OLEH :
NAMA : SISILIA ANGGREACHI TERAS
KELAS : 061200100
1. Bagi Kampus
Sebagai sumbangan untuk pengembangan ilmu dan bahan acuan bagi
mahasiswa Universitas Nusa Nipa khususnya fakultas ekonomi, untuk
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Penulis
Dapat mempelajari tentang bisnis UMKM serta mendapat pengetahuan
tentang bisnis keluarga.
3. Bagi Pembaca
Mendapat pengetahuan tentang kinerja bisnis apabila melibatkan
anggota keluarga.
4. Bagi Perusahaan
Dapat mengambil keputusan yang tepat untuk melibatkan keluarga
dalam bisnis atau tidak agar kinerja bisnis tetap baik.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Keluarga
2.1.1 Pengerian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan serta orang orang yang
selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya baik
buruk nya anggota keluarga, tetap tidak bisa merubah kodrat yang ada, garis
besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus
menghakimi.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Berdasar Undang-
Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami (Kepala
keluarga), istri dan anaknya yang di sebut dengan Rumah Tangga atau dengan
sebutan lainnya ialah keluarga kecil; sedangkan yang disebut dengan keluarga
besar selain suami, istri dan anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat
orang tua atau disebut ayah dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-
anaknya orang tua yang lain termasuk orang tua dari ayah (Kakek dan nenek),
Menurut Paul B. Horton bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang
memiliki kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu yang lama
dan juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam
wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat yang
berbeda di dalam wilayah, daerah tersebut.
2.1.2 Jenis Keluarga
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah yang halal, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya jika di
restui oleh suami.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
Berdasarkan lokasi
Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami
istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat
suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri.
Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di
sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula
(bergantian).
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama
kaum kerabat suami maupun istri.
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari
pihak suami
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-
masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar
pusat kaum kerabatnya sendiri.
Berdasarkan pola otoritas
Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki
tertua, umumnya ayah)
Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
(perempuan tertua, umumnya ibu)
Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.1.7 Tahapan Keluarga
Menurut Koentjaraningrat keluarga berkembang melalui empat
tahapan, yaitu:
1. Tahapan promiskuitas
Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan binatang
berkelompok, laki-laki dan wanita berhubungan bebas sehingga melahirkan
keturunan tanpa ada ikatan, pada tahapan ini kehidupan manusia sama dengan
kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada tahapan ini, laki-laki dan
perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa
ada ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan
keluarga seperti sekarang ini.
2. Tahap matriarkat
Pada tahap ini lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan
anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya masih mengenal
ibunya. Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang
mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini disebut tahapan matriarkat. Pada
tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga munculah
adat eksogami.
3. Tahap patriarkat
Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang
mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarkat ke tingkat patriarkat
terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang
menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil
calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke
kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannya pun tetap
menetap bersama mereka.
4. Tahap parental
Pada tahapan yang terakhir, patriarkat lambat laun hilang dan berubah
menjadi susunan kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada
tingkat terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok (eksogami)
tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami). Hal ini menjadikan
anak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu maupun ayah.
2.2 Kinerja Bisnis
2.2.1 Kinerja
2.2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja dalam organisasi, merupakan jawaban dari berhasil
atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan
atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah sangat buruk
atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak
mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot
sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan –
kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan
tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
1. Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67).
Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2. Kinerja menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003: 223)
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
3. Kinerja menurut Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34)
Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
4. Kinerja menurut John Whitmore (1997: 104)
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang
kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
ketrampikan.
5. Kinerja menurut Barry Cushway (2002: 1998)
Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja
dibandingkan dengan target yang telah ditentukan.
6. Kinerja menurut Veizal Rivai ( 2004: 309)
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan.
7. Kinerja menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan
Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001: 78),
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan.
8. Kinerja menurut John Witmore dalam Coaching for Perfomance
(1997: 104)
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang
atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
keterampilan.
9. Kinerja menurut Yusniar Lubis, Bambang Hermanto & Emron Edison
(2019: 26)
Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur
selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan, standar atau
kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3.2.1 Tempat
UMKM di Maumere
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah UMKM di Maumere
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah yang diambil dari suatu populasi yang
akan ditelitih. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah para
entrepreneur UMKM di Maumere.