KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Asertif
1. Pengertian
Kata asertif berasal dan bahasa Inggris yaitu "to assert" yang berarti positif
yaitu menyatakan sesuatu dengan terus-terang atau tegas serta bersikap positif
(Fensterheim dan Baer dalam Syarani, 1995). Menurut Mallot, dkk (Prabana,
1997), “to assert” artinya sebagai cara menyatakan sesuatu dengan sopan
"to assert" berarti meminta seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara
arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakaan dengan sopan dan bermaksud
dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan,
adalah sebagai berikut, menurut Davis (1981), perilaku asertif adalah perilaku
yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan
perilaku pribadi menyangkut emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, tanpa
7
Taubmaa (Retaaningsih, 1992) mengartikan assertiveness sebagai ekspresi
perasaan, dan keyakinan secara langsung, lujur, dan tepat. Weaver (Susanto,
yang ada dalam pikiran dan perasaan dengan yakin. Perilaku asertif seseorang
pada hakekatnya mencakup tiga klasifikasi umum perilaku, yaitu tepat dalam
cara menolak permintaan orang lain, ekspresi yang tepat dari pikiran-pikiran dan
dan kebutuhan individu pada orang lain serta untuk mendapatkan penghargaan
8
lebih khusus lagi, Kanfer dan Goldstein (Syarani, 1995) menyatakan bahwa
orang yang asertif akan dapat membela diri ketika diperlakukan secara tidak
Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih bersifat terbuka,
dalam Syarani, 1993) karena respon asertif lebih bersifat akomodatif daripada
Alberti dan Emmons, dkk (Retnaningsih, 1992) menyatakan bahwa orang asertif
diasumsikan memiliki konsep diri yang positif yaitu salah satu cirinya adalah
asertivitas atau tegas sering disebut pula dengan ketegasan diri dalam
Adapun aspek-aspek dari perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (2002),
9
a) Kontak Mata
disampaikan.
b) Sikap Tubuh
Sikap tubuh yang ditunjukkan oleh individu yang asertif adalah sikap tubuh
yang aktif dan tegak. Sikap berdiri yang membungkuk dan pasif
d) Ekspresi Wajah
10
e) Mendengarkan
f) Isi
yaitu:
penghargaan secara tulus pada orang lain serta sikap individu yang
mempertahankan pembicaraan.
11
3. Pembentukan Perilaku Asertif
a) Kejujuran (Honesty)
Perilaku asertif akan suiit diwujudkan jika seseorang tidak jujur karena
keputusannya tanpa rnenyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada
dirinya. Dengan rasa tanggung jawab terhadap apa yang akan ter jadi pada
Menurut Bandura (Martani dan Adiyanti, 1991) percaya diri adalah sebagai
diharapkan dan diinginkan. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang
anggapan bahwa hal – hal yang negatif akan terjadi jika ia melakukan
12
sesuatu sehingga tidak yakin bahwa perilaku tersebut justru akan membawa
pada perubahan yang positif. Orang asertif, dengan percaya diri yang
a) Jenis Kelamin
dan lebih tenang, perempuan lebih mudah terpengaruh dan lebih bersifat
b) Harga diri
asertif diasumsikan memiliki konsep diri yang positif Orang yang memiliki
konsep diri positif dengan sifat-sifat penerimaan diri, evaluasi diri yang
positif dan harga diri yang tinggi akan membuat mereka merasa aman.
Konsep diri berkorelasi positif dengan perilaku asertif, karena harga diri
merupakan bagian dari konsep diri artinya seseorang yang harga dirinya
rendah maka konsep dirinya rendah (Retnaningsih, 1992). Rasa percaya diri
13
pada orang yang memiliki konsep diri positif akan memberikan keberanian
lain tanpa disertai kecemasan, mampu rnenerima pikiran dan perasaan orang
diri dengan asertivitas mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling kait
orang tua maupun anggota keluarga lainnya sangat menentukan pola respon
kelak. Seorang anak yang selalu mendapat larangan setiap kali melakukan
asertif berkembang secara bertahap sebagai hasil mteraksi antara anak dan
orang tua serta orang – orang dewasa lain disekitarnya karena semenjak anak
14
kompetitif. Hasil penelitian Sari (1989) dibuktikan bahwa anak laki – laki
maupun pada bantuan orang dewasa, dan mereka lebih berani menghadapi
orang tua terhadap anak perempuan dan anak laki-laki. umumnya orang tua
ekspresi wajah tidak suka atau dimarahi secara verbal sedangkan pada anak
laki – laki lebih banyak dikenai hukuman fisik. Hal ini menyebabkan anak
d) Tingkat pendidikan
formal yang dialami individu akan berakibat besar terhadap sikap, konsepsi,
dan cara berpikir. Dalam bertingkah laku, lebih fleksibel lebih terbuka
terhadap pembaharuan, serta ingatan dan perasaannya lebih luas, ini akan
15
membawa seseorang menjadi percaya diri yang orientasi segala perilakunya
Corey (1991) dalam Gunarsa (2004: 220), mengemukakan bahwa latihan asertif
tersinggung.
dari keberadaannya.
perasaannya.
asertif merupakan sikap yang diperoleh manusia dari bawaan atau keturunan,
namun asertif merupakan sikap yang diperoleh dari belajar dan latihan yang
dibiasakan. Untuk itu selain dengan bantuan konselor, kita juga dapat
melatihnya sendiri.
16
Rini (dalam Sunardi, 2010:5) menguraikan beberapa tips agar kita bisa
a) Bersikap pasti.
Tentukan sikap yang pasti, apakah ingin menyetujui atau tidak. Jika merasa
belum yakin dengan suatu pilihan, maka bisa minta kesempatan berpikir
sampai mendapatkan kepastian. Jika sudah merasa yakin dan pasti akan
pilihan sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan juga merasa
b) Bertanya.
lain.
untuk penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju. sepertinya saya
permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti
17
f) Gunakan kata-kata “Saya tidak akan...” atau “Saya sudah memutuskan
untuk...” dari pada “Saya sulit...”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan
untuk...” lebih menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.
g) Mengalihkan
sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat
menghentikan percakapan.
berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain).
“saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu, tapi secara
yang baik di mata orang lain, maka dia tidak perlu untuk merasa bersalah
kepada orang lain. Karena orang lain tidak merasa dirugikan atas perbuatan
j) Bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan
kepentingan masing-masing.
18
B. Layanan Konseling Kelompok Teknik Home Room
1. Hakikat Layanan Bimbingan Kelompok
Di awal abad ke-21 ini dunia pendidikan di Indonesia mulai memasuki era
tenaga profesional” (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2), dan “profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
Guru pembimbing atau konselor sekolah, yang adalah pendidik (UU No.20
guru pembimbing yang terdapat dalam pola 17 plus yang terdiri dari enam
19
Bimbingan Kelompok merupakan kegiatan untuk mencegah masalah- masalah
dilakukan di luar jam sekolah, misalnya setelah pulang sekolah. Penjelasan teori
herenow level, without necessarily having full knowledge nor even seeking full
untuk membahas suatu topik yang menjadi perhatian dan merupakan kondisi
20
yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Berbagai informasi berkenaan
dengan orientasi siswa baru, pindah program dan peta sosiometri siswa serta
dinyatakan bahwa kelompok berarti kumpulan dua orang atau lebih”. Dalam
dkk, 2007:66).
bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis
21
kemampuan beradaptasi, dan segi lain diperoleh berbagai informasi, wawasan,
pemahaman, nilai dan sikap, serta berbagai alternatif yang akan memperkaya
dapat digunakan untuk menyusun rencana, mengambil keputusan yang tepat dan
memberikan informasi mengenai bidang belajar, karier, pribadi dan sosial pada
22
kejiwaan yang bersifat negatif) 6) Dapat bertenggang rasa 7) Menjadi akrab satu
sama lainnya 8) Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau
hal- hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan
suasana yang permisif. 3) Untuk mencapai tujuan- tujuan bimbingan secara lebih
masalah- masalah yang umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau
kesulitan pada diri peserta didik, mengubah sikap dan perilaku peserta didik
23
ingin dicapai melalui layanan bimbingan kelompok yaitu pengembangan
pribadi, dan pembahasan masalah atau topik-topik umum secara luas dan
Dari tujuan yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli di atas dapat
bersama- sama memperoleh berbagai bahan atau informasi (terutama dari guru
24
permasalahan yang dibicarakan pada kelompok sehingga terjadi
kelompok.
positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau konselor.
yang menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan diharapkan dapat
25
mengungkapkan masalah-masalah yang tak dapat dibicarakan dalam kelas pada
dalam ruangan atau kelas dalam bentuk pertemuan antara konselor atau guru
masalah sosial, masalah tata tertib dan moral, cara berpakaian, atau masalah-
sekelompok siswa di luar jam- jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan
kelompok yang dilakukan dalam ruang atau kelas dalam bentuk pertemuan
antara konselor atau guru dengan kelompok untuk membicarakan beberapa hal
26
yang dianggap perlu terutama hal- hal atau masalah- masalah yang berhubungan
dengan pelajaran, kegiatan sosial, masalah tata tertib dan moral, cara berpakaian,
atau masalah- masalah lain di luar sekolah”. Senada dengan pendapat yang di
Homeroom yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar
guru dapat mengenal peserta didiknya lebih baik, sehingga dapat membantunya
secra efisien”.
dilakukan diluar jam pelajaran dan dibentuk dengan suasana kekeluargaan yang
adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan seperti suasana rumah yang
menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan nyaman sehingga dapat
mengungkapkan masalah - masalah yang tak dapat dibicarakan dalam kelas pada
a) Besifat kekeluargaan
b) Bersifat terbuka
c) Bebas
d) Menyenangkan
e) Berkelompok
27
Tujuan dari pelaksanaan teknik Homeroom
pengakhiran.
a) Tahap Pembentukan.
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap
pemasukan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. pada tahap ini pada
28
tahap ini peranan utama pemimpin ialah merangsang dan memantapkan
dapat digunakan untuk dalam tahap ini 1) Teknik pertanyaan dan jawaban 2)
b) Tahap Peralihan
Tahap kedua adalah ‘jembatan’ antara tahap pertama dan ketiga adakalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota
kelompok dapat segera memasuki tahap ketiga dengan penuh kemauan dan
29
c) Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang
menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek perlu
mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. Tahap ini ada
bahasan
d) Tahap Pengakhiran
kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah di capai pada
kelompok itu. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu :
30
Focus pelaksanaan kegiatan pada dalam teknik home room ini dimulai
asertif siswa
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang memiliki kaitan terhadap salah satu
1) Tria Ratna Dewi & Drs. H. Sutijono, MM dalam penelitian yang berjudul
Surabaya
Kelas VII D SMP Negeri 14 Yogyakarta. Hasil penelitan yang telah dilakukan
untuk masing-masing aspek, yaitu aspek memiliki komitmen yang tinggi, aspek
31
3) Syahbana dalam penelitian yang berjudul “ Meningkatkan Kemampuan Asertif
Bermain Peran Pada Siswa Kelas XII Bahasa SMA N 1 Ungaran Tahun Ajaran
Ztabel= 1,96 maka hasilnya signifikan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan
konten dengan metode diskusi kelompok dan bermain peran, oleh karena itu
32
tersebut dan menghormati perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, dan kebutuhan-
asertif siswa kelas XII Bahasa I SMAN I Nubatukan dengan layanan bimbingan
kelompok teknik home room. Adapun skema kerangka berfikir dalam penelitian ini
33