B A B 6 Draft Laporan Akhir - 2611 Fix - Pulau Sumatera Aja
B A B 6 Draft Laporan Akhir - 2611 Fix - Pulau Sumatera Aja
KEBIJAKAN PERWUJUDAN
CETAK BIRU JARINGAN
PELAYANAN LALU-LINTAS
ANGKUTAN SUNGAI
6.1. Umum
Indonesia memiliki cukup banyak sungai-sungai yang berperan besar dalam
perhubungan, khususnya dii Pulau Sumatera. Peran dan fungsi perhubungan sungai-
sungai ini di masa datang diharapkan dapat optimal mendukung kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan, serta dapat optimal mendorong keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antar daerah, serta memperkukuh kesatuan nasional.
Secara lebih konkrit diharapkan peran dan fungsi perhubungan sungai-sungai tersebut
dapat turut menjamin ketersediaan insfrastruktur dasar transportasi untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan, serta turut menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan
informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional. Lebih lanjut, peran dan fungsi
perhubungan sungai-sungai tersebut diharapkan dapat turut memperlancar arus orang
dan barang secara efektif dan efisien baik dalam lingkup global, nasional, regional,
maupun lokal.
Dengan maksud tersebut Visi dan Misi Cetak Biru Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas
Angkutan Sungai adalah sebagai berikut:
Misi:
Dalam mewujudkan Visi dan Misi Cetak Biru Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan
Sungai, dirumuskan berbagai kebijakan pengembangan sebagai berikut:
Peran jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga 20
tahun mendatang di wilayah Pulau Sumatera adalah sebagai berikut.
Paparan rinci dalam gambar dan tabel untuk peran jaringan pelayanan lalu-lintas
angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga 20 tahun mendatang di wilayah Pulau
Sumatera ini disampaikan pada sub bab berikut.
di Pulau Sumatera
Tabel 6. 2 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Wilayah Antar Provinsi di Pulau Sumatera
Nama Sungai Wilayah Yang Dilayari Provinsi Tujuan Keterangan
A. Pulau Sumatera
I. Sumatera Selatan
Provinsi Bangka Belitung, Nangroe Aceh Darussalam,
1 Musi Banyu Asin,Musi Banyuasin,Lubuk Lingau Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Lampung, serta provinsi
lain di Pulau Jawa
2 Banyuasin Banyu Asin,Musi Banyuasin
3 Mesuji Ogan Komering Ilir, Palembang
4 Telang
Barang (khususnya untuk
Provinsi Bangka Belitung, Nangroe Aceh Darussalam,
Banyu Asin,Ogan Komering Ilir volume & berat yang besar,
5 Upang Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Lampung, serta provinsi
yaitu CPO dan Batubara)
lain di Pulau Jawa
6 Calik
Musi Banyuasin, Banyuasin
7 Lalan
8 Lumpur Ogan Komering Ilir, Palembang
Kanal di Kecamatan Tulung
9 Ogan Komering ilir
Selapan
II. Riau
1 WS Kampar (Siak, Kampar) Pelalawan, Kampar, Bengkalis Orang dan Barang
(khususnya untuk volume &
Provinsi Jambi, Pulau Jawa, Provinsi Kepulauan Riau
2 WS Indragiri (Indragiri) Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Kuantan Singingi berat yang besar, yaitu
Batubara)
III. Jambi
Batanghari, Kota Jambi, Muaro Jambi, Tanjung
1 Sungai Batanghari Angkutan Barang
Jabung Timur, Tebo Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung
2 Sungai Tungal Tanjung Jabung Barat
3 Sungai Tebo Bungo
Gambar 6. 2 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Wilayah Antar Provinsi di Pulau Sumatera
Tabel 6. 3 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Wilayah Antar Kabupaten di Pulau Sumatera
Gambar 6. 3 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Wilayah Antar Kabupaten di Pulau Sumatera
Tabel 6. 4 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Wilayah Dalam Kabupaten di Pulau Sumatera
Gambar 6. 4 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Wilayah Dalam Kabupaten di Pulau Sumatera
6.2.1.2 Penghubung Antar Simpul Dalam Jaringan Prasarana Transportasi Secara Terpadu
Tabel 6. 5 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Antar Moda Sungai-Laut di Pulau Sumatera dan Kalimantan
Tabel 6. 7 Sungai Berperan Sebagai Penghubung Antar Moda Sungai-Jalan Raya di Pulau Sumatera
Nama Sungai Wilayah Yang Dilayari Pelabuhan Terpadu Keterangan
A. Pulau Sumatera
I. Sumatera Selatan
1 Musi ‐ Telang‐ Palembang Pelabuhan 16 Ilir Angkutan Orang‐Barang
Upang Ogan Komering Ilir
Pelabuhan Sei Lais
Ogan Komering Ilir
Ogan Ilir,Ogan Komering Ulu Pelabuhan Sungsang I
Ogan Komering Ilir,Ogan Komering Pelabuhan Upang
Ulu Timur,Ogan Komering Ulu Selatan
Pelabuhan Makarti Jaya
Pelabuhan Muara Telang
Pelabuhan Sungai di sungai Upang bagian hilir
(muara)
Pelabuhan Merahmata
Pelabuhan Mukitjaya
Pelabuhan Sebalik
Pelabuhan Gasing
Pelabuhan Tanjunglago
Pelabuhan Sri Menanti
Pelabuhan Simpang PU
Pelabuhan Makartijaya
Pelabuhan Sungsang I
Pelabuhan Sungai Menang
2 Calik Banyuasin Singapura, Jepang, beberapa negara Uni Eropa, Pulau Jawa
3 Dawas Musi Banyuasin Singapura, Jepang, beberapa negara Uni Eropa, Pulau Jawa
4 Keramasan Ogan Ilir - Palembang Singapura, Jepang, beberapa negara Uni Eropa, Pulau Jawa
5 Musi Musi Rawas - Musi Banyuasin - Banyuasin - Palembang - Banyuasin Singapura, Jepang, beberapa negara Uni Eropa, Pulau Jawa
6 Rawas Musi Rawas Palembang (Pelabuhan Khusus Batubara)
11 Upang Banyuasin Singapura, Jepang, beberapa negara Uni Eropa, Pulau Jawa
Nama Sungai Wilayah Yang Dilayari
A. Pulau Sumatera
I. Riau
1 Wilayah Sungai Kampar (Siak, Kampar, Suir, Merbau) Pelalawan, Kampar, Bengkalis
2 Sungai Indragiri Kuantan Singingi‐Indragiri Hulu‐Indragiri Hilir
3 Sungai Siak Bengkalis, Siak
4 Sungai Kampar Pelalawan, Siak
5 WS Indragiri (Indragiri, Guntung, Anak Serka, Kerintang) Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Kuantan Singingi
6 Sungai Rokan Rokan Hilir,Rokan Hulu
Nama Sungai Wilayah Yang Dilayari
7 Sungai Siak Siak,Pekanbaru,Kampar
8 Sungai Kampar Pelalawan,Kampar
9 Sungai Indragiri Indragiri Hilir,Indragiri Hulu,Kuatan Singingi
II. Jambi
1 Sungai Tebo Tebo
2 Sungai Batang Hari Batang Hari‐Muaro Jambi‐Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Timur,Muaro Jambi,Jambi,Batang
3 Sungai Batang Hari
Hari,Tebo
4 Sungai Tembesi Sarolangun,Tembesi
5 Sungai Siulak Sarolangun,Tembesi
6 Sungai Tabir Merangin,Kerinci
III. Lampung
1 Sungai Tulang Bawang Tulang Bawang,Way Kanan
IV. Sumatera Selatan
Musi Rawas ‐ Musi Banyuasin ‐ Banyuasin ‐
1 Musi
Palembang ‐ Banyuasin
2 Telang Banyuasin
3 Upang Banyuasin
4 Banyuasin Banyuasin
5 Dawas Banyuasin
6 Tungkal Musi Banyuasin ‐ Banyuasin
7 Calik Banyuasin
8 Sembilang Banyuasin
9 Saleh Banyuasin
Kanal‐kanal di sungai Sugihan, Telang, Upang dan Saleh (Kab.
10 Banyuasin
Banyuasin)
11 Sebalik Banyuasin
Nama Sungai Wilayah Yang Dilayari
Ogan Komering Ulu Selatan ‐ Ogan Komering Ulu
12 Komering Timur ‐ Ogan Komering Ilir ‐ Banyuasin ‐
Palembang
13 Batang Banyuasin
14 Sugihan Ogan Komering Ilir
15 Lebung Hitam Ogan Komering Ilir
16 Riding Ogan Komering Ilir
17 Pidada Ogan Komering Ilir
18 Lumpur Ogan Komering Ilir
19 Sekarim Ogan Komering Ilir
20 Kedongdong Ogan Komering Ilir
21 Mesuji Ogan Komering Ilir
22 Jeruju Ogan Komering Ilir
23 Pasir Ogan Komering Ilir
24 Pelimbangan Ogan Komering Ilir
25 Burung Ogan Komering Ilir
26 Gajahmati Ogan Komering Ilir
27 Talangbatin Ogan Komering Ilir
28 Dabuk Hitam Ogan Komering Ilir
29 Dabuk Putih Ogan Komering Ilir
30 Danau Ranau Ogan Komering Ulu Selatan
31 Ogan Ogan Komering Ulu ‐ Ogan Ilir ‐ Palembang
32 Keramasan Ogan Ilir ‐ Palembang
33 Rambang Muara Enim ‐ Ogan Ilir
34 anak S. Ogan Muara Enim ‐ Ogan Ilir
Nama Sungai Wilayah Yang Dilayari
35 Lematang Muara Enim ‐ Banyuasin
36 Blidah Muara Enim ‐ Banyuasin
37 Payajelik Muara Enim ‐ Musi Banyuasin
38 Niru Muara Enim
39 Lintang Lahat ‐ Muara Enim
40 Panga Lahat ‐ Musi Rawas
41 Kelingi Musi Rawas
42 Lakitan Musi Rawas
43 Pering Musi Rawas
44 Semanggus Musi Rawas
45 Rupit Musi Rawas
46 Rawas Musi Rawas
47 Batangharileko Musi Banyuasin
48 Lalan Musi Banyuasin
49 Merang Musi Banyuasin
50 Medak Musi Banyuasin
51 Kanal‐kanal di sungai Lalan (Kabupaten Musi Banyuasin) Musi Banyuasin
Fungsi jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga
20 tahun mendatang di wilayah Pulau Sumatera mencakup Fungsi Penunjang
(Servicing Function) dan Fungsi Pendorong (Promoting Function).
Fungsi pendorong juga dapat bermakna enabler (memungkinkan dengan segera) bagi
pertumbuhan kawasan di pedalaman (inland).
Paparan rinci dalam gambar dan tabel untuk fungsi jaringan pelayanan lalu-lintas
angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga 20 tahun mendatang di wilayah Pulau
Sumatera disampaikan pada sub bab berikut.
Alur pelayaran utama sungai adalah alur sungai yang memenuhi klasifikasi alur pelayaran
sungai kelas I, II, dan III.
Kota pintu gerbang merupakan titik akses utama terhadap jaringan pelayanan lalu-lintas
angkutan sungai untuk angkutan orang atau barang melalui jaringan transportasi darat,
laut, atau udara.Dimana berpotensi untuk dikembangkan fasilitas utama interkoneksi dan
interoperability antar moda.
Paparan rinci dalam gambar dan tabel untuk koridor jaringan pelayanan lalu-lintas
angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga 20 tahun mendatang di wilayah Pulau
Sumatera disampaikan pada sub bab berikut.
Paparan rinci dalam gambar dan tabel untuk arah pengembangan jaringan pelayanan
lalu-lintas angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga 20 tahun mendatang di
wilayah Pulau Sumatera disampaikan pada sub bab berikut.
Tabel 6. 11 Prioritas Jangka Menengah Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Pulau Sumatera
Koridor 3, Banjarmasin (gate city) – Kuripan – Paminggir – Jenamas – Betung (Barito Timur) –
3 Siak‐Kampar Pekanbaru, Kampar, Pelalawan
Buntok – Muara Teweh – Puruk Cahu
II. Jambi
Batanghari‐Tembesi‐ Koridor 4, Jambi (gate city) ‐ Muara Tembesi ‐ Pauh ‐ Sarolangun ‐ Pulau Bayur – Muarasiau,
1 Jambi, Muaro Jambi, Batanghari,Sarolangun
Siulak/Marangin‐Batang Asai Sarolangun ‐ Pelawan ‐ Batang Asai dan Bangkok ‐ Pemenang – Pauh
Koridor 5, Kuala Tungkal ‐ Pengabuan ‐ Tungkal Ulu – Merlung dan Mendahara ‐ Betara ‐ Kuala
2 Tungkal Tanjung Jabung Barat
Tungkal
III. Sumatera Selatan
Koridor 1, Palembang (gate city) – Banyuasin I (Upang) – Makarti Jaya – Sungsang.
Pengembangan rute angkutan sungai Palembang – Muktijaya – Sebalik – Muara Telang –
1 Telang‐Upang Palembang, Banyu Asin Sungsang, rute Palembang ‐ Banyuasin I (Upang) – daerah hilir Air Salek, Palembang – Muktijaya ‐
Gasing – Tanjung Lago, serta pengembangan angkutan wisata sungai Musi (dalam kota
Palembang)
Koridor 2, Sungsang (gate city) – Karang Agung (Lalan) – Muara Merang – Muara Medak ‐ Bayung
Lencir. Pengembangan rute angkutan sungai Sungsang (gate city) – Penuguan – Telukbetung ‐
Calik, Sembilang, Medak, Sungai Lilin, Sungsang – Penuguan – Teluk betung ‐ Bentayan – Sukadamai, Sungsang – Salek
2 Banyu Asin, Musi Banyuasin
Merang, Tungkal, Lilin, Sebalik Mukti – Kuala Puntian – Sribanung, pengembangan rute angkutan sungai di sungai Medak dan
sungai Merang, serta pengembangan rute angkutan sungai – perairan pantai khususnya untuk
angkutan barang (Lalan – sungai Sembilang ‐ perairan pantai – Pelabuhan Tanjung Api‐Api)
Koridor 1, adalah jaringan pelayanan lalu‐lintas angkutan sungai yang menghubungkan Wiralaga
1 Mesuji‐Buaya Tulang Bawang (gate city) – Mesuji Timur bagian utara – Sungai Sidang – Muara sungai Mesuji, termasuk pula
rute Wiralaga – Pagardewa
Koridor 2, Menggala (gate city) – Gedung Aji – Rawajitu Selatan – Kuala Teladas (muara sungai
Tulang Bawang), termasuk pula rute Menggala – Negeri Besar ‐ Pakuan Ratu ‐ Bahuga.
2 Tulang Bawang Tulang Bawang‐Way Kanan
Pengembangan rute Menggala – Tulang Bawang Tengah dan rute Menggala – Pagar Dewa
adalah bagian dari pengembangan prioritas 2.
Gambar 6. 18 Prioritas Jangka Menengah Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Pulau Sumatera
Tabel 6. 12 Prioritas Jangka Panjang Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Pulau Sumatera
Danau Ranau Lampung Barat, Ogan Komering Ulu
3 Selatan (Provinsi Sumatera Selatan) Koridor 6, Dermaga Lombok ‐ Sekau. Termasuk pula rute angkutan orang‐wisata di Danau Ranau
Gambar 6. 19 Prioritas Jangka Panjang Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Pulau Sumatera
Hierarki trayek tetap dan teratur lalu-lintas angkutan sungai ditentukan berdasarkan
fungsi simpul transportasi sungai yang terhubung dan cakupan wilayah pelayanan, terdiri
dari Trayek Utama dan Trayek Cabang.
Trayek utama menghubungkan antar pelabuhan sungai yang berfungsi sebagai pusat
penyebaran. Trayek Utama dapat berupa: trayek lalu-lintas angkutan sungai antar
propinsi atau trayek lalu-lintas angkutan sungai antar kabupaten dalam propinsi.
Trayek cabang menghubungkan antar pelabuhan sungai yang berfungsi sebagai pusat
penyebaran dengan yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran atau antar
pelabuhan sungai yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran. Trayek Cabang dapat
berupa: trayek lalu-lintas angkutan sungai antar kabupaten dalam propinsi atau trayek
lalu-lintas angkutan sungai dalam kabupaten.
Pelabuhan Sungai Pusat Penyebaran adalah pelabuhan sungai yang mempunyai cakupan
pelayanan yang luas melayani penumpang dalam jumlah besar, mempengaruhi
perkembangan ekonomi secara regional atau berbagai kabupaten, berperan dalam
transportasi antar propinsi atau antar kabupaten, dan memiliki fasilitas pelabuhan yang
memadai, serta dapat memberikan pelayanan minimal sesuai dengan standar nasional.
Pelabuhan Sungai Bukan Pusat Penyebaran adalah pelabuhan sungai yang mempunyai
cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi relatif terbatas, berperan
dalam transportasi antar kabupaten dalam propinsi atau dalam kabupaten.
Penentuan dermaga sungai sebagai pusat penyebaran atau bukan pusat penyebaran
dilakukan dengan memperhatikan tiga kriteria, yaitu: (1) terletak di kota yang merupakan
pusat kegiatan ekonomi; (2) indikasi permintaan; dan (3) indikasi berfungsi penyebaran.
Paparan rinci dalam gambar dan tabel untuk struktur pengembangan jaringan pelayanan
lalu-lintas angkutan sungai yang akan dikembangkan hingga 20 tahun mendatang di
wilayah Pulau Sumatera disampaikan pada sub bab berikut.
Tabel 6. 21 Struktur Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Pulau Sumatera
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
I. Riau
1 Rokan‐Bangkung Rokan Hulu, koridor 1, Dumai (Gate Cabang Pelabuhan Dumai (Gate City) ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Rokan Hilir, City)– Selat Malaka ‐ Bagan Pelabuhan Tanah Putih ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Dumai Siapi‐api – Rimba Melintang Tanjung Melawan
– Tanah Putih – Rantau Cabang Pelabuhan Tanah Putih ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Kopar – Rokan IV Koto. Tanjung Melawan
Pengembangan Trayek Pelabuhan Kubu ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Bagan Siapi‐api – Kubu,
Trayek Sikapas – Cabang Pelabuhan Tanah Putih ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Kepenuhan, dan Sikapas – Tanjung Melawan
Pujud Pelabuhan Pujud ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Tanah Putih ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Tanjung Melawan
Pelabuhan Kepenuhan tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Tanah Putih ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Tanjung Melawan
Bonai Darussalam tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Kanto Darussalam tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Rokan IV Koto ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
2 Siak Pekanbaru, Siak Koridor 2, Pekanbaru (Gate Cabang Pelabuhan Pekanbaru ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Bengkalis City) – Teluklancang – Pelabuhan Sungai Apit ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Buatan – Rimbapandan – Cabang Pelabuhan Pekanbaru ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
SiakSri Indrapura – Sabak
Auh ‐ Sungaiapit. Pelabuhan Perawang tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pengembangan trayek Pelabuhan Teluklancang ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Sungai Apit – Siak Kecil – Pelabuhan Pekalar tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Sungai Mandau – Mandau Cabang Pelabuhan Sungai Apit ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
dan trayek Buatan –
Pelabuhan Siak Kecil tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Teluklancang – Pekalar
Pelabuhan Sungai Mandau ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Mandau ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
3 Siak‐Kampar Pekanbaru, Koridor 3, Pekanbaru – Cabang Pelabuhan Pekanbaru ada ada Bukan Pusat Penyebaran
Kampar, Teratahbulok – Pangkalan Pelabuhan Kuala Kampar ada ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelalawan Kerinci – Teluk Meranti – (Teluk Dalam)
Kuala Kampar. Trayek Cabang Pelabuhan Pangkalan Kerinci ada ada Bukan Pusat Penyebaran
Pangkalan Kerinci –
Pelabuhan Langgam ada ada Bukan Pusat Penyebaran
Langgam
4 Siak‐Kampar Pekanbaru,Kam Koridor 4, Pekanbaru (gate Cabang Pelabuhan Pekanbaru ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
par city)–Teratak Buloh – Terak Buloh tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Langgam – Lipatkain –
Pelabuhan Kampar Kiri Hulu ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Kampar Kiri Hulu. Termasuk
Cabang Pelabuhan Teratah Bulok tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
pula trayek Teratah Bulok –
Bangkinang Pelabuhan Bangkinang tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
5 Anak Serka Indragiri Hilir Koridor 5, Tembilahan (Gate Cabang Pelabuhan Tembilahan ada Ada Pusat Penyebaran
City) – Pulau Pisang – Kuala Pelabuhan Pulau Pisang tidak ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Gaung – Lahangtengah ‐ Pelabuhan Kuala Gaung ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Simpanggaung Pelabuhan Lahangtengah tidak ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Sungai udang – Pulaukijang Pelabuhan Kuala Enok ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
(Reteh) – Keritang
Pelabuhan Sungai Udang tidak ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan P. Kijang ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Keritang ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
9 Indragiri Indragiri Hilir, Koridor 9, Tembilahan – Cabang Pelabuhan Tembilahan ada Ada Pusat Penyebaran
Indragiri Hulu Sungaisalak – Kuala Cenaku Pelabuhan Sungaisalak tidak ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
‐ Pangkalansai – Batang Pelabuhan Kuala Cenaku ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cenak Pelabuhan Pangkalansai tidak ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Batang Cenaku tidak ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
10 Siak‐Merbau Bengkalis Koridor 10, Pekanbaru Cabang Pelabuhan Pekanbaru ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
(Gate City) – Teluklancang – Pelabuhan Teluklancang tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Buatan – Rimbapandan – Pelabuhan Buatan ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
SiakSri Indrapura – Sabak Pelabuhan Rimbapandan tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Auh – Sungaiapit – Kec.
Pelabuhan Siak Sri Indrapura tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Merbau – Kec. Tebingtinggi
Pelabuhan Sabak Auh tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungaiapit ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Merbau ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tebingtinggi ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
II. Jambi
1 Batanghari‐ Jambi, Koridor 1, Jambi (gate city) Cabang Pelabuhan Jambi ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Sumai‐Tebo‐ Batanghari, ‐ Muara Bulian ‐ Muara
Tabir Tebo, Tanjung Tembesi ‐ Sungai Bengkal ‐ Pelabuhan Muara Bulian ada Tidak Pusat Penyebaran
Jabung Timur Muara Tebo – Aurcina, Cabang Pelabuhan Muara Bulian ada Tidak Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Sumai ‐ Tebo Ulu ‐ Muara Pelabuhan Muara Tembesi tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Tebo, Tanah Tumbuh ‐
Muara Bungo ‐ Muara Tebo Pelabuhan Muara Tebo tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
dan Dusun Genting ‐
Tanjung Putus ‐ Rantau
Panjang – Peninjauan
2 Batanghari‐Niur‐ Jambi, Muaro Koridor 2, Jambi (gate city) ‐ Cabang Pebuhan Jambi ada Tidak Pusat Penyebaran
Pemusir Dalam Jambi, Tajung Tanjung ‐ Muara Sabak Pelabuhan Tanjung tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Jabung Timur Cabang Pelabuhan Tanjung tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Sabak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
3 Batanghari Jambi, Muaro Koridor 3, Berbak ‐ Sadu ‐ Cabang Pelabuhan Nipah Panjang ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Jambi, Tajung Nipah Panjang ‐ Rantau Pelabuhan Tanjung tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Jabung Timur Rasau – Jambi (gate city) Cabang Pelabuhan Tanjung tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Jambi ada Tidak Pusat Penyebaran
4 Batanghari‐ Jambi, Muaro Koridor 4, Jambi (gate city) ‐ Utama Pelabuhan Jambi ada Tidak Pusat Penyebaran
Tembesi‐ Jambi, Muara Tembesi ‐ Pauh ‐ Pelabuhan Muara Mura Bulian ada Tidak Pusat Penyebaran
Siulak/Marangin‐ Batanghari,Saro Sarolangun ‐ Pulau Bayur –
Cabang Pelabuhan Muara Bulian ada Tidak Pusat Penyebaran
Batang Asai langun Muarasiau, Sarolangun ‐
Pelawan ‐ Batang Asai dan Pelabuhan Muara Tembesi tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Bangkok ‐ Pemenang ‐ Pauh Pelabuhan Pauh tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sarolangun ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
5 Tungkal Tanjung Jabung Koridor 5, Kuala Tungkal ‐ Cabang Pelabuhan Kuala Tungkal ada Tidak Pusat Penyebaran
Barat Pengabuan ‐ Tungkal Ulu – Pelabuhan Marabahan tidak ada Tidak Bukan Pusat Penyebaran
Merlung dan Mendahara ‐
Betara ‐ Kuala Tungkal.
III. Sumatera Selatan
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
1 Musi Palembang, Koridor 1, Palembang (gate Utama Pelabuhan 16 Ilir ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
Banyu Asin city) – Banyuasin I (Upang) Pelabuhan Sei Lais ‐ Ada Pusat Penyebaran
– Makarti Jaya – Sungsang. Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Penyeberangan Ada Pusat Penyebaran
Tanjung Api‐Api
Cabang Pelabuhan Sei Lais – Ada Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Upang Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Upang ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Makarti Jaya Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Makarti Jaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungsang I Ada Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sei Lais ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Telang Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Muara Telang ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungsang I Ada Pusat Penyebaran
Cabang Antar Pelabuhan Sungai dalam Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
kota Palembang *)
2 Telang Banyuasin Cabang Pelabuhan Sei Lais ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Merahmata Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Merahmata ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Mukitjaya Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Gasing ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tanjunglago Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sri Menanti ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Pelabuhan Simpang PU Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Simpang PU ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Makartijaya Ada Bukan Pusat Penyebaran
3 Sebalik Banyuasin Cabang Pelabuhan Mukit Jaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sebalik Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sebalik ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Gasing Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sebalik ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sri Menanti Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
4 Upang Banyuasin Cabang Pelabuhan Upang ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungai di sungai Ada Bukan Pusat Penyebaran
Upang bagian hilir (muara)
5 Lalan Musi Banyuasin Koridor 2, Sungsang (gate Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
city) – Karang Agung (Lalan) Pelabuhan Bayung Lencir Ada Bukan Pusat Penyebaran
– Muara Merang – Muara Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Medak ‐ Bayung Lencir. Pelabuhan Karang Agung Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Karang Agung ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Bayung Lencir Ada Bukan Pusat Penyebaran
6 Merang Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan di Desa S. Merang ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Bayung Lencir Ada Bukan Pusat Penyebaran
7 Medak Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan di Desa S. Merdak ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Bayung Lencir Ada Bukan Pusat Penyebaran
8 Kanal‐Kanal di S. Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan di Desa‐Desa Kec. Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Lalan Bayung Lencir ‐
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Pelabuhan Karang Agung Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan di Desa‐Desa Kec. Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Bayung Lencir ‐
Pelabuhan Bayung Lencir Ada Bukan Pusat Penyebaran
9 Calik ‐ Dawas Banyuasin Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungai Lilin Ada Bukan Pusat Penyebaran
10 Calik Banyuasin Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Kuala Puntian Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Kuala Puntian ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Teluk Betung Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Teluk Betung ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungai Lilin Ada Bukan Pusat Penyebaran
11 Banyuasin Banyuasin Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sukadamai Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Penuguan Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Penuguan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Teluk Betung Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Teluk Betung ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sukadamai Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sungsang I ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Simpang PU Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Simpang PU ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Salek Mukti Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Cabang Pelabuhan Salek Mukti ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Kuala Puntian Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
12 Musi ‐ Saleh Banyuasin Koridor 3, Palembang (gate Cabang Pelabuhan 16 Ilir ‐ Ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
city) – Cintamanis – Muara Pelabuhan Muara Padang Ada Bukan Pusat Penyebaran
13 Musi Banyuasin Padang. Cabang Pelabuhan 16 Ilir – Ada Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Cinta Manis Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
(Banyuasin I)
14 Saleh Banyuasin Cabang Pelabuhan Cinta Manis ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Padang Ada Bukan Pusat Penyebaran
15 Saleh ‐ Sugihan Banyuasin Cabang Pelabuhan Muara Padang – Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Desa di kanal‐kanal Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
sugihan dan saleh *)
16 Sugihan Cabang Pelabuhan Muara Padang – Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Sugihan Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Muara Padang ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Rambutan Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
17 Batang Banyuasin Cabang Pelabuhan Muara Sugihan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Desa di sungai Ada Bukan Pusat Penyebaran
Batang
18 Lumpur Ogan Komering Koridor 4, Palembang (gate Cabang Pelabuhan Tulung Selapan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir city) – Tulung Selapan – Pelabuhan Sungai Lumpur Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Komering Simpangtiga ‐ Sungai Cabang Pelabuhan Cengal ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir Lumpur Pelabuhan Pagardewa ‐ Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungai Menang Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
19 Lumpur ‐ Pasir ‐ Ogan Komering Cabang Pelabuhan Sungai Lumpur – Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Jeruju Ilir Pelabuhan Desa Sungai Pasir ‐ Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Desa Jeruju Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
20 Lumpur ‐ Lebung Ogan Komering Cabang Pelabuhan Sungai Lumpur – Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Hitam ‐ Riding ‐ Ilir Pelabuhan Lebung Hitam/ Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pidada Kuala Dua Belas ‐
Pelabuhan Desa Pidada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
21 Lumpur ‐ Mesuji Ogan Komering Cabang Pelabuhan Tulung Selapan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir Pelabuhan Cengal Ada Bukan Pusat Penyebaran
22 Sekarim Ogan Komering Cabang Pelabuhan Tulung Selapan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir Pelabuhan Desa di Kec. Tulung Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Selapan
23 Kedongdong Ogan Komering Cabang Pelabuhan Tulung Selapan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir
Pelabuhan Desa di Kec. Cengal Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
24 Mesuji Ogan Komering Koridor 5, Palembang (gate Cabang Pelabuhan Pedamaran Timur ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir city) – Kayu Agung – Pelabuhan Sungai Menang Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
25 Talangbatin Ogan Komering Tugumulyo – Muara Pinang Cabang Pelabuhan Lempuing Jaya ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir Pelabuhan Sungai Menang Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
26 Dabuk Putih, Ogan Komering Cabang Pelabuhan Mesuji Raya ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Dabuk Hitam Ilir Pelabuhan Sungai Menang Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Komering Cabang Pelabuhan Sungai Menang – Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir Pelabuhan Wiralaga Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Komering Cabang Pelabuhan Sungai Menang ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Ilir Pelabuhan Sungai Sidang Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Pelabuhan Pampangan Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Pampangan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Pangkalan Lapam Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Kayu Agung ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Cempaka Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Cempaka ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Semendawai Barat Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Semendawai Barat ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Madang Suku II Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Madang Suku II ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Buay Pemuka
Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Peliung
Cabang Pelabuhan Buay Pemuka
Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Peliung ‐
Pelabuhan Martapura Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Martapura ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muaradua Tidak Ada
30 Komering ‐ Saleh Ogan Komering Cabang Pelabuhan Pangkalan Lapam ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir ‐ Banyuasin Pelabuhan Rambutan Tidak Ada
31 Musi ‐ Palembang ‐ Koridor 7, Palembang (gate Cabang Pelabuhan Jakabaring ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Keramasan Ogan Ilir city) – Pemulutan – Pelabuhan Indralaya Utara Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
32 Musi ‐ Ogan Palembang ‐ Indralaya – Rantau Alai – Cabang Pelabuhan Jakabaring ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Ogan Ilir Lubuk Keliat. Pelabuhan Indralaya Ada Bukan Pusat Penyebaran
33 Ogan ‐ Rambang Ogan Ilir ‐ Cabang Pelabuhan Indralaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
‐ Lubai Muara Enim
Pelabuhan Beringin Ada Bukan Pusat Penyebaran
34 Ogan ‐ Anak S. Ogan Ilir Cabang Pelabuhan Pemulutan Barat ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Pelabuhan Pemulutan Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Indralaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Pemulutan Barat Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
35 Ogan Ogan Ilir ‐ Ogan Cabang Pelabuhan Indralaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Komering Ulu Pelabuhan Peninjauan Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Ilir Cabang Pelabuhan Indralaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tanjung Batu Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Indralaya ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Pemulutan Selatan Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Pemulutan Selatan ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tanjung Raja Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Tanjung Raja ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Kandis Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Kandis ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Rantau Alai Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Ilir ‐ Ogan Cabang Pelabuhan Rantau Alai ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Komering Ulu Pelabuhan Lubuk Keliat Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ogan Komering Cabang Pelabuhan Lubuk Keliat ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ulu Pelabuhan Muara Kuang Ada Bukan Pusat Penyebaran
36 Musi ‐ Payajelik Palembang ‐ Koridor 8, Palembang (gate Cabang Pelabuhan Tangga Buntung ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Banyuasin ‐ city) – Muara Belida ‐
Pelabuhan Muara Lematang ‐ Ada Bukan Pusat Penyebaran
Musi Banyuasin Muara Lematang.
‐ Muara Enim Pelabuhan Penukal Utara Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
37 Musi ‐ Blidah Palembang ‐ Cabang Pelabuhan Tangga Buntung ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Muara Enim Pelabuhan Muara Belida Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
38 Lematang Muara Enim Cabang Pelabuhan Muara Lematang ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sungai Rotan Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sungai Rotan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tanah Abang Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Tanah Abang ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tebat Agung Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Tebat Agung ‐ Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Enim Ada Bukan Pusat Penyebaran
39 Lematang ‐ Muara Enim ‐ Cabang Pelabuhan Muara Enim ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Lintang Lahat
Pelabuhan Merapi Barat Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
40 Musi ‐ Palembang ‐ Koridor 9, Palembang (gate Cabang Pelabuhan Tangga Buntung ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
Batangharileko Banyuasin ‐ city) – Lais / Telukkijing –
Musi Banyuasin Tanah Abang. Pelabuhan Pangkalan Bulian Ada Bukan Pusat Penyebaran
41 Musi Palembang ‐ Cabang Pelabuhan Tangga Buntung ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
Banyuasin ‐
Musi Banyuasin Pelabuhan Teluk Kijing Ada Bukan Pusat Penyebaran
42 Batangharileko Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan Teluk Kijing ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tanahabang ‐ Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Pangkalan Bulian Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan Pangkalan Bulian Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Teluk Bintal ‐ Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Sukasuban Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
43 Musi Palembang ‐ Koridor 10, Palembang Utama Pelabuhan Tangga Buntung ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
Musi Banyuasin (gate city) – Sekayu – Babat Pelabuhan Sekayu Ada Pusat Penyebaran
Musi Banyuasin Toman ‐ Sangadesa – Bingin Cabang Pelabuhan Sekayu ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
Teluk – Muara Rupit. Pelabuhan Teluk Kijing Ada Bukan Pusat Penyebaran
Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan Muara Rawas
Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
‐ Musi Rawas (Sangadesa) ‐
Pelabuhan Muara Lakitan‐ Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Kelingi Ada Bukan Pusat Penyebaran
Musi Rawas Cabang Pelabuhan Muara Kelingi ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Bulan Tengah Suku
Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ulu
44 Musi ‐ Rawas Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan Sekayu ‐ Ada Ada Pusat Penyebaran
‐ Musi Rawas Pelabuhan Babat ‐ Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Rawas
Ada Bukan Pusat Penyebaran
(Sangadesa) ‐
Pelabuhan Bingin Teluk ‐ Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Rupit Ada Bukan Pusat Penyebaran
Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan Sekayu ‐ Ada Tidak Ada Pusat Penyebaran
‐ Musi Rawas Pelabuhan Babat ‐ Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Rawas
Ada Bukan Pusat Penyebaran
(Sangadesa)
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
45 Musi ‐ Pering ‐ Musi Rawas Cabang Pelabuhan Muara Lakitan ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Semanggus Pelabuhan Bulan Tengah Suku
Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ulu
46 Rawas Musi Banyuasin Cabang Pelabuhan Muara Rawas
Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
‐ Musi Rawas (Sangadesa) ‐
Pelabuhan Bingin Teluk (Rawas
Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir)
Musi Rawas Cabang Pelabuhan Bingin Teluk (Rawas
Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ilir) ‐
Pelabuhan Muara Rupit (Rupit) Ada Bukan Pusat Penyebaran
Musi Rawas Cabang Pelabuhan Muara Rupit (Rupit) Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Rawas Ulu Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Musi Rawas Cabang Pelabuhan Muara Rupit (Rupit) Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Ulu Rawas Ada Bukan Pusat Penyebaran
47 Rupit Musi Rawas Cabang Pelabuhan Muara Rupit (Rupit) Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Karangjaya Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
48 Kelingi Musi Rawas Cabang Pelabuhan Muara Kelingi ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Muara Beliti Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
49 Panga Lahat Cabang Pelabuhan Bulan Tengah Suku Tidak Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ulu ‐
Pelabuhan Jarai Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
50 Danau Ranau Ogan Komering Koridor 11, Angkutan danau Cabang Pelabuhan Banding Agung ‐ Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
Ulu Selatan di Danau Ranau. Pelabuhan Kota Batu Ada Bukan Pusat Penyebaran
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
Cabang Pelabuhan Pariwisata Ada Tidak Ada Bukan Pusat Penyebaran
(Pelabuhan Air Panas dan
Pelabuhan PT. PUSRI)
IV. Lampung
1 Mesuji‐Buaya Tulang Bawang Koridor 1, Wiralaga (gate Utama Pelabuhan Sungai Sidang tidak ada Pusat Penyebaran
city) – Mesuji Timur bagian Pelabuhan Wiralaga ada Pusat Penyebaran
utara – Sungai Sidang –
Cabang Pelabuhan Wiralaga ada Pusat Penyebaran
Muara sungai Mesuji,
Pelabuhan Pagardewa tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
termasuk pula rute
Wiralaga – Pagardewa Cabang Pelabuhan Sungai Sidang tidak ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Mesuji ada Bukan Pusat Penyebaran
Cabang Pelabuhan Sungai Sidang tidak ada Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tanjung Raya tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
2 Tulang Bawang Tulang Bawang‐ Koridor 2, Menggala (gate Cabang Pebuhan Menggala tidak ada Pusat Penyebaran
Way Kanan city) – Gedung Aji – Pelabuhan Kuala Teladas ada Bukan Pusat Penyebaran
Rawajitu Selatan – Kuala Cabang Pelabuhan Menggala tidak ada Pusat Penyebaran
Teladas (muara sungai Pelabuhan Bahuga tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
Tulang Bawang), termasuk Cabang Pelabuhan Menggala tidak ada Pusat Penyebaran
pula rute Menggala –
Pelabuhan Pagar Dewa tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
Negeri Besar ‐ Pakuan Ratu
‐ Bahuga Cabang Pelabuhan Mengala tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
Pelabuhan Tulang Bawang tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
Tengah
3 Terusan Tulang Bawang Koridor 3, Menggala (gate Cabang Pelabuhan Gunung Batin tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
city) – Gunung Batin – Pelabuhan Kuala tidak ada Bukan Pusat Penyebaran
Gunung Meneng – Kuala
Trayek
Wilayah
Nama Sungai Koridor Trayek Pelabuhan Terhubung Pelabuhan Tetap dan Fungsi Pelabuhan
Pelayanan
Teratur
(muara sungai Terusan)
Gambar 6. 20 Struktur Pengembangan Jaringan Pelayanan Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Pulau Sumatera
g. Mudah dicapai. Secara umum dermaga angkutan sungai mudah dicapai (jika ada,
letak dermaga umumnya dekat dengan permukiman), hanya perlu peningkatan
fasilitas infrastrukturnya. Dermaga angkutan sungai menjadi sulit untuk dicapai
disebabkan jumlah dermaga yang kurang.
h. Tepat Waktu. Secara umum pelayaran angkutan sungai belum tepat waktu baik
jadwal keberangkatan maupun jadwal kedatangan.
i. Nyaman. Secara umum insfrastruktur angkutan sungai kurang terawat dan usang.
Diperlukan dermaga yang sesuai standar disertai dengan fasilitas pendukungnya.
Perlu pembenahan sarana atau prasarana interface untuk mengkoneksi antara kapal
dan dermaga (interface kecil dalam jumlah banyak lebih baik dibandingkan besar
dalam jumlah sedikit).
j. Tarif Terjangkau. Secara umum besar tarif angkutan sungai cukup mahal, perlu
penyesuaian tarif agar angkutan sungai dapat bersaing dengan moda lain.
k. Tertib. Belum ada pengaturan sistem rute dan tata cara lalu-lintas sungai, khususnya
di daerah ramai, padat penduduk dan lalu-lintas, dan pasar tepi sungai. Standar dan
aturan terkait sarana dan prasarana angkutan sungai juga belum ada. Standar terkait
tata cara membuat bangunan di sekitar sungai sehingga mendukung pelayaran sungai
belum ada. Belum jelasnya pertanggungjawaban atas pelayaran kapal di sungai.
Belum jelasnya mekanisme kerjasama antar pemangku kepentingan atas pelayaran
kapal di sungai.
l. Aman. Gangguan yang umum terjadi adalah masalah sendimentasi/ pendangkalan
sungai, penyempitan alur sungai, kurangnya air draft karena bangunan, banjir di
dermaga (overtopping), sampah dan limbah industri, sampah dan tanaman air, asap
dari kebakaran hutan dan kabut tebal, penerangan yang kurang.
m. Polusi Rendah. Polusi suara adalah masalah utama angkutan sungai, namun suara
yang keras juga memberi peringatan bagi kapal lain guna menghindari tabrakan.
Perlu rekayasa mesin kapal baru yang lebih kedap suara. Juga masalah pencemaran
air sungai oleh bekas oli dan bahan bakar yang tumpah.
n. Beban Publik Rendah.Perlu disadari bahwa angkutan sungai sangat bermanfaat
mengingat masih banyak kondisi jaringan jalan yang buruk, bahkan ada yang
terputus, banyak komunitas dekat air, ada beberapa desa tertinggal di pinggir sungai,
dan banyak kegiatan logistik jika difasilitasi dengan angkutan sungai menjadi lebih
murah. Namun pemanfaatan angkutan sungai belum optimal, walau berbagai studi
telah menunjukan bahwa transportasi sungai lebih hemat energi dan lebih ramah
lingkungan.
Kebutuhan bahan bakar transportasi sungai untuk tiap ton-km angkutan barang
adalah seperenam kebutuhan transportasi jalan dan separuh kebutuhan tranportasi
kereta api. Transportasi sungai mengeluarkan polusi suara dan gas relatif rendah.
Hasil studi dewasa ini menunjukan total biaya eksternal transportasi sungai tujuh kali
lebih rendah dibandingkan transportasi jalan.
o. Utilitas Tinggi. Optimalisasi faktor muat perlu dibenahi. Perlu penerapan teknologi
informasi agar konsumen tidak lama menunggu untuk mencapai faktor muat ideal.
Dengan kinerja seperti tersebut diatas menunjukan saat ini kondisi jaringan pelayanan
transportasi sungai belum optimal, kondisi ini memberikan dampak yang menjadi
“Pokok Permasalahan” pada transportasi sungai, yaitu:
1. Belum tersosialisasi dengan baik keunggulan dan manfaat angkutan sungai dalam
menunjang perekonomian lokal dan nasional;
2. Belum tersosialisasi dengan baik keunggulan dan manfaat angkutan sungai dalam hal
mempercepat penurunan daerah tertinggal dan pemerataan pembangunan khususnya
untuk daerah pedalaman;
3. Belum tersosialisasi dengan baik keunggulan dan manfaat angkutan sungai dalam hal
mitigasi perubahan iklim dan penghematan energi. Ide pengoptimalan angkutan
sungai selaras dengan ide pelestarian DAS.
4. Belum memadai dukungan pemangku kepentingan (otoritas terkait) terhadap
optimalisasi angkutan sungai;
5. Belum memadai dukungan masyarakat (lokal dan nasional) terhadap optimalisasi
pemanfaatan angkutan sungai;
6. Belum lengkapnya peraturan dan perundangan yang dapat mendukung pemanfaatan
angkutan sungai secara optimal;
7. Belum digunakannya sistem manajemen modern untuk mengelola transportasi sungai,
salah satu akibatnya data dan informasi terkait angkutan sungai menjadi minim dan
sulit diakses oleh publik;
8. Investasi dan dukungan teknologi modern di sektor transportasi sungai sangat
terbatas;
9. Tingkat pelayanan angkutan sungai masih rendah (ketersediaan dan frekuensi
layanan moda sungai masih terbatas);
10.Jaringan transportasi sungai masih terbatas (baik jaringan pelayanan maupun
jaringan prasarana);
11.SDM yang belum memiliki kompetensi dalam manajemen dan operasi angkutan
sungai, standar, norma, kriteria dan acuan.
Uraian lebih rinci terkait elemen pengembangan jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan
sungai yang akan dikembangkan hingga 20 tahun mendatang di disampaikan pada sub
bab berikut.
Pembenahan Administrasi Negara di Sektor Angkutan Sungai adalah salah satu elemen
pengembangan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi angkutan
sungai. Elemen pengembangan bidang ini mencakup:
Pembenahan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran Sungai adalah salah satu elemen
pengembangan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi angkutan
sungai. Elemen pengembangan bidang ini mencakup:
Prioritas 1. Penyusunan peta sungai dan danau serta buku petunjuk-pelayaran di sungai
dan danau, didalamnya tercakup pengaturan sistem rute, tatacara berlalu-
lintas di sungai, dan kapasitas pelayanan alur pelayaran sungai;
Prioritas 2. Mengurangi secara maksimal seluruh hambatan fisik dan non fisik di koridor
prioritas secara berkala dan rutin, memberi sarana bantu navigasi (SBNP) di
alur pelayaran tententu, penetapan standar teknis dan standar pelayanan
minimal untuk keselamatan dan keamanan pelayaran (disertai pengarahan,
Pembenahan Sumber Daya Manusia dan IPTEK adalah salah satu elemen pengembangan
yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi angkutan sungai. Elemen
pengembangan bidang ini antara mencakup:
yang mendukung. Program ini dapat terlaksana lebih baik jika ada organisasi
pendukung yang beranggotakan para pemangku kepentingan di aliran sungai.
Regulasi yang mendukung antara lain: regulasi tata ruang (mengadopsi
konsep water front city), regulasi perhubungan dan komunikasi (pembatasan/
pembagian beban jalan), dan regulasi pendirian bangunan serta regulasi lain
yang mendukung keberlanjutan pemanfaatan potensi transportasi sungai.
Sistem Pelayanan
Angkutan
Pengumpan
Sistem Pelayanan
Kebutuhan Utama Lalu-Lintas
Transportasi Angkutan Sungai
Sistem Pelayanan Sistem Pelayanan
di Simpul Tujuan di Simpul Angkutan
Perjalanan Sungai
Sistem Pelayanan
Angkutan
Pengumpan
Secara umum perlu melakukan peningkatan kinerja di ke-empat sub sistem (aktivitas
utama) pelayanan angkutan sungai tersebut, jika ingin meningkatkan pelayanan
angkutan sungai. Sedangkan pengembangan secara khusus dapat disesuaikan dengan
kebutuhan transportasi yang berbeda-beda. Elemen pengembangan secara umum di ke-
empat sub sistem (aktivitas utama) pelayanan angkutan sungai dan elemen
pengembangan secara khusus sesuai peran, fungsi, serta wilayah pengembangan
diuraikan pada sub bab berikut.
Pengembangan di Simpul Asal dan Tujuan Perjalanan adalah salah satu elemen
pengembangan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi angkutan
sungai. Elemen pengembangan bidang ini mencakup:
Pengembangan Secara Umum di Jaringan Pelayanan Angkutan Sungai adalah salah satu
elemen pengembangan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi
angkutan sungai. Elemen pengembangan bidang ini mencakup:
Prioritas 1. Menghilangkan hambatan fisik dan non-fisik di koridor prioritas secara rutin
dan berkala. Antara lain melakukan pengerukan alur pelayaran sungai dimana
terdapat pedangkalan hingga mengganggu kelancaran pelayaran sungai,
terutama di koridor prioritas. Pemeliharaan dan pembersihan alur sungai dari
obstacle yang ada di ruas sungai. Melakukan harmonisasi dan penataan
kegiatan di sungai atau sekitar sungai sehingga tidak mengganggu alur
pelayaran (seperti Peti, Keramba, tempat pembuangan kotoran/ sampah
dsb).
Prioritas 2. Pengadaan, melengkapi, dan merawat sarana bantu navigasi di lokasi
tertentu sesuai dengan kondisi kegiatan, lalu-lintas, dan alinyemen alur.
jaringan pelayanan angkutan sungai dapat berperan sebagai penghubung wilayah antar
negara, dalam hal ini sebagai feeder angkutan laut untuk muatan barang, khususnya
untuk barang ekspor yang tergolong komoditas kunci ekspor, seperti: batubara, minyak
kelapa sawit (CPO), bahan baku BBM dan gas, komoditas dalam kontainer (barang-
barang komoditas hasil perkebunan, pertanian, dan hutan seperti kopi, kakao, maupun
karet). Skenario ekspor tersebut digambarkan sebagai berikut:
• Sosialisasi dan promosi dilakukan kepada para pengambil kebijakan publik, publik,
dan pelaku usaha terkait jalur logisitk optimal dengan angkutan sungai. Tujuan
sosialisasi adalah mendapatkan dukungan lingkungan strategis untuk
memfasilitasi pemanfaatan jalur logisitk optimal dengan angkutan sungai.
• Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan agar pemanfaatan
jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai untuk jalur logistik optimal
komoditas kunci nasional dapat terealisasi dan berkelanjutan.
• Melaksanakan atau membentuk peraturan agar optimalisasi jalur logistik komoditas
kunci nasionalmelalui angkutan sungai dapat selamat, aman, dan tertib,tidak
mengganggu lingkungan dan operasional kapal sungai lain (untuk penumpang-
barang umum). Pelaksanaan dan pembentukan peraturan-peraturan harus
mencakup seluruh sistem pelayanan angkutan sungai, yaitu:
- Pengembangan sistem pelayanan di simpul asal perjalanan (lokasi produksi) dan
pengembangan sistem pelayanan angkutan pengumpan (truk, conveyor belt,
pipa, KA) harus melaksanakan secara konsisten Undang-Undang No.32 tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta peraturan
dibawahnya, khususnya memperhatikan dampak terhadap pelayaran sungai.
- Pengembangan sistem pelayanan di simpul sungai terpadu harus konsisten
menerapkan peraturan/ ketentuan tentang pendirian pelabuhan khusus
(pelsus), disamping itu perlu dilengkapi peraturan yang menekankan agar
pendirian pelsus di sungai tidak mengganggu pelayaran sungai atau memberi
dampak terhadap pelayaran sungai, khususnya pelayaran sungai untuk
penumpang-barang umum.
- Pengaturan sistem pelayanan utama lalu-lintas angkutan sungai (pelayaran di
sungai) dengan membentuk peraturan pelayaran di sungai, didalamnya
tercakup pengaturan sistem rute di sungai, tatacara berlalu-lintas di sungai,
tatacara berlabuh di sungai, dan kapasitas pelayanan alur pelayaran sungai,
sehingga kapal tanker, tongkang, atau kapal barang lain yang berlayar di
sungai tidak mengganggu pelayaran sungai umum atau memberi dampak
terhadap pelayaran sungai umum, khususnya pelayaran sungai untuk
penumpang-barang umum.
- Membentuk mekanisme kerjasama antara Penyelenggara Pelabuhan Laut
Strategis Nasional dengan operator kapal sungai, agar kapal sungai juga diberi
fasilitas sandar kapal dan bongkar muat di terminal pelabuhan, serta di beri
ruang untuk menggunakan kolam pelabuhan untuk proses bongkar muat di
sungai/ muara/ pantai yang termasuk daerah lingkungan kerja pelabuhan.
Elemen pengembangan secara umum untuk optimalisasi peran jaringan pelayanan lalu-
lintas angkutan sungai sebagai penghubung logistik komoditas kunci tertentu
disampaikan sebagai berikut
Prioritas 1. Insentif bagi pelaku usaha angkutan sungai yang melayani koridor ini
mencakup bantuan teknis, operasional, dan pemasaran.
i. Bantuan teknis berupa: penyediaan alur pelayaran sungai, desain standar
dan pengadaan kapal sungai, teknik standar penyatuan dan penanganan
barang, desain standar interkoneksi antar terminal, dan teknologi informasi
yang tepat guna.
ii. Bantuan operasional dapat berupa: subsidi tarif (dalam jangka pendek
dikurangi hingga nol), kemudahan perizinan dan deregulasi, batuan
mekanisme pengaturan rute dan lalu-lintas kapal di alur pelayaran kritis,
pembentukan dan pembinaan wadah organisasi kerjasama antar
stakeholders, pengoperasian IT, standar operasi pemeliharaan sarana dan
prasarana, dan standar operasi penanganan muatan orang-barang.
ii. Bantuan operasional dapat berupa: subsidi tarif, kemudahan perizinan dan
deregulasi, batuan mekanisme pengaturan rute dan lalu-lintas kapal di alur
pelayaran kritis, batuan mekanisme pengaturan rute dan lalu-lintas kapal
di alur pelayaran sungai-laut,pembentukan dan pembinaan wadah
organisasi kerjasama antar stakeholders, pengoperasian IT, standar
operasi pemeliharaan sarana dan prasarana, dan standar operasi
penanganan muatan orang-barang.
Alinyemen horisontal berkaitan dengan lebar alur pelayaran sungai dan radius
lengkung alur pelayaran sungai (secara horisontal). Sedangkan alinyemen vertikal
berkaitan dengan kedalaman alur, ruang bebas diatas air (Height Clearance/Air Draft),
dan ketinggian station/ simpul dari permukaan laut (kemiringan dasar alur pelayaran
sungai).
Tinjauan kondisi alinyemen alur pelayaran sungai berperan besar dalam perhubungan
diketahui dengan menggunakan data dan informasi dari: hasil kajian teknis DLLASDP
(2007) khususnya untuk wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Riau, serta kompilasi data
Inventarisasi Sungai Induk di Indonesia (PU,1997) dengan Peta Bakosurtanal,
DISHIDROS, google earth (2010), wikimapia (2010), serta Peta hasil produksi swasta
lain. Lebih rinci indikasi kondisi alinyemen dan Rencana awal revitalisasi alur pelayaran
sungai sesuai dengan kondisi yang diharapkan di Pulau Sumatera (empat provinsi)
dijabarkan dalam sub bab berikut.
Indikasi kondisi alinyemen sungai berperan besar dalam perhubungan provinsi Sumatera
Selatan meliputi WS Banyuasin (sungai Calik, Dawas, Lalan, Sembilang dan Banyuasin),
WS Musi (sungai Musi, Batangharileko, Rawas, Lakitan, Lematang, Kelingi, Telang, Ogan
dan Komering), WS Sugihan (sungai Saleh, Sugihan, Riding, Pidada, Batang, Jeruju dan
Lumpur), WS Mesuji (sungai Mesuji dan Dabuk Hitam), Danau Ranau, serta kanal-kanal
di kabupaten Banyuasin dan Musibanyuasin. Sedangkan di dua puluh sembilan sungai
lainnya yang berperan besar dalam perhubungan provinsi Sumatera Selatan belum dapat
terindikasi kondisi alinyemen alur pelayaran sungainya dikarenakan keterbatasan data.
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
10
Hilir
9
8
Kedalaman Sungai (m)
6
Kedalaman Alur Existing
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1 Hulu
Elementary Land
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
300
200
Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
100
Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
50
0
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Kelas 2
‐100
Right Bank Alur Kelas 1
Hulu
‐200
‐300
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
4300
3800
Hilir
3300
Kelengkungan Sungai (m)
2800
2300
1800
1300
800 Hulu
Lengkung Alur Kelas 1
300 Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Kelas 3
‐200
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
10
8
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
6 Kedalaman Alur Existing
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
250
200
Left Bank Alur Existing
150 Hilir
100
Lebar Sungai (m)
‐250
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
4900
4400
Hilir
3900
Lengkung Alur Existing
Kelengkungan Sungai (m)
3400
2900
2400
1900
1400
Hulu
900
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Kelas 3
‐100
0 10 20 30 40 50 58
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
4 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
3.5
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2.5
2 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
1
Hulu
0.5
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50
Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30 Left Bank Alur Existing
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 60
Right Bank Alur Kelas 3
‐30 Right Bank Alur Existing
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
Lengkung Alur Existing
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
50
0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
8
6
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
80
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Hulu
‐40
Right Bank Alur Kelas 2
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
800
700
Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
600
500 Lengkung Alur Existing
400 Lengkung Alur Kelas 1
Hulu
300 Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
20
18
16 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
14
12 Kedalaman Alur Existing
10
8
Hulu
6
4 Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 82
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
470
Hilir
270
Lebar Sungai (m)
Hulu
‐330
‐530
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
3500
Hilir
3000
Lengkung Alur Existing
Kelengkungan Sungai (m)
2500
2000
1500 Hulu
1000
500 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 82
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
6
5 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Sungai (m)
4 Hilir
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 46
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
Left Bank Alur Existing
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 46
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Existing
‐70 Right Bank Alur Kelas 1
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
Left Bank Alur Existing
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 46
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Existing
‐70 Right Bank Alur Kelas 1
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (Kedalaman)
9
7
Kedalaman Sungai (m)
Hilir
6
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
0 Elementary Land
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
150
Left Bank Alur Kelas 1
100
Hilir Left Bank Alur Kelas 2
50
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
Left Bank Alur Existing
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
Right Bank Alur Kelas 3
‐50
Right Bank Alur Kelas 1
‐150
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
Lengkung Alur Existing
100
Hulu
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110120130140150160170180190200210220230240250260
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (Kedalaman)
6
Hilir
5
Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Sungai (m)
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Hulu
1
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
79
Left Bank Alur Kelas 1
59
Hilir
39 Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
19 Left Bank Alur Kelas 3
‐1 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230
‐21 Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Existing
‐41 Right Bank Alur Kelas 2
Hulu
‐61
Right Bank Alur Kelas 1
‐81
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1800
Hilir
1600
Kelengkungan Sungai (m)
1400
1200 Lengkung Alur Existing
1000
800
600 Hulu
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
4 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
3.5
Kedalaman Alur Kelas 2
3 Kedalaman Alur Existing
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
1
Hulu
0.5
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50
Left Bank Alur Kelas 2
Hilir
30
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
800
700
Hilir
Lengkung Alur Existing
Kelengkungan Sungai (m)
600
Hulu
500
400 Lengkung Alur Kelas 1
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
4
Kedalaman Sungai (m)
3.5 Hilir
Kedalaman Alur Kelas 2
3 Kedalaman Alur Existing
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
0.5 Hulu
Elementary Land
0
0 50 100 150 200 250 300
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50
Left Bank Alur Kelas 2
Hilir Left Bank Alur Existing
30
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 50 100 150 200 250 300
Right Bank Alur Kelas 3
‐30 Hulu
Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
500
450
400 Lengkung Alur Kelas 1
Kelengkungan Sungai (m)
350 Hilir
300
Lengkung Alur Kelas 2
250 Hulu
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 50 100 150 200 250 300
Jarak Sungai (km)
3.5
3 Kedalaman Alur Kelas 2
Kedalaman Alur Existing
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
1
Hulu
0.5
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50
Left Bank Alur Kelas 2
Hilir
30
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
800
700
Lengkung Alur Existing
Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
600
500
400 Lengkung Alur Kelas 1
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100 Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
6
Hilir
5 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Sungai (m)
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 57
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
90
Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
40 Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
Centre line of fairway
‐10 57
0 10 20 30 40 50
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Kelas 2
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐110
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir Lengkung Alur Existing
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
50
0
0 10 20 30 40 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
7
Hilir
6
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 50 100 150 200 250 300 338
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
Hilir
50
Left Bank Alur Kelas 2
30
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 50 100 150 200 250 300
Right Bank Alur Kelas 3
‐30 Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
500 Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
Lengkung Alur Kelas 1
400
Lengkung Alur Existing
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
0
0 50 100 150 200 250 300 338
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
6
Hilir
5
Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Sungai (m)
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
Left Bank Alur Existing
45 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
25
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
5
Centre line of fairway
0 50 100 150 200 250 300 348
‐15
Right Bank Alur Kelas 3
‐35
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐55 Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 1
‐75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
500
450
Hilir
Lengkung Alur Existing
Lengkung Alur Kelas 1
400
Kelengkungan Sungai (m)
350
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50 Hulu
0
0 50 100 150 200 250 300 348
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
4 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
3.5
Kedalaman Alur Existing Kedalaman Alur Kelas 2
3
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
0.5 Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140144
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140144
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Existing
‐30
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
Lengkung Alur Existing
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50 Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140144
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
3.5
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
1 Hulu
0.5
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 58
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
Hilir
50
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
30
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 58
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
Lengkung Alur Existing
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
50
0
0 10 20 30 40 50 58
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
6
Hilir
5
Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Sungai (m)
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 114
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
25
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
Left Bank Alur Existing
5
Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 114
‐15 Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 3
‐35
Right Bank Alur Kelas 2
‐55 Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400 Hilir
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250 Lengkung Alur Existing
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100 Hulu
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 114
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
Hilir
4.5 Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Sungai (m)
3.5
3 Kedalaman Alur Kelas 2
Kedalaman Alur Existing
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
1
Hulu
0.5
Elementary Land
0
0 10 20 28
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
30
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 28
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
Lengkung Alur Existing
4500 Hilir
4000
Kelengkungan Sungai (m)
3500
3000
2500
2000
1500
Hulu
1000
500 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 10 20 28
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
3.5
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2.5
2 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
0.5 Hulu
0
0 10 18
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50
Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
30
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 18
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
‐70
Right Bank Alur Kelas 1
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
2500 Lengkung Alur Existing
Hilir
2000
Kelengkungan Sungai (m)
1500
1000
500 Hulu
Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 10 18
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
3.5
3
Kedalaman Alur Kelas 2
2.5
2 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
0.5 Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 57
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 57
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
‐70
Right Bank Alur Kelas 1
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1000
800
600
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
Hulu
0
0 10 20 30 40 50 57
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
3.5
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2.5
2 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
0.5
Elementary Land Hulu
0
0 10 20 30 31
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30 Left Bank Alur Existing
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 31
Right Bank Alur Kelas 3
‐30
Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
‐70
Right Bank Alur Kelas 1
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir
350
Kelengkungan Sungai (m)
Lengkung Alur Existing
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
Hulu
0
0 10 20 30 31
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
4 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
3.5
Kedalaman Alur Kelas 2
3
2.5
2 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
0.5
Elementary Land Hulu
0
0 10 20 30
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30 Left Bank Alur Existing
Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 38
Right Bank Alur Kelas 3
‐30 Right Bank Alur Existing
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
Lengkung Alur Existing
500
Hilir
Lengkung Alur Kelas 1
Kelengkungan Sungai (m)
400
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
0
0 10 20 30 38
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
Hilir
8
7
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
45 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
25
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
5
Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210216
‐15
Right Bank Alur Kelas 3
‐35 Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐55
Right Bank Alur Kelas 1
‐75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
350
Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
300 Lengkung Alur Existing
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 216
Jarak Sungai (km)
Berdasarkan kondisi alinyemen alur pelayaran sungai, peran sungai di masa datang, dan
jenis kapal terbesar yang melayani angkutan sungai saat ini sesuai perannya, serta
kebutuhan alur pelayaran minimal yang dipersyaratkan menurut hasil analisis, maka
kanal-kanal di kabupaten Banyuasin dan Musibanyuasin direncanakan untuk direvitalisasi,
sedangkan rencana revitalisasi alur sungai lainnya adalah tampak pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.21 Rencana Revitalisasi Alur Sungai di Sungai Berperan Besar Dalam
Perhubungan Provinsi Sumatera Selatan
6.6.1.2 Jambi
Kondisi alinyemen alur pelayaran sungai di provinsi Jambi meliputi sungai Batanghari,
Tebo, Tembesi, Tabir, Batang Asai, Siulak, Pangkal Duri Besar, Tungkal, Air Hitam Laut,
Niur, Mandahara, Balan, Mesumai, dan Pemusiran Dalam. Indikasi kondisi alinyemen alur
pelayaran sungai di provinsi Jambi adalah sebagai berikut.
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
10
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Alur Kelas 2
Hulu
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
245
Hilir
145 Left Bank Alur Existing
45 Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Kelas 3
Centre line of fairway
Right Bank Alur Kelas 3
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700
‐55
Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
Right Bank Alur Existing Hulu
‐155
‐255
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
500
Kelengkungan Sungai (m)
Hilir
Lengkung Alur Kelas 1
400
Lengkung Alur Existing
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
7
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
6
Hulu
5 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
100
Left Bank Alur Existing
80 Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
60
40 Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
‐60 Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
Right Bank Alur Existing
‐100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
500
Kelengkungan Sungai (m)
Lengkung Alur Kelas 1
400
300 Lengkung Alur Kelas 2
Hilir
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
7
Hilir
6
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1 Hulu
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
100
80 Left Bank Alur Existing
Left BankAlur Kelas 1
60
40 Left Bank Alur Kelas 2
Hilir
Lebar Sungai (m)
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Hulu
‐40 Right Bank Alur Kelas 2
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80 Right Bank Alur Existing
‐100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
Lengkung Alur Existing
Hulu
500
Kelengkungan Sungai (m)
Lengkung Alur Kelas 1
400
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hilir
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
Hilir
7
Kedalaman Sungai (m)
6
Kedalaman Alur Existing
Hulu
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
0
Elementary Land
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
200
150
Hilir
100
Left Bank Alur Kelas 1
Lebar Sungai (m)
50
Left Bank Alur Kelas 2
Left BankAlur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 Right Bank Alur Kelas 3
‐50 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐100 Hulu
‐150
‐200
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
500
Kelengkungan Sungai (m)
Lengkung Alur Existing
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir Hulu
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
6
Hilir
5
Kedalaman Alur Kelas 1
Kedalaman Sungai (m)
4 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 2
3
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
80
Left BankAlur Kelas 1
60 Left BankAlur Existing
Hilir
40 Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hilir Lengkung Alur Existing
350 Hulu
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150
Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 10 20 30 40 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
Hilir
7
Kedalaman Sungai (m)
6 Kedalaman Alur Existing
Hulu
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Elementary Land
0
0 12.5 25 37.5 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
60
50 Hilir Left Bank Alur Existing
Left Bank Alur Kelas 2
40
30
20 Left Bank Alur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
0 Centre line of fairway
‐10 0 12.5 25 37.5 50
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
500
Kelengkungan Sungai (m)
400
Lengkung Alur Kelas 1
300
Lengkung Alur Kelas 2
Hilir Hulu
200 Lengkung Alur Existing
Lengkung Alur Kelas 3
100
0
0 12.5 25 37.5 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
10
6 Kedalaman Alur Existing
Hulu
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
60
Left BankAlur Existing
50 Hilir
40
Left Bank Alur Kelas 2
30
20 Left BankAlur Kelas 3
Lebar Sungai (m)
10
0 Centre line of fairway
‐10 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Hulu
350 Lengkung Alur Existing
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200 Hilir
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
10
8 Kedalaman Alur Existing
Hulu
6
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Alur Kelas 2
2 Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
200
150
100
Hilir
50
Left Bank Alur Kelas 2
Left BankAlur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 Right Bank Alur Kelas 3
‐50 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐100 Hulu
‐150
‐200
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
400
Lengkung Alur Kelas 1
350 Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250 Lengkung Alur Existing
Hulu
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
8
6
Kedalaman Sungai (m)
Hilir
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
Hulu
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
80
Left BankAlur Kelas 1
60
Hilir
40 Left Bank Alur Kelas 2
Left BankAlur Existing
Lebar Sungai (m)
20 Left BankAlur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Right BankAlur Existing
Hulu
‐40 Right Bank Alur Kelas 2
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
3000
Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
2500
2000
Lengkung Alur Existing
Hulu
1500
1000
500 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 123
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12
Kedalaman Sungai (m)
10 Hilir
8 Kedalaman Alur Existing
Hulu
6
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Alur Kelas 2
2 Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
200
150
Hilir Left Bank Alur Existing
100
Left BankAlur Kelas 1
Lebar Sungai (m)
50
Left Bank Alur Kelas 2
Left BankAlur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 75 Right Bank Alur Kelas 3
‐50 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐100 Hulu
Right BankAlur Existing
‐150
‐200
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
900
800
700 Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
600
500
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Existing
300 Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100 Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12
Kedalaman Sungai (m)
10 Hilir
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Hulu
Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
95
Hilir
Left BankAlur Kelas 1
45 Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
Centre line of fairway
‐5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Kelas 2
‐55
Right Bank Alur Kelas 1
Hulu
‐105
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
Lengkung Alur Existing
350
Hulu
Kelengkungan Sungai (m)
Hilir
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150
Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
7
6
Kedalaman Sungai (m)
5 Hilir
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 5 10 15 20 25
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
80
20 Left BankAlur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 5 10 15 20 25
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Hulu
‐40 Right Bank Alur Kelas 2
Right BankAlur Existing
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
400
Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Existing
350
Hulu
Kelengkungan Sungai (m)
Hilir
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 5 10 15 20 25
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
7
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
6 Kedalaman Alur Existing
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1 Hulu
Elementary Land
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
95
Hilir
Left BankAlur Kelas 1
Left Bank Alur Existing
45 Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
Centre line of fairway
‐5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Kelas 2
‐55 Hulu
Right Bank Alur Existing Right Bank Alur Kelas 1
‐105
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
350
Kelengkungan Sungai (m)
300 Lengkung Alur Kelas 2
250 Hilir
Lengkung Alur Existing
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
Hulu
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12
Hilir
Kedalaman Sungai (m)
10
8
Kedalaman Alur Existing
Hulu
6
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
130
120
110
100 Left Bank Alur Existing
90 Hilir
80
70 Left BankAlur Kelas 1
60
50
40 Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
30
20 Left Bank Alur Kelas 3
10
0 Centre line of fairway
‐10
‐20 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Right Bank Alur Kelas 3
‐30
‐40 Right Bank Alur Kelas 2
‐50
‐60
‐70 Right Bank Alur Kelas 1
‐80 Hulu
‐90
‐100 Right Bank Alur Existing
‐110
‐120
‐130
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
400
Lengkung Alur Kelas 1
350
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
Hulu
Lengkung Alur Existing
200 Hilir
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Jarak Sungai (km)
Berdasarkan kondisi alinyemen alur pelayaran sungai, peran sungai di masa datang, dan
jenis kapal terbesar yang melayani angkutan sungai saat ini sesuai perannya, serta
kebutuhan alur pelayaran minimal yang dipersyaratkan menurut hasil analisis,
diindikasikan tidak ada revitalisasi alur sungai di provinsi Jambi (lihat tabel 6.32).
6.6.1.3 Riau
Kondisi alinyemen alur pelayaran sungai di provinsi Riau meliputi sungai Rokan, Siak,
Kampar, Indragiri, Guntung dan Keritang. Kondis alinyemen alur pelayaran sungai lainnya
seperti sungai Bangkung, Kubu, Ranau, Siak Kecil, Kampar Kanan, Kampar Kiri, dan
kanal-kanal buatan maupun kanal alamiah lainnya masih memerlukan data tambahan.
Indikasi kondisi alinyemen alur pelayaran sungai berperan besar dalam perhubungan
provinsi Riau adalah sebagai berikut.
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
5
Hilir
4.5 Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Sungai (m)
3.5
3
Kedalaman Alur Kelas 2
2.5
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1.5
1
Hulu
0.5
Elementary Land
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 67
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
Hilir
80
Left BankAlur Kelas 1
Left Bank Alur Kelas 2
Lebar Sungai (m)
30
Left BankAlur Kelas 3
Centre line of fairway
‐20 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 67
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Kelas 2
Hulu
‐120
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1400
Hilir
1200
Lengkung Alur Existing
Kelengkungan Sungai (m)
1000
800
600
Hulu
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
10
9 Hilir
8
Kedalaman Sungai (m)
5 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 1
4
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Elementary Land Hulu
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
400
300
200
100
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 50 100 150 200 250 300 350 400Right Bank Alur Kelas 3
‐100 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐200
‐300
‐400
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
2000
1800
1600
Kelengkungan Sungai (m)
1400
1200
1000
800
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
14
12 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
10
6 Kedalaman Alur Existing
Kedalaman Alur Kelas 1
4
Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
Elementary Land Hulu
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
400
300
200 Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
Lebar Sungai (m)
100
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 Right Bank Alur Kelas 3
‐100 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐200
‐300
Hulu
‐400
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1400
Hilir
1200
Kelengkungan Sungai (m)
1000
800
Hulu
600 Lengkung Alur Existing
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
8
Hilir
7
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1 Hulu
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
200
Hilir
150
100
50
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400Right Bank Alur Kelas 3
‐50 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐100
‐150 Hulu
‐200
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1400
1200
Kelengkungan Sungai (m)
1000
800
Hilir
600 Hulu
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
10
8 Hilir
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1 Hulu
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
150
Hilir
100
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Kelas 1
‐100
Hulu
‐150
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1400
1200
Kelengkungan Sungai (m)
1000
800
600 Hulu
Hilir
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
8
Hilir
7
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
150
Hilir
100
Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
Right Bank Alur Kelas 3
‐50 Right Bank Alur Kelas 2
Right Bank Alur Kelas 1
‐100
Hulu
‐150
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
1400
1200
Kelengkungan Sungai (m)
Hilir
1000
800
600
400 Lengkung Alur Kelas 1
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
Hulu
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
Jarak Sungai (km)
Berdasarkan kondisi alinyemen alur pelayaran sungai, peran sungai di masa datang, dan
jenis kapal terbesar yang melayani angkutan sungai saat ini sesuai perannya, serta
kebutuhan alur pelayaran minimal yang dipersyaratkan menurut hasil analisa, maka
diindikasikan tidak ada sungai yang perlu direvitalisasi alur sungainya di provinsi Riau
(lihat tabel 6.23).
6.6.1.4 Lampung
Kondisi alinyemen alur pelayaran sungai di provinsi Lampung meliputi sungai Mesuji,
Buaya, Tulangbawang, Anak sungai Seputih, Way Sekampung, Way Semangka, Terusan
dan Danau Ranau. Mengingat keterbatasan data, indikasi kondisi alinyemen alur
pelayaran sungai berperan besar dalam perhubungan provinsi Lampung hanya
menyangkut kondisi alinyemen horisontal. lebih rinci kondisi alinyemen tersebut adalah
sebagai berikut.
Alinyemen Horizontal (Lebar)
100
80
Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
60
40 Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Existing
‐40
Right Bank Alur Kelas 2
Hulu
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
‐100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
500
Hilir
Lengkung Alur Kelas 1
Kelengkungan Sungai (m)
400
300
Lengkung Alur Kelas 2
Lengkung Alur Existing
200
Lengkung Alur Kelas 3
100 Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 60
Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Existing
‐30
Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
600
Hilir
500
Kelengkungan Sungai (m)
400
Lengkung Alur Kelas 1
300 Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100 Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Vertikal (kedalaman)
9
Hilir
8
7
Kedalaman Sungai (m)
5
Kedalaman Alur Kelas 1
4 Kedalaman Alur Existing
3 Kedalaman Alur Kelas 2
2
Kedalaman Alur Kelas 3
1
Hulu
Elementary Land
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
45 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
25
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
5
Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210216
‐15
Right Bank Alur Kelas 3
‐35 Hulu
Right Bank Alur Kelas 2
‐55
Right Bank Alur Kelas 1
‐75
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
350
Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
300 Lengkung Alur Existing
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50
Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 216
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
70
Left Bank Alur Kelas 1
50 Hilir
Left Bank Alur Kelas 2
30 Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
Left Bank Alur Kelas 3
10
Centre line of fairway
‐10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Right Bank Alur Kelas 2
‐50
Hulu
Right Bank Alur Kelas 1
‐70
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
700
600
Kelengkungan Sungai (m)
Hilir
500
Lengkung Alur Kelas 1
400
300
Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
100
80
Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
60
40 Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Existing
‐40
Right Bank Alur Kelas 2
Hulu
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
‐100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
450
Lengkung Alur Kelas 1
400
350 Hilir
Kelengkungan Sungai (m)
300
Lengkung Alur Kelas 2
250
200
150 Lengkung Alur Kelas 3
100
50 Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Lebar)
100
80
Hilir
Left Bank Alur Kelas 1
60
40 Left Bank Alur Kelas 2
Left Bank Alur Existing
Lebar Sungai (m)
20 Left Bank Alur Kelas 3
0 Centre line of fairway
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
‐20 Right Bank Alur Kelas 3
Right Bank Alur Existing
‐40
Right Bank Alur Kelas 2
Hulu
‐60
Right Bank Alur Kelas 1
‐80
‐100
Jarak Sungai (km)
Alinyemen Horizontal (Kelengkungan)
900
800
Kelengkungan Sungai (m)
700 Hilir
600
Lengkung Alur Existing
500
400 Lengkung Alur Kelas 1
300 Lengkung Alur Kelas 2
200
Lengkung Alur Kelas 3
100
Hulu
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
Jarak Sungai (km)
Berdasarkan kondisi alinyemen alur pelayaran sungai, peran sungai di masa datang, dan
jenis kapal terbesar yang melayani angkutan sungai saat ini sesuai perannya, serta
kebutuhan alur pelayaran minimal yang dipersyaratkan menurut hasil analisa, maka
direncanakan revitalisasi alur sungai di beberapa ruas sungai tertentu khususnya di
sungai Tulangbawang dan Terusan (lihat Tabel 6.34).
Alur Pelayaran
KLASIFIKASI ALUR SUNGAI
Kedalaman Lebar Alur Lengkung
Klas I 4,5 - 5,8 132,7 - 181,5 420,0
Klas II 3,1 - 4,4 83,8 - 132,6 288,0
Klas III 1,7 - 3,0 39,6 - 83,7 160,0
Dibawah lebar alur minimal 0,9 - 1,6 11,0 - 39,5 92,0
6.7.1.2 Jambi
Menimbang kondisi alinyemen alur pelayaran sungai, klasifikasi alur pelayaran sungai dan
jenis kapal yang ada di Indonesia menurut hasil kajian teknis JICA (2000), ditentukan
kapasitas pelayanan lalu-lintas angkutan sungai provinsi Jambi dan klasifikasi alur sungai
seperti pada tabel dan gambar berikut.
6.7.1.3 Riau
6.7.1.4 Lampung
Menimbang kondisi alinyemen alur pelayaran sungai, klasifikasi alur pelayaran sungai dan
jenis kapal yang ada di Indonesia menurut hasil kajian teknis JICA (2000), ditentukan
kapasitas pelayanan lalu-lintas angkutan sungai provinsi Lampung dan klasifikasi alur
sungai seperti pada tabel dan gambar berikut.
Penempatan SBNP dan perambuan di alur pelayaran sungai berperan besar dalam
perhubungan menyesuaikan dengan ketentuan dalam SK MENHUB. RI. No. PM.3/L/PHB/-
77 tentang perambuan lalu-lintas perairan pedalaman di Indonesia dan Keputusan
Menteri Perhubungan nomor KM.173/AL.401/Phb-84 tentang berlakunya “The IALA
Maritime Buoyage Sistem” untuk “Region A” dalam tatanan Rambu Navigasi Pelayaran di
Indonesia. Sesuai peraturan dan ketentuan tersebut, indikasi kebutuhan SBNP dan
rambu-rambu sungai di Pulau Sumatera (empat provinsi), Pulau Kalimantan (empat
provinsi) dan Pulau Papua (dua provinsi) dijelaskan sebagai berikut.
Menimbang situasi lingkungan sekitar sungai berperan besar dalam perhubungan yang
perlu di dorong atau di tunjang dengan transportasi sungai, ketentuan kawasan lindung
dalam RTRW provinsi Sumatera Selatan (2005-2019), hasil kajian teknis DLLASDP (2007
dan 2008), Peta Penunjukan Kawasan Kehutanan dan Perairan Provinsi Sumatera Selatan
(Kementerian Kehutanan, 2009), data rawan bencana longsor dan kebakaran hutan
(Podes 2008), serta meninjau indikasi alinyemen alur pelayaran sungai berperan besar
dalam perhubungan Sumatera Selatan, dan kapasitas pelayanan lalu-lintas angkutan
sungai di Sumatera Selatan, maka indikasi kebutuhan SBNP dan atau rambu-rambu
sungai di sungai berperan besar dalam perhubungan Sumatera Selatan adalah seperti
pada tabel dan gambar dibawah ini.
Ruas SBNP
Sungai Keterangan
(km s/d km) 10 20 30 40 50
Lalan 0 - 50 Alur masuk/keluar (sungai-laut), pelabuhan
sungai, kawasan padat penduduk, simpangan
sungai (sungai Lalan-anak sungai Lalan, sungai
Lalan-kanal), kawasan hutan lindung
50 - 100
100 - 150 Simpangan sungai (sungai Lalan-sungai
Merang), dan tikungan sungai
150 - 200 Penyempitan alur sungai, simpangan sungai
(sungai Lalan-sungai Medak)
200 - 235 Pelabuhan khusus, pelabuhan sungai, dan
kawasan padat penduduk
Musi 0 - 50 Alur masuk/keluar (sungai-laut), pelabuhan
laut, kawasan padat penduduk, simpangan
sungai (sungai Musi-kanal, sungai Musi-sungai
Saleh), kawasan hutan lindung, lalu-lintas
sungai padat
50 - 100 Kawasan padat penduduk, pelabuhan khusus,
simpangan sungai (sungai Musi-sungai Telang,
sungai Musi - sungai-sungai kecil), lalu-lintas
sungai padat dan pelabuhan khusus
100 - 150 Lalu-lintas sungai padat, kawasan khusus
(wisata), pelabuhan sungai, pelabuhan
penyeberangan, pelabuhan khusus, pelabuhan
laut, jembatan, pasar tepi sungai, simpangan
sungai (sungai Musi-sungai Komering, sungai
Musi-sungai Ogan, Sungai Musi-sungai Ogan,
sungai Musi, sungai Keramasan, sungai Musi-
sungai Belidah, lalu-lintas sungai padat, dan
kawasan padat penduduk
150 - 200 Simpangan sungai(sungai Musi-sungai
Lematang, sungai Musi-sungai Batangharileko,
sungai Musi-sungai Payajelik), pelabuhan
sungai, lalu-lintas sungai padat, kawasan padat
penduduk, kawasan rawan kebakaran hutan,
dan pelabuhan sungai
200 - 250
Pelabuhan khusus, dan pelabuhan sungai
250 - 300
Pelabuhan khusus, dan pelabuhan sungai
300 - 350
350 - 400
400 - 450
Simpangan sungai (sungai Musi-sungai Rawas)
Ruas SBNP
Sungai Keterangan
(km s/d km) 10 20 30 40 50
450 - 500 Simpangan sungai (sungai Musi-sungai Lakitan,
sungai Musi-sungai Semanggus, sungai Musi-
sungai Kelingi) dan pelabuhan sungai, dan
kawasan padat penduduk
500 - 550
550 - 600
600 - 650
650 - 700 Kedalaman sungai terbatas (3m)
700 - 750
Batangharileko 0 - 50 Lebar alur sungai terbatas, simpangan sungai
(sungai Batangharileko-sungai Musi), pelabuhan
sungai, pelabuhan laut
50 - 150 Lebar alur sungai terbatas, dan pelabuhan
sungai
150 - 250 Lebar alur sungai terbatas
250 - 350
200 - 262 Lebar sungai terbatas, kedalaman sungai
terbatas (3m), pelabuhan sungai, pasar tepi
sungai, dan lalu-lintas sungai padat.
Rawas 0 - 50 Simpangan sungai (sungai Rawas-sungai Musi)
50 - 100
100 - 150 Simpangan sungai (sungai Rawas-sungai
Rupit), kawasan padat penduduk, lalu-lintas
sungai padat
150 - 200 Kedalaman terbatas (3m), kawasan padat
penduduk, lalu-lintas sungai padat
200 - 230 Kedalaman terbatas (3m), simpangan sungai,
taman nasional
Lakitan 0 - 50 Simpangan sungai (sungai Lakitan-sungai
Musi), pelabuhan sungai, kawasan padat
penduduk), kedalaman sungai terbatas (3m)
50 - 100 Kedalaman sungai terbatas (3m), Taman
nasional
Lematang 0 - 50 Simpangan sungai (sungai Lematang-sungai
Musi)
50 - 100
100 - 150 Simpangan sungai (sungai Lematang-sungai
Niru)
150 - 200 Kedalaman sungai terbatas (3m), simpangan
sungai (sungai Lematang-sungai Benak)
200 - 250 Kedalaman sungai terbatas (3m)
250 - 300 Simpangan sungai (sungai Lematang-sungai
Lintang, sungai Lematang-Air Enim), kedalaman
sungai terbatas (3m)
Ogan 0 - 50 Simpangan sungai (sungai Ogan-sungai Musi,
sungai Ogan-anak sungai Ogan), lalu-lintas
sungai padat, pasar tepi sungai dan pelabuhan
khusus
50 - 100
100 - 150 Simpangan sungai (sungai Ogan-Air Rambang),
dan pelabuhan sungai
150 - 200
200 - 250 Kedalaman sungai terbatas (3m)
250 - 300 Kedalaman sungai terbatas (3m)
300 - 338 Kedalaman sungai terbatas (2m) dan
pelabuhan sungai
Ruas SBNP
Sungai Keterangan
(km s/d km) 10 20 30 40 50
Komering 0 - 50 Simpangan sungai (sungai Komering-sungai
Musi), kawasan padat penduduk, pelabuhan
sungai, pelabuhan khusus dan lalu-lintas sungai
padat
50 - 100 Pelabuhan sungai
100 - 150
150 - 200
200 - 250 Kedalaman sungai terbatas (3m), dan pasar
tepi sungai
250 - 300 Kedalaman sungai terbatas (2m), dan terda[at
tikungan sungai
300 - 348 Kedalaman sungai terbatas (2m), kawasan
padat penduduk, pasar tepi sungai
Sugihan 0 - 50 Alur masuk/keluar (sungai-laut), pelabuhan
sungai, kawasan hutan lindung, kedalaman
sungai terbatas (3m)
50 - 100 Simpangan sungai (sungai Sugihan-kanal),
kawasan padat penduduk, kedalaman sungai
100 - 144 terbatas (3m), hutan suaka alam
Catatan: rambu sungai perairan dangkal/ kedalaman sungai terbatas tidak berlaku jika dilakukan pengerukan
6.8.1.2 Jambi
Menimbang situasi lingkungan sekitar sungai berperan besar dalam perhubungan yang
perlu di dorong atau di tunjang dengan transportasi sungai, hasil kajian teknis DLLASDP
(2007), Peta Penunjukan Kawasan Kehutanan dan Perairan Provinsi Jambi (Kementerian
Kehutanan, 2009), data rawan bencana longsor dan kebakaran hutan (Podes 2008),
serta meninjau indikasi alinyemen alur pelayaran sungai berperan besar dalam
perhubungan Jambi, dan kapasitas pelayanan lalu-lintas angkutan sungai di Jambi, maka
indikasi kebutuhan SBNP dan atau rambu-rambu sungai di sungai berperan besar dalam
perhubungan Jambi adalah seperti pada tabel dan gambar dibawah ini.
25 - 50
Alur sungai berkelok, lalu-lintas sungai padat
Catatan: rambu sungai perairan dangkal/ kedalaman sungai terbatas tidak berlaku jika dilakukan pengerukan
6.8.1.3 Riau
Menimbang situasi lingkungan sekitar sungai berperan besar dalam perhubungan yang
perlu di dorong atau di tunjang dengan transportasi sungai, ketentuan kawasan lindung
dalam RTRW provinsi Riau (2009-2029), hasil kajian teknis DLLASDP (2007 dan 2008),
Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Riau (Kementerian Kehutanan,
2009), data rawan bencana longsor dan kebakaran hutan (Podes 2008), serta meninjau
indikasi alinyemen alur pelayaran sungai berperan besar dalam perhubungan Riau, dan
kapasitas pelayanan lalu-lintas angkutan sungai di provinsi Riau, maka indikasi kebutuhan
SBNP dan atau rambu-rambu sungai di sungai berperan besar dalam perhubungan Riau
adalah seperti pada tabel dan gambar dibawah ini.
100 - 150
150 - 200
200 - 250 Pelabuhan sungai, pasar tepi sungai, kawasan
padat penduduk, simpangan sungai (sungai
Kampar-sungai Silumbung), lalu-lintas sungai
padat
250 - 300 Pelabuhan sungai, pasar tepi sungai, lalu-lintas
sungai padat
300 - 350 Pasar tepi sungai, lalu-intas sungai padat
350 - 400 Rawan longsor, dan kawasan hutan lindung
Indragiri 0 - 50 Alur masuk/keluar (sungai-laut), pelabuhan
laut, pelabuhan sungai, kawasan padat
penduduk
50 - 100
Pelabuhan sungai, simpangan sungai (sungai
Indragiri-sungai Cenoko), kawasan padat
penduduk, dan lalu-lintas sungai padat
100 - 150
150 - 200
200 - 250 Pelabuhan sungai, simpangan sungai (sungai
Indragiri-sungai Peranap, sungai Indragiri-
sungai Segat)
250 - 300
300 - 350
350 - 400
400 - 450
450 - 500
Rawan longsor, rawan kebakaran hutan dan
kawasan hutan lindung
Guntung 0 - 50 Alur masuk/keluar (sungai-laut), pelabuhan
laut, kawasan padat penduduk, kawasan khusus
(rekreasi), pasar tepi sungai, dan lalu-lintas
sungai padat.
50 - 100
100 - 150 Pelabuhan sungai
150 - 200
200 - 250 Pelabuhan sungai
250 - 300
300 - 343
Keritang 0 - 50 Alur masuk/keluar (sungai-laut), pasar tepi
sungai, pelabuhan sungai, kawasan padat
penduduk, lalu-lintas sungai padat
50 - 67 Kedalaman sungai terbatas (3m), pelabuhan
sungai, kawasan padat penduduk, lalu-lintas
sungai padat
Catatan: rambu sungai perairan dangkal/ kedalaman sungai terbatas tidak berlaku jika dilakukan pengerukan
6.8.1.4 Lampung
Catatan: rambu sungai perairan dangkal/ kedalaman sungai terbatas tidak berlaku jika dilakukan pengerukan
Gambar 6. 61 Indikasi Penempatan SBNP dan Rambu di Sungai Berperan Besar Dalam Perhubungan Provinsi Lampung
6.9.1 Nasional
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
Nasional (Umum)
I. Administrasi Negara di Sektor Angkutan
Sungai
1. Melengkapi perundangan, peraturan,
pedoman teknis, hingga SOP di sektor
angkutan sungai, serta penguatan
pelaksanaannya melalui pengawasan rutin,
pengendalian, dan evaluasi
a. Perubahan atas Peraturan tentang 1. Penyiapan Rancangan Perubahan Peraturan (penyusunan naskah 1. Naskah Rancangan Perubahan Penyelenggaraan angkutan 1. Ditjen Phb. Darat
Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan inisiatif (initiatives draft), naskah akademik (academic draft), dan Peraturan sungai & danau yang sesuai 2. DLLASDP
Danau (terkait trayek tetap dan teratur & naskah rancangan Perubahan Peraturan (legal draft)) 2. 3x Rapat DLLASDP dengan peraturan & lebih tertib,
wewenang penetapan trayek) 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Perubahan Peraturan pembagian wewenang jelas
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI
b. Peraturan tentang Penyelenggaraan 1. Penyiapan Rancangan Peraturan (penyusunan naskah inisiatif 1. Naskah Rancangan Peraturan Penyelenggaraan pelabuhan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
Pelabuhan Sungai dan Danau (initiatives draft), naskah akademik (academic draft), dan naskah 2. 3x Rapat DLLASDP sungai dan danau sesuai dengan 2. DLLASDP 2. Kementerian
rancangan Peraturan (legal draft)) 3. Peraturan peraturan dan lebih tertib, Lingkungan Hidup
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan pembagian wewenang jelas
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI
c. Peraturan tentang Tatanan Pelabuhan 1. Penyiapan Rancangan Peraturan (penyusunan naskah inisiatif 1. Naskah Rancangan Peraturan Tatanan/ hierarki pelabuhan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
Sungai dan Danau (menetapkan (initiatives draft), naskah akademik (academic draft), dan naskah 2. 3x Rapat DLLASDP sungai dan danau sesuai dengan 2. DLLASDP Terkait
Pelabuhan Sungai Pusat Penyebaran dan rancangan Peraturan (legal draft)) 3. Peraturan peraturan dan lebih tertib 2. Pemerintah Kota/
Bukan Pusat Penyebaran) 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan Kabupaten Terkait
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI
d. Peta Sungai dan Danau serta Buku 1. Survei Alur Pelayaran Sungai dan Danau di Pulau Papua, Pulau 1. Buku Data Alur Sungai di P.Papua, 1. Pelayaran sungai dan danau 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
Petunjuk Pelayaran di Sungai dan Sumatera, dan Pulau Kalimantan P.Sumatera, & P.Kalimantan lebih selamat, aman, tertib 2. DLLASDP (SDA)
Danau (Alur/ Klasifikasi Alur Pelayaran 2. Studi Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh dan nyaman 2. Dishidros
Sungai dan Danau, Sistem Rute, dan Kapal Sungai dan Danau 2. Rancangan Sistem Rute, Tata Cara 2. Pemerintah Daerah lebih 3. Ditjen Phb. Laut
Tata Cara berlalu lintas di Sungai, 3. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan Berlalu Lintas, & Daerah Labuh mudah dalam melakukan
Daerah Labuh Kapal Sungai dan Danau di DLLASDP Kapal Sungai & Danau pembinaan pelayaran sungai
4. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI 3. 3x Rapat DLLASDP dan danau
4. Peta & Buku Petunjuk Pelayaran 3. Pembagian wewenang jelas
Sungai & Danau
e. Pedoman Teknis Pembagunan Pelabuhan 1. Kajian Teknis Pembangunan Pelabuhan Sungai dan Danau 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis Pelabuhan sungai & danau 1. Ditjen Phb. Darat
Sungai dan Danau (Mencakup Terpadu 2. 3x Rapat DLLASDP terbangun sesuai standar Aman, 2. DLLASDP
Pembangunan Pelabuhan Terpadu) 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pedoman Teknis Selamat, Nyaman, & Terpadu
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
f. Pedoman Teknis Tata Cara Penetapan 1. Kajian Operasional Tata Cara Penetapan Trayek Angkutan Sungai 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis Penetapan Trayek Utama dan 1. Ditjen Phb. Darat
Trayek Angkutan Sungai dan Danau dan Danau (Terpadu) 2. 3x Rapat DLLASDP Cabang secara tetap dan teratur 2. DLLASDP
(Mencakup Keterpaduan Trayek Antar 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pedoman Teknis dilakukan sesuai pedoman dan
Moda) di DLLASDP lebih tertib
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
g. Pedoman Penetapan Lokasi Pelabuhan 1. Kajian Teknis Penetapan Lokasi Pelabuhan Sungai dan Danau 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Utilitas tinggi pada pelabuhan 1. Ditjen Phb. Darat
Sungai dan Danau 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP sungai 2. DLLASDP
di DLLASDP 3. Pedoman Teknis 2. Pel. sungai ramah lingkungan
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
h. Pedoman pemeliharaan/ perawatan 1. Kajian Teknis pemeliharaan/ perawatan kapal sungai dan danau 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Kapal SD tidak usang 1. Ditjen Phb. Darat
kapal sungai dan danau 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP 2. Kapal SD selamat & aman 2. DLLASDP
di DLLASDP 2. 3x Rapat DLLASDP 3. Kapal SD bersih & nyaman
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI 3. Pedoman Teknis
i. Pedoman pemeliharaan/ perawatan 1. Kajian Teknis pemeliharaan/ perawatan pelabuhan sungai dan 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Pelabuhan SD tidak usang 1. Ditjen Phb. Darat
pelabuhan sungai dan danau danau 2. 3x Rapat DLLASDP 2. Pelabuhan SD selamat, 2. DLLASDP
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pedoman Teknis aman, & nyaman
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
j. Pedoman pengoperasian kapal sungai 1. Kajian Operasional kapal sungai dan danau (mencakup standar 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Pelayanan lebih teratur 1. Ditjen Phb. Darat
dan danau teknis dan standar pelayanan minimal untuk keselamatan dan 2. 3x Rapat DLLASDP 2. Lebih selamat & nyaman 2. DLLASDP
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pedoman Teknis 3. Lebih profitable
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
k. Pedoman rancang bangun kapal Sungai 1. Kajian Teknis rancang bangun kapal Sungai dan Danau 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis Kapal SD sesuai kebutuhan teknis 1. Ditjen Phb. Darat 1. Biro Klasifikasi
dan Danau 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP & sosial, lebih ekonomis, & lebih 2. DLLASDP Indonesia
di DLLASDP 3. Pedoman Teknis ramah lingkungan
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
l. Pedoman sertifikasi pelabuhan Sungai 1. Kajian Operasional sertifikasi pelabuhan Sungai dan Danau 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Pelabuhan SD memiliki 1. Ditjen Phb. Darat
dan Danau 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP standarisasi 2. DLLASDP
di DLLASDP 3. Pedoman Teknis 2. Pelabuhan SD lebih modern
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
m. Pedoman registrasi kapal sungai dan 1. Kajian Operasional registrasi kapal sungai dan danau 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Masyrakat paham melakukan 1. Ditjen Phb. Darat
danau 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP registrasi kapal SD 2. DLLASDP
di DLLASDP 3. Pedoman Teknis 2. Jml registrasi kapal SD naik
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
n. Pedoman penyusunan rencana induk, 1. Kajian Teknis Rencana Induk, Daerah Lingkungan Kerja 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis 1. Pengembangan fasiltas 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)/Daerah (DLKr)/Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhann sungai 2. 3x Rapat DLLASDP pelabuhan SD lebih terarah 2. DLLASDP (SDA)
Lingkungan Kepentingan (DLKp) 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pedoman Teknis 2. Wewenang & kewajiban 2. Ditjen Phb. Laut
pelabuhan sungai dan danau (terpadu) di DLLASDP penyelenggara Pel. SD jelas
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
o. Penyusunan dan Penetapan Peta Jaringan 1. Inventarisasi/ Up date Jaringan Trayek Angkutan Sungai & Danau 1. Rancangan Peta Jaringan Trayek 1. Integrasi antarmoda dapat 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemprov terkait
Trayek Angkutan Sungai dan Danau (masukan Pemda & pelaku usaha) 2. 3x Rapat DLLASDP terwujud 2. DLLASDP 2. Pemkot/kab terkait
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Peta Jaringan Trayek Angkutan SD 2. Aksesibilitas ASD memadai
di DLLASDP dan Daerah
3. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI, Gurbernur, dan
Walikota/ Bupati
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
p. Pedoman Teknis Penyelenggaraan 1. Kajian teknis Penyelenggaraan Sistem Informasi Transportasi 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis Internal stakeholders paham 1. Ditjen Phb. Darat 1. Ditjen Phb. Laut
Sistem Informasi Transportasi Sungai Sungai 2. 3x Rapat DLLASDP penerapan TI untuk transportasi 2. DLLASDP
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pedoman Teknis sungai
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
q. Pedoman teknis penyusunan sistem rute 1. Kajian Teknis penyusunan sistem rute pelayaran 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis Internal stakeholders paham 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
pelayaran sungai 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP penerapan TI untuk transportasi 2. DLLASDP (SDA)
di DLLASDP 3. Pedoman Teknis sungai 2. Ditjen Phb. Laut
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
2. Pembentukan wadah kerjasama bagi 1. Kajian konsep kerjasama antar pemangku kepentingan 1. Buku Kajian Kerjasama 1. Koordinasi rapat antar 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
stakeholders angkutan sungai dan danau transportasi sungai dan danau 2. Rakornis kerjasama antar pemangku kepentingan di 2. DLLASDP 2. Kementerian
2. Rakornis kerjasama antar pemangku kepentingan transportasi pemangku kepentingan dilakukan daerah aliran sungai secara Lingkungan Hidup
sungai dan danau (dapat sebagai cikal bakal pembentukan wadah tiap tahun umum dan transportasi 3. Pemerintah Provinsi
kerja sama antar pemangku kepentingan atau Rakornis tersebut 3. Naskah Rancangan Peraturan sungai secara khusus Terkait
sebagai wujud wadah kerjasama antar pemangku kepentingan Pemerintah 2. Keselarasan peraturan antar 4. Pemerintah Kota/
yang dilakukan secara rutin) 4. Rapat antar kementerian terkait kementerian menjamin Kabupaten Terkait
3. Jika antar pemangku kepentingan sepakat pembetukan suatu 5. Peraturan Pemerintah (tentang keberlansungan pemanfaatan 5. BAPENAS
wadah kerjasama, maka perlu Penyiapan Rancangan Peraturan pembentukan wadah kerjasama 3. Harmonisasi wewenang di 6. Asosiasi pengusaha
Pemerintah (penyusunan naskah inisiatif (initiatives draft), naskah antar pemangku kepentingan daerah aliran sungai secara angkutan sungai
akademik (academic draft), dan naskah rancangan Peraturan transportasi sungai) umum dan transportasi 7. Perguruan tinggi
Pemerintah (legal draft)) sungai secara khusus (Akademisi/ Pakar)
4. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 8. LSM atau perwakilan p
di Sekeretariat Negara/ Panitia Antar Kementerian
5. Proses pengesahan oleh Presiden RI
Catatan:
• Stakeholders tercakup harus benar-benar dapat mewakili pihak-
pihak berkepentingan, khususnya pemangku kepentingan atau
organisasi terkait yang telah ada.
•
Wadah yang terbentuk harus memiliki visi, misi, dan strategi yang
jelas, dapat dipahami, dan diterima seluruh pemangku
kepentingan. Stakeholders dapat terdiri dari: Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat, Pengusaha Angkutan Lokal, Akademisi, LSM dan
perwakilan masyarakat pengguna angkutan sungai.
• Wadah ini dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan berbagai
informasi untuk kelancaran pelayanan angkutan sungai, seperti
informasi kebutuhan pelayanan, baik akibat pembangunan maupun
dalam rangka keperintisan.
• Wadah ini juga sebagai sarana untuk mengharmonisasikan peran
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, Pengusaha Angkutan Lokal,
Akademisi, LSM dan masyarakat pengguna angkutan sungai dalam
pengembangan transportasi sungai
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
3. Pengembangan sistem manajemen dan 1. Proses mendapatkan komitmen atau support dari seluruh internal 1. Dukungan internal stakeholders 1. Otomasi proses dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian
administrasi pengelolaan jaringan stakeholders untuk mendukung keberhasilan implementasi dan dinyatakan dalam kesediaan untuk pengurangan birokrasi 2. DLLASDP Komunikasi dan
pelayanan lalu-lintas angkutan sungai pengembangan sistem manajemen dan administrasi berbasis ikut pelatihan 2. Pengumpulan informasi dan Informatika
berbasis teknologi informasi 2. Penyiapan sumber daya manusia (SDM), DLLASDP harus memiliki 2. Tersedia cukup banyak SDM yang komunikasi dengan pihak luar 2. Pemerintah Provinsi
SDM yang memiliki kecakapan untuk penerapan dan memiliki kecakapan di bidang TI lebih mudah Terkait
pengembangan sistem informasi dan administrasi berbasis 3. Tersedia dukungan dana untuk 3. latar belakang pengambil 3. Pemerintah Kota/
teknologi infomasi. Hal ini dapat diatasi dengan mengadakan tahun jamak kebijakan lebih diketahui Kabupaten Terkait
3. Pendanaan, kesiapan pendanaan/investasi harus diperhatikan 4. Instalasi software, network, publik (transparan) 4. Ditjen Phb. Laut
dengan benar, karena investasi untuk Teknologi Informasi hasilnya hadrware, & dokumentasi 4. Proses pelaporan dan
4. Pengadaan infrastruktur yaitu perangkat keras dan lunak yang monitoring lebih cepat dan
tersedia harus yang benar-benar dibutuhkan mudah
Catatan: 5. Tingkat partisipasi pihak luar
• Penggunaan teknologi informasi agar kinerja jaringan pelayanan dalam proses pengambil
lalu-lintas angkutan sungai semakin teratur dan tepat waktu. kebijakan lebih tinggi
• Disamping itu, dengan teknologi informasi yang tepat guna, kinerja
jaringan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai dapat termonitor
setiap waktu (real time), terbentuk data base yang baik, utilitas
pemanfaatan angkutan sungai dapat maksimal, dan keterpaduan
antar moda dapat optimal
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
II. Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
Sungai
1. Penyusunan peta sungai dan danau serta Idem I.1.d. Idem I.1.d. Idem I.1.d. Idem I.1.d. Idem I.1.d.
buku petunjuk-pelayaran di sungai dan danau 1. Survei Alur Pelayaran Sungai dan Danau di Pulau Papua, Pulau 1. Buku Data Alur Sungai di P.Papua,1. Pelayaran sungai dan danau 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
(tercakup didalamnya pengaturan sistem Sumatera, dan Pulau Kalimantan P.Sumatera, & P.Kalimantan lebih selamat, aman, tertib 2. DLLASDP (SDA)
rute, tatacara berlalu-lintas di sungai, dan 2. Studi Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh dan nyaman 2. Dishidros
kapasitas pelayanan alur pelayaran sungai) Kapal Sungai dan Danau 2. Rancangan Sistem Rute, Tata Cara 2. Pemerintah Daerah lebih 3. Ditjen Phb. Laut
3. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan Berlalu Lintas, & Daerah Labuh mudah dalam melakukan
di DLLASDP Kapal Sungai & Danau pembinaan pelayaran sungai
4. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI 3. 3x Rapat DLLASDP dan danau
4. Peta & Buku Petunjuk Pelayaran 3. Pembagian wewenang jelas
Sungai & Danau
2. Mengurangi secara maksimal seluruh 1. Kajian teknis penempatan SBNP dan kebutuhan vitalisasi alur 1. Letak kebutuhan SBNP dan vitalisasi 1. Jumlah Kecelakaan berkurang 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian PU
hambatan fisik dan non fisik di koridor sungai alur 2. Pelayaran sungai dirasakan 2. DLLASDP 2. Kementerian
prioritas secara berkala dan rutin 2. Penyediaan dan pemeliharaan SBNP secara berkala 2. Jumlah SBNP bertambah masyarakat lebih selamat, Lingkungan Hidup
3. Revitalisasi alur pelayaran sungai (penataan, pengerukan, atau 3. Panjang & aksesibilitas alur aman, tertib, dan nyaman 3. Pemerintah Provinsi
pelebaran) secara berkala pelayaran sungai bertambah 3. Waktu ketersediaan alur Terkait
4. Pegembangan, pembangunan, dan pengoperasian pos-pos 4. Beroperasinya pos-pos pengawasan pelayaran lebih lama atau 4. Pemerintah Kota/
pengawasan pelayaran sungai pelayaran sungai secara efektif dan dapat sepanjang tahun Kabupaten Terkait
5. Pengarahan, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan efisien 5. Ditjen Phb. Laut
peraturan dan pedoman teknis transportasi sungai dan danau 5. Pelayaran sungai dan danau lebih
6. Pengadaan sarana dan fasilitas operasional untuk meningkatkan tertib, jumlah pelanggaran
mobilitas petugas pengawas menurun
6. Tersedia sarana dan fasilitas untuk
mobilitas petugas pengawas
3. Melakukan perawatan prasarana dan sarana 1. Penyusunan pedoman teknis perawatan prasarana dan sarana 1. Pedoman teknis perawatan sarana 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
jaringan pelayanan transportasi sungai yang transportasi sungai (idem I.1.h & I.1.i) dan prasarana Mayarakat merasakan sarana dan 2. DLLASDP Terkait
ada terutama di koridor prioritas 2. Inventarisasi kebutuhan prioritas perawatan sarana dan prasarana 2. Jadwal & program perawatan prasarana transportasi sungai 2. Pemerintah Kota/
(berdasarkan tinjauan lapangan dengan mengaplikasikan pedoman sarana dan prasara secara berkala lebih terawat, tidak usang, lebih Kabupaten Terkait
3. Pelaksanaan perawatan prasarana dan sarana jaringan pelayanan dan rutin selamat, aman, dan nyaman
transportasi sungai secara berkala dan rutin 3. Daftar sarana dan prasarana apa
4. Pemberdayaan fasilitas dan peralatan perawatan rasarana dan dan dimana yang perlu dirawat
sarana jaringan pelayanan transportasi sungai dengan melibatkan dengan kategori preventive
maintenance, repair, rebuild, or
modify
4. Jumlah sarana dan prasarana
usang berkurang
5. Fasilitas dan peralatan perawatan
yang dimiliki pemangku kepentingan
lokal makin modern
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
III. Sumber Daya Manusia dan IPTEK
1. Pengembangan sumber daya manusia 1. Proses mendapatkan komitmen yang tinggi dari manajemen dan 1. Dukungan sumberdaya untuk Kinerja penyelenggara angkutan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
penyelenggaraan angkutan sungai agar penyedia anggaran atas pengembangan SDM penyelenggaraan pengembangan SDM sungai meningkat sesuai standar, 2. DLLASDP Terkait
mempunyai kompetensi dalam manajemen angkutan sungai secara berkesinambungan 2. Daftar strenghts dan areas yg akan norma, kriteria dan acuan kinerja 2. Pemerintah Kota/
dan operasi angkutan sungai dan danau 2. Identifikasi kebutuhan pengembangan SDM (asessment mengenai dikembangkan sesuai kebutuhan yang harus dilakukan Kabupaten Terkait
sesuai standar, norma, kriteria dan acuan strenghts dan areas for development dari tiap individu) organisasi
(sesuai peraturan dan perundangan) penyelenggaraan angkutan sungai agar ada keselarasan antara 3. Kompetensi SDM hasil rekrutmen
kebutuhan pendidikan dan pelatihan dan kebutuhan organisasi dan seleksi sesuai kebutuhan
4. Presensi & semangat kerja naik
3. Memperbaiki materi rekrutmen dan seleksi (terutama berdasarkan 5. Program pengembangan SDM
kebutuhan kompetensi/ kebutuhan pengembangan SDM), dengan 6. Kompetensi & Kinerja SDM
instruktur profesional, metode, sarana, dan prasarana yang meningkat
memadai
4. Memperbaiki sistem dan lingkungan kerja sesuai kebutuhan
pengembangan SDM
5. Perumusan Program Pengembangan sesuai kebutuhan
pengembangan kompetensi SDM
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan
yang telah disusun
2. Peningkatan kapabilitas institusi pusat 1. Mengembangkan sumber daya tepat guna (Manusia, Fisik & 1. Inovasi baru penyelenggaraan 1. Ditjen Phb. Darat
dalam merumuskan standar atau panduan material, Keuangan, Informasi, dan Intelektual) Peningkatan kuantitas dan kualitas angkutan sungai yang mampu 2. DLLASDP
teknis dan standar pelayanan minimal, dan 2. Mengembangkan Sistem Manajemen yang tepat untuk sumberdaya sesuai kebutuhan bersaing dengan moda lain
pembinaan atau pelatihan pengelolaan dan memberdayakan sumberdaya yang ada menjadi sumber 2. Tersusun Strategi, struktur, dan
kepengusahaan angkutan sungai keunggulan bersaing SOP yang diterima dan dipahami
3. Mengembangkan Proses Kerja yang tepat untuk memberdayakan organisasi untuk pemberdayaan
sumberdaya yang ada menjadi sumber keunggulan bersaing sumberdaya
3. Komunikasi intenal & sosialisasi
internal berjalan baik, pengambil
keputusan di pahami organisasi
3. Mengembangkan kerjasama dengan 1. Perumusan kebutuhan, bentuk, dan bidang kerjasama dengan 1. Laporan kajian kerjasama dengan Inovasi baru penyelenggaraan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Lembaga riset/
lembaga riset dan pendidikan untuk Kementerian Riset dan Teknologi/ lembaga riset/ universitas/ Kementerian Riset dan Teknologi/ angkutan sungai yang mampu 2. DLLASDP Universitas/ institut
mengembangkan sistem manajemen dan institut terkemuka di Indonesia yang memiliki kompetensi dalam lembaga riset/ universitas/ institut bersaing dengan moda lain terkemuka di
administrasi, sarana dan prasarana angkutan pengembangan sistem manajemen dan administrasi, sarana dan terkemuka di Indonesia Indonesia
sungai yang tepat guna sesuai dengan prasarana angkutan sungai yang tepat guna sesuai dengan 2. Proposal kerjasama 2. Kementerian Riset
kebutuhan dan karakteristik alur perairan kebutuhan dan karakteristik alur perairan daratan di Indonesia 3. Penandatanganan kontrak dan Teknologi
daratan di Indonesia, lebih cepat dan aman 2. Menyusun proposal kerjasama kerjasama/ nota kesepahaman
terhadap lingkungan dan permukiman, serta 3. Pengesahan kontrak kerjasama
hemat energi
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
IV. Angkutan Sungai untuk Pemeliharaan &
Peningkatan Lingkungan Hidup &
Penghematan Penggunaan Energi
1. Melakukan program kampanye dan 1. Proses mendapatkan komitmen yang tinggi dari manajemen dan 1. Dukungan sumberdaya untuk Pengambil kebijakan publik, 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian
sosialisasi untuk mendapatkan dukungan penyedia anggaran akan perlunya program kampanye dan kampanye dan sosialisasi publik, dan pelaku usaha 2. DLLASDP Koordinator Bidang
lingkungan strategis nasional dan lokal untuk sosialisasi untuk mendapatkan dukungan lingkungan strategis 2. Strategi kampanye dan sosialisasi khususnya di Pulau Kalimantan, Perekonomian
mengoptimalkan pemanfaatan peran nasional dan lokal untuk mengoptimalkan pemanfaatan peran 3. Kegiatan kampanye dan sosialisasi Pulau Papua, dan Pulau Sumatera 2. Kementerian PU
transportasi sungai melalui penetapan transportasi sungai karena terbukti lebih ramah lingkungan dan ke pengambil kebijakan publik, 3. Kementerian
regulasi-regulasi yang mendukung hemat energi, serta efektif memperbaiki kualitas hidup masyarakat publik, dan pelaku usaha 1. Semakin paham keunggulan Lingkungan Hidup
sekitar sungai 4. Rencana program kampanye dan transportasi sungai dalam hal 4. Kementerian
2. Kajian perumusan strategi kampanye dan sosialisasi untuk sosialisasi selanjutnya mitigasi perubahan iklim, Perindustrian
pengambil kebijakan publik, publik, dan pelaku usaha kelestarian DAS, 5. Kementerian
3. Program kampanye dan sosialisasi baik ke internal stakeholders penghematan energi, dan Perdagangan
maupun eksternal stakeholders pembentuk landmark kota 6. Kementerian
4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kampanye dan 2. Semakin paham bahwa Komunikasi dan
sosialisasi yang telah disusun optimalisasi peran Informatika
Catatan: transportasi sungai untuk 7. Kementerian
• Program ini dapat terlaksana lebih baik jika ada organisasi pengembangan wilayah dan Pembangunan
pendukung yang beranggotakan para pemangku kepentingan di memperlancar arus orang Daerah Tertinggal
aliran sungai. dan barang akan selaras 8. Kementerian Energi
• Regulasi yang mendukung antara lain: regulasi tata ruang dengan pelestarian & Sumber Daya
(mengadopsi konsep water front city), regulasi perhubungan dan lingkungan DAS, lebih hemat Mineral
komunikasi (pembatasan/ pembagian beban jalan), dan regulasi energi, membentuk landmark 9. Kementerian
pendirian bangunan serta regulasi lain yang mendukung kota yang unik, sebagai pull Kebudayaan &
keberlanjutan pemanfaatan potensi transportasi sungai factor tujuan wisata bagi Pariwisata
daerah, dan memperbaiki 10. Pemerintah Provinsi
kualitas hidup/ sosial Terkait
masyarakat sekitar sungai 11. Pemerintah Kota/
Kabupaten Terkait
3. Mempersepsikan transportasi
sungai sebagai moda yang
unik, sarat budaya lokal, dan
modern
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
2. Optimalisasi peran angkutan sungai 1. Sosialisasi peran transportasi sungai sesuai kondisi lokal baik 1. Teridentifikasi segmen pasar baru 1. Aksesibilitas angkutan sungai 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian
sebagai penghubung interaksi wilayah, kepada pengambil kebijakan publik, publik, maupun pelaku usaha atau relung pasar baru dan danau meningkat 2. DLLASDP Koordinator Bidang
penghubung logistik, penghubung antar (Idem IV.1) 2. Meningkatnya pembahasan, 2. Pemanfaatan angkutan Perekonomian
simpul transportasi, dan penyedia jasa 2. Riset pasar untuk pengembangan segmen pasar baru transportasi rancangan, atau penetapan sungai dan danau meningkat 2. Kementerian PU
perpindahan orang-barang sungai dimana transportasi sungai dapat bersaing peraturan lintas sektoral yang 3. Kementerian
3. Mendorong optimalisasi pemanfaatan transportasi sungai dengan mendukung terselenggaranya Lingkungan Hidup
pembentukan regulasi lintas sektoral yang mendukung (Peraturan: transportasi sungai 4. Kementerian
penggunaan jalan khusus/ sungai bagi komoditas tertentu, 3. Meningkatnya realisasi Perindustrian
pembatasan/ pembagian beban jalan, pendirian bangunan yang pengembangan transportasi sungai 5. Kementerian
memperhatikan dampak pelayaran sungai, tata ruang kota yang di koridor prioritas Perdagangan
membuat sungai sebagai halaman muka dsb) 4. Realisasi pelayanan transportasi 6. Kementerian
4. Mendorong optimalisasi pemanfaatan transportasi sungai di setiap sungai untuk segmen pasar baru Komunikasi dan
koridor pengembangan transportasi sungai dimana terbukti Informatika
memiliki nilai tambah yaitu di koridor prioritas pengembangan 7. Kementerian
Pembangunan
5. Pengembangan kapasitas organisasi penyelenggara transportasi Daerah Tertinggal
sungai (idem III.1 & III.2) untuk mengembangkan pelayanan 8. Kementerian Energi
transportasi sungai untuk segmen pasar baru & Sumber Daya
Catatan: Mineral
• Peran transportasi sungai juga sebagai pull factor tujuan wisata 9. Kementerian
bagi daerah, mengingat transportasi sungai adalah unik sesuai Kebudayaan &
dengan karakter wilayah sungai yang tidak dimiliki wilayah lain Pariwisata
• Peran transportasi sungai juga sebagai pembuka keterisolasian 10. Pemerintah Provinsi
wilayah pedalaman, transportasi sungai dapat dengan segera Terkait
membuka keterisolasian wilayah pedalaman 11. Pemerintah Kota/
• Peran transportasi sungai juga sebagai penghemat anggaran Kabupaten Terkait
negara (transportasi sungai terbukti lebih hemat energi dan lebih
ramah lingkungan dibandingkan moda lain, dengan pemberdayaan
transportasi sungai negara dapat menghemat anggaran miliaran
rupiah per bulan untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan,
serta penghematan biaya eksternal lain)
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
V. Peningkatan Dana Pembangunan
Transportasi Sungai
1. Meningkatkan alokasi anggaran Pusat dan 1. Proses memposisikan peran transportasi sungai sebagaimana 1. Idem IV.1 Alokasi anggaran Pusat dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian
Daerah untuk pengembangan pelayanan lalu- seharusnya (Idem IV.1) 2. Lobi-lobi di Tingkat Pusat dan Daerah untuk pengembangan 2. DLLASDP Keuangan
lintas angkutan sungai 2. Memperjuangkan peningkatan alokasi anggaran untuk Daerah pelayanan lalu-lintas angkutan 2. DPR RI
pengembangan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai dan danau sungai dan danau meningkat 3. Pemerintah Provinsi
dengan melakukan lobi-lobi untuk meyakinkan Pemerintah Pusat Terkait
dan Daerah untuk mengalokasikan anggaran-anggaran yang lebih 4. Pemerintah Kota/
banyak untuk program yang terkait langsung dengan Kabupaten Terkait
pengembangan transportasi sungai dan danau
Catatan:
• Perlu meningkatkan kesadaran manfaat transportasi sungai tidak
hanya ditingkat publik tetapi juga ditingkat pengambil kebijakan
publik
2. Pemanfaatan hibah/ atau bantuan luar negeri 1. Lokakarya terkait kemungkinan pemanfaatan hibah/ bantuan luar 1. Lokakarya Sumberdaya transportasi sungai 1. Ditjen Phb. Darat 1. UNDP
negeri untuk pengembangan transportasi sungai 2. Proposal Bantuan/ Hibah meningkat 2. DLLASDP 2. World Bank
2. Menyusun proposal bantuan/ hibah 3. Berbagai bentuk Bantuan/ hibah 3. UNESCAP
3. Proses lobi mendapatkan bantuan/ hibah 4. United Nations
5. etc.
Catatan:
• Angkutan sungai dapat dengan segera membuka akses daerah
pedalaman, penunjang pengembangan wilayah baru di
pedalaman, membantu pengentasan daerah tertinggal, dan ramah
lingkungan (angkutan sungai mensyaratkan kelestarian daerah
aliran sungai)
• Jika terdapat wadah organisasi pemangku kepentingan manfaat
sungai, maka organisasi tersebut lebih potensial memanfaatkan
peluang pembiayaan ini
3. Optimalisasi penerimaan dari rute-rute 1. Perumusan kerangka kerjasama dengan swasta untuk 1. Laporan kajian kerjasama dengan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
penunjang dan peningkatan partisipasi penyelenggaraan angkutan sungai di rute-rute penunjang swasta 2. DLLASDP Terkait
swasta di rute-rute penunjang 2. Lokakarya kerangka kerjasama dengan swasta untuk 2. Lokakarya 2. Pemerintah Kota/
penyelenggaraan angkutan sungai di rute-rute penunjang 3. Proposal kerjasama (PPP) Kabupaten Terkait
3. Request for proposal dari swasta untuk penyelenggaraan 4. Calon Mitra Swasta
angkutan sungai di rute-rute penunjang 5. Kontrak PUBLIC PRIVATE
4. Penilaian RFP PARTNERSHIPS
5. Pengesahan kontrak kerjasama
Catatan:
Infrastruktur yang memiliki nilai komersial diharapkan dibiayai
melalui partisipasi pihak swasta ataupun masyarakat melalu
mekanisme unbundling (pemerintah akan menanggung
pembangunan infrastruktur dasar, sedangkan badan usaha akan
menangung pembangunan yang bersifat komersial untuk berbagai
infrastruktur penting di daerah) maupun dual track strategy
(memperluas kesempatan bagi masyarakat (baik swasta maupun
asing) untuk berpartisipasi secara transparan, adil, bebas dari
kepentingan kelompok, bersih, dan kompetitif dalam pembangunan
dan pengoperasian infrastruktur)
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
VI. Pembinaan Pengusahaan Transportasi
Sungai
1. Membentuk dan membina wadah 1. Kajian konsep kerjasama antar pengusaha angkutan pengumpan/ 1. Laporan kajian kerjasama antar Transportasi sungai terintegrasi 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
organisasi bagi pengusaha angkutan penerus dan angkutan “utama dan cabang” transportasi sungai pelaku usaha transportasi sungai dengan feeder moda lain 2. DLLASDP Terkait
pengumpan/ penerus dan angkutan “utama 2. Diskusi Nasional untuk memfasilitasi kerjasama antar pelaku usaha 2. Diskusi Nasional 2. Pemerintah Kota/
dan cabang” sungai untuk memfasilitasi transportasi sungai (dapat sebagai cikal bakal pembentukan 3. Terbentuk/ Cikal Bakal Asosiasi Kabupaten Terkait
kerjasama antar pelaku usaha wadah kerja sama antar pelaku usaha) Pelaku Usaha Angkutan Sungai dan
3. Jika antar pelaku usaha transportasi sungai sepakat pembetukan Danau
suatu wadah kerjasama, maka perlu pemfasilitasan lebih lanjut
dari pemerintah
2. Pembinaan dalam hal teknis dan 1. Sosialisasi aplikasi pedoman teknis yang ada 1. Sosialisasi pedoman teknis Pemahaman teknis dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
operasional kepada operator angkutan 2. Pelatihan aplikasi pedoman teknis - pedoman teknis yang ada 2. Pelatihan aplikasi pedoman teknis operasional penyelenggara dan 2. DLLASDP Terkait
pengumpan, operator pelabuhan sungai, dan Catatan: pelaku usaha transportasi sungai 2. Pemerintah Kota/
operator angkutan sungai yang melayani Sosialisasi dan pelatihan agar kinerja angkutan sungai meningkat meningkat Kabupaten Terkait
trayek Utama dan Cabang dan berdaya saing, serta mengindahkan fungsi sosial transportasi
sungai
3. Mengembangkan dan memfasilitasi suatu 1. Kajian konsep kerjasama antar pengusaha angkutan pengumpan/ 1. Laporan kajian kerjasama antar 1. Terjalin kerjasama harmonis 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
bentuk kerjasama yang aplikatif dan saling penerus dan angkutan “utama dan cabang” transportasi sungai pelaku usaha transportasi sungai antara pelaku usaha 2. DLLASDP Terkait
menguntungkan antara pemerintah daerah, dengan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Daerah transportasi sungai dengan 2. Pemerintah Kota/
operator angkutan pengumpan dan penerus, 2. 2. Diskusi Nasional pemerintah daerah Kabupaten Terkait
dengan operator pelabuhan sungai dan Diskusi Nasional untuk memfasilitasi kerjasama antar pelaku usaha 2. Transportasi sungai
angkutan sungai yang melayani trayek Utama transportasi sungai dengan Pemerintah Daerah secara berkala terintegrasi dengan feeder
dan Cabang moda lain
4. Mengembangkan insentif bagi operator 1. Kajian kebutuhan dan pengembangan insentif untuk transportasi 1. Laporan beberapa skenario insentif Semakin banyak pelayanan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
angkutan pengumpan dan penerus di sungai sesuai kondisi lokal terbaik untuk transportasi sungai transportasi sungai 2. DLLASDP Terkait
pelabuhan sungai, serta bagi pelaku 2. Lokakarya pengembangan insentif untuk transportasi sungai sesuai sesuai kebutuhan lokal 2. Pemerintah Kota/
pelayanan utama angkutan sungai, kondisi lokal 2. Lokakarya Kabupaten Terkait
khususnya di rute-rute yang berfungsi 3. Penyusunan SOP untuk pemberian insentif agar lebih transparan, 3. SOP pemberian insentif
sebagai pendorong (promoting function) obyektif melibatkan pemangku kepentingan, sesuai ketentuan yang
dalam koridor prioritas jelas, dan akuntabel
Catatan:
• Insentif dapat berupa: kemudahan perizinan dan deregulasi,
subsidi, pembinaan peningkatan daya saing, atau regulasi yang
mendukung (seperti kebijakan untuk membagi demand).
Pemberian insentif harus dilakukan secara transparan, obyektif
melibatkan pemangku kepentingan, sesuai ketentuan yang jelas,
dan akuntabel
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
VII.Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai
a. Mendapatkan dukungan dari stakeholders 1. Optimalisasi pertemuan rutin Pemeritah Pusat dan Pemerintah 1. Pertemuan rutin pemangku Terbangunnya dan beroperasinya 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
lokal serta meningkatkan kapabilitas Daerah (idem I.2) kepentingan penyelenggara dengan baik halte-halte 2. DLLASDP Terkait
institusi lokal agar dapat melakukan 2. Optimalisasi proses sosialisasi peran transportasi sungai (idem transportasi sungai di Pusat & transportasi yang dapat 2. Pemerintah Kota/
perencanaan, pembangunan, IV.1 & IV.2) 2. Kegiatan kampanye/ sosialisasi menunjang faedah pemanfaatan Kabupaten Terkait
pengoperasian, dan pemeliharaan halte- 3. Optimalisasi/ pelebaran cakupan peserta dalam proses 3. Partisipasi SDM Lokal dlm pelatihan transportasi sungai
halte potensial pengembangan SDM (idem III.1) 4. Pedoman teknis
4. 5. Kegiatan Sosialisasi & pelatihan
Melengkapi penyusunan pedoman teknis: pembagunan pelabuhan 3. Partisipasi SDM Lokal dlm pelatihan
sungai & danau (I.1.e), penetapan lokasi pelabuhan sungai & 4. Pedoman teknis
danau (I.1.g), dan perawatan pelabuhan sungai dan danau (I.1.i) 5. Kegiatan Sosialisasi & pelatihan
dengan pedoman teknis perencanaan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan halte-halte potensial
5. Sosialisasi & pelatihan aplikasi pedoman teknis yang ada
b. Mengindentifikasi lokasi-lokasi 1. 1. Kajian lokasi halte-halte potensial Penyelenggara transportasi 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
pembangunan halte potensial berkerja Melakukan kajian lokasi halte-halte transportasi potensial yang 2. Sosialisasi hasil kajian, minimal sungai membangun halte-halte 2. DLLASDP Terkait
sama dengan stakeholders lokal dapat mendukung pemanfaatan transportasi sungai secara optimal pembagian buku hasil kajian kpd yang tepat untuk mendukung 2. Pemerintah Kota/
2. Sosialisasi hasil kajian daerah atau berupa lokakarya pemanfaatan transportasi sungai Kabupaten Terkait
c. Meningkatkan pembinaan kesadaran 1. Optimalisasi program sosialisasi (idem IV.1) dengan memperluas 1. Idem IV.1 khususnya kepada Publik berperan aktif memelihara 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
masyarakat untuk pengoperasian dan materi mencakup pengoperasian dan pemeliharaan halte-halte (audience) publik halte-halte sungai yang 2. DLLASDP Terkait
pemeliharaan halte-halte potensial yang terbangun 2. Pemerintah Kota/
akan terbangun Kabupaten Terkait
d. Mengembangkan desain halte angkutan Idem VII.1.a.4 & 5 1. Pedoman teknis Halte-halte terbangun lebih aman 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
sungai dan standar pelayanan minimal 1. 2. Kegiatan Sosialisasi & pelatihan dan nyaman (memiliki interface 2. DLLASDP Terkait
sesuai asas efektif dan efisien Melengkapi penyusunan pedoman teknis: pembagunan pelabuhan antar halte dan kapal sungai 2. Pemerintah Kota/
berdasarkan kondisi fisik lokal sungai & danau (I.1.e), penetapan lokasi pelabuhan sungai & secara memadai) Kabupaten Terkait
danau (I.1.g), dan perawatan pelabuhan sungai dan danau (I.1.i)
dengan pedoman teknis perencanaan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan halte-halte potensial
2. Sosialisasi & pelatihan aplikasi pedoman teknis yang ada
e. Meningkatkan penyediaan dana untuk Idem V.(1 s/d 3) terutama berkenaan pengembangan halte-halte 1. Idem V.1 Realisasi pembangunan dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
pengembangan halte-halte potensial, potensial 2. Idem V.2 pengoperasian halte-halte 2. DLLASDP Terkait
baik dari pemerintah pusat, pemerintah 1. Meningkatkan alokasi anggaran Pusat dan Daerah 3. Idem V.3 2. Pemerintah Kota/
daerah, atau lembaga lain berdasarkan 2. Pemanfaatan hibah/ atau bantuan luar negeri Kabupaten Terkait
skema kerjasama yang tepat 3. Optimalisasi penerimaan dari rute-rute penunjang
f. Membangun tempat perhentian yang 1. Melakukan proses VII.1.(a s/d e) 1. Idem VII.1.(a s/d e) Realisasi pembangunan dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
layak (halte) bagi angkutan sungai 2. Memberikan bantuan teknis 2. Bantuan tenaga Pengarahan & pengoperasian halte-halte 2. DLLASDP Terkait
Catatan: Pengawasan 2. Pemerintah Kota/
• Di desa-desa sekitar sungai dimana terdapat komunitas dekat air Kabupaten Terkait
atau di wilayah pengembangan/ pertumbuhan, pusat bangkitan/
tarikan pergerakan dengan angkutan sungai
g. Membangun tempat perhentian yang 1. Melakukan proses VII.1.(a s/d e) 1. Idem VII.1.(a s/d e) Realisasi pembangunan dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
layak (halte) bagi angkutan jalan di rute- 2. Memberikan bantuan teknis 2. Bantuan tenaga Pengarahan & pengoperasian halte-halte 2. DLLASDP Terkait
rute yang menjadi feeder angkutan Catatan: Pengawasan 2. Pemerintah Kota/
sungai • Di wilayah daratan yang menjadi hinterland pelabuhan sungai dan Kabupaten Terkait
danau, terutama di koridor prioritas
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
2. Elemen Pengembangan di Jaringan
Pelayanan Angkutan Pengumpan dan
Penerus Simpul Sungai
a. Pelaksanaan pengembangan Optimalisasi elemen pengembangan VI.(1 s/d 4) untuk pembinaan dan 1. Idem VI.1 Terealisasi dan semakin banyak 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
angkutan pengumpan dan penerus pelatihan, secara garis besar sbb: 2. Idem VI.2 pelayanan pengumpan dan 2. DLLASDP Terkait
simpul sungai lebih mengutamakan 1. Memfasilitasi kerjasama antar pelaku usaha transportasi sungai 3. Idem VI.3 penerus transportasi sungai 2. Pemerintah Kota/
operator atau pelaku usaha transportasi lokal (dapat sebagai cikal bakal pembentukan wadah kerja sama 4. Idem VI.4 Kabupaten Terkait
lokal yang telah ada antar pelaku usaha) Catatan: utamanya operator atau
2. Sosialisasi dan Pelatihan aplikasi pedoman teknis - pedoman teknis pelaku usaha transportasi lokal
yang ada
3. Pengembangan insentif untuk mendukung transportasi sungai
sesuai kondisi lokal
Catatan:
• Pelaku usaha transportasi lokal yang telah ada diberdayakan
dengan program pembinaan dan pelatihan. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah lebih sebagai pemrakarsa, fasilitator,
regulator, dan pengawas
b. Membentuk wadah atau organisasi 1. 1. Idem VI.1 Transportasi sungai terintegrasi 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
stakeholders, terdiri dari pemerintah Kajian konsep kerjasama antar pengusaha angkutan pengumpan/ Catatan: utamanya pengembangan dengan feeder moda lain 2. DLLASDP Terkait
daerah, operator angkutan pengumpan penerus dan angkutan “utama dan cabang” transportasi sungai kerjasama pemangku kepentingan lokal 2. Pemerintah Kota/
dan penerus, operator pelabuhan sungai, 2. Diskusi Nasional & Lokal untuk memfasilitasi kerjasama antar Kabupaten Terkait
dan operator angkutan sungai pelaku usaha transportasi sungai (dapat sebagai cikal bakal
pembentukan wadah kerja sama antar pelaku usaha)
3. Jika antar pelaku usaha transportasi sungai sepakat pembetukan
suatu wadah kerjasama, maka perlu pemfasilitasan lebih lanjut
dari pemerintah
Catatan:
• Pemfasilitasan suatu bentuk kerjasama yang aplikatif dan saling
menguntungkan antara pemerintah daerah, operator angkutan
pengumpan dan penerus, dengan operator pelabuhan sungai dan
angkutan sungai yang melayani trayek Utama dan Cabang
c. Pengembangan dan penentuan jenis 1. Melengkapi aspek keterpaduan antar moda dalam penyusunan 1. Idem VI.2 Pemahaman teknis dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
serta desain sarana dan prasarana untuk pedoman teknis untuk sarana dan prasarana transportasi sungai Catatan: utamanya untuk angkutan operasional penyelenggara dan 2. DLLASDP Terkait
angkutan pengumpan dan penerus yang (melengkapi pedoman teknis yang akan disusun) pengumpan dan penerus yang pelaku usaha transportasi sungai 2. Pemerintah Kota/
disesuaikan dengan karakter wilayah 2. Otimalisasi elemen pengembangan VI.2 untuk pembinaan dan disesuaikan dengan karakter wilayah dalam penentuan jenis serta Kabupaten Terkait
geografi dan masyarakat pengguna pelatihan, secara garis besar adalah: geografi dan masyarakat pengguna desain sarana dan prasarana
- Sosialisasi dan Pelatihan aplikasi pedoman teknis - pedoman teknis tepat guna meningkat
yang ada (pedoman teknis yang telah dilengkapi aspek
keterpaduan antar moda)
- termasuk, sosialisasi Peta sungai & buku petunjuk pelayaran
sungai
Catatan:
• Agar masyarakat pengguna dan pelaku usaha angkutan
pengumpan/ penerus simpul sungai dapat menggunakan/
mengembangkan moda angkutan pengumpan/ penerus secara
lebih efisien dan efektif
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
d. Meningkatkan penyediaan dana untuk Idem elemen pengembangan V.(1 s/d 3) untuk penyediaan dana, 1. Idem V.1 1. Idem V.1 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
pengembangan pelayanan angkutan secara garis besar adalah: 2. Idem V.2 2. Idem V.2 2. DLLASDP Terkait
pengumpan dan penerus simpul sungai; 1. Memperjuangkan peningkatan alokasi anggaran untuk 3. Idem V.3 3. Idem V.3 2. Pemerintah Kota/
pengembangan pelayanan lalu-lintas angkutan sungai dan danau Kabupaten Terkait
2. Melakukan proses lobi mendapatkan bantuan/ hibah 3. Idem V.1 & V.2
3. Melakukan proses Request for proposal dari swasta untuk
penyelenggaraan angkutan sungai di rute-rute penunjang
e. Mengembangkan pelayanan angkutan Idem elemen pengembangan VI.(1 s/d 4) untuk pengembangan 1. Idem VI.1 1. Idem VI.1 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
pengumpan dan penerus simpul sungai pelayanan, secara garis besar sbb: 2. Idem VI.2 2. Idem VI.2 2. DLLASDP Terkait
untuk angkutan orang-barang 1. Memfasilitasi kerjasama antar pelaku usaha transportasi sungai 3. Idem VI.3 3. Idem VI.3 2. Pemerintah Kota/
lokal (dapat sebagai cikal bakal pembentukan wadah kerja sama 4. Idem VI.4 4. Idem VI.4 Kabupaten Terkait
antar pelaku usaha)
2. Pengembangan insentif untuk transportasi sungai sesuai kondisi
lokal
Catatan:
• Pengembangan sesuai asas efektif-efisien dan sesuai kondisi fisik
prasarana lokal, khususnya di rute-rute yang berfungsi sebagai
pendorong (promoting function ) dalam koridor perioritas
f. Memperbanyak jumlah angkutan Idem elemen pengembangan VI.(1 s/d 4) untuk memperbanyak jumlah 1. Idem VI.1 1. Idem VI.1 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
pengumpan dan penerus simpul sungai, angkutan, secara garis besar sbb: 2. Idem VI.2 2. Idem VI.2 2. DLLASDP Terkait
khususnya di rute-rute yang berfungsi 1. Memfasilitasi kerjasama antar pelaku usaha transportasi sungai 3. Idem VI.3 3. Idem VI.3 2. Pemerintah Kota/
sebagai pendorong (promoting function ) (dapat sebagai cikal bakal pembentukan wadah kerja sama antar 4. Idem VI.4 4. Idem VI.4 Kabupaten Terkait
dalam koridor prioritas pelaku usaha)
2. Pengembangan insentif untuk transportasi sungai sesuai kondisi
lokal
g. Mengembangkan insentif bagi operator Idem elemen pengembangan VI.4 untuk pengembangan insentif, yaitu: 1. Idem VI.4 Semakin banyak pelayanan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
angkutan pengumpan dan penerus transportasi sungai 2. DLLASDP Terkait
simpul sungai, khususnya di rute-rute 1. Kajian kebutuhan dan pengembangan insentif untuk transportasi 2. Pemerintah Kota/
yang berfungsi sebagai pendorong sungai sesuai kondisi lokal Kabupaten Terkait
(promoting function ) dalam koridor 2. Lokakarya pengembangan insentif untuk transportasi sungai sesuai
prioritas kondisi lokal
3. Penyusunan SOP untuk pemberian insentif agar lebih transparan,
obyektif melibatkan pemangku kepentingan, sesuai ketentuan yang
jelas, dan akuntabel
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
3. Pengembangan Secara Umum di Simpul
Angkutan Sungai
a. Peningkatan pembinaan kesadaran 1. Optimalisasi elemen pengembangan IV.1 mencakup materi 1. Idem IV.1 Pelabuhan/ halte angkutan sungai 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
masyarakat untuk pengoperasian dan pengoperasian dan pemeliharaan simpul-simpul angkutan sungai 2. Kegiatan sosialisasi & pelatihan semakin terpelihara dengan baik 2. DLLASDP Terkait
pemeliharaan simpul-simpul angkutan 2. Sosialisasi dan pelatihan aplikasi pedoman teknis - pedoman teknis 2. Pemerintah Kota/
sungai yang ada (terutama untuk mentor lokal) Kabupaten Terkait
Catatan:
• Program pembinaan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri yang
sebelumnya mendapat pelatihan
b. Pengembangan standar teknis dan Membuat pedoman teknis (dapat dicakup dalam elemen 1. Buku Rancangan Pedoman Teknis Dermaga sungai terbangun makin 1. Ditjen Phb. Darat
desain dermaga angkutan sungai pengembangan I.1.e: Pedoman Teknis Pembagunan Pelabuhan Sungai 2. 3x Rapat DLLASDP aman, selamat, nyaman, dan 2. DLLASDP
dan Danau) 3. Pedoman Teknis berdaya guna tinggi
1. Kajian Teknis Pembangunan Dermaga Sungai dan Danau
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan
di DLLASDP
3. Proses pengesahan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Catatan:
•
Standar teknis dan desain dermaga angkutan sungai memiliki
standar interface yang baik, jumlah interface yang memadai
antara dermaga dan angkutan sungai, serta dapat dimanfaatkan
secara aman dan selamat pada malam hari untuk angkutan orang-
barang (dapat memanfaatkan teknologi solar cell atau wind turbin)
c.1 Menetapkan pelabuhan sungai yang Idem I.1.c Idem I.1.c 1. Tatanan/ hierarki pelabuhan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
berfungsi sebagai Pusat Penyebaran 1. Penyiapan Rancangan Peraturan (penyusunan naskah inisiatif 1. Naskah Rancangan sungai dan danau sesuai 2. DLLASDP Terkait
dan Bukan Pusat Penyebaran, serta (initiatives draft), naskah akademik (academic draft), dan naskah 2. 3x Rapat DLLASDP dengan peraturan dan lebih 2. Pemerintah Kota/
penetapan klasifikasi pelabuhan sungai. rancangan Peraturan (legal draft)) 3. Peraturan tertib Kabupaten Terkait
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. Otomasi proses dan
di DLLASDP pengurangan birokrasi
3. Proses pengesahan oleh Menteri Perhubungan RI 3. Pengumpulan informasi dan
c.2 Mengembangkan sistem manajemen dan Idem I.3 Idem I.3 komunikasi dengan pihak luar
administrasi pengelolaan pelabuhan 1. Proses mendapatkan komitmen atau support dari seluruh internal 1. Dukungan internal lebih mudah
sungai berbasis teknologi informasi agar stakeholders untuk mendukung keberhasilan implementasi dan 2. Tersedia cukup 4. latar belakang pengambil
kinerja jaringan pelayanan lalu-lintas pengembangan sistem manajemen dan administrasi berbasis 3. Tersedia dukungan kebijakan lebih diketahui
angkutan sungai semakin teratur dan Teknologi Informasi 4. Instalasi software, network, publik (transparan)
tepat waktu, kinerja pelayanan lalu-lintas 2. Penyiapan sumber daya manusia (SDM), DLLASDP (termasuk hadrware, & dokumentasi 5. Proses pelaporan dan
angkutan sungai dapat termonitor setiap penyelenggara ASD daerah) harus memiliki SDM yang memiliki monitoring lebih cepat dan
waktu (real time), terbentuk data base kecakapan untuk penerapan dan pengembangan sistem informasi mudah
yang baik, utilitas pemanfaatan angkutan dan administrasi berbasis teknologi infomasi. Hal ini dapat diatasi 6. Tingkat partisipasi pihak luar
sungai dapat maksimal, dan keterpaduan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan mengadakan dalam proses pengambil
antar moda dapat optimal. sosialisasi sebelum teknologi informasi yang baru tersebut kebijakan lebih tinggi
dijalankan 7. Mayarakat merasakan sarana
3. Pendanaan, kesiapan pendanaan/investasi harus diperhatikan dan prasarana transportasi
dengan benar, karena investasi untuk Teknologi Informasi hasilnya sungai lebih terawat, tidak
tidak langsung terasa oleh organisasi usang, lebih selamat, aman,
4. Pengadaan infrastruktur yaitu perangkat keras dan lunak yang dan nyaman
tersedia harus yang benar-benar dibutuhkan
c.3 Melakukan perawatan prasarana fisik Idem II.3 Idem II.3
serta optimalisasi penggunaan prasarana 1. Penyusunan pedoman teknis perawatan prasarana dan sarana
yang ada terutama di koridor prioritas. transportasi sungai (idem I.1.h & I.1.i)
Kegiatan ini perlu didukung dengan 2.
pedoman teknis, sehingga perlu Inventarisasi kebutuhan prioritas perawatan sarana dan prasarana
perumusan pedoman teknis terkait (berdasarkan tinjauan lapangan dengan mengaplikasikan pedoman
perawatan prasarana simpul sungai teknis perawatan prasarana dan sarana transportasi sungai)
3. Pelaksanaan perawatan prasarana dan sarana jaringan pelayanan
transportasi sungai secara berkala dan rutin
PT. SANTIKA KONSULINDO 4. Pemberdayaan fasilitas dan peralatan perawatan rasarana dan 6-224
sarana jaringan pelayanan transportasi sungai dengan melibatkan
pemangku kepentingan lokal
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Cetak Biru Jaringan Pelayanan Lalu Lintas
Angkutan Sungai
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
d. Mengembangkan/ membangun dan 1. Kajian pengembangan pelabuhan terutama di koridor-koridor 1. Hasil kajian pengembangan Kinerja pelabuhan sungai dan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
meningkatkan fasilitas pokok prioritas pelabuhan sungai di koridor-koridor danau lebih baik 2. DLLASDP Terkait
pelabuhan sungai secara bertahap 2. Pengembangan pelabuhan sungai secara bertahap berdasarkan prioritas 2. Pemerintah Kota/
agar memenuhi standar klasifikasi skala prioritas (utama di koridor prioritas) sesuai pedoman teknis 2. Proses pengembangan pelabuhan Kabupaten Terkait
pelabuhan sungai sesuai peran dan Pembagunan Pelabuhan Sungai dan Danau sungai di koridor prioritas berjalan
fungsi serta volume kegiatan angkutan 3. Mendorong pengembangan dengan mengaplikasikan insentif (perencanaan, desain,
sungai di pelabuhan sungai pengembangan (hasil elemen pengembangan VI.4) pembangunan/ peningkatan
Catatan: pelabuhan-pelabuhan sungai di
• Pengembangan mencakup peningkatan kondisi dan desain koridor prioritas)
prasarana fisik menuju simpul angkutan sungai agar mudah 3. Aplikasi insentif, utamanya di
dicapai. Hal in terkait juga dengan pengembangan standar teknis koridor prioritas
dan desain dermaga angkutan sungai
e. Mengembangkan bentuk atau mekanisme Optimalisasi elemen pengembangan I.2 dan VI.1 dengan 1. Idem I.2 Kesepahaman antar pemangku 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
kerjasama antar stakeholders agar mengagendakan pula proses pengintegrasian dua terminal yang 2. Idem VI.1 kepentingan untuk mengupayakan 2. DLLASDP Terkait
dapat tercipta sistem interkoneksi- berbeda di koridor-koridor potensial tertentu dengan melibatkan Catatan: utamanya antar pemangku Keterpaduan antar terminal 2. Pemerintah Kota/
interoperability yang menghubungkan kepentingan terkait (antar terminal) sebagai single seamless service Kabupaten Terkait
dua terminal dari moda yang berbeda, 3. Penyelenggara
khususnya untuk angkutan orang barang terminal lain (mis.
Laut, udara, jalan)
f. Mengembangkan dan menambah simpul 1. Kajian Terminal Terpadu Angkutan Sungai & Danau (Melengkapi 1. Hasil kajian terminal terpadu Keterpaduan antar terminal 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
angkutan sungai yang terpadu elemen pengembangan I.1.e) 2. 3x Rapat DLLASDP terasa sebagai single seamless 2. DLLASDP Terkait
dengan moda lain dengan 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pelaksanaan Pilot Project service 2. Pemerintah Kota/
mengembangkan sarana-prasarana dan di DLLASDP 4. Rencana program selanjutnya Kabupaten Terkait
sistem interkoneksi-interoperability yang
3. Pilot project di satu atau lebih koridor prioritas yang feasible 5. Aplikasi pengembangan terminal terp 3. Penyelenggara
menghubungkan dua terminal dari moda 4. Monitoring dan evaluasi terminal lain (mis.
yang berbeda, khususnya untuk angkutan 5. Pengembangan lebih lanjut sistem penyatuan antar terminal antar
orang-barang atau barang moda
Catatan:
• Pengembangan terminal antarmoda akan menemui kendala
sektoral serta tidak sesuai dengan kondisi lingkungan fisik simpul
yang ada. Solusinya adalah pengembangan simpul terpadu,
mencakup: angkutan sungai–laut, angkutan sungai–udara
(khususnya di Papua), angkutan sungai–kereta api (khususnya
Sumatera dan Kalimantan), angkutan sungai–jalan
g. Mengembangkan sistem penyatuan 1. Kajian sistem penyatuan & penanganan muatan barang angkutan 1. Hasil kajian penyatuan & Penanganan muatan barang ASD 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
muatan barang angkutan sungai sungai penanganan muatan barang ASD semakin efektif dan efisien 2. DLLASDP Terkait
berserta sistem penanganannya 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 2. 3x Rapat DLLASDP 2. Pemerintah Kota/
(handling ) secara efektif dan efisien di DLLASDP 3. Pelaksanaan Pilot Project Kabupaten Terkait
sesuai dengan kebutuhan pengguna. 3. Pilot project di satu atau lebih koridor prioritas yang feasible 4. Rencana program selanjutnya 3. Penyelenggara
Sistem tersebut mencakup standar teknis 4. Monitoring dan evaluasi 5. Aplikasi pengembangan sistem terminal lain (mis.
dan desain 5. Pengembangan lebih lanjut sistem penyatuan muatan barang penyatuan & penanganan muatan Laut, udara, jalan)
barang di beberapa koridor
prioritas yang lain
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
4. Pengembangan Secara Umum di Jaringan
Pelayanan Angkutan Sungai
a. Menghilangkan hambatan fisik dan non- 1. Revitalisasi alur pelayaran sungai (penataan, pengerukan, atau 1. Aksesibilitas dan kapasitas Alur pelayaran sungai semakin 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
fisik terutama di koridor prioritas pelebaran) secara berkala dimana terdapat pedangkalan hingga prasarana pelayaran sungai dan aman, selamat, dan nyaman 2. DLLASDP Terkait
secara rutin dan berkala mengganggu kelancaran pelayaran sungai, terutama di koridor danau makin besar 2. Pemerintah Kota/
prioritas 2. Alur pelayaran sungai makin aman Kabupaten Terkait
2. Pegembangan, pembangunan, dan pengoperasian pos-pos dilayari bahkan dimalam hari 3. Ditjen Phb.Laut
pengawasan pelayaran sungai yang juga memiliki kapasitas 3. Kegiatan di dan sekitar sungai dan
sebagai sweeper (Pemelihara dan pembersih alur sungai dari danau memperhatikan dampak
obstacle yang ada di ruas sungai) terhadap pelayaran sungai dan
3. Optimalisasi elemen pengembangan I.2 dan IV.1 untuk penataan danau
kegiatan di sungai atau sekitar sungai sehingga tidak mengganggu
alur pelayaran (terjadi harmonisasi kegiatan di sungai atau sekitar
sungai sehingga tidak mengganggu alur pelayaran (seperti Peti,
Keramba, tempat pembuangan kotoran/ sampah dsb))
b. Pengadaan, melengkapi, dan merawat 1. Kajian teknis penempatan SBNP dan kebutuhan vitalisasi alur sungai 1. Letak kebutuhan SBNP dan vitalisasi Alur pelayaran sungai semakin 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
sarana bantu navigasi di lokasi tertentu 2. Penyediaan dan pemeliharaan SBNP secara berkala alur aman, selamat, dan nyaman 2. DLLASDP Terkait
sesuai dengan kondisi kegiatan, lalu- Catatan: 2. Jumlah SBNP bertambah 2. Pemerintah Kota/
lintas, dan alinyemen alur • Lokasi tertentu dimaksud adalah ruas sungai yang rawan Kabupaten Terkait
kecelakaan angkutan sungai dan banyak hambatan alur pelayaran 3. Ditjen Phb.Laut
(gosong, onggokan batu, riam, pusaran air, arus deras/kuat
ataupun tikungan tajam). Ruas sungai yang mempunyai frekuensi
lalu lintas kapal paling padat. Ruas sungai yang alur pelayarannya
mudah tererosi atau merupakan kawasan hutan lindung. Ruas
sungai yang daerah alirannya termasuk wilayah pengembangan
c. Mengembangkan desain kapal sungai Optimalisasi aplikasi elemen pengembangan I.1.k 1. Desain Teknis kapal SD Kapal SD sesuai kebutuhan teknis 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
sesuai kondisi fisik sungai untuk muatan 1. Kajian Desain Teknis rancang bangun kapal Sungai dan Danau 2. 3x Rapat DLLASDP & sosial, lebih ekonomis, & lebih 2. DLLASDP Terkait
orang-barang 2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan 3. Pelaksanaan Pilot Project ramah lingkungan 2. Pemerintah Kota/
di DLLASDP 4. Rencana program selanjutnya Kabupaten Terkait
3. Pilot project di satu atau lebih koridor prioritas yang feasible 5. Aplikasi pengembangan kapal 3. Biro Klasifikasi
4. Monitoring dan evaluasi sungai dan danau di beberapa Indonesia
5. Pengembangan lebih lanjut rancang bangun kapal Sungai dan koridor prioritas yang lain
Danau
Catatan:
• Beberapa studi menunjukan diperlukan kapal sungai mampu
memiliki kecepatan diatas 10 knot, namun tidak mengakibatkan
gelombang dan kebisingan besar sesuai dengan toleransi
lingkungan, atau memenuhi asas keselamatan dan keamanan.
Desain kapal sungai tersebut juga harus memiliki interface yang
baik (aplikatif) untuk menjembatani perpindahan orang-barang
dari kapal ke dermaga secara aman, nyaman, dan selamat.
Disamping itu kapal sungai harus memiliki bagasi yang nyaman
untuk angkutan campuran orang-barang
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
d. Memberikan bantuan kelayakan teknis 1. Inventarisasi kebutuhan bantuan kelayakan teknis kapal dan 1. Daftar kebutuhan bantuan teknis Kapal SD lebih selamat, catatan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
kapal dan perlengkapan keselamatan perlengkapan keselamatan pelayaran untuk transportasi sungai dan perlengkapan keselamatan kecelakaan kapal turun 2. DLLASDP Terkait
pelayaran (misalnya pelampung) kepada sesuai kondisi lokal 2. SOP pemberian bantuan teknis 2. Pemerintah Kota/
pemilik kapal. Kemudian tahap berikutnya 2. kapal dan perlengkapan Kabupaten Terkait
melakukan pengadaan tempat dan Penyusunan SOP untuk pemberian bantuan kelayakan teknis kapal keselamatan pelayaran
peralatan untuk pengujian kelayakan dan perlengkapan keselamatan pelayaran untuk transportasi 3. Bantuan tersalurkan tepat sasaran
sarana transportasi sungai tersebut sungai agar lebih transparan, obyektif melibatkan pemangku 4. Ada tempat pengujian kelayakan
kepentingan, sesuai ketentuan yang jelas, dan akuntabel sarana transportasi sungai
3. Sosialisasi dan pemberian bantuan kelayakan teknis kapal dan
perlengkapan keselamatan pelayaran
4. Melengkapi fasilitas dan peralatan beberapa pos penjagaan untuk
pengujian kelayakan sarana transportasi sungai (dengan dasar
hukum Peraturan dan Pedoman teknis yang ada)
e. Melakukan program kampanye Optimalisasi elemen pengembangan IV.1: 1. Dukungan sumberdaya untuk Persepsi pengambil kebijakan 1. Ditjen Phb. Darat Idem IV.1, antara lain:
(promosi) dan sosialisasi untuk 1. Proses mendapatkan komitmen yang tinggi dari manajemen dan kampanye dan sosialisasi publik, publik, dan pelaku usaha 2. DLLASDP 1. Kementerian
memperbaiki image angkutan sungai penyedia anggaran akan perlunya program kampanye dan 2. Strategi kampanye dan sosialisasi terhadap transportasi sungai Koordinator Bidang
sosialisasi untuk mendapatkan dukungan lingkungan strategis 3. Kegiatan kampanye dan sosialisasi berubah, lebih positif mendukung Perekonomian
nasional dan lokal untuk mengoptimalkan pemanfaatan peran ke pengambil kebijakan publik, pemanfaatan transportasi sungai 2. Pemerintah Provinsi
transportasi sungai karena terbukti lebih ramah lingkungan dan publik, dan pelaku usaha Terkait
hemat energi, serta efektif memperbaiki kualitas hidup masyarakat 4. Rencana program kampanye dan 3. Pemerintah Kota/
sekitar sungai sosialisasi selanjutnya Kabupaten Terkait
2. Kajian perumusan strategi kampanye dan sosialisasi untuk 4. Kementerian
pengambil kebijakan publik, publik, dan pelaku usaha Komunikasi dan
3. Program kampanye dan sosialisasi baik ke internal stakeholders 5. Kementerian
maupun eksternal stakeholders Lingkungan Hidup
4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kampanye dan 6. Kementerian
sosialisasi yang telah disusun Kebudayaan &
Catatan: Pariwisata
• Memperbaiki image angkutan sungai dari image angkutan “kelas
bawah” menjadi angkutan strategis karena terbukti lebih ekonomis
dan ramah lingkungan dibandingkan moda lain. Mempromosikan
bahwa angkutan sungai sejalan dengan kelestarian lingkungan
sungai, angkutan sungai mendukung citra dan wajah unik daerah
dengan menjadikan alur pelayaran sungai menjadi land mark
daerah (konsep water front city)
f. Menggunakan teknologi informasi agar Idem I.3 Idem I.3 Kinerja jaringan pelayanan lalu- Idem I.3 Idem I.3
kinerja jaringan pelayanan lalu-lintas 1. Proses mendapatkan komitmen atau support dari seluruh internal 1. Dukungan internal stakeholders lintas angkutan sungai semakin 1. Ditjen Phb. Darat 1. Kementerian
angkutan sungai semakin teratur dan stakeholders untuk mendukung keberhasilan implementasi dan dinyatakan dalam kesediaan untuk teratur dan tepat waktu. 2. DLLASDP Komunikasi dan
tepat waktu pengembangan sistem manajemen dan administrasi berbasis ikut pelatihan Disamping itu, kinerja jaringan Informatika
Teknologi Informasi 2. Tersedia cukup banyak SDM yang pelayanan lalu-lintas angkutan 2. Pemerintah Provinsi
2. Penyiapan sumber daya manusia (SDM), DLLASDP (termasuk memiliki kecakapan di bidang TI sungai dapat termonitor setiap Terkait
penyelenggara ASD daerah) harus memiliki SDM yang memiliki waktu (real time), terbentuk data 3. Pemerintah Kota/
kecakapan untuk penerapan dan pengembangan sistem informasi 3. Tersedia dukungan dana untuk base yang baik, utilitas Kabupaten Terkait
dan administrasi berbasis teknologi infomasi. Hal ini dapat diatasi tahun jamak pemanfaatan angkutan sungai 4. Ditjen Phb. Laut
dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan mengadakan 4. Instalasi software, network, dapat maksimal, dan keterpaduan
sosialisasi sebelum teknologi informasi yang baru tersebut hadrware, & dokumentasi antar moda dapat optimal.
dijalankan
3. Pendanaan, kesiapan pendanaan/investasi harus diperhatikan
dengan benar, karena investasi untuk Teknologi Informasi hasilnya
tidak langsung terasa oleh organisasi
4. Pengadaan infrastruktur yaitu perangkat keras dan lunak yang
tersedia harus yang benar-benar dibutuhkan
Catatan:
• Teknologi informasi tidak selalu mahal, namun tetap dapat tepat
guna, terutama dimanfaatkan untuk Inventory Tagging, Brokering,
dan Real Time Tracking (Scheduling, Planning, Execution, and
Follow-up)
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
g. Pembuatan dan pemasangan papan 1. Membuat model papan informasi yang informatif (mencakup 1. Model papan informasi & SOP Pengguna mengetahui dan sadar 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
informasi mengenai pelayanan desain, isi, letak, jumlah dsb) sesuai tujuan pemasangan papan pemasangan jadwal dan kegiatan pelayanan 2. DLLASDP Terkait
transportasi sungai di setiap pelabuhan informasi 2. Jml papan informasi bertambah angkutan sungai 2. Pemerintah Kota/
sungai terutama di koridor prioritas 2. Mendorong pembuatan dan pemasangan papan informasi 3. Jml pengoperasian papan informasi Kabupaten Terkait
mengenai pelayanan transportasi sungai bertambah
3. Mendorong pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan papan
informasi mengenai pelayanan transportasi sungai
h.1 Fokus dan timing pengembangan 1. Mendorong pengembangan koridor prioritas dengan 1. Program pengembangan koridor Kinerja jaringan pelayanan lalu- 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
jaringan pelayanan angkutan sungai mengembangkan berbagai insentif (optimalisasi elemen prioritas lintas angkutan sungai meningkat, 2. DLLASDP Terkait
ditentukan sesuai prioritas koridor pengembangan VI.4) 2. Program pengembangan trayek khususnya dalam aspek 2. Pemerintah Kota/
pengembangan. Fokus pengembangan 2. Mendorong pengembangan trayek tetap dan teratur terutama di tetap teratur ASD di koridor aksesibilitas dan keteraturan Kabupaten Terkait
diwujudkan dengan mendukung segala koridor prioritas dengan mengembangkan berbagai insentif prioritas 3. Ditjen Phb. Laut
inisiatif positif yang dapat memperlancar (optimalisasi elemen pengembangan VI.4) 3. Program pengembangan prasarana
pergerakan angkutan sungai di koridor 3. Mendorong pengembangan prasarana terutama di koridor prioritas di koridor prioritas
prioritas. (elemen pengembangan VII.3) 4. Program pengembangan jaringan
Pembuatan turap/talud penahan 4. Mendorong pengembangan peran khusus sebagai penghubung pelayanan ASD untuk angkutan
lereng/tebing sungai yang rawan longsor logistik komoditas kunci nasional khusus
dan memiliki tinggi jagaan air yang 5. Daftar kebutuhan turap/ talud
h.2 rendah di beberapa bagian ruas sungai, 1. Inventarisasi kebutuhan pembangunan turap/talud penahan 6. Proposal bantuan pembangunan
terutama di koridor prioritas lereng/tebing sungai 7. Pembangunan turap/ talud
2. Rekomendasi bantuan dan proses mendapatkan persetujuan, yang 8. Rencana program selanjutnya
merupakan pembahasan di DLLASDP
3. Program pembangunan turap/talud penahan lereng/tebing sungai
4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pembangunan
turap/talud penahan lereng/tebing sungai
i. Penambahan jumlah armada, menambah 1. Kajian pengembangan jumlah armada, menambah frekuensi, dan 1. Hasil kajian pengembangan 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
frekuensi, dan penyesuaian tarif (agar penyesuaian tarif terutama di koridor-koridor prioritas armada, frekuensi, dan tarif 2. DLLASDP Terkait
dapat bersaing, jika perlu disubsidi) 2. Pengembangan jumlah armada, menambah frekuensi, dan 2. Proses pengembangan armada, 2. Pemerintah Kota/
terutama di koridor prioritas penyesuaian tarif secara bertahap berdasarkan skala prioritas frekuensi dan tarif di koridor Kabupaten Terkait
(utama di koridor prioritas) sesuai pedoman teknis pengoperasian prioritas berjalan
kapal sungai dan danau 3. Aplikasi insentif, utamanya di
3. Mendorong pengembangan dengan mengaplikasikan insentif koridor prioritas
pengembangan (hasil elemen pengembangan VI.4)
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
VIIIPengembangan Secara Umum Berdasarkan
Fungsi Jaringan Pelayanan Lalu-lintas
Angkutan Sungai
1. Pengembangan Secara Umum di Koridor 1. Kajian kebutuhan dan pengembangan insentif untuk transportasi 1. Hasil kajian pengembangan insentif Pemanfaatan transportasi sungai 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
dengan fungsi sebagai Penunjang dengan sungai sesuai kondisi lokal untuk transportasi sungai sesuai di koridor dengan fungsi 2. DLLASDP Terkait
insentif dan optimalisasi bagi pelaku usaha 2. Lokakarya pengembangan insentif untuk transportasi sungai sesuai kondisi lokal penunjang makin besar dengan 2. Pemerintah Kota/
angkutan sungai yang melayani koridor ini kondisi lokal 2. Kesepakatan dalam forum peran serta pemerintah secara Kabupaten Terkait
mencakup bantuan teknis, operasional, dan 3. Penyusunan SOP untuk pemberian insentif agar lebih transparan, lokakarya berkala makin berkurang
pemasaran obyektif melibatkan pemangku kepentingan, sesuai ketentuan yang 3. SOP untuk pemberian insentif
jelas, dan akuntabel
Catatan:
• Bantuan teknis berupa: penyediaan alur pelayaran sungai, desain
standar dan pengadaan kapal sungai, teknik standar penyatuan
dan penanganan barang, desain standar interkoneksi antar
terminal, dan teknologi informasi yang tepat guna
• Bantuan operasional dapat berupa: subsidi tarif (dalam jangka
pendek dikurangi hingga nol), kemudahan perizinan dan
deregulasi, batuan mekanisme pengaturan rute dan lalu-lintas
kapal di alur pelayaran kritis, pembentukan dan pembinaan wadah
organisasi kerjasama antar stakeholders, pengoperasian IT,
standar operasi pemeliharaan sarana dan prasarana, dan standar
operasi penanganan muatan orang-barang
• Batuan pemasaran dapat berupa kampanye, sosialisasi, dan
promosi pemanfaatan angkutan sungai, disamping itu penataan
persaingan usaha yang sehat antar pelaku usaha
• Pengembangan pelayanan di koridor ini masih membutuhkan
intervensi pemerintah. Namun insentif berupa subsidi dapat
dihilangkan dalam jangka menengah. Regulasi pembatasan
muatan angkutan jalan dan keharusan beberapa angkutan
komoditas tertentu melalui sungai (jalan khusus), serta insentif
bagi pelaku usaha yang melayani angkutan sungai rute di koridor
ini masih dibutuhkan.
Tahapan Implementasi
Elemen Pengembangan Strategi Jangka Menengah Jangka Panjang Output Outcome Penanggung Jawab Instansi Terkait
2011-2016 2017-2031
2. Pengembangan Secara Umum di Koridor 1. Kajian kebutuhan intervensi pemerintah (regulasi) untuk 1. Hasil kajian perumusan regulasi Pemanfaatan transportasi sungai 1. Ditjen Phb. Darat 1. Pemerintah Provinsi
dengan fungsi sebagai Pendorong dengan mendukung transportasi sungai sesuai kondisi lokal untuk mendukung transportasi di koridor dengan fungsi 2. DLLASDP Terkait
intervensi pemerintah untuk mendorong 2. Lokakarya kebutuhan payung hukum (regulasi) untuk mendukung sungai sesuai kondisi lokal pendorong makin besar 2. Pemerintah Kota/
pemanfaatan transportasi sungai di koridor transportasi sungai sesuai kondisi lokal 2. Kesepakatan dalam forum Kabupaten Terkait
ini, yaitu berupa regulasi-regulasi yang 3. Mendorong penyiapan Rancangan Peraturan (penyusunan naskah lokakarya
mendukung inisiatif (initiatives draft), naskah akademik (academic draft), dan 3. Proses penyiapan Rancangan
naskah rancangan Peraturan (legal draft)) Peraturan berjalan di beberapa
4. Mendorong proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan daerah
pembahasan di instansi yang berwenang 4. Proses pembahasan Rancangan
5. Proses pengesahan oleh Pejabat yang berwenang Peraturan berjalan di beberapa
Catatan: daerah
• Intervensi dapat berupa regulasi pembatasan muatan angkutan 5. Peraturan yang mendukung di sah
jalan dan keharusan beberapa angkutan komoditas tertentu kan di beberapa daerah
melalui sungai (jalan khusus), serta insentif bagi pelaku usaha
yang melayani angkutan sungai rute di koridor ini
• Insentif bagi pelaku usaha angkutan sungai yang melayani koridor
dengan fungsi pendorong mencakup bantuan teknis, operasional,
dan pemasaran
• Bantuan teknis berupa: penyediaan alur pelayaran sungai, desain
standar dan pengadaan kapal sungai, teknik standar penyatuan
dan penanganan barang, desain standar interkoneksi antar
terminal, dan teknologi informasi yang tepat guna. Disamping itu,
bagi koridor dengan pelayaran sungai-laut, untuk angkutan orang-
barang dan wisata, bantuan teknis dapat berupa penyediaan alur
pelayaran sungai-laut, desain standar dan pengadaan kapal sungai-
laut (perairan pantai) untuk wisata, serta desain standar
interkoneksi antar terminal penumpang untuk wisata.