Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Tanggapan

Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna
leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma
kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa
yang “rendah”, kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang memiliki rasa
yaang “tinggi”, atau mengenakan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini
lazim diesbut peyoratif, sedangkan yang nilainya menjadi naik disebut amelioratif. Kata
bini dewasa ini dianggap peyoratif,sedangkan kata istri dianggap amelioratif. Contoh
lain kata bang (seperti dalam bang Dul) dianggap peyoratif; sebaliknya kata bung
(seperti dalam Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Gafur) dianggap amelioratif.
Apakah nilai rasa peyoratif dan amelioratif sebuah kata bersifat
tetap? Tentu saja tidak. Nilai rasa itu kemungkinkan besar bisa berubah.
Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan
perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan
terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif dan amelioratif dalam sebuah
kata. Sebagai contoh, kata jamban dulu dianggap peyoratif;oleh karena
itu orang tidak mau menggunakannya, dan menggantinya dengan kata
kakus atau W.C. tetapi dewasa ini kata jamban karena pemerintah DKI
secara resmi menggunakan lagi kata itu sebagai istilah baku seperti
dalam frase jamban keluarga.
Adanya Penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering
digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan
orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu maka kemudian orang lebih
banyak menggunakan singkatnya saja daripada bentuk utuhnya. Misalnya, kalau
dikatakan Ayahnya meninggal, tentu maksudnya adalah meninggal dunia. Jadi,
meninggal adalah bentuk singkat dari ungkapan meninggal dunia. Begitu juga
dengan kata berpulang tentu maksudnya adalah berpulang ke rahmatullah. Contoh
lain kalau dikatakan ke Surabaya dengan gauda tentu maksudnya adalah “naik
pesawat terbang dari perusahaan penerbangan garuda”. Di beberapa sekolah di
Jakarta kata perpus sudah lazim digunakan untuk menyebut perpustakaan, dan kata
lab untuk mengganti laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai