Anda di halaman 1dari 2

BILANG OTW TAPI MASIH NGOPI, “GAK MAU, GAK SUKA, GELAY!

Di tengah maraknya pro-kontra vaksin Covid-19 dan mudik lebaran hingga kisah
percintaan anak Presiden, kata gelay mampu mendapat tempat tersendiri di hati warganet.
Kata ini menjadi sorotan usai akun TikTok @bagaskara_hm mengunggah video lawas
Sabyan Gambus di bandara, yang mana dalam video tersebut Nissa sang vokalis
mengucapkan, “Ih gak mau, gak suka, gelay”.

Sabyan Gambus merupakan grup musik bernuansa islami yang dibentuk pada tahun
2017 yang terdiri dari enam anggota. Namun, cikal bakal Sabyan Gambus disinyalir telah
ada sejak tahun 2015 saat keyboardist mereka saat ini, Ayus, bersama teman-temannya
membidik job di acara pernikahan. Grup yang terkenal berkat video berjudul “Deen
Assalam” ini kembali menarik perhatian publik berkat kabar terjalinnya asmara antara sang
vokalis dengan keyboardist yang telah berkeluarga. Kabar tersebut membuat warganet
kaget dan tidak percaya sehingga mengangkat kembali video-video lawas mereka, ini
menyebabkan video Nissa Sabyan Gambus di bandara kembali naik ke permukaan yang
kemudian membawa kata ‘gelay’ sebagai kosakata bahasa gaul baru yang diperdebatkan
artinya.

Munculnya kosakata baru yang tidak diketahui asal


usulnya ini membuat warganet tertarik dan bertanya-
tanya, apa maksud kata tersebut. Beberapa warganet
berpendapat bahwa gelay yang dimaksud Nissa Sabyan
yaitu gak like atau ‘tidak suka’. Namun, sebagian besar
meyakini kata tersebut merupakan bentuk apokope
kata ‘geli atau gila’ sebagaimana kata ‘santai’ berubah
menjadi santuy, ‘jijik’ berubah menjadi jijai, dan
‘meninggal’ berubah menjadi meninggoy. Ditinjau dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘geli’
KIRIMAN BALASAN WARGANET memiliki arti perasaan seperti ketika dikitik-kitik
Salah satu tanggapan warganet (digelitik), sedangkan ‘gila’ berarti terlalu atau kurang
yang menjawab pertanyaan definisi ajar.
dari “gelay”.

Sumber: Nicola Paladin Sandroto


Fenomena kemunculan kosakata baru sendiri merupakan peristiwa tak terelakan
mengingat salah satu sifat bahasa menurut Chaer (dalam Multiastuti, 2014, hlm. 13) yaitu
dinamis atau selalu berubah. Di masa lalu, kata seperti kamseupay, anjay, semongko,
hingga amsyong telah terlebih dahulu muncul dan digunakan muda-mudi Indonesia.

Dikutip dari pernyataan Tebe dan Ardi Sabyan dalam acara Kopi Viral di Trans7,
kata gelay yang dimaksud rekan sejawat mereka tersebut bukanlah ‘geli’ atau ‘gila’
melainkan “gak like” atau tidak suka. Jika kata tersebut digunakan untuk menggantikan
kata gelay dalam ucapan Nissa Sabyan sebelumnya, kata tersebut akan berubah menjadi
“Ih gak mau, gak suka, gak like” atau “Ih gak mau, gak suka, gak suka”.

Dengan demikian, apakah kata gelay tidak dapat digunakan sebagai pengganti kata
geli atau gila? Tentu saja kata gelay masih dapat digunakan sebagai pengganti kata geli
atau gila. Hanya saja kata tersebut telah mengalami perubahan makna dari kata gelay yang
dimaksud Nissa Sabyan sebagai gak like menjadi geli atau gila. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Hal ini bisa terjadi akibat adanya sifat bahasa yang manasuka atau arbitrer. Sifat ini
menyebabkan suatu kata dapat berarti apa saja tanpa memiliki dasar tertentu karena tidak
adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut. Orang yang melahirkan dan mengandung manusia di
dalam rahimnya disebut ‘ibu’ dalam suatu bahasa namun dalam bahasa lain sebutan
tersebut berubah menjadi ‘emak’.

Nicola Paladin Sandroto

Anda mungkin juga menyukai