Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multi factorial yang
bercirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia (Mary Baradero,2009).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kekurangan atau resistensi insulin yang
kronis, diabetes mellitus ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat, protein dan
lemak (Stockslager, 2007).
Diabetes mellitus adalah suatu kelainan yang ditandai dengan gangguan
metabolism karbohidrat, lemak dan protein. Sering terjadi hiperglikemia dan glukosuria
(Mary Courtney, 1997).
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolic yang melibatkan berbagai
system fisiologis, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa (Mickey
Stanley, 2006).

B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu :
 Tipe 1 atau IDDM (Insulin-dependent DM), akibat kekurangan insulin karena
kerusakan dari sel beta pancreas.
 Tipe II atau NIDDM (Non insulin dependent DM), ini ditandai dengan
kerusakan fungsi sel beta pancreas dan resisten insulin, atau oleh menurunnya
pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai respon terhadap insulin. Pada lansia,
diabetes tipe II terhitung 90% kasus (Mary Courtney, 1997).

C. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas
glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan
obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin
resisten.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia (Jeffrey)
yaitu:
1. Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin.
2. Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan
perubahan vaskuler.
3. Obesitas, banyak makan.
4. Aktivitas fisik yang kurang
5. Penggunaan obat yang bermacam-macam
6. Keturunan
7. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress

D. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lansia
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat
perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi
dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
 Katarak  Neuropati perifer
 Glaukoma  Neuropati viseral
 Retinopati  Amiotropi
 Gatal seluruh badan  Ulkus Neurotropik
 Hipertensi  Penyakit ginjal
 Infeksi bakteri kulit  Penyakit pembuluh darah perifer
 Infeksi jamur di kulit  Penyakit koroner
 Dermatopati  Penyakit pembuluh darah otak
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM
usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin
yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan
gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi
dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi
sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan
koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
E. Komplikasi
Komplikasi pada diabetes pada lansia
Lansia yang menderita diabetes akan mengalami lebih banyak komplikasi daripada
yang berusia lebih muda .hal ini disebabkan karena diabetes sudah diderita lebih lama dan
nmakin tidak terkontrolnya glukosa darah.
Komplikassi pada lansia tidak berbeda dengan komplikasi diabetes pada usia lebih
muda pada umumnya .bisa penyakit jantung syaraf,ginjal kulit ,atau tekanan darah
tinggi ,hanya saja ,ada beberapa keadaan yang perlu mendapatkan perhatian khusus pada
lansia .
Problem pada mata
Lansia yang menderita diabetes pasti mengalami problem dengan matanya.yang
paling sering ialah penyakit katarak. Selai nitu ,juga retinopati ,degenerasi atau makula dan
glukoma. Boleh dikatakan tidak lebih dari 25 % pasien diabetes lansia yang melakukan
check up ke dokter mata.inilah yang menyebabkanketerlambatan pengobatan .apabila
diagnosis kelainan mata bisa dilakukan lebih dini,mata pada lansia dapat diselamatkan.
Masalah saluran kemih
Gangguan pada saluran kemih adalah masalah yang paling sering dialami oleh
lansia yang menderita diabetes .mereka selalu mengeluh sulit berkemih atau merasa tidak
enak saat berkemih, bahkan ada yang mengeluh “beser” atau tidak bisa menahan
kemihnya.
Otot kandung kemih lansia biasanya lebih lemah dan kerja syaraf otonom sudah
mengalami kemunduran .ini akan menyebabkan lansian yang menderita diabetes sulit
berkemih.namun,apabila kandung kemih sudah penuh ,inkontinensia urine atau “beser “
timbul.lansia itupun tidak dapat menahan rasa ingin berkemih meskipun sudah segera pergi ke
toilet .infeksi saluran kemih menjadi lebih sering terjadi terutama pada wanita
1.Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati.
2.Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600 mg/dL)
3.Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)
F. Penatalaksanaan
Menurut Steven diperkirakan 25 – 50% dari DM lansia dapat dikendalikan dengan
baik hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 – 45% dapat diobati dengan
oral anti diabetik dan diet saja.
Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan
dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan
gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya komplikasi
DM.
Setiap kelompok makanan ini terbagi dalam jenis A, B dan C. makanan jenis A
adalah yang terbaik karena umumnya mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan,
dan atau rendah lemak. Makanan yang terburuk ialah jenis C. golongan C tidak dianjurkan
karena salah satu atau lebih kriteria berikut: mengandung gula, rendah atau tanpa serat, terlalu
banyak lemak. Dianjurkan untuk memilih jenis makanan jenis A atau B. setiap pasien dapat
memilih makanan yang mewakili masing-masing golongan jenis makanan yang ada ditabel
tersebut.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nasi lebih dianjurkan daripada bubur ,karena
kandungan serat pada nasi lebih baik daripada bubur ,sehingga dapat bertahan lebih lama
didalam usus,sebaliknya jika mengkonsumsi bubur akan lebih cepat diabsorpsisehingga akan
cepat merasa lebih lapar lagi.
Khusus untuk golongan minuman yang mengandung pemanis sebaiknya tidak
usah dikonsumsi,lebih dianjurkan mengkonsumsi pemanis buatan seperti EQUAL ataupun
gula yang terbuat dari jagung ,pemanis buatan ini dapat digunakan untuk minuma
dingin,sedangkan pada minuman panas dapat ditambahkan pada saat suhu sekitar 80̊ C (sesuai
saat minuman panas diteguk ).penggunaan EQUAL ,pada suhu 100̊ C akan menyebabkan rasa
manis berkurang
Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah :
1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.
2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa haus,
sering kencing, lemas, gatal-gatal.
3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220
mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya terjadinya
hipoglikemia.
4. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemia.
Dafatar makanan dan kalorinya
1. Makanan pokok
golongan A :

G Jenis Ba U k P L H
olongan makanan nyak nit alori rotein emak idrat
arang

M A Jagu 25 1 9 2 0 1
akanan ng rebus 0gr (dgn 0,2 kal ,9 gr ,9 gr 7,6 gr
pokok bonggol)

Nasi 10 2 1 3 0 3
putih 0 gr ( 1 ¼ 75 kal ,4 g ,3 gr 9,5 gr
gls aqua)

Keta 12 2 2 4 3 4
n putih 0 gr (1 gls ¾ 17 kal ,2 gr ,4 gr 2,4 gr
aqua)

Sing 10 1 2 1 0 3
kong rebus 0 gr ( 2
ptg) ¾ 17 kal ,2 gr ,3 gr 4,7 gr

Tala 10 1 9 1 0 2
s rebus 0 gr (1 ¼ 8 kal .9 gr ,2 gr 2,1 gr
ptg)

Roti 60 1 1 4 0 3
tawar tinggi gr (2 iris) ¾ 49 kal ,7 gr ,9 gr 0,5 gr
serat

Kent 20 2 1 4 0 3
ang rebus 0 gr (2 bh) 66 kal gr ,2 gr ,7 gr

Ubi 10 1 1 1 0 2
rebus 0 gr(1 bh) ½ 25 kal ,8 gr ,7 gr 7,9 gr

B Nasi 10 1 8 1 0 1
tim 0 gr (1 8 ka ,7 gr ,2 gr 0 gr
mangkok
kecil)

Krek 50 2 2 3 7 3
ers gr (5 bh) ¾ 29 kal ,5 gr ,2 gr 7,5 gr

Mak 25 1 9 2 0 1
aroni gr ( 1 gls ¼ 1 kal ,2 gr ,3 gr 9,8 gr
mentah aqua)

Mie 50 2 1 3 5 2
instan gr ( 1 bks) 68 kal ,9 gr ,9 gr 4,8 gr

Roti 50 1 1 4 0 2
tawar gr (2 iris) ½ 28 kal gr ,6 gr 6,7 gr

C Nasi 10 3 2 2 1 4
goreng 0 gr (1 ¼ 67 kal ,5 gr 0 gr 2 gr
mangkok
kecil)

Bihu 15 3 2 1 7 4
n goreng 0 gr ( prg) ¾ 96 kal 3,2 gr gr 5 gr

Tape 15 3 2 0 0 6
singkong 0 gr ¼ 60 kal ,8 gr ,2 gr 4 gr
Bub 20 2 1 6 8 1
ur ayam 0 gr (1 65 kal gr ,4 gr 4,5 gr
prg)

Kent 15 2 2 3 1 2
ang goreng 0 gr ( 1 ¾ 11 kal gr 0 gr 7 gr
prg )

Bub 10 2 1 3 3 3
ur sumsum 0 gr ¼ 78 kal ,2 gr ,6 gr 3,2 gr

Prinsip dasar diit diabetes :


 Prinsip dasar : pemberian kalori sesuai dengan kebutuhan dasar. Cara sederhana
untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah sebagai berikut :
- Untuk wanita : (Berat Badan Ideal x 25 kalori) + 20% untuk aktifitas
- Untuk pria : (Berat Badan Ideal x 30 kalori) + 20% untuk aktifitas
 Prinsip kedua : menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung
gula di dalamnya. Sebaiknya hindari konsumsi hidrat arang olahan / buatan pabrik
karena sudah tidak atau kurang sekali mengandung serat, dan akan lebih cepat
diubah menjadi gula dalam darah. Karenanya tidak boleh diberikan berlebihan.
 Prinsip ketiga : mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari,
seperti : gajih, santan, segala macam jenis minyak goreng, margarine, butter, serta
produk olahan susu.
 Prinsip keempat : memperbanyak konsumsi serat dalamn makanan. Yang terbaik
adalah serat larut air seperti pectin (terdapat dalam buah apel), segala jenis
kacang-kacangan dan biji-bijian asalkan tidak digoreng.
F. Patofisiologi
Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Resti Ggn Nutrisi Asidosis Trombosis


Kurang dari kebutuhan

 Koma Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
diabetik
Miokard Infark Stroke Gangren

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
 Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
 Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Gangguan integritas kulit
3. Resiko terjadi injury
C. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, nyeri abdomen.
Intervensi :
 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
 Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai
dengan indikasi.
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
 Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
 Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
 Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
 Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
 Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
 Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti
balut.
 Kaji tanda vital
 Kaji adanya nyeri
 Lakukan perawatan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
3. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
 Hindarkan lantai yang licin.
 Gunakan bed yang rendah.
 Orientasikan klien dengan ruangan.
 Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai