PENDAHULUAN
pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan
mendidik. Dalam hidup anak pendidikan memiliki tempat dan peran yang
merupakan karya Allah sendiri yang menyapa dan membimbing anak menuju
menjalankan hak dan kewajiban yang utama dan pertama itu mereka dibantu
oleh Negara dan lembaga pendidikan. Terkait dengan pendidikan iman, hal
1
itu berarti bahwa orangtualah yang memiliki hak dan kewajiban pertama dan
dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan pastor, katekis dan guru agama.
pendidikan iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan iman masing-
masing.
iman yang dilaksanakan secara formal dalam konteks sekolah yang disebut
realisasi tugas dan perutusannya untuk menjadi pewarta dan saksi Kabar
Gembira Yesus Kristus. PAK peserta didik dibantu dan dibimbing agar
Dengan kata lain PAK bertujuan membangun hidup semakin beriman peserta
Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Kerajaan Allah merupakan situasi dan
2
keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesatuan,
siswa untuk beriman saja tetapi juga menjadikan siswa sebagai orang yang
kompetensi yang hendak dicapai, memiliki uraian sistematis, tes yang standar
Selain itu Salah satu kunci untuk mewujudkan pendidikan yang demikian
adalah adanya motivasi yang tinggi dan terpelihara dalam diri peserta didik.
motivasi belajar yang tinggi dan tetap terpelihara tidaklah setiap saat dapat
sulit dipahami oleh siswa karena materi yang terdapat dalam buku paket
sangat terbatas. Di sisi lain, guru belum banyak yang membuat bahan ajar
untuk membantu siswa mudah belajar mandiri. Kita berharap anak dapat
mencapai prestasi secara optimal, namun yang kita jumpai adalah anak
belajar siswa merupakan masalah yang perlu disikapi secara serius oleh
3
pelajaran Agama Katolik merupakan pelajaran yang membosankan. Selain itu
jam pelajaran yang terjadi pada siang hari. Hal ini membuat anak semakin
belum optimal. Hal itu dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang diperoleh
Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar PAK Siswa Kelas X Bahasa SMA Negeri 2
Nubatukan pada KD 3.11 dan KD 4.11
Banyak Siswa yang Banyak Siswa
Mendapat Nilai Diatas Mendapat Nilai
Materi Pelajaran atau sama dengan KKM Dibawah KKM
nilai di atas atau sama dengan KKM pada materi Tritunggal Mahakudus
57,14%. Kemudian pada materi Peran Roh Kudus bagi Gereja 10 siswa
mencapai KKM atau sebanyak 52,38% siswa tidak mencapai KKM. Banyak
faktor yang menyebabkan hasil nilai siswa rendah, salah satunya model
4
konvensional. Guru lebih banyak aktif sedangkan siswa hanya pasif dalam
menerima materi ajar. Hal ini juga membuat matoivasi siswa dalam belajar
sesuai dengan materi ajar dan kebutuhan siswa. Salah satu model
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Hal ini mendorong
Mengingat materi ini merupakan pintu masuk untuk memahami dasar iman
dan Budi Pekerti sehingga motivasi dan hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan.
5
1.2 Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti belum optimal yaitu
masalah, maka peneliti akan menilai bahwa kegiatan penelitian ini akan
ini adalah bagaimana motivasi dan prestasi belajar PAK siswa kelas X Bahasa
6
1.5 Tujuan Penelitian
metode pembelajaran
pebelajaran
Negeri 2 Nubatukan.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
berasal dari kata “motion” yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak.
Berawal dari kata motif itu motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif dapat menjadi aktif pada saat-
diperlukan.
bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu
bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu
a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu
harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu,
8
mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu
mengandung tiga elemen penting yaitu; (1) bahwa motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi
ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi seseorang, (3) motivasi akan
keinginan.
9
122) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung
memperoleh perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku baik yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi
mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti, 2010 : 67). Motivasi
motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang
Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah
Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan
sebagai berikut:
10
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
3. Keinginan berprestasi
11
4. Keinginan untuk maju
motivasi yang kuat. Sri Hapsari (2005:74) membagi motivasi membagi dua
instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri
ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri seseorang.
12
a. Motivasi Intrinsik
yang kuat berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan John W Santrock
kegiatan.
intrinsik adalah motivasi yang kuat berasal dari dalam diri individu tanpa
2008 :50).
intrinsik akan aktif belajar sendiri tanpa disuruh guru maupun orang tua.
Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa dalam belajar akan lebik kuat lagi
13
endogen, faktor konstitusi, faktor dunia dalam, sesuatu bawaan, sesuatu
yang telah ada yang diperoleh sejak dilahirkan. Selain itu, motivasi
secara bertahap, maka dari proses tersebut terjadi proses internalisasi dari
dirinya.
b. Motivasi ekstrinsik
dari luar yang diberikan dari ketidak mampuan individu sendiri. Menurut
dorongan untuk berprestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat,
pujian dan nasehat guru, orang tua, dan orang lain yang dicintai.
14
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang akan dicapai. Jadi
motivasi dapat memberi arah kegiatan yang harus dikerjakan agar sesuai
dengan tujuannya.
(2006 :70-71) berpendapat bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan
suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang
15
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada
1. Pengertian Prestasi
tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti mencapai maka dapat
juga kita artikan sebagai pencapaian atau apa yang dicapai. Menurut
sebagainya).
usaha yang telah dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan
sedang prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang
2. Pengertian Belajar
16
something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah
praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar
yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Dengan kata
lain yang lebih rinci belajar adalah : (a) suatu aktivitas atau usaha yang
yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya
17
dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan
aspek psikis dan fisik), (d) perubahan tersebut relative bersifat konstan”.
sebagai produk atau hasil, b) sebagai proses, dan c) sebagai fungsi. Sebagai
produk terutama yang dilihat dalam bentuk akhir dari berbagai pengalaman
sikap. Adapun belajar sebagai proses terutama yang dilihat adalah apa yang
dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah
kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi
yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan
sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi
manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar
yang memadai.
18
3. Pengertian Prestasi Belajar
berlangsung.
garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itusendiri. Untuk
pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapatyang berbeda itu dapat
atau simbol yang lain. Menurut Winarno Surakmad (1982 :25) menilai
bahwa hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berartiulangan, ujian atau
ikutinya.
19
Menurut Winkel (1984 : 23) yang dimaksud dengan “Prestasiadalah bukti
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Untuk mencapai prestasi belajar
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat
dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa
(faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat
biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah
20
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a.Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
1) Kecerdasan/intelegensi
berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang
anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
21
intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor
2) Bakat
yang merupakan sesuatu yang “inhern” dalam diri seseorang sejak lahir
dan terikat dengan struktur otak. Bakat adalah kemampuan yang dibawa
2004: 91).
mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru
atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak
3) Minat
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
22
sangkut paut dengan dirinya. Prestasi belajar secara umum dapat
menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk
23
terhadap suatu obyek tetapi tidak disertai dengan lahirnya kekuatan
4) Motivasi
b. Faktor Ekstern
24
1) Keadaan Keluarga
karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar
2) Keadaan Sekolah
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
25
guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara
dan jumlahnya memadai, sesuai dengan jumlah bidang studi yang ada,
adanya teman yang baik dan adanya keharmonisan hubungan antara semua
personil di sekolah.
3) Lingkungan Masyarakat
yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses
kursus tertentu seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes dan lain-lain,
26
4) Faktor waktu
(Thursan Hakim, 2008 :20). Banyak siswa yang sulit mengatur waktu
materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
27
e. Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya
2) Berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif serta siswa ‘akting’
guru mengarahkan
6) Hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
a. Konstruktivisme (Constructivisme)
fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
28
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
b. Menemukan (inquiry)
diajarkanya.
29
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri):
c. Bertanya (Questioning)
siswa.
berguna untuk:
30
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
‘Sharing’ antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan yang
belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang
dsb)
e. Pemodelan (Modelling)
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa
31
f. Refleksi (Reflection)
Releksi cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke
pengetahuan yang baru diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci
siswa.
pembelajaran.
32
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
4) Berkesinambungan
5) Terintegrasi
keterampilan barunya.
Tabel 2.1
Perbedaan pola pemberdayaan konvensional dan kontekstual
No Konvensional Kontekstual
1 Menyandarkan pada hafalan Menyandarkan pada memori
spasial
2 Pemiilhan informasi ditentukan oleh Pemilihan informasi berdasarkan
guru kebutuhan individu siswa
3 Cenderung terfokus pada satu bidang Cenderung mengintregasikan
(disiplin tertentu) beberapa bidang (disiplin)
4 Memberikan tumpukan informasi pada Selalu mengaitkan informasi
siswa dengan pengetahuan awal yang
telah dimiliki oleh siswa
5 Penilaian hasil belajar hanya melalui Menerapkan penilaian autentik
kegiatan akademik berupa ujian dan melalui penerapan praktis
ulangan dalam pemecahan masalah
(Sogoz, 2003)
33
Pada pembelajaran kontekstual siswa tidak harus menghafal fakta- fakta
yang hasilnya tidak tahan lama, tetapi sebuah strategi yang mendorong
sendiri.
34
2.3 Penerapan CTL dalam Pembelajaran Agama Katolik
sehingga siswa dituntut untuk terus membaca. Hal tersebut tentu sangat
CTL. Dengan menerapkan pendekatan CTL pada materi bersikap kritis dan
antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan
35
2.5 Penelitian yang Relevan
terendah 55, dengan ketuntasan belajar 89,47%. Dari hasil yang peroleh
pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran CTL Siswa Kelas IV
mengingkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada pra tindakan rata-
rata hasil belajar siswa 64,6, siklus 1 rata-rata hasil belajar siswa 72,
36
2.6 Kerangka Berpikir Penelitian
Sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang juga
merupakan guru mata pelajaran pendidikan agama Katolik pada siswa kelas
guru aktif memberikan materi sedangkan siswa pasif dalam menerima materi
sebagai berikut :
Dan seterusnya
Gambar 2.1 Siklus PTK menurut Kurt Lewin
37
BAB III
METODE PENELITIAN
oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret
2019
38
3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
materi TritunggalMahakudus.
4. Subjek Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tes dan
observasi.
1. Tes
Tritunggal Mahakudus.
2. Observasi
observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Pada penelitian ini,
39
melalui lembar observasi dengan cara observer menilai sesuai kisi-kisi yang
Menurut Wina Sanjaya (2009: 84), instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar skala motivasi belajar, lembar
2011:79). Jenis skala motivasi belajar yang digunakan adalah skala Likert
PAK
sebagai berikut :
40
a) Motivasi Intrinsik 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya
masa depan.
Pilihan Jawaban
Skor Pernyataan Positip
Selalu 4
Sering 3
Jarangsekali 2
TidakPernah 1
2. Lembar observasi
41
Tabel 3.2
Kisi-kisi Aktivitas Belajar Siswa
Aspek yang
Indikator
diamati
Siswa memperhatikan saat guru memberikan
penjelasan
Siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang diberikan.
Aktivitas Siswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran
siswa saat Siswa berani dalam mengajukan pertanyaan.
pembelajaran Siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan
mata pada guru.
pelajaran Siswa membuat ringkasan saat guru memberikan
PAK di penjelasan
dalam kelas Siswa berpartisipasi dan bekerja sama dalam
kelompoknya
Siswa tekun mengerjakan tugas
Suasana pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan
yaitu centangan yang ada dalam kolom “ya” dan “tidak” serta kolom
digunakan oleh guru mata pelajaran atau teman sejawat yang bertugas
42
mengajar materi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL
Tabel 3.3
Kisi-kisi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4 5
I Kegiatan Pendahuluan
1 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran
2 Mengaitkan materi pembelajaran sekolah dengan
pengalaman peserta didik
3 Menyampaikan kompetensi, tujuan, dan rencana
kegiatan
II Kegiatan inti pembelajaran
1 Melakukan pretest
2 Materi pelajaran sesuai indikator materi
3 Menyiapkan strategi pembelajaran yang
mendidik
4 Menerapkan pembekalan pembelajaran saintifik
*)Menerapkan pembelajaran eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi (EEK) *)
5 Memanfaatkan sumber/media pembelajaran
6 Melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran
7 Menggunakan bahasa yang benar dan tepat
8 Berperilaku sopan dan santun
III Kegiatan penutup
1 Membuat kesimpulan dengan melibatkan peserta
didik
2 Melakukan posttest
3 Melakukan refleksi
4 Memberi tugas sebagai bentuk tindak lanjut
Jumlah Skor
Nilai =jumlah skor x 4 =
Skor total (75)
Kriteria Penskoran
Skor 5 : Sangat Baik, Jika aspek terlihat dan dinilai sangat baik
43
Skor 3 : Cukup, jika aspek terlihat dan dinilai cukup
kuantitatif.
belajar siswa. Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi dan
Skor Perolehan
PKS= × 100
Skor Maksimum
N = Nilai
Skor maksimum = 100
Sumber: Suci Nur Oktaviani (2017, hlm. 77)
44
Jumlah Siswa Tuntas Belajar
x 100
Jumlah Seluruh
Penelitian ini dilakukan beberapa siklus, dan setiap siklus terdiri dari
Dan seterusnya
Dan seterusnya
Gambar 3.1 Prosedur Siklus Penelitian menurut Kurt Lewin
1. Siklus 1
a. Perencanaa (planning)
45
Dalam perencanaan siklus 1, peneliti menetapkan seluruh rencana
CTL.
2) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan (acting)
presentasi
46
9) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
10) Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah
dipelajari
evaluasi
c. Pengamatan (Observing)
observer
d. Refkelsi (reflekting)
2. Siklus II
a. Perencanaan (planning)
47
1) Menyusun rencana perbaikan pada siklus 1 yang belum tercapai
3) Menyiapkan LKS
b. Pelaksanaan (acting)
Kristiani
dikerjakan
dipelajari
48
c. Pengamatan (observing)
oleh observer
d. Refleksi (reflecting)
siswa yang tuntas minimal 70% dari jumlah siswa. Adapaun kriteria
sebagai berikut:
49
> 75% = Baik sekali
2) Indikator Keberhasilan belajar, nilai:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berkaitan dengan penyajian data hasil penelitian, maka hal-hal yang dibahas
dalam penelitian ini adalah (1) hasil penelitian dan (2) pembahasan hasil
penelitian.
A. Hasil Pembahasan
CTL dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas X Bahasa
pendekatan CTL.
50
observasi terhadap subjek penelitian. Untuk memperkuat data tentang
a. Perencanaan pratindakan
kegiatan dan persiapan materi yang akan menjadi bahan pembelajaran siswa
oleh siswa.
b. Pelaksanaan Pratindakan
dari guru dan dilanjutkan berdoa bersama-sama. Pada awal kegiatan, guru
51
berlangsung, hasil observasi menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
saat pembelajaran memasuki waktu siang hari. Siswa masih banyak yang
sibuk dengan kegiatan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.
Tabel 4.1
Motivasi Belajar Siswa Pratindakan
Jumlah
Kategori Persentasi
Siswa
Sangat Baik -
Baik 6 28 %
Cukup 7 33 %
52
Kurang 5 23 %
Sangat Kurang 3 14%
21 100
Melalui tabel 4.1 di atas dapat diketahui motivasi belajar siswa kelas X
Bahasa SMA Negeri 2 Nubatukan sebagai berikut, tidak ada siswa yang
yang cukup, 5 siswa atau 23 % memiliki motivasi kurang baik, serta 3 siswa
melakukan evaluasi melalui 6 nomor soal dan diperoleh hasil seperti yang
Table 4.2
Hasil Belajar Pratindakan
No Kode Siswa Nilai Keterangan
Pratindakan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 001 86
2 70
002
3 80
003
4 50
004
5 64
005
6 52
006
7 76
007
8 62
008
53
9 64
009
10 70
010
11 76
011
12 66
012
13 62
013
14 58
014
15 78
015
16 60
016
17 68
017
18 74
018
19 80
019
20 52
020
21 64
021
Jumlah 1412
Nilai Rata –
67,2
Rata
Tuntas 6 28,57%
Tidak
15 71,42%
Tuntas
Tabel 4.3
Frekuensi Prestasi belajar Tahap Pratindakan
Rentang Frekuens
No Persetase
Nilai i
1 50 – 60 5 23 %
2 61 – 70 9 42 %
3 71 – 80 6 28 %
4 81 – 90 1 4%
5 91 - 100 - -
Jumlah 21 100
54
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dan 4.2 di atas maka dapat diketahui
pada kategori yang sangat rendah karena hanya terdapat 28 % atau sejumlah
5 siswa atau 23 % yang memeperoleh nilai dengan rentang nilai dibawah 60,
sebanyak 9 siswa atau 42% yang memperoleh nilai dibawah 70 dan terdapat
6 siswa atau 28 % yang memperoleh nilai dalam rentang 71-80 dan hanya
berada pada kategori yang sangat rendah sehingga perlu diberikan tindakan
a) Perencanaan Tindakan
55
Bahasa SMAN 2 Nubatukan. Adapun yang dilakukan oleh peneliti antara
lain :
Tritunggal Mahakudus
Pertemuan I
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyiapkan siswa untuk berdoa
memulai pembelajaran
pembelajaran
56
Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan tentang
Tritunggal
57
Apakah mereka memiliki pengetahuan yang banyak tentang
Tritunggal?
dalam kekristenan?
Tritunggal Mahakudus?
Yoh 14:9; Yoh 17: 21 (bdk. Luk 3: 22) (bdk Mat 17:5); Yoh 17:5;
kutipan tersebut:
58
Yoh 17:5 Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang
telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan
dunia Yoh 1:1-3 Kristus adalah sang Sabda/Firman, yang ada
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan
oleh-Nya segala sesuatu dijadikan. Tidak mungkin Yesus
menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.
Yoh 15:26 Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah
Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus,
yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan
disebut-Nya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa,
Yoh 14:6 Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia
adalah Kebenaran Mat 28:18-20 Kesatuan ini ditegaskan
kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke
Surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”
Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang
menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya:
1 Yoh 5:7 Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa,
Firman (yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah
satu; demikian juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2);
dan Paulus (lih. 1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus
Guru mengajak peserta didik menyimak pernyataan beberapa
Bapa Gereja dalam ajaran mereka: St. Paus Clement dari Roma;
St. Ignatius dari Antiokhia; St. Polycarpus; St. Athenagoras; St.
Irenaeus; St. Athanasius; St. Agustinus; Dogma Tentang
Tritunggal Maha Kudus; Beberapa istilah kunci yang perlu
dipahami untuk menjelaskan misteri Tritunggal; Ungkapan Iman
akan Tritunggal dalam Gereja
Guru membimbing siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang
Kegiatan Penutup
Siswa diminta untuk memberikan pendapat mereka berkaitan
Pertemuan II
59
Kegiatan Pendahuluan
memulai pembelajaran
Kegiatan Inti
peranan Bapa, Putera dan Roh Kudus dalam kehidupan umat kristiani
sehari-hari
60
Melalui bimbingan guru peserta didik secara berkelompok melakukan
Guru memberikan soal tes yang sudah disiapkan dalam bentuk soal
Kegiatan Penutup
diiringi musik).
yang diobservasi adalah aktivitas dan peranan guru serta aktivitas siswa
61
selama kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan
siswa mencari materi dari buku paket secara kelompok, serta kurang
tidak merata dari sisi kemampuan membuat kelas menjadi gaduh karena
baru dipelajari.
62
Hasil observasi aktivitas siswa pada pelaksanaa tindakan siklus I
Tabel 4.4
Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I
Jumlah Jumlah
Siswa Siswa
No Aspek Pengamatan
Tind Tin
% %
I d2
hasil observasi yang diperoleh dari siklus I, motivasi belajar siswa masih
siswa atau 28 % siswa dan pada tindakan 2 ada 8 siswa atau 389 % siswa
63
2) Pada aspek memperhatikan saat guru menjelaskan terdapat 9 siswa atau
siswa 52%
1, jumlah siswwa yang aktif dalam kelompok adalah 10 siswa atau 47%
64
pertemuan 1 hanya sebesar 35% dan pada pertemuan 2 sebesar 51%
Agama Katolik yang diisi oleh siswa. Adapun hasil perhitungan skor
Tabel 4.5
Hasil analisis skala motivasi belajar siswa siklus I
Jumlah
Kategori Persentase
Siswa
Sangat Baik 2 9%
Baik 8 38%
Cukup 6 28%
Kurang 3 14%
Sangat Kurang 2 9%
Jumlah 21 100
persentase motivasi belajar tahap pra siklus dan motivasi belajar siklus I
Tabel 4.6
Perbandingan Motivasi Belajar Siswa
Jumlah
Persentase
Kategori Siswa Selisih Selisih
Pr Sik I Pra Sik Siklus
65
a
Sik I
Sangat Baik 2 2 9% 9%
Baik 6 8 2 28% 38 % 9%
Cukup 7 6 1 33% 28% 4%
Kurang 5 3 2 23% 14% 9%
Sangat Kurang 3 2 1 14 % 9% 4%
memiliki motivasi dengan kategori minimal baik, yang dapat dilihat pada
10
0
9
Pra Tindakan Siklus 1
Diagram 4.1 Perbandingan Skala motivasi Belajar Tahap Pratindakan dan
siklus 1
Berdasarkan diagram perbandingan skala motivasi belajar kategori
66
khususnya pada materi Tritunggal Mahakudus. Adapun hasil tes prestasi
belajar siswa pada siklus I akan dipaparkan pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7
Prestasi belajar siklus I
No Kode Siswa Nilai Siklus 1 Keterangan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 001 86
2 78
002
3 82
003
4 70
004
5 68
005
6 68
006
7 78
007
8 72
008
9 76
009
10 76
010
11 78
011
12 76
012
13 72
013
14 68
014
15 80
015
16 68
016
17 70
017
18 78
018
19 82
019
20 68
020
21 70
021
Jumlah 1564
67
Nilai Rata – Rata 74,47
Tuntas 11 52,38%
Tidak Tuntas 10 47,61%
Berdasarkan data pada prestasi belajar siswa siklus I pada tabel 4.7 di
diperoleh siswa pada tes siklus I pada tabel 4.8 di bawah ini :
Tabel 4.8
Frekunsi Nilai Siklus I
Rentang
No Frekuensi Persentase
Nilai
1 50 – 60 - -
2 61 – 70 8 38 %
3 71 – 80 9 42 %
4 81 – 90 4 19 %
5 91 - 100 - -
Jumlah 21 100
siklus I maka akan dipaparkan perbandingan nilai pra siklus dan siklus I
Tabel 4.9
Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Tahap Pratindakan dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
Kriteria
Jumlah % Jumlah %
Tuntas 6 28 % 11 52 %
Tidak Tuntas 15 71% 10 47%
Nilai Rata2 67,2 74,47
Peningkatan 7,2%
Berdasarkan data pada tabel 4.7 dan 4.8 dan 4.9 di atas maka dapat
68
siklus I dengan menerapkan pendekatan CTL mengalami peningkatan dari
diketahui melalui nilai rata rata siswa pada tahap pra tindakan sebesar
67,2 meningkat menjadi 74,47 atau terdapat peningkatan dari nilai rata-
rata sebesar 7,2% dan persentase siswa yang mencapai angka ketuntasan
minimal juga meningkat yakni pada tahap pratindakan jumlah siswa yang
tuntas hanya sebesar 28 % atau hanya 6 siswa yang tuntas dan setelah
50.00%
40.00%
30.00%
52
20.00%
28
10.00%
0.00%
Pra Tindakan Siklus 1
Diagram 4.2 Prestasi Belajar Siswa X Bahasa tahap Pratindakan dan Siklus 1
69
Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka
prestasi belajar siswa dalam setiap pembelajaran dari siklus 1 sampai siklus
pada siklus Ibelum mencapai kriteria karena motivasi belajar siswa pada
siklus I masih berada dibawah 70% dan prestasi belajar siswa masih 50%
d) Refleksi Siklus I
pada siklus I sebagaimana yang sudah dipaparkan pada tabel di atas maka
sebagian siswa bekerja tetapi ada juga siswa yang bermain sendiri.
Hal ini karena siswa kurang memahami petunjuk guru dan kurang
70
b) Siswa masih kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab karena masih
c) Siswa masih takut dan belum terbiasa untuk berbicara di depan kelas
kelompok
pelajaran
secara berkelompok.
a) Perencanaan Siklus II
71
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) dengan
4. Membuat LKS
secara merata siswa yang sudah tuntas untuk bergabung dengan siswa
yang sangat kecil sehingga peneliti melakukan refleksi dan dan menemukan
berikut :
Pertemuan I
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dan menyiapkan siswa untuk berdoa
pembelajaran
pembelajaran
72
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai yaitu Menjelaskan
Tritunggal?
kekristenan?
Mahakudus?
73
Setiap kelompok diajak membaca beberapa kutipan berikut, serta
14:9; Yoh 17: 21 (bdk. Luk 3: 22) (bdk Mat 17:5); Yoh 17:5; Yoh 1:1-3;
tersebut:
74
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa, Putera dan Roh Kudus…”
Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan
kembali pengajaran Yesus ini, contohnya:
1 Yoh 5:7 Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman
(yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu; demikian
juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih.
1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus
Guru mengajak peserta didik menyimak pernyataan beberapa Bapa
Gereja dalam ajaran mereka: St. Paus Clement dari Roma; St. Ignatius
dari Antiokhia; St. Polycarpus; St. Athenagoras; St. Irenaeus; St.
Athanasius; St. Agustinus; Dogma Tentang Tritunggal Maha Kudus;
Beberapa istilah kunci yang perlu dipahami untuk menjelaskan misteri
Tritunggal; Ungkapan Iman akan Tritunggal dalam Gereja
Guru membimbing siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang
Kegiatan Penutup
Siswa diminta untuk memberikan pendapat mereka berkaitan dengan
Pertemuan II
Kegiatan Pendahuluan
memulai pembelajaran
75
Kegiatan Inti
Guru memberikan soal tes yang sudah disiapkan dalam bentuk soal
Kegiatan Penutup
76
Siswa diminta mengisikan skala motivasi untuk melihat peningkatan
diiringi musik).
77
pembelajaran, serta menyampaikan materi sesuai kompetensi yang
pembelajaran
kelompok
Tabel 4.10
Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
No Aspek Pengamatan Tind Tind
% %
I 2
78
Siswa berani dalam mengajukan
4 11 52 % 14 66 %
pertanyaan
atau 76%
79
3) Pada aspek senang atau tidaknya mengikuti pembelajaran ditemukan
siswa atau 57% dan pada pertemuan 2 menjadi 16 atau 76% siswa
Agama Katolik yang diisi oleh siswa. Adapun hasil perhitungan skor
Tabel 4.11
Hasil analisis skala motivasi belajar siswa
80
Jumlah
Kategori Persentase
Siswa
Sangat Baik 5 23%
Baik 12 57%
Cukup 3 14 %
Kurang 1 4%
Sangat Kurang -
Jumlah 21 100
bawah ini:
Tabel. 4.12
Perbandingan Motivasi Belajar Siswa
Jumlah siswa %
Kategori Selisih Selisih
Sik I Sik 2 Siklus I Siklus 2
Sangat Baik 2 7 5 9% 33% 23%
Baik 8 12 4 38% 57% 28 %
Cukup 6 2 -4 28% 9% -19%
Kurang 3 2 -1 14% 9% -4 %
siswa atau 85%. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari
100.00%
85
80.00%
60.00%
40.00% 8147
20.00% 28
0.00%
Pratindakan Siklus 1 Siklus 2
perbandingan skala motivasi belajar dengan kriteria minimal baik
pada pratindakan, siklus I dan siklus II yang dapat dilihat pada gambar
diagram berikut:
pratindakan dari 28% menjadi 47% pada siklus I, dan meningkat lagi
82
prestasi belajar siswa pada siklus II akan dipaparkan pada tabel 4.13 di
bawah ini:
Tabel 4.13
Prestasi belajar Pratindakan II
No Kode Siswa Nilai Siklus 1 Keterangan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 001 88
2 002 80
3 003 86
4 004 76
5 005 74
6 006 74
7 007 80
8 008 76
9 009 78
10 010 80
11 011 82
12 012 80
13 013 76
14 014 74
15 015 82
16 016 76
17 017 76
18 018 80
19 019 84
20 020 76
21 021 72
Jumlah 1650
Nilai Rata – Rata 78,57%
Tuntas 17 80,95%
Tidak Tuntas 4 19,07%
yang diperoleh siswa pada tes siklus II pada tabel 4.14 di bawah ini :
Tabel 4.14
Frekunsi Nilai Siklus II
83
Rentang
No Frekuensi Persentase
Nilai
1 50 – 60 - -
2 61 – 70 - -
3 71 – 80 16 76%
4 81 – 90 5 23%
5 91 - 100 - -
Jumlah 21 100
Tabel 4.15
Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I & II
84
peningkatan dalam setiap siklus yakni pada tahap pratindakan, terdapat 6
atau 28% siswa yang mencapai angka ketuntasan minimal dengan nilai
prestasi belajar siswa dari tahap pra tindakan, siklus I & II sebesar 11,37%
85
Prestasi Belajar Siswa Kelas X Bahasa SMAN 2
Nubatukan Tahap Pra Tindakan, Siklus I dan II
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% 80
40.00% 52
30.00%
20.00% 28
10.00%
0.00%
Pra Tindakan Siklus 1 Siklus 2
Katolik merupakan upaya peneliti yang juga merupakan guru pengampuh mata
Katolik melalui pendekatan CTL untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar
Mahakudus.
tindakan, siklus I dan siklus II menunjukan bahwa motivasi dan prestasi belajar
86
Kondisi motivasi dan prestasi belajar siswa pada tahap pra tindakan
berada pada kategori yang sangat rendah yakni hanya 6 siswa atau 28% yang
memiliki motivasi belajar dalam kategoti baik. Selain itu prestasi belajar siswa
juga berada pada kategori yang cukup rendah, hal ini diketahui setelah
dilakukan evaluasi melalui tes sumatif dengan nilai rata-rata 67,2 dan angka
ketuntasan belajar sebesar 28% atau hanya terdapat 6 siswa mencapai KKM.
Setelah mengetahui kondisi motivasi dan prestasi belajar siswa yang sangat
hasil peningkatan pada aspek motivasi belajar sebesar 47,61% atau meningkat
berbanding lurus dengan peningkatan pada prestasi belajar siswa. Hal ini
peningkatan nilai rata-rata menjadi 74,47 dari 67,2 pada tahap pra tindakan
atau meningkat sebesar 7,2% pada siklus I dengan persentase siswa yang
jumlah siswa yang tuntas minimal 70%. Mengacu pada indicator di atas maka
87
peningkatan motivasi dan prestasi belajar pada siklus I belum mencapai kriteria
adalah guru Guru perlu menyiapkan kelas secara tenang sebelum membuka
kelompok agar merata, memberikan motivasi agar siswa aktif dan berani
yang sangat drastis dari aspek motivasi maupun prestasi belajar siswa. adapun
peningkatan motivasi belajar pada siklus II menjadi 85% atau meningkat dari
peningkatan hasil belajar yakni nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi
78,57 atau meningkat 4,1 dari siklus I dan jumlah siswa yang mencapai
siklus I.
88
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pada proses pembelajaran, motivasi adalah hal yang harus dimiliki oleh
89
belajar maka akan mewujudkan hasil yang baik pula. Penerapan pendekatan
sebagai berikut :
tahap pra tindakan diperoleh data motivasi belajar siswa sebesar 28% atau
pra tindakan, terdapat 6 atau 28% siswa yang mencapai angka ketuntasan
90
minimal dengan nilai rata-rata 67,2 dan setelah dilaksanakan tindakan
persentase peningkatan prestasi belajar siswa dari tahap pra tindakan siklus
yakni 75.
5.2 Saran
91
b) Bagi Peneliti yang lain
1. Bagi Guru
BAB V
Penutup
5.3 Simpulan
Pada proses pembelajaran, motivasi adalah hal yang harus dimiliki oleh
setiap siswa. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya. Adanya motivasi yang baik dalam belajar maka
akan mewujudkan hasil yang baik pula. Penerapan pendekatan CTL dalam
92
pembelajaran pendidikan agama Katolik merupakan sebuah langkah solutif dalam
sebagai berikut :
tindakan pada siklus I dan II dengan menerapkan pendekatan CTL. Pada tahap
pra tindakan diperoleh data motivasi belajar siswa sebesar 28,57 % atau
terdapat 6 siswa yang mencapai kategori motivasi minimal baik dan setelah
diberikan tindakan pada siklus I aspek motivasi belajar sebesar 19,04% atau
meningkat 47,61% atau terdapat 8 siswa yang mencapai kategori minimal baik.
pada siklus II yakni motivasi belajar siswa meningkat sebesar 38,1 % menjadi
85,71% atau terdapat 16 siswa yang mencapai motivasi belajar dan mencapai
minimal dengan nilai rata – rata 67,2 dan setelah dilaksanakan tindakan
93
pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan
menjadi 11 atau 52,38% dengan nilai rata – rata sebesar 74,47 sehingga pada
tahap siklus I ditemukan peningkatan sebesar 23,81% dari tahap pra siklus.
minimal pada siklus II sebanyak 17 atau 80,95% siswa dengan nilai rata – rata
siswa dari tahap pra tindakan siklus I & II sebesar 11,37% dan mencapai
5.4 Saran
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat dijadikan dasar peneliti
sebagai berikut :
94
d) Bagi Peneliti yang lain
untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dapat dijadikan dasar
3. Bagi Guru
pemnelajaran yang berbeda-beda dan menarik bagi siswa. Guru juga harus
dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pustaka. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi 3). Jakarta :
Departemen Pendidikan
95
Dedi, Rizal. 2011. Peningkatan Motivasi Belajar IPA dengan Pendekatan
Kontekstual pada Materi Rangka Manusia Siswa Kelas IV SDN 1
Pringamba BanjarNegara. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Endang Sri Astuti. 2010. Pengertian Motivasi Belajar. Bandung : Nusa Media
Srima Dewi. 2014. Peningkatan Motivasi Belajar Pai Siswa Melalui Metode
Contektual Teaching and Learning di SMP Bhakti Mulia Jakarta Timur.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
96
Uno, Hamzah B. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi
Aksara
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Grasindo
97