110-Article Text-367-1-10-20200511
110-Article Text-367-1-10-20200511
1 Mei 2020
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pendidikan agama
Katolik dan budi pekerti pada kompetensi dasar memahami peran dan fungsi suara hati sehingga dapat
bertindak secara benar dan tepat melalui model pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang melibatkan 10 orang siswa beragama Katolik kelas XI IPS1 SMA Negeri
1 Sedayu pada tahun pelajaran 2019/2020. Tindakan dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Data
dikumpulkan dengan pedoman observasi, tes pada masing-masing siklus, dan dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa
sebesar 67,50% dengan ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif diperoleh sebesar 60%, dengan rata-
rata nilai hasil belajar sebesar 77,5. Pada siklus II rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa sebesar
90,63% dengan ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif sebesar 90%, dengan rata-rata nilai hasil
belajar sebesar 83,5. Dengan demikian penerapan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, discovery learning
Abstract: The purpose of this study is to improve the activities and studying outcomes of Catholic
religious education and character in basic competence for understanding the role and function of
conscience so that it can act correctly and appropriately through the Discovery Learning Model. This
research is a classroom action research study involving 10 Catholic students of XI IPS1 of SMA
Negeri 1 Sedayu in 2019/2020. The action is carried out in two learning cycles. Data were collected
using observational guidelines, tests in each cycle, and analyzed descriptively. The results showed
that in the first cycle the average percentage of student learning activities amounted to 67.50% with
classical completeness cognitive learning outcomes obtained by 60%, with an average value of
learning outcomes of 77.5. In the second cycle the average percentage of student learning activities
amounted to 90.63% with classical completeness of cognitive learning outcomes of 90%, with an
average value of learning outcomes of 83.5. Thus the application of the use of the Discovery Learning
Model can improve student learning activities and outcomes.
Keywords: activities, studying outcomes, discovery learning
PENDAHULUAN sekolah. Sebagaimana setiap mata pelajaran
Pelajaran pendidikan agama Katolik dan memiliki tujuannya, demikian juga dengan
budi pekerti merupakan rangkaian hasil usaha pendidikan agama Katolik dan budi pekerti
yang dilakukan secara terencana dan bertujuan untuk membantu siswa
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
mengembangkan kemampuan siswa untuk dan sikap membangun hidup yang semakin
memperteguh iman dan ketaqwaan kepada beriman. Pengetahuan dimiliki melalui
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami,
iman Katolik. Usaha tersebut dilakukan dengan menerapkan, menganalisis, dan meng-
tetap memperhatikan penghormatan terhadap evaluasi. Keterampilan diperoleh melalui
agama lain demi terciptanya kerukunan aktivitas-aktivitas, antara lain: mengamati,
antarumat beragama dalam masyarakat untuk menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mewujudkan persatuan nasional. mencipta. Sikap dibentuk melalui pem-
Tak jauh berbeda dengan mata pelajaran biasaan: menerima, menjalankan, meng-
lain, pendidikan agama Katolik dan budi hargai, menghayati, dan mengamalkan.
pekerti menjadi salah satu mata pelajaran di
- 34 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
Untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat
pendidikan agama Katolik dan budi pekerti yang memperoleh nilai lebih dari 80 hanya 3
dilaksanakan melalui proses pembelajaran, di orang siswa dari 10 siswa yang mengikuti tes. Ini
mana siswa sebagai pribadi dan pembelajar berarti yang bahwa pembelajaran pendidikan
menjadi sentral yang secara aktif dikondisi- agama Katolik dan budi pekerti dikatakan
kan sebagai subyek yang membangun ke- kurang berhasil karena hanya 30% siswa yang
sadaran dan pembelajarannya sendiri dalam tuntas.
berinteraksi antarsiswa, interaksi dengan pen- Berdasarkan kenyataan di atas dan juga
damping (guru), dan refleksi serta aksi observasi diketahui bahwa faktor penyebab
mengikutinya atas kondisi real lingkungan tidak terolahnya seluruh kompetensi siswa
pembelajaran. Siswa didorong, diasuh, dan dalam pembelajaran pendidikan agama
diasah untuk aktif berkomunikasi, ber- Katolik dan budi pekerti adalah model
eksplorasi, terampil berefleksi, dan berani pembelajaran yang dilaksanakan masih
menyatakan sikap dan pendapatnya. Demikian terpusat pada guru. Siswa kurang diarahkan
proses belajar mengajar ini dikembangkan dan untuk berpikir kreatif dan menguasai konsep
diharapkan pada akhirnya memperoleh nilai berdasarkan penemuan-penemuan di
hasil belajar yang maksimal. lapangan, selanjutnya mengolah apa yang
Gambaran tentang proses belajar ditemukannya itu menjadi sikap diri yang
mengajar pendidikan agama Katolik dan budi perlu dikembangkannya dalam hidupnya
pekerti di atas, pada kenyataan di lapangan sehari-hari. Dengan kata lain, butuh model
sulit untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa
guru harus menyelesaikan target kurikulum belajar secara aktif, kreatif, dan yang
dalam kurun waktu yang telah ditentukan. berdampak pada hasil belajar mencapai KKM.
Selain itu, dengan terbatasnya waktu Berdasarkan pada latar belakang yang
pembelajaran pendidikan agama Katolik dan dipaparkan di atas, beberapa masalah yang
budi pekerti yang bertujuan untuk membantu dapat diidentifikasi yaitu: 1) aktivitas belajar
siswa mengembangkan pengetahuan, siswa terhadap pembelajaran pendidikan
keterampilan, dan sikap membangun hidup agama Katolik dan budi pekerti di sekolah
yang semakin beriman tidak mudah diambil masih rendah; 2) pencapaian hasil belajar
penilaian hasil belajarnya, terlebih untuk siswa belum maksimal; dan 3) model
penilaian keterampilan dan sikapnya. pembelajaran Discovery Learning merupakan
Umumnya guru pendidikan agama Katolik salah satu upaya meningkatkan aktivitas dan
dan budi pekerti agak mengabaikan penilaian hasil belajar siswa.
keterampilan dan sikap. Hal ini disebabkan Rumusan masalah dalam penelitian
karena sistem ulangan atau ujian yang biasanya tindakan kelas ini dapat dirumuskan: 1)
menjabarkan soal-soal yang sebagian besar apakah melalui model pembelajaran
bersifat teoritis (pengetahuan). Dengan ini Discovery Learming keaktifan dan hasil
menimbulkan motivasi guru mengajarkan materi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
pendidikan agama Katolik dan budi pekerti agama Katolik dan budi pekerti kelas X IPS1
hanya untuk dapat menjawab soal-soal ulangan SMA Negeri 1 Sedayu dapat meningkat?; 2)
atau ujian supaya hasil belajarnya baik. Apalagi bagaimana upaya meningkatkan keaktifan dan
ketika materi yang diproseskan dalam hasil belajar siswa pada mata pelajaran agama
pembelajaran adalah kompetensi dasar Katolik dan budi pekerti kelas X IPS1 SMA
memahami peran dan fungsi suara hati sehingga Negeri 1 Sedayu?
dapat bertindak secara benar dan tepat, untuk Sesuai dengan rumusan masalah
penilaian pengetahuan bagi guru mudah untuk sebagaimana dikemukakan di atas, maka
membuat soal-soalnya. Namun untuk penilaian tujuan penelitian ini adalah: 1) meningkatkan
keterampilan dan sikap terkait dengan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata
kompetensi dasar tersebut sangatlah sulit. Hal ini pelajaran pendidikan agama Katolik di kelas X
juga berpengaruh pada aktivitas siswa, ada rasa IPS1 SMA Negeri 1 Sedayu dengan
enggan untuk mengolah hati secara jujur dan menggunakan model pembelajaran Discovery
benar. Hasil belajar siswa kelas X IPS1 SMA Learning; 2) mendapat informasi tentang
Negeri 1 Sedayu pra penelitian pada kompetensi penerapan pembelajaran Discovery Learning
dasar memahami peran dan fungsi suara hati merupakan upaya meningkatkan aktivitas dan
- 35 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
hasil belajar siswa pada mata pelajaran (observing), dan refleksi (reflecting) yang
pendidikan agama Katolik dan budi pekerti di dapat digambarkan sebagai berikut:
kelas X IPS1 SMA Negeri 1 Sedayu.
PERENCANAA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat N
memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) bagi
siswa: (a) meningkatkan aktivitas siswa dalam REFLEKSI
pembelajaran pendidikan agama Katolik dan
budi pekerti; (b) meningkatkan hasil belajar;
2) bagi pendidik: supaya proses pembelajaran TINDAKAN OBSERVASI
siswa lebih aktif dan kreatif dalam
menggunakan berbagai model pembelajaran, PERENCANAAN
sehingga pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan terutama pada materi yang
menuntut pengolahan seluruh kompetensi
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan); 3)
OBSERVASI TINDAKAN
bagi sekolah: (a) meningkatkan hasil belajar
sekolah terutama pada mata pelajaran
pendidikan agama Katolik dan budi pekerti;
(b) meningkatkan kinerja sekolah melalui REFLEKSI
peningkatan profesionalitas guru.
METODE PENELITIAN Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekat-an Siklus I
deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang 1. Perencanaan (Planning)
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel a. Guru menentukan materi pembelajaran
mandiri, baik satu variabel atau lebih yang akan diajarkan.
(independen) tanpa membuat perbandingan, b. Guru menyusun rencana pelaksanaan
atau menghubungkan dengan variabel lain. pembelajaran (RPP).
c. Guru membentuk siswa menjadi
Waktu dan Tempat Penelitian beberapa kelompok.
Penelitian dilakukan selama 4 (empat) d. Guru membuat lembar observasi
bulan, yaitu dari bulan September 2019 s.d kegiatan dan keaktifan siswa dan guru.
Desember tahun 2019, dengan tempat e. Guru membuat soal ujian siklus I .
penelitian SMA Negeri 1 Sedayu.
2. Pelaksanaan (Acting)
Subjek Penelitian a. Guru mengkondisikan siswa untuk
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa belajar aktif, misalnya berdoa, meng-
kelas X IPS1 SMA Negeri 1 Sedayu tahun absen, dan mempersiapkan alat tulis.
pelajaran 2019/2020, dengan jumlah siswanya b. Guru menyampaikan tujuan pembelajar-
10 orang siswa terdiri dari 4 orang siswa laki- an, motivasi.
laki dan 6 orang siswa perempuan. Siswa kelas c. Guru memberikan pertanyaan yang
ini dipilih sebagai subjek penelitian karena menuntun siswa masuk kedalam per-
keaktifan siswanya yang masih kurang dan masalahan pembelajaran.
memiliki hasil belajar yang rendah. Hal ini d. Guru memberikan kesempatan kepada
terlihat dari banyaknya siswa yang belum siswa mengidentifikasi masalah yang
mencapai KKM di mata pelajaran pendidikan relevan dengan bahan pelajaran.
agama Katolik dan b udi pekerti sebesar 80. e. Guru membimbing siswa dalam proses
Prosedur pengidentifikasian masalah.
Penelitian ini dilakukan dengan f. Guru menugaskan siswa untuk me-
menggunakan metode penelitian tindakan ngumpulkan informasi dari berbagai
kelas mengadaptasi pendapat yang di- sumber yang relevan dengan bahan
kembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. pelajaran.
Dalam model ini, penelitian tindakan terdiri g. Guru membimbing siswa secara aktif
dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), menemukan sesuatu yang berhubungan
pelaksanaan (acting), pengamatan dengan permasalahan yang dihadapi.
- 36 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
- 37 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
- 38 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
4. Refleksi (Reflecting) x
=
Refleksi tindakan kelas siklus II dilakukan N
setelah pelaksanaan tindakan siklus II 3. Ketuntasan Belajar
selesai dilakukan. Siklus II dihentikan jika Perhitungan tingkat ketuntasan belajar
dipandang sudah lebih baik dan semua siswa secara klasikal dapat dihitung dengan
indikator pembelajaran sudah dapat statistika sederhana sebagai berikut:
dikuasai oleh siswa. Hal ini dapat dilihat
dari aktivitas belajar siswa yang sudah n
%= X 100%
dalam kategori sangat baik dan hasil tes N
evaluasi siklus II yang diperoleh siswa Penelitian tindakan kelas ini dinyata-kan
lebih baik atau mengalami peningkatan berhasil jika:
dibandingkan dengan siklus I, yaitu sebesar 1. Aktivitas kelas dapat tercapai minimal
85%. Oleh karena itu, maka tindakan kelas sebesar 75% dan termasuk dalam klasifikasi
cukup sampai pada siklus II. kategori baik setelah ditetapkan-nya model
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data pembelajaran Discovery Learning.
Data pendukung penelitian ini adalah nama 2. Nilai individu tiap siswa dan nilai rata-
siswa yang menjadi subjek penelitian, hasil rata klasikal mencapai KKM yang telah
belajar siswa dari pra penelitian sampai pada ditetapkan yaitu minimal 80 dan secara
siklus II, observasi langsung terhadap subjek yang klasikal mencapai minimal 75% dari
diteliti selama kegiatan proses belajar mengajar seluruh siswa.
berlangsung untuk melihat keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan tersebut, dan soal evaluasi HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5),
siswa di akhir pembelajaran/siklus mulai dari pra model pembelajaran adalah suatu perencanaan
penelitian sampai siklus II dengan KKM yang atau suatu pola yang digunakan sebagi
telah ditetapkan, yaitu 80. Dan yang tak kalah pedoman dalam merencanakan pem-belajaran
penting dari penelitian ini, yang digunakan dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
sebagai pedoman guru dalam melaksanakan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan pembelajaran termasuk di dalam-nya buku-
Pembelajaran (RPP). buku, film dokumenter, kurikulum dan lain-
Data tersebut diatas, diisi, dicatat, lain. Selanjutnya, Joyce (dalam Trianto,
dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan 2007:5) menyatakan bahwa setiap model
teliti dan cermat untuk mendapatkan deskripsi pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
kuantitatif yang akurat. mendesain pembelajaran untuk mem-bantu
siswa sedemikian rupa sehingga tujuan
- 39 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
pembelajaran tercapai. Terkadang dalam pelajaran pendidikan agama katolik dan budi
pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. pekerti. Tindakan kelas dilakukan dengan
Artinya materi pelajaran atau pesan yang tahapan observasi terlebih dahulu, kemudian
disampaikan guru tidak dapat diterima oleh menyusun rencana tindakan dilanjutkan
siswa dengan optimal (Sanjaya, 2011:162). dengan pelaksanaan tindakan kelas. Hasil
Untuk itu agar pesan atau materi yang penelitian dianalisis untuk mengetahui
disampaikan oleh guru dapat diterima siswa kelebihan dan kekurangan dalam
dengan baik maka guru harus dapat menyusun pembelajaran sehingga dapat menjadi acuan
strategi pembelajaran dengan memanfaatkan pembelajaran selanjutnya agar menjadi lebih
model pembelajaran, salah satunya dengan baik.
model pembelajaran Discovery Learning. Berdasarkan data yang diperoleh sebelum
Inti dari model pembelajaran Discovery pelaksanaan tindakan baik siklus I maupun
Learning adalah memberikan kesempatan siklus II diperoleh bahwa terdapat 7 siswa atau
kepada siswa untuk menyingkap atau mencari 70% berada dibawah nilai 80 yang berarti
tahu tentang suatu permasalahan atau sesuatu tidak tuntas. Setelah dilaksanakan tindakan
yang sebenarnya ada namun belum penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan
mengemuka dan menemukan solusinya model pem-belajaran Discovery Learning
berdasarkan hasil pengolahan informasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga ini dapat diketahui dari hasil penelitian dari
siswa memiliki pengetahuan baru yang dapat masing-masing siklus. Pada siklus I yang telah
digunakannya dalam memecahkan persoalan dilaksanakan diperoleh data bahwa hasil
yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Hal belajar siswa dengan menggunakan model
ini berarti dalam model pembelajaran pembelajaran Discovery Learning yang tuntas
Discovery Learning guru berperan sebagai adalah 6 anak, sedangkan siswa yang tidak
pembimbing dengan memberikan kesempatan tuntas adalah 4 anak. Diper-oleh skor tertinggi
kepada siswa untuk belajar secara aktif, yaitu 85, skor terendah yaitu 65, rata-rata nilai
sebagaimana pendapat guru harus dapat 77,5, dan prosentase ketuntasan belajar
membimbing dan meng-arahkan kegiatan klasikal 60%. Data hasil belajar siswa siklus I
belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, dapat dilihat pada Tabel 1.
2005:145). Dengan adanya penerapan model
Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
pembelajaran Discovery Learning yang
No. Hasil Tes Siklus I
diterapkan pada materi ajar memungkinkan 1. Nilai Tertinggi 85
siswa untuk belajar yang lebih mandiri. Bruner 2. Nilai Terendah 65
mengatakan bahwa proses belajar akan 3. Rata-rata Nilaai 77,5
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru 4. Jumlah Siswa yang Tuntas 6
memberikan kesempatan kepada siswa untuk 5. Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 4
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau 6. Prosentase Ketuntasan Belajar Klasikal 60%
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, Menurut Mulyasa (2009:254) standar
2005:41). Melalui kegiatan tersebut siswa pencapaian ketuntasan belajar sekurang-
akan menguasainya, menerapkan, serta kurangnya 85% dari keseluruhan. Hasil belajar
menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi pada siklus I belum maksimal, maka
dirinya. Model pembelajaran Discovery diputuskan untuk mengadakan siklus II,
Learning menjadikan siswa lebih ber- karena pada siklus I hasil yang diperoleh
semangat dalam belajar, lebih mempersiapkan belum memenuhi standar yang telah
mental intelektual siswa dalam memecahkan ditentukan. Pada siklus II, melalui penerapan
berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga model pembelajaran Discovery Learning
menemukan suatu konsep yang dapat semakin meningkat yang dapat dilihat dari
diterapkan di lapangan, suasana belajar hasil belajar siswa yang tuntas ada 9 anak,
nyaman, siswa lebih dapat memahami materi yang tidak tuntas 1 anak. Diperoleh skor
pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan tertinggi yaitu 90, skor terendah yaitu 75, rata-
pendapat dan membuat siswa lebih aktif. rata nilai 83,5, prosentase ketuntasan belajar
Penelitian yang dilakukan merupakan hasil klasikal 90%. Data hasil belajar siswa siklus II
kolaborasi antara obeserver dengan guru mata dapat dilihat pada Tabel 2.
- 40 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
Tabel 2. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II sebatas pada formalitas saja, tanpa diterapkan
No. Hasil Tes Siklus II dalam pelaksanaan selama-nya pembelajaran
1. Nilai Tertinggi 90 tidak akan berubah menjadi student oriented.
2. Nilai Terendah 75 Dari sinilah diputuskan untuk menggunakan
3. Rata-rata Nilaai 83,5 model pembelajaran yang telah ditetapkan
4. Jumlah Siswa yang Tuntas 9 secara serius dan intensif.
5. Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 1 Berdasarkan hasil perhitungan aktivitas
6. Prosentase Ketuntasan Belajar Klasikal 90% belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran
Dari data hasil belajar siswa di atas, siklus I dengan menggunakan model
menunjukkan bahwa ada peningkatan yang pembelajaran Discovery Learning diperoleh
signifikan untuk hasil belajar siswa melalui prosentase sebesar 67,50%, nilai tersebut
penerapan model pembelajaran Discovery dalam kategori baik. Hal ini dapat diketahui
Learning dari siklus I ke siklus II. Ini karena dari suasana pembelajaran yang cukup
semangat yang tinggi dan perhatian dalam kondusif meskipun masih terdapat siswa yang
pembelajaran maka hasil yang dicapai menjadi kurang memiliki kesiapan untuk belajar aktif,
baik dan pembelajaran dikatakan berhasil, cukup antusias dalam menjawab pertanyaan
karena 85% siswa sudah mencapai standar dari guru sebagai stimulus, tetapi masih ada
ketuntasan belajar minimal yaitu ≥ 80. yang belum terlibat dalam berdiskusi. Siswa
aktif dalam mengumpulkan informasi dari
Grafik Hasil Belajar Siswa berbagai sumber yang relevan, namun ketika
harus berdiskusi dan membuktikan jawaban
100 berdasarkan dari apa yang dibacanya serta
80 meninjau ulang hasil pengumpulan dan
pengolahan data dengan data atau teori pada
60 buku sumber atau literatur lain yang berkaitan
40 dengan materi pembelajaran kurang ada
keberanian. Kondisi ini dikarenakan siswa
20 belum paham tentang model pem-belajaran
0 Discovery Learning, perlu penjelas-an agar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 memahami model pembelajaran yang
NILAI SIKLUS I NILAI SIKLUS II digunakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Dengan prosentase aktivitas belajar
Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Siswa siswa tersebut di atas, maka diputuskan untuk
mengadakan siklus II.
Peningkatan hasil belajar siswa melalui Pada siklus II aktivitas belajar siswa
penerapan model pembelajaran Discovery diperoleh prosentase 90,63%, nilai tersebut
Learning dari siklus I ke siklus II ini juga dalam kategori sangat baik. Ini berarti
berdampak pada aktivitas belajar siswa. aktivitas belajar siswa dengan diterapkan
Sebelum dilaksanakan penerap-an model model pembelajaran Discovery Learning ada
pembelajaran Discovery Learning secara peningkatan sebesar 23,13%. Peningkatan ini
intensif dan penuh dengan keseriusan, siswa dikarenakan siswa telah paham tentang model
pasif sehingga pembelajaran menjadi teacher pembelajaran Discovery Learning. Dengan
oriented meski di rencana pelaksanaan demikian berarti dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran sudah mengguna-kan model model pembelajaran Discovery Learning
tersebut. Hal ini menumbuhkan kesadaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
bahwa jika model yang telah dipilih dalam Data rekapitulasi pengamatan aktivitas siswa
rencana pelaksanaan pem-belajaran hanya siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 3.
- 41 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
- 42 -
JURNAL IDEGURU Vol.5, No.1 Mei 2020
- 43 -