Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI HAM MENURUT IMAN

KRISTEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KWL SISWA


KELAS IX SMP YPPGI ENAROTALI

Nama : Mince Yumai S.Pdk

Satuan Pendidikan : SMP YPPGI Enarotali

Mata Pelajaran : Pendidikan agama Kristen Dan Budi Pekerti

Kelas : IX (Sembilan)
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “ Peningkatan Hasil Belajar Materi HAM menurut Iman Kristen Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali ”. Tujuan Penelitian ini adalah
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi HAM menurut Iman Kristen Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe KWL Siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri
dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Materi HAM Menurut Iman Kristen Siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali Kecamatan Paniai
Timur Kabupaten Paniai.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan:

(1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe
KWL untuk meningkatkan Hasil Belajar Materi HAM menurut Iman Kristen Siswa Kelas IX.

(2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih memahami Pembelajaran
Kooperatif Tipe KWL.

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk Allah, sejak dilahirkan memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang
kearah kedewasaan, baik jasmani maupun rohani. Manusia memerlukan pendidikan untuk
menggerakkan dan mengembangkan potensi serta kemampuan dasar tersebut kepada pola yang
dikendalikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan, karena
kemajuan bangsa erat kaitannya dengan masalah pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau
bangsa Indonesia begitu besar perhatiannya terhadap masalah pendidikan, bahkan tujuannyapun
semakin disempurnakan.Ini sesuai dengan ketentuan yang dimuat dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.

Secara garis besar, pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar
menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut :

“ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab ”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam
meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan. Berdasarkan
hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IX SMP YPPGI Enarotali, Kecamatan Paniai Timur, Kabupaten
Paniai, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa rendah di bawah
standar ketuntasan yaitu dibawah 75.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Agama Kristen
masih rendah,
b. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
c. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Kristen dan menganggap Pendidikan
Agama Kristen hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat konsep – konsep Pendidikan Agama Kristen yang telah
diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan
diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran
sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran
akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai
dengan indikator yang ingin dicapai.Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah model pembelajaran kooperatif tipe KWL karena siswa
dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian terhadap
masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa
dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul :“ Peningkatan Hasil Belajar Materi HAM Menurut
Iman Kristen Melalui Model Pembelajaran KWL Siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali “.

2. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut :
“Bagaimanakah Model pembelajaran tipe KWL dapat meningkatkan hasil belajar pada materi HAM
Menurut Iman Kristen siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali ?”

3. Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen menggunakan model pembelajaran KWL pada
materi HAM Menurut Iman Kristen siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali.
1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi siswa: untuk meningkatkan pemahaman konsep Pendidikan Agama Kristen dan
menerapkannya dalam kehidupannya sehari – hari sehingga pelajaran Pendidikan Agama Kristen
menjadi lebih sederhana.
b. Bagi Guru: penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan
hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa, memberikan alternative pembelajaran yang aktif,
kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen.
c. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2012: 46) pengertian hasil belajar adalah “kemampuan – kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya”. Bloom (dalam Nana Sudjana, 2012: 53)
membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian,
organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu : gerakan
refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik,
ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicaPendidikan Agama Kristen siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu :
a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal
ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut :

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa.
Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya
bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
mestinya.
c. Hasil belajar yang dicaPendidikan Agama Kristen bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah
kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau prilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam
menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar, Setelah melaksanakan proses belajar
mengajar yang optimal sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas.

2. Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Worsham, pembelajaraan kooperatif adalah “model pembelajaraan yang
sistematis dengan mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan pembelajaraan yang
efektif dan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis” sedangkan menurut Johns
pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar mengajar secara kelompok – kelompok kecil, siswa
belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman
belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajar Kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan
cara mengelompokkan siswa untuk bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal,
baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

2. Ciri – ciri dan unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif

a. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif


Menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif dicirikanoleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaraan kooperatif didorong dan atau dikehendaki
untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaraan kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sma lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi
penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil dalam kelompok.

Ciri–ciri pembelajaraan yang mengguanakan model kooperatif adalah :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang, dan rendah
c. Anggota kelompok hendaknya berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda – beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif merupakan
pembelajaran yang mengelompokan siswa yang memiliki kemmpuan yang beragam dan tidak
membedakan ras, suku, budaya maupun jenis kelamin.

b. Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif

Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan


bersama”.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka
sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalamkelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang akan dikenakan utnuk
semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang akan ditangani
dalam kelompok kooperatif.

Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik dan optimal hendaknya guru tidak
meninggalkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif seperti yang telah diuraikan di atas.

c. Tujuan pembelajaran kooperatif

Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencaPendidikan Agama Kristen aetidak –


tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman,dan pengembangan keterampilan sosial.

1. Hasil belajar Akademik


Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Sedangkan menurut Slavin,
pembelajaran kooperatif dapat merubah norma budaya anak muda dan membuat budaya lebih dalam
tugas – tugas pembelajaraan.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif diharapkan mendapatkan hasil belajar akademik yang
maksimal yaitu mampu memahami konsep-konsep yang sulit serta dapat mengubah norma budaya anak
muda menjadi budaya lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

2. Penerimaan terhadap keragaman

Efek samping yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap
orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas– tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untk menghargai satu sama lain.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan efek yang positif terhadap nilai
keragaman dimana peserta didik mampu menerima perbedaan baik ras, suku, budaya, kelas social
maupun kemampuan.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL

Menurut Ogle (2006) KWL Strategy merupakan strategi instruksional, reading yang digunakan untuk
membimbing siswa membaca sebuah teks bacaan. Siswa mulai dengan Brainstrorming. Siswa diminta
mengungkapkan apa saja yang mereka ketahui mengenai sebuah topik. Informasi tersebut direkam
dalam bentuk catatan kecil dalam kolom K pada tabel KWL. Siswa kemudian membuat sejumlah
pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui tentang topik yang disajikan dalam teks bacaan.
Pertanyaan--pertanyaan tersebut di tuliskan dalam kolom W pada tabel. Selama atau setelah reading,
siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom W. Informasi baru yang siswa pelajari dituliskan
dalam kolom L pada tabel KWL. Fisk and Hurst (2003: 211), KWL Strategy, for comprehending the
reading, works so well, because it integrates all of modes of communication. When using this strategy,
students will be reading, writing, livening, and ,speaking about the text. Menurut Michael Susan dalam
jurnalnya (2008) Strategi KWL dapat digunakan pada tiap tingkatan kelas. Strategi tersebut bekerja
dengan baik dengan tiap jenis teks. Dia juga menemukan bahwa strategi ini paling baik diterapkan pada
wacana eksposisi. Berdasarkan teori yang ada, peneliti ingin membantu siswa memahami apa yang
dibaca, guru akan mengajar siswa dengan strategi pengajaran reading comprehension yang disebut
KWL. K merupakan kependekan dari Know, W merupakan kependekan dari Want to know, dan L
merupakan kependekan dari Learned.

1. Keuntungan penggunaan Strategi


Strategi KWL menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006). menyatakan bahwa strategi ini dapat
digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk menemukan apa yang telala diketahui siswa
Strategi KWL dapat membantu siswa memonitor pemahaman mereka terhap bacaan. KWL juga
dimaksudkan sebagai latihan, untuk suatu kelompok belajar maupun sebuah kelas, yang dapat
membimbing siswa membaca dan memahami sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa
untuk bekerja sendiri, tetapi diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik. Strategi
KWL menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan gagasan mereka di luar teks yang
mereka baca.

2. Kelebihan dan Kekurangan Strategi KWL.

a. Kelebihan Strategi KWL

Strategi KWL merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan reading comprehension
siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti bagaimana menggunakan strategi tersebut dengan benar
untuk memahami bacaan. Dalam proses memahami penggunaan KWL, siswa memerlukan bimbingan
dan pemaparan yang jelas. Setelah itu siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Strategi KWL
selangkah demi selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang berhubungan dengan topik
yang disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan siswa dapat membuat pertanyaan dengan
tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang disajikan di dalam kolom W. Selanjutnva siswa
dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom siswa tidak menemukan jawaban di bacaan,
siswa-mencarinya dari sumber lain. Jawaban-jawaban tersebut diletakkan padat kolom L.

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi KWL ini, siswa lebih bersemangat dalam
mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih perhatian saat diperkenalkan dengan strategi KWL peneliti.
Strategi ini membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari bacaan.

b. Kelemahan Strategi KWL

Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa memerlukan lebih banyak latiban
untuk dapat menggunakan strategi tersebut dengan tepat.

3. Pelaksanaan Strategi KWL di dalam kelas.

3 langkah dalam pengajaran reading, yaitu: pre-reading activity, while-reading activity, dan post-reading
activity. Berikut peranan dari Strategi KWL pada tiap langkah:

1) Pre-Reading Activity

Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan strategi KWL adalah sebagai berikut:

a. Memilih teks bacaan.


b. Membuat tabel KWL.
c. Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah, atau frase yang dapat
dihubungkan dengan topik bacaan.
d. Menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan.
e. Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan di dalam kolom K.

Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan melaksanakan penelitian ini sebagai
berikut:

Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar. Lalu peneliti
akan membuat tabel KWL di papan tulis atau di selembar kertas. Peneliti akan meminta siswa
menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari teks bacaan. Berikut contoh tabel KWL:

Tabel. KWL Chart

K W L

Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka anggap berhubungan
dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom K pada tabel KWL yang ada pada mereka.
Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa kehabisan gagasan.

Peneliti melibatkan siswa dalam diskusi tentang apa yang mereka tulis dalam kolom K. Untuk
menstimulasi pengungkapan gagasan dari siswa, guru memberikan dorongan seperi, “Tell me what you
know about...,”. Hal ini dilakukan juga untuk, memberikan siswa semangat untuk menjelaskan hubungan
antra topik dan gagasan siswa.

2) While-Rending Activity.

Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui
banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam kolom K. Pertama-tama
siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa mengubah kalimat tersebut meniadi
pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan
perhatian mereka selama pembacaan teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada
kolom W.

3) Post-Reading Activity

Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W selama atau setelah pembacaan teks bacaan
lalu menuliskannya di kolom L. Setelah itu, peneliti mendiskusikan informasi yang tercatat pada kolom L
dan memotivasi siswa mencari pertanyaan di dalam kolom W yang tidak terjawab atau jawabannya
tidak ditemukan di dalam teks bacaan. Siswa harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang tidak terjawab.

4. HAM Menurut Iman Kristen


1. Hak Asasi Manusia (HAM)

Selama berabad-abad manusia telah bergumul dengan masalah hak-haknya yang paling dasariah, atau
yang kita kenal dengan hak asasi manusia (HAM). Berbagai pihak telah berupaya untuk merumuskan apa
yang dimaksud dengan HAM; konferensi dan seminar-seminar telah digelar untuk merumuskan apa
yang dimaksud dengan HAM dan hak-hak apa saja yang digolongkan ke dalam HAM. Namun, hingga saat
ini belum ada kriteria atau definisi HAM yang dapat diterima semua orang. Hal ini disebabkan berbagai
disiplin ilmu memiliki titik berat yang berbeda untuk merumuskan atau menetapkan kriteria HAM.

Pada umumnya, semua ahli sepakat bahwa yang dimaksud dengan HAM adalah hak-hak dimiliki setiap
orang yang melekat pada keberadaannya sebagai manusia. Di mana pun ia berada. Hal ini telah
dirumuskan dalam Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia (1948).

Kita akan membatasi pembahasan seputar pemahaman Kristen terhadap HAM, yang diuraikan di dalam
dua pokok utama, yakni kedaulatan Allah yang universal dan citra Allah di dalam diri setiap manusia.
Pada akhirnya, siswa akan dibimbing untuk melihat bahwa pada kenyataannya masih banyak terjadi
pelanggaran HAM, baik yang dilakukan secara individual maupun pelanggaran HAM yang
tersistematisasi.

Pertama-tama kita akan mencoba melihat praktik HAM di Indonesia seperti yang kita lihat di berbagai
media cetak maupun elektronik. Sebuah contoh dapat kita temukan di bawah ini. Pertanyaan-
pertanyaan yang mengikutinya dapat digunakan guru untuk membuka percakapan tentang tema ini.

Wajah hak asasi manusia (HAM) Indonesia tahun 2007 tidak menentu. Kadang cerah, kadang redup atau
gelap. Cerah karena Indonesia makin terbuka dalam pergaulan antara bangsa.

Tetapi wajah HAM Indonesia menjadi redup, kata Koordinator untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras), Usman Hamid di Jakarta, Senin (10/12), ketika martabat dan keadilan korban
belum terpenuhi. Mereka masih menuntut para pelanggar berat HAM dihukum. Yurisdiksi Peradilan
militer atas pidana umum/kejahatan sipil belum dihapus. Akibatnya, kasus pelanggaran HAM oleh
militer seperti Alastlogo diselesaikan dengan berdasarkan kepentingan militer, bukan berdasarkan
martabat dan keadilan korban.

Di tempat terpisah, Yuddy Chrisnandi dari Fraksi Partai Golkar (FPG), mengatakan, penyelesaian kasus-
kasus pelanggaran HAM di Indonesia masih jauh dari harapan. Pemerintah tidak memiliki keseriusan dan
keberanian menegakkan hukum, serta tidak punya kemampuan memisahkan kepentingan negara
dengan kepentingan politik pribadi. “Masih jauh panggang dari api. Sangat memprihatinkan. Pemerintah
belum memiliki political will yang kuat untuk penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran
HAM”, kata Yuddy terkait peringatan Hari HAM Sedunia hari ini.

Tidak diselesaikannya pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM, kata dia, memperlihatkan


ketidakseriusan pemerintah, bukan hanya dalam hal penegakan hukum, tapi secara khusus dalam
pengungkapan kasus-kasus pelanggaran HAM itu sendiri. “Dibutuhkan kemampuan, terutama
keberanian untuk memisahkan kepentingan negara atau kepentingan rakyat dengan kepentingan
individu, ataupun kelompok, untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang telah terjadi”,
kata dia.

Gayus Lumbuun, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (FPDI-P) , menegaskan
bahwa negara wajib memberikan perlindungan dan rasa aman bagi warga negaranya dari tindak
kekerasan aparatur negara, serta dari pembiaran terjadinya pelanggaran HAM. Dikatakannya,
pembiaran pelanggaran HAM oleh pemerintah pada akhirnya akan mengakibatkan kedaulatan negara
terhadap hukum nasional akan tereduksi oleh hukum internasional.

Hal itu terjadi, karena negara yang bersangkutan dinilai tidak memiliki niat dan kemampuan
menyelesaikan secara hukum kasus-kasus HAM melalui pengadilan nasionalnya. “Termasuk risiko dapat
dilakukan ekstradisi atau penangkapan tersangka oleh negara anggota konvensi di luar negaranya”, kata
Gayus.

Hak asasi manusia adalah pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai hak-hak dasar yang tidak dapat
disangkal dan yang sangat penting bagi hidup mereka. Lebih dari itu, hak ini sudah ada sejak manusia
dilahirkan, bahkan sejak ia masih ada di dalam kandungan ibunya.

Sejarahnya dapat dirunut ke masa ribuan tahun yang lalu dan ditemukan dalam berbagai perkembangan
agama, kebudayaan, filsafat dan hukum yang tercatat dalam sejarah. Dalam Kitab Keluaran kita
menemukan peraturan seperti ini tentang budak:

“Inilah peraturan-peraturan yang harus kaubawa ke depan mereka. Apabila engkau membeli seorang
budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia
diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa. Jika ia datang
seorang diri saja, maka keluar pun ia seorang diri; jika ia mempunyai isteri, maka isterinya itu diizinkan
keluar bersama-sama dengan dia. Jika tuannya memberikan kepadanya seorang isteri dan perempuan
itu melahirkan anak-anak lelaki atau perempuan, maka perempuan itu dengan anak-anaknya tetap
menjadi kepunyaan tuannya, dan budak laki-laki itu harus keluar seorang diri. Tetapi jika budak itu
dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku,
aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap
Allah , lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan
penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup. (Kel. 21:1-6)

Peraturan ini mengatakan bahwa bila seorang budak beristri dan kemudian mendapatkan anak,
sementara kenyataannya ia datang sendirian (artinya, belum berkeluarga) ke lingkungan tuannya, maka
apabila ia dibebaskan, ia dilarang membawa anak-anak dan istrinya. Istri dan anak-anaknya tetap
menjadi milik tuannya, bukan miliknya. Kepemilikan oleh seorang manusia terhadap manusia yang lain
dapat dilihat dalam aturan-aturan lain di kalangan masyarakat Israel kuno.

Seorang budak yang merupakan “milik” tuannya, misalnya, ternyata tidak begitu tinggi nilainya.
Andaikata ia ditanduk sapi sampai mati, maka si pemilik sapi diwajibkan membayar ganti rugi seharga 30
syikal perak kepada tuan sang budak, lalu sapinya dilempari dengan batu sampai mati. (Kel. 21:32) Satu
syikal beratnya antara 11, 14 dan 17 gram emas atau perak. Bila sang budak diganti rugi 30 syikal perak,
maka itu berarti nilainya sekitar 500 gram perak. Bila satu gram perak nilainya sekitar Rp.11.000, maka
harga budak itu sekitar Rp. 5.500.000, ditambah dengan harga sapi yang mungkin sekitar Rp. 2.500.000.
Artinya, nilai seorang budak hanya sekitar Rp. 8 juta atau lebih murah daripada sebuah sepeda motor
yang tidak begitu jelek.

Beberapa dokumen kemudian hari menunjukkan beberapa kemajuan. Silinder Koresy, misalnya, yang
dibuat pada tahun 539 SM oleh Koresy, kaisar Persia. Pernyataannya ini dibuatnya setelah ia
mengalahkan Nabonidus dari Kekaisaran Babel Baru. Koresy adalah penguasa yang sama yang disebut-
sebut dalam Kitab Nabi Yesaya pasal 40 dst.

Isi Siinder Koresy dimulai dengan serangan terhadap Nabonidus, raja Babel, yang dituduhnya menemari
kuil-kuil dewata dan memaksakan kerja paksa oleh rakyatnya. Dalam silindernya itu, Koresy menulis :

“Penyembahan terhadap Marduk, raya dewata, ia *Nabonidus+ *mengubahnya+ menjadi hujat. Setiap
hari ia melakukan kejahatan terhadap kotanya [Babel] ... Ia [Marduk] menerawang di seluruh negeri,
mencari seorang penguasa yang adil yang bersedia memimpin [nya] [dalam arak-arakan tahunan].
[Kemudian] Ia menyebutkan nama Koresy, raja Anshan, dan menyatakannya [sebagai] penguasa atas
seluruh dunia.”

Ashoka, penguasa India pada 272-231 SM, juga mengeluarkan dekrit yang terkenal sebagai Dekrit
Ashoka. Dalam dekritnya itu, Ashoka antara lain menyatakan bahwa tahanan harus diperlakukan dengan
adil. Ashoka menyatakan, “Adalah kehendak kami bahwa hukum dan penghukuman harus diberlakukan
dengan seragam. Kami bahkan melangkah lebih jauh, yaitu memberikan waktu tiga hari untuk mereka
yang telah diadili dan dijatuhi hukuman mati. Selama masa ini, kaum kerabatnya dapat mengajukan
banding dan memohon agar nyawanya diselamatkan. Apabila tidak ada seorang pun yang mengajukan
banding atas namanya, sang tahanan dapat memberikan hadiah-hadiah agar ia memperoleh jasa untuk
kehidupannya di dunia yang akan datang, atau berpuasa.”

Magna Carta yang disusun di Inggris pada 1215 secara khusus berperanan penting dalam sejarah hukum
Inggris dan karenanya juga dalam hukum internasional dan konstitusional.

Di dalam dokumen ini dinyatakan, misalnya:

Ps. 29: Tak seorang manusia merdeka pun yang dapat ditawan atau dipenjarakan, atau dirampas
kebebasannya, atau kemerdekaannya, atau kebiasaan yang bebas, atau dianggap sebagai pelanggar
hukum, atau dibuang, atau dengan cara-cara lain dihancurkan. Kami pun tidak akan menjatuhkan
kepadanya, atau menghukum dia, kecuali melalui penghukuman yang sah oleh rekan-rekan
segolongannya, atau berdasarkan hukum negeri. Kami tidak akan menjual kepada siapapun, kami tidak
akan menyangkal atau menolak memberlakukan keadilan ataupun hak-haknya.

Di masa modern, kita mencatat Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (1776) yang dibuka dengan
pengakuan: “Kami menyatakan bahwa kebenaran-kebenaran ini terbukti dengan sendirinya, yaitu
bahwa semua orang diciptakan sederajat, bahwa mereka dikaruniai oleh Penciptanya dengan hak-hak
yang tidak dapat disangkal, dan bahwa di antara hak-hak itu adalah Kehidupan, Kemerdekaan, dan
upaya untuk mengejar Kebahagiaan.”

Deklarasi Hak-hak Manusia dan Warga Negara Prancis (1789) menyatakan antara lain: “Setiap warga
negara, yang sederajat [di depan hukum], sama-sama berhak memiliki martabat masyarakat,
kedudukan, dan pekerjaan, menurut kemampuannya dan tanpa pembedaan selain daripada kebajikan
dan bakat mereka.”

Pada 10 Desember 1948, dideklarasikan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia se-Dunia. Deklarasi ini antara
lain menyatakan antara lain:

Pasal 1

Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.

Pasal 2

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Pernyataan ini
tanpa perkecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat
yang berlainan, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan
lain. ...

Pasal 7

Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi.
Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan
dengan Pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.

Pasal 18

Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini termasuk kebebasan
berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan
cara mengajarkannya, mempraktekkannya, melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.

Terjemahan resmi Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Dari kutipan di atas tampak jelas bahwa HAM dimengerti sebagai hak-hak paling asasi yang melekat
pada diri manusia, semata-mata oleh karena ia adalah manusia. HAM melekat secara kodrati pada diri
manusia sebagai karunia Allah (bnd. Kej. 1:28-29; 2:18-17). HAM bersifat mendasar atau fundamental
dan universal hak asasi mengikat siapapun sehingga tidak dapat ditiadakan, dirampas, atau dicabut;
karena tanpa hak asasi tersebut manusia akan kehilangan kemanusiaannya.

Yang dimaksud dengan fundamental adalah bahwa HAM telah ada pada diri manusia sejak ia didalam
kandungan sampai ia mati. Hak itulah yang justru menunjukkan dia adalah manusia yang memiliki harkat
dan martabat. Universal mengandung maksud bahwa HAM berlaku bagi setiap manusia di seluruh
dunia, tanpa membedakan usia, jenis kelamin, suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit, dan perbedaan-
perbedan lainnya.

Perlu diperhatikan bahwa setiap hak, tak terkecuali HAM mengimplikasikan kewajiban, sebab hak hanya
menjadi hak setelah kewajiban terpenuhi. Sebaliknya, kewajiban juga mengimplikasikan hak, sebab
kewajiban hanya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya apabila hak dihormati. Hak tanpa kewajiban adalah
kesewenang-wenangan, sedangkan kewajiban tanpa hak adalah perbudakan.

Hak-hak asasi mencakup:

a. Hak warga negara, yang mencakup ruang bebas yang harus dijamin setiap pemerintah bagi
setiap warganya. Pemerintah tidak boleh melakukan campur tangan atas ruang pribadi
warganya, yaitu hak untuk hidup dan merasa aman, untuk menyendiri, untuk berkeluarga, atas
milik pribadi, menyatakan pendapat dengan bebas, memeluk dan melaksanakan
agama/kepercayaan dan berkumpul dengan damai.
b. Hak-hak politik, yaitu hak untuk memberikan “saham”, baik sendiri maupun bersama-sama
kepada pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya. Didalamnya tercakup hak untuk
berserikat, membentuk partai politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam pemilihan umum,
menduduki jabatan pemerintahan, dan sebagainya.
c. Hak-hak ekonomi dan sosial, yakni hak yang dimiliki seseorang dalam berhadapan dengan
negara, untuk tujuan menghilangkan kesenjangan sosial dan ketimpangaan ekonomi dan
membatasi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh alam, umur, dan seterusnya.
d. Sehubungan dengan hak-hak ekonomi dan sosial, muncullah hak-hak golongan minoritas dan
bangsa-bangsa. Mereka memiliki hak yang fundamental untuk menentukan nasib sendiri, yakni
baik dalam hal untuk memilih status internasional mereka sendiri dengan bebas, maupun untuk
jenis pemerintahan yang paling sesuai dengan aspirasi rakyatnya.

2. HAM di dalam Perspektif Iman Kristen

Pdt. Eka Darmaputera mengungkapkan bahwa untuk mengkasi HAM di dalam perspektif atau sudut
pandang iman Kristen kita harus bertolak dari dua konsep yang mendasar. Kedua konsep itu adalah
kedaulatan Allah yang universal dan manusi sebagai imago Dei, atau citra Allah di dalm diri setiap
manusia

.Kedaulatan Allah yang Universal

Di dalam terang iman Kristen, kita mengakui bahwa HAM bersumber dari Allah yang memiliki
kedaulatan secara universal. Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun atau satu lembaga pun, termasuk
negara, yang berwenang untuk membatalkan atau mengurangi hak-hak tersebut, kecuali Allah sendiri.
Pelanggaran terhadap HAM merupakan pelanggaran terhadap ketetapan Allah. Seorang teolog,
sekaligus seorang filsuf, Jurgen Moltmann mengatakan bahwa kedaulatan Allah di dalam diri manusia
mencakup dimensi individual (martabatnya sebagai manusia), dimensi sosial (hidup kebersamaannya
dengan manusia lain), dimensi ekologisnya (kuasanya atas alam ciptaan), maupun dimensi
futurologisnya (kesempatan untuk memiliki masa depan). Dengan demikian, HAM mencakup hak
manusia untuk bebas, hak manusia untuk berkomunitas, hak manusia mengelola, membangun dan
memanfaatkan alam ciptaan, serta haknya untuk mempunyai masa depan yang lebih baik dan sejahtera.

Seperti telah disebutkan di atas, hak pada akhirnya membawa manusia pada suatu kewajiban. Misalnya,
hak manusia untuk bebas dan bermartabat membawa manusia pada kewajiban untuk menghormati
kebebasan dan martabat orang lain. Hak manusia untuk berkomunikasi dan bermasyarakat membawa
manusia pada kewajiban untuk memberi informasi yang akurat kepada orang lain. Hak manusia atas
alam ciptaan membawa manusia pada kewajibannya untuk memelihara kelestarian alam ciptaan. Hak
manusia akan masa depan membawa manusia pada kewajiban dan tanggung jawab manusia atas
kesejahteraan generasi-generasi yang akan datang.

a. Citra Allah pada Diri Tiap Manusia

Di dalam kisah Penciptaan secara gamblang disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut
gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:29), atau lebih dikenal dengan istilah imago Dei (imago= citra/gambar; Dei=
Allah). Pernyataaan ini berarti manusia secara unik memantulkan Allah di dalam kehidupannya. Manusia
memantulkan Allah yang bermartabat: Allah yang adil (dengan keberadaan manusia untuk menegakkan
keadilan), Allah yang di dalam diri-Nya ada kebenaran (dengan usaha manusia untuk menyatakan
kebenaran), Allah yang bebas bertindak, menyatakan dan mewujudkan kehendak-Nya (dengan upaya
manusia untuk menghormati kebebasan orang lain serta kebebasan yang bertanggung jawab), Allah
yang adalah kasih (dengan mempraktikkan kasih terhadap orang lain). Namun, citra Allah yang melekat
pada manusia itu juga mengandung kewajiban-kewajiban asasi yang sebanding. Misalnya, manusia
memantulkan Allah yang adil dengan kewajibannya untuk menegakkan keadilan. Manusia memantulkan
Allah yang di dalam diri-Nya ada kebenaran dengan kewajiban manusia untuk menyatakan kebenaran.
Manusia memantulkan Allah yang penuh kasih dengan kewajibannya untuk mempraktikkan kasih
terhadap orang lain.

Tiap orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah, apapun latar belakang usia, jenis kelamin,
suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit, dan tingkat sosial-ekonominya. Di hadapan Allah “tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau
perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28). Dengan demikian,
semua orang memiliki HAM yang sama. Mereka setara. Untuk itu, ia wajib mewujudkan
kemanusiaannya yang sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai citra Allah.

3. Pelanggaran HAM

Sesungguhnya pelanggaran HAM telah terjadi sejak adanya masyarakat manusia. Pergerakan perjuangan
HAM pada awalnya terjadi karena manusia menyadari bahwa di dalam berbagai kejadian di dalam
masyarakat, baik kejadian yang bersifat sosial, politik, hukum, maupun ekonomi, telah terjadi ketidak
adilan, ketidak benaran, yang mengindikasikan adanya pelanggaran atas hak asasi mereka.

Kita tahu bahwa kehidupan masyarakat diatur oleh seperangkat peraturan dan peraturan perundang-
undangan, norma dan kebiasaan, baik yang tertulis maupun tidak. Di dalamnya di atur hal-hal yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban dari warganya. Namun, di dalam kehidupan bermasyarakat
atau bernegara, sering kali semua itu diabaikan demi kekuasaan atau kepentingan tertentu. Tidak jarang
pula seperangkat peraturan dan perundang-undangan, norama dan kebiasaan itu sendiri telah
membatasi bahkan dengan sengaja memasung hak-hak asasi warganya.

Dulu, pelanggaran HAM dilakukan berkisar pada perbudakan atau diskriminasi rasial. Sekarang,
pelanggaran HAM yang terjadi lebih bersifat sistemik dan terstruktur. Misalnya, pelanggaran dilakukan
dengan menyusun peraturan atau perundang-undangan yang merugikan – bahkan menindas – orang
atau kelompok masyarakat tertentu. Pelanggaran HAM juga dapat terjadi dengan penyusunan
perraturan atau perundang-undangan yang hanya menguntungkan kelompok masyarakat tertentu dan
mengorbankan kelompok yang lain, demi alasan ketertiban dan norma yang berlaku dalam kelompok
tersebut. Wujud yang lain adalah persekongkolan untuk menghilangkan nyawa warga negara demi
alasan tidak sepaham dalam hal-hal tertentu atau perbedaan pandangan polotik. Tindakan yang
membiarkan terjadinya kekerasan juga merupakan pelanggaran HAM.

BAB III METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP YPPGI Enarotali, Kecamatan Paniai Timur, Kabupaten
Paniai, Provinsi Papua, yang berada di pedalaman Papua mempunyai fasilitas yang kurang lengkap
dengan adanya Perpustakaan yang kurang memadai, Laboratorium IPA Tidak ada, Laboratorium
Komputer Tidak ada dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 6 orang guru PNS,3 guru honorer
perempuan, dan 7 guru honorer laki-laki.

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IX (A) dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang SMP YPPGI
Enarotali, Kecamatan Paniai Timur, Kabupaten Paniai.

3. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai
dengan Nopember 2022. Penelitian ini pada materi HAM Menurut Iman Kristen diajarkan.Penelitian ini
direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan
desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

1. Siklus I

Pada siklus ini membahas subkonsep materi HAM Menurut Iman Kristen.
a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan
membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan
membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan :

1. Siswa diminta untuk mempersiapkan diri di rumah dengan memberi tugas membaca bahan ajar
sehingga siswa memiliki kesiapan belajar.
2. Guru menjelaskan materi HAM Menurut Iman Kristen secara klasikal.
3. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 2 kelompok, masing – masing kelompok
terdiri dari 4 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
4. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–
langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan
menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas.
Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

c. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa
dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta
guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk
merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah
ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 75 %.


2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil
dari tes hasil belajar siswa.

2. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan
memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap
siklus I.
4. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang kolaborator untuk merekam
perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan
lembar observasi.
b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang diganakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari :

a. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.


b. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat mativasi siswa mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen.
c. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

5. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan Belajar siswa atau tingkat
keberhasilan belajar pada materi HAM Menurut Iman Kristen dengan menggunakan pembelajaran
Kooperatif tipe KWL. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu
mencapai nilai 75. Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 75 ini jumlahnya sekitar 85%
dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24)
sebagai berikut :

P = FN x 100%

Dimana : P = Prosentase

F = frekuensi tiap aktifitas

N = Jumlah seluruh aktifitas


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan Metode Ceramah pada materi HAM Menurut Iman Kristen sub (1) Hak Asasi
Manusia (HAM). Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar
observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan
tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit,
sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10
menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran
siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai
dan mempresentasikan. Pertama-tama guru membagi siswa dalam 2 kelompok dan setiap kelompok
terdiri dari 4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa
tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk
mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok
kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya
terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan
mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum
melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir tindakan awal antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang
pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan
bertepuk tangan gembira.
3. Observasi

Partisipasi siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
tindakan awal setelah dilakukan penerapan model ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan
respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada
tindakan awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki
pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Contoh tabel hasil ulangan harian kondisi awal

No Nama Siswa HAM Menurut Iman Kristen


Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan Klasikal

4. Refleksi

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan HAM Menurut Iman
Kristen. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi.Pertama, siswa tidak
fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan
sempurna.Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain
dengan teman sekelompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab
dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab
kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada kondisi awal. Untuk
masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil
kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi
lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang
saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan
lebih detail tentang materi HAM Menurut Iman Kristen khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau
tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini
penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe KWL dengan materi HAM Menurut Iman Kristen
sub (2) HAM di dalam Perspektif Iman Kristen. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil
belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar
observasi.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit,
sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10
menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran
siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai
dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan KWL, pertama-tama guru membagi
siswa dalam 2 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa
tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk
mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok
kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya
terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan
mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum
melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran dengan strategi KWL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran
yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan
gembira.
3.Observasi

1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali jika ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
siklus I setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe KWL. Hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah
yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu
diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Contoh tabel hasil ulangan harian siklus I

No Nama Siswa HAM Menurut Iman Kristen


Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan Klasikal

2. Aktifitas Siswa

Tabel respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe KWL

No Uraian Tanggapan Siswa


Senang Tidak Senang
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti
kegiatan pembelajaran ini ?
Senang Tidak Senang
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
2 Bagaimana perasaan kamu terhadap :
 Materi pelajaran
 Lembar kerja siswa (LKS)
 Suasana Belajar di Kelas
 Cara penyajian materi oleh gur
Mudah Sulit
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
3 Bagaimana pendapat kamu Mengikuti
pembelajaran ini
Bermanfaat Tidak Bermanfaat
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
4 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi
kamu ?
Baru Tidak Baru
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
5 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?
Ya Tidak
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
6 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan
yang lain menggunakan model kooperatif tipe
KWL?

3. Aktifitas Guru

Tabel Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe KWL

No Aspek Yang Diamati Skor Pengamatan


RPP I Keterangan
1 Persiapan
2 Pendahuluan
3 Kegiatan Pokok
4 Penutup
Rata-Rata

Keterangan :

0 - 1,49 = Kurang Baik

1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

e. Refleksi

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab
kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah
yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan
agar semua LKS terisi semua. Dengan carademikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap
sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling
bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih
detail tentang materi HAM Menurut Iman Kristen khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak
mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini
penjelasannya dibantu oleh pengamat.
3. Deskripsi data siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe KWL dengan memperbaiki kekurangan pada siklus
I pada materi materi HAM Menurut Iman Kristen sub (3) Pelanggaran HAM. Disamping itu guru juga
membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan
observer mendiskusikan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit,
sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10
menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran
siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai
dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan KWL, pertama-tama guru membagi
siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa
tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk
mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok
kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya
terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan
mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum
melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran dengan strategi KWL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran
yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan
gembira.
3. Observasi

a. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali jika ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe KWL. Hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Contoh tabel hasil ulangan harian siklus II

No Nama Siswa HAM Menurut Iman Kristen


Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan Klasikal

2. Aktifitas Siswa

Tabel respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe KWL

No Uraian Tanggapan Siswa


Senang Tidak Senang
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti
kegiatan pembelajaran ini ?
Senang Tidak Senang
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
2 Bagaimana perasaan kamu terhadap :
 Materi pelajaran
 Lembar kerja siswa (LKS)
 Suasana Belajar di Kelas
 Cara penyajian materi oleh gur
Mudah Sulit
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
3 Bagaimana pendapat kamu Mengikuti
pembelajaran ini
Bermanfaat Tidak Bermanfaat
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
4 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi
kamu ?
Baru Tidak Baru
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
5 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?
Ya Tidak
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
6 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan
yang lain menggunakan model kooperatif tipe
KWL?

3. Aktifitas Guru

Tabel Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe KWL

No Aspek Yang Diamati Skor Pengamatan


RPP I Keterangan
1 Persiapan
2 Pendahuluan
3 Kegiatan Pokok
4 Penutup
Rata-Rata

Keterangan :

0 - 1,49 = Kurang Baik

1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

e. Refleksi

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab
kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah
yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan
agar semua LKS terisi semua. Dengan carademikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap
sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling
bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih
detail tentang materi HAM Menurut Iman Kristen khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak
mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini
penjelasannya dibantu oleh pengamat.
4.2 Pembahasan

1. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL

Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe KWL menurut hasil penilaian
pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki
kemampuan yang baik dalam mengelola model pembelajaran kooperatif tipe KWL pada materi HAM
Menurut Iman Kristen. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting
dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang
suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat
ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan
seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung efektif dan efisien.

2. Respons siswa Terhadap model pembelajaran kooperatif tipe KWL

Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe KWL yang
diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS,
suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran
kooperatif tipe KWL mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan
siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak
senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe KWL disebabkan suasana belajar dikelas
yang agak ribut.

Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan model kooperatif tipe
KWL.Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe KWL, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif tipe KWL bermanfaat
bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah
diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat rejeki (2000) yang mengatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan tindakan pemecahan yang dilakukan karena dapat meningkatkan kemajuan
belajar sikap siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri sera menambah rasa senang
siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe KWL, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL dapat meningkatkan hasil belajar pada Materi Pelajaran HAM
Menurut Iman Kristen Siswa Kelas IX SMP YPPGI Enarotali.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL, maka peneliti
dapat memberikan saran–saran, yaitu:

1. Kepada guru Pendidikan Agama Kristen yang mengalami kesulitan yang sama dapat menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe KWL sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar kelas.
2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL disarankan
untuk membentuk kelompok–kelompok baru jika banyak siswa yang bermain pada saat belajar.

Anda mungkin juga menyukai