Anda di halaman 1dari 17

Bagian 1

“Bi bibi inah” Panggil Refa


“Iya non, ada apa non?” Tanya bi inah asisten rumah tangga. Bi inah telah
menjadi asisten keluarga MAHENDRA sejak umur refa 6 tahun. 12 tahun bi
inah menjadi asisten rumah tangga dan menjaga refa sejak kecil.
“Ayah sama Bunda mana bi?” Tanya refa sambil memakan roti yang sudah
disediakan oleh bi inah.
“Sudah pergi non dari tadi malam” Jawab bi inah
“Mereka kemana bi?”
“Nyonya bilang mereka pergi keluar negri non, bi juga gak tau nyonya kemana
negara mana non”
Refa ber ‘oh’ ria sambil memakan makanannya dengan nikmat tanpa
bertanya lagi tentang kedua orang tuanya entah kemana. Refa juga bodo amat
dengan mereka pergi toh dia juga sering ditinggal jadi gak kaget mereka gak
pernah ada dirumah ini.
“Oh iya bi mana abang alvin katanya dipulang hari ini”
“Den alvin pergi keluar negri juga non di cuman mampir buat ambil barangnya
yang ketinggalan aja non”
Refa hanya menganggukan-anggukan kepalanya. Abang alvinnya juga
jarang dirumah karna membantu ayah untuk mengurus bisnis diluar negri,
meskipun abang alvin masih kuliah tetapi otak bang alvin jangan diragukan lagi
betapa cerdasnya abangnya itu.
####
Setelah libur kenaikkan kelas, akhirnya refa kembali untuk menjalankan
urusannya menjadi murid SMA MERPATI yang sekarang reafa sudah menjadi
senior kelas xll IPA 2. Refa tidak menyaka dia sudah ingin lulus semkipun
masih 1 tahun lagi.
“REFAA!!!!!!” Teriak anggun,elina bersamaan dan berlari menghampiri refa.
“Refa gue kangen sama lo tau gak” Ucap anggun dan lasung memeluk refa dari
samping.
Refa yang merasa dipeluk dari samping akhirnya membalas pelukan sahabatnya
itu. “ Gue juga kangen sama kalian semua” Ucap refa dan langsung menarik
sahabatnya itu untuk dia peluk.
Setelah berpelukan cukup lama, akhirnya refa melepaskan pelukannya
dan melirik elina dan nindi yang tidak bersuara sama sekali. Elina dan nindi
yang merasa dilirik oleh refa itu hanya menyengir tanpa dosa.
“Eh lo berdua gak kangen ama gue lo pada hm?” Tanya refa yang melihat
shabatanya ini hanya diam saja tanpa mengucapkan kata.
“enggak!” ucap elina dan nindi bersamaan.
Refa membalalakan matanya”Oh kalian ngak kangen rupannya, Yaudah yuk
nggun kita keles disini banyak orang gengsi mengucapkan kata kangen” Ucap
refa yang langsung menarik tangan anggun untuk pergi. Refa dan anggun ingin
melangkah pergi dari situ terhenti mendengar isakan tangis dari elina.
Refa dan anggun membalikan tubuhnya melihat elina dengan mata yang
bekaca-kaca “ Lo kenapa nangis elina” panik refa dan anggun.
“Gue kangen ama lo semua, Gue kangen banget hiks.. hiks apa lagi lo fa gue
kangen lo kemana sajasi hilang gak ada kabar sama sekali lo hiks.. gue telpon
nomor lo ngak pernah aktif dan gue kerumah lo kata bi inah lo gak ada dirumah
sebernarnya lo dimana si susah banget buat hubungin lo” Jelas elina yang masih
terisak tangisnya didalam pelukan refa. Refa selama liburan dia tidak kemana-
mana hanya saja malas bertemu dengan orang-orang, refa hanya mengurung diri
dikamar tidak ingin diganggu hpnya saja dibiarkan begitu saja.
“Gue minta maaf na gue kerumah nenek gue yang ada dijogja gue ngak sempet
kabarin kalian gue gak pegang hp selama disana” Alibi alina. Tanggan refa
terus bergerak mengusap punggung elina agar elina tidak menangis lagi.
“Yaudah gue maafkan tapi lo jangan gini lagi yah”Ucap elina yang sudah
melepaskan pelukannya. Tangan refa bergerak mengusap jejak air mata elina.
Nindi dan anggun hanya menyaksikan adegan sahabatnya tersebut.
Mereka tau elina itu adek kesayangan mereka elina begitu polos untuk disakiti.
“Udah sedih-sedihnya yuk masuk kelas nanti telat lagi” Ketus nindi dengan
wajah datar andalannya, nindi langsung melangkah meninggalkan mereka
diparkiran sekolah. Nindilah yang paling dewasa antara refa anggun elina, nindi
juga paling waras diantara sahabatnya yang paling ngak ada otaknya itu.
“Woii maemunah tungguin kita dong” Teriak anggun yang melihat nindi yang
mulai melangkah menjauh dari mereka. Tanpa menunggu lagi anggun langsung
menarik tanggan refa dan elina untuk belari mengejar langkah nindi.
Bel masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Refa duduk bersama
nindi dibelakang mereka ada anggun dan anggun. Mereka tidak ada yang
membuka suara karna mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing sambil
menunggu guru pelajaran datang. Menunggu guru pelajaran sama saja
menunggu jodoh yang tak kunjung datang untuk melamar eakk..
Balik topik, guru pelajaran fisikapun memasuki ruang kelas untuk bersiap
mengajar siswa siswipun langsung menghentikan aktivitas mereka dan langsung
mengeluarkan alat tulis mereka yang siap dengan mata pelajaran.

Bagian 2
Bel istirahatpun berbunyi, semua murid kini sudah berjalan keluar kelas
menuju kantin untuk mengisi perut mereka.
“Mau makan apani biar gue yang pesanin” ucap refa yang sudah berdiri dari
tempat duduknya
“Hm, gue mie ayam sama es teh aja deh” Ucap anggun.
Sebelum refa bertanya kepada elina yangsung dipotong oleh nindi ” samain aja
semuanya biar ngak bolak balik belinya” ucap nindi yang dianggukin oleh elina
“Oh yaudah gue pesanin duluyah” ucap refa yang ingin melangkah.
“Gue bantu lo pesan aja minumannya gue yang pesan mie ayamnya” Ucap nindi
yang mulai beranjak dari duduknya yang diangguki oleh refa. Refa dan nindi
mulai melanhkahkan kakinya menuju penjual mie ayam dan minuman.
“Mbok refa es tehnya 3 sama es teh tawar 1 yah mbok”
“iya ndok tunggu sebentar yah” ucap mbok jum yang langsung angguki oleh
refa.
“Nih ndok minumannya” ucap mbok jum sambil mnyerahkan nampan berisi
minuman.
“Iya mbok ni uangnya,makasi yah mbok” ucap refa yang menyerhkan uang dan
mengambil ahli nampan tersebut jangan lupa senyum manis yang menghiasi
wajahnya cantinya itu.
Brakk..
Refa hendak berbalik itupun menabrak seseorang yang ada dibelakangnya
alhasil minuman refa tumpah dibaju seseorang itu. Refa mendongak menatap
mata elang cowok tersebut.
“Eh, gue minta maaf gue gak sengaja gue gak lihat tadi kalo lo ada dibelakang
gue”ucap refa yang panik. Tanga refa merongah tisue disaku bajunya untuk
mengelap baju yang terkena siraman es tehnya. Tangan refa terhenti karna
tangan cowok itu memegang pergelangannya tangan yang ingin membersihkan
bajunya.
“Gak usah gue ada baju diloker”Ucap cowok itu dengan nada dinginnya.
“Temui gue pulang sekolah diperkiran”Lanjut cowok itu yang langsung
melangkah pergi dari kantin yang diikuti oleh teman-temannya tanpa menunggu
jawaban dari refa. Refa yang geram akan sifat cowok iu yang seenaknya yang
menyuruhnya temui dia diparkiran.
“Fa lo gak papakan?” tanya anggun yang melihat muka refa yang masam.
“Gue gak papa kok, maaf yah gue telat”ucap refa yang langsung
mengembangkan senyum manisnya kepada temannya.
“Yaudah yuk makan keburu bel nantinya”ucap elina yang diangguki oleh
mereka.
Bel masukpun berbunyi, murid-murid yang berada dikanti berhamburan
memasuki kelas masing-masing. Refa dkknya memasukin kelasnya lansung
menduduki bangku masing-masing sambil menunggu guru mata pelajaran
datang.
#####
Bel pulang sekolahpun berbunyi, murid-murid mengkemasi barang-
barangnya dan mulai berhamburan keluar kelas.
“Lo pulang sama siapa refa?” Tanya elina sambil nerjalan menelusi koridor
sekolah menuju parkiran sekolah.
“Gue pulang naik angkot aja na”
“Lo ngak mau nebeng kita?” Tanya anggun. Sahabat refa ini mereka selalu
berangkat barang arah rumah mereka satu jalan jadi mereka selalu berangkat
dan pulang bareng.
“Hm,, gak deh, makasih yah gaes”Ucap refa dengan senyum manis andalannya.
“Yaudah lo hati-hati kalo ada papa telpon langsung kita oke, kita duluan fa”
Ucap anggun yang mulai menaiki mobilnya bersama tiga sahabatnya itu.
Refa hanya mengaggukkan kepalanya. Refa berjalan menuju depan gerbang
sekolah dimana dia sudah berjanji pada cowok yang sudah dia tabrak waktu
dikanti lalu. Refa sudah menuggu 20 menit yang lalu tidak ada tanda cowok itu
datang manalagi sekolah mulai sepi cuman beberapa murid yang melakukan
ekskul. Beberapa menit lalu tiba-tiba ada motor yang berhenti dihadapan refa,
refa yang bingung dengan orang yang berhenti didepannya itupun hanya
menatapnya sampai seseorang yang berhenti dihadapan refa itu membuka
fullfacenya dan menatap refa yang menatapnya dengan tatapan kosong kedepan
layaknya orang sedang memikirkan sesuatu.
Refa tersadar akan lamumannya dengan suara berat seseorang membuatnya
kaget akan hal itu.
“Ni baju gue jangan lupa cuci yang bersih” Ucap cowok itu dengan nada
datarnya sambil menyodorkan paperbag kearah refa.
Refa langsung menerimanya dengan senyum yang terukir diwajahnya. “Besok
gue balikin baju lo”
Hening beberapa detik diantara keduanya. Sampai suara beratpun memecahkan
kehening mereka.
“Lo gak pulang ini sudah habis gelap” Ucap cowok itu sambil memerhatikan
refa yang menatap kedepan dengan tatapan kosongnya.
Refa tersadar akan lamunanyaoun tersenyum. “Eh iya guekan harus tunggu buss
dihalte” refa menupuk jidatnya.
“Mana ada bus jam segini dodol”
“Yah gimana dong gue pulangnya?” ucap refa dengan wajah cemberutnya.
Yakali refa jalan kaki mana sudah malam lagi. Bibir refa maju beberapa senti
dan itu tidak luput dari tatapan cowok itu’gemes’gumam cowok itu tanpa sadar.
“Lo pulang bareng gue, Naik” Ucap cowok itu yang mulai memakai helmnya.
Refa hanya bengong dengan ucapan cowok itu.
“Naik, mau gue tinggal lo?” Ujar cowok itu dengan kesel karn refa hanya
bengong saja tanya ada gerek sedikitpun.
“Iya, iya kasar amatsih kaya gak ikhlas aja lo antarin gue pulang” Ucap refa
kesel dengan wajah cemberutnya. Refa mulai menaiki motor cowok itu.
Dalam perjalanan hanya ada kehening hanya saja refa bersuara menunjjukan
alamat rumahnya. Sesamapi didepan rumah refa langsung turun dari motor
cowok itu.
“Gak mau mampir dulu?” Tawar refa.
“Gak gue langsung pulang mau magrib juga”
”Terima kasih udah antarin gue, hati-hati dijalan”
“Hm” Jwab cowok itu langsung menacapkan gas motornya meninggalkna
perkarangan rumah refa.
Refa memasuki rumahnya yang sepi tanpa penghuni. Refa menaiki anak tangga
menuju kamarnya menutup pintu kamar. Refa bersandra dibalik pintu menangis
sejadi-jadinya. Refa terjatuh dan menekuk lututnya menangis didalam tekukkan
lututnya itu. Entahlah rasanya refa capek dengan semuanya yang ada didalam
hidupnya yang begitu sepi dan gelap.
Refa berusaha berdiri berjalan menuju tepi ranjang menduduki dirinya disana.
Refa mengambil foto yang ada diatas nakas itu tersenyum sedih melihat
didalam foto itu keluarga begitu lengkap dan tersenyum manis kearah kamera.
Refa hanya rindu suasa rumahnya yang dulu yang selalu ramai akan gelak tawa
diruang tamu. Refa begitu kesepian ditinggal seorang diri dirumah sejak umur
10 tahun dengan kesendiriannya kadang keluarga berkumpul hanya beberapa
jam meskipun mereka pulang hanya sibuk dengan kerjaan masing-masing tanpa
ada canda tawa saat berkumpul.
Refa menyimpan foto itu diatas nakas dengan baik. Refa menghapus air
matanya yang terus mengalir membahasi pipinya. Refa hanya rindu kasih
sayang keluarganya. Refa berusaha bangkit menuju kamar mandi untuk
memebersihkan dirinya yang begitu lelah hari ini. Setelah selesai refa
membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya yang begitu lelah sehabis
nangis.
Lain tempat seorang cowok itu duduk bersama teman-temannya diwarung
mang ujang tempat biasa teman-temnnya nongkrong dan berbincang-bincang.
Cowok itu masing dengan pikirannya sendiri tentang gadis yang tadi yang gak
sengaja menumpahkan air minuman diseragamnya. Cowok itu tanpa berfikir dia
kayaknya udah kenal lama dengan gadis itu tapi dia tidak yakin itu.
Cowok itu mengeluarkan hpnya dari saku celananya mencari nomor seseorang
diroom chatnya untuk mengetik suatu pesan disana. Setelah mengetik suatu
pesan cowok itu menyimpan benda tersebut di dalam celananya.
“Lo kenapa?” Tanya rehan sahabat cowok itu
“Gue gak papa kok” Jawab cowok itu dengan senyum manisnya.
“Kalo ada papa bilang aja jangan pedem sendiri lo”
Hanya anggukan kepala dari si cowok itu. “Gue balik duluan” Ujar cowok itu
mengambil kunci motornya diatas meja langsung mengendarai otor
meninggalkan warung mang ujang.
Sesampainya dirumah cowok itu langsung masuk kedalam rumah.
Sebelum menaikki anak tangga menuju kamar cowok itu melihat orang tuanya
diruang tenang sedang menonton televisi. Cowok itu langsung tersnyum hangat
kepada kedua orang tuanya itu dan langsung menduduki dirinya disamping
bundanya.
“Lo bang sudah pulang kamu?” Tanya Desi.
“Udah bunda kan aku sudah janji pulang jam 10”
“Iya, iya sayang” Ucap desi dengan tangannya yang mengusap lembut kepala
putranya itu.
“Aku kekamar duluan yah bunda, bunda jangan terlalu banyak nonton tv bun
langsung istirahat bun, ayah juga jangan lupa istirahat ayah” Ucap cowok itu.
Ayahnya hanya berdehem dan tersenyum manis kearah putranya itu
“Iya bentar lagi, yaudh kamu kekamar sana”
Cowok itu langsung berdiri dari duduknya jangan lupa di mengecup singkat pipi
bundanya itu. Ayahnya hanya melihat interaksi istri dan anaknya hanya
tersenyum manis.
Cowok itu duduk disampin ranjangnya dan mengehmbuskan nafas
beratnya dia melirik kebingkai atas nakas senyumnya lebar itu terbit diwajanya
itu. Dia mengusap-usap foto anak kecil saling senyum lebar diarah kamera. Dia
rindu teman kecilnya yang begitu kesepian dulunya. Dia tidak tega
meninggalkan gadis kecilnya dulu yang kesepian akan kasih sayang. Cowok itu
menyimpan lagi foto itu dengan baik diatas nakasnya. Bangkit dari ranjangnya
menuju kamar mandi untuk menganti pakainya dengan baju tidur santainya,
setelah selesai di membaringkan tubuhnya diatas kasur. Bayang-bayangan
waktu kecil berputar diotaknya senyum terbit diwajahnya yang tampan
dimilikinya dia rindu dengan teman kecilnya itu. Ah rasanya dia ingin cepat-
cepet mencari teman kecilnya itu. Setelah melamun tentang masa lalunya mata
elang cowok itupun mulai terpejam dan menuju alam mimpinya.
Bagian 3
Refa terbangun dari tidurnya karna merasakan tenggorokannya bergitu kering.
Melihat jam dinding menunjukan pukul 01.15 akhirnya refa bangun dari
ranjangnya untuk mengambil minuman di dapur. Menuruni anak tangga terakhir
refa melihat sekeliling rumahnya dan diruang tamu lampunya menyala biasanya
lampu ruang tamu selalu dia matikan sebelum tidur. Refa berjalan menuju ruang
tamu melihat seseorang sedang duduk disofa, refa takut itu orang jahat atau
apalah refa juga gak tau, refa mengambil sapu di dapur dan berjalan pelan-pelan
menuju ruang tamu. Refa belum memukuli orang itu refa sudah berteriak
terlebih dahulu.
“Aaaaaa siapa lo” Ucap refa dengan nada takutnya dan langsung melayangkan
gagang sapu ke kepala cowok itu. Untung saja cowok itu cepet berbalikkan
badan dan menahan gagang sapu yang hampir saja mengenai kepalanya.
Refa langsung membuka matanya saat gagang sapunya ditahan oleh seseorang.
Refa memebalalakan matanya saat tau siapa yang ada diruang tamunya itu.
“Dek lo kok mau pukul abang sih dek” ucap bang alvin. Yah dia alvin abangnya
refa yang baru pulang dari luar negri beberapa jam yang lalu. Abang alvin
masih mengerjakan berkas-berkasnya sebelum dia naik kekamar untuk istirahat.
Refa hanya bengong ditempat melihat siapa yang datang. refa gak nyangka
abangnya sudah pulang kerumah. Refa hanya merindukan abangnya ini.
“Dek kok bengong si lo gak kangen sama abang hm?” Ucap abang alvin yang
mengambil ahli sapu ditanggan adiknya dan menyimpannya sebarang arah.
Refa langsung memeluk abangnya itu. Dengan senang hati abang alvin
membalas pelukan adeknya itu abang alvin merindukkan sosok adeknya itu
adek satu-satunya yang begitu manja padanya dulu sebelum dia membantu
pekerjaan ayahnya. Abang alvin jarang sekali pulang kerumah sekipun pulang
tengah malam dan pagi-pagi buta sudah berangkat keluar negri atau keluar kota.
“Kok abang pulang gak bilang-bilang si bang kan refa bisa nunggu abang tadi”
ucap refa yang masih dalam pelukkan abangnya.
Abang alvin melepaskan pelukkan kepada refa dan menangkup kedua pipi
adeknya itu.
“Biar kejutan refa abang jugakan pulangnya malam jadi gak baik buat kesehatan
kamu kalo kamu nungguin abang pulang larut malam”
“Tapi abang sendiri kerja sampe larut malam kan gak baik juga buat kesehatan
abang” Cibir refa yang langsung mengambil tanggan abang alvin yang berada di
pipinya.
“Yaudah abang gak gitu lagi deh” Abang alvin hanya bisa pasrah toh juga
dijelaskan kepada refa tidak ada habisnya. Refa orangnya saat keras kepala jika
dikasih tau. “Refa kok belum tidur hm?” Lanjut bang alvin yang bingung refa
belum tidur jam segini.
Hembusan napas berat keluar dari mulut refa. “Refa haus abang makanya turun
mau ambil minum lihat lampu ruang tamu yang menyala makanya refa kesini
kirain ada maling bang” Tutur refa menuju dapur untuk mengambil
minumannya dan juga abangnya.
Refa berjalan keluar dapur menuju ruang tengah sambil membawa dua jelas air
putih ditanganya. Refa meletakkan minumannya diatas meja dan langsung
mendudukan diri disamping abangnya yang sibuk dengan leptop dan berkas-
berkas diatas meja.
Refa berdecak tidak suka melihat abangnya bekerja samapi larut malam begini
mana baru pulang dari luar negri lagi.
“Belum selesai yah bang?” Tanya refa yang mulai bosan melihat abangnya
mengetik dengan lihai di leptopnya.
“Bentar lagi fa, kenapa hm?” Jawab abang alvin yang masih fokus ke leptopnya
tanpa menoleh keadiknya.
“Ck, cepet kerjakan habis itu tidur jangan terlalu fokus inagt kesehatan mu
bang” Ujar refa kesel melihat abangnya itu yang sibuk dengan duanianya
sendiri.
Abang alvin menoleh sekilas melihat wajah kesel adeknya itu melihat dibekerja
sampai larut malam begini. “Iya ni sudah selesai” ucap bang alvin yang
langsung menutup leptopnya dan membersihkan berkas-berkasnya bang alvin
mengambil air minum yang dibawa oleh refa tadi meminumnya sampai habis.
“Bang dirumah berapa hari?” Tanya refa.
“3 hari deh kayaknya, kerja lewat rumah dulu malas keluar-keluar” Jawab bang
alvin sambil menatap wajah sendu adiknya itu. Hembusan nafa kasar keluar dari
mulut bang alvin melihat wajah sendu adiknya itu. “Pulang sekolah abang
jemputnya kita jalan-jalan refa mau?” Tawar bang alvin. Seketika wajah refa
menoleh ceria kearah abangnya itu.
“Mau mau abang, besok refa telpon yah kalo sudah pulang” Ucap refa dengan
nada cerianya dan jangan lupa senyum manisnya.
“Yaudah tidur sana udah hampir jam 2 pagi kamu masih belum tidur nanti telat
lagi bangunya” Ucap bang alvin sambil mengacak rambut adeknya itu dengan
gemes.
Refa hanya menganggukan-anggukan kepalanya dan berjalan menaiki anak
tangga menuju kamarnya, dan dikuti oleh bang alvin dibelakangnya sambil
membawa leptop dan berkas-berkasnya.
Pagi hari refa sudah bersiap dengan seragam sekolahnya menuruni anak
tangga menuju meja makan disana sudah ada abang alvin yang duduk dengan
memainkan ponselnya.
“Main ponsel mulu gak makan bang?” Tanya refa yang sudah duduk dikursi
samping abangnya.
Abang alvin melirik sekilas kearah refa dan menyimpan ponselnya didalam
kantung celananya. “Abang nungguin kamu dek, kamu abang antar yah dek”
ucap bang alvin.
Refa hanya menganggukan kepalanya dan mengambil roti tawar untuk dimakan.
Setelah menyelesaikan sarapan paginya refa beranjak dari duduknya
diikuti oleh abang alvin. Refa langsung duduk disamping supir begitupun bang
alvin langsung duduk dibangku supir. Bang alvin menyalakan mesin mobil dan
menjalankan meninggalkan perkarangan rumahnya itu.
Abang alvin menoleh kearah refa yang sedang ngelihat jalan di kaca mobil.
“Gimana sekolahnya fa?” Tanya bang alvin yang masih fokus menyetir.
“Baik kok bang” Ucap refa tanpa menoleh kearah abangnya.
“Pulang sekolah nanti kita jalan-jalan yuk dek”
Refa menoleh dan tersenyum lebar kearah abanngnya. “Yuk bang udah lama
juga refa gak pernah jalan-jalan”
“Yaudah abang tunggu didepan sekolah nanti yah dek, belajar yang baik yah”
Ucap bang alvin. Mereka sampai didepan sekolah Merpati, refa langsung turun
dari mobil berlari memasuki sekolah.
Refa berjalan menusuri koridor sekolah dengan senyum yang tak pernah luput
dari wajahnya.
Tiba-tiba bunyi ponsel refa bergetar didalam saku seragamnya bertanda ada
pesan masuk.
+62852**********
Temui gue di depan kelas Xll IPS1 jam istirahat.
Refa mengkerutkan keningnya bingung siapa yang mengirimnya pesan. Tanpa
menungu lama refa membalas pesan itu.
Refa.
Siapa?
+62852**********
Baju gue!
Refa.
Oh oke.
(Read)
Refa melanjutkan jalannya menuju kelas yang sempat tertunda akibat ada pesan.
Sesampainya dikelas refa langsung mendudukan bangkunya tanpa ingin
membuka suara kepada sahabtanya yang sedang asik dengan aktifitasnya
masing-masing. Bel masukpun berbunyi menandakan pelajaran pertama akan
segera dimulai. Beberapa menit bel masuk berbunyi ibu guru matematikan
memasuki kelas dan memulai pelajarannya.
Bel istirahatpun berbunyi, refa langsung mengemasi barang-barangnya kedalam
tas, setelah selesai mengemasi barangnya refa langsung beranjak pergi
duduknya.
“Woi refaa lo mau kemana?” Teriak anggun yang melihat alina sedang berlari
keluar kelas. Merasa gak ada jawaban dari refa anggun dkk lainnya pergi
menuju kantin sekolah tanpa refa.
Sampainya di depan kelas Xll IPS1 refa langsung menunggu seseorang keluar
dari kelasnya sambil bersandar pada tembok. Beberapa menit refa menunggu
akhirnya yang refa tunngu keluar dari kelasnya. Refa langsung berdiri tegak
dengan senyum yang terus dia pamerkan kepada siapapun.
“Ni baju lo udah gue cuci,sekali lagu maaf yah” Ucap refa yang menyodorkan
paperbag ditanggannya.
“Hm” Cowok itu hanya berdehem sebagai jawaban, melirik kebawa refa yang
sedang memamerkan senyumnya.
Teman-teman cowok itupun hanya melihat saja adegan didepannya. Sebelum
hendra si playboy SMA MERPATI memecahkan keheningan.
“Eh neng cantik siapa namanya?” ucap hendra menyodorkan tangannya kepada
si refa.
Refa membalas uluran tangan itu dengan senyum yang manis.” Aku refa kelas
Xll IPA2”
“Gue Hendra Sanjaya Putra, ini disamping kiri gue kembaran gue namanya
Hendri Sanjaya Putra, yang disamping kanan gue ini namanya Rehan Pratama,
yang depan gue ini namanya Jastian Wicaksono, disamping jastian itu namanya
Opik Pradita Aditya yang lo tumpahin minuman dibajunya kemarin” ucap
hendra yang memperkenalkan nama sahabtanya itu. Reha hanya mengaggukan
kepalanya sambil tersenyum manis kepada mereka. Setelah mereka
memperkenalkan sahabatnya hendra dkk langsung menuju kantin tanpa pamit
kepada refa, yang pamit cuman hendra aja yang lain langsung meninggalkan
mereka berdua yang terdiam sampai refa membuka suara.
“Hm, hendra gue ke kantin duluan yah teman-teman gue nungguin”
“Yaudah, mau bareng gak?” Tawar hendra
“Boleh yuk”
Sesampainya dikanti refa dan hendra langsung berpisah untuk ke meja
temannya masing-masing. Refa langsung menuju kearah penjual minuman
karna refa tidak ingin makan sekarang, entahlah refa sedang tidak nafsu makan.
“Lo kemana aja tadi refa?” Tanya anggun. Melihat refa yang sudah ada
disampingnya sambil membawa minumannya.
“Ada urusan bentar tadi” Ucap refa. Refa langsung mengambil ponselnya
didalam saku untuk melanjutkan baca wattpadnya yang tertunda kemarin.
“Lo gak makan refa?” Ucap Nindi
“Gue gak lapar cuman haus aja hehehe” Ujar refa dengan mengingirannya yang
menampilkan deretan gigi rapinya.
Setelah selesai makan dikanti refa dkk langsung beranjak pergi dari kanti
menuju kelasnya sebelum bel masuk berbunyi, masih ada banyak waktusi buat
ngobrol dikanti tetapi refa dkknya lebih nyaman mengobrol dikelas dari pada
dikanti yang ramenya minta ampun masya allah.
“Jalan-jalan yuk pulang sekolah nanti”Ajak elina
“Hayuk, mau kemana?” Tanya anggun dengan antusias
“Ke mall aja gimana?” Ucap refa
“Bole juga tuh, loa maukan nindiku sayang”Ucap anggun yang merangkul bahu
nindi.
Nindi menyingkirkan tangan anggun dari bahunya dengan kasar. “Gue ikut aja”
Ucap nindi dengan nada datarnya.
“HUWAA nindi jahat, nindi KDRT ama anggun Huaa” Ucap anggun dengan
dramatis.
Nindi tidak menanggapi ucapan anggun. Nindi hanya menggelengkan kepala
melihat sahabatnya kekurangan obat. Refa dan elina menahan tawanya melihat
anggun yang mendramatis ke nindi yang begitu cuek.
Refa langsung merangkul tubu anggun dan memeluknya. “Udahnya sayang
nanti kita laporkan dia kepenjara biar dia membusuk disana, anak mama yang
canti gak boleh nangis nanti mama carikan cowok yang lebih baik buat kamu
sayang” Ucap refa yang lebih mendramatis. Nindi dibuat bingung akan
kewarasan otak sahabatnya ini, kenapa juga nindi bisa bersabahat dengan
mereka yang otaknya cuman setengah.
Elinapun ikut memeluk tubuh anggun dan refa. Elina langsung menangis
melihat adegan anggun dan refa yang berpelukan. “HUAA kalian jangan nangis
kan elina jadi ikutan nangis, kalian kenapasi, elina gak ngerti apa yang kalian
ngomongin dari tadi HUAA” Tutur elina yang masih memeluk refa dan anggun
sambil mengisak tangisnya.
Refa dan anggun langsung melepaskan pelukannya, refa, anggun, nindi
yangsung menoleh kebelakang melihat elina yang menangis sesungkan-
sungkannya. Refa dan anggun lupa bahwa elina masih ada disampingnya, ini
masalah besar untuk keduanya yang membuat elina menjadi nangis tanya
hentinya.
Anggun dan refa langsung memeluk elina dan mengusap punggung elina agar
elina tidak menagis. “ Elina udah dong jangan nais yah, kapan dong kia sampe
dikelasnya kalo lo nangis kaya gini” Ucap anggun yang dianggukin oleh refa.
“Tapi kalian tadi ngapain hikss.. elina gak ngerti jadinya elina ikut nangis pas
lihat anggun nagis hikkss.. elina sedih lihat anggun nangis tadi hikss..” Tutur
elina masih terisak kecil.
“Gue gak papa kok elina, tadi gue kena dedu dimata jadi minta tolong ke refa
buat hilangin debu tadi” Jelas anggun biar elina berhenti nangis.
Elina melepaskan pelukan refa dan anggun, elina menoleh kearah refa dan
anggun bergantian dan tersenyum manis kepada mereka, refa mengahpus jejak
air mata yang ada dipipi elina. “Udah jangan nangis lagi yah malu dilihatin
orang” Tutur refa.
Elina hanya menganggukan kepala. Nindi hanya menyaksikan adegan ketiga
sahabtnya itu dengan senyum yang sangat tipis sangat tipis sampe tidak ada
yang bisa melihat senyum itu.
‘Gue beruntung memiliki sahabat seperti kalian meskipun otak kalian agak gak
waras’ Batin nindi.
“Yuk kekelas nanti keburu bel masuk” Ajar refa
“Yuk” Ucap mereka serempak.

BAGIAN 4
Ditempat lain opik dkknya sedang nongkrong diwarung belakang sekolah
yang biasa mereka tempatkan untuk bolos sekolah. Opik mengambil rokok yang
ada disaku celana abu-abunya.
“Bagi satu napa pik” Ucap jastin langsung mengambil rokok opik yang ada di
atas meja.
Opik hanya melirik sekilas toh dia juga bisa langsung ambil sendiri tanpa
ditanya lagikan. Mereka perokok tapi opik, rehan bisa mengimbanginya tidak
seperti jastian,hendra hendri yang selalu rokok dimanapun kecuali disekolah.
“Diam ale lu rehan ngomong napa sariawan lo heh?” Ucap hendri sebel dengan
sahabatnya yang satu ini yang tidak pernah ngomong sama sekali meskipun
ngomong cuman beberapa detik.
Rehan hanya melirik malas kearah hendri. Mau ngomong apa rehan juga
bingung mau ngomong apa lebih baik didiam aja ketimbang ngomong kagak
jelas buang-buang tenaga aja.
Hening beberapa saat. Mereka sibuk dengan pikiran masing dan aktivitas
masing-masing. Seketika suara hendra memecahkan keheningan dan aktivitas
mereka semua.
“Keclub yuk nanti malam udah lama kita gak kesana” Ucap hendra. Opik
melirik sekilas ke arah hendra dan mengagukan kepalanya.
“Mbok mie satu dong tapi utang dulu yah” Teriak hendra kepada mbok mimin
pemilik warung yang selalu jadi tongkrongan mereka berlima. Mbok mimin
langsung mengangkat jempolnya kearah hendra.
“Utang mulu lo kerjaannya” Cibir hendri yang bingung akan sifat
kemabarannya ini.
“Biari yang penting gue makan”
“Gue bilangin papi lo ya sering utang mulu uang jajan ering dikasih masih aja
utang lo kakak”
Hendra menatap tajam kembarannya.”Berani lo bilang papi gue pegal kepala lo
ya” ucap hendra dengan memukul kepala kembarannya.
“Terus hendra jangan kasih ampun si hendri masa lo mau diaduin sih kan gak
lucu” Ucap jastian mengompori saudara kembaran itu yang sedang mengadu
jontos dihadapannya.
“Diam lo tin, lo gak usah kompori ya awas aja lo jastian” ucap hendri
menghindari pukulan kembarannya itu.
“Udah-udah atuh ndok ni pesananya” Ucap mbok mimin membawa satu
mangkok mie yang dipesan oleh hendra.
Hendra langsung duduk ditempatnya dan menerima mangkok yang berisikan
mie itu ditangan mbok mimin. “Makasih yah mbok”
“Iya sama-sama jangan lupa dibayar utangnya yah udah banyak bangetni
utangnya ndok” Ucap mbok mimin. Hendri dan jastian langsung tertawa
terbahak-bahak saat melihat muka hendra yang tersedak mie.
“Iya-iya mbok besok ta bayar deh semuanya tenang aja mbok” Ucap hendra dan
langsung melanjutkan makannya tanpa melirik keara teman-temannya.
“Gak usah sok-sok iya kasihan mbok mimin kalo lo utang mulu hendra” tutur
rehan masih dengan wajah datarnya. Hendra hanya melirik dan mengaggukan
kepalanya dan langsung melanjutkan makannya.
“Lo kenapa pik ada masalah rumah tangga yang belum lo selesaiin yah?” Tanya
jastian.
“Rumah tangga kepala lo peyang heh?! Gue aja masih nyari calon istri soleha
baru mau berumah tangga” Jawab opik sekenaknya.
“Oh nyari yang namanya soleha yah baru lo mau nikah ya opik?? Tuh digen
halilintar tuh adeknya atta halilintar ada namanya soleha pik”
Opik menatap tajam jastian yang ditatap hanya bengong dengan tatapan itu.
“Goblok kok dipelihara lo tin” Ketus opik.
“Gue itu gak pelihara goblok kok pik gue tu mau pelihara burung pik”
“Burung kok dipelihara kan udah ada tinggal dirawat dengan baik aja tuh
burung lo” ucap hendri yang menyaksikan perdebatan antara kedua sahabatnya
itu.
“Emang gue punya burungnya ndri?” Tanya jastian dengan wajah polosnya
yang minta ditabok oleh hendri dkknya.
“Tuh burung lo tinggal dirawat aja” Ucap hendri sambil menujuk kearah bawa
tempat dibawa perutnya jastian.
“Au ah jastian gak ngerti. Opik jelaskankan dong jastian gak ngerti” Rengek
jastian meminta penjelasan kepada opik apa yang dingomongin oleh hendri itu
apa.
Opik hanya mengarukkan kepalanya yang tidak gatal, dia bingung ingin
menjelaskan kepada jastian yang polosnya gak ketuluan ini. Jastian memiliki
sifat childish dan polos. Makanya opik selalu menjaganya dari apapun apalagi
perkataan kotor. Kasihan otaknya yang masih polos harus dikotori oleh
ajarannya hendri tadi.
‘Hendri Sialan’ Batin opik.
Opik melirik tajam si hendri yang berani mengatakan hal kotor kepada jastian.
“Gak usah didengerin yah tin si hendri itu ngomongnya gak jelas oke”
Jastian hanya mengaggukan kepalanya dan duduk dengan tenang sambil
bermain dengan ponselnya.
“Lo hendri jangan coba-coba ngomong kaya gitu lagi sama jastian kalo gak mau
kepala lo hilang dari tempatnya” Ucap opik melirik tajam si hendri yang dilirik
hanya cengegesan dan mangangguk pasrah.
“Iya iya gue minta maaf tadi kecoplosan” ucap hendri.

Anda mungkin juga menyukai