rute dimana transportasi sungai memiliki biaya langsung yang lebih rendah dari
transportasi jalan-pun pelanggan potensial cenderung melihat perbedaan biaya
tersebut sebagai biaya marjinal yang relatif kecil (tidak cukup untuk mendorong
pengalihan moda).
Keahlian pekerja yang bekerja di sektor transportasi sungai relatif kurang memadai,
kondisi ini diperburuk dengan kurangnya program pelatihan yang sesuai.
Hambatan yang disebabkan terbatasnya ruang bebas untuk alur pelayaran, seperti
adanya jembatan rendah (memberikan hambatan yang cukup signifikan).
The Freight Facilities Grant (FFG) akan membantu mengganti biaya modal akibat
pengadaan fasilitas penanganan kargo di sungai.
The New Mode Shift Revenue Scheme (MSRS), diluncurkan pada Agustus 2009,
diciptakan untuk membantu biaya operasi perusahaan yang menggunakan
transportasi sungai. MSRS lebih fleksibel dari skema hibah operasi sebelumnya,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan hidup komersial sektor ini
hingga jangka menengah (skema diberlakukan di Inggris, Skotlandia, dan Wales).
Menyusun peta alur pelayaran sungai, agar lebih terjamin keandalan, keamanan,
dan keselamatan dari transportasi sungai. Peta tersebut mencakup informasi lebar
dan kedalaman sungai.
Klasifikasi alur pelayaran sungai yang bersifat komersial dan yang tidak akan di
tinjau kembali untuk mengoptimalkan potensi yang ada. Klasifikasi yang ada boleh
jadi sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Klasifikasi yang tidak tepat membuat
alokasi sumberdaya tidak optimal.
Disamping apa yang diuraikan diatas transportasi sungai juga bermanfaat untuk kegiatan
bersepeda dan berjalan kaki, mengingat sungai-sungai di Britania Raya umumnya
terdapat towpath. Secara garis besar strategi terkait hal ini tidak disampaikan sebagai
berikut.
Berjalan atau bersepeda juga didorong untuk komuter dan kegiatan fungsional
lainnya. Thames adalah salah satu jalur rekreasi yang paling baik digunakan di
Britania Raya.
Melestarikan towpath agar terjaga dalam kondisi baik. Umumnya melalui otoritas
lokal.
Pemerintah daerah didorong untuk mencari alternatif solusi terkait kompetisi yang
terjadi atas pemanfaatan towpath untuk berbagai kepentingan. Alternatif solusi agar
towpath dapat digunakan semua pihak secara bijaksana.
Melakukan promosi aktif untuk agar berjalan kaki dan bersepeda menjadi bentuk
transportasi pribadi yang utama, khususnya melalui towpath.
Kesadaran tetap pentingnya transportasi sungai muncul pada tahun 1907 ketika Presiden
Theodore Roosevelt mengatakan bahwa kemampuan transportasi kereta api
mengangkut hasil pangan dan manufaktur tidak lagi dapat mengimbangi kebutuhan
kecepatan transaksi perekonomian nasional. Untuk itu pembangunan transportasi sungai
menjadi satu-satunya cara untuk menanggulangi masalah tersebut. Meskipun begitu
Roosevelt tetap berpendapat bahwa beberapa komoditas selalu akan menggunakan
kereta api tetapi komoditas seperti gandum, batubara, kayu, dan besi harus
menggunakan sungai. Peningkatan peran transportasi sungai dapat menambah
keuntungan yaitu: 1. Peningkatan daya tahan rel kereta; 2. Penambahan keuntungan
bagi pengusaha pabrik dengan biaya transportasi yang lebih rendah sehingga
menyediakan modal untuk ekspansi; 3. Mengurangi biaya hidup.1
1
DONALD J. PISANI, Water Planning in the Progressive Era:The Inland Waterways
Commission Reconsidered , The Journal Of Policy History, Vol. 18, No. 4,
Pensylvannia State University Press, 2006
Keempat faktor ini dan perintah Roosevelt melahirkan Inland Waterways Commission
dalam Kongres Amerika Serikat dan menghasilkan kesimpulan yang merekomendasikan
bahwa Amerika membutuhkan kebijakan sumber daya air yang komprehensif dengan
membentuk lembaga yang diisi para ahli yang otonom. Lembaga ini dibentuk untuk
perencanaan dan pembangunan pekerjaan-pekerjaan di sungai yang dapat meninjau
perairan sungai secara menyeluruh.
Saat ini transportasi sungai di Amerika Serikat berkembang seiring dengan moda
transportasi lainnya sehingga sistem transportasi sungai dengan panjang alur pelayaran
mencapai 25 ribu mil mampu mengangkut 600 juta ton barang domestik setiap tahun,
jumlah ini merupakan 16% dari total pergerakan barang antar kota di negara ini.
Transportasi sungai di Amerika Serikat melayani 38 negara bagian dan negara-negara
bagian ini sangat bergantung kepada pelayaran sungai agar dapat mendistribusikan
barang dan penumpang dengan nilai lebih dari $73 milliar setiap tahunnya.
Selain untuk pelayanan distribusi barang, transportasi sungai di Amerika juga masih
digunakan oleh komunitas yang secara historis memiliki keterikatan dan komunitas yang
secara kultural sangat bergantung pada sungai. Berdasarkan catatan wikipedia, masih
terdapat 128 komunitas di Amerika Serikat yang sampai saat ini menggunakan
transportasi sungai karena alasan historis dan kultural.
Pada tahun 2005 pendapatan IWTF mencapai $98.95 juta dan pada tahun 2009, IWTF
memperoleh pendapatan sebesar $76,5 juta, dari operator tongkang dan industri
perkapalan. Untuk pemeliharaan pelabuhan, pada tahun 2005 pendapatan HMTF
mencapai $1,1 miliar dan pada tahun 2009 pendapatannya mencapai $1.27 miliar. 2
2
Navigation Data Center, U.S. Army Corps of Engineers, December 2005, December
2009
Kemampuan sistem transportasi sungai di Amerika serikat untuk menghemat $10.67 per
ton dari biaya pengangkutan menjadikannya alternatif utama distribusi barang sehingga
dalam setahun perekonomian negara ini dapat menghemat lebih dari $7 miliar. Untuk
tetap mempertahankan tingkat pelayannnya maka kebijakan investasi masa depan pada
transportasi sungai di Amerika Serikat harus difokuskan pada pemeliharaan
berkesinambungan, pengembangan sistem yang terpadu, lebih mengoptimalkan
kelebihan yang ada, peningkatan keamanan, dan pemulihan dari bencana alam serta
bencana akibat manusia.
Solusi lain diusulkan oleh American Society of Civil Enginners dalam American
Infrastructure Report Card yaitu:
India sudah memiliki tiga jalur pelayaran sungai yang bersifat strategis nasional dengan
panjang total 2.716 km, seluruh jalur pelayaran sungai tersebut dikelola oleh badan
pengelola transportasi sungai yang beroperasi lintas sektoral dengan regulator dan
operator bahkan bilateral dengan negara tetangga. Peran transportasi sungai di India
dibanding total pergerakan nasional hanya sebesar 0,15% masih jauh dibandingkan
negara maju seperti Jerman (13%) atau bahkan negara tetangga seperti Bangladesh
(32%) yang secara geografis berbagi sungai dengan India. Hal ini membuat India bisa
dijadikan negara pembanding bagi Indonesia dalam menerapkan kebijakan transportasi
sungai.
Transportasi sungai juga dimanfaatkan sebagai pendukung sektor lain seperti pariwisata
(mulai dari river cruise yang ekslusif di Kerala, Mumbai, Goa dan Kochi hingga kegiatan
olahraga air yang sesuai dengan kondisi sungai seperti white-water rafting di India
bagian Utara)
Melihat dari sisi potensi komersil bagi operator maupun penyedia jasa maka kondisi
transportasi sungai di India memberikan keuntungan maksimal dengan kondisi:
3
Rangaraj, Narayan, Viability of Inland Water Transport (IWT) in India, Indian
Institute of Technology, Bombay
terdapat kegiatan khusus yang membutuhkan jalur logistik sungai (contoh: kegiatan
pembangunan PLTA);
terdapat pengguna reguler dengan kuantitas besar dan tetap (contoh: kegiatan
pertambangan & kehutanan);
ada potensi pengguna tidak reguler dengan nilai barang tinggi (contoh: pengiriman
alat industri);
Jumlah investasi yang telah dilakukan tampak relatif besar dibandingkan manfaat
positif dari pengadaan layanan transportasi sungai. Kondisi ini menimbulkan
pertanyaan apakah investasi pemerintah atau pihak donor masih diperlukan untuk
program pengembangan transportasi sungai. Beberapa faktor harus diperhatikan
agar transportasi sungai dapat memberikan manfaat optimal yaitu:
Revitalisasi alur sungai diperlukan agar kapal tidak dibatasi oleh kondisi alur
pelayaran;
Disamping itu, pemerintah pusat dan daerah juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan lain
yang mendorong perkembangan transportasi sungai diantaranya sebagai berikut:
4
Mekong River Commission Navigation Programme (The Mekong Programme) ,
www.mrcmekong.org/programme/navigation serta Article 9 of the 1995 MRC
Agreement, www.mrcmekong.org/agreement_95
Di lembah Sungai Mekong terdapat beberapa bangsa yang sejak dahulu sudah
mempergunakan sungai Mekong sebagai penggerak kehidupan sehari-hari, dan menjadi
sentra kegiatan budaya yang mengakar. Hingga saat ini, Sungai Mekong yang menjadi
bagian dari 4 negara dan memiliki panjang 4.500 km, memiliki peranan penting sebagai
prasarana penghubung logistik ekspor impor dan transportasi pergerakan penumpang–
barang antar wilayah hinterland.
Program yang diterapkan oleh negara-negara yang dilalui Sungai Mekong, dibawah
kordinasi MRC (Mekong River Commision), adalah program Logistik Maritim dan
Transportasi antar wilayah hinterland. Kedua program tersebut secara ringkas dijelaskan
sebagai berikut.
MRC (Mekong River Commision) adalah badan multilateral yang diselenggarakan untuk
mengatur, menjaga, dan mengawasi kepentingan bersama negara-negara pengguna
Sungai Mekong yang memiliki banyak program kegiatan mulai dari budaya, pertanian,
hingga transportasi. Program transportasi MRC sendiri bisa disimpulkan sebagai:
Program yang dibuat untuk memberikan solusi, terkait transportasi sungai, kepada
setiap pihak pengguna Sungai Mekong di tiap negara, baik untuk industri maupun
masyarakat.
A. Eropa
Struktur pengelola transportasi sungai di Eropa cukup kompleks terdiri dari beberapa
tingkatan. Hirarki paling tinggi adalah organiasai di tingkat Uni Eropa yang fokus pada
navigasi, riset dan pengembangan, subsidi dan insentif, dan pengawasan agar tercipta
praktik kompetisi yang sehat antar negara dan antar sektor. Hirarki berikutnya adalah
institusi di tingkat negara (anggota Uni Eropa), mencakup Waterway Development
Agencies yang bertanggung jawab atas pengembangan dan promosi jaringan pelayanan
lalu-lintas angkutan sungai, serta institusi negara yang bertanggung jawab atas
pemeliharaan infrastruktur (Locks) dan pengerukan. Hirarki dibawahnya adalah institusi
yang bertanggung jawab terhadap koridor transportasi sungai, dimana koridor tersebut
dapat melintasi berbagai negara. Tanggung jawab pada tingkat ini mencakup
mengembangkan/ menyusun perjanjian internasional untuk pemanfaatan koridor
tersebut dan mengembangkan strategi jangka panjang untuk pemanfaatan koridor itu
oleh berbagai moda. Hirarki terakhir adalah pemerintah lokal (kota) dimana bertanggung
jawab terhadap pembangunan dan pengelolaan pelabuhan sungai. Secara garis besar
pengelolaan transportasi sungai digambarkan sebagai berikut.
Sumber: RNO Group, 2006, Inland Waterway and the Global Supply Chain
B. Amerika Serikat
Disamping itu umumnya ada otoritas lain yang melakukan perencanaan dalam hal
penggunaan anggaran untuk investasi di bidang transportasi sungai, seperti halnya
Tennesse Valley Authority (TVA) untuk Sungai Tennesse. Otoritas seperti TVA membuat
perencana untuk pengembangan transportasi, namun umumnya untuk pembiayaannya
dilakukan oleh Pemerintah Federal AS dan IWTF ( Inland Waterways Trust Fund). IWTF
mendapatkan dana dari pajak bahan bakar yang diterapkan pada pengguna transportasi
sungai (20 sen per galon). Secara skematis digambarkan garis besar pengelolaan
transportasi sungai di AS adalah sebagai berikut.
C. Britania Raya
Di Britania Raya tidak ada suatu lembaga khusus yang mengelola sungai dan transportasi
sungau secara nasional. Namun separuh lebih sungai yang dapat dilayari (2.600km dari
5.100km sungai yang dapat dilayari) dikelola oleh British Waterways. Sedangkan sisanya
dikelola oleh Environment Agency (kurang lebih 1,000km), the Broads Authority (kurang
lebih 160km), dan selebihnya dikelola 27 Navigation Authorities yang berasal dari
perusahaan publik, swasta, dan sektor non-profit (seperti Manchester Ship Canal
Company). Disamping itu, terdapat lembaga yang bertugas menyediakan masukan
berharga untuk pembuatan strategi dan kebijakan di bidang transportasi sungai kepada
pemerintah di Britania raya, yaitu Inland Waterways Advisory Council (IWAC).
British Waterways adalah perusahaan publik di Britania Raya yang mengelola sungai-
sungai (termasuk transportasi sungai) di Inggris, Skotlandia, dan Wales. British
Waterways di danai oleh berbagai departemen di Britania raya, yaitu: Department for
Environment, Food & Rural Affairs in England and Wales dan Scottish Government
Transport Directorate in Scotland. Sedangkan The Inland Waterways Advisory Council
(IWAC) adalah lembaga independen yang terdiri dari 14 anggota/ sukarelawan . IWAC
didanai oleh the Department for Environment, Food and Rural Affairs (DEFRA) dan
Pemerintah Skotlandia.
D. Austria
Pengelolalan transportasi sungai di negara ini secara umum dilakukan oleh negara
melalui the Austrian Ministry of Transport, Innovation & Technology . Namun, guna
mengoptimalkan manfaat Sungai Danube untuk transportasi maka dibentuklah
perwakilan the Austrian Ministry of Transport, Innovation & Technology untuk
pengembangan transportasi sungai yang disebut Via Donau. Sebelum itu, Pemerintah
Austria telah membentuk National Action Plan (NAP) untuk transportasi sungai di Sungai
Danube. NAP menekankan pentingnya transportasi sungai di Sungai Danube, transportasi
sungai adalah moda yang vital dan setara dengan transportasi jalan dan rel. Secara garis
besar strategi pengembangan transportasi sungai di Sungai Danube adalah sebagai
berikut (gambar 3. 195)
Sumber: RNO Group, 2006, Inland Waterway and the Global Supply Chain
Via Donau, yang pembentukannya didanai the Austrian Ministry of Transport, Innovation
& Technology, memiliki misi meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan transportasi
sungai di Sungai Danube secara signifikan. Lembaga ini di bentuk setelah program-
program subsidi yang terkait transportasi sungai sebelumnya kurang berhasil, karena
tidak berdasarkan kebutuhan pasar. Lembaga ini bertugas untuk:
Mengelola pelaksanaan studi, riset, dan eksperimen pada area disebut diatas untuk
keperluan pihak ketiga, khususnya untuk keperluan publik.
Sumber: RNO Group, 2006, Inland Waterway and the Global Supply Chain
E. India5
Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan transportasi sungai di India terdiri dari
kementerian, pemerintah daerah, badan pengelola transportasi sungai, operator,
kepelabuhanan, serta lembaga pengembangan transportasi.
Mengatur tarif, pungutan, dan retribusi lain yang diperlukan. Sehingga kerjasama
dengan pemerintah daerah bisa diterapkan;
CIWTC (Central Inland Water Transport Corporation) adalah badan usaha negara
yang memiliki armada terbesar di India, jaringan logistik dan pergudangan,
sekaligus membangun industri perkapalan sendiri.
5
Rangaraj, Narayan, Viability of Inland Water Transport (IWT) in India, Indian
Institute of Technology, Bombay
Regulator IWAI - -
Constructon of Waterway IWAI CIWT in Sunderbans -
Maintenance of Waterways IWAI Pengerukan: Pengerukan:
Waterway
GRSE
Vessel Ownership IWAI CIWTC, KSINCL, & others Several
including mine owners
Vessel Maintenance / Repair - CIWTC, KSINCL, & others Several
Vessel Operation - CIWTC, KSINCL Several
Terminal Construction IWAI , Pemerintah Mormugao Port Trust, Several
Terminal
Daerah CIWTC
(Jetty)
RIS sudah diimplementasikan oleh beberapa negara di Eropa, antara lain yaitu: Austria,
Hungaria, Serbia, dan Rumania. Via Donau (Austria) adalah salah satu lembaga yang
menggunakan RIS, diterapkan untuk transportasi sungai di Sungai Danube, yang disebut
Donau RIS (DoRIS).
DoRIS mulai dioperasikan tahun 2006. Penerapan DoRIS mensyaratkan adanya instalasi
peralatan komunikasi di kapal untuk keperluan komersial. Program DoRIS sendiri intinya
adalah program untuk melakukan instalasi teknologi informasi dan komunikasi, serta
komputerisasi di kapal-kapal yang beroperasi di Sungai Danube. Melalui aplikasi AIS
(Automatic Identification System), yang merupakan kombinasi dari penggunaan GPS
(Global Positioning System) untuk merekam jejak kapal dan VHF ( Very High Frecuency)
untuk tukar informasi, DoRIS menyediakan dua layanan jasa tracking, yaitu:
Secara garis besar layanan jasa infomasi sungai dapat digambarkan sebagai berikut
(gambar 3. 197)
Sumber: RNO Group, 2006, Inland Waterway and the Global Supply Chain
Sebuah sistem berbasis data yang menggabungkan sistem komunikasi nirkabel dengan
sensor kondisi alur pelayaran yang terangkum dalam Mekong River Information System,
diolah dengan proses real-time dan di pancarkan ke setiap kapal yang melayari sungai
untuk meningkatkan faktor ketepatan dan keselamatan. Beberapa teknologi yang di
terapkan adalah sensor gelombang dan kedalaman alur pelayaran (gambar 3. 198)
Sumber: www.mrcmekong.org/programmes/
3.2.1 SPPN..........................................................................................................389
3.2.7.3 Strategi Pemerintah Britania Raya untuk Transportasi Sungai di Inggris dan
Wales 425
A. Eropa.........................................................................................................439
B. Amerika Serikat..........................................................................................440
C. Britania Raya..............................................................................................441
D. Austria.......................................................................................................443
E. India..........................................................................................................445