Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PENGARUH KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA TERHADAP


KINERJA BISNIS UMKM DI MAUMERE

OLEH :
NAMA : SISILIA ANGGREACHI TERAS
KELAS : 061200100

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NUSA NIPA ( UNIPA )
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis keluarga adalah bisnis tertua dan paling dominan di dunia


organisasi bisnis. Bisnis keluarga tidak hanya berupa perusahaan kecil dengan
sektor industri tertentu, tetapi juga perusahaan menengah dan besar yang juga
beroperasi di berbagai sektor industri. Menurut Pricewaterhouse Cooper 2014
mengenai bisnis keluarga, 95% bisnis di Indonesia dimiliki atau dikelola oleh
keluarga. Sebuah bisnis dapat dikatakan sebagai bisnis keluarga apabila
kepemilikan atas bisnis tersebut dimiliki oleh mayoritas keluarga ( Thomas
Zelleweger). Menurut Davis & Taqiuri (1985), bisnis keluarga adalah bisnis
yang dua generasi atau lebih anggota keluarga memengaruhi arah bisnis.
Sedangkan menurut Holland & Oliver (1992), bisnis keluarga adalah bisnis yang
keputusan terkait kepemilikan dan manajemen dipengaruhi oleh anggota
keluarga. Biasanya anggota keluarga akan menduduki jabatan di tim manajemen
atas, yaitu seperti Direktur Pemasaran atau Direktor Keuangan. Hal ini berarti
anggota keluarga memegang penuh kendali atas manajemen perusahaan tersebut.
Bisnis keluarga ini ada yang yang berskala kecil, menengah, besar, hingga
konglomerasi. Bahkan banyak peusahaan besar di Indonesia yang dimulai dari
bisnis kecil, sampai menjadi perusahaan besar yang mempekerjakan ribuan
karyawan. Orang tua yang memiliki bisnis sendiri mulai mewariskan ke anak
anaknya sehingga trus berlanjut. Namun, ada juga yang tidak tertarik berbisnis,
sehingga tidak berlanjut. Beberapa bisnis yang banyak dilakukan oleh keluarga
misalnya bisnis kuliner, bisnis fashion, bisnis enent organizer dan bisnis
pariwisata, Peran keluarga telah menjadikan bisnis tersebut memiliki reputasi
yang luar biasa, bahkan lebih dari hanya skala nasional.
Perusahaan keluarga memiliki peran penting dalam perekonomian. Dalam
menimbulkan pertumbuhan ekonomi masyarakat UMKM memiliki kontribusi
yang besar khususnya di negara – negara berkembang. Dampak positifnya yaitu
dapat menggerakan roda perekonomian bangsa dan mengurangi jumlah
pengangguran. UMKM sendiri adalah istilah umum dalam dunia ekonomi yang
merujuk kepada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun
badan usaha. UMKM merupakan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah.
Berdasarkan UU No 20 tahun 2008, usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan ataupun badan usaha perorangan dengan jumlah asset
maksimal 0 sampai 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta. Usaha kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dilakukan oleh orang perorangan
ataupun badan usaha akan tetapi bukan merupakan anak perusahaan dengan
jumlah asset lebih 50 juta sampai 500 juta dan omzet total 300 juta sampai 2,5
milyar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi positif yang berdiri sendiri
dilakukan oleh cabang orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari 500 juta
sampai 10 milyar dan omzet total 2,5 milyar sampai 50 milyar.
Berbagai latar belakang menjadi motivasi berdirinya suatu bisnis,
terutama karena adanya kejelian menangkap peluang. Sedangkan untuk usaha
mikro dan kecil, sebagian besar karena keterdesakan memenuhi kebutuhan biaya
hidup keluarga. Apa pun latar belakangnya, bisnis yang dikelola keluarga
memiliki karakteristik serta permasalahan yang tidak dihadapi oleh yang bukan
bisnis keluarga. Karakteristik utamanya adalah pengendalian perusahaan di
tangan keluarga tertentu. Dampaknya, kebergantungan yang tinggi terhadap
keberdayaan anggota keluarga dalam bekerja sama untuk mencapai visi, misi,
dan tujuan serta dalam menjalankan operasional perusahaan. Kebergantungan
satu dengan lainnya ini dapat menjadi permasalahan ketika ukuran perusahaan
semakin besar, yaitu menjadikan anggota keluarga yang terlibat dalam
perusahaan agar bekerja secara profesional atau merekrut para profesional.
Masalah utama lainnya datang dari pandangan bahwa perusahaan adalah aset
yang harus diwarisi dari generasi ke generasi (Casson, 1999). Adanya generasi
penerus (family successor) inilah yang membedakan karakter bisnis keluarga
(Churchill & Hatten, 1987). Dampaknya, ketika tiba saatnya pemilik atau pendiri
perusahaan, disebut generasi pertama (atau generasi pendiri), bermaksud
menyerahkan posisi dan jabatannya kepada generasi selanjutnya, yang dikenal
dengan istilah suksesi
Dengan adanya persaingan membuat perusahaan keluarga
memberdayakan anggota keluarganya baik yang memiliki kemampuan tertentu
maupun yang ingin membangun bisnis keluarga bersama – sama. Bisnis yang
dimiliki oleh keluarga mempunyai keuntuangan, terutama dalam menyiapkan
modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha. Menurut Shinnar, Cho, and
Rogoff (2013) temuannya menunjukkan perbedaan yang signifikan dari
keterlibatan keluarga termasuk jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam
perusahaan, tingkat kepedulian keluarga terhadap perusahaan, dan tingkat
keterlibatan keuangan dalam bisnis. Keterlibatan keluarga dalam perusahaan juga
terbukti berdampak pada pemilik, perusahaan, dan keluarga. Akan tetapi, bisnis
yang diawali oleh keluarga bisa jadi lebih beresiko daripada bisnis berskala besar
dan bukan bisnis keluarga. Ini disebabkan karena kendala-kendala seperti
undercapitalization, poor timing, dan keputusan manajemen yang salah (Headd,
2003). Maka dari itu agar dapat menghindari risiko tersebut diperlukanlah
evaluasi kinerja pada kegiatan usaha keluarga tersebut. UKM harus manjaga
terus kinerja bisnisnya di tingkat yang maksimal. Kinerja suatu UKM adalah
tingkat pertumbuhan atau keberhasilan selama periode waktu, misalnya dengan
membandingkan kinerja perusahaan tahun sebelumnya dan tahun yang sedang
berjalan (Genty et al., 2015). Untuk melihat kinerja di dalam sebuah usaha
apakah telah berjalan dengan maksimal atau tidak, maka perlu sebuah
pengukuran kinerja bisnis. Pengukuran kinerja bisnis ini bisa dilakukan melalui
beberapa aspek yaitu, kinerja keuangan, kinerja operasional, kinerja pemasaran,
dan kinerja sumber daya manusia. Dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan,
maka diperlukan pertimbangan perusahaan baik untuk kegiatan keuangan
(turnover, laba, pendapatan) dan non keuangan (pangsa pasar, pertumbuhan
penjualan pesaing) (Maduekwe and Kamala, 2016); (Richard et al., 2009).
Sejumlah penelitian telah memusatkan perhatian pada dampak
keterlibatan keluarga terhadap kinerja perusahaan selama beberapa dekade
terakhir (Mazagatos et al., 2016). Sejauh mana keluarga mengontrol aktivitas
perusahaan sehari-hari dapat dinilai melalui keterlibatan anggota keluarga dalam
manajemen (Liang et al., 2014). Berbagai penelitian juga telah dilaksanakan oleh
banyak peneliti di bidang manajemen bisnis, ekonomi, dan entrepreneurship
untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang mampu mempengaruhi performa
suatu perusahaan. Hingga saat ini, berdasarkan banyaknya penelitian tentang
dampak partisipasi dan keterlibatan keluarga dalam manajemen terhadap
keberhasilan kinerja perusahaan keluarga, hasil penelitian tidak pasti dan
berbeda-beda. Bukti empiris menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dapat
meningkatkan, memperburuk, atau bahkan memiliki pengaruh kecil pada kinerja
perusahaan keluarga (Kim & Gao, 2013).
Tidak sedikit orang yang menghindari bisnis keluarga. Alasannya, karena
khawatir ada perpecahan di dalam keluarga. Bisnis ini memang berpotensi
menyebabkan perpecahan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan yang dapat
mengatasi permaslahan tersebut. Seperti membangun asset dengan mengajak
saudara kandung untuk merintis bisnis bersama, jam kerja yang fleksibel tetapi
tetap disiplin, meningkatan kesejahteraan keluarga, mendapatkan modal lebih
cepat dengan patungan dari keluarga dengan professional dan memberikan
keuntungan atau bagi hasil sesuai dengan besaran modal yang ditanam. Dengan
adanya penjelasan tersebut, penulis akan meneliti dengan judul “Pengaruh
keterlibatan anggota keluarga terhadap kinerja bisinis UMKM di Maumere”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh
keterlibatan anggota keluarga terhadap kinerja bisnis UMKM.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh keterliabatan anggota keluarga terhadap kinerja


bisnis UMKM ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh keterlibatan anggota keluarga terhadap


kinerja bisnis UMKM

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Kampus
Sebagai sumbangan untuk pengembangan ilmu dan bahan acuan bagi
mahasiswa Universitas Nusa Nipa khususnya fakultas ekonomi, untuk
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Penulis
Dapat mempelajari tentang bisnis UMKM serta mendapat pengetahuan
tentang bisnis keluarga.
3. Bagi Pembaca
Mendapat pengetahuan tentang kinerja bisnis apabila melibatkan
anggota keluarga.
4. Bagi Perusahaan
Dapat mengambil keputusan yang tepat untuk melibatkan keluarga
dalam bisnis atau tidak agar kinerja bisnis tetap baik.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Keluarga
2.1.1 Pengerian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang
selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik
buruk nya anggota keluarga, tetap tidak bisa merubah kodrat yang ada, garis
besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus
menghakimi.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Berdasar Undang-
Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami (Kepala
keluarga), istri dan anaknya yang di sebut dengan Rumah Tangga atau dengan
sebutan lainnya ialah keluarga kecil; sedangkan yang disebut dengan keluarga
besar selain suami, istri dan anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat
orang tua atau disebut ayah dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-
anaknya orang tua yang lain termasuk orang tua dari ayah (Kakek dan nenek),
Menurut Paul B. Horton bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang
memiliki kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu yang lama
dan juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam
wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat yang
berbeda di dalam wilayah, daerah tersebut.
2.1.2 Jenis Keluarga

Ada beberapa jenis keluarga, yakni:


 Keluarga inti atau keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak.
 Keluarga Dyadic adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri, tetapi tidak
memiliki anak.
 Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga
lainnya garis keturunan dari suami termasuk kakek dan nenek.
 Keluarga Kitnetwork, beberapa keluarga tinggal bersama dan menggunakan
layanan bersama.
 Keluarga orang tua-anak yang belum menikah (Unmarried parent and child
family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang belum
menikah.
Kita dapat mengamati bahwa anak mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangannya akan dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulannya,
termasuk tipe keluarganya. Dalam tinjauan terhadap psikologi perkembangan,
pandangan tentang hubungan orangtua-anak umumnya terkait dengan teori
keterikatan yang pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby. Ia kemudian
mengidentifikasi dampak perilaku pengasuhan sebagai faktor penting dalam
hubungan orangtua-anak yang telah terbentuk sejak masa kanak-kanak

2.1.3 Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah yang halal, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya jika di
restui oleh suami.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual

2.1.4 Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.


 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
 Sosialisasi antar anggota keluarga.
 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.1.5 Fungsi keluarga

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:

 Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan


menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak.
 Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.
 Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
 Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan
perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
 Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain
setelah dunia.
 Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,
mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-
kebutuhan keluarga.
 Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita
tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
 Fungsi Biologi dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai
generasi selanjutnya.
 Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

2.1.6 Bentuk Keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
 Berdasarkan lokasi
 Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami
istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat
suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri.
 Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
 Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
 Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di
sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula
(bergantian).
 Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama
kaum kerabat suami maupun istri.
 Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari
pihak suami
 Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-
masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar
pusat kaum kerabatnya sendiri.
 Berdasarkan pola otoritas
 Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki
tertua, umumnya ayah)
 Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
(perempuan tertua, umumnya ibu)
 Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.1.7 Tahapan Keluarga
Menurut Koentjaraningrat keluarga berkembang melalui empat
tahapan, yaitu:
1. Tahapan promiskuitas
Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan binatang
berkelompok, laki-laki dan wanita berhubungan bebas sehingga melahirkan
keturunan tanpa ada ikatan, pada tahapan ini kehidupan manusia sama dengan
kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada tahapan ini, laki-laki dan
perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa
ada ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan
keluarga seperti sekarang ini.
2. Tahap matriarkat
Pada tahap ini lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan
anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya masih mengenal
ibunya. Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang
mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini disebut tahapan matriarkat. Pada
tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga munculah
adat eksogami.
3. Tahap patriarkat
Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang
mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarkat ke tingkat patriarkat
terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang
menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil
calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke
kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannya pun tetap
menetap bersama mereka.
4. Tahap parental
Pada tahapan yang terakhir, patriarkat lambat laun hilang dan berubah
menjadi susunan kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada
tingkat terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (eksogami)
tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami). Hal ini menjadikan
anak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu maupun ayah.
2.2 Kinerja Bisnis
2.2.1 Kinerja
2.2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja dalam organisasi, merupakan jawaban dari berhasil
atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan
atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah sangat buruk
atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak
mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot
sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan –
kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan
tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
1. Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67).
Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2. Kinerja menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003: 223)
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
3. Kinerja menurut Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34)
Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
4. Kinerja menurut John Whitmore (1997: 104)
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang
kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
ketrampikan.
5. Kinerja menurut Barry Cushway (2002: 1998)
Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja
dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.
6. Kinerja menurut Veizal Rivai ( 2004: 309)
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan.
7. Kinerja menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan
Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001: 78),
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan.
8. Kinerja menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance
(1997: 104)
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang
atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
keterampilan.
9. Kinerja menurut Yusniar Lubis, Bambang Hermanto & Emron Edison
(2019: 26)
Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur
selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan, standar atau
kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan


dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang
diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak
positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Mink (1993: 76)
mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja
yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: (a)
berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c)
berperngendalian diri, (d) kompetensi.

2.2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi kinerja

 Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001: 82) faktor-faktor


yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1. Kemampuan mereka,
2. Motivasi,
3. Dukungan yang diterima,
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan
bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja
(output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang
diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh
dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
 Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang
memengaruhi kinerja antara lain:
a. Faktor kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh
karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahlihannya.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap
mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.
 David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001: 68),
berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi
dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja.
Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar
mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.
Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang
yang memiliki motif yang tinggi yaitu:

1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi


2) Berani mengambil risiko
3) Memiliki tujuan yang realistis
4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan.
5) Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukan
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogamkan

 Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja:

1) Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,


pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
2) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan kerja
3) Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,
sistem penghargaan (reward system).
 Menurut Kopelman (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah: individual characteristics (karakteristik individual),
organizational charasteristic (karakteristik organisasi), dan work
characteristics (karakteristik kerja). Lebih lanjut oleh Kopelman
dijelaskan bahwa kinerja selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga
sangat tergantung dari karakteristik individu seperti kemampuan,
pengetahuan, keterampilan, motivasi, norma dan nilai. Dalam kaitannya
dengan konsep kinerja, terlihat bahwa karakteristik individu seperti
kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan suku bangsa,
keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu, akan
menentukan perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu
maupun organisasi sehingga hal tersebut akan menimbulkan kepuasan
bagi pelanggan atau pasien.
Karakteristik individu selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga
dipengaruhi oleh:
(1) Karakteristik orgnisasi seperti reward system, seleksi
dan pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi
organisasi serta kepemimpinan.
(2) Karakteristik pekerjaan, seperti deskripsi pekerjaan,
desain pekerjaan dan jadwal kerja.

2.2.1.3 Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena
adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat
bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan,
melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya
tentang bagaimana kinerja karyawan.
 Menurut Bernardin dan Russel ( 1993: 379 ) “ A way of measuring the
contribution of individuals to their organization “. Penilaian kinerja
adalah cara mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada
organisasi tempat mereka bekerja.
 Menurut Cascio ( 1992: 267 ) “penilaian kinerja adalah sebuah
gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan
kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok”.
 Menurut Bambang Wahyudi ( 2002: 101 ) “penilaian kinerja adalah
suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang
prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi
pengembangannya”.
 Menurut Henry Simamora ( 338: 2004 ) “ penilaian kinerja adalah
proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan
kerja individu karyawan”.

2.2.1.4 Tujuan penilaian Kinerja


Menurut Syafarudin Alwi ( 2001: 187 ) secara teoritis tujuan
penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan
development. Yang bersifat evaluation harus menyelesaikan :
1. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi
2. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision
3. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi.
Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :
1. Prestasi riil yang dicapai individu.
2. Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja.
3. Prestasi- pestasi yang dikembangkan.

2.2.1.5 Manfaat penilaian Kinerja


Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat
bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara
terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah:
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,
pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.
5. Untuk kepentingan penelitian pegawai
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai
2.2.2 Bisnis
2.2.2.1 Pengertian Bisnis
Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau
kelompok dengan menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan
keuntungan (laba). Arti bisnis juga bisa didefinisikan sebagai
menyediakan barang dan jasa guna untuk kelancaran sistem
perekonomian. Definisi tersebut tertulis dalam buku Pengantar Bisnis
oleh Hadion Wijoyo, dkk.
Dalam arti luas, pengertian bisnis adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang
dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya, pengertian bisnis
memuat 4 aspek yakni, menghasilkan barang dan jasa, mendapatkan
laba, suatu kegiatan usaha dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
sehari-hari.

2.2.2.2 Tujuan Bisnis

1. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat juga termasuk


dalam tujuan bisnis.
2. Memenuhi kebutuhan hidup dengan sebuah produk dan jasa
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara umum
4. Memberikan kesejahteraan bagi para pemilik faktor produksi dan
masyarakat.
5. Menjaga eksistensi perusahaan dalam jangka waktu panjang.

2.2.2.3 Jenis-jenis Bisnis


Dikutip dari buku 'Pendidikan ilmu Ekonomi dan Bisnis' oleh Dr.
Nanda Dwi Rizkia, S.H., M.H., dkk, berdasarkan kegiatan usahanya,
jenis bisnis adalah sebagai berikut:
 Bisnis Agraris
Bisnis agraris adalah sektor usaha yang paling banyak ditemukan di
Indonesia. Bisnis ini mencangkup usaha contohnya pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan.
 Bisnis Industri
Bisnis industri adalah aktivitas untuk menghasilkan barang dari
pengolahan bahan baku, menjadi barang setengah jadi kemudian
diolah lagi menjadi barang jadi. Bisnis sektor ini adalah kegiatan
menghasilkan nilai tambah.
Contohnya usaha dalam sektor rumah tangga, sektor usaha kecil,
sedang, dan besar.
 Bisnis Perdagangan
Bidang perdagangan adalah kegiatan utamanya melakukan transaksi
jual berani barang untuk tujuan memperoleh laba. Uang jadi alat ukur
dalam transaksi jual beli. Contohnya toko kelontong, kios, agen
hingga distributor.
 Bisnis Sektor Jasa
Bisnis jasa adalah usaha yang bergerak dibidang pelayanan. Usaha
ini akan memberikan layanan yang dibutuhkan orang lain. Contohnya
bimbingan belajar, rumah sakit, transportasi, hingga pelatihan.
 Bisnis Sektor Pertambangan
Bisnis pertambangan adalah usaha yang sangat menguntungkan,
karena bisa menyumbang pendapatan negara secara signifikan.
Contohnya bisnis batu bara, emas, minyak bumi, pasir, bebatuan
hingga beberapa galian mineral.
 Bisnis Pariwisata
Bisnis pariwisata adalah usaha yang memanfaatkan alam, tatanan
sosial, adat dan kesenian sebagai daya tarik untuk wisatawan.

2.2.3 Kinerja Bisnis


Kinerja bisnis merupakan akumulasi dari hasil aktivitas yang
dilakukan dalam perusahaan itu sendiri (Prasetyo dan Harjanti, 2013). Voss
dan Voss (2000) mendefinisikannya sebagai usaha pengukuran tingkat
kinerja meliputi omset penjualan, jumlah pembeli, keuntungan dan
pertumbuhan penjualan. Kinerja organisasi atau sering disebut juga sebagai
kinerja bisnis atau perusahaan merupakan indikator tingkat kesuksesan
dalam mencapai tujuan perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik
menunjukkan kesuksesan dan efisiensi perilaku perusahaan.
Fairoz et al. (2010) menyatakan kinerja bisnis sebagai hasil dari
tujuan-tujuan organisasi yang dicapai melalui efektifitas strategi dan teknik.
Schneider et al. (2003) dalam Eshlaghy dan Maatofi (2011) menyatakan
produktifitas dan efisiensi sebuah organisasi diperoleh dengan cara
memuaskan karyawan dan menjadi sensitif terhadap baik kebutuhan
psikologis maupun sosio-emosional dengan cara yang menyeluruh. Chung et
al. (2012) menjelaskan tentang kinerja bisnis seperti tingkat keuntungan,
pertumbuhan penjualan, kualitas produk, kualitas layanan, customer
maintain rate, Produk Baru yang berhasil di pasar dan return of invesment.
Agarwal et al. (2003) mengukur kinerja bisnis dengan menggunakan dua
dimensi, yaitu dimensi pertama adalah kinerja keuangan atau kinerja
berdasarkan pada pemasaran seperti tingkat penggunaan, profitabilitas dan
market share, sedangkan dimensi yang kedua adalah kinerja subjektif.
Kinerja subjektif merupakan pengukuran kinerja yang berdasarkan pada
pengukuran terhadap kepuasan pelanggan dan karyawan, seperti kualitas
layanan, kepuasan konsumen, dan kepuasan kerja karyawan. Dalam
penelitian ini, kinerja perusahan dibagi menjadi 3 dimensi sesuai teori
Turner, (2011) yaitu inovasi perusahaan, profitabilitas, dan outcomes of cost
improvements.
2.3 UMKM
2.3.1 Kriteria UMKM
UMKM adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan maupun badan
usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro.
Seperti diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun
2008, sesuai pengertian UMKM tersebut maka kriteria UMKM dibedakan
secara masing-masing meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah. Lebih dalam tentang UMKM akan dibahas secara lengkap pada
artikel ini.
Berikut masih-masing pengertian UMKM dan kriterianya:
1. Usaha Mikro
Pengertian usaha mikro diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang
dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro.
Usaha yang termasuk kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki
kekayaan bersih mencapai Rp 50.000.000 dan tidak termasuk bangunan dan
tanah tempat usaha. Hasil penjualan usaha mikro setiap tahunnnya paling
banyak Rp 300.000.000.
2. Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau
berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan
sebagai badan usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki
serta menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah.
Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih Rp 50.000.000 dengan maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp
500.000.000. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,
sampai paling banyak Rp 2.500.000.000.
3. Usaha Menengah
Pengertian usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan
merupakan cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat serta menjadi
bagian secara langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha
besar dengan total kekayan bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
Usaha menengah sering dikategorikan sebagai bisnis besar dengan kriteria
kekayaan bersih yang dimiliki pemilik usaha mencapai lebih dari
Rp500.000.000 hingga Rp10.000.000.000 dan tidak termasuk bangunan dan
tanah tempat usaha. Hasil penjualan tahunannya mencapai Rp2.500.000.000
sampai Rp50.000.000.000.

2.3.2 Klasifikasi UKM


Berdasarkan perkembangannya, UKM di Indonesia dapat dibedakan
dalam 4 kriteria, diantaranya:
1. Livelihood Activities, yaitu UKM yang dimanfaatkan sebagai kesempatan
kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor
informal. Misalnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, yaitu UKM yang punya sifat pengrajin namun belum punya
sifat kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, yaitu UKM yang telah memiliki jiwa
entrepreneurship dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast Moving Enterprise, yaitu UKM yang punya jiwa kewirausahaan dan
akan bertransformasi menjadi sebuah Usaha Besar (UB).
2.3.3 Ciri-Ciri UMKM
Ciri-Ciri UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
 Jenis komoditi/ barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti
sewaktu-waktu
 Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu
 Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan
keuangan usaha masih disatukan
 Sumber daya manusia (SDM) di dalamnya belum punya jiwa wirausaha yang
mumpuni
 Biasanya tingkat pendidikan SDM nya masih rendah
 Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian
telah memiliki akses ke lembaga keuangan non bank
 Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk NPWP
2.3.4 Jenis-Jenis UMKM
Pada dekade terakhir ini mulai marak bermunculan bisnis UMKM mulai
dari skala rumahan hingga skala yang lebih besar. Berikut ada 3 jenis usaha
yang termasuk UMKM:
1. Usaha Kuliner
Salah satu bisnis UMKM yang paling banyak digandrungi bahkan hingga
kalangan muda sekalipun. Berbekal inovasi dalam bidang makanan dan
modal yang tidak terlalu besar, bisnis ini terbilang cukup menjanjikan
mengingat setiap hari semua orang membutuhkan makanan.
2. Usaha Fashion
Selain makanan, UMKM di bidang fashion ini juga sedang diminati.
Setiap tahun mode tren fashion baru selalu hadir yang tentunya
meningkatkan pendapatan pelaku bisnis fashion.
3. Usaha Agribisnis
Siapa bilang usaha agribisnis di bidang pertanian harus bermodalkan
tanah yang luas. Anda bisa memanfaatkan perkarangan rumah yang
disulap menjadi lahan agrobisnis yang menguntungkan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini dapat mengambil data dengan menggunakan jenis
penelitian Kuantitatif.
Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur (Measurable) atau
dihitung secara langsung sebagai variable angka atau bilangan. Variable
dalam ilmu statistika adalah atribut, karakteristik, atau pengukuran yang
mendeskripsikan suatu kasus atau objek penelitihan

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat
UMKM di Maumere

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah UMKM di Maumere

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah yang diambil dari suatu populasi yang
akan ditelitih. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah para
entrepreneur UMKM di Maumere.

3.4 Sumber Data Penelitian


Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan
data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh penelitih untuk menyelesaikan
masalah yang sedang ditanganinya. Data yang dikumpulkan oleh langsung
dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.
2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah litelatur, artikel,
buku, jurnal, serta internet yang berkenan dengan penelitian yang dilakukan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data.
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian kali ini, yaitu:
1. Wawancara
Pada metode ini, peneliti akan bertanya langsung kepada responden
untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan bagi keperluan penelitian.
Wawancara akan dilakukan secara tidak terstruktur dan bersifat terbuka.
2. Studi Pustaka
Metode ini dibutuhkan sebagai sumber informasi. Studi pustaka dapat
dilakukan dengan mengambil referensi dari buku-buku maupun jurnal ilmiah
hasil penelitian terkait.

Anda mungkin juga menyukai