DITERBITKAN OLEH
LEMBAGA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AGAMA KATOLIK
PROVINSI JAWA TENGAH
Tembalang Pesona Asri M/19 Semarang telp. 024.70559042
Email: forumgurukatolik@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan, bahwa penerbitan bunga rampai “Menghadapi Trend Pendidikan
Abad 21” akhirnya berhasil, penerbitan Bunga Rampai ini melalui proses yang panjang dan
bukan tanpa diskusi. Pergulatan teman-teman Guru Agama Katolik di Jawa Tengah untuk
menerbitkan sebuah sarana menampung karya tulis sudah dirintis sejak 3 tahun. Waktu itu
diselenggarakan pembinaan Guru Agama Katolik Tingkat SMA/K Negeri dan Swasta yang
dilaksanakan pada tanggal 4-6 Oktober 2010 di BKK Jalan Supriyadi 37
Semarang.Pembinaan itu merupakan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
dengan Bimas Katolik Jawa Tengah.Dari pertemuan tersebut muncul gagasan untuk membuat
Bulletin yang dapat menampung karya tulis para Guru Agama Katoloik di Jawa Tengah dan
sebagai ajang komunikasi.Hal ini untuk merangsang guru-guru menulis, hal ini seiring
dengan tuntutan masa mendatang para guru yang dituntut bisa menulis seiring dengan
peningkatan kompetensi guru.
Proses pergulatan dan dorongan dari Pembimas Katoliktelah membuahkan sebuah Buletin
yang diberi nama “FORGOD”. Terbit sekali dan selesai.Namun demikian pergulatan teman-
teman tidak berhenti.Dengan dorongan terus menerus dari Pembimas Katolik yang berupa
moral dan finansial, maka semangat teman-teman tetap tumbuh.Dengan tertatih-tatih
diselenggarakan pertemuan, pengembangan ide dan tentu “omprongan” dari Pembimas yang
selalu membakar semangat.
Pertemuan-pertemuan semakin mengerucut.Diputuskan untuk mendelegasikan 6 orang
membuat makalah ilmiah (karya tulis ilmiah), 2 Guru Agama Katolik SD, 2 Guru Agama
Katolik SMP, 2 Guru Agama Katolik SMA.Makalah-makalah dipresentasikan dalam
Orientasi Guru Agama Katolik pada tanggal 26-29 Juni 2012 bertempat di Hotel Plaza
Semarang.Selesai dipresentasikan pemakalah mengolah kembali karya-karyanya.Makalah-
makalah yang sudah disempurnakan dilihat bersama-sama oleh Pengurus Forum Guru Agama
Katolik Jawa Tengah.Kemudian disempurnakan kembali.Langkah terakhir sebelum
diterbitkan telah direview terlebih dahulu oleh Prof. Dr. Stevanus Budi Waluyo dari
Universitas Negeri Semarang dan dosen juga Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St.
Fransiskus Semarang.
Mengenai judul “ Menghadapi Trend Pendidikan Abad 21”, didiskusikan bahwa arah
pendidikan saat ini lebih mengikuti arus globalisasi yang seolah-olah hanya ikut trend yang
ada, tidak menuju dan berpatokan pada sebuah system yang dibakukan. Dengan demikian
judul-judul karya tulis seperti serpihan-serpihan sikap untuk menghadapi trend tersebut.
Menghadapi trend tersebut misalnya perlu dipilih sikap peningkatan kualitas pembelajaran
dengan penelitian tindakan kelas dan pengembangan model-model pemebelajaran. Disisi lain
diperlukan peningkatan kualitas guru sendiri dengan pengembangan profesionalitas guru.
Dari sisi siswa diperlukan penanaman karakter yang tangguh, maka dengan pemberdayaan
tempat-tempat ziarah seperti Goa Maria yang tumbuh dimana-mana, pembinaan iman siswa
dapat dikembangkan. Pembinaan iman siswa yang bersinergi dengan pemberdayaan tempat
ziarah, akan lebih lengkap dengan pengembangan karakter berbasis kebudayaan, dalam hal
ini kebudayaan Jawa.
Maka lengkaplah, kalau kita membaca bunga rampai ini.Menghadapi trend pendidikan
diperlukan pengelolaan kelas agar semakin efektif dengan penelitian tindakan
kelas.Peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran lewat pengembangan metode
pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang berkelanjutan.Pendidikan
karakter anak dengan pembinaan iman kekatolikan dan karakter anak yang berbasis
kebudayaan.
Semoga Tuhan selalau memberkati usaha kita. Amin
ABSTRAK
Dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar menurut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa diharapkan memiliki beberapa standar kompetensi,
antara lain pemahaman konsep, penalaran, komunikasi dan aspek pemecahan masalah.
Pada tahun pelajaran 2009/ 2010 nilai rata-rata tes kemampuan pengetahuan dan
pemahaman Pendidikan Agama Katolik SD Kalibanteng Kulon 02 kelas V semester II materi
Roh Kudus banyak mengalami kekurangan dan masih ada siswa yang belum tuntas belajar.
Aktifitas anak dalam proses pembelajaran masih belum maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan aktifitas dan
seberapa besar jumlah siswa yang tuntas belajar. Penelitian dilaksanakan dengan Metode
Naratif Eksperiensial pada materi pokok Roh Kudus kelas V SD Kalibanteng
Kulon.Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus memuat perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Variabel penelitian adalah aktifitas dan prestasi belajar.
Data diambil dengan observasi dan tes dan divalidasi dengan analisis deskriptif. . Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas ini untuk mendorong siswa berani mengungkapkan pengalaman
Kitab Suci sehingga menjadi pengalaman pribadi yang bermakna. Dengan demikian tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Bedasarkan obeservasi, keaktifan belajar siswa meningkat, pada siklus I 70% dan
siklus II 80,%. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa juga meningkat, Pada siklus I
nilai rata-ratanya adalah 77,5 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar klasikal 75%, dan
pada siklus II rata-rata prestasi siswa mencapai 87,5 dan jumlah siswa yang tuntas belajar
klasikal adalah 100%.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode pembelajaran Naratif Eksperiensial
meningkatkan aktifitas belajar siswa dan dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
prestasi belajarnya.
PENDAHULUAN
Kurikulum di negara kita telah mengalami banyak perubahan dan pengembangan.
Kurikulum PAK (Pendidikan Agama Katolik) tahun 1994 telah disusun dan dilengkapi
dengan pencapaikan target yang jelas, materi pokok, standart hasil belajar siswa dan proses
belajar yang berkesinambungan. Namun menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
tahun 2004, kurikulum PAK masih dianggap sebagai kurikulum yang sangat minim, belum
merangsang dan mengembangkan kompetensi siswa.
Pada tahun 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi telah dianggap sebagai kurikulum
yang sangat tepat, karena telah mengembangkan serangkaian keterampilan atau kemampuan
dasar serta sikap yang dimiliki oleh anak didik setelah dilatih melalui pengalaman belajar
yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi belum diberikan ruang gerak yang leluasa bagi guru untuk merumuskan
indikator hasil belajar. Maka disusunlah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang yang
memberikan keleluasaan pada guru untuk merumuskan dan mengembangkannya. Standart
Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditetapkan, sedangkan indikator dan tujuan
pemebelajaran merupakan tugas dalam mengembangkannya.
Alasan peneliti memilih SD Kalibanteng Kulon 02 Semarang, karena terdapat
beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian pada siswa SD Kalibanteng Kulon
02. Permasalahannya adalah berdasarkan data hasil perolehan prestasi belajar siswa SD
Kalibanteng Kulon 02 materi Roh Kudus pada tahun sebelumnya nilai pretasi belajar masih
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Materi Roh Kudus yang begitu abstrak
merupakan materi yang sulit untuk ditangkap dan dimengerti oleh siswa, sehingga perlu
disampaikan dengan metode yang cocok dan sesuai dengan kondisi siswa. Keaktifan anak
dalam hal kemandirian mengerjakan tugas, keberanian untuk mengungkapkan pendapat,
bertanya, maupun menyelesaikan tugas belum maksimal. Berdasarkan alasan tersebut peneliti
bermaksud untuk mengadakan penelitian di SD Kalibateng Kulon 02 Semarang agar dapat
meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa.
Metode pembelajaran yang dipandang cocok dalam pencapaian hasil belajar di sini
adalah metode Naratif Eksperiensial. Melalui cerita pengalaman yang dijiwai oleh terang Roh
Kudus dalam Kitab Suci akan menjadi suatu pengalaman yang berarti dan mempunyai nilai-
nilai keutamaan kristianani. Anak diajak untuk menggumuli hidup dalam kehidupan nyata.
Pengalaman ini akan memberikan makna baru dalam terang iman. Dengan Metode Naratif
Eksperiensial keaktifan siswa akan ditingkatkan yaitu dalam hal kemandirian, mengerjakan
tugas, keberanian untuk mengungkapkan pendapat, bertanya, maupun menyadari peran Roh
Kudus dalam kehidupannya. Dengan demikian metode Naratif Eksperiensial akan dapat
meningkatan aktifitas dan prestasi belajar siswa.
Beberapa masalah yang mungkin muncul dalam penerapan metode naratif
eksperiensial adalah, apakah dengan metode naratif eksperiensial ini dapat meningkatkan
aktifitas dan jumlah siswa yang tuntas belajar materi pokok tentang Roh Kudus pada
siswa kelas V SD Kalibanteng Kulon 02 Semarang?
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran diperlukan
persiapan perangkat mengajar dan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis dan
terencana. Dengan persiapan, pemilihan metode yang tepat dan penentuan langkah-langkah
yang sistematis bertujuan untuk : Meningkatkan aktifitas dan jumlah siswa yang tuntas
belajar pada siswa kelas V materi Roh Kudus dengan metode Naratif Eksperiensial.
Masalah pokok yang ingin dibahas dalam penelitian tindakan kelas ini terfokus pada
masalah seberapa besar metode naratif eksperiensial menjadi salah satu metode yang efektif
untuk meningkatkan aktifitas dan jumlah siswa yang tuntas belajar melalui proses
pembelajaran di kelas V SD Kalibanteng Kulon 02 Semarang dengan materi Roh Kudus.
Indikator keberhasilan peneliti tindakan kelas ini, dapat dilihat dari beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh guru dan siswa, selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas memenuhi target kriteria ketuntasan
minimal (KKM) dalam pembelajaran PAK yaitu 75.
2. Keaktifan klkasikal siswa dalam proses pembelajaran pada materi pokok ”Roh Kudus”
minimal 75 % dari jumlah siswa.
Kerangka Berpikir
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Dalam tiap siklus anak diberi kesempatan untuk
bercerita dan sharing. Maka siswa akan semakin diperkaya dengan mendengarkan cerita
pengalaman hidup orang lain dan cerita dari Kitab Suci.
Langkah awal peneliti memberi tugas terstruktur dengan memberi pekerjaan
rumah (PR) kepada siswa untuk menuliskan sebuah cerita pengalaman hidup tentang peranan
Roh Kudus dalam hidupnya. Dengan pemberian tugas terstruktur ini dimaksudkan agar siswa
lebih siap dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.
Keaktifan siswa dapat ditumbuhkembangkan dengan menerapkan metode naratif
eksperiensial. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan cerita pengalaman tentang
peranan Roh Kudus dalam kehidupannya. Denga mengungkapkan cerita, siswa diaktifkan
untuk berani menerapkan nilai keberanian dalam melakukan tindakan yang baik dengan
bimbingan Roh Kudus.
Siswa diaktifkan untuk mengerjakan LKS yang menyampaikan cerita kanonik Peneliti
memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi dalam bentuk menjawab pertanyaan
dalam LKS, meringkas cerita, menceritakan kembali dan menemukan contoh-contoh
pengalaman hidup sesuai dengan materi.
Siswa dan guru membuat rangkuman dari materi ajar. Keaktifan siswa dapat
ditumbuhkan secara mandiri melalui tatap muka, menagkap konsep, selanjutnya dengan
metode naratif eksperiensial keaktifan semakin meningkat, karena dapat mendengar
pengalaman hidup orang lain, dan dari Kitab Suci. Maka keaktifan dapat ditingkatkan dalam
siklus I, dan II serta refleksi. Dengan demikian keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat
ditingkatkan.
Gambar
1: Bagan
Metode Naratif
Eksperiensial
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa penggunaan metode Naratif
Eksperiensial dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik baik hasil belajar
kognitif maupun keaktifan. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena di dalam Naratif
Eksperiensial siswa didorong dan dipacu untuk berani mengungungkapkan pengalaman-
pengalaman yang dialami dalam setiap peristiwa sehari-hari dan diteguhkan dalam terang
Injil. Keberanian yang timbul dalam diri siswa menumbuhkan sikap memiliki pengalaman
yang bermakna bagi peserta didik dan siswa diarahkan agar dapat menggumuli pengalaman
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa menyadari tugasnya sebagai
anak didik dan berusaha untuk meningkatkan aktifitas belajar dalam proses
pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Hasil Prosentase
No (Rata-rata klasikal) Skor/Nilai Ketuntasan Keterangan
. (%)
1 Keaktifan Belajar 70,0 75 Belum
Siswa memenuhi
indikator
2 Prestasi Belajar 77,5 75% Memenuhi
Siswa indikator
Berdasarkan perolehan hasil observasi aktivitas siswa, presentasi keaktifan siswa mencapai
70,0%. Masih ada beberapa kekurangan yang disebabkan karena model pembelajaran
pengungkapan cerita yang masih malu dan takut yang menyebabkan anak kurang aktif.
Perolehan hasil pengamatan Keaktifan siswa dan Prestasi belajar siswa melalui perolehan
nilai tes dapat dinyatakan dalam tabel 2.
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan atas data data yang diperoleh pada penelitian tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa metode naratif eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik,
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dapat meningkatkan jumlah siswa yang
tuntas belajar.Hal ini dibuktikan dengan hasil yang dicapai pada saat penilaian aktifitas siswa
oleh observer dan tes akhir siklus II sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa juga meningkat, pada siklus I rata-rata siswa yang aktif mencapai
70%, sedangkan pada siklus II menjadi 80%.
2. Hasil tes siklus I, nilai rata-rata 77,5 (jumlah siswa yang tuntas belajar ada 3 siswa) dengan
ketuntasan belajar klasikal 75% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 87,5 (jumlah siswa
yang tuntas belajar ada 4 orang) dengan ketuntasan belajar klasikal 100%.
Tolak ukur keberhasilan yang telah ditetapkan dapat dicapai karena siswa yang aktif dalam
mengungkapkan cerita, pertanyaan, maupun pendapat dalam Pendidikan Agama Katolik
dengan metode Naratif Eksperiensial telah mencapai ≥ 75% dan nilai rata-rata kemampuan
kognitif siswa pada evaluasi akhir penelitian ≥ 75 dengan ketuntasan belajar klasikal 100%.
Ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan jumlah siswa yang tuntas belajar
pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik melalui metode Naratif Eksperiensial.
SARAN
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas V
SD Kalibanteng Kulon 02 Semarang, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaan metode Naratif Eksperiensial dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
dapat dikembangkan pada materi pokok lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena
melalui metode Naratif Eksperiensial dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa yang tampak
dalam keberanian untuk mengungkapkan cerita, bertanya maupun berpendapat dalam
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
2. Penggunaan metode Naratif Eksperiensial dapat diterapkan untuk meningkatkan jumlah
siswa yang tuntas belajar, karena dengan berani mengungkapkan cerita, siswa menjadi lebih
memahami isi cerita tersebut. Kisah yang diungkapkan akan menjadi inspirasi dalam
bertindak, sehingga kisah tersebut dapat menjadi kisah yang bermakna dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik dengan Metode Tutor sebaya
kelas V SD Padangsari 02 Semarang
ABSTRAK
Pemilihan judul ini atas dasar alasan bahwa aktifitas siswa dalam belajar
Agama Katolik sangat kurang sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar dan
ketuntasan siswa dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan oleh rendahnya kesadaran orang
tua dalam mendampingi dan memotivasi anaknya untuk belajar agama. Di samping itu
pembelajaran PAK juga kurang bervariasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada
pelajaran agama khususnya pada materi Roh Kudus digunakan metode tutor sebaya di mana
dalam metode ini akan terjadi komunikasi belajar antarsiswa dan terjadi pertukaran
pengetahuan dan pengalaman iman antar siswa itu sendiri. Penelitian bertujuan meningkatkan
keaktifan dengan harapan dapat meningkatan jumlah siswa yang tuntas belajarnya dan akan
dilaksanakan tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Variabel
penelitian ini adalah keaktifan dan ketuntasan belajar siswa. Pengambilan data dengan
mengunakan lembar pengamatan untuk keaktifan dan soal tes untuk prestasi belajar siswa.
Seting penelitian siswa kelas V SD Negeri Padangsari 02 Semarang.
Hasil penelitian tiap siklus menunjukkan adanya perubahan data yang meningkat
untuk keaktifan belajar siswa siklus I 71,7% menjadi 74,5% pada siklus II dan meningkat
80% pada siklus III, demikian juga pada prestasi belajar dari nilai rata rata 73 pada siklus I
menjadi 75,5 pada silkus II dan meningkat 79 pada siklus III. Peningkatan prestasi ini
berdampak pula pada ketuntasan belajar siswa dari 10 anak pada siklus I yang tuntas 7 anak
(70 %) untuk siklus II anak yang tuntas berjumlah 9 (90%) dan pada siklus III semua siswa
Tuntas belajar atau 100 %. Keaktifan dan prestasi belajar meningkat dari siklus I ke siklus II
sampai kesiklus III. Dengan demikian terbukti metode tutor sebaya mampu meningkatkan
keaktifan siswa dan prestasi belajar secara meyeluruh baik dari segi afektif maupun kognitif
metode menawarkan dialog, syaring untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan secara
bebas maka penelitian ini berhasil dengan optimal.
I. PENDAHULUAN
Agama mempunyai peranan yang penting dalam hidup manusia karena agama
menjadi pemandu ke arah kehidupan yang bermakna dan bermartabat.Kehidupan keagamaan
seseorang tidak serta merta muncul secara otomatis namun ada faktor – faktor yang
mempengaruhi seperti halnya keluarga, lingkungan, masyarakat dan faktor pendidikan agama
di sekolah. Pembiasaan yang baik yang dilakukan oleh keluarga / guru kepada anak akan
memberi landasan yang penting bagi anak, guna kelangsungan pendidikan dan pembentukan
kepribadian di kemudian hari.
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah
yang lebih baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik, agar
tujuan pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik dituntut untuk
selalu mengembangkan metode pembelajarannya, supaya segala kesulitan dalam
pembelajaran dapat dipecahkan. Pemerintah melalui jalur pendidikan agama secara terus
menerus dan berkesinambungan bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik, dan
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berahklak mulia ( Permendiknas 22, 2006 ). Penguasaan kompetensi
dalam Pendidikan Agama katolik , bukanlah menghasilkan lulusan yang memiliki
pengetahuan yang sebanyak – banyaknya tetapi menjadikan anak / siswa memiliki
serangkaian keterampilan atau kemampuan serta berbagai sikap dan nilai penting , yang
sungguh berguna dalam hidup di masyarakat ( PAK , SD.2004 :4). Membentuk peserta
didik seperti yang diamanatkan di atas sangat mudah untuk dikatakan, tapi begitu sulit untuk
diwujudkan.Hal ini karena dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas, keterlibatan dan antusias
peserta didik dalam pembelajaran Agama Katolik, juga disebabkan adanya asumsi bahwa
pendidikan agama kurang begitu penting karena tidak untuk ujian negara.
Pembelajaran selama ini yang mengunakan cara tradisional melalui metode ceramah
dirasa kurang berdaya guna karena peserta didik cenderung sebagai pendengar yang pasif dan
tidak telibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga menjadikan pelajaran agama kurang
bahkan tidak menarik dan terkesan membosankan tampa gairah dan minat dari peserta didik.
Oleh karena itu pembelajaran menjadi kurang efektif dan berdampak pada kurangnya prestasi
peserta didik itu sendiri.Bila pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif dalam
prosesnya maka pembelajaran itu bertentangan dengan hakikat belajar itu sendiri terlebih
dalam kegiatan eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru dituntut untuk mengunakan
berbagai pendekatan pembelajaran, melibatkan peserta didik secara aktif, memfasilitasi
terjadinya multi interaksi ( Permendiknas 41, 2007).
Pada Pembelajaran Agama Katolik dalam materi Roh Kudus siswa diajak untuk
mengenal dan memahami peranan Roh Kudus dalam hidup sehari hari serta mengembang
sikap yang baik melalui rupa – rupa karunia Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepada
dirinya dan hal ini perlu diwujudkan dalam peristiwa yang konkret seperti memberikan sikap
hormat pada tempat – tempat khusus untuk berdoa sebagai perwujudan hormat kita pada
Allah karena dalam kehidupan menggereja dibutuhkan berbagai kemampun untuk
membangun Gereja dan dunia, Kemampuan itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan dapat
pula diperoleh melalui karunia Roh Kudus. Setelah pembelajaran materi Roh Kudus ini
diharapkan siswa dapat menghayati hidup baru dalam Roh Kudus yang terungkap melalui
doa – doa dan diwujudkan melalui tindakan jujur dan adil dalam Gereja dan
masyarakat. Materi Roh Kudus bersifat Abstrak dan sukar dipahami oleh siswa maka perlu
adanya upaya serius untuk meningkatkan suasana pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan sehingga siswa tidak cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi
atmosfer pembelajaran di kelas.Dengan kenyataaan diatas maka perlu dicari alternatif dengan
melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam penggunaan media ataupun metode
penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan
menyenangkan.
Pembelajaran dewasa ini perlu mengikuti asas aktivitas yakni siswa belajar sambil
bekerja, dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman dan aspek tingkah
laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk bekal hidup di
masyarakat yang semakin kompleks (Hamalik,2010 :172 ), Yang nantinya dapat
meningkatkan prestasi belajar. Penulis mencoba memberikan alternatif untuk
mengoptimalkan pembelajaran Agama Katolik dengan melalui penerapan metode tutor
sebaya. Dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, adapun aktivitas yang diharapkan adalah terjadinya interaksi antara siswa dan
guru maupun siswa dengan temannya dalam kondisi kerja kelompok, diskusi maupun
kegiatan tutorial yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan
harapan yang dibuktikan dengan tuntasnya belajar sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah.Metode ini digunakan karena dalam pelaksanaannya diharapkan mampu
menciptakan ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota yang ada di
dalamnya.Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya terasa lebih
dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan guru. Siswa yang ditunjuk sebagai
tutor ditugaskan membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru.
Dari uraian tersebut di atas, ditemukan masalah yang muncul pada siswa kelas V SD
Padangsari 02 Semarang, antara lain: Aktivitas siswa untuk belajar agama kurang , siswa
mengesampingkan pelajaran agama menjadikan Prestasi belajar
rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalahnya adalah Apakah
metode Tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan jumlah siswa yang tuntas prestasi
belajarnya pada siswa kelas V SD Padangsari 02 ?
II. LANDASAN TEORI
A. Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar.Demikian pula pengertian belajar sudah
banyak dikemukakan oleh para ahli dengan mengemukakan definisi menurut sudut pandang
masing-masing. Hal ini justru akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang
belajar. Menurut Morgan ( dalam Purwanto, 1997:84) menyebutkan “ belajar merupakan
kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku. Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 2003:4).
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah 1) yang terjadi secara sadar,
2) bersifat kontinyu dan fungsional, 3) bersifat positif dan aktif, 4) bukan bersifat sementara,
5) bertujuan atau terarah , 6) mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun nilai dan sikap (afektif).Oleh
sebab itu agar siswa dapat benar benar belajar, perlu digunakan pendekatan belajar aktif dan
menyenangkan. Pendekatan yang aktif dari berbagai arah akan memotivasi siswa untuk
kreatif, kritis, mandiri, dan terampil dalam berkomunikasi dengan demikian diharapkan siswa
mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250-251) merupakan hasil proses
belajar atau proses pembelajaran. hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa
dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud dalam tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.Menurut Sudjana
(2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya.Untuk memperoleh informasi tentang cara dan kemajuan
siswa dilakukan penilaian hasil belajar, hasil penilaian ini dapat digunakan Guru untuk
memberikan bantuan langsung bagi siswa, serta untuk perbaikan program dan cara
mengajarnya agar membantu siswa meningkatkan kemampuannya ( Debdikbud dikdas 1994:
81). Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu ukuran penilaian akhir dari
proses pembelajran yang dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu
lama dan menjadi bagian dari kehidupan siswa. Hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah
cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa.
B. 1 Aktivitas Belajar
Aktivitas adalah kegiatan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan pada tiap bagian. (Depdiknas , 2005 : 23 ). Jadi aktivitas belajar adalah
kegiatan kerja yang dilakukan siswa dalam rangka proses pembelajaran. Aktivitas merupakan
prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman ,2004 : 96)
karena tampa aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi. Pada prinsipnya aktivitas belajar
dapat dilihat menurut dua sudut pandang yakni dari pandangan ilmu jiwa lama yang
berorientasi pada aktivitas guru dan dari pandangan ilmu jiwa modern yang didominasi oleh
aktivitas siswa ( Sardiman 2004 : 103).
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas sendiri dengan menitik beratkan pada asas aktivitas dimana
siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja (beraktivitas) mereka memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan aspek – aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan
ketrampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat ( Hamalik 2010 : 171 – 172 ). Untuk
itu perlu adanya perubahan paradigma dari “ pembelajaran yang berorientasi pada guru”
menjadi “ pembelajaran yang berorientasi siswa “ dimana siswa diharapkan mampu untuk
secara sadar dan aktif mengelola belajarnya (Winataputra, 2007 :6.21). Keaktifan sebagai
primus motor dalam kegiatan pembelajaran dalam hal ini siswa dituntut untuk selalu
memproses dan mengolah perolehan belajarnya ( Dimyati dan Mudjiono 2006 :51) .
Paul B. Diedrich (dalam Hamalik 2010:172) membuat suatu daftar kegiatan aktivitas siswa
yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan.
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan,
mendengarkan musik, mendengarkan pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup.
B.2 Prestasi Belajar
Kata prestasi menurut Depdiknas (2005: 859) adalah ”hasil yang telah dicapai atau
dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”. Dalam Tes prestasi belajar , yang hendak diukur ialah
tingkat kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan
kepadanya. Untuk itu perlu dibedakan antara ”prestasi belajar” (achievement) dan ” hasil
belajar ” (Learning outcome) , hasil belajar meliputi aspek pembentuka\n watak siswa
sedangkan prestasi belajar hanya bersifat pengetahuan saja ( Depdiknas 2003 ) .Belajar
menurut Slameto (2003: 2), adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hamalik (2010:27)
mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melaui pengalaman
dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungannya. Belajar menurut Kingsley (dalam Djamarah: 2008:13) adalah proses di mana
tingkah laku ( dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik dan latihan.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan tingkah laku melalui pengalaman
dan latihan serta suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai suatu hasil
latihan atau pengelaman dengan lingkungannya. Jadi Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan
dalam dirinya, dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang di
peroleh dalam proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Guru memberi penilaian
dan evaluasi dari materi pembelajaran yang telah disajikannya . Penilaian dan evaluasi ini
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran.
C. Tutor Sebaya
Keberhasilan suatu program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber
daya tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber daya saling mendukung
menjadi suatu sistem yang integral.Oemar Hamalik berpendapat sistem tutorial adalah suatu
sistem dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam hal ini siswa yang mengalami
kesulitan tertentu (Hamalik,2010: 191) Sumber belajar tidak harus guru. Sumber belajar
dapat dari orang lain yang bukan guru, misalnya teman dari kelas yang lebih tinggi, teman
sekelas, atau keluarga di rumah.Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman
sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah (Arikunto, 1992:72) .Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan karena bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami.Dengan teman sebaya
tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta
bantuan. Maslow dan Bruner menyatakan dengan menempatkan siswa dalam kelompok dan
memberi tugas di mana mereka saling tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas
adalah cara yang mengagumkan untuk memberi kemampuan siswa dalam masyarakat
(Silberman, 1996 : 9). Menurut Winataputra ( 2007 : 6.23 ) dalam proses belajar bersama,
siswa berpikir dan bekerja sama dan saling mengamati, atau bahkan saling meniru strategi
pemecahan masalah dari temannya. Mereka berbagi informasi dan saling mengoreksi, bahkan
berperan sebagai tutor sebaya untuk temannya. .
III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Padangsari 02 Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang kelas V Semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 10 peserta didik, yang
terdiri dari 7 peserta didik laki-laki, dan 3 peserta didik perempuan. Penelitian dilaksanaan
pada saat jam pembelajaran Agama Katolik dengan alokasi waktu tiga pelajaran.
B. Variabel Penelitian
Menurut Sukestiyarno dan Wardono ( 2009: 4) Variabel adalah suatu objek yang
harga untuk setiap objek bervariasi dan dapat diamati dibilang atau diukur. Variabel utama
dalam penelitian ini adalah variabel hasil belajar siswa meliputi :
1. Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran seorang siswa tidak dapat menghindar dari situasi.dan situasi
akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangkabelajar (Djamarah 2008 :38
).
2. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil pelaksanaan tugas mengerjakan soal yang diukur dari
jawaban soal tes ( Masidjo 1995 : 38 ). Dan dalam Tes Prestasi belajar yang hendak diukur
adalah bahan pelajaran yang diajarkan ( Depdiknas 2003 )
C. Rencana Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan / implementasi, pengamatan / observasi, dan refleksi.
Dengan rincian Siklus sebagai berilut
a. Perencanaan
1. Permasalahan diidentifikasikan dan masalah dirumuskan
1. Merancang pembelajaran sesuai dengan materi ajar.
2. Menyiapkan alat peraga gambar
3. Membentuk kelompok belajar peserta didik dengan metode tutor sebaya
4. Indikator keberhasilan ditinjau dari aktivitas dan meningkatnya jumlah siswa yang
tuntas belajar.
b. Pelaksanaan
1. Guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi.
2. Guru memberi penjelasan dan membagi kelompok Tutorial .
3. Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal dalam kelompok dipandu oleh Tutor.
4. Guru memberikan penegasan dan penguatan dari materi
5. Peserta didik melaksanakan evaluasi secara individu.
c. Evaluasi dan Pengamatan
1. Guru pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran dan memberi penilaian
kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.
2. Teman sejawat selaku pengamat bersama guru peneliti menilai hasil latihan soal setelah
peserta didik diberi tugas rumah secara individual.
d. Refleksi
Guru peneliti berdiskusi dengan guru pengamat tentang hasil pengamatan untuk perbaikan
pada pelaksanaan siklus II.
D. Data Dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah peserta didik kelas V , SD Padangsari 02 Kota Semarang.
Pengambilan data dilakukan selama penelitian berlangsung.
2. Jenis Data
a. Hasil belajar berupa prestasi belajar peserta didik kelas V SD Padangsari 02 Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang pada pokok bahasan Roh kudus dengan materi Hidup Baru
dalam Roh Kudus, Karunia - Karunia Roh Kudus, Tempat - tempat Khusus untuk berdoa
b. Aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas peserta didik yang dilakukan
teman sejawat /guru pengamat dalam proses pembelajaran
1. Cara Pengambilan Data
a. Tes prestasi belajar peserta didik yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes merupakan
alat ukur yang dipakai guru untuk mengukur prestasi siswa yang berisi serangkaian
pertanyaan yang distandarisasikan (Masidjo 1995:38)
b. Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dengan menggunakan lembar observasi pada
saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh pengamat /teman sejawat.
E. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar peserta didik pada pokok
bahasan Roh kudus dengan metode tutor sebaya, pada peserta didik kelas V SD Padangsari
02 Kota Semarang meningkat dengan :
1. 70 % dari seluruh jumlah siswa aktif dalam mengikuti pembelajar Agama katolik.
1. 80 % dari seluruh jumlah siswa tuntas dengan mendapat nilai minimal 70 atau sama dengan
KKM sekolah.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Keaktifan siswa
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa, diperoleh adanya
peningkatan pada siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengamatan aktivitas siswa pada siklus I mencapai 71,7 % , pada siklus II mencapai nilai
74,5% , dan pada siklus III mencapai nilai 80% Peningkatan ini terlihat dari intensitas
bertanya, intensitas menjawab, berpendapat, dan mengerjakan tugas. Peningkatan ini
disebabkan karena guru memberikan penguatan dan peneguhan serta penghargaan/pujian
bagi para siswa yang berani berpendapat, dan memaksimalkan peranan tutor sehingga siswa
merasa bahwa pengetahuan yang diperolehnya merupakan hasil dari belajar belajar bersama
dan menjadikan sesuatu yang dialami tersebut menjadi miliknya serta dirinya merasa
dihargai. Dengan demikian pembelajaran siklus III telah memenuhi indikator keberhasilan
dibuktikan dengan sudah tercapai, Peningkatan Aktivitas Siswa Klasikal pada Siklus I, II dan
III dinyatakan dalam Gambar 4.4 di bawah ini.
Prestasi belajar
Dari pengolahan data berdasarkan hasil tes evaluasi setiap siklus diperoleh data untuk
siklus satu hasil rata rata prestasi belajar siswa 73 , untuk siklus dua perolehan rata rata
prestasi belajar siswa 75,5 dan pada siklus yang ketiga terjadi peningkatan untuk rata rata
prestasi siswa menjadi 79 dengan ketuntasan belajar 100 % berdasarkan data ini maka
pengunaan metode tutor sebaya dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penikatan ini dikarenakan adanya kompetisi antarindividu dan kelompok menurut Djamarah
(2008:161)Kompetisi merupakan alat utuk memotivasi dan mendorong siswa untuk
bergairah dalam belajar, dan menjadi proses interaksi belajar mengajar yang kondusif dan
ini dapat terjadi dalam suasana kerja kelompok. Oleh karena itu metode tutor sebaya dengan
kerja kelompok dapat menciptakan situasi kompetisi yang positif. adapun peningkatan
prestasi ini dapat dilihat melalui grafik pada Gambar 4.5
V. PENUTUP
B. Kesimpulan
Berpedoman dari hasil pembahasan atas data data yang diperoleh pada penelitian
dapat disimpulkan bahwa Metode Tutor sebaya dalam pembelajaran PAK
meningkat.Peningkatan ini dibuktikan dengan hasil yang dicapai pada saat tes akhir siklus III
dan pengamatan aktivitas yang dilakukan oleh teman sejawat selaku Obsever (pengamat).
Dengan uraian sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa juga meningkat, pada siklus I rata-rata siswa yang aktif mencapai
71,7%, sedangkan pada siklus II menjadi 74,5% dan pada siklus III rata-rata siswa yang aktif
mencapai 80 %.
2. Hasil tes siklus I, nilai rata-rata 73 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar 7 orang dan
ketuntasan belajar klasikal 70% . Pada siklus II nilai rata-rata 75 siswa yang tuntas belajar
ada 9 orang dan ketuntasan belajar klasikal 90% sedangkan pada siklus III nilai rata-rata
siswa klasikal 79 dan semua siswa tuntas belajar (10 siswa) dengan demikian ketuntasan
belajar mencapai 100%.
C. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas V
SDN Padangsari 02 Semarang, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembagian kelompok akan lebih baik jika setiap pertemuan pembahasan materi terjadi
perubahan kelompok / berganti keanggotaannya, sehingga antarsiswa saling mengenal dan
melatih bekerjasama serta memperkaya pengalaman.
2. Tutor dipilih anak yang pandai dan mudah bergaul dan dapat diterima oleh temannya dan
diberi pembekalan materi dan diajar secara khusus diluar jam sekolah
3. Berilah petunjuk yang sejelas - jelasnya tetang apa yang harus dilakukan seorang tutor serta
diberitahu sejauh mana tanggung jawabnya sebagai tutor.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 1997 Pengelolaan Kelas .Jakarta : Depdikbud dan PT Rajawali.
Dalyono. 1998 Psikologi Pendidikan . Jakarta : Depdikbud dan PT Rieneke Cipta.
Darsono.2000 Belajar dan Pembelajaran.Semarang : CV Ikip Semarang Press.
Depdikbud. 1994 Pedoman Pelaksanaan proses Belajar Mengajar di sekolah Dasar
Departemen Pendidikan Nasional . 2005 Kamus Bahasa Indonesia .Jakarta :Balai
Pustaka.
Dimyati dan Mujdiono .1999.Belajar dan Pembelajaran .Jakarta : Rieneke cipta.
Djamarah, 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rieneke Putra.
Hamalik .2010 .Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara.
Masidjo.1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa disekolah. Jogyakarta: Kanisus.
Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar , KBK 2004, Menjadi Murid Yesus. komisi
kateketik KWI , Yogyakarta : Kanisius .
Permendiknas 22,23, 2006 Departemen pendidikan Nasional
Permendiknas 41 , 2007Departemen pendidikan Nasional
Purwanto ,1992, Psikologi Pendidikan , Bandung : Depdikbud dan PT Remaja
Rosdakarya.
Sardiman AM , 2004 , Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Slameto, 2003 Belajar Mengajar dan Faktor faktor yang mempengaruhinya, Jakarta:PT.
Rineka Cipta.
Sudjana, 2009 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya .
Winataputra dkk, 2007 Teori Belajar dan Pembelajaran , Jakarta: Universitas terbuka
Riwayat Penulis
Franciscus Setyo Budianto lahir di Semarang pada
tanggal 05 Maret 1972 pendidikan terakhir S1
STPKat St. Fransiskus Assisi Semarang , bekerja di
Kantor KementerianAgama Kota semarang dengan
tugas sebagai guru agama Katolik di SD Srondol Wetan
06 dan SD Padangsari 02
Pendidikan :
pendidikan dasar di SD Christus Rex lulus pada tahun
1985 , melanjutkan di SMP Santa Anna lulus pada
tahun 1988, pendidikan SMA di tempuh di SMA
Purusatama dan lulus pada tahun 1991, Pendidikan D2
ditempuh di IPI malang lulus tahun 1993 , Untuk
Jenjang S1 tempuh di STPKat Fransiskus Assisi
Semarang dan lulus pada tahun 2011
ANALISIS PENGARUH MOTIVASI ,IKLIM ORGANISASI ,
DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TE
RHADAP KINERJA GURU SMP N 18 SEMARANG
Veronika Sunarningsih,S.Ag,MM
ABSTRAK
Pengaruh motivasi, iklim organisasi, dan pengembangan keprofesian berkelanjutan
( PKB ) akan berdampak pada kinerja dan hasil kerja yang maksimal. Bagaimana
meningkatkan kinerja pendidik adalah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh pendidik di
era abad 21 .Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi, iklim organisasi,
dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB ) terhadap kinera guru.
Teori yang ada telah menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif motivasi terhadap
kinerja pndidik , semakin besar pengaruh variabel motivasi maka akan meningkatkan kinerja.
Motivasi , iklim organisasi , dan penegembangan keprofesian berkelanjutan mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja pendidik.
Kesimpulan penelitian ini memberikan konfirmasi dan mendukung teori yang ada
bahwa motivasi, iklim organisasi, dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB )
berperan positif terhadap kinerja pendidik.
Kata kunci : motivasi, iklik organisasi,PKB, dan kinerja
BAB I
Pendahuluan
1.1 latar belakang penelitian
Aktifitas yang dilakukan pendidik semakin penting dan menentukan sebuah
Kinerja yang kompetitif, menjadi tugas setiap pendidik untuk membangun komitmen kerja
yang belajar dengan cepat,beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.
Di era globalisasi sekarang ini menjadi pendidik yang profesional memiliki
kompetensi paedagogi,kepribadian,sosial , dan profesional.Pendidik mempunyai peran dan
fungsi yang sangat strategis. Kinerja pendidik akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan di Indonesia yaitu membentuk insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuha Yang
Maha Esa , cerdas, memiliki ketrampilan tekhnologi, jiwa estetis, etis, berkepribadian dan
berbudi pekerti yang luhur
Berdasarkan permenpan nomor.Per/16/M.PAN.RB/11/2009 tentang jabatan guru dan
angka kreditnya pendidik sepanjang karier kerjanya membaharui pengetahuan dan
kompetensinya.
Kinerja pendidik dipengaruhi oleh motivasi, Yuan Ting (1996 ) melakukan penelitian
mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja, dimana motivasi dapat diidentifikasikan
sebagai bagian faktor pekerjaan yang sama baik dengan individu yang efeknya terhadap
kinerja.
Variabel yang berpengaruh terhadap kinerja adalah iklim organisasi.Iklim organisasi
merupakan suatu keadaan yang menggambarkan suatu lingkungan psikologis organisasi yang
dirasakan oleh orang yang berada di lingkungan organisasi tersebut.
Dengan demikian apabila pegawai merasa bahwa iklim organisasi yang ada dalam organisasi
tempat bernaung cukup kondusif dan menyenangkan baginya untuk bekerja dengan baik
maka hal ini dapat membuat pendidik dapat meningkatkan kinerjanya.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja adalah PKB yang merupakan
pembaharuan secara sadar akan pengetahuan dan peningkatan kompetensi guru sepanjang
kehidupan kerjanya. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB ) akan berdampak
pada konerja guru.
Dari uraian yang telah disampaikan tampak jelas bahwa motivasi, iklim organisasi,
dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja
guru.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dalam penelitian ini
penulis ingin mlakukan kajian dengan judul “ANALISIS PENGARUH MOTIVASI, IKLIM
ORGANISASI, dan PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
TERHADAP KINERJA PENDIDIK SMPN 18 SEMARANG”
1.2 Perumusan masalah
Tony Grundy ( 1997 ) mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu
sarana untuk memperoleh keuntungan kompetitif, dengan demikian bagaimana sebuah
institusi mengelola pegawainya yang memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap
institusi dalam mencapai tujuannnya.
Kinerja pendidik adalah tantangan dan masalah yang harus dipikirkan institusi agar
hasil kerja pendidik maksimal. Berdasarkan latar belakang pertanyaan dan masalah yang
sudah terurai di atas maka peneliti membuat perumusan masalah berikut :
1.3 Tujuan penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang sudah diuraikan di atas penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pendidik yaitu :
1. Menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja pendidik SMPN 18 Semarang
2. Menganalisis iklim organisasi terhadap kinerja pendidik SMP N 18 Semarang.
3. Menganalisis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB ) terhadap kinerja pendidik
SMP N 18 Semarang.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan terhadap institusi / sekolah ,khususnya tentang pendidik.
2. Memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan SMPN 18 Kota Semarang
dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan kinerja pendidik.
3. Memberikan bahan acuan peneliti selanjutnya serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Guru
Isitilah kinerja/prestasi kerja meurut Bernadin dan Russel dalam Riky (2002).kinerja
adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
kegiatan tertentu berdasarkan alata ukur tertentu.
Kinerja seseorang merupakan hal yang kompleks dan terpadu yang keberhasilannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor,baik faktor internal maupun faktor eksternal.Menurut Keith
Davis (1984) menyatakan bahwa fakttor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan
motivasi.
Hasibuan (2003 : 94) menyatakan bahwa prestasi kerja adalaha suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang di bebankan padanya yang didasarkan
atas kecakapan,pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja guru berarti prestasi kerja baik secara kualita maupun kuantitas yang
dihasilkan oleh guru sebagai akibat dari pengaruh kinerja kepemimpinan kepala sekolah
dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara bersama-sama.Glasser dalam (zamroni 1999 :
12) mengatakan bahwa kualitas sekolah erat hubungannya dengan kualitas yang dimiliki oleh
setiap guru.
2.2 Motivasi
Motivasi adalah diantara sekian banyak faktor determinan terhadap kinerja karna
berhubungan erat dengan kebutuhan yang muncul dari manusia.Motivasi seseorang
memegang peran penting dengan kinerja yang dihasilkan (pullins,et,al,2000) konsep motivasi
dalam literatur seringkali ditekankan pada rangsangan yang muncul dari seseorang baik
dalam diri maupun dari luar.
Faktor intrinsik adalah factor-factor dalam yang berhubungan dengan kepuasan antara lain
keberhasilan mencapai sesuatu di dalam karir.Menurut Kinmar,at,al (2001) elemen dari
motivasi intrinsik diantaranya : (1) ketertarikan pekerjaan; (2) keinginan untuk berkembang;
(3) senang pada pekerjaan; (4) menikmati pekerjaan
Menurut Landy dan Becker (Stonner et,al,1996:138) memberikan pandangan
mengenai motivasi dikelompokan menjadi lima kategori yaitu teori
kebutuhan,penguatan,keadilan,harapan,dan teori penetapan sasaran.Faktor yang digunakan
sebagai indikator dalam mempengaruhi motivasi,yaitu keberhasilan dalam melakukan
pekerjaan pengakuan,tanggung jawab,wewenang dan pengembangan promosi.
Menurut (Herzberg dalam Stonner,1996:144) motivasi merupakan fungsi inti dari
manajemen.Motivasi kerja adalah keadaan jiwa dan sikap mental manusia yang memberi
tenaga mengarahkan,menyalurkan,mempertahankan,dan melanjutkan tindakan dan perilaku
tenaga kerja.
2.3 Iklim Organisasi
Ada beberapa cara dalam mengidentifikasi iklim organisasi,salah satu definisi yang
paling banyak digunakan adalah definisi yang diberikan Denison (1996),menyatakan iklim
organisasi sebagai suatu sel dari sifat-sifat terukur (mesurable properties) dari lingkungan
kerja yang dirasakan atau dilihat secara langsung oleh orang yang hidup dan bekerja
dilingkungan tersebut dan diasumsikan mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka.
Iklim dapat mempengaruhi motivasi,prestasi,dan kepuasan kerja.Iklim mempengaruhi
hal itu dengan membentuk harapan tenaga kerja tentang konsekuensi yang akan timbul dari
berbagai tindakan.iklim yang mendukung seharusnya mencakup perilaku sebagai berikut:
(Davis dan Newstrom,1990)
Hubungan antar personal
a. Manajemen partisipatif
b. Formalisasi dan standardisasi
c. Pelatihan dan pengembangan
d. Tunjangan finansial
e. Obyektifitas dan rasionalitas
f. Cakupan kemajuan
g. Supervisi
h. Perhatian terhadap kesejahteraan
i. Keselamatan dan keamanan
1. Memfasilitasi guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan.
2. Memfasilitasi guru untuk terus menerus meningkatkan kompetensinya
3. Memotivasi guru untuk tetap mempunyai komitmen melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga yang profesional.
4. Memotivasi guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam bentuk tulisan atau
karya ilmiah.
5. Mengangkat harkat,martabat rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi
guru.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB ) terdiri dari 3 unsur pengembangan diri
yaitu mengembangkan dirinya melalui karya yang inovatif yang dapat dilakukan dengan
diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru, publikasi ilmiah yaitu guru menuangkan hasil
karya ilmiahnya dalam bentuk tulisan.Jenis kegiatan dalam publikasi ilmiah antara lain
:presentasi pada forum ilmiah, hasil penelitian, tinjauan ilmiah, tulisan ilmiah populer, artikel
ilmiah, buku pelajaran, modul/diklat, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan
buku pedoman guru.Karya inovatif dapat dilakukan dengan kegiatan:
Menemukan tehnologi tepat guna,menemukan atau menciptakan karya seni,
membuat/memodivikasi alat pelajaran/peraga/praktikum,mengikuti penyusunan
standar,pedoman penyusunan soal dan sejenisnya.
2.5 Kerangka Pikiran
Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi pekerja.Seorang guru akan
termotivasi untuk menjalankan upaya yang tinggi apabila guru meyakini bahwa upaya itu
memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang
dilakukan.Sedangkan iklim organisasi merupakan suatu keadaan atau sifat-sifat yang
menggambarkan suatu lingkungan psikologis yang dirasakan oleh orang yang berada di
lingkungan organisasi tersebut yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kinerja.Apabila guru merasa bahwa iklim organisasi yang ada dalam organisasi tempat
bernaung cukup kondusif dan menyenangkan baginya untuk bekerja dengan baik maka hal ini
akan dapat membuat guru meningkatkan kinerjanya.Dalam pengembangan keprofesian
berkelanjutan diharapkan guru dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah
dengan mengembangkan pengetahuan dan menghasilkan karya-karya ilmiah.Berdasarkan
uraian di atas maka kerangka pemikiran pada penilitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 1
Pengaruh Motivasi Iklim Organisasi dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Terhadap
Kinerja Guru
2.6 Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
a) Terdapat pengaruh yang siknifikan anatara motifasi terhadap kinerja guru SMPN 18 Kota
Semarang
b) Terdapat pengaruh yang signifikan anatara iklim organisasi terhadap kinerja guru SMPN 18
Kota Semarang
c) Terhadap pengaruh yang signifikan antara pengembangan keprofesian berkelanjutan
terhadap kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang
d) Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi,iklim organisasi dan pengembangan
keprofesian berkelanjutan teradap kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitianExplanatorydimana
penelitian ini menggunakan dan menyoroti antara variabel-variabel,penelitian ini juga
merupakan penelitian survey yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.Lokasi penelitian di Kota Semarang tepatnya di SMPN 18 Kota
Semarang.Dengan sasaran penelitian adalah seluruh guru SMPN 18 Kota Semarang.
3.2 Populasi dan Sample
Populasi didefinisikan sebagai keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto,1998:115),dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMPN 18 Kota Semarang yang
berjumlah 49 orang.
Sample tersebut dapat mewakili populasi jika n adalah jumlah elemen sample dan N
adalah jumlah elemen popolasi,maka n < N (Supranto,2000:22).Teknik pengambilan sample
dengan menggunakan stratified random sampling yaitu sekelompok subjek secara acak
bedasar ciri atau sifat-sifat tertentu yang dianggap memiliki hubungan erat dengan sifat
populasi.
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
1. Qustioner (daftar pertanyaan)
Peneliti mebagikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengandung butir-
butir motifasi,iklim organisasi pkb dan kinerja
2. Interview (wawancara)
Dalam proses pengumpulah data peneliti menggunakan wawancara secara tidak struktur yaitu
dengan mengajukan prtanyaan langsung kepada guru SMPN 18 Kota Semarang pada saat
jam-jam istirahat.
3.5 Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunaka dua analisis yaitu analisis deskriptif dan
kuantitatif.Adapun masing-masing pengertian tersebut adalah berikut :
Analisis data deskriptif yaitu analisis yang bersifat memberikan keterangan dan
penjelasan untuk mendapatkan gambaran masalah yang menjadi objek penelitian.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja.hal ini berarti apabila motivasi meningkat
maka kinerja juga meningkat demikian uga sebaliknya apabila motivasi menurun atau
memburuk maka kinerja guru juga menurun atau memburuk.
2. Iklim organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru SMPN 18 Kota
Semarang artinya bila iklim organisasi membaik atau meningkat maka kinerja guru SMPN 18
Kota Semarang juga membaik atau meningkat.Demikian juga sebaliknya bila iklim
organisasi memburuk atau menurun maka kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang juga
memburuk.
3. Pengembangan keprofesian berkelanjutan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
guru SMPN 18 Kota Semarang artinya bila pengembangan keprofesian berkelanjutan
membaik atau meningkat maka kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang juga membaik atau
meningkat.Demikian juga sebaliknya bila pengembangan keprofesian berkelanjutan
memburuk atau menurun maka kinerja guru SMPN 18 Kota Semarang juga memburuk.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan motivasi di lingkungan guru SMPN 18 Kota Semarang yang
dapat dilakukan dengan berusaha pimpinan atau kepala sekolah selalu memantau pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan guru,sehingga guru dalam pelaksanaan pekerjaannya mendapatkan
hasil yang baik.Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif di lingkungan sekolah
SMPN 18 Kota Semarang maka kepala sekolah secara rutin memberikan fasilitas pelatihan
dan pengembangan yang cukup bagi guru,sedangkan untuk menumbuhkan minat
menulis/menciptakan karya ilmiah kepala sekolah dapat memfasilitasi adanya pelatihan dan
pengembangan bagi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi,2002,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Edisi
Revisi v.Rineka Cipata.Jakarta
Baron A.Robert dan Jerald Greenberg,”Behavior in Organization:Understanding
and Managing the Human Side of Work”,Allyn and Bacon,Boston
London,Sydnay,Toronto,1990
Denison et al...,”Leader Behavior,Work-Attitudes,and Turnover of Sales People
An Integrative Study”,Journal of Personal Selling and Sales Management,Vol XVI.No.2
(Sprinf 1996,pages 12-23)
Grundi T,1997,Manajemen Sumber Daya Manusia,edisi ke 2,Yogyakarta,:Andi
Offset
Thoha Miftah,2001,Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya,PT.Grafindo Persada,Jakarta
Yuan Ting,”Analisis of Jobs Satisfaction of the Federal White Cllor Work
Force:Finding from The Survey of Federal Employe”,Journal Amarican Review
of Public Administration,1996,vol.26,no.4
Oleh : Mulyono *)
Abstrak
Pendidikan Karakter sangat penting diberikan pada siswa dari tingkat Dasar
atau Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), SMA, MA, SMK
justru sangat tepat ditanamankan sejak PAUD. Ada 18 pendidikan karakter yang telah di
tetapkan, dalam perkembanganya mungkin bisa lebih. Sebenarnya pendidikan karakter sangat
erat hubungannya dengan pendidikan yang diberikan dalam keluarga, utamanya keluarga
suku jawa, yang kemudian dikenal dengan unggah-ungguh, tata krama. Ke 18 yang dimaksud
adalah “Religi, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,, Demokrasi, Rasa
ingin tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,
Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli lingkungan, Peduli
Sosial, Tanggung Jawab”
Pada pendidikan keluarga jawa diajarkan sopan-santun, andap asor, yang juga
dikenal dengan unggah-ungguh. Juga diajarkan Hasta Sila, yang terdiri dari Tri Sila(Eling,
Pracaya, Mituhu)dan Pancasila(rila, narima,temen sabar dan budi luhur) .Diajarkan
memberikan sesutu dengan iklas dan tanpa paksaan, dimaksud memberikan sesuatu tanpa
mengharapkan balasan.
Diharapkan memberikan atau menyajikan pelajaran di sisipkan atau di sertakan pendidikan
karater sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan.
Kesimpulan pembentuan Karakter perlu di integralkan melalui pembelajaran
I. Pendahuluan
Pembelajaran Agama, khususnya Agama Katholik adalah
prosespembelajaran interaksiantara peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
diawasi agar berjalan efektif dan efisien. Mengingat keragaman budaya, latar belakang dan
karakteristik peserta didik, maka pelajaran agama katholik perlu menyesuaikan program
pemerintah tentang pendidikan karakter.. Sebenarnya pendidikan agama sudah memuat
pendidikan budi pekerti yang juga pernah diberikan pada pelajaran PKn dan PSPB di
samping pelajaran Agama. Rencana kedepan pendidikan karakter akan dimulai pada
pelajaran Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Sosiologi dan Matematika, kemudian diwajiban
setiap mata pelajaran.
II. RUMUSAN MASALAH
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), banyak Kendala dalam penyampaian
materi, termasuk diantaranya:
a.Apakah Pelajaran Agama Khususnya Agama Katholik di tingkat Pendidikan Dasar sudah ada
keseragaman.
b.Apakah dalam KBM sudah dimasukkan pelajaran Budi Pekerti, yang sekarang di perluas
menjadi Pendidikan Karakter
c.Apakah pendidikan karakter ada pengaruhnya terhadap pendidikan agama Katholik.
III.TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan penulisan makalah dalam seminar ini adalah :
a.Pentingnya keseragaman dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Agama Katholik, agar
materi yang diberikan sesuai dengan tujuan, yaitu pencapaian Silabus dan RPP yang di buat.
b.Pentingnya pendidikan karakter sebagai langkah lanjut dalam pendidikan Budi Pekerti.
c.Terbentuknya siswa yang militan dan Religius.
IV.PEMBAHASAN
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) agama katholik dapat
memasukkan unsur-unsur budaya dalam pendidikan karakter diantaranya di tunjukkan
sebagai berikut :
a.Budaya Jawa adalah seluruh aspek kehidupan masyarakat Jawa sebagai perwujudan dari
cipta, rasa, karsa, dan karyanya. Unsur-unsur budaya Jawa meliputi filsafat Jawa, religiusitas
Jawa, bahasa dan sastra Jawa, kesenian Jawa, sejarah Jawa, sistem sosial Jawa, sistem
ekonomi Jawa, ilmu pengetahuan & teknologi Jawa, dll.Sifat dasar budaya Jawa religius, non
doktriner/ non dogmatis, toleran, akomodatif, optimistik (Sujamto, 1992).Kebudayaan Jawa
bersifat sinkritis (H. Geertz) atau Tantularis (Sujamto) karena menyatukan atau
mengakomodasikan unsur-unsur pra Hindu, Buda, Hindu-Jawa, dan Islam sedang kristiani
datang belakangan (karena melalui dokmatis dan ajaran gereja).
b.Sebagai ilustrasi dalam pendidikan karakter, Dalam Ajaran Islam, Islam masuk dan
berkembang di Jawa berkat kerja keras para pedagang dari gujarad. Sambil mengembangkan
misi keagamaan mereka memanfaatkan teknik-teknik dagang menyebarluaskan ajaran Islam
(Poerbatjaraka, 1954) . Dengan demikian penyebaran agama Islam tidak dilakukan dengan
cara konfrontatif dan kekerasan.
Pemeluk Agama Hindu dan Agama Budha serta kepercayaan asli Jawa dengan segala tata cara
ritualnya tidak dihabisi begitu saja. Masyarakat Jawa dengan tata cara ritual keagamaan dan
kepercayaan sebelumnya secara bertahap dimasuki nilai-nilai ke Agamaan.Ajaran Kristiani
masuk dan berkembang di Nusantara melalui dan dibawa oleh pedagang VOC dan para
misionaris (Pastur, Bruder dan Suster).Dengan tekun membaur dengan masyarakat Jawa
utamanya memberikan layanan dengan kasih .
c.Orang Jawa percaya dan berlindung pada Sang Pencipta Dzat Yang Maha Tinggi.Orang Jawa
yakin bahwa manusia adalah bagian dari kodrat alam.Antara keduanya saling mempengaruhi
bahkan saling memiliki ketergantungan.Manusia Jawa menjalin kebersamaan dan hidup
rukun saling menghormati, tenggang rasa, menjaga ketentraman.Sikap saling menghormati
dapat dicapai melalui 3 perasaan yaitu “isin”,“sungkan”, dan “wedi” (H.Geertz, 1973).Sikap
mental Jawa, pandangan hidup Jawa analog dengan sikap hidup orang Jawa atau bisa juga
sikap hidup masyarakat Jawa pada tempat-tempat tertentu.Pandangan hidup Jawa merujuk
kepada unsur sentral kebudayaan Jawa ialah sikap “rila”, “narima”, dan “sabar”.Implementasi
dari pandangan hidup tersebut berupa sikap hidup yang disebut pasrah dan sumeleh.Indikator
sikap hidup Jawa tersebut adalah: “rila”, “narima”, “temen”, “sabar”, “berbudi luhur”,
“eling”,“percaya”, “mituhu” , “mawas diri”, “satriya pinandhita”, “rukun”, “sepi ing
pamrih” (Serat Sasongko Jati). Indikator-indikator inilah yang selalu diusahakan dalam
kehidupan sehari-harinya.Orang Jawa menjunjung tinggi amanat yang berwujud sesanti
“memayu hayuning bawana” (E. Suwardi, 2005).Dalam penyampaian pendidiqan Karakter di
implentasian dengan pelajaran yang sesuai, diantaranya
adalah Bertakwa (religious),Bertanggung
jawab (responsible),Berdisiplin (dicipline),Jujur (honest), Sopan (polite),Peduli (care),Kerja
keras(Hard work), Sikap yang baik (good
attitude),Toleransi (tolerate),Kreatif (Creative), Mandiri(independent),Rasa Ingin
Tahu (curiosty),Semangat Kebangsaan (Nationality
Spirit),Menghargai(Respect),Bersahabat (Friendly),Cinta damai (Peace Ful).
d.AjaranJawa yang kemudian sebagai budaya jawa sangat terasa diberikan secara turun
temurun, dipengaruhi budaya Hindu dan Budha dimana diajarkan. Bangsa Indonesia saat ini
krisis karakter, meskipun dunia mengakui bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya,
sopan, santun, dan berbudi pekerti luhur. Indikasi tercermin ketika mencari dedalane guna
lawan sekti (jalan kesaktian), bangsa kita tidak lagi memakai jalan luhur kudu andap
asor (penuh kesatuan). Nilai Karater dapat di Implementasian dengan sikap jujur, berbudaya,
teliti, cermat, cerdas, cerdi dan tidak mengedepankan ambisi dengan mencari menang sendiri.
Kesimpulan pembentuan Karakter perlu di integralkan melalui pembelajaran
V. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) agama katholik dapat
memasukkan unsur-unsur budaya dalam pendidikan karakter diantaranya di tunjukan sebagai
berikut :
a.Sifat dasar budaya Jawa religius, non doktriner/ non dogmatis, toleran, akomodatif,
optimistic. Kebudayaan Jawa bersifat sinkritis atau Tantularis, karena menyatukan atau
mengakomodasikan unsur-unsur pra Hindu, Buda, Hindu-Jawa, dan Islam sedang kristiani
datang belakangan (karena melalui dokmatis dan ajaran gereja).
b.Indikator sikap hidup Jawa tersebut adalah: “rila”, “narima”, “temen”, “sabar”, “berbudi
luhur”, “eling”,“percaya”, “mituhu” , “mawas diri”, “satriya pinandhita”, “rukun”, “sepi ing
pamrih”
c.Indikasi tercermin ketika mencari dedalane guna lawan sekti (jalan kesaktian), bangsa kita
tidak lagi memakai jalan luhur kudu andap asor (penuh kesatuan). Nilai Karater dapat di
Implementasian dengan sikap jujur, berbudaya, teliti, cermat, cerdas, cerdi dan tidak
mengedepankan ambisi dengan mencari menang sendiri.
d.Bangsa Indonesia saat ini krisis karakter, meskipun dunia mengakui bangsa Indonesia adalah
bangsa yang berbudaya, sopan, santun, dan berbudi pekerti luhur. Indikasi tercermin ketika
mencari dedalane guna lawan sekti (jalan kesaktian), bangsa kita tidak lagi memakai jalan
luhur kudu andap asor (penuh kesatuan). Nilai Karater dapat di Implementasian dengan
sikap jujur, berbudaya, teliti, cermat, cerdas, cerdi dan tidak mengedepankan ambisi dengan
mencari menang sendiri. Kesimpulan pembentuan Karakter perlu di integralkan melalui
pembelajaran
2.SARAN
1.Setiap pendidik diharapkan menguasai bidang studi yang di ajarkan, kemudian pendidikan
karakter baru di implementasikan dalam silabus dan juga pada RPP.
2.Keseragaman dan kesamaan langkah dalam KBM agama katholik agar persepsi yang diterima
muridpun sama.
--------------------------------------------------------------------------------
. Pangestu (Paguyuban Ngesthi Tuggal), inti sari kitab Sasongko Jati
.Diambildari naskah pendidikan karater oleh Dr.Sudharto, MA, pada Sarasehan budaya
selasa kliwon YSBJ Kanthil, 30 April 2012 di museum ronggowarsito semarang
Diambil IGKasimo, buku pendidikan agama katolik terbitan kanisius Yogyaarta
Disampaikan pada Seminar Ilmiah tentang Pendidikan Karakter MKKS Kab Wonogiri
dan Kepala SMP se eks Karesidenan Surakarta oleh Prof Dr Wedha Sunarno, M.Pd
(Guru Besar Fisika FKIP UNS Surakarta), Kamis, 5 Juli 2012.
2.SARAN
1. Setiap pendidik diharapkan menguasai bidang studi yang di ajarkan, kemudian pendidikan
karakter baru di implementasikan dalam silabus dan juga pada RPP.
2. Keseragaman dan kesamaan langkah dalam KBM agama katholik agar persepsi yang diterima
muridpun sama.
VI.DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 1997 Pengelolaan Kelas. Jakarta : Depdikbud dan PT Rajawali.
Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Atas (SMA,SMK), 2004
Soetomo, Prof. Dr. Dr, Pendidikan Karakter, Disampaikan dalam penataran guru agama katholik se Jawa
Tengah
Sudjana, 2009 Penilaian Hasil Proses Belajar, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Sasongko Jati, Pangestu
Sudharto, Dr, MA, Sarasehan Budaya Selasa Kliwon YSBJ Kanthil
Lampiran 1
Sedangkan Nilai Karakter yang hendak di capai adalah :
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Kaarakter Bangsa
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
Komuniktif bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman ataskehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
NILAI DESKRIPSI
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
VII. BIODATA PENULIS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Mulyono, terlahir Sinu Mulyono, di Desa Papringan Kec. Kaliwungu Kabupaten
Semarang, 14 Oktober 1957 dari AyahRSoediran Kartopawiro dan Ibu sebagai
Petani. SD, SMP diselesaikan di Desa, SLTA di SMA Kanisius Slamet Riyadi
Jurusan Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam di Surakarta lulus th 1976, tahun 1978
meneruskan pada FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Jurusan Matematika,
lulus Deploma III th 1982 dilanjutkan ke Doktoral, lulus th 1984. Th 2005
mendapatkan kesempatan meneruskan S-2 Pascasarjana UNNES pada prodi MIPA
Jurusan Matematika lulus (M.Pd) November 2007. Pada bulan November 2008 masuk Pascasarjana (S-2)
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Pariwisata Indonesia (STIEPARI) mengambil Jurusan Magister Manajemen
Pariwisata dan Perhotelan, lulus (M.Par) Maret 2012.
Karier dimulai dari Guru SMA Kanisius Slamet Riyadi Surakarta, SMA Tunas Pembangunan 1 (dulu Tunas
Jaya) dan SMA Murni Surakarta pada tahun 1978 s.d 1982 mengampu bidang studi Matematika, Fisika,
Geografi dan Menggambar, serta Bimbingan Belajar (STUPA, Ganeca EXACT dan Neutron) di kota Surakarta.
Pada tahun 1983 sampai sekarang sebagai Guru SMA Negeri 9 Semarang mengampu bidang studi Matematika,
Bahasa Jawa dan Agama Katholik, pernah mengajar di SMA PGRI 4 Semarang (bubar th 1990), SPK PPNI
(Sekolah Perawat Kesehatan, bubar 2009), tahun 1987 – 1990 sebagai Guru Inti Matematika Kab. Semarang dan
Kota Salatiga, sebagai Widya Iswara PT KA (dulu PJKA th 1988 s.d 2001). Sekarang masih mengampu bidang
studi Matematika di SMK Ignatius Semarang, Seni Budaya dan Bahasa Jawa di SMK Keperawatan Husada
Nusantara, Tutor (Dosen) Matematika dan Statistik UT (Universitas Terbuka) UPBJJ Semarang th 2008 s.d
sekarang, Dosen Tidak Tetap bidang studi Matematika, Statistik, Manajemen, Seni Budaya dan Bahasa Jawa di
beberapa Perguruan Tinggi sampai sekarang. Di bidang profesi sebagai pegiat dan Pengurus YSBJ (Yayasan
Studi Bahasa Jawa) Kanthil Jawa Tengah sejak th 2009 s.d sekarang, mantan ketua MGMP Bahasa Jawa kota
semarang, sejak Juli 2009 s.d sekarang sebagai Ketua Forum Komunikasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Bahasa Jawa (FKMGMPBJ) Jawa Tengah. Banyak mengisi rubrik dibeberapa media baik cetak maupun
elektronik dengan nama samaranKi Mayangkara atau M Sinu Kerto
Pengantar
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,
dinilai, dan diawasi agar berjalan efektif dan efisien. Mengingat keragaman budaya, latar
belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang
bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dituntut agar fleksibel, luwes,
bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar
dan menengah semestinya interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberi kesempatan yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat serta perkembangan fisik dan
psikologis peserta didik.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005[3], mengamanatkan bahwa salah satu standar yang
dikembangkan adalah standar proses. Standar Proses adalah Standar Nasional Pendidikan
berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu Satuan Pendidikan demi mencapai
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses berlaku bagi tingkat pendidikan dasar dan menengah
pada jalur formal, baik sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
Standar Proses mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilian serta pengawasan agar proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan metode pembelajaran erat hubungannya dengan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran merupakan perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat tentang kegiatan
pembelajaran agar kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Startegi yang
dipilih pada adalah strategi yang memampukan siswa semakin dalam belajar.Strategi
pembelajaran yang tepat sekarang ini dikenal dengan termonologi Pembelajaran Aktif.
Pembelajaran merupakan sebuah usaha untuk menciptakan iklim dan suasana
serta pelayanan terhadapkemampuan, potensi, minat, bakat, serta kebutuhan siswa (peserta
didik) yang majemuk agar tercipta interaksi optimal antara guru dengan siswa, dengan
siswa dengan siswa. Di sekolah, tindakan pembelajaran ini dilakukan oleh narasumber guru
terhadap siswa.Jadi padahakekatnya strategi pembelajaran berkaiterat dengan pemilihan
metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Penerapan suatu metode pembelajaran berhubungan dengan pembelajaran aktif, akan
melibatkan metode pembelajaan yang variatif.
Metode pembelajaran adalah penerapan model, pola atau langkah-langkah pembelajaran
tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai secaraefektif dan efisien.
Kegiatan pembelajaran di kelas disebut metode pembelajaran apabila terdapat unsur-unsur:
1. kajian ilmiah dari penemunya,
2. tujuannya,
3. tingkah laku yang spesifik, dan
4. kondisi khusus yang diperlukan agar pembelajaran berlangsung efektif.
Proses pembelajaran mensyaratkan hubungan intensif antara anak didik dengan guru.
Peserta didikadalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran
yang diperlukan, sedangkan guru merupakan orang yang menjalani profesi sebagai pengolah
kegiatan pembelajaran dan peranan lain yang mendukung terselenggaranya kegiatan
pembelajaran yang efektif.
B. Batasan Pengertian
1. Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari bahasa Yunani: " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh
(melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara
mencapai tujuan.
2. Pengertian Mengajar
Beberapa definisi tentang mengajar[4]:
1. Arifinmendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian
bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu ".
2. Tyson dan Caroll mengemukakan bahwa mengajar adalah:” a way working with
students ... A process of interaction .the teacher does something to student, the students do
something in return”. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan
sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan
kegiatan.
c. Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai “the facilitation of learning”, yaitu upaya
membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Dari aneka definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan
sistematik dari suatu lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik yang saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan
pengajaran dapat dicapai.
3. Pengertian Metodologi Mengajar
Berdasar berbagai definisi metodologi dan mengajar tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan
peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses
belajar berjalan dengan baik, yaitu terpacainya tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka pendidik perlu
mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Metode pempelajaran apakah yang tepat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik?
Kelemahan Kelebihan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kelemahan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
a. Dapat merombak pola pikir anak didik a. Kurikulum yang berlaku di negara kita
dari yang sempit menjadi lebih luas dan saat ini, baik secara vertikal maupun
menyuluruh dalam memandang dan horisontal, belum menunjang
memecahkan masalah yang dihadapi pelaksanaan metode ini.
dalam kehidupan. b. Organisasi bahan pelajaran,
b. Melalui metode ini, anak didik dibina perencanaan, dan pelaksanaan metode ini
dengan membiasakan menerapkan sukar dan memerlukan keahlian khusus
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari guru, sedangkan para guru belum
dengan terpadu, yang diharapkan praktis disiapkan untuk ini.
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. c. Harus dapat memilih topik unit yang
tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber
belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas
sehingga dapat mengaburkan pokok unit
yang dibahas.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat
mengajar.
Beberapa hal yang perlu disepakati:
1. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap metode
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
2. Kita dapat memilih salah satu metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan
materi pelajaran dan jika perlu dapat dapat menggabungkan beberapa metode pembelajaran.
3. Metode apapun yang diterapkan, jika kita kurang menguasai materi dan kurang disenangi
para siswa, maka hasil pembelajaran kita tidak efektif.
4. Oleh karena itu, komitmen kita adalah sebagai berikut:
a. Kita perlu mengusai materi yang akan diajarakan, dapat mengajarkannya, dan terampil
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
b. Kita berniat untuk memberikan apa yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati,
hangat, ramah, antusias, dan bertanggungjawab.
c. Menjaga para siswa agar “mencintai” kita, menyenangi materi yang diajarkan, dengan tetap
menjaga kredibilitas dan wibawa sebagai guru.
d. Kita sebagai guru dapat mengembangkan metode pembelajaran sendiri. Anggaplah kita
sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
2. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran (pembelajaran) selalu berpikir
bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan,
apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan
kematangan anak, dan sebagainya.
B. Saran
1. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.
2. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.
3. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, hendaknya secara antusias untuk
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dengan dunia pendidikan.
Daftar Pustaka
Asrori, Muhammad, 2007: Psikologi Pembelajaran, Bandung , Wahana Prima.
Djamarah, Syaiful Bakri, 2000: Psikologi Belajar, Bandung, Bumi Aksara.
Surwanti, Asra, 2007: Metode Pembelajaran, Bandung, Wahana Prima.
Suryabrata, Sumadi, 2007: Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers.
Winkel, 1991: Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia
BIODATA
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tak langsung
kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas terhadap loyalitas melalui harapan pengunjung
di Obyek Ziarah Goa Maria Kerep Ambarawa. Data yang digunakan adalah data primer
tentang variabel kemasan daya tarik (7 item), variabel infrastruktur (7 item), variabel fasilitas
(9 item), variabel harapan (6 item) dan variabel loyalitas (6 item). Semua item pernyataan
diukur dengan Skala Likert.Penentuan sampel menggunakan teknik accidental sampling,
sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan penyebaran kuesioner kepada 100
pengunjung obyek ziarah Goa Maria Kerep Ambarawa.Data dianalisis dengan deskriptif
kuantitatif dan kualitatif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa semua hipotesis yang
diajukan dapat diterima, artinya bahwa variabel kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harapan pengunjung, sedangkan dari hasil uji
analisis jalur ( langsung maupun tak langsung) ketiga variabel tersebut ditemukan
berpengaruh dominan langsung terhadap loyalitas melalui harapan pengunjung.
1. Apakah kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas berpengaruh terhadap harapan
pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa?
2. Apakah kemasan daya tarik, infrasturuktur dan fasilitas berpengaruh langsung
terhadap loyalitas serta tidak langsung melalui harapan pengunjung di Gua Maria
Kerep Ambarawa ?
IV.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh daya tarik, infrastruktur dan fasilitas
terhadap harapan pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh langsung maupun tak langsung kemasan
daya tarik, infrastruktur dan fasilitas terhadap loyalitas maupun melalui harapan
pengunjung di Gua Maria Kerep Ambarawa.
V.Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Terkait
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan
pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Bimas Katolik, Kelompok Kategorial dan Pengelola
Goa Maria Kerep Ambarawa memenuhi harapan pengunjung dan meningkatkan jumlah
pengunjung
VI.Desain Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka
pemikiran yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksplanatori (eksplanatory method). Penelitian eksplanatori adalah jenis
penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel terikat (dependent variable) dan variabel
bebas (independent variable), dan juga diperlukan untuk pengujian hipotesis yang diajukan
sebelumnya[14].Dalam kaitannya dengan penelitian ini metode eksplanatori dimaksudkan
untuk menjelaskan pengaruh daya tarik obyek ziarah, infrastruktur dan fasilitas terhadap
harapan pengunjung serta dampaknya pada loyalitas pengunjung di obyek ziarah Goa Maria
Kerep Ambarawa Kabupaten Semarang.Untuk mengetahui pengaruh yang dimaksud berikut
digambarkan desain penelitian.
A. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Quoted accidental
sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara sembarang (ditujukan
kepada siapa saja yang ditemui dilokasi) namun dibatasi jumlahnya. Dengan teknik ini, tidak
semua unsur atau anggota populasi diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel
(Nonprobability sampling)[15].Dalam penelitian ini maksud dari siapa saja adalah
pengunjung Goa Maria Kerep yang bisa dan bersedia untuk mengisi kuesioner.Distribusi
normal akan tercapai apabila jumlah sampel mendekati 100[16].
Untuk menentukan besarnya sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
digunakan rumus Slovin[17], Berdasarkan rumus kemudian ditentukan besarnya populasi
yaitu jumlah pengunjung obyek ziarah Goa Maria Kerep pada tahun 2009 yaitu 4.543 orang
dengan batas kesalahan yang masih dapat di toleransi adalah 10 persen.
n = 97,85
= 100 (dibulatkan)
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa sampel yang akan diteliti sebanyak
100 responden.
Skala pengukuran indikator dalam penelitian ini menggunakan skala likert mulai
dari yang terkecil yaitu sangat tidak setuju diberi nilai/ skor 1 (satu) sampai dengan nilai
terbesar yaitu sangat setuju diberi nilai / skor 5 (lima).
Besarnya Pengaruh
No. Variabel Jalur Keterangan
Langsung Tak Langsung
X1 ke Y 0,261 -
1 X2 ke Y 0,345 -
X3 ke Y 0,339
X1 ke Z X1 –Y– Z 0,216 0,062 L >TL
X2 ke Z X2 –Y– Z 0,312 0,090 L > TL
2
X3 ke Z X3 –Y– Z 0,186 0,053 L > TL
Y ke Z Y–Z 0,287
Dari hasil analisis data sebagaimana ditampilkan pada tabel 1 di atas dan dengan
melihat gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
A.Pengaruh Kemasan Daya Tarik (X1) terhadap Loyalitas Pengunjung (Z)
Dari angka yang ada pada tabel 4.22diketahui pengaruh langsung sebesar 0,216,
sedangkan angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,062 lebih kecil dari 0,216.Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kemasan daya tarik terhadap loyalitas pengunjung adalah
pengaruh dominan langsung.
B.Pengaruh Infrastruktur (X2) Loyalitas Pengunjung (Z)
Dari angka yang ada pada tabel 1diketahui pengaruh langsung sebesar 0,312,
sedangkan angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,090 lebih kecil dari 0,312.Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap loyalitas adalah pengaruh dominan
langsung.
C.Pengaruh Fasilitas (X3) Loyalitas Pengunjung (Z)
Dari angka yang ada pada tabel 1diketahui pengaruh langsung sebesar 0,186,
sedangkan angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,053 lebih kecil dari 0,186.Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh fasilitas terhadap loyalitas adalah pengaruh dominan langsung.
D.Pembahasan
Dari analisis data diperoleh temuan-temuan yang merupakan jawaban atas masalah-
masalah penelitian dan pembuktian hipotesis penelitian. Masalah pokok penelitian telah
terjawab, yaitu kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas berpengaruh terhadap harapan
pengunjung dan loyalitas pengunjung di Goa Maria Kerep Ambarawa.
Selanjutnya diuraikan pembahasan hasil penelitian dengan cara menafsirkan pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Dalam penelitian ini
melibatkan dua variabel terikat, yaitu harapan pengunjung dan loyalitas pengunjung.
1. Pengaruh Kemasan Daya Tarik Terhadap HarapanPengunjung
Kemasan daya tarik Goa Maria Kerep Ambarawa yang menarik seperti
pemandangan alam yang indah, penyelenggaraan upacara keagamaan yang tertib dan
khidmad, kesakralan patung Bunda Maria, kebersihan dan keindahan taman serta lokasi dekat
dengan jalan raya dan berdekatan dengan obyek ziarah lain memberikan
harapan pengunjung. Kemasan daya tarik yang menarik tersebut memberikan harapan bagi
pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa sehingga pengunjung mendapatkan kesan yang
baik serta memenuhi harapannya kemudian pengunjung merekomendasikan kepada orang
lain.
2. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Harapan Pengunjung
Infrastruktur yang ada di Goa Maria Kerep dapat memenuhi kebutuhan pengunjung
seperti tersedianya saluran air bersih, tong sampah yang cukup banyak , jaringan
komunikasi, adanya penerangan pada malam hari, akses jalan masuk beraspal dan sarana
transportasi yang mudah serta sistem keamanan yang beroperasi selama 24 jam memberikan
harapan pengunjung. Infrastruktur yang baik dan memenuhi kebutuhan pengunjung tersebut
memberikan harapan bagi pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa sehingga pengunjung
mendapatkan kesan yang baik dan terpenuhi harapannya kemudian pengunjung
merekomendasikan kepada orang lain.
3. Pengaruh Fasilitas Terhadap Harapan Pengunjung
Fasilitas yang ada di Goa Maria Kerep dapat mendukung kebutuhan pengunjung
seperti tersedianya tempat informasi, ruang pertemuan, penginapan , tempat untuk retret dan
camping rohani, area parkir yang luas, kamar mandi dan WC, toko souvenir dan warung
makan yang menyediakan berbagai masakan khas memberikan harapan
pengunjung. Fasilitas yang baik dan mendukung kebutuhan pengunjung tersebut
memberikan harapan bagi pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa, sehingga pengunjung
mendapatkan kesan yang baik serta memenuhi harapannya kemudian pengunjung
merekomendasikan kepada orang lain.
4. Pengaruh Kemasan Daya Tarik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Terhadap
Loyalitas Melalui Harapan Pengunjung
Hasil ini didukung dari hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden yang
memberikan pernyataan kemasan daya tarik dengan indikator keindahan alam, upacara
religius keagamaan, ketersediaan berbagai masakan khas, adanya patung Bunda Maria,
keindahan taman, kemudahan menuju lokasi dan Goa Maria dekat dengan obyek ziarah lain
58% dalam kategori menarik. Kemasan daya tarik yang menarik tersebut diatas memberikan
kesetiaan, kunjungan ulang dan jumlah kunjungan ulang atas pengunjung.
2. Ada pengaruh langsung maupun tak langsung kemasan daya tarik, infrastruktu dan
fasilitas terhadap loyalitas melalui harapan pengunjung. Namun demikian kemasan
daya tarik, infrastruktu dan fasilitas berpengaruh dominan langsung terhadap
loyalitas.
B. Saran
1. Dengan mengetahui bahwa kemasan daya tarik, infrastruktur, fasilitas dapat mempengaruhi
harapan pengunjung hendaknya pengelola Goa Maria Kerep Ambarawa memperhatikan
ketiga variabel tersebut kemudian dikaji lebih mendalam dan ditindaklanjuti sehingga dapat
memberikan harapan lebih besar kepada pengunjung.
2. Dengan mengetahui bahwa kemasan daya tarik, infratruktur dan fasilitas berpengaruh
dominan langsung terhadap loyalitas dari pada harapan pengunjung, maka pengelola Goa
Maria Kerep Ambarawa hendaknya perlu juga memperhatikan pembinaan penghayatan
agama, motif berkunjung dan nilai religius terhadap calon pengunjung mengingat ketiga hal
tersebut mempengaruhi loyalitas pengunjung.
3. Goa Maria dapat digunakan sebagai tempat pembinaan iman, karena jelas dari
hasil penelitian tersebut bahwa motif berkunjung dan nilai religious lebih dominan, sehingga
ada sinergi antara destinasi Goa Maria dengan motif kunjungan yang diduga karena
penghayatan iman umat.
4. Memanfaatkan fasilitas yang disediakan Goa Maria untuk tujuan tersebut di atas,
seperti : Retret, Rekoleksi, Out Bond, Devosi, Pelajaran Agama, Perayaan Ekaristi, dll
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menguji persepsi pengunjung Goa Maria Kerep Ambarawa dengan
menggunakan variabel kemasan daya tarik, infrastruktur dan fasilitas.Hasil penelitian ini
tidak bisa dipakai secara umum mengingat obyek ini hanya memiliki segmen tertentu, yaitu
pengunjung yang beragama Katolik. Sehingga untuk variabel yang sama bisa berbeda hasil
penelitiannya bila diterapkan pada obyek ziarah umum. Selain itu, dalam pemaparan ini,
mengingat keterbatasan maka hasil penelitian ini pun tidak disajikan secara lengkap.
Biodata Penulis
Damianus Widihantara, S.Pd, M.Par, lahir di Yogyakarta, 28 September
1970, menempuh SD Karitas di Yogyakarta lulus tahun 1983, SMP lulus
tahun 1986, SMA lulus tahun 1989, lulus Sarjana Pendidikan Agama
Katolik Universitas Sanata Dharma tahun 1998, dan lulus Pascasarjana
Managemen Pariwisata Rohani STIEPARI Semarang tahun 2010. Riwayat
pekerjaan sebagai tenaga administrasi IKIP Sanata Dharma tahun 1990-
1993, tenaga animasi dan karya panggilan Komunitas Xaverian tahun 1997-
1998, Guru SMA Bhineka Yogyakarta tahun 1997-1998, Guru SMA Negeri
8 Yogyakarta tahun 1997-1998, Dosen STKIP Widya Yuwana Madiun tahun 1998-1999,
Guru SMA Kebon Dalem Semarang tahun 1999-2005, Guru SMA Karangturi Semarang
tahun 1999-2000 dan tahun 2004-2005, Guru SMA Negeri 9 Semarang tahun 2006-sekarang,
Dosen Akademi Kimia Industri Semarang tahun 2010-sekarang. Diangkat PNS Bimas
Katolik sebagai Penyuluh Agama Katolik tahun 2005-2011, Penyelenggara Bimas Katolik
Kabupaten Pati tahun 2011-sekarang. Riwayat organisasi: penggagasLembaga
Pengembangan Media Pembelajaran Agama Katolik Provinsi Jawa Tengah, penggagas
Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Agama Katolik Provinsi Jawa Tengah, penggiat
Yayasan Studi Bahasa Jawa Kanthil (YSBJ Kanthil), anggota Dewan Pariwisata Indonesia
dan anggota Persaudaraan Masyarakat Budaya Indonesia (Permadani). Tinggal di Tembalang
Pesona Asri Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, St, 2003, Gua Maria Kerep Ambarawa, Semarang, Tim Pengelola GMKA
E.A. Chalik,, 1992. Dasar – Dasar Pengetahuan Pariziarah, Jakarta; Yayasan Bakti, Membangun.
Edmund Bachman, PhD, 2005, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, Jakarta, Prestasi
Pustakaraya
Herman Musakabe, 2006, Bunda Maria Pengantar Rahmat Allah, Bogor, Citra Insan Pembaru.
Pendit, Nyoman S, 1999. Ilmu Pariziarah Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta, PT. Pradnya
Paramita, 1999.
Lampiran
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN
Petujuk Pengisian
Untuk pernyataan–pernyataan berikut ini, Bapak / Ibu / Saudara / i saya persilahkan untuk
memberikan jawaban dengan cara mengisi tanda () pada salah satu alternative pilihan yang
telah disediakan.
STS: ( Sangat Tidak Setuju)
TS: ( Tidak Setuju)
CS: ( Cukup Setuju)
S: ( Setuju)
SS : ( Sangat Setuju)
Penilaian
No Pernyataan STS TS CS S SS
1 2 3 4 5
Variabel Kemasan Daya Tarik ( X1 )
1. Pemandangan alam yang ada di obyek Goa Maria
Kerep terlihat indah
2. Upacara Keagamaan (Misa, Novena, dll) yang di
selenggarakan di Goa Maria tertib dan khitmad
3. Di Lokasi Obyek Goa Maria Kerep tersedia obyek
wisata kuliner.
4. Patung Bunda Maria yang ada di Goa Maria Kerep
memberikan suasana sakral
5. Taman yang ada di lokasi obyek Goa Maria Kerep
bersih, sehingga memberikan nuansa damai dan
indah bagi pengunjung
6. Lokasi Goa Maria Kerep dekat dengan jalan raya
menuju Semarang - Yogyakarta dan Semarang –
Solo sehingga mudah dijangkau
7. Lokasi Goa Maria Kerep berdekatan dengan obyek
wisata lain, sehingga bisa sekaligus berkunjung ke
obyek wisata lain
Variabel Infrastruktur ( X2 )
1. Tersedianya saluran air bersih di Goa Maria Kerep
untuk memenuhi kebutuhan pengunjung
2. Tersedianya hot spot dan wartel di Goa Maria
Kerep untuk memenuhi kebutuhan pengunjung
dalam hal komunikasi
3. Tersedianya sarana angkutan umum menuju lokasi
Goa Maria Kerep selama 24 jam
4. Akses jalan yang beraspal menuju lokasi Goa Maria
Kerep memberikan kemudahan bagi pengunjung
5. Tersedianya penerangan pada malam hari sehingga
tidak gelap bila berkunjung malam hari
6. Tersedianya tong sampah dalam jumlah yang cukup
ditempatkan di lokasi Goa Maria Kerep
7. Pos keamanan di lokasi Goa Maria Kerep
beroperasi selama 24 jam dan satpam berkeliling
setiap saat
Variabel Fasilitas (X3)
1. Tersedianya tempat informasi di lokasi Goa Maria
Kerep untuk mendukung kebutuhan pengunjung
dalam mencari informasi tentang Goa Maria Kerep
2. Goa Maria Kerep menyediakan ruang pertemuan
yang dapat menampung 300 orang
3. Tersedia penginapan bagi pengunjung dari luar kota
atau yang ingin menginap sementara waktu
4 Goa Maria Kerep menyediakan tempat untuk
kegiatan keagamaan seperti retret, rekoleksi,
outbond dan camping rohani
5. Tersedianya area parkir yang cukup luas di obyek
Goa Maria Kerep
6. Tersedianya kamar mandi dan WC dalam jumlah
yang cukup banyak dan mudah dijangkau
7. Tersedianya toko souvenir yang menyediakan
berbagai macam jenis barang bawaan
8. Tersedianya warung makan yang menyediakan
berbagai macam masakan khas
9 Tersedianya Ruang PPPK sehingga memudahkan
perawatan bagi yang mengalami gangguan
kesehatan saat berkunjung
Variabel Harapan Pengunjung (Y)
Dewan Redaksi:
Pelindung : Agustinus Sukaryadi
Penanggungjawab : Bonifasius Deny Yuswanto
Pemimpin Redaksi : Eduardus Endy Widyarsoro
Redaksi Pelaksana :
Damianus Widihantara
Hendrikus Suyatno
Nicolaus Budi Hartana
Administrasi :
Agustinus Joko Budi Santosa
Herman Laurens Ulmasembun