Anda di halaman 1dari 3

REVIEW DOES A SECOND-GENERATION RETURNEE MAKE

THE FAMILY FIRM MORE ENTREPRENEURIAL? THE CHINA


EXPERIENCE JOURNAL

Artikel ini mencatat bahwa tata kelola perusahaan sering digunakan sebagai solusi
konflik antar perusahaan: pemangku kepentingan:. Perusahaan sering mengandalkan
pemegang saham mayoritas sebagai pengambil keputusan utama untuk menyelesaikan
konflik ini. Di banyak negara, mayoritas pemegang saham adalah anggota keluarga.
Meski pencarian bisnis keluarga semakin berkembang, beberapa hal sudah dijajaki.
Bahkan, menarik untuk mempelajari keragaman bisnis keluarga, operasi dan kinerjanya.

Bisnis keluarga memainkan peran penting dalam berkontribusi terhadap PDB,


produktivitas tenaga kerja, dan penciptaan kekayaan. Tetapi bisnis keluarga menantang
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Banyak bisnis keluarga
mengalami kesulitan mewariskan kepada generasi ketiga, sehingga beberapa penelitian
berfokus pada warisan antargenerasi.

Dalam bisnis keluarga di mana pengelola memiliki bisnis, mereka sering


tertantang ketika harus menyeimbangkan antara kebutuhan keluarga dengan bisnis
keluarga, sehingga kepentingan tersebut sering berbenturan. Risiko konflik ketika
membuat keputusan bisnis keluarga relatif tinggi, karena keputusan memengaruhi
prospek pertumbuhan perusahaan, serta kemampuannya untuk membangun atau
mempertahankan tingkat kesejahteraan. Dengan anggota keluarga, lebih lama. Efek
jangka panjang. Oleh karena itu, dapat digunakan sebagai prinsip yang mungkin untuk
mengatasi peran tata kelola perusahaan. Selain kekuatan, prioritas, strategi, dan sumber
daya untuk menyeimbangkan dua kebutuhan saat ini, konflik keluarga kebutuhan bisnis
berjalan dengan baik.

Perkembangan bisnis keluarga di Indonesia dimulai dengan perusahaan


tradisional, terutama bisnis keluarga Tionghoa. Dalam dunia bisnis, bisnis keluarga
Tionghoa dikenal mengembangkan budaya organisasi berdasarkan kebiasaan unik
kakek-nenek mereka dan menarik perhatian baik negara Barat maupun Indonesia.
Banyak bangsa/budaya leluhur Tionghoa yang didasarkan pada nilai-nilai tradisional
Konfusianisme, seperti kehidupan terpadu yang menghormati bangsa, keluarga,
pergaulan, pendidikan moral, dan integritas. Selain itu, banyak nilai budaya yang selalu
ditekankan dalam keluarga Tionghoa, seperti hemat, disiplin, rajin, dan harga diri.
Sebagian besar bisnis di Indonesia adalah milik keluarga di berbagai daerah di
Indonesia, dan bisnis keluarga sering berurusan dengan masalah warisan yang mengarah
ke keluarga berencana. Keberhasilan merupakan karakteristik penting dalam
memprediksi konflik internal dan disorganisasi keluarga.

Di Indonesia sendiri, penggunaan organisasi seperti Guinness (jaringan bisnis),


Ganking (penghormatan dan perlindungan hubungan emosional yang mendalam) dan
Zingong (jaringan pribadi, populer) di bidang perdagangan adalah kunci keberhasilan
ras Cina. pengusaha. Trilogi Guanzi, Ganging dan Shinyong adalah simbol perdagangan
etnis Tionghoa di dunia bisnis. Dikatakan bahwa ini bisa menjadi kesempatan untuk
penelitian yang lebih mendalam dan lebih banyak waktu.

Pewarisan dalam bisnis keluarga Tionghoa umumnya dilakukan dengan


menerapkan adat dan tradisi yang diwarisi dari nenek moyang di Tiongkok, mendukung
putra sulung (terutama putranya) dalam kemampuannya. Perusahaan. Menurut ras. Hal
ini disebabkan peningkatan pengetahuan profesional di setiap bidang pekerjaan. Jika
pendiri/generasi sebelumnya tidak memiliki penduduk lokal dalam keluarga, mereka
harus memilih breed sesegera mungkin, jadi lebih baik mencari opsi lain seperti kerabat
asing (keponakan, menantu, keponakan, cucu) . - Hukum, dll). Atau dia bisa
mempekerjakan non-keluarga sebagai pemimpin bisnis, menargetkan dividen (sebagian
besar saham dimiliki oleh keluarga utama, sehingga perusahaan pionir tidak jatuh ke
tangan orang asing).

Untuk menghindari konflik keagenan dan mempertahankan generasi perusahaan


terkemuka sebelumnya, beberapa bisnis keluarga Tionghoa di Indonesia terlibat dalam
distribusi saham (ada persentase kepemilikan), audit dan audit, dan kemudian proses
pemantauan yang transparan selama pemilihan dan transisi. Sebagai bisnis keluarga,
aturan yang jelas mengenai kepemilikan, pengelolaan dan administrasi dapat
ditunjukkan.

Banyak pengusaha keluarga Tionghoa memahami bahwa pengalihan wewenang


kepada generasi berikutnya harus memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan generasi berikutnya. Rencana keberlanjutan yang jelas penting untuk
kelangsungan bisnis keluarga sehingga perkembangan jangka panjang perusahaan lebih
dapat diandalkan.

Saran yang tepat untuk penelitian ini yang dapat dilakukan di Indonesia adalah
dengan menempatkan penelitian dengan metode serupa namun tetap dengan kearifan
lokal yang ada. Karena metode dan polanya sama, namun hanya saja variabel yang
digunakan mungkin berbeda. Namun perlu diperhatikan pada penelitian yang akan
dilakukan di Indonesia, mungkin sampel yang digunakan harus lebih beragam di setiap
daerah yang ada atau penelitian dilakukan secara spesifik untuk daerah, karena setaip
daerah biasanya memiliki pola yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai