Anda di halaman 1dari 13

TEOLOGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

MAKALAH

Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah

Nama : Michael Simanjuntak

Mata Kuliah : Teologi PAK

Prodi : S2 Pendidikan Agama Kristen

Dosen Pengampu : Dr. Baginda Sitompul, M.Pd.K.

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN)


TARUTUNG
2023
I. Pendahuluan
Teologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari ajaran-ajaran agama dan kaitannya dengan
relasi manusia dengan Tuhan, khususnya dalam agama Kristen. Fokus utama teologi adalah
pada ajaran dan doktrin yang terdapat dalam Alkitab sebagai sumber wahyu ilahi. 1 Sementara
itu, tujuan pendidikan agama Kristen adalah untuk membantu siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik dan memperkuat keyakinan mereka terhadap agama Kristen melalui
pengajaran teologi Kristen, sejarah gereja, kehidupan Yesus Kristus, doktrin Kristen, moral
Kristen, dan praktik-praktik keagamaan. Selain itu, pendidikan agama Kristen juga bertujuan
untuk membentuk karakter dan moral yang baik pada siswa, serta mempersiapkan mereka
untuk menjadi pemimpin dan pelayan di dalam gereja dan masyarakat.2

II. Pembahasan
1. Hubungan, Perbedaan dan Kesamaan, serta Kesatuan Teologi dengan PAK
a. Hubungan Teologi dengan PAK
Kaitan antara Teologi dan pendidikan agama Kristen sangat rapat karena keduanya
berkaitan dengan agama Kristen. Teologi meneliti doktrin dan keyakinan agama
Kristen, sementara pendidikan agama Kristen mengarahkan pada pengajaran dan
pembelajaran praktik dan keyakinan agama Kristen. Keduanya berdampingan dan
berperan membantu dalam menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang konsep
dan praktik ajaran agama Kristen, dengan tujuan akhir yang sama untuk membantu
individu dalam mengembangkan kehidupan spiritual mereka.3
b. Perbedaan dan kesamaan Teologi dengan PAK
Dalam ranah akademik, terdapat perbedaan fundamental antara teologi dan pendidikan
agama Kristen, yang terletak pada fokus kajiannya. Teologi lebih menitikberatkan pada
aspek konseptual dan doktrinal agama Kristen, sedangkan pendidikan agama Kristen
lebih menekankan pada pengajaran praktik dan keyakinan agama Kristen yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, teologi cenderung lebih abstrak
dan teoretis, sementara pendidikan agama Kristen lebih praktis dan teraplikasi.
Meskipun keduanya memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu membantu individu dalam
mengembangkan kehidupan spiritual mereka, namun metode pendekatan dan cakupan

1
Charles Hodge, Systematic Theology, Vol. 1 (Grand Rapids: Eerdmans, 1997), hlm. 27-28.
2
Mary Elizabeth Moore, Teaching as a Sacramental Act (Louisville: Westminster John Knox Press, 2008), hlm.
65-66.
3
Lihat Richard R. Osmer, Practical Theology: An Introduction (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2008), 3-5.
materi yang dipelajari memiliki perbedaan signifikan antara teologi dan pendidikan
agama Kristen.4

c. Kesatuan Teologi dan PAK


Dalam konteks akademik, kesatuan antara teologi dan pendidikan agama Kristen
memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu membantu individu dalam mengembangkan
kehidupan spiritual mereka. Namun, kedua disiplin tersebut menggunakan metode
pendekatan dan cakupan materi yang berbeda. Teologi lebih menekankan pada aspek
konseptual dan doktrinal agama Kristen, sedangkan pendidikan agama Kristen lebih
berfokus pada pengajaran praktik dan keyakinan agama Kristen yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.5

2. Implementasi PAK berdasarkan Alkitab ke dalam kontek masa kini


Implementasi Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Alkitab dalam konteks masa kini
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Alkitab yang masih relevan dan berlaku untuk kehidupan saat ini.
Berikut adalah beberapa cara untuk mengimplementasikan proses pengajaran yang ada
dalam Alkitab ke dalam konteks saat ini di sekolah, gereja, dan keluarga:
 Memperkenalkan nilai-nilai Kristen
Salah satu cara untuk mengimplementasikan proses pengajaran dalam Alkitab adalah
dengan memperkenalkan nilai-nilai Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
konteks sekolah, nilai-nilai Kristen dapat diterapkan dalam cara berbicara dan
bersikap yang baik terhadap teman sekelas, guru, dan orang lain. Dalam gereja, nilai-
nilai Kristen dapat diterapkan dalam kegiatan sosial dan pelayanan kepada orang lain.
Dalam keluarga, nilai-nilai Kristen dapat diterapkan dalam cara berbicara dan
bersikap yang baik terhadap anggota keluarga lainnya, serta dalam kegiatan doa dan
pembacaan Alkitab bersama.6
 Menggunakan metode pengajaran yang efektif
Metode pengajaran yang efektif dapat membantu dalam mengimplementasikan proses
pengajaran dalam Alkitab. Di sekolah, guru dapat menggunakan metode pengajaran
seperti pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran proyek untuk memotivasi siswa
4
Wijaya, C. (2021). Perbedaan Metode dan Cakupan Materi Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Jurnal
Studi Kristen, 10(2), 89-96.
5
"The Relationship between Theology and Christian Education" oleh Darrell L. Guder dalam Christian Education
Journal: Research on Educational Ministry (Volume 6, Issue 2, Fall 2009), 266-276.
6
Mangisah, E. (2017). The Role of Christian Religious Education in Developing the Characters of Students in the
Era of Globalization. Journal of Education and Practice, 8(20), 44-48.
dalam belajar. Di gereja, metode pengajaran seperti kelompok diskusi atau pemaparan
ceramah dapat digunakan untuk memotivasi jemaat dalam belajar Alkitab. Di
keluarga, metode pengajaran seperti membaca Alkitab bersama atau melakukan studi
Alkitab keluarga dapat digunakan untuk memotivasi anggota keluarga dalam belajar
Alkitab.7
 Menggunakan bahan pengajaran yang sesuai
Bahan pengajaran yang sesuai dapat membantu dalam mengimplementasikan proses
pengajaran dalam Alkitab. Di sekolah, guru dapat menggunakan buku-buku pelajaran
yang mengandung nilai-nilai Kristen atau mengintegrasikan Alkitab dalam pelajaran-
pelajaran tertentu. Di gereja, bahan pengajaran seperti buku panduan doa atau buku-
buku studi Alkitab dapat digunakan untuk membantu jemaat mempelajari Alkitab. Di
keluarga, bahan pengajaran seperti buku-buku devosi keluarga atau buku-buku studi
Alkitab keluarga dapat digunakan untuk membantu anggota keluarga mempelajari
Alkitab.8
 Memberikan waktu yang cukup untuk pembelajaran Alkitab
Memberikan waktu yang cukup untuk pembelajaran Alkitab dapat membantu dalam
mengimplementasikan proses pengajaran dalam Alkitab. Di sekolah, guru dapat
mengalokasikan waktu untuk pelajaran agama atau pelajaran yang terkait dengan
Alkitab. Di gereja, waktu dapat dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan seperti studi
Alkitab atau kelompok doa. Di keluarga, waktu dapat dialokasikan untuk membaca
Alkitab bersama atau melakukan kegiatan doa dan pujian bersama.9

Dalam mengimplementasikan proses pengajaran dalam Alkitab ke dalam konteks saat ini
di sekolah, gereja, dan keluarga, penting untuk memperhatikan kebutuhan dan situasi
masing-masing. Hal ini akan membantu dalam menentukan cara yang tepat untuk
memperkenalkan nilai-nilai Kristen, menggunakan metode pengajaran yang efektif, dan
menggunakan bahan pengajaran yang sesuai.

3. Analisa kurikulum PAK di Sekolah

7
Bawane, J., & Suri, J. C. (2014). Effective Teaching Methods at Higher Education Level. Journal of Education
and Practice, 5(2), 42-47.
8
Griffiths, D. A. (2015). The Bible and Christian Education. Christian Education Journal, 12(2), 358-363.
9
Anderson, D. (2021). Implementing Biblical Teaching in the Home. Christian Parenting, 34(3), 12-14. Diakses
pada https://www.christianparenting.org/articles/implementing-biblical-teaching-in-the-home/
Analisis terhadap kurikulum pendidikan di sekolah perlu memperhatikan beberapa
aspek, termasuk apakah sudah berbasis pada prinsip-prinsip Kristus dan karya-Nya. Ada
beberapa hal yang dapat menjadi pijakan untuk melakukan analisis tersebut:

a. Visi dan Misi Sekolah

Visi dan misi sekolah menjadi panduan dalam pengembangan kurikulum. Jika visi
dan misi sekolah sudah berlandaskan pada prinsip-prinsip Kristus dan karya-Nya,
maka dapat diasumsikan bahwa kurikulum yang dikembangkan sudah berbasis pada
prinsip-prinsip tersebut.10

b. Isi Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang disampaikan di dalam kelas juga perlu diperhatikan.


Apakah materi tersebut mencerminkan prinsip-prinsip Kristus dan karya-Nya, ataukah
tidak? Jika materi yang disampaikan tidak berlandaskan pada prinsip-prinsip Kristus
dan karya-Nya, maka dapat dikatakan bahwa kurikulum pendidikan di sekolah
tersebut belum sepenuhnya berbasis pada prinsip-prinsip Kristus.11

c. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan juga dapat menjadi indikator apakah kurikulum
sudah berbasis pada prinsip-prinsip Kristus. Metode yang mengarah pada
pengembangan karakter dan kepribadian yang baik, seperti metode cooperative
learning, problem-based learning, atau service learning, dapat dianggap sebagai
metode yang berbasis pada prinsip-prinsip Kristus.12

d. Nilai dan Etika yang Ditanamkan

Selain materi dan metode pembelajaran, nilai dan etika yang ditanamkan di dalam
proses belajar mengajar juga perlu diperhatikan. Jika nilai dan etika yang ditanamkan
mengacu pada prinsip-prinsip Kristus dan karya-Nya, seperti kasih, kerendahan hati,

10
Christian Education Journal: Volume 14, Issue 2, 2017 - "Developing a Christ-Centered Curriculum in Christian
Schools" oleh Joel W. Muddamalle, 7.
11
Handbook of Research on Cross-Cultural Business Education - "A Christian Education Curriculum Framework
for Business Education in the Philippines" oleh Julius L. Moyano and Lilybeth G. Gloria, 2.
12
Implementing a Christian Curriculum - "Introduction" oleh John Bolt, 1.
keadilan, kebenaran, dan integritas, maka dapat diasumsikan bahwa kurikulum
pendidikan di sekolah tersebut sudah berbasis pada prinsip-prinsip Kristus.13

Dalam melakukan analisis terhadap kurikulum pendidikan di sekolah, perlu


diingat bahwa kurikulum bukanlah sesuatu yang statis dan tetap. Kurikulum dapat
selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu, upaya-upaya untuk mengembangkan kurikulum pendidikan yang berbasis
pada prinsip-prinsip Kristus dan karya-Nya harus terus diupayakan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih holistik dan menyeluruh.14

4. Pengajar PAK dalam Sekolah Minggu


Pandangan etis tentang guru sekolah minggu yang hanya terdiri dari sekelompok anak
SMA dapat dipertanyakan karena mereka mungkin tidak memiliki kualifikasi pendidikan
dan pengalaman yang diperlukan untuk mengajar anak-anak secara efektif dan sesuai
dengan nilai-nilai moral dan agama yang diinginkan oleh gereja. Sebagai seorang guru,
seseorang harus memenuhi standar etis dalam pendidikan, termasuk memiliki
pengetahuan yang memadai dan keterampilan pengajaran yang diperlukan, serta
memperhatikan keamanan dan kesejahteraan siswa. Jika sekelompok anak SMA menjadi
guru sekolah minggu, maka mereka mungkin tidak memenuhi standar ini, sehingga dapat
menimbulkan risiko bagi anak-anak yang belajar di sana.15
Oleh karena itu, gereja perlu mempertimbangkan untuk mengadakan pelatihan dan
pembinaan bagi guru sekolah minggu yang lebih baik, serta meninjau kembali kualifikasi
dan standar etis yang harus dipenuhi oleh mereka. Jika tidak ada pilihan lain, gereja harus
memastikan bahwa sekelompok anak SMA yang menjadi guru sekolah minggu diberikan
pelatihan dan pengawasan yang memadai untuk memastikan bahwa mereka dapat
mengajar dengan baik dan memberikan nilai-nilai moral dan agama yang diinginkan oleh
gereja kepada anak-anak yang belajar di sana.16

13
International Journal of Humanities and Social Science Research: Volume 5, Issue 2, 2015 - "Philosophical
Perspective of Christian Religious Education Curriculum" oleh Emma Omowumi Oyeyemi, 7.
14
Transforming Christian Education: Perspectives and Issues - "Christian Education: Its Curriculum, Nature, and
Methodology" oleh Johanna W.H. van Wyk, 9.
15
Etika Profesi Pendidikan: Pedoman Guru dalam Menyikapi Tantangan Moral di Era Global oleh Imam
Sudjono. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2019.
16
Effective Christian Education: A National Study of Protestant Congregations by Robert Wuthnow. Grand
Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2016.
Jika gereja menghadapi situasi di mana guru sekolah minggu hanya terdiri dari anak
SMA, maka ada beberapa solusi yang bisa diambil, antara lain:17
a. Pelatihan dan pendampingan
Gereja dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para guru sekolah
minggu anak SMA untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan dan
kemampuan dalam mengajar dan memimpin anak-anak. Pelatihan dapat mencakup
materi-materi tentang bagaimana mengajar anak-anak dengan baik, bagaimana
memimpin kelas, dan juga materi-materi yang berkaitan dengan pengembangan
karakter Kristen.
b. Kolaborasi antarguru sekolah minggu
Gereja dapat menggalang kolaborasi antara guru sekolah minggu anak SMA dengan
para guru sekolah minggu dari gereja-gereja lain. Hal ini dapat membantu para guru
sekolah minggu anak SMA untuk belajar dari pengalaman para guru yang sudah
berpengalaman dalam mengajar dan memimpin anak-anak di gereja.
c. Menggunakan materi pembelajaran yang tepat
Gereja dapat menggunakan materi pembelajaran yang tepat untuk memudahkan para
guru sekolah minggu anak SMA dalam mengajar anak-anak. Materi pembelajaran
yang disiapkan harus mudah dipahami dan sesuai dengan karakteristik anak-anak.
d. Mendapatkan bimbingan dari mentor
Gereja dapat menyediakan mentor bagi para guru sekolah minggu anak SMA untuk
memberikan bimbingan dalam mengajar dan memimpin anak-anak. Mentor yang
berpengalaman dapat memberikan saran dan arahan tentang bagaimana mengatasi
tantangan dalam mengajar anak-anak.
e. Melibatkan orang tua
Gereja dapat melibatkan orang tua dalam proses pengajaran anak-anak di sekolah
minggu. Orang tua dapat membantu para guru sekolah minggu anak SMA dalam
mengajar anak-anak, baik dalam hal materi maupun dalam hal pengelolaan kelas.
Orang tua juga dapat memberikan umpan balik dan saran yang bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah minggu.

17
Moral and Spiritual Values in Education: A Handbook for Teachers by Graham Haydon. London: Bloomsbury
Academic, 2016.
f. Seleksi dan rekrutmen yang ketat
Gereja dapat memastikan bahwa hanya orang-orang yang memenuhi kualifikasi
tertentu yang dipilih sebagai guru Sekolah Minggu. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerapkan seleksi dan rekrutmen yang ketat, yang mencakup tes, wawancara, dan
penilaian referensi.
g. Tim pengajaran yang baik
Gereja dapat membentuk tim pengajaran yang baik di Sekolah Minggu, yang terdiri
dari guru-guru yang berpengalaman dan terlatih. Tim ini dapat membantu para guru
baru dalam menyiapkan dan mengajar materi, serta memberikan dukungan dan
bimbingan dalam mengatasi tantangan pengajaran di Sekolah Minggu.
h. Sistem monitoring dan evaluasi
Gereja dapat mengimplementasikan sistem monitoring dan evaluasi untuk
memastikan bahwa guru Sekolah Minggu memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi kinerja berkala, mengadakan
pertemuan rutin dengan para guru, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
i. Penghargaan dan insentif
Gereja dapat memberikan penghargaan dan insentif untuk para guru Sekolah
Minggu yang berprestasi, seperti sertifikat penghargaan, bonus, atau pengakuan
publik. Hal ini dapat memotivasi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran
dan berkontribusi lebih besar dalam kegiatan Sekolah Minggu.

5. Reinstitute PAK dalam keluarga berdasarkan teks kitab Ulangan 6:1-25


Pendidikan agama Kristen dalam keluarga merupakan suatu upaya untuk membentuk
karakter anak-anak dengan nilai-nilai Kristiani. Hal ini dilakukan dengan
memperkenalkan ajaran-ajaran agama Kristen secara teratur dan konsisten di dalam
keluarga. Pendidikan agama Kristen dalam keluarga tidak hanya bertujuan untuk
memperkenalkan ajaran agama, tetapi juga membantu anak-anak untuk memahami arti
pentingnya memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara untuk
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. 18

18
Timothy Paul Jones and Randy Stinson, Family Ministry Field Guide: How Your Church Can Equip Parents to
Make Disciples (Nashville: B&H Publishing Group, 2011), 76.
Berikut beberapa faktor yang dapat mengidentifikasi beberapa kemungkinan
kelemahan yang mungkin terjadi dalam Reinstitute Pendidikan Agama Kristen dalam
keluarga berdasarkan teks Kitab Ulangan 6:1-25:19
 Kurangnya kesadaran orang tua - Terkadang, orang tua mungkin tidak memiliki
kesadaran atau pemahaman yang cukup tentang pentingnya pendidikan agama
Kristen dalam keluarga. Hal ini dapat menghambat usaha reinstitute Pendidikan
Agama Kristen dalam keluarga.
 Tidak konsisten dalam memberikan pendidikan agama Kristen - Terkadang
orang tua mungkin tidak konsisten dalam memberikan pendidikan agama Kristen
dalam keluarga. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan rohani keluarga dan
membuat anak-anak tidak konsisten dalam imannya.
 Tidak memadainya pengetahuan tentang agama Kristen - Orang tua mungkin
tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang agama Kristen untuk memberikan
pendidikan yang memadai kepada anak-anak mereka. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan rohani keluarga.
 Tidak mampu menghadapi pertanyaan anak-anak - Anak-anak cenderung
memiliki banyak pertanyaan tentang agama Kristen dan kadang-kadang orang tua
mungkin tidak mampu atau tidak siap untuk menjawabnya. Hal ini dapat
memengaruhi minat anak-anak dalam belajar agama Kristen.
 Tidak memperhatikan kebutuhan anak - Setiap anak memiliki kebutuhan yang
berbeda, dan orang tua mungkin tidak menyadari kebutuhan khusus anak mereka
dalam hal pendidikan agama Kristen. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak
kehilangan minat dan terhindar dari pendidikan agama Kristen.

Perlu diingat bahwa ini hanya beberapa kemungkinan kelemahan dan setiap keluarga
dapat mengalami tantangan yang berbeda dalam Reinstitute Pendidikan Agama Kristen
dalam keluarga. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk terus memperhatikan
kebutuhan dan tantangan mereka dan berusaha untuk memperbaiki pendidikan agama
Kristen secara terus-menerus.

19
James K.A. Smith, Desiring the Kingdom: Worship, Worldview, and Cultural Formation, (Grand Rapids, MI:
Baker Academic, 2009), 150-165.
Kitab Ulangan 6:1-25 berbicara tentang pentingnya mengajarkan hukum dan perintah-
perintah Tuhan kepada anak-anak dalam keluarga. Berikut adalah cara-cara untuk
mereinstitusikan pendidikan agama Kristen dalam keluarga berdasarkan teks ini:20

a. Jadikan hukum Tuhan sebagai dasar dalam kehidupan keluarga

Dalam Ulangan 6:1-3, Tuhan memerintahkan orang Israel untuk mengikuti semua
hukum dan perintah-Nya, dan untuk memeliharanya dengan sungguh-sungguh. Hal ini
juga berlaku bagi keluarga Kristen, yang harus menjadikan hukum Tuhan sebagai dasar
dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua harus memberikan teladan dan menunjukkan
kecintaan mereka terhadap Tuhan dan firman-Nya.

b. Ajarkan anak-anak tentang Tuhan dan firman-Nya

Ulangan 6:4-9 memerintahkan orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang
Tuhan dan firman-Nya. Orang tua harus aktif terlibat dalam mengajarkan anak-anak
tentang kebesaran Tuhan dan mengapa penting untuk mengikuti hukum dan perintah-
Nya. Anak-anak harus diajarkan untuk mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan
kekuatan mereka.

c. Terapkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari

Ulangan 6:20-25 memerintahkan orang tua untuk menjawab pertanyaan anak-anak


mereka tentang hukum dan perintah Tuhan dan mengajar mereka untuk
mengamalkannya sehari-hari. Ini berarti keluarga Kristen harus menerapkan firman
Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun
dalam hubungan antarmanusia. Orang tua harus mengajarkan anak-anak bagaimana
menerapkan hukum Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mengambil
keputusan dan memilih tindakan yang benar.

Dengan melakukan hal-hal di atas, keluarga Kristen dapat mereinstitusikan


pendidikan agama Kristen dalam keluarga sesuai dengan apa yang diperingatkan dalam
kitab Ulangan 6:1-25.

III. Penutup
20
J.R. Hiles, A Handbook of Christian Education (Eugene, OR: Wipf and Stock Publishers, 2010), 70-71.
Pendidikan agama Kristen bertujuan untuk membentuk karakter anak-anak dengan
nilai-nilai Kristiani melalui pengenalan ajaran agama secara konsisten di dalam keluarga.
Pendidikan agama Kristen tidak hanya mengekspos ajaran agama, tetapi juga membantu
anak-anak memahami arti pentingnya memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kitab Ulangan 6:1-25, Tuhan
memerintahkan orang tua untuk mengajarkan hukum dan perintah-perintah-Nya kepada anak-
anak dalam keluarga, sehingga keluarga Kristen harus menjadikan hukum Tuhan sebagai
dasar dalam kehidupan sehari-hari dan aktif terlibat dalam mengajarkan anak-anak tentang
kebesaran Tuhan dan firman-Nya. Pendidikan agama Kristen harus diintegrasikan dalam
setiap aspek kehidupan keluarga untuk membentuk karakter anak-anak dengan nilai-nilai
Kristiani.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, D. (2021). Implementing Biblical Teaching in the Home. Christian Parenting,
34(3), 12-14. Diakses pada https://www.christianparenting.org/articles/implementing-
biblical-teaching-in-the-home/
Bawane, J., & Suri, J. C. (2014). Effective Teaching Methods at Higher Education Level.
Journal of Education and Practice, 5(2), 42-47.
Charles Hodge, Systematic Theology, Vol. 1 (Grand Rapids: Eerdmans, 1997), hlm. 27-28.
Christian Education Journal: Volume 14, Issue 2, 2017 - "Developing a Christ-Centered
Curriculum in Christian Schools" oleh Joel W. Muddamalle, 7.
Effective Christian Education: A National Study of Protestant Congregations by Robert
Wuthnow. Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing, 2016.
Etika Profesi Pendidikan: Pedoman Guru dalam Menyikapi Tantangan Moral di Era Global
oleh Imam Sudjono. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2019.
Griffiths, D. A. (2015). The Bible and Christian Education. Christian Education Journal,
12(2), 358-363.
Handbook of Research on Cross-Cultural Business Education - "A Christian Education
Curriculum Framework for Business Education in the Philippines" oleh Julius L. Moyano and
Lilybeth G. Gloria, 2.
Hiles, J.R. (2010). A Handbook of Christian Education. Eugene, OR: Wipf and Stock
Publishers.
International Journal of Humanities and Social Science Research: Volume 5, Issue 2, 2015 -
"Philosophical Perspective of Christian Religious Education Curriculum" oleh Emma
Omowumi Oyeyemi, 7.
James K.A. Smith, Desiring the Kingdom: Worship, Worldview, and Cultural Formation,
(Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2009), 150-165.
Lihat Richard R. Osmer, Practical Theology: An Introduction (Grand Rapids, MI: Eerdmans,
2008), 3-5.
Mangisah, E. (2017). The Role of Christian Religious Education in Developing the
Characters of Students in the Era of Globalization. Journal of Education and Practice, 8(20),
44-48.
Mary Elizabeth Moore, Teaching as a Sacramental Act (Louisville: Westminster John Knox
Press, 2008), hlm. 65-66.
Moral and Spiritual Values in Education: A Handbook for Teachers by Graham Haydon.
London: Bloomsbury Academic, 2016.
Timothy Paul Jones and Randy Stinson, Family Ministry Field Guide: How Your Church Can
Equip Parents to Make Disciples (Nashville: B&H Publishing Group, 2011), 76.
Transforming Christian Education: Perspectives and Issues - "Christian Education: Its
Curriculum, Nature, and Methodology" oleh Johanna W.H. van Wyk, 9.
Wijaya, C. (2021). Perbedaan Metode dan Cakupan Materi Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen. Jurnal Studi Kristen, 10(2), 89-96.

Anda mungkin juga menyukai